PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA MELALUI KELOMPOK TAHUN 2011 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA MELALUI KELOMPOK TAHUN 2011 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN"

Transkripsi

1 PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA MELALUI KELOMPOK TAHUN 2011 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN juknis.indd 1 14/07/2011 2:29:45

2 KATA PENGANTAR Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok Tahun 2011 difokuskan pada sistem integrasi tanaman ternak. Dalam kegiatan Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok ini, diperlukan peran perusahaan/ swasta untuk memperbanyak kelompok pembibitan sapi, melalui pemanfaatan dana Corporate Social Responsibility (CSR). Agar pelaksanaan Pengambangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok pada tahun 2011 lebih terarah dan terpadu, perlu ditetapkan Petunjuk Teknis Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok. Petunjuk Teknis ini merupakan acuan bagi pusat dan dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan tingkat Provinsi/Kabupaten/kota dalam pelaksanaan, bimbingan dan pengawasan terhadap kelompok peternak penerima Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok pada tahun Jakarta, 12 Mei 2011 Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Prabowo Respatiyo Caturroso Nip i juknis.indd /07/2011 2:29:46

3 DAFTAR ISI BAB IV. PEMBINAAN, PENGORGANISASIAN DAN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Nomor 782/Kpts/PD.410/F/05/ LAMPIRAN PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN PERBIBITAN SAPI MELALUI KELOMPOK TAHUN Halaman i ii iv v INDIKATOR KEBERHASILAN Pembinaan Pengorganisasian Indikator Keberhasilan BAB V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Monitoring dan Evaluasi Pelaporan BAB VI. PENUTUP BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Maksud dan Tujuan... 2 Sasaran... 2 Ruang Lingkup... 2 Pengertian... 3 BAB II. BANGSA/RUMPUN TERNAK, LOKASI DAN KELOMPOK PETERNAK Bangsa/Rumpun Ternak... 5 Lokasi... 5 Kelompok Peternak... 6 BAB III. PENGAJUAN, PENYALURAN, PENGGUNAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA Pengajuan dan penyaluran Dana... 9 Penggunaan dan Pertanggungjawaban Dana ii iii juknis.indd /07/2011 2:29:46

4 Lampiran DAFTAR LAMPIRAN Halaman KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN NOMOR : 782/Kpts/PD.410/F/05/2011 Spesifikasi Teknis Bibit Ternak Sapi Potong Betina Rencana Usaha Kelompok (RUK) Rekapitulasi Rencana Usaha Kelompok Format Kuitansi Surat Perjanjian Kerjsama Kartu Ternak Surat Kesanggupan Kelompok Surat Pernyataan Blanko Laporan TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA MELALUI KELOMPOK TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengembangan perbibitan ternak secara berkelanjutan, perlu dilakukan kegiatan pengembangan pembibitan ternak ruminansia melalui kelompok sebagai bagian dari Sistem Perbibitan Ternak Nasional; b. bahwa kegiatan pengembangan perbibitan ternak sebagaimana dimaksud pada huruf a, dilakukan dengan sistem integrasi ternak - tanaman di perdesaan; c. bahwa agar dalam pelaksanaan lebih terarah dan terpadu, dipandang perlu menetapkan Petunjuk Teknis Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia Melalui Kelompok Tahun 2011, dengan Peraturan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); iv v juknis.indd /07/2011 2:29:46

5 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Nomor 84 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 5015); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1977 tentang Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan dan Pengobatan Penyakit Hewan (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3101); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1977 tentang Usaha Peternakan (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3102); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 299, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4020); 10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 54/Permentan/ OT.140/8/2006, tentang Pedoman Pembibitan Sapi Yang Baik (Good Breeding Practice); 11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/ OT.140/2/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian; 12. Peraturan Menteri Pertanian No. 66/Permentan/ OT.140/12/2010, tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Untuk Pertanian Tahun Anggaran 2011; 13. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 58/Permentan/ OT.140/8/2007, tentang Pelaksanaan Sistem Standardisasi Nasional di Bidang Pertanian. 6. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 No. 82, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia No. 4737). 7. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 8. Peraturan Presiden Nomor 157/M Tahun 2010 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Pejabat Eselon I lingkup Kementerian Pertanian; 14. Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor 92/Kpts/OT.160/F/03/2011 tentang Tim Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok Tahun MEMUTUSKAN : Menetapkan : KESATU : Memberlakukan Petunjuk Teknis Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia Melalui Kelompok Tahun 2011, sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini. 9. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 36/Permentan/ OT.140/8/2006, tentang Sistem Perbibitan Ternak Nasional; vi vii juknis.indd /07/2011 2:29:46

6 KEDUA : Petunjuk Teknis Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia Melalui Kelompok Tahun 2011, sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU merupakan acuan bagi pusat dan dinas yang menangani fungsi Peternakan Provinsi/Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan bimbingan dan pengawasan terhadap kelompok peternak penerima pengembangan pembibitan ternak ruminansia pada tahun KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN NOMOR : 782/Kpts/PD.410/F/05/2011 TANGGAL : 12 Mei 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA MELALUI KELOMPOK TAHUN 2011 BAB I PENDAHULUAN Ditetapkan di Jakarta pada tanggal, 12 Mei 2011 DIREKTUR JENDERAL, A. Latar Belakang Dalam rangka pengembangan sistem perbibitan nasional, diperlukan kegiatan pengembangan pembibitan ternak ruminansia khususnya sapi potong melalui kelompok sebagai upaya mengembangkan kawasan sumber bibit di perdesaan dan meningkatkan kemandirian kelompok. Kegiatan ini mempunyai peran nyata dalam meningkatkan populasi dan produktivitas sapi potong dalam rangka mendukung Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi/Kerbau (PSDS/K) tahun PRABOWO RESPATIYO CATURROSO Tembusan : 1. Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian; 2. Sekretaris, Para Direktur lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan; 3. Kepala Dinas yang membidangi fungsi Peternakan Provinsi/Kabupaten/Kota. viii Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok Tahun 2011 diharapkan melibatkan keikutsertaan perusahaan sehingga dapat mempercepat tumbuh kembangnya kelompok pembibitan ternak. Keterlibatan perusahaan adalah mengembangkan kelompok pembibit sapi potong di sekitar wilayah tersebut. Perusahaan yang diharapkan ikut serta dalam pengembangan pembibitan ternak adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertanian maupun perusahaan di luar bidang pertanian. Perusahaan ikut serta dalam kegiatan Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok dengan sumber dana yang ada pada perusahaan (antara lain dana Corporate Social Responsibility/CSR). Pengembangan Pembibitan ternak sapi potong diharapkan melalui pola sistem integrasi ternak dan tanaman untuk memperoleh sumber pakan ternak dan pemanfaatan lahan. 1 juknis.indd /07/2011 2:29:46

7 Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mengoptimalkan kegiatan Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok ini, diperlukan keterpaduan antara pusat, dinas provinsi/kabupaten/kota serta melibatkan perusahaan dalam pelaksanaan, pembinaan dan pengawasan terhadap kelompok peternak penerima. Peran Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan provinsi/kabupaten/kota adalah mendorong perusahaan dalam kegiatan pengembangan pembibitan sapi potong tersebut. 1. Bangsa/rumpun ternak, lokasi dan kelompok peternak. 2. Pengajuan, penyaluran, penggunaan dan pertanggungjawaban dana. 3. Pembinaan, pengorganisasian dan indikator keberhasilan. 4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan. E. Pengertian Untuk itu, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menerbitkan Petunjuk Teknis Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia Melalui Kelompok Tahun B. Maksud dan Tujuan Maksud ditetapkannya Petunjuk Teknis Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok Tahun 2011, sebagai acuan bagi dinas provinsi untuk menyusun petunjuk pelaksanaan dan dinas kabupaten/kota untuk menyusun petunjuk teknis pelaksanaan. Tujuan Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok Tahun 2011 antara lain : meningkatkan populasi dan produktivitas ternak, menumbuhkan dan menstimulasi kelompok peternak dalam melaksanakan prinsip-prinsip perbibitan ternak serta mendorong perusahaan untuk ikut serta dalam pengembangan pembibitan ternak. C. Sasaran Sasaran Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok Tahun 2011 adalah terbentuknya kelompok pembibitan ternak sapi potong dan ikut terlibatnya perusahaan dalam pengembangan pembibitan ternak sapi potong. D. Ruang Lingkup Ruang lingkup Petunjuk Teknis Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok, meliputi : Sistem Perbibitan Ternak Nasional adalah tatanan/sistem yang mengatur hubungan dan saling ketergantungan antara pengelolaan Sumberdaya Genetik Ternak, pemuliaan, pengadaan, perbanyakan, produksi, peredaran, pemasukan dan pengeluaran benih dan atau bibit, pengawasan penyakit, pengawasan mutu, pengembangan usaha dan kelembagaan. Pembibitan Ternak adalah kegiatan budidaya menghasilkan bibit ternak untuk keperluan sendiri atau diperjual belikan. Pemuliaan ternak adalah rangkaian kegiatan untuk mengubah komposisi genetik pada sekelompok ternak dari suatu rumpun atau galur guna mencapai tujuan tertentu. Kelompok peternak adalah gabungan anggota masyarakat yang melakukan usaha ternak yang tumbuh berdasarkan keakraban, keserasian serta kesamaan kepentingan dalam mengelola usaha ternak untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Kelompok mandiri adalah kelompok dimana anggota kelompok peternak lebih aktif dan aktivitas kelompok sudah lebih terencana. Kerjasama antar kelompok makin meningkat baik dalam atau luar kawasan dan telah ada peluang membentuk assosiasi kelompok. Kandang kelompok/koloni adalah tempat pemeliharaan ternak yang ditangani secara bersama-sama oleh kelompok dalam suatu areal dengan tujuan untuk mempermudah dalam pengelolaan ternak. 3 juknis.indd /07/2011 2:29:46

8 7. 8. Dana Bantuan Sosial adalah dana dari pemerintah yang disalurkan atau ditransfer ke rekening kelompok yang mengalami keterbatasan modal dalam rangka pemberdayaan sehingga diharapkan mampu mengakses lembaga permodalan secara mandiri. Sistem integrasi ternak - tanaman adalah perpaduan antara usaha tanaman dengan pemeliharaan ternak secara bersinergi. 9. Village Breeding Center (VBC) adalah suatu kawasan pengembangan peternakan yang berbasis pada usaha pembibitan ternak rakyat yang tergabung dalam kelompok peternak pembibit. BAB II BANGSA/RUMPUN TERNAK, LOKASI DAN KELOMPOK PETERNAK Keberhasilan kegiatan Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok Tahun 2011 ditentukan oleh ketepatan penentuan bangsa/rumpun ternak, syarat lokasi dan kelompok peternak. Oleh karena itu, perlu ditentukan spesifikasi teknis bangsa/rumpun ternak, syarat lokasi dan kelompok peternak. A. Bangsa/rumpun Ternak Wilayah sumber bibit adalah wilayah yang mempunyai kemampuan dalam pengembangan bibit ternak dari rumpun tertentu secara terkonsentrasi sesuai dengan agroekosistem, pasar, dukungan sarana dan prasarana yang tersedia. Tim Pusat adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Tim Pembina Provinsi adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di provinsi, ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Provinsi. Tim Teknis Kabupaten/Kota adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di kabupaten/kota, ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/Kota. Dinas adalah instansi yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di provinsi/kabupaten/kota. Bangsa/rumpun ternak yang dikembangkan dalam kegiatan Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok Tahun 2011 adalah sapi potong. Sapi potong yang dimaksud adalah sapi asli/lokal dan atau sapi impor/ turunan impor dengan standar (SNI/PTM) yang berlaku untuk masing-masing bangsa/rumpun ternak, antara lain seperti pada Lampiran - 1. B. Lokasi 1. Syarat Lokasi a. Merupakan lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi wilayah sumber bibit sapi potong. b. Kondisi agroekosistem sesuai untuk usaha pembibitan sapi potong, antara lain didukung oleh ketersediaan sumber pakan lokal dan air, serta bukan merupakan daerah endemis penyakit hewan menular. c. Tersedia sarana dan prasarana serta petugas teknis peternakan dan kesehatan hewan. d. Lokasi mudah dijangkau bagi pembinaan dan pemantauan. 4 5 juknis.indd /07/2011 2:29:46

9 2. Tata Cara Seleksi Lokasi Seleksi calon lokasi Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok dilakukan secara bertahap : a. Tim pusat melakukan kajian dan seleksi terhadap calon lokasi kelompok peternak berdasarkan usulan/proposal yang diterima oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. b. Tim pusat dan tim pembina provinsi berkoordinasi dengan tim teknis f. g. PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA MELALUI KELOMPOK TAHUN 2011 Kelompok memiliki anggota yang bersedia dan sanggup memberikan kontribusi dalam penyediaan prasarana dan sarana yang masih diperlukan baik yang belum maupun yang sudah terdapat dalam RUK. Kelompok memiliki anggota yang menunjukkan tekad dan keseriusan serta menjadi penggerak dalam mengembangkan pembibitan yang dituangkan dalam Surat Pernyataan. kabupaten/kota melakukan supervisi dan verifikasi. Hasil verifikasi selanjutnya disampaikan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk ditetapkan sebagai lokasi Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok Tahun C. Kelompok Peternak 1. Syarat kelompok peternak 2. Tatacara Seleksi Kelompok Peternak Proses seleksi calon kelompok peternak dilakukan oleh Tim Pusat, Tim Pembina Provinsi Dan Tim Teknis Kabupaten/Kota, secara bertahap sebagai berikut : a. Tim Pusat melakukan klarifikasi dan evaluasi proposal yang direkomendasikan oleh provinsi dan kabupaten/kota. a. Kelompok peternak aktif dan terdaftar di Dinas Provinsi/Kabupaten/ Kota, dengan jumlah anggota minimum 20 orang. b. Berdasarkan hasil klarifikasi dan evaluasi, Tim Pusat bersama dengan Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota b. Kelompok yang bersangkutan tidak mendapat penguatan modal melakukan verifikasi/peninjauan lapang terhadap calon kelompok atau fasilitas lain dari pemerintah pada tahun yang sama, kecuali penerima. kegiatan yang diprogramkan secara bertahap. c. Hasil verifikasi/peninjauan lapang dimusyawarahkan dengan Dinas c. Kelompok yang bersangkutan tidak bermasalah dengan perbankan, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Hasil musyarawah dituangkan kredit atau sumber permodalan lainnya. dalam berita acara yang memuat daftar kelompok peternak calon d. Kelompok bersangkutan telah mengajukan proposal kepada penerima. pemerintah diketahui atau mendapat rekomendasi dari Gubernur / d. Tim Pusat melakukan penilaian untuk selanjutnya menyampaikan Bupati/Walikota atau Kepala Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota. usulan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan e. Kelompok memiliki kandang bersama / kandang koloni dalam satu Hewan. areal. e. Atas dasar usulan tersebut Direktur Jenderal Peternakan dan 6 7 juknis.indd /07/2011 2:29:46

10 f. Kesehatan Hewan menetapkan kelompok Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok Tahun Hasil penetapan kelompok disosialisasikan atau diumumkan kepada masyarakat oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota. PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA MELALUI KELOMPOK TAHUN 2011 BAB III PENGAJUAN, PENYALURAN, PENGGUNAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA Hasil seleksi lokasi dan kelompok peternak sebagaimana diuraikan diatas yang akan ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dana Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok Tahun 2011 dialokasikan berupa dana bantuan sosial yang terdapat pada Belanja Lembaga Sosial DIPA Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun Proses pengajuan, penyaluran, penggunaan dan pertanggungjawaban dana dilakukan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan. A. Pengajuan dan Penyaluran Dana Proses pengajuan dan penyaluran dana dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Rencana Usaha Kelompok (RUK) disusun oleh kelompok dan disahkan/ ditandatangani oleh ketua kelompok dan dua anggota kelompok serta diketahui oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota. 2. Kelompok membuka rekening tabungan atas nama kelompok pada Kantor Cabang/Unit BRI/Bank Pos atau Bank lain terdekat dan memberitahukan dengan menunjukan buku tabungan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Direktorat Perbibitan Ternak, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 3. Ketua kelompok mengusulkan RUK kepada PPK Direktorat Perbibitan Ternak, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan setelah diverifikasi dan disetujui oleh Ketua Tim Teknis Kabupaten/Kota seperti pada Lampiran - 2 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan petunjuk teknis ini. 4. PPK meneliti RUK dari masing-masing kelompok yang akan dibiayai, selanjutnya mengajukan kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) untuk diproses lebih lanjut. 8 9 juknis.indd /07/2011 2:29:46

11 B KPA mengajukan Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) dengan lampiran sebagai berikut : a. SK Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tentang penetapan kelompok. b. Rekapitulasi RUK seperti pada Lampiran - 3 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Petunjuk Teknis ini. c. Kuitansi harus ditandatangani oleh ketua kelompok dan diketahui/ disetujui oleh PPK Direktorat Perbibitan Ternak, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan seperti pada Lampiran - 4 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Petunjuk Teknis ini. d. Fotocopy buku rekening tabungan atas nama kelompok pada Kantor Cabang/Unit BRI/Bank Pos atau Bank lain. e. Surat perjanjian kerjasama antara PPK dan Kelompok Peternak tentang pemanfaatan dana bantuan sosial seperti pada Lampiran - 5 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Petunjuk Teknis ini. 5. Atas dasar SPP-LS, Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran (P4) menguji dan menerbitkan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM- LS) dan selanjutnya KPA menyampaikan SPM-LS tersebut ke KPPN Jakarta V. Penyaluran dana kepada kelompok peternak penerima dilakukan dengan mekanisme penyaluran langsung (LS) ke rekening Bank terdekat atas nama kelompok peternak yang bersangkutan. 6. KPPN Jakarta V menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sesuai ketentuan yang diterbitkan oleh Kementerian Keuangan. B. Penggunaan dan Pertanggungjawaban Dana Dana yang telah disalurkan melalui mekanisme LS kepada kelompok peternak digunakan sesuai dengan RUK yang setujui oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota, antara lain untuk membiayai kegiatan-kegiatan sebagai berikut : Pembelian ternak sapi potong termasuk biaya pengangkutan dan pengujian kesehatan hewan, minimal 85 % Biaya pendukung lainnya sebesar maksimal 15 % antara lain untuk : a. b. Pembelian pakan konsentrat. Obat-obatan, perbaikan kandang dan pemeriksaan kesehatan ternak. c. Upah recorder dan pendamping. d. Kartu ternak, buku registrasi dan papan rekording. e. Microchip atau cap tinta (freeze branding) f. g. Konsultasi ke pusat atau ke instansi terkait lainnya. Administrasi (ATK dan pelaporan) Penyaluran dana dilakukan secara bertahap dengan ketentuan sebagai berikut: a. b. c. PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA MELALUI KELOMPOK TAHUN 2011 Penyaluran tahap pertama sebesar 40% (empat puluh persen) dari keseluruhan dana yang akan diterima oleh kelompok, apabila kelompok telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan PPK dan siap melaksanakan kegiatan; Penyaluran tahap kedua sebesar 30% (tiga puluh persen) dari keseluruhan dana yang akan diterima kelompok, apabila pekerjaan telah mencapai 30 % (tiga puluh persen) dari RUK yang dibuktikan dengan laporan realisasi perkembangan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan keuangan dalam kelompok yang diketahui/disetujui dari Tim Teknis Kabupaten/Kota ; dan Penyaluran tahap ketiga sebesar 30% (tiga puluh persen) dari keseluruhan dana yang akan diterima kelompok, apabila pekerjaan telah mencapai 60 % (enam puluh persen) dari RUK yang dibuktikan dengan laporan realisasi perkembangan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan keuangan dalam 11 juknis.indd /07/2011 2:29:46

12 kelompok yang diketahui/disetujui dari Tim Teknis Kabupaten/Kota. Dana harus digunakan atau dibelanjakan sesuai dengan RUK dan mendapat persetujuan/rekomendasi dari Tim Teknis Kabupaten/Kota. Penyelesaian realisasi pembelian ternak dilaksanakan dengan segera setelah uang masuk ke rekening kelompok. Dana pemerintah yang diberikan merupakan stimulan bagi kelompok yang penggunaannya sesuai dengan RUK bagi pengembangan pembibitan ternak, sehingga jika terjadi kekurangan dana untuk pengembangan, maka anggota kelompok memberikan kontribusi modal. Besarnya kontribusi penyediaan modal dari anggota kelompok ditetapkan atas kesepakatan anggota kelompok. Pengurus kelompok membukukan seluruh aktivitas penarikan dana, pembelanjaan dan penyerahan barang kepada anggota kelompok. BAB IV PEMBINAAN, PENGORGANISASIAN DAN INDIKATOR KEBERHASILAN A. Pembinaan 1. Pembinaan teknis kepada kelompok peternak, dilakukan oleh Tim Pembina Provinsi maupun Tim Teknis Kabupaten/Kota. Pembinaan teknis dilakukan pada pembelian ternak dan pengembangan pembibitan. Pembinaan teknis pada pembelian ternak dilakukan pada saat pemilihan ternak bibit, mengacu pada persyaratan spesifikasi teknis antara lain pada lampiran 1. Pembinaan teknis untuk pengembangan pembibitan meliputi manajemen pemeliharaan, pakan dan pembibitan a. Manajemen pemeliharaan : 1) Kandang a) b) Kandang harus memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan hewan; Kandang bersama / kandang koloni dimaksudkan untuk memudahkan manajemen pemeliharaan, mengumpulkan kotoran ternak yang dapat diolah menjadi pupuk organik dan/atau biogas. 2) Pemeliharaan ternak a) Anak ternak yang lahir wajib diberikan kolostrum selambat- lambatnya 1 jam setelah lahir. b) Sistem pemeliharan secara intensif dan semi intensif; juknis.indd /07/2011 2:29:46

13 3) Kesehatan Hewan c) Pelaksanaan IB, INKA dilakukan melalui pengaturan a) Melakukan tindakan biosecurity (semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan kontak/ penularan dengan peternakan yang tertular dan penyebaran penggunaan pejantan unggul atau semen untuk menghindari terjadinya perkawinan sedarah (inbreeding), maksimum 2,5 tahun pejantan berada di satu wilayah, selanjutnya di rotasi ke wilayah lainnya. penyakit). 2) Pencatatan (Rekording) b) c) Melakukan pemeriksaan kesehatan hewan secara berkala. Melakukan pemberian vitamin, obat cacing dan/atau vaksinasi sesuai peraturan kesehatan hewan. Pencatatan dilaksanakan oleh recorder kelompok pada kartu ternak (Lampiran - 6) dan buku registrasi ternak. Pencatatan data individu ternak meliputi : b. Pakan a) Nomor identifikasi ternak; Pemberian pakan mengikuti standar kebutuhan ternak sesuai dengan status fisiologis ternak, pakan diberikan sesuai dengan umur, b) c) Tetua (induk dan bapak); Kelahiran (tanggal, berat lahir dan jenis kelamin); berat badan dan kondisi ternak. Minimum pakan hijauan campuran d) Penyapihan (tanggal, berat sapih); (rumput + legume) 10 % dari berat badan ternak serta penambahan pakan penguat atau konsentrat. e) f) Perkawinan (tanggal kawin dan pejantan/kode straw); Status kesehatan (penyakit, vaksinasi, pengobatan dan Pada saat induk akan melahirkan (1 bulan sebelum melahirkan) reproduksi); c. ternak diberikan tambahan konsentrat hingga 1 bulan setelah melahirkan. Pakan untuk pedet mulai lahir hingga umur 1 bulan diperhatikan kecukupan susu, air minum dan pakan. Pembibitan 3) g) Mutasi ternak; Seleksi Seleksi dilakukan untuk memilih ternak induk, calon induk, calon pejantan, ternak pengganti dan ternak afkir. 1) Perkawinan ternak a) Ternak induk : memiliki status reproduksi yang normal dan a) Pola perkawinan dilakukan untuk pemurnian bangsa/ bebas penyakit (Brucelosis, IBR dan BVD); tidak cacat dan rumpun. mempunyai bobot sapih umur 205 hari (weaning weight b) Perkawinan dilakukan dengan cara inseminasi buatan (IB) dan/atau Intensifikasi Kawin Alam (INKA). ratio) di atas rata-rata; serta memiliki Body Condition Score (BCS) 2,5-3, juknis.indd /07/2011 2:29:46

14 b) c) Calon induk : memiliki bobot badan umur 205 hari, 365 hari di atas rata-rata. Calon pejantan : memiliki bobot umur 205 hari, 365 hari dan 2 tahun di atas rata-rata; pertambahan bobot badan antara umur 1-1,5 tahun di atas rata-rata; serta memiliki libido dan kualitas sperma baik. d) Ternak pengganti ( replacement stock) dipilih dari hasil keturunannya dengan cara sebagai berikut : Calon bibit betina dipilih 25 % terbaik untuk replacement, 10 % untuk pengembangan populasi kawasan, 60 % dijual ke luar kawasan sebagai bibit dan 5 % dijual sebagai ternak afkir (culling); Calon bibit jantan dipilih 10 % terbaik pada umur sapih dan bersama calon bibit betina 25 % terbaik untuk dimasukan pada uji performans. 4) Ternak Afkir ( culling) Pengeluaran ternak yang sudah dinyatakan tidak memenuhi persyaratan bibit (afkir/culling) memiliki ketentuan sebagai berikut : a) b) Untuk rumpun murni, 40 % dijual ke luar kawasan sebagai pejantan kawin alam dan 50 % ternak bibit jantan peringkat terendah saat seleksi pertama (umur sapih terkoreksi) dikeluarkan untuk dipotong; Ternak betina yang tidak memenuhi persyaratan sebagai bibit (5 %) dikeluarkan sebagai ternak afkir (culling); c) Ternak induk yang tidak produktif segera dikeluarkan. B. 5) Sertifikasi Bibit Bibit yang dihasilkan kelompok peternak agar diupayakan mendapatkan sertifikat. Sertifikasi adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap bibit ternak. Sertifikat bibit dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi produk yang terakreditasi atau yang ditunjuk oleh Menteri. Pelaksanaan lebih rinci terkait manajemen pemeliharaan, pakan dan pembibitan diatur dalam Juklak yang diterbitkan oleh Provinsi dan Juknis Pelaksanaan yang diterbitkan oleh Kabupaten/Kota. 2. Pembinaan kelembagaan, dikembangkan dalam rangka meningkatkan usaha kelompok sehingga berkembang menjadi gabungan kelompok, koperasi atau usaha berbadan hukum lainnya. Penguatan kelembagaan dilakukan melalui : dinamisasi aktivitas kelompok, kemampuan memupuk modal, kemampuan memilih bentuk dan memanfaatkan peluang usaha yang menguntungkan dan pengembangan jaringan kerjasama dengan pihak lain. Pembinaan kelembagaan dilakukan oleh Tim Pembina Provinsi dan/atau Tim Teknis Kabupaten/Kota, instansi dan/atau perusahaan terkait. 3. Pembinaan usaha kelompok difokuskan kepada usaha pembibitan ternak sapi potong, namun dapat dikembangkan jenis-jenis usaha lainnya dalam rangka mendukung usaha pembibitan ternak. Pembinaan usaha kelompok dilakukan oleh Tim Pembina Provinsi dan/atau Tim Teknis Kabupaten/Kota, instansi dan/atau perusahaan terkait. Pengorganisasian Untuk kelancaran kegiatan ini di tingkat Pusat dibentuk Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, di tingkat Provinsi dibentuk Tim Pembina Provinsi dan pada tingkat Kabupaten/Kota dibentuk Tim Teknis Kabupaten/Kota juknis.indd /07/2011 2:29:46

15 1. Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan b. Melakukan koordinasi dengan perusahaan yang bergerak di bidang Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan beranggotakan para wakil dari eselon dua terkait lingkup Direktorat pertanian maupun perusahaan di luar bidang pertanian serta instansi terkait lintas sektor lainnya di tingkat provinsi. Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, dengan tugas sebagai c. Melakukan identifikasi dan supervisi kesiapan lokasi dan calon berikut : kelompok penerima ternak bersama Tim Teknis Kabupaten/Kota. a. Menyusun Petunjuk Teknis Pengembangan Pembibitan Ternak d. Melakukan koordinasi dan verifikasi/peninjauan lapang dengan Tim Ruminansia melalui Kelompok Tahun Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Tim b. c. d. Melakukan klarifikasi dan evaluasi proposal yang diterima oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Melakukan verifikasi/peninjauan lapang kesiapan lokasi dan calon kelompok penerima ternak bersama-sama dengan Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota. Melakukan penilaian untuk selanjutnya menyampaikan usulan penetapan kelompok kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 3. Teknis Kabupaten/Kota dalam pembinaan dan pengawasan lanjutan pelaksanaan kegiatan serta membantu mengatasi permasalahan di lapangan. e. Menyusun dan melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok yang disampaikan kepada Kepala Dinas Provinsi untuk kemudian diteruskan ke Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Tim Teknis Kabupaten/Kota e. Melakukan koordinasi, sosialisasi dan pemantauan pelaksanaan kegiatan. Tim Teknis Kabupaten/Kota beranggotakan perwakilan dari Dinas Kabupaten/Kota dan petugas lapangan, dengan tugas sebagai berikut : 2. f. Melaporkan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan perkembangan pelaksanaan kegiatan. Tim Pembina Provinsi Tim Pembina Provinsi beranggotakan para wakil Sub Dinas terkait lingkup Dinas Provinsi, dengan tugas sebagai berikut : a. Menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Pengembangan a. b. c. Menyusun Petunjuk Teknis (Juknis) Pelaksanaan Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok Tahun 2011 dengan mengacu kepada Juklak dari provinsi dan Juknis dari Pusat. Melakukan seleksi proposal dan memberikan rekomendasi proposal kelompok. Melakukan seleksi calon lokasi dan calon kelompok untuk disampaikan ke Kepala Dinas Kabupaten/Kota. Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok Tahun 2011 dengan mengacu kepada Petunjuk Teknis ini. d. Melakukan koordinasi dan mendampingi Tim Pusat dan Tim Pembina Provinsi dalam rangka verifikasi/peninjauan lapang juknis.indd /07/2011 2:29:46

16 e. f. g. h. Memberikan rekomendasi kepada kelompok dalam rangka pencairan dana di Bank tempat rekening kelompok berada. Melakukan pendampingan kepada kelompok dalam rangka pembelian ternak. Melakukan pembinaan, pemantauan dan pengendalian terhadap pelaksanaan pengembangan pembibitan ternak di lapangan. Membuat laporan perkembangan pembibitan ternak di tingkat Kabupaten/Kota untuk disampaikan kepada Dinas Kabupaten/Kota dan diteruskan kepada Dinas Provinsi serta Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA MELALUI KELOMPOK TAHUN 2011 C. Indikator Keberhasilan Keberhasilan Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok ditinjau dari beberapa aspek, antara lain : 1. Aspek teknis : meningkatnya produktivitas dan populasi ternak. 2. Aspek kelembagaan : terbentuknya kelompok pembibitan ternak di perdesaan dan menguatnya kelembagaan perbibitan ternak. 3. Aspek usaha : meningkatnya skala usaha kelompok dan berkembangnya usaha agribisnis lainnya pada kelompok peternak tersebut. 4. Kelompok Peternak Kelompok peternak mempunyai kewajiban sebagai berikut : Menyusun RUK dan membuat Surat Pernyataan kelompok Mencairkan dana dari Bank setelah mendapat persetujuan tertulis dari Tim Teknis Kabupaten/Kota. Melakukan pembelian ternak sesuai spesifikasi teknis dan didampingi oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota. Memelihara ternak dengan baik dalam kandang bersama / kandang koloni. Memberikan pakan ternak dalam jumlah yang cukup, sesuai standar kebutuhan. Melakukan perkawinan ternak dengan pejantan/semen beku unggul. Melakukan pencatatan ternak (rekording) dan seleksi. Kelompok peternak yang dikembangkan oleh perusahaan terkait dengan kegiatan ini, mengikuti aturan sebagaimana poin 2 sampai dengan 6 tersebut di atas juknis.indd /07/2011 2:29:46

17 BAB V MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Peternakan dan Kesehatan Hewan, selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya. A. B. Monitoring dan Evaluasi Agar pemanfaatan dana berjalan secara efektif dan tepat penggunaannya di dalam pengelolaan usaha, maka kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan sedini mungkin untuk mengetahui berbagai masalah yang mungkin timbul maupun tingkat keberhasilan yang dapat dicapai. Untuk itu kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala dan berjenjang sesuai dengan tahapan kegiatan pengembangan usaha kelompok. Dengan demikian kegiatan monitoring dan evaluasi harus dilakukan pada saat sebelum dimulai kegiatan (ex-ante), saat dilakukan kegiatan (on-going) dan setelah dilakukan kegiatan (ex-post). Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota melakukan monitoring dan evaluasi serta membuat laporan tertulis secara berjenjang untuk dilaporkan ke pusat mengenai kemajuan pelaksanaan program Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok dan perkembangan populasi ternak B. Pelaporan Pelaporan diperlukan untuk mengetahui perkembangan pembibitan ternak di lapangan. Tahapan pelaporan adalah sebagai berikut : 3. Dinas Provinsi melakukan rekapitulasi seluruh laporan perkembangan yang diterima dari Kabupaten/Kota setiap bulan untuk disampaikan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, selambatlambatnya tanggal 15 bulan berikutnya Kelompok peternak wajib melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan setiap bulan kepada Dinas Kabupaten/Kota, seperti pada Lampiran - 9, selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya. 2. Dinas Kabupaten/Kota melakukan rekapitulasi seluruh laporan perkembangan yang diterima dari kelompok setiap bulan untuk disampaikan kepada Dinas Provinsi dengan tembusan Direktur Jenderal 23 juknis.indd /07/2011 2:29:46

18 BAB VI Lampiran 1. Spesifikasi Teknis Bibit Ternak Sapi Potong Betina PENUTUP 1. Persyaratan umum a. Sapi dalam kondisi bunting/siap bunting; Petunjuk Teknis Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok Tahun 2011 ini merupakan acuan untuk kelancaran pelaksanaan pengembangan pembibitan ternak sapi potong. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung pembibitan ternak di daerah secara berkelanjutan. b. c. Sehat dan bebas dari penyakit hewan menular yang dinyatakan oleh dokter hewan berwenang; Bebas dari segala cacat fisik; Dengan Petunjuk Teknis ini diharapkan semua pelaksana kegiatan dari tingkat pusat, provinsi, sampai kabupaten/kota dapat melaksanakan seluruh tahapan kegiatan secara baik dan benar menuju tercapainya sasaran yang telah ditetapkan. 2. d. Bebas dari cacat alat reproduksi, tidak memiliki ambing abnormal dan tidak menunjukkan gejala kemajiran. Persyaratan khusus a. Sapi Bali DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 1) 2) Persyaratan kualitatif a) warna bulu merah, lutut ke bawah putih, pantat putih berbentuk setengah bulan, ujung ekor hitam dan ada garis belut warna hitam pada punggung; b) tanduk pendek dan kecil; c) bentuk kepala panjang dan sempit serta leher ramping. Persyaratan kuantitatif Satuan dalam cm No Umur (bulan) Parameter Kelas I Kelas II Kelas III < 24 Lingkar dada minimum Tinggi pundak minimum Panjang badan minimum Lingkar dada minimum Tinggi pundak minimum Panjang badan minimum juknis.indd /07/2011 2:29:47

19 b. Sapi Peranakan Ongole PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA MELALUI KELOMPOK TAHUN 2011 c) kepala relatif ramping dan besar 1) Persyaratan kualitatif d) telinga lebar dan tergantung a) b) warna bulu putih, abu-abu, kipas ekor (bulu cambuk ekor) dan bulu sekitar mata berwarna hitam; tanduk pendek; e) f) berpunuk, punggung lurus dan lebar bergelambir dari rahang sampai kebagian ujung tulang dada bagian depan No c) badan besar, gelambir longgar bergantung, punuk besar dan leher pendek. 2) Persyaratan kuantitatif Satuan dalam cm Umur Parameter Kelas I Kelas II Kelas III (bulan) 2) g) tubuh cembung dan kompak h) kaki panjang dan besar i) pantat berbentuk bulat Persyaratan kuantitatif < 24 Lingkar dada minimum Tinggi pundak minimum Panjang badan minimum Lingkar dada minimum Tinggi pundak minimum Panjang badan minimum C. Sapi Brahman No Umur (bulan) 1 18 < 24 2 > Parameter Satuan Kelas I Kelas II Kelas III Lingkar dada minimum Cm Tinggi pundak minimun Cm Panjang badan minimum Cm Tinggi pinggul minimum Cm Bobot badan minimum Cm Lingkar dada minimum Cm Tinggi pundak minimum Cm Panjang badan minimum Cm Tinggi pinggul minimum Cm Bobot badan minimum Kg ) Persyaratan kualitatif berbulu tipis dan berwarna putih, pada leher dan bahu keabua) b) abuan tanduk pendek juknis.indd /07/2011 2:29:47

20 Lampiran - 2. Rencana Usaha Kelompok (RUK) Kelompok :... Desa/Kelurahan :... Kecamatan :... Kabupaten/Kota :... Provinsi :... RENCANA USAHA KELOMPOK (RUK) No. Kegiatan Volume Harga satuan (Rp) dst Jumlah..., Anggota : Ketua Kelompok, Jumlah Biaya (Rp) Lampiran - 3. Rekapitulasi Rencana Usaha Kelompok Kelompok :... Desa/Kelurahan :... Kecamatan :... Kabupaten/Kota :... Provinsi :... REKAPITULASI RENCANA USAHA KELOMPOK..., Yang Terhormat : Kuasa Pengguna Anggaran Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan No...tanggal... tentang penetapan kelompok sasaran kegiatan Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok, dengan ini kami mengajukan permohonan Dana Penguatan Modal Kelompok sebesar Rp.... (terbilang... ) sesuai Rencana Usaha Kelompok (RUK) terlampir dengan rekapitulasi kegiatan sebagai berikut : No Jumlah PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA MELALUI KELOMPOK TAHUN 2011 Kegiatan Jumlah Biaya (Rupiah) Selanjutnya kegiatan tersebut akan dilaksanakan sesuai dengan Surat Perjanjian Kerjasama Nomor... tanggal..., dana penguatan modal tersebut agar dipindahbukukan ke rekening Kelompok... No. Rekening... Pada cabang/unit Bank... di... Menyetujui : Ketua Tim Teknis, Ketua Kelompok, Menyetujui : Ketua Tim Teknis, NIP. Mengetahui/Menyetujui Pejabat Pembuat Komitmen Direktorat Perbibitan Ternak NIP. Drs. Bagus Pancaputra, MSi Nip juknis.indd /07/2011 2:29:47

21 Lampiran 4. Format Kuitansi Lampiran 5. Surat Perjanjian Kerjasama Sudah diterima dari : Uang sebanyak : KUITANSI No. :... NPWP :... MAK :... T.A :... Kuasa Pengguna Anggaran Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan SURAT PERJANJIAN KERJASAMA Nomor : Antara PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK Dengan KELOMPOK... Untuk pembayaran : Dana Penguatan Modal Usaha Kelompok... Di Desa/Kelurahan... Kecamatan... Kabupaten/Kota... Sesuai surat perjanjian kerjasama No.... tanggal... Terbilang Rp. : , Yang menerima : Mengetahui/Menyetujui Ketua Kelompok... Pejabat Pembuat Komitmen Direktorat Perbibitan Ternak Meterai Rp ,- Drs. Bagus Pancaputra, MSi. N1P Setuju dibayar Kuasa Pengguna Anggaran... Drh. Prabowo Respatiyo Caturroso, MM., PhD NIP Tentang PEMANFAATAN DANA BANTUAN SOSIAL UNTUK PENGEMBANGAN PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA MELALUI KELOMPOK TAHUN 2011 Pada hari ini,... tanggal,... bulan... tahun dua ribu sebelas bertempat di Kantor Direktorat Perbibitan Ternak, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian jalan Harsono RM No.3 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, kami yang bertanda tangan di bawah ini : 1. Drs. Bagus Pancaputra, M.Si : Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Direktorat Perbibitan Ternak, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan DIPA Satuan Kerja Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun Anggaran 2011 Nomor : 0327/ /00/2011 tanggal 20 Desember 2010, yang berkedudukan di Jalan Harsono RM No 3 Gd C Lt. 8 Jakarta Selatan yang untuk selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA : Ketua Kelompok..., dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kelompok 31 juknis.indd /07/2011 2:29:47

22 ..., yang berkedudukan di Desa/ Kelurahan..., Kecamatan... Kabupaten/Kota... yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. Kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan Perjanjian Kerjasama yang mengikat dan berakibat hukum bagi kedua belah pihak untuk melaksanakan pemanfaatan dana bantuan sosial Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2011untuk kegiatan Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok, dengan ketentuan sebagai berikut : Pasal 1 DASAR PELAKSANAAN Keputusan Presiden No. 42 Tahun 2002, tentang Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 54 Tahun 2010, tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah. Petunjuk Teknis Pengembangan Pembibitan Ternak ruminansia melalui Kelompok Tahun 2011, yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. DIPA Satuan Kerja Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun Anggaran 2011 Nomor : 0327./ /00/2011 tanggal 20 Desember 2010; Peraturan Menteri Pertanian No. 66/Permentan/OT.140/12/2010, tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Untuk Pertanian Tahun Anggaran 2011; Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor tanggal... tentang Penetapan Kelompok Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok Tahun Pasal 2 LINGKUP PEKERJAAN 1. PIHAK PERTAMA memberikan tugas kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA telah setuju untuk menerima dan memanfaatkan dana bantuan sosial untuk kegiatan Pengembangan Pembibitan Ternak ruminansia melalui Kelompok tersebut sesuai dengan Rencana Usaha Kelompok (RUK). 2. Pembelian ternak oleh PIHAK KEDUA mengikuti spesifikasi Teknis Bibit Ternak pada Lampiran - 1 petunjuk teknis Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok Tahun Perkawinan ternak dilakukan melalui teknik Inseminasi Buatan (IB) dengan menggunakan semen beku ternak produksi dalam negeri yang telah diuji mutunya dan atau kawin alam menggunakan sapi pejantan unggul bangsa/rumpun sejenis. Pasal 3 SUMBER DAN JUMLAH DANA Sumber dan jumlah dana bantuan sosial untuk kegiatan Pengembangan Pembibitan Ternak ruminansia melalui Kelompok yang diterima oleh PIHAK KEDUA adalah : (1) Sumber dana sebagaimana tertuang dalam DIPA Satuan Kerja Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun Anggaran 2011 Nomor : 0327./ /00/2011 tanggal 20 Desember 2010; (2) Jumlah dana yang disepakati kedua belah pihak adalah sebesar Rp (dengan huruf). Pasal 4 PEMBAYARAN 1. Pembayaran dana bantuan sosial untuk kegiatan Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok dimaksud pada pasal 3 ayat (2) Surat Perjanjian Kerjasama ini akan dilakukan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA setelah Surat Perjanjian Kerjasama ini ditandatangani, dilaksanakan melalui Surat Perintah Membayar (SPM) yang disampaikan oleh KPA kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta V, dengan cara pembayaran langsung (LS) ke rekening Kelompok......, Desa/Kelurahan... Kecamatan... Kabupaten/Kota... pada Bank... Nomor Rekening : Penarikan dana dari Bank harus dilakukan dengan persetujuan Tim Teknis Kabupaten/ Kota serta tanda tangan ketua kelompok dan 2 (dua) orang anggota sesuai dengan RUK. 3. Penyaluran dana kepada PIHAK KEDUA dilakukan secara bertahap dengan ketentuan sebagai berikut : a. Tahap pertama sebesar 40% (empat puluh persen) dari keseluruhan dana, apabila PIHAK KEDUA telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan PIHAK PERTAMA; b. Tahap kedua sebesar 30% (tiga puluh persen) dari keseluruhan dana yang akan diterima PIHAK KEDUA, apabila pekerjaan telah mencapai 30 % (tiga puluh persen) dari RUK yang dibuktikan dengan laporan realisasi perkembangan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan keuangan oleh PIHAK KEDUA yang diketahui/disetujui dari Tim Teknis Kabupaten/Kota ; c. Tahap ketiga sebesar 30% (tiga puluh persen) dari keseluruhan dana yang akan diterima PIHAK KEDUA, apabila pekerjaan telah mencapai 60 % (enam puluh persen) dari RUK yang dibuktikan dengan laporan realisasi perkembangan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan keuangan oleh PIHAK KEDUA yang diketahui/disetujui dari Tim Teknis Kabupaten/Kota juknis.indd /07/2011 2:29:47

23 Pasal 5 SANKSI 1. Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat melaksanakan pemanfaatan dana bantuan sosial sesuai dengan Pasal 2, maka PIHAK PERTAMA berhak secara sepihak mencabut seluruh dana yang diterima PIHAK KEDUA yang mengakibatkan surat perjanjian kerjasama batal; 2. Dana yang dicabut oleh PIHAK PERTAMA disetorkan kembali ke Kas Negara. 3. Berkas pengajuan pencairan dana tahap kedua atau ketiga, diterima oleh PIHAK PERTAMA paling lambat tanggal 15 Desember tahun berjalan Pasal 6 PERSELISIHAN Apabila terjadi perselisihan antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sehubungan dengan surat perjanjian kerjasama ini, maka akan diselesaikan secara musyawarah untuk memperoleh mufakat; Apabila dengan cara musyawarah belum dapat dicapai suatu penyelesaian, maka kedua belah pihak menyerahkan perselisihan ini kepada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; Keputusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum adalah mengikat kedua belah pihak. Pasal 7 FORCE MAJEURE 1. Jika timbul keadaan memaksa (force majeure) yaitu hal-hal yang diluar kekuasaan PIHAK KEDUA sehingga tertundanya pelaksanaan kegiatan, maka PIHAK KEDUA harus memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA dengan tembusan kepada Tim Teknis dalam waktu 4 x 24 jam ; 2. Keadaan memaksa (force majeure) yang dimaksud pasal 7 ayat (1) adalah : a. Bencana alam seperti gempa bumi, angin topan, banjir besar, kebakaran yang bukan disebabkan kelalaian PIHAK KEDUA ; b. Peperangan ; c. Perubahan kebijakan moneter berdasarkan Peraturan Pemerintah. Pasal 8 LAIN-LAIN 3. Perubahan atas surat perjanjian kerjasama ini tidak berlaku kecuali terlebih dahulu harus dengan persetujuan kedua belah pihak; 4. PIHAK KEDUA wajib membuat surat kesanggupan kelompok sebagaimana Lampiran 7 pada Petunjuk Teknis Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok; 5. Guna menindaklanjuti Undang-Undang Anti Korupsi serta dalam rangka peningkatan Good Governance maka tidak ada pemberian atau imbalan dalam bentuk apapun dari PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA maupun pejabat di lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan berkenaan dengan penerimaan dana PMUK ini dengan surat pernyataan sebagaimana Lampiran - 8 pada Petunjuk Teknis Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok. Pasal 9 P E N U T U P Surat perjanjian kerjasama ini ditanda tangani oleh kedua belah pihak dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab tanpa adanya paksaan dari manapun dan dibuat rangkap 6 (enam) yang kesemuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama untuk digunakan sebagaimana mestinya. PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA Ketua Kelompok Pejabat Pembuat Komitmen... Direktorat Perbibitan Ternak, Materai Rp Drs. Bagus Pancaputra, M.Si NIP Mengetahui/Menyetujui : Kuasa Pengguna Anggaran Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 1. Bea materai yang timbul akibat pembuatan surat perjanjian kerjasama ini menjadi beban PIHAK KEDUA; 2. Segala lampiran yang melengkapi surat perjanjian kerjasama ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan mempunyai kekuatan hukum yang sama; 34 Drh. Prabowo Respatiyo Caturroso, MM., PhD NIP juknis.indd /07/2011 2:29:47

24 Lampiran 6. Kartu Ternak Lampiran 7. Surat Kesanggupan Kelompok SURAT KESANGGUPAN KELOMPOK Nama Pemilik : Yang bertandatangan di bawah ini : A l a m a t No. Identifikasi : : : Nama :... Jabatan : Ketua Kelompok Peternak... Alamat :... Dengan ini menyatakan, bahwa saya atas nama kelompok peternak penerima kegiatan Jenis Kelamin : Pengembangan Pembibitan Ternak Ruminansia melalui Kelompok tahun 2011 sanggup No. Registrasi : dan bersedia : 1. Mencairkan dana dari Bank setelah mendapat persetujuan tertulis dari Tim Teknis Tanggal Lahir : Kabupaten/Kota. 2. Memelihara ternak dengan baik dalam kandang bersama / kandang koloni. Nama Induk : 3. Melakukan pembelian ternak sesuai spesifikasi teknis yang tercantum di dalam petunjuk teknis. Nama Bapak : 4. Memberikan pakan harian kepada ternak dalam jumlah sesuai dengan standar kebutuhan. 5. Melakukan perkawinan ternak dengan IB dan/atau kawin alam dengan menggunakan semen beku dan/atau pejantan unggul. Produktivitas 6. Melakukan pencatatan ternak (rekording), seleksi dan perkembangan usaha. Waktu Ukur Lingkar Dada (cm) Panjang Badan (cm) Tinggi Pundak (cm) Berat Badan (kg) BCS Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila dikemudian hari saya melanggar hal-hal tersebut diatas, saya bersedia dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangan. Lahir..., Sapih (6 bulan) Umur 1 Tahun Ketua Kelompok Peternak... Umur 2 Tahun Meterai juknis.indd /07/2011 2:29:47

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PEDOMAN PENGUJIAN DAN PENYALURAN DANA PENGUATAN MODAL USAHA KELOMPOK KEPADA KELOMPOK SASARAN PADA KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 63/Permentan/OT.140/8/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 63/Permentan/OT.140/8/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 63/Permentan/OT.140/8/2007 TENTANG PEDOMAN PENGAJUAN DAN PENYALURAN DANA PENGUATAN MODAL USAHA AGRIBISNIS KEPADA LEMBAGA MANDIRI YANG MENGAKAR DI MASYARAKAT (LM3) PADA

Lebih terperinci

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 282/Kpts/KU.210/4/2006 TENTANG PEDOMAN PENGAJUAN DAN PENYALURAN DANA PENGUATAN MODAL USAHA AGRIBISNIS KEPADA LEMBAGA MANDIRI YANG MENGAKAR DI MASYARAKAT (LM3)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 282/Kpts/KU.210/4/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 282/Kpts/KU.210/4/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 282/Kpts/KU.210/4/2006 TENTANG PEDOMAN PENGAJUAN DAN PENYALURAN DANA PENGUATAN MODAL USAHA AGRIBISNIS KEPADA LEMBAGA MANDIRI YANG MENGAKAR DI MASYARAKAT (LM3) PADA DAFTAR

Lebih terperinci

Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN PENDAHULUAN Peraturan Menteri Keuangan Nomor 241/PMK.05/2011 tanggal 27

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012 PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Peningkatan produksi ternak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 12/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PEDOMAN PENYALURAN BANTUAN SOSIAL KEPADA PETANI TAHUN ANGGARAN 2008

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 12/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PEDOMAN PENYALURAN BANTUAN SOSIAL KEPADA PETANI TAHUN ANGGARAN 2008 PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 12/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PEDOMAN PENYALURAN BANTUAN SOSIAL KEPADA PETANI TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN SAPI/KERBAU BETINA BUNTING TAHUN 2015

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN SAPI/KERBAU BETINA BUNTING TAHUN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN SAPI/KERBAU BETINA BUNTING TAHUN 2015 Direktorat Perbibitan Ternak DIREKTORAL JENderal peternakan dan kesehatan hewan Kementerian pertanian 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN OPTIMALISASI FUNGSI UNIT PEMBIBITAN DAERAH TAHUN 2015

PEDOMAN PELAKSANAAN OPTIMALISASI FUNGSI UNIT PEMBIBITAN DAERAH TAHUN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN OPTIMALISASI FUNGSI UNIT PEMBIBITAN DAERAH TAHUN 2015 Direktorat Perbibitan Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian-RI Jl. Harsono RM No. 3 Pasar

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan. No.304, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR :40/Permentan/PD.400/9/2009 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELUARAN BIBIT SAPI BALI SENTRA TERNAK SOBANGAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELUARAN BIBIT SAPI BALI SENTRA TERNAK SOBANGAN BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELUARAN BIBIT SAPI BALI SENTRA TERNAK SOBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa sapi

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 40/Permentan/PD.400/9/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa usaha

Lebih terperinci

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia Standar Nasional Indonesia Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Copyright notice Hak cipta dilindungi undang undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 48/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG PEWILAYAHAN SUMBER BIBIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 48/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG PEWILAYAHAN SUMBER BIBIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 48/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG PEWILAYAHAN SUMBER BIBIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 48/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG PEWILAYAHAN SUMBER BIBIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 48/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG PEWILAYAHAN SUMBER BIBIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 48/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG PEWILAYAHAN SUMBER BIBIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

TATACARA PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN PEMBERIAN HIBAH

TATACARA PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN PEMBERIAN HIBAH LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 34 /PB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM

Lebih terperinci

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016 1 KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016 TENTANG

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi perkebunan yang sebagian terbesar merupakan perkebunan rakyat, perjalanan sejarah pengembangannya antara usaha perkebunan rakyat dan perkebunan besar, berjalan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 35/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK RUMINANSIA BETINA PRODUKTIF

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 35/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK RUMINANSIA BETINA PRODUKTIF PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 35/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK RUMINANSIA BETINA PRODUKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 35/permentan/OT.140/7/2011 PENGENDALIAN TERNAK RUMINANSIA BETINA PRODUKTIF

PERATURAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 35/permentan/OT.140/7/2011 PENGENDALIAN TERNAK RUMINANSIA BETINA PRODUKTIF PERATURAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 35/permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK RUMINANSIA BETINA PRODUKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep.

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep. KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 01/Per/Dep.3/II/2014

Lebih terperinci

- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA - 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH NOMOR 08 / Per / Dep.2 / XII / 2016 TENTANG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa sapi peranakan ongole

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Pengembangan pembibitan

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN FASILITASI PEMBINAAN WANAWIYATA WIDYAKARYA TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN

PANDUAN PELAKSANAAN FASILITASI PEMBINAAN WANAWIYATA WIDYAKARYA TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN PANDUAN PELAKSANAAN FASILITASI PEMBINAAN WANAWIYATA WIDYAKARYA TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu target RPJM tahun 2015 2019 Pusat Penyuluhan - BP2SDM adalah pembentukan 250 Lembaga

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 28/Menhut-II/2010 TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN BENIH TANAMAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 28/Menhut-II/2010 TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN BENIH TANAMAN HUTAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 28/Menhut-II/2010 TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN BENIH TANAMAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1055/Kpts/SR.120/10/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1055/Kpts/SR.120/10/2014 TENTANG KAMBING SENDURO MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1055/Kpts/SR.120/10/2014 TENTANG PENETAPAN GALUR KAMBING SENDURO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPBULIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.995, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Penyediaan dan Peredaran Susu. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMENTAN/PK.450/7/2017 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEREDARAN SUSU

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 I. BENIH PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL BENIH DAN BIBIT TERNAK YANG AKAN DIKELUARKAN A. Semen Beku Sapi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 54/Permentan/OT.140/10/2006 PEDOMAN PEMBIBITAN SAPI POTONG YANG BAIK (GOOD BREEDING PRACTICE)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 54/Permentan/OT.140/10/2006 PEDOMAN PEMBIBITAN SAPI POTONG YANG BAIK (GOOD BREEDING PRACTICE) PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 54/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN SAPI POTONG YANG BAIK (GOOD BREEDING PRACTICE) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang :

Lebih terperinci

Bibit sapi Bali SNI 7355:2008

Bibit sapi Bali SNI 7355:2008 Standar Nasional Indonesia Bibit sapi Bali ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Persyaratan

Lebih terperinci

KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR: 131 /PMK.05/2009 TENTANG KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan hasil putusan Rapat Koordinator

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.54, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Benih Bina. Peredaran. Produksi. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN HIBAH BANTUAN ASPAL DARI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 54/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN SAPI POTONG YANG BAIK (GOOD BREEDING PRACTICE)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 54/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN SAPI POTONG YANG BAIK (GOOD BREEDING PRACTICE) PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 54/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN SAPI POTONG YANG BAIK (GOOD BREEDING PRACTICE) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 071 TAHUN 2013 TENTANG PENGELUARAN TERNAK DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 071 TAHUN 2013 TENTANG PENGELUARAN TERNAK DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 071 TAHUN 2013 TENTANG PENGELUARAN TERNAK DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PEMBIBITAN UNGGAS DIKABUPATEN/KOTA TERPILIH TAHUN 2015

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PEMBIBITAN UNGGAS DIKABUPATEN/KOTA TERPILIH TAHUN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PEMBIBITAN UNGGAS DIKABUPATEN/KOTA TERPILIH TAHUN 2015 Direktorat Perbibitan Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian-RI Jl. Harsono

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015 1 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PEMOTONGAN TERNAK RUMINANSIA BESAR BETINA PRODUKTIF

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN USAHA PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN USAHA PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN USAHA PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 DIREKTORAT PERBIBITAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN Jln. Kusumanegara No. 9 Yogyakarta Telepon ( 0274 ) 512063 Faximile 581335 Website : disperindag.jogjaprov.go.id Kode Pos

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Belanja Pensiun. PT. Taspen. Prosedur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Belanja Pensiun. PT. Taspen. Prosedur. No.593, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Belanja Pensiun. PT. Taspen. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 218/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PERHITUNGAN,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 81 /PER-DJPB/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PEMBIBITAN UNGGAS DI KABUPATEN/KOTA TERPILIH TAHUN 2016

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PEMBIBITAN UNGGAS DI KABUPATEN/KOTA TERPILIH TAHUN 2016 PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PEMBIBITAN UNGGAS DI KABUPATEN/KOTA TERPILIH TAHUN 2016 DIREKTORAT PERBIBITAN DAN PRODUKSI TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Belanja Pensiun. PT Taspen (PERSERO). Perhitungan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.02/2013

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1339, 2015 KEMEN-PUPR. Perumahan Swadaya. Bantuan Stimulan. Pedoman. Perubahan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/PRT/M/2015

Lebih terperinci

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan c, perlu ditetapkan Keputusan Gubernur Jawa Barat tentang Penunjukan

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan c, perlu ditetapkan Keputusan Gubernur Jawa Barat tentang Penunjukan Gubernur Jawa Barat KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 584.2/Kep. 1566-Diskop UMKM/2011 TENTANG PENUNJUKAN PT.BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN, Tbk SEBAGAI BANK PELAKSANA PENGELOLAAN DANA

Lebih terperinci

2017, No dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf

2017, No dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2017 KEMEN-LHK. Penyaluran Bantuan Lainnya. Karakteristik Bantuan Pemerintah. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/Per/M.KUKM/VIII/2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KAWASAN

Lebih terperinci

PANDUAN PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PEMERINTAH PENGEMBANGAN SEKOLAH MODEL PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PANDUAN PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PEMERINTAH PENGEMBANGAN SEKOLAH MODEL PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PANDUAN PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PEMERINTAH PENGEMBANGAN SEKOLAH MODEL PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2017 PANDUAN PETUNJUK

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENETAPAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK TAHUN 2014

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENETAPAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK TAHUN 2014 PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENETAPAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK TAHUN 2014 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial Pada Kementerian Negara/Lembaga; Mengingat : 1. Undan

2016, No Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial Pada Kementerian Negara/Lembaga; Mengingat : 1. Undan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2147, 2016 KEMENKEU. Belanja Bantuan Sosial. K/L. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 228/PMK.05/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa domba sapudi merupakan salah satu

Lebih terperinci

TENTANG BELANJA DANA HIBAH PENYELENGGARAAN PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT TAHUN 2017

TENTANG BELANJA DANA HIBAH PENYELENGGARAAN PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT TAHUN 2017 NASKAH PERJANJIAN HIBAH DAERAH ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT DENGAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR : 180/ /1.02/NPHD/HK/TUBABA/2016 NOMOR : 001/BAWASLU.LA-10/VI/2016

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 54 /PB/2007 TENTANG PETUNJUK PENCAIRAN DAN PENYALURAN DANA PENGUATAN MODAL

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN HIBAH BANTUAN ASPAL

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH, BIBIT TERNAK DAN TERNAK POTONG. No KODE NAMA FORMULIR DITANDATANGANI OLEH

FORMULIR PERMOHONAN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH, BIBIT TERNAK DAN TERNAK POTONG. No KODE NAMA FORMULIR DITANDATANGANI OLEH LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 FORMULIR PERMOHONAN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH, BIBIT TERNAK DAN TERNAK POTONG. No KODE NAMA FORMULIR

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN MUTU BIBIT INDUK AYAM RAS UMUR SEHARI (DOC-PS)

PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN MUTU BIBIT INDUK AYAM RAS UMUR SEHARI (DOC-PS) DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN NOMOR : 02/Kpts/PD.430/F/01.07 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN MUTU BIBIT INDUK AYAM RAS UMUR SEHARI (DOC-PS)

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK TAHUN 2015

PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK TAHUN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK TAHUN 2015 Direktorat Perbibitan Ternak DIREKTORAL JENderal peternakan dan kesehatan hewan Kementerian pertanian 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang: a. bahwa ternak sapi dan kerbau

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.427, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Produksi. Peredaran. Benih. Bibit. Ternak. Pengawasan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/Permentan/OT.140/3/2014 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

-2- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Re

-2- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Re GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

NASKAH PERJANJIAN HIBAH DAERAH

NASKAH PERJANJIAN HIBAH DAERAH NASKAH PERJANJIAN HIBAH DAERAH ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT DENGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR : 900/ /NPHD/I.02/HK/TUBABA/2016 NOMOR : /NPHD/KPU.Kab-008.680696/2016

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 57/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN KAMBING DAN DOMBA YANG BAIK (GOOD BREEDING PRACTICE)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 57/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN KAMBING DAN DOMBA YANG BAIK (GOOD BREEDING PRACTICE) PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 57/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN KAMBING DAN DOMBA YANG BAIK (GOOD BREEDING PRACTICE) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 269/PMK.05/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 269/PMK.05/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 269/PMK.05/2014 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, PENYALURAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA ANGGARAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/PERMEN-KP/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PEMBIBITAN KERBAU DI KABUPATEN TERPILIH TAHUN 2016

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PEMBIBITAN KERBAU DI KABUPATEN TERPILIH TAHUN 2016 PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PEMBIBITAN KERBAU DI KABUPATEN TERPILIH TAHUN 2016 DIREKTORAT PERBIBITAN DAN PRODUKSI TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1038, 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN. Kerjasama. Optimalisasi. Tusi. Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

PERATURAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Jalan Jenderal Sudirman, Gedung E Lantai 12 13, Senayan, Jakarta 10270 Telepon (021) 5725477 (Hunting), 5725471-74

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 56 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 56 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 56 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 370 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYEBARAN DAN PENGEMBANGAN TERNAK BIBIT MILIK PEMERINTAH KABUPATEN BANJARNEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.55/MenLHK/Setjen/Kum.1/6/2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYALURAN BANTUAN LAINNYA YANG MEMILIKI KARAKTERISTIK BANTUAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201 No.403, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. BSPS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2018 2018 TENTANG BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBIBITAN TERNAK SAPI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 57/Permentan/OT.140/10/2006 PEDOMAN PEMBIBITAN KAMBING DAN DOMBA YANG BAIK (GOOD BREEDING PRACTICE)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 57/Permentan/OT.140/10/2006 PEDOMAN PEMBIBITAN KAMBING DAN DOMBA YANG BAIK (GOOD BREEDING PRACTICE) PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 57/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN KAMBING DAN DOMBA YANG BAIK (GOOD BREEDING PRACTICE) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HIBAH YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 29 /PB/2007 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN GAJI DAN INSENTIF PEGAWAI TIDAK

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-20/PB/2006 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA JAMINAN SOSIAL PENYANDANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 51/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 51/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 51/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG REKOMENDASI PERSETUJUAN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH DAN/ATAU BIBIT TERNAK KE DALAM DAN KE LUAR WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PEMBIBITAN SAPI PERAH DI KABUPATEN / KOTA TERPILIH TAHUN 2016

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PEMBIBITAN SAPI PERAH DI KABUPATEN / KOTA TERPILIH TAHUN 2016 PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PEMBIBITAN SAPI PERAH DI KABUPATEN / KOTA TERPILIH TAHUN 2016 DIREKTORAT perbibitan dan produksi ternak DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA TAHUN 2014 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA TAHUN 2014 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA TAHUN 2014 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Pengembangan perbibitan

Lebih terperinci

BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA

BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 52/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 52/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 52/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG REKOMENDASI PERSETUJUAN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN TERNAK KE DALAM DAN KELUAR WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH, BIBIT TERNAK, DAN TERNAK POTONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1070, 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN. Sapi. Bakalan. Induk Potong. Pemasukan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85/Permentan/PD.410/8/2013

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2135, 2016 KEMENPORA. Bantuan Pemerintah. Pedoman Umum. Juknis. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

2017, No Menteri Petanian tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tah

2017, No Menteri Petanian tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tah No.1230, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Ayam Ras dan Telur Konsumsi. Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PERMENTAN/PK.230/9/2017

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dengan Keputusan

Lebih terperinci

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 34 TAHUN 2007

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 34 TAHUN 2007 GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 34 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN DAN PENGEMBALIAN DANA PENGUATAN MODAL USAHA KELOMPOK (PMUK) BERGULIR PADA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI LAMPUNG

Lebih terperinci

2013, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA. BAB I KETENTUAN UMU

2013, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA. BAB I KETENTUAN UMU No.103, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. Pelaksanaan. APBN. Tata Cara. (Penjelesan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

1 of 6 18/12/ :12

1 of 6 18/12/ :12 1 of 6 18/12/2015 16:12 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 217/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENGHITUNGAN, PEMBAYARAN,

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DI KABUPATEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

NASKAH PERJANJIAN HIBAH DAERAH ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT DENGAN KEPOLISIAN RESOR TULANG BAWANG TENTANG

NASKAH PERJANJIAN HIBAH DAERAH ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT DENGAN KEPOLISIAN RESOR TULANG BAWANG TENTANG NASKAH PERJANJIAN HIBAH DAERAH ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT DENGAN KEPOLISIAN RESOR TULANG BAWANG NOMOR : 180/ NOMOR : /1.02/NPHD/HK/TUBABA/2016 TENTANG BELANJA DANA HIBAH PENGAMANAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci