Karakteritik PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia)
|
|
- Hadian Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Karakteritik PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) Oleh Y. Marpaung Jika anak dibesarkan dengan celaan, dia belajar memaki; Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, dia belajar berkelahi; Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, dia belajar rendah diri; Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, dia belajar menyesali diri; Jika anak dibesarkan dengan toleransi, dia belajar menahan diri; Jika anak dibesarkan dengan dorongan, dia belajar percaya diri; Jika anak dibesarkan dengan pujian, dia belajar menghargai; Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya baiknya perlakuan, dia belajar keadilan; Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, dia belajar menemukan cinta dalam kehidupan. (Saduran dari Drothy Law Nolte: Children Learn What They Live, di Internet) I. Pendahuluan Berbagai indikator menunjukkan bahwa kualitas pendidikan matematika di Indonesia masih rendah. Indikator-indikator itu antara lain: a. Prestasi yang dicapai oleh wakil-wakil Indonesia dalam olimpiade matematika internasional. Dari tahun 1995 s.d tahun 2007 prestasi yang dicapai Indonesia selalu dibawah median bahkan sering kali jauh di bawah median. Namun pada tahun 2003 mencapai urutan ke 37 dari 82 peserta. (Lih. Marpaung, 2005). b. Prestasi yang dicapai oleh wakil-wakil Indonesia dalam TIMSS 1999 (ranking 34 dari 38 perserta) (Lih. Marpaung, 2005). c. Prestasi siswa dalam ujian nasional (EBTANAS). Selama kurang lebih dua puluh tahun terakhir, rata-rata untuk tingkat SD kurang dari 6, SMP sekitar 4,7 dan SMA sekitar 4,6 (Lih. Marpaung, 2005) d. Penjajagan melalui kuliah di semester I setiap tahun ajaran baru. Pada setiap tahuan ajaran baru penulis selalu melakukan penjajagan kompetensi mahasiswa baru. Ternyata mahasiswa baru (semester I) yang masuk pada program Studi Pendidikan Matematika di USD pada umumnya tidak menguasai materi pelajaran SMP, apalagi materi SMA. Pemerintah, sebenarnya sudah melakukan banyak usaha untuk memperbaiki mutu itu, bahkan menghabiskan banyak biaya, misalnya untuk penataran-penataran guru, pengadaan buku, dan sarana-sarana lainnya, tetapi belum menghasilkan perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan matematika sampai tingkat yang memuaskan. Bertolak dari pengalaman itu, beberapa orang dari 4 LPTK di 4 Universitas di Jawa yaitu UNESA Surabaya, UNY Yogyakarta, USD Yogyakarta dan UPI Bandung di bawah koordinasi TIM Basic Science ITB, bersepakat melakukan pembaharuan dengan mengadakan perubahan paradigma dalam pembelajaran matematika di sekolah. Ujicoba mulai dilakukan tahun 2001 di 12 SD/MIN di Bandung, Yogyakarta dan Surabaya. Usaha itu didukung oleh Ditjen Dikti dan kemudian diberi nama PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) (lihat Sembiring, et al., 2010) Page 1
2 II. Karakteristik PMRI Pembelajaran matematika (lama), yang sampai sekarang pada umumnya masih berlangsung di sekolah (kecuali sekolah mitra PMRI), didominasi paradigma lama yaitu paradigma mengajar dengan ciri-ciri sebagai berikut: a. guru aktif mentransfer pengetahuan kepikiran siswa (guru mengajari siswa), b. siswa menerima pengetahuan secara pasif (murid berusaha menghafalkan pengetahuan yang diterima), c. pembelajaran dimulai oleh guru dengan menjelaskan konsep atau prosedur menyelesaikan soal, memberi soal-soal latihan pada siswa; d. memeriksa dan memberi skor pada pekerjaan siswa, e. memberi penjelasan lagi atau memberi tugas pekerjaan rumah pada siswa. Karena PMRI merupakan adaptasi dari RME maka prinsip PMRI sama dengan prinsip RME tetapi dalam beberapa hal berbeda dengan RME karena konteks, budaya, sistem sosial dan alamnya berbeda. Gravemeijer (1994) merumuskan tiga prinsip RME yaitu: (a) Reinvensi terbimbing dan matematisasi berkelanjutan (guided reinvention and progressive mathematization), (b) fenomenologi didaktis (didactical phenomenology) dan (c) dari informal ke formal (from informal to formal mathematics; model plays in bridging the gap between informal knowledge and formal mathematics) (Gravemeijer 1994, dalam Armanto, 2002, h ). Sedangkan van den Heuvel-Panhuizen (1996) merumuskannya sebagai berikut: a. Prinsip aktivitas, yaitu bahwa matematika adalah aktivitas manusia. Si pebelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam pembelajaran matematika. Si pebelajar bukan insan yang pasif menerima apa yang disampaikan oleh guru, tetapi aktif baik secara fisik, teristimewa secara mental mengolah dan menganalisis informasi, mengkonstruksi pengetahuan matematika. b. Prinsip realitas, yaitu pembelajaran seyogianya dimulai dengan masalah-masalah yang realistik bagi siswa, yaitu dapat dibayangkan oleh siswa. Masalah yang realistik lebih menarik bagi siswa dari masalah-masalah matematis formal tanpa makna. Jika pembelajaran dimulai dengan masalah yang bermakna bagi mereka, siswa akan tertarik untuk belajar. Secara gradual siswa kemudian dibimbing ke masalah-masalah matematis formal. Page 2
3 c. Prinsip berjenjang, artinya dalam belajar matematia siswa melewati berbagai jenjang pemahaman,yaitu dari mampu menemukan solusi suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal, melalui skematisasi memperoleh insight tentang hal-hal yang mendasar sampai mampu menemukan solusi suatu masalah matematis secara formal. Model bertindak sebagai jembatan antara yang informal dan yang formal. Model yang semula merupakan model suatu situasi berubah melalui abtraksi dan generalisasi menjadi model untuk semua masalah lain yang ekuivalen. d. Prinsip jalinan, artinya berbagai aspek atau topik dalam matematika jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah, tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan antara materi-materi itu secaa lebih baik. Konsep matematika adalah relasi-relasi. Secara psikologis, hal-hal yang berkaitan akan lebih mudah dipahami dan dipanggil kembali dari ingatan jangka panjang daripada hal-hal yang terpisah tanpa kaitan satu sama lain. e. Prinsip interaksi, yaitu matematika dipandang sebagi aktifitas sosial. Kepada siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan strateginya menyelesai-kan suatu masalah kepada yang lain untuk ditanggapi, dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan strateginya menemukan hal itu serta menanggapinya. Melalui diskusi, pemahaman siswa tentang suatu masalah atau konsep menjadi lebih mendalam dan siswa terdorong untuk melakukan refleksi yang memungkinkan dia menemukan insight untuk memperbaiki strateginya atau menemukan solusi suatu masalah. f. Prinsip bimbingan, yaitu siswa perlu diberikan kesempatan untuk menemukan kembali (re-invent) pengetahuan matematika terbimbing. Guru menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan siswa mengkonstruk pengetahuan matematika mereka. Kami, khususnya tim PMRI USD, menginterpretasinya, mengembangkannya dalam kondisi sosial dan budaya Indonesia, menjabarkannya dan mencoba mempraktekkannya di kelas. Berikut adalah karakteristik PMRI: 1. Murid aktif, guru aktif ( Matematika sbg aktivitas manusia). 2. Pembelajaran sedapat mungkin dimulai dengan menyajikan masalah kontekstual/ realistik. 3. Guru memberi kesempatan pada siswa menyelesaikan masalah dengan cara sendiri. 4. Guru menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. 5. Siswa dapat menyelesaikan masalah dalam kelompok (kecil atau besar). 6. Pembelajaran tidak selalu di kelas (bisa di luar kelas, duduk di lantai, pergi ke luar sekolah untuk mengamati atau mengumpulkan data). 7. Guru mendorong terjadinya interaksi dan negosiasi, baik antara siswa dan siswa, juga antara siswa dan guru. 8. Siswa bebas memilih modus representasi yang sesuai dengan struktur kognitifnya sewaktu menyelesaikan suatu masalah (Menggunakan model). 9. Guru bertindak sebagai fasilitator (Tutwuri Handayani). 10. Kalau siswa membuat kesalahan dalam menyelesaikan masalah jangan dimarahi tetapi dibantu melalui pertanyaan-pertanyaan dan usaha mereka hendaknya dihargai. (Gunakan pendekatan Sani, praktekkan tepa selira dan ngewongké wong).. Mulai Masalah yang realistik Akhiri Matematisasi dalam aplikasi Matematisasi dan refleksi Page 3
4 Abstraksi dan Formalisasi (de Lange, 1996) 1. Murid aktif, guru aktif Menurut Freudenthal, penggagas pembelajaran realistik, matematika itu adalah aktivitas manusia (human activity). Itu berarti, bahwa ide-ide matematika ditemukan orang (pebelajar) melalui kegiatan/ aktivitas. Aktif di sini berarti aktif berbuat (kegiatan tubuh) dan aktif berpikir (kegiatan mental). Jadi konsep-konsep matematika ditemukan lewat sinergi antara pikiran (fungsi otak, abstrak) dan tubuh (jasmani, konkrit atau real). Indera kita menerima informasi (dari lingkungan: luar diri atau dalam diri kita sendiri), diteruskan ke otak, di sana diolah (refleksi) dan disimpan dalam memori jangka panjang kita (internalisasi), pada suatu saat di ambil lagi (dibawa ke ingatan jangka pendek, di recall) untuk diolah bersama informasi baru yang masuk (transformasi), lalu disimpan lagi (retained) dalam bentuk baru (retrukturisasi). Demikian gambaran, bagaimana pengetahuan kita berkembang. Dalam pembelajaran matematika, salah satu tugas guru ialah mendorong siswa aktif berbuat dan berpikir. Siswalah yang bertanggung jawab tentang hasil belajarnya, guru bertanggung jawab pada penciptaan kondisi belajar yang memungkinkan siswa belajar dengan baik (Perhatikan skema di bawah ini, Meddley,1979) Kar. Guru Komp. Guru Perform. Guru Pengal. Belajar Siswa Hasil Belajar Siswa Pelat. Guru Faktor Eksternal Faktor Internal Karakt. Siswa 2. Pembelajaran sedapat mungkin dimulai dengan menyajikan masalah kontekstual/realistik Siswa akan memiliki motivasi untuk mempelajari matematika bila dia melihat dengan jelas bahwa matematika bermakna atau melihat manfaat matematika bagi dirinya (dapat memenuhi kebutuhannya sekarang dan kelak). Salah satu manfaat itu ialah dapat me-mecahkan masalah yang dihadapi (khususnya masalah dalam kehidupan sehari-hari). Bermakna dapat juga berarti dia melihat hubungan antara informasi baru yang dia terima dengan pengetahuan /pengalaman yang sudah dia miliki. Jadi masalah kontekstual atau realistik adalah masalah yang berkaitan dengan situasi dunia nyata (real) atau dapat dibayangkan oleh siswa. Page 4
5 Pada dasarnya masalah kontekstual atau realistik adalah suatu masalah yang kompleks, yang menuntut level kognitif dari yang rendah sampai tinggi. 3 Berikan Kesempatan Pada Siswa Menyelesaikan Masalah Dengan Cara Sendiri (Siswa mengembangkan strategi sendiri). Tidak hanya satu cara menyelesaikan masalah. Ada banyak cara, itu sangat tergantung pada struktur kognitif siswa (pengalamannya). Guru tidak perlu mengajari siswa bagaimana cara menyelesaikan masalah. Mereka harus berlatih menemukan cara sendiri untuk menyelesaikannya. Soal yang diberikan pada siswa hendaknya tidak jauh dari skema yang sudah mereka miliki dalam pikirannya. Dalam keadaan tertentu guru dapat membantu siswa dengan memberikan sedikit informasi sebagai petunjuk arah yang dapat dipilih siswa untuk dilalui. Itu dapat dilakukan dengan bertanya atau memberi komentar. Itupun sedapat mungkin dilakukan jika semua siswa tidak mempunyai ide bagaimana menyelesaikan masalah. Jika satu siswa mempunyai ide, hendaklah guru mendorong siswa tadi mensharingkan idenya kepada teman-temannya (interaksi). Soal-soal yang diberikan kepada siswa berkaitan dengan dunia real atau bisa dibayangkan siswa, merupakan soal terbuka atau soal yang cara menyelesaikannya tidak tunggal. Page 5
6 4. Guru Berusaha Menciptakan Suasana Pembelajaran Yang Menyenangkan Menurut hasil penelitian modern dalam bidang psikologi dan neuroscience, bukan hanya tubuh kita yang mengikuti perintah dari otak kita, tetapi otak kita juga akan bekerja sesuai keinginan/ kemauan kita sendiri.. Itu berarti, otak kita dapat juga diperintah oleh kemauan kita. Jadi, kemampuan manusia tidak hanya ditentukan oleh IQ nya tetapi juga oleh kemauannya (sikap, motivasi, ketekunan). Orang yang selalu menganggap dirinya bodoh atau merasa tidak bisa melakukan sesuatu memang akan menjadi bodoh atau tidak bisa melakukan sesuatu, sebaliknya orang yang mengatakan kepada dirinya bahwa dia bisa maka dia akan bisa, artinya otaknya akan berusaha bekerja sesuai keinginan orang tersebut. Intinya, ialah orang perlu berusaha untuk selalu berpikir positip. Ada tiga kelompok manusia, yaitu Quitters, Campers dan Climbers. Kelompok pertama (Quitters) adalah kelompok orang yang mudah menyerah terhadap tantangan, sangat takut terhadap risiko; kelompok kedua (Campers) yang mudah merasa puas, jadi berhenti ditengah jalan (memasang kemah dan menikmati hasil pekerjaannya yang setengah-setengah jalan itu), sedangkan kelompok ketiga (Climbers, pendaki) adalah kelompok orang yang pantang menyerah, melakukan sesuatu sampai tuntas, berani mengambil risiko dan menikmati kebahagiaan sejati atas hasil yang diperolehnya karena dia mencapai puncak ( Stoltz, 2000). Dengan perkataan lain, kelompok pertama memiliki sikap dan motivasi yang kurang kuat, sedangkan kelompok kedua memiliki sikap dan motivasi sedang dan kelompok ketiga memiliki sikap dan motivasi tinggi. Sikap dan motivasi itu menimbulkan dorongan-dorongan (drive) yang sesuai dalam diri setiap orang. Ternyata, sikap dan motivasi ini dapat diubah. Inilah salah satu tugas pendidikan yang sangat penting. Untuk itu, guru perlu belajar menumbuhkan sikap dan motivasi siswa dalam belajar. Hal itu sukar ditumbuhkan dengan menghukum. Dengan menciptakan suasana yang menyenangkan dan menghargai anak-anak sebagai manusia (nguwongke wong) maka perlahan-lahan sikap dan motivasi siswa dapat dikembangkan dan hal ini akan memberikan dampak meningkatkan prestasi belajar mereka. Kami menyebut pendekatan ini pendekatan SANI (santun, terbuka dan komunikatif), yang pada dasarnya mempraktekkan Page 6
7 nguwongke wong. Cara-cara lain untuk menciptakan kondisi yang menyenangkan perlu dipikirkan guru. Belajar sambil bermain, belajar dengan duduk di lantai, belajar dalam kelompok, belajar di luar kelas atau di luar sekolah, membuat ruangan menarik, dan sebagainya adalah beberapa cara lain untuk membuat suasana belajar yang menyenangkan. 5. Siswa dapat menyelesaikan masalah secara individu atau dalam kelompok (kecil atau besar) Belajar dengan bekerja sama (sinergi) lebih efektif dari pada belajar secara individual. Memang harus diakui bahwa ada banyak tipe belajar: ada yang lebih senang belajar individual, ada yang lebih senang belajar dalam kelompok; ada yang cenderung visual, ada yang auditif, ada yang kinestetik (enaktif); Saling tukar informasi penting untuk memahami sesuatu. Informasi yang bertentangan pun (konflik kognitif) dengan yang dimiliki seseroang dapat membuat pemahaman orang itu terhadap suatu masalah menjadi lebih baik. Informasi yang baru dapat menyebabkan infrormasi lama ditransformasi (diperkuat/diperbaiki atau diperlemah/diperburuk atau dirubah bentuk atau polanya). Tugas guru membantu siswa agar informasi baru dapat memperkuat atau memperbaiki pengetahuan seseorang. Maka interaksi dan negosiasi perlu sekali dalam pembelajaran matematika. Selain itu interaksi dan negosiasi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru merupakan cara mendapatkan pengetahuan yang baik dan efektif. Siswa lebih terbuka dan lebih berani berdiskusi dengan sesama dari pada dengan orang yang lebih dewasa dari mereka. Maka tugas guru dalam rangka menciptakan kondisi belajar yang memberi pengalaman belajar yang baik untuk siswa harus kreatif memenij kelas yang diajarnya sehingga interaksi dan negosiasi antara siswa dan siswa, antara siswa dan guru dapat terjadi. Ini memerlukan kesabaran, kemampuan menguasai emosi, dan keyakinan diri. Salah satu bentuk interaksi ialah, siswa-siswa diminta menceritakan pengalamannya dihadapan kawan-kawannya di kelas atau siswa-siswa menjelaskan cara mereka menyelesaikan masalah. Untuk itu guru perlu melakukan observasi/pengamatan atau pendekatan pada siswa untuk mengetahui strategi atau cara-cara siswa menyelesaikan masalah. Siswa-siswa yang menggunakan strategi yang berbeda dipilih untuk maju menjelaskan ide mereka kepada kawan-kawannya. Siswa memerlukan waktu untuk melakukan refleksi. Jadi, guru perlu memberi waktu pada dan mendorong siswa melakukannya. Kemampuan mendengarkan orang, berbicara dengan orang lain secara empatik tidak muncul dengan sendirinya tetapi perlu dilatih dan dikembangkan. Diharapkan guru mampu melakukan hal ini sejak dini sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Guru jangan bersikap a priori. Guru perlu memupuk sikap bahwa semua orang (khususnya anak-anak) pada dasarnya baik. Page 7
8 6. Pembelajaran Tidak Perlu Selalu Di Kelas (Bisa Di Luar Kelas, Duduk Di Lantai, Pergi Ke Luar Sekolah Untuk Mengamati Atau Mengumpulkan Data) Rasa bosan mengurangi ketertarikan untuk mendengarkan atau berbuat sesuatu, termasuk untuk berpikir. Orang memerlukan variasi untuk merangsang organ-organ tubuh melakukan fungsinya dengan baik. Variasi ini juga dapat membuat suasana yang menyenangkan dalam belajar. Susunan tempat duduk yang sama terus menerus, suasana ruang yang sama terus menerus, cara belajar di kelas yang sama terus menerus dan penampilan guru yang sama terus menerus menimbulkan rasa bosan pada siswa. Oleh karena itu guru perlu berpikir untuk selalu melakukan variasi pembelajaran: variasi susunan tempat duduk, variasi dekorasi kelas, variasi penampilan guru, variasi metode pembelajaran, dsb.nya. Ini tidak berarti bahwa setiap jam pertemuan harus berbeda situasinya. Perlu ada perencanaan yang dilakukan oleh guru, kalau perlu dengan meminta usul dan saran dari siswa. Guru perlu menanamkan dalam diri sendiri sikap positip terhadap perubahan, terhadap variasi. Mulailah dengan melatih diri Anda untuk berkata (dalam hati) inilah saatnya saya harus berubah dan lakukanlah. Mengajar adalah belajar. Kita harus terus menerus belajar dari cara mengajar kita. Jangan pernah bersikap sudah baik tak perlu diperbaiki lagi, tetapi bersikaplah sudah baik tetapi masih bisa ditingkatkan. 7. Guru mendorong terjadinya interaksi dan negosiasi Salah satu ciri penting PMRI ialah interaksi dan negosiasi. Siswa perlu belajar untuk mengemukakan idenya kepada orang lain (kawan-kawannya atau gurunya), supaya mendapat masukan berupa informasi yang melalui refleksi dapat dipakai memperbaiki atau meningkatkan kualitas pemahamannya. Untuk itu perlu diciptakan suasana yang mendukung. Misalnya, jangan menghukum siswa jika membuat kesalahan dalam menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah, jangan mentertawakan, tetapi menghargai pendapatnya. Berbagai model pembelajaran perlu diciptakan guru (misalnya belajar dalam kelompok, diskusi kelas, menceritakan pengalaman, menjelaskan caranya menyelesaikan masalah). Murid diberi tugas atau proyek (kelompok atau individu), penyelesaiannya dipamerkan atau didiskusikan dalam ruang kelas. Page 8
9 8. Siswa Bebas Memilih Modus Representasi Yang Sesuai Dengan Struktur Kognitifnya Sewaktu Menyelesaikan Suatu Masalah (Menggunakan Model) Pemahaman siswa dapat diamati dari kemampuannya menggunakan berbagai modus reperesentasi (enaktif, ikonik atau simbolik) untuk membantunya menyelesaikan suatu masalah. Dalam pembelajaran matematika di SD hendaknya siswa tidak cepat-cepat dibawa ke level formal, tetapi diberi banyak waktu bermain atau berbuat dengan menggunakan benda-benda konkrit, manipulatif atau model-model. 9. Guru Bertindak Sebagai Fasilitator(Tutwuri Handayani) Dalam pembelajaran matematika, guru hendaknya tidak mengajari siswa atau mengantarkannya ke tujuan, tetapi memfasilitasi siswa dalam belajar. Guru dapat membimbing siswa jika mereka melakukan kesalahan atau tidak mempunyai ide dengan memberi motivasi atau sedikit arahan agar mereka dapat melanjutkan bekerja mencari strateginya menyelesaikan masalah. Pembelajaran hendaknya dimulai dengan menyodorkan masalah kontekstual atau realistik yang tidak jauh dari skema kognitif siswa. Siswa diberi waktu menyelesaikannya dengan cara masingmasing, kemudian guru memberi siswa waktu menjelaskan strateginya kepada kawan-kawannya dan secara gradual membimbing siswa mencapai tujuan pembelajaran. 10. Kalau Siswa Membuat Kesalahan Dalam Menyelesaikan Masalah Jangan Dimarahi Tetapi Dibantu Melalui Pertanyaan- Pertanyaan. (Menghargai pendapat siswa, mempraktekkan tepa-selira dan ngewongké wong serta memberi motivasi Pendekatan SANI) Hukuman hanya menimbulkan efek negatif dalam diri siswa, tetapi motivasi, khususnya motivasi internal dan sikap siswa yang positif dapat membantu siswa belajar efektif. Perasaan senang dalam melakukan sesuatu membuat otak bekerja optimal untuk memenuhi keinginan sipebelajar. Perasaan senang jelas tidak dapat dikembangkan lewat ancaman atau hukuman, tetapi dapat lewat sikap empatik, penghargaan atau pujian. Page 9
10 Mendidik anak bersikap santun adalah dengan memperlakukannya secara santun, mendidik anak bersikap terbuka adalah dengan menunjukkan kepadanya sikap keterbukaan dan mengajak anak berkomunikasi dengan cara yang komunikatif atau dengan bahasa yang dapat dimengertinya. III. Daftar Pustaka Armanto, D. (2002). Teaching Multiplication and Division Realistically in Indonesian Primary Schools: A Prototype of Local Instructional Theory (Diss.). Enschede: PrintPartners Ipskamp. De Lange, J. (1996). Using and Applying Mathematics in Education. In International Handbook of Mathematics Education, A.J. Bishop, et. al. (eds.). The Netherlands: Kluwer Academic Publishers Freudenthal Institute. (1999). Freudenthal Institute. Utrecht: Universiteit Utrecht. Gravemeijer, K. (1994): Developing Realistic Mathematics Education, Utrecht: Freudenthal Institute. Marpaung, Y. (2005). Filosofi dan Harapan di Balik Penulisan Buku Pelajaran Matematika SMA Kelas III, pada Sosialisasi Buku Pelajaran Untuk SMA kelas III oleh YABM, 20 November di Yogyakarta. Meddley, M. (1979). Teacher Effectiveness dalam Research on Teaching: Concepts, Findings, and Implications, P.L.Peterson & H.J. Wahlberg (eds.) Berkeley, Cal.: Mc.Cutchan Publ. Corp. Sembiring, R.K., et al. (2010): A Decade od PMRI in Indonesia. Utrecht: APS Stoltz, P.G. (2000). Adversity Quotient. Turning Obstacles into Opportunities. Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, Alih bahasa: T. Hermaya. Jakarta: Grasindo. Van den Heuvel-Panhuizen, M. (1996): Assessment and Realistic Mathematics Education, Utrecht: Freudental Institute. Page 10
Pemahaman Konsep FPB Dengan Pendekatan RME. Oleh: Lailatul Muniroh
Pemahaman Konsep FPB Dengan Pendekatan RME Oleh: Lailatul Muniroh email: lail.mpd@gmail.com ABSTRAK Pembelajaran matematika dengan pendekatan RME memberi peluang pada siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) A. Pendahuluan Oleh: Atmini Dhoruri, MS Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu
Lebih terperinciPENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK, KAITANNYA DENGAN PERFORMANSI PESERTA DIDIK Oleh: Ahmad Nizar Rangkuti 1
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik...Ahmad Nizar Rangkuti 96 PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK, KAITANNYA DENGAN PERFORMANSI PESERTA DIDIK Oleh: Ahmad Nizar Rangkuti 1 Abstract This research
Lebih terperinciBAB I. Matematika dan perkembangan teknologi serta informasi tidak dapat dipisahkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika dan perkembangan teknologi serta informasi tidak dapat dipisahkan. Peranannya dalam berbagai disiplin ilmu dan pengembangan daya nalar manusia sangat mempengaruhi
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) Oleh : Iis Holisin Dosen FKIP UMSurabaya ABSTRAK Objek yang ada dalam matermatika bersifat abstrak. Karena sifatnya yang abstrak, tidak jarang guru maupun siswa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan dan
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendekatan Matematika Realistik Pendekatan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan
Lebih terperinci1
PMRI dan PISA: Suatu Usaha Peningkatan Mutu Pendidikan Matematika di Indonesia Y. Marpaung dan Hongki Julie yansenmarpaung@gmail.com dan hongkijulie@yahoo.co.id A. Pendahuluan Pendidikan Matematika Realistik
Lebih terperinciPENANAMAN NORMA-NORMA SOSIAL MELALUI INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI SEKOLAH DASAR
PENANAMAN NORMA-NORMA SOSIAL MELALUI INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI SEKOLAH DASAR Rini Setianingsih Jurusan Matematika, FMIPA, Unesa ABSTRAK. Salah satu pendekatan
Lebih terperinciMAKALAH. Oleh: R. Rosnawati, dkk
MAKALAH PELATIHAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) BAGI GURU-GURU SEKOLAH DASAR SELAIN MITRA TIM PMRI UNY Oleh: R. Rosnawati, dkk Dibiayai oleh
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK MANGARATUA M. SIMANJORANG Abstrak Konstruktivis memandang bahwa siswa harusnya diberi kebebasan dalam membangun sendiri pengetahuannya. Salah satu pendekatan pembelajaran
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) Yuniawatika Yuniawatika.fip@um.ac.id Dosen KSDP FIP Universitas Negeri Malang Abstrak: Ketika mendengar matematika,
Lebih terperinciSEKILAS TENTANG PMRI. Oleh Shahibul Ahyan
SEKILAS TENTANG PMRI Oleh Shahibul Ahyan A. Sejarah PMRI Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan adaptasi dari Realistic Mathematics Education (RME), teori pembelajaran yang dikembangkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.
11 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pemahaman Konsep Matematika Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Dalam matematika,
Lebih terperinciKata Kunci: Pendidikan Matematika Realistik, Hasil Belajar Matematis
Abstrak. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Sungguminasa melalui pembelajaran matematika melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Realistic Mathematics Education (RME) yang di Indonesia dikenal dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUM LIMAS YANG SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK PMRI DI KELAS VIII SMP NEGERI 4 PALEMBANG
PENGEMBANGAN MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUM LIMAS YANG SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK PMRI DI KELAS VIII SMP NEGERI 4 PALEMBANG Hariyati 1, Indaryanti 2, Zulkardi 3 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengembangkan
Lebih terperinciPERMAINAN TEPUK BERGILIR YANG BERORIENTASI KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN KONSEP KPK SISWA KELAS IV A DI SD N 21 PALEMBANG
PERMAINAN TEPUK BERGILIR YANG BERORIENTASI KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN KONSEP KPK SISWA KELAS IV A DI SD N 21 PALEMBANG Rully Charitas Indra Prahmana Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI FUNGSI KUADRAT BERBASIS RME UNTUK SISWA SMA/MA
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI FUNGSI KUADRAT BERBASIS RME UNTUK SISWA SMA/MA Agus Setiawan Institut Agama Islam Ma arif (IAIM) NU Metro Email: 4905as@gmail.com Abstrak This
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pembelajaran Matematika Realistik a. Pengertian matematika realistik Pembelajaran matematika realistik atau Realistic Mathematics Education (RME) adalah sebuah pendekatan pembelajaran
Lebih terperinciKURIKULUM MATEMATIKA TAHUN 1984 DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK. Tatang Herman
KURIKULUM MATEMATIKA TAHUN 1984 DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK Tatang Herman 1. Pendahuluan Sejak Indonesia merdeka telah terjadi beberapa perubahan atau penyempurnaan kurikulum pendidikan formal
Lebih terperinciPENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI PENDEKATAN BELAJAR MATEMATIKA
Pendidikan Matematika Realistik... PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI PENDEKATAN BELAJAR MATEMATIKA Siti Maslihah Abstrak Matematika sering dianggap sebagai salah satu pelajaran yang sulit bagi siswa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan lanjutan serta suatu alat untuk mengembangkan
Lebih terperinciKAJIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PADA TEORI BELAJAR DARI BRUNER, APOS, TERAPI GESTALT, DAN RME
KAJIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PADA TEORI BELAJAR DARI BRUNER, APOS, TERAPI GESTALT, DAN RME 1. Teori Belajar dari Bruner Menurut Bruner (dalam Ruseffendi, 1988), terdapat empat dalil yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah mutu pendidikan di Indonesia khususnya prestasi belajar siswa merupakan masalah nasional yang telah lama diperbincangkan. Upaya yang berkenaan dengan peningkatan
Lebih terperinciPEMBELAJARAN PMRI. Oleh Muhammad Ridhoni (Mahasiswa Magister Pend. Matematika Universitas Sriwijaya, Palembang)
PEMBELAJARAN PMRI Oleh Muhammad Ridhoni (Mahasiswa Magister Pend. Matematika Universitas Sriwijaya, Palembang) Pendahuluan Kebanyakan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas masih bersifat konvensional,
Lebih terperinciPembelajaran Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers Melalui Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA
Hudzaifah, Pembelajaran Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers... 397 Pembelajaran Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers Melalui Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Hudzaifah
Lebih terperinciInfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.1, Februari 2013
InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol, No., Februari 0 PENDEKATAN ICEBERG DALAM PEMBELAJARAN PEMBAGIAN PECAHAN DI SEKOLAH DASAR Oleh: Saleh Haji Program Pascasarjana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran pada tingkat SMP maupun SMA. Karena disesuaikan dengan perkembangan
Lebih terperinciPembelajaran Matematika Realistik Sebagai Sebuah Cara Mengenal Matematika Secara Nyata
Pembelajaran Matematika Realistik Sebagai Sebuah Cara Mengenal Matematika Secara Nyata oleh : Wahyudi (Dosen S1 PGSD Universitas Kristen Satya Wacana) A. PENDAHULUAN Salah satu karakteristik matematika
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori yang menjadi acuan dalam penelitian ini akan diuraikan pada
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teori-teori yang menjadi acuan dalam penelitian ini akan diuraikan pada penjelasan berikut ini. 1. Efektifitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif.
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MELALUI PENDEKATAN PMR DALAM POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS. FMIPA UNP,
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MELALUI PENDEKATAN PMR DALAM POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS Vivi Utari 1), Ahmad Fauzan 2),Media Rosha 3) 1) FMIPA UNP, email: vee_oethary@yahoo.com 2,3) Staf Pengajar
Lebih terperinciDESKRIPSI BUTIR ANGKET PENILAIAN MODUL MATEMATIKA PROGRAM BILINGUAL PADA MATERI SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI
Lampiran B3 DESKRIPSI BUTIR ANGKET PENILAIAN MODUL MATEMATIKA PROGRAM BILINGUAL PADA MATERI SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI UNTUK SISWA SMP KELAS VII SEMESTER GENAP UNTUK AHLI MATERI 1. Kelayakan Isi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Realistic Mathematics Education Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran dalam pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan suatu masalah. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keaktifan dalam pembelajaran matematika itu penting. Karena merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap keberhasilan siswa. Belajar adalah berbuat,
Lebih terperinciMENGEMBANGKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI
MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI Carolin Olivia 1, Pinta Deniyanti 2, Meiliasari 3 1,2,3 Jurusan Matematika FMIPA UNJ 1 mariacarolineolivia@gmail.com,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendidikan adalah hal paling penting dalam kehidupan yang merupakan salah satu kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan, serta sikap dan perilaku positif terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memecahkan suatu masalah merupakan aktivitas dasar bagi manusia. Kenyataan menunjukkan sebagian besar kehidupan adalah berhadapan dengan masalah. Untuk menghadapi
Lebih terperinciUtami Murwaningsih Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
EKSPERIMENTASI PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS VII SEMESTER GASAL SMP NEGERI SISWA 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Minat Belajar 2.1.1.1. Pengertian Minat Belajar Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan (Kamisa,1997:370). Minat merupakan sumber motivasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia khususnya para siswa di tingkat pendidikan Sekolah Dasar hingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang wajib dipelajari oleh setiap siswa pada jenjang pendidikan manapun. Di Indonesia khususnya para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang sangat berperan dalam perkembangan dunia. Matematika sangat penting untuk mengembangkan kemampuan dalam pemecahan
Lebih terperinciEdisi Khusus No. 2, Agustus 2011
PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR SISWA DI TINGKAT SEKOLAH DASAR Oleh: Evi Soviawati ABSTRAK Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
Lebih terperinciP 9 Pembelajaran Matematika Realistik Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel Di SMP Kelas Vii
P 9 Pembelajaran Matematika Realistik Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel Di SMP Kelas Vii Dian Septi Nur Afifah STKIP PGRI Sidoarjo email de4nz_c@yahoo.com ABSTRAK Objek matematika merupakan sesuatu
Lebih terperinciINTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PMRI. Makalah dipresentasikan pada. Pelatihan PMRI untuk Guru-Guru SD di Kecamatan Depok dalam rangka
INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PMRI Makalah dipresentasikan pada Pelatihan PMRI untuk Guru-Guru SD di Kecamatan Depok dalam rangka Pengabdian Pada Masyarakat Pada tanggal 14 15 Agustus 2009 di FMIPA
Lebih terperinciOleh : Qomaria Amanah Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK SISWA KELAS VIII SEMESTER I Oleh : Qomaria Amanah Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika
Lebih terperinciPENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA PEMBELAJARAN PECAHAN DI SMP. Di sampaikan pada Pelatihan Nasional PMRI Untuk GuruSMP Di LPP Yogyakarta Juli 2008
PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA PEMBELAJARAN PECAHAN DI SMP Di sampaikan pada Pelatihan Nasional PMRI Untuk GuruSMP Di LPP Yogyakarta Juli 2008 Oleh Dr. Marsigit Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA
Lebih terperinciSIKLUS KEDUA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT DI KELAS IV SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK
SIKLUS KEDUA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT DI KELAS IV SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK Hongki Julie, St. Suwarsono, dan Dwi Juniati Staf pengajar di Universitas Sanata Dharma,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumber daya manusia yang mempunyai pemikiran kritis, kreatif, logis, dan sistematis serta mempunyai kemampuan bekerjasama secara efektif sangat diperlukan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan sumber-sumber daya pendidikan yang tersedia. pendidikan juga mengalami dinamika yang semakin lama semakin
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan. Pendidikan merupakan sarana dan wahana yang strategis di dalam pengembangan sumber
Lebih terperinciIMPLEMENTASI LESSON STUDY MELALUI PENDEKATAN PMRI PADA MATA KULIAH METODE STATISTIKA I
KNM XVI 3-6 Juli 2012 UNPAD, Jatinangor IMPLEMENTASI LESSON STUDY MELALUI PENDEKATAN PMRI PADA MATA KULIAH METODE STATISTIKA I RATU ILMA INDRA PUTRI 1 1 FKIP Unsri, ratu.ilma@yahoo.com Abstrak Penelitian
Lebih terperinciPEMBELAJARAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DI KELAS V SEKOLAH DASAR
PEMBELAJARAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DI KELAS V SEKOLAH DASAR Martianty Nalole Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Abstract : Study of reduction through approach
Lebih terperinciII. KAJIAN TEORI. Perkembangan sebuah pendekatan yang sekarang dikenal sebagai Pendekatan
II. KAJIAN TEORI A. Pendekatan Matematika Realistik Perkembangan sebuah pendekatan yang sekarang dikenal sebagai Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dimulai sekitar tahun 1970-an. Yayasan yang diprakarsai
Lebih terperinciPEMANFAATAN VIDEO TAPE RECORDER (VTR) UNTUK PEGEMBANGAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP
PEMANFAATAN VIDEO TAPE RECORDER (VTR) UNTUK PEGEMBANGAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP Di sampaikan pada Workshop Nasional Pembelajaran PMRI Untuk SMP/MTs Di Hotel Inna Garuda Yogyakarta sd 5 Nopember 2009
Lebih terperinciP2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol.3, No.1, Mei 2016
ANALISIS PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PMRI PADA SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG Masta Hutajulu STKIP Siliwangi Bandung masthahutajulu@yahoo.com Marchasan Lexbin E.J.R STKIP Siliwangi Bandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aktivitas belajar merupakan hal penting yang wajib dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas belajar merupakan hal penting yang wajib dilakukan oleh oleh seorang siswa sebagai pelajar, namun tidak sedikit siswa memandang belajar sebagai sesuatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan, manusia dapat mengembangkan potensi yang dimiliki
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan
Lebih terperinciP 13 PENERAPAN PMRI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN PENDIDIKAN KARAKTER
P 13 PENERAPAN PMRI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN PENDIDIKAN KARAKTER Aulia Musla Mustika Mahasiswa S2 Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana
Lebih terperinciMengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik
Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA Diselenggarakan oleh FMIPA UNY Yogyakarta
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN RENDANG
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN RENDANG oleh Made Sri Yuli Astuti ABSTRAK Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Matematika Para ahli _naeaclefinisikan tentang matematika antara lain; Matematika adalah bagian pengetahuan manusia tentang bilangan dan kalkulasi (Sujono, 1988);
Lebih terperinciLAPORAN OBSERVASI KELAS PENGGUNAAN KARTU BERGAMBAR PADA PEMBELAJARAN FPB. Disusun oleh :
LAPORAN OBSERVASI KELAS PENGGUNAAN KARTU BERGAMBAR PADA PEMBELAJARAN FPB Disusun oleh : Ambarsari Kusuma Wardani, Boni Fasius Hery dan Talisadika Maifa 1. PENDAHULUAN Pembelajaran faktor persekutuan terbesar
Lebih terperinciVol. XI Jilid 1 No.74 Januari 2017
Vol. XI Jilid 1 No.74 Januari 2017 MENARA Ilmu ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS REALISTICS MATHEMATICS EDUCATION (RME) PADA MATERI FPB DAN KPK UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
Lebih terperinciPERBANDINGAN IMPLEMENTASI PMRI DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI DUA SEKOLAH MITRA TIM PMRI. Skripsi
PERBANDINGAN IMPLEMENTASI PMRI DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI DUA SEKOLAH MITRA TIM PMRI Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBagaimana Cara Guru Matematika Memfasilitasi Siswanya agar dapat Membangun Sendiri Pengetahuan Mereka?
Bagaimana Cara Guru Matematika Memfasilitasi Siswanya agar dapat Membangun Sendiri Pengetahuan Mereka? Fadjar Shadiq, M.App.Sc WI PPPPTK Matematika (fadjar_pg@yahoo.com & www.fadjarpg.wordpress.com) Latar
Lebih terperinciP2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 3, No. 1, Mei 2016
ANALISIS PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PMRI PADA SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG 1) Nelly Fitriani, 2) Anik Yuliani 1) Nhe.fitriani@gmail.com, 2) Anik.yuliani070886@yahoo.com 1, 2) Program Studi
Lebih terperinciPengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar
Pengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Darhim (Universitas Pendidikan Indonesia) Abstrak Penelitian ini adalah eksperimen dengan kontrol. Kelompok eksperimen
Lebih terperinciPENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL TERHADAP SIKAP SISWA SEKOLAH DASAR
PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL TERHADAP SIKAP SISWA SEKOLAH DASAR Darhim (FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia) Abstrak Sikap siswa terhadap matematika perlu diungkap karena terdapat dukungan
Lebih terperinciPEMANFAATAN BUDAYA TRADISIONAL UNTUK MEMBANTU KEGIATAN INVESTIGASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK
PEMANFAATAN BUDAYA TRADISIONAL UNTUK MEMBANTU KEGIATAN INVESTIGASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK Chairunisah Dosen Matematika FMIPA Unimed Medan Email: denisa0105@yahoo.com
Lebih terperinciVol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PENGGUNAAN ICEBERG DALAM PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)
PENGGUNAAN ICEBERG DALAM PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) Allen Marga Retta, M.Pd Universitas PGRI Palembang Email: allen_marga_retta@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciPENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR KELAS AWAL
PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR KELAS AWAL Darhim (FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia) Abstrak Penelitian ini adalah eksperimen dengan kontrol.
Lebih terperinciMENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi suatu bangsa agar bangsa tersebut dapat meningkatkan kualitas SDM yang dimilikinya. Dengan SDM yang berkualitas maka
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kemampuan Komunikasi Matematika 2.1.1.1 Kemampuan Kemampuan secara umum diasumsikan sebagai kesanggupan untuk melakukan atau menggerakkan segala potensi yang
Lebih terperinciBAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK. A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
11 BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Siswa Sekolah Dasar pada umumnya berusia 7 sampai
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS V SD NEGERI 2 AMBON
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS V SD NEGERI 2 AMBON Wilmintjie Mataheru FKIP UNPATTI AMBON E-mail: wilmintjiemataheru@yahoo.co.id
Lebih terperinciPENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DAN RELEVANSINYA DENGAN KTSP 1. Oleh: Rahmah Johar 2
PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DAN RELEVANSINYA DENGAN KTSP 1 Oleh: Rahmah Johar 2 PENDAHULUAN Di dalam latar belakang dokumen Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama dalam menguasai pelajaran matematika. Belajar matematika berarti. bermanfaat jika konsep dasarnya tidak dipahami.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman terhadap konsep-konsep matematika merupakan modal utama dalam menguasai pelajaran matematika. Belajar matematika berarti memahami konsep untuk setiap soal
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN DI KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Jurnal Ilmiah Edukasi Matematika (JIEM) 93 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN DI KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) Khosmas Aditya 1, Rudi Santoso
Lebih terperinciLAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT LOKAKARYA NASIONAL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK GURU SEKOLAH DASAR KELAS 6
LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT LOKAKARYA NASIONAL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK GURU SEKOLAH DASAR KELAS 6 Oleh Dra. Dian Usdiyana, M.Si. 131 664 379 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS
Lebih terperinciPenguasaan dan pengembangan Ilmu
0 Jurnal Pendidikan Sains, Volume, Nomor, Desember 0, Halaman 0- Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Realistik pada Materi Himpunan di SMP Taufik Pendidikan Matematika-Pascasarjana
Lebih terperinciPengembangan Student Worksheet Berbasis Matematika Realistik untuk Pembelajaran Matematika Secara Bilingual di Sekolah Menengah Pertama
Pengembangan Student Worksheet Berbasis Matematika Realistik untuk Pembelajaran Matematika Secara Bilingual di Sekolah Menengah Pertama Atmini Dhoruri, R. Rosnawati, Ariyadi Wijaya Jurusan Pendidikan Matematika
Lebih terperinciPEMBENTUKAN KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN METODE OUTDOOR MATHEMATICS
PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN METODE OUTDOOR MATHEMATICS Oleh : Imam Kusmaryono Pendidikan Matematika Unissula Semarang e-mail : kusmaryonoi@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. intelektual dalam bidang matematika. Menurut Abdurrahman (2012:204)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan bagian dalam ilmu pengetahuan dengan berbagai peranan menjadikannya sebagai ilmu yang sangat penting dalam pembentukan kualitas sumber
Lebih terperinciJurnal EDUCATIO Jurnal Pendidikan Indonesia
p-issn 2476-9886 e-issn 2477-0302 Jurnal EDUCATIO Volume 3 Nomor 1, 2016, Hlm 19-25 Akses Online : http://jurnal.iicet.org Dipublikasikan oleh : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy
Lebih terperinciS PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
PERBANDINGAN ANTARA PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH TENTANG PECAHAN OLEH SISWA SEKOLAH DASAR DI SEKOLAH YANG MENGIMPLEMENTASIKAN PMRI DAN YANG TIDAK MENGIMPLEMENTASIKAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS. pengetahuannya, maka dari itu manusia butuh belajar. permanen yang berhubungan dengan tingkah laku akibat kebiasaan.
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika Pengetahuan atau ilmu merupakan suatu hal yang selalu dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan pengetahuan akan selalu meningkat, karena manusia
Lebih terperinciPendekatan PMRI sebagai Gerakan Literasi Sekolah dalam Pembelajaran Matematika
PRISMA 1 (2018) PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Pendekatan PMRI sebagai Gerakan Literasi Sekolah dalam Pembelajaran Matematika Wulida Arina
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL Jozua Sabandar
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL Jozua Sabandar PENDAHULUAN Pembelajaran matematika di sekolah akhir-akhir ini menunjukkan kecenderungan akan pendekatan pembelajaran yang bernuansa konstruktifisme.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang cukup penting dalam kehidupan manusia karena pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan manusia yang berkualitas. Tardif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara karena maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kualitas
Lebih terperinciPELATIHAN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA MENGACU PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) BAGI GURU-GURU SMP DI YOGYAKARTA
PELATIHAN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA MENGACU PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) BAGI GURU-GURU SMP DI YOGYAKARTA Abstrak R. Rosnawati, M.Si., Atmini Dhoruri, MS, Edi Prajitno,
Lebih terperinciLAPORAN OBSERVASI KELAS PENGGUNAAN KONTEKS PADA PEMBELAJARAN FAKTOR BILANGAN. Disusun oleh :
LAPORAN OBSERVASI KELAS PENGGUNAAN KONTEKS PADA PEMBELAJARAN FAKTOR BILANGAN Disusun oleh : Ambarsari Kusuma Wardani, Boni Fasius Hery dan Talisadika Maifa 1. PENDAHULUAN Pembelajaran faktor bilangan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia. Lebih lanjut matematika dapat memberi bekal kepada siswa. matematika siswa secara umum belum menggembirakan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sampai batas tertentu matematika
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA DI KELAS. Abstrak
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA DI KELAS Oleh: Sumaryanta, Staf PPPPTK Matematika Abstrak Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu lain. Oleh sebab
Lebih terperinciPembelajaran Materi Bangun Datar melalui Cerita menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Di Sekolah Dasar
234 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 18, NOMOR 2, OKTOBER 2011 Pembelajaran Materi Bangun Datar melalui Cerita menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Di Sekolah
Lebih terperinci