PENGENDALIAN TINGKAH LAKU ANAK DALAM PRAKTEK KEDOKTERAN GIGI. Oleh: Soesilo Soeparmin
|
|
- Benny Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGENDALIAN TINGKAH LAKU ANAK DALAM PRAKTEK KEDOKTERAN GIGI Oleh: Soesilo Soeparmin ABSTRAK Anak-anak memiliki berbagai macam sifat yang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan praktek dokter gigi. Perilaku anak tersebut ada kalanya dapat memudahkan atau menyulitkan dokter gigi dalam melakukan perawatan. Kunci keberhasilan perawatan gigi pada anak selain ditentukan oleh pengetahuan klinis dan ketrampilan dokter gigi, sebagian juga ditentukan oleh kesanggupan anak untuk bekerjasama selama perawatan. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui strategi pengendalian tingkah laku anak dalam praktek kedokteran gigi. Perawatan terhadap anak-anak adalah hubungan antara dokter gigi - pasien anak - orang tua/ orang yang mendampingi anak tersebut (one to two relationship). Dasar dari menerapkan perilaku kedokteran gigi terhadap anak-anak adalah dengan membentuk kemampuan untuk dapat mengarahkan mereka melalui pengalaman perawatan gigi mereka. Yang terpenting dalam perawatan pasien anak adalah hubungan yang dinamis diantara pasien anak, keluarga dan dokter gigi. Strategi pengendalian tingkah laku anak yang dapat diterapkan dalam praktek kedokteran gigi adalah strategi modeling, desensitisasi dan kombinasinya. Untuk melengkapi strategi ini, dapat digunakan metode Tell-Show-Do dan reinforcement, sedangkan Hand Over Mouth Exercise jangan dilakukan pada anak yang mengalami rasa takut. Kata Kunci : Strategi Pengendalian, Tingkah Laku CONTROL OF BEHAVIOUR CHILD IN DENTIST PRACTICE Soesilo Soeparmin ABSTRACT Children have a wide range of properties that are influenced by the family environment, society and the environment dental practice. The child's behavior can sometimes facilitate or complicate the dentist to perform maintenance. The key to success in addition to dental care in children is determined by the clinical knowledge and skills of the dentist, is also partly determined by the child's ability to cooperate during treatment. This research aims to determine the control strategy of the child's behavior in the practice of dentistry. Treatment of children is the relationship between the dentist - pediatric patients - the parents / persons accompanying the child (one-to-two relationship). The basis of applying behavior towards children dentistry is to establish the ability to be able to steer them through their dental experience. Most important in the treatment of pediatric patients is a dynamic relationship among pediatric patients, families and dentists. Child behavior control strategies that can be applied in dental practice is a strategy modeling, desensitization, and combinations thereof. To complement this strategy, the method can be used Tell-Show-Do and reinforcement, while Hand Over Mouth Exercise should not be performed on children who experience fear. Keywords : Control Strategy, Behavior
2 Korespondensi : Sosilo Soeparmin, drg., M.S., Bagian Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Mahasaraswati Denpasar, Jl. Kamboja 11A Denpasar, Telp. (0361) , Fax. (0361) , soesilo.soeparmin@gmail.com PENDAHULUAN Dalam melakukan perawatan terhadap pasien anak-anak yang harus diperhatikan adalah bagaimana sikap (perilaku) anak menerima suatu perawatan yang diberikan oleh dokter gigi. Anakanak memiliki berbagai macam sifat yang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan praktek dokter gigi. Perilaku anak tersebut ada kalanya dapat memudahkan atau menyulitkan dokter gigi dalam melakukan perawatan. Dalam hal ini ada banyak cara yang bisa dilakukan sehingga penting untuk seorang dokter gigi mengetahui perilaku anak dan bagaimana cara berkomunikasi dengan anak sehingga perawatan yang dilakukan menjadi lebih mudah. Kunci keberhasilan perawatan gigi pada anak selain ditentukan oleh pengetahuan klinis dan ketrampilan dokter gigi, sebagian juga ditentukan oleh kesanggupan anak untuk bekerjasama selama perawatan. Hal tersebut menyebabkan dokter gigi yang merawat pasien anak harus mampu melakukan pengelolaan perilaku agar pasien bersikap kooperatif. Pada umumnya, anak yang datang ke praktik dokter gigi berperilaku kooperatif dan dapat menerima perawatan gigi dengan baik apabila diperlakukan dengan benar sesuai dengan dasar-dasar pengelolaan perilaku. Namun, sebagian anak berperilaku non kooperatif serta bersikap negatif pada perawatan gigi. 1 Dalam melakukan perawatan gigi anak, terdapat tiga komponen yang harus bekerja sama, agar perawatan dapat berlangsung dengan lancar. Komponen tersebut digambarkan dalam bentuk segitiga yang dikenal sebagai segitiga perawatan gigi anak. Pada segitiga tersebut, bagian sudut-sudutnya ditempati oleh dokter gigi, keluarga (terutama ibu) dan anak sebagai pasien terletak pada puncak segitiga. Segitiga tersebut saling berhubungan secara dinamik. 2 Masalah yang dihadapi oleh dokter gigi, pertama adalah anak dengan berbagai tingkah lakunya sesuai dengan perkembangan yang sedang berlangsung. Masalah kedua, yang terletak disudut lain adalah keluarga (terutama ibu) yang diharapkan memberi dukungan kepada dokter gigi dalam pelaksanaan perawatan gigi anaknya yang terkadang memerlukan perhatian khusus sebelum perawatan anak dimulai. Rasa takut dan cemas pada anak merupakan suatu pengalaman pada perawatan gigi yang tidak menyenangkan. Ketakutan dan kecemasan mempengaruhi tingkah laku anak dan lebih jauh lagi menentukan keberhasilan perawatan gigi. Kecemasan merupakan suatu ciri kepribadian dan ketakutan terhadap antisipasi bahaya dari sumber yang tidak dikenal, sedangkan takut merupakan respon emosional terhadap sesuatu yang dikenal berupa ancaman eksternal. 1 Strategi pengelolaan rasa takut pada anak adalah dasar untuk memulai perawatan dengan tujuan untuk mengembangkan sikap anak yang mau menjalankan perawatan sehingga dicapai kesehatan gigi dan mulut tanpa menimbulkan rasa takut. Selain itu, komunikasi merupakan dasar dari setiap perawatan yang akan dilakukan. Efektivitas komunikasi dokter gigi-pasien dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan kepuasan serta kenyamanan pasien. Strategi pengelolaan perilaku dibagi menjadi enam kategori dasar yaitu : pendidikan, dukungan, kognitif-perilaku, paksaan, pembatasan dan farmakologi. 3 Walaupun rasa takut terhadap perawatan gigi yang dilakukan dokter gigi bukan masalah yang serius, tetapi merupakan hambatan bagi para dokter gigi dalam usaha peningkatan kesehatan gigi di masyarakat. Maka dari itu penanggulangan adanya rasa takut terhadap perawatan gigi perlu dicarikan 1
3 jalan keluarnya. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis ingin membahas mengenai strategi pengendalian tingkah laku anak dalam praktek kedokteran gigi. KLASIFIKASI PERILAKU ANAK Menurut Wright, perilaku anak diklasifikasikan menjadi: 1. Kooperatif Anak-anak yang kooperatif terlihat santai dan rileks. Mereka sangat antusias menerima perawatan dari dokter gigi. Mereka dapat dirawat dengan sederhana dan mudah tanpa mengalami kesulitan, pendekatan tingkah laku (perilaku) Kurang kooperatif Pasien ini termasuk anak-anak yang sangat muda di mana komunikasinya belum baik dan tidak dapat memahami komunikasi dengan baik. Karena umur mereka, mereka tergolong ke dalam pasien yang kurang kooperatif. Kelompok lain yang termasuk ke dalam pasien yang kurang kooperatif adalah pasien yang memiliki keterbatasan yang spesifik. Untuk anak-anak golongan ini, suatu waktu tekhnik manajemen perilaku secara khusus diperlukan. Ketika perawatan dilakukan, perubahan perilaku secara imediat yang positif tidak dapat diperkirakan Potensial kooperatif Secara karakteristik, yang termasuk ke dalam kooperatif potensial adalah permasalahan perilaku. Tipe ini berbeda dengan anak-anak yang kooperatif karena anak-anak ini mempunyai kemampuan untuk menjadi kooperatif. Ini merupakan perbedaan yang penting. Ketika memiliki cirri khas sebagai pasien yang kooperatif potensial, perilaku anak tersebut bisa diubah menjadi kooperatif. 4 Menurut Frankl, perilaku anak dibagi menjadi: 1. Sangat negative: menolak perawatan, menangis dengan keras, ketakutan atau adanya bukti penolakan secara terang-terangan Negative: enggan menerima perawatan, tidak kooperatif, perilaku negative tetapi tidak diucapkan (hanya muram dan tidak ramah) Positif: menerima perawatan, kadang-kadang sangat hati-hati, ikhlas mematuhi perintah dokter gigi, kadang-kadang timbul keraguan, tetapi pasien mengikuti perintah dokter gigi dengan kooperatif Sangat positif: sangat bagus sikap terhadap dokter gigi, tertarik dengan prosedur dokter gigi, tertawa dan menikmati perawatan yang dilakukan dokter gigi. 4 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Anak a. Pertumbuhan dan Perkembangan Perkembangan anak meliputi fisik, intelektual dan aspek emosional dari pertumbuhan. Aspekaspek ini menunjukkan perubahan yang konstan pada ukuran dan besarnya. Pada umur intelektual tiga tahun terlihat progress perkembangan yang menandakan suatu kesiapan untuk menerima perawatan 2
4 dental. Anak-anak yang terlihat normal secara fisik tetapi menunjukkan perilaku atau masalah sosiologis, tipe pasien seperti ini dapat dinamai unnanageable, dengan realisasi kecil yang menunjukkan anak yang behaviour problem bisa mengesankan beberapa bentuk dari kerusakan otak. 4 b. Pengalaman Medis dan Pengalaman Perawatan Gigi Keterlibatan emosional yang dibuat atau diciptakan dari pengalaman medis terdahulu dan sikap buruk anak terhadap kunjungan ke praktek medis, dapat membentuk dan mempengaruhi perilaku yang tidak menyenangkan pada anak. Potensial perilaku yang tidak kooperatif bisa dihubungkan dengan ketakutan pada pengalaman dental. 4 c. Pengaruh Keluarga dan Teman Sebaya Faktor psikososial adalah faktor yang sangat mempengaruhi perilaku manusia, khususnya didalam unit keluarga. Faktor teman sebaya dan instutisional juga membentuk perilaku individu, tetapi dalam derajat yang lebih kecil. Sikap orang tua yang membentuk perilaku anak secara langsung pada periode awal perkembangan, dipengaruhi oleh faktor-faktor posisi social ekonomi, perkembangan kultural dan latar belakang etnik. Anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah cenderung takut dan kurang kooperatif. Masalah internal keluarga akan mempengaruhi perilaku anak, dari dalam rumah yang ditimpa perselisihan anak dapat merasakan ketidakharmonisan dengan menjadi emosional dan frustasi. Oleh karena itu, lebih memungkinkan manajemen problem di praktek dental. 4 d. Lingkungan Praktek Dokter Gigi Dokter gigi dan staf harus memberi pengaruh positif dengan praktek dental. Secara tidak langsung, dental team dapat menganjurkan sikap positif terhadap kunjungan dental. Perilaku negatif, yang disebabkan oleh pengalaman medis dan pengalaman dental yang buruk dapat dipengaruhi secara positif oleh cara bijaksana keluarga dan prosedur perilaku yang dilakukan kembali oleh dental team. 4 RASA TAKUT Rasa takut terhadap perawatan gigi dapat dijumpai pada anak-anak di berbagai unit pelayanan kesehatan gigi misalnya di praktek dokter gigi, di rumah sakit ataupun di puskesmas. Rasa takut adalah emosi pertama yang diperoleh bayi setelah lahir yang merupakan suatu mekanisme protektif untuk melindungi diri dari gabungan faktor-faktor lain yang tidak menyenangkan yang dapat mempengaruhi aktifitas susunan saraf otonom. Apabila terjadi reaksi rasa takut yang kuat akan diikuti dengan debar jantung yang keras disertai tanda-tanda emosi yang lain seperti perubahan tingkah laku yaitu gelisah, gemetar, serta berusaha menghindar diri dari pihak lain yang menyerangnya. 4 Rasa takut merupakan salah satu dari sekian banyak emosi yang biasa diperlihatkan anak pada perawatan gigi. Kebanyakan diperoleh pada masa anak dan remaja. Rasa takut menghantarkan anakanak pada prosedur yang mungkin tidak menyenangkan dan selanjutnya memperbesar rasa takut terhadap prosedur perawatan gigi. Rasa takut mempengaruhi tingkah laku dan keberhasilan pada perawatan gigi. 3 Anak usia sekolah umumnya mempunyai rasa takut terhadap orang yang masih asing seperti dokter, ataupun dokter gigi, rumah sakit, dan rasa takut ini merupakan suatu hal yang normal. 3
5 Sebagaimana diketahui bahwa peralatan yang digunakan ataupun tindakan yang dilakukan tenaga kesehatan gigi terlihat di depan mata, di samping bunyi bur yang mengilukan merupakan factor penyebab timbulnya rasa takut. 3 Rasa takut biasanya lebih banyak pada anak perempuan daripada anak laki-laki. Anak yang takut lebih besar kemungkinannya untuk mendapatkan pengalaman perawatan gigi yang tidak menyenangkan dibandingkan dengan anak yang kurang takut. Orang tua tidak boleh menggunakan perawatan gigi sebagai ancaman dan membawa anak ke dokter gigi sebagai hukuman. Anak harus diajarkan bahwa praktek dokter gigi bukan merupakan tempat untuk ditakuti. 3 Penyebab Rasa Takut Rasa takut terhadap perawatan gigi hingga saat ini masih merupakan masalah yang penting dan merupakan hambatan bagi dokter gigi dalam usaha peningkatan kesehatan gigi masyarakat dan hal tersebut dapat memberi pengaruh buruk terhadap pelaksanaan prosedur pengobatannya. Rasa takut akan mempengaruhi tingkah laku anak dan menentukan keberhasilan kunjungan ke dokter gigi.faktorfaktor yang menyebabkan rasa takut terhadap perawatan gigi dan mulut yaitu rasa takut dari diri sendiri, rasa takut dari orang tua atau keluarga, dan dokter gigi. 3 Rasa Takut dari Diri Sendiri Rasa takut pada anak terhadap perawatan gigi salah satunya timbul dari dalam diri anak itu sendiri. Beberapa hal yang dapat menyebabkan timbulnya rasa takut dalam diri anak adalah usia, pengalaman buruk, mempunyai masalah kesehatan, dan rasa sakit. 3 Rasa Takut dari Orangtua atau Keluarga Peranan orang tua terhadap keberhasilan perawatan gigi anaknya, sangat besar. Sikap orang tua akan berpengaruh terhadap perilaku anak selama menjalani perawatan. Pada umumnya seorang ibu dengan tingkat kecemasan yang tinggi, ketika anaknya dirawat akan menunjukkan sikap yang tidak menguntungkan yang dapat mempengaruhi keberhasilan perawatan. Orang tua yang takut terhadap perawatan gigi akan mempengaruhi anaknya ketika dilakukan perawatan gigi. 3 Dokter Gigi Rasa takut pada anak dapat disebabkan oleh pengelolaan yang kurang tepat oleh dokter gigi. Sikap dokter gigi yang kaku atau keras, kurang sabar, kurang menunjukkan kehangatan dan perhatian dapat menyebabkan anak bersikap negatif. Dokter gigi harus bersikap lembut ketika merawat pasien anak, mempunyai wibawa serta dapat menjelaskan perawatan yang akan dilakukan dengan cara yang tidak membuat anak merasa takut. Selain itu, ruangan praktek yang dianggap asing oleh anak dapat dibuat menjadi lebih aman. Misalnya ruang tunggu yang dilengkapi beberapa mainan, gambar maupun buku yang berhubungan dengan anak. 3 Tipe Rasa Takut Rasa takut adalah respons emosional dan merupakan suatu mekanisme protektif untuk melindungi seseorang dari ancaman atau bahaya dari luar. Rasa takut tidak diwariskan tetapi diperoleh setelah lahir. Rasa takut anak diperoleh secara objektif atau subjektif. 5 Rasa Takut Objektif Rasa takut objektif merupakan respons dari stimulus yang dirasakan, dilihat, didengar, dicium dan merupakan hal atau keadaan yang tidak enak atau tidak menyenangkan. Rasa takut objektif ditimbulkan oleh rangsangan langsung yang diterima organ perasa dan secara umum bukan bersumber 4
6 dari orang lain. Rasa takut objektif dapat disebabkan karena perasaan yang tidak menyenangkan terhadap perawatan gigi. 5 Rasa Takut Subjektif Rasa takut subjektif merupakan rasa takut yang didapat dari orang lain dan anak tersebut tidak mengalaminya sendiri. Anak kecil sangat mudah dipengaruhi, sehingga anak kecil yang tidak berpengalaman ketika mendengar pengalaman yang tidak menyenangkan atau situasi yang menimbulkan rasa sakit yang dialami oleh orang tua mereka, dengan segera akan menimbulkan rasa takut pada dirinya. Hal-hal yang dapat menimbulkan rasa takut akan disimpan dalam ingatannya, dengan segala imajinasi yang dimilikinya, dan rasa takut menjadi bertambah hebat. 5 PENGENDALIAN TINGKAH LAKU ANAK Pengendalian tingkah laku pada pasien anak bertujuan untuk memodifikasi tingkah laku pasien kearah yang ideal melalui suatu seri langkah-langkah pada jalur menuju tingkah laku yang diinginkan. Tingkah laku yang ideal ditunjukkan oleh pasien yang menjaga kebersihan mulutnya dengan sangat baik dan santai serta kooperatif selama perawatan gigi. 2 Pada perawatan gigi operatif, pembentukan tingkah laku didasarkan pada prosedur rencana perawatan pendahuluaan yang diinginkan, sehingga anak perlahan-lahan dilatih untuk menerima perawatan dalam keadaan santai dan kooperatif. Langkah-langkah yang dapat merupakan perawatan pendahuluaan pada rata-rata anak usia sekolah adalah pemeriksaan dan profilaksis, fissure sealant dan pemberian flour topical, restorasi oklusal yang kecil pada gigi susu tanpa anastesi local, dan bloc pada saraf gigi bawah dan restorasi. 1 Pendekatan bertahap dalam pembentukan tingkah laku ini dapat menunda kemajuan perawatan, tetapi apabila kerjasama yang penuh dari anak dapat diperoleh, penundaan tentu lebih bermanfaat karena waktu yang dilewatkan tersebut dianggap sebagai investasi yang nyata. 1 Beberapa metode pendekatan dalam pengendalian tingkah laku anak selama perawatan gigi antara lain : 1) Tell Show Do Caranya melalui TSD, yaitu: TELL yaitu menerangkan perawatan yang akan dilakukan pada anak dan bagaimana anak tersebut harus bersikap. SHOW yaitu menunjukkan atau mendemostrasikan pada anak apa saja yang akan dilakukan terhadap dirinya. DO yaitu anak, dilakukan perawatan gigi sesuai dengan hal yang diuraikan atau didemostrasikan. 6 2) Penguatan (reinforcement) Penguatan dapat diartikan sebagai pengukuhan pola tingkah laku yang akan meningkatkan kemungkinan tingkah laku tersebut terjadi lagi dikemudian hari. Hampir semua benda menjadi penguat dokter gigi sehingga dapat meningkatkan hubungan social dengan cara memberikan perhatian, doa, senyum, dan pelukan. Benda penguat yang dapat diberikan misalnya sticker, pensil, dan lain-lain. 6 3) Desensitisasi 5
7 Tujuan: untuk mengurangi rasa takut dan cemas seorang anak dengan jalan memberikan rangsangan yang menghilangkan cemas sedikit demi sedikit yang disebut dengan istilah systemic desentisization karena ada tiga tahap yaitu: Latih pasien untuk santai dan rileks. Susun secara berurutan hal-hal yang membuat pasien cemas dan takut (dari yang paling menakutkan sampai yang tidak menakutkan). Rangsangan ditingkatkan sedikit demi sedikit ) Modeling Tujuan: untuk mengurangi dan menghilangkan rasa takut dan rasa cemas yang tinggi. Modeling dan imitasi adalah suatu proses sosialisasi yang terjadi baik secara lagsung dalam interaksinya dengan lingkungan sosial. Ada empat komponen dalam proses belajar: Memperhatikan Mengancam Memproduksikan gerak dengan cepat Ulangan penguasaan dan motivasi proses meniru akan berhasil dengan baik 6 7 5) Hand Over Mouth Exercise (HOME) HOME digunakan apabila beberapa cara lain dalam menciptakan komunikasi yang baik mengalami kegagalan sehingga tingkah laku anak tidak terkendali. HOME dilakukan pada anak sejak kunjungan pertama menunjukkan sikap tidak kooperatif, tidak mengerti dengan penjelasan atau bujukan, keras kepala, menolak perawatan, menangis meronta-ronta. Tindakan ini dilakukan pada anak sehat berumur 3-6 tahun ) Sedasi (Farmakologi) Teknik ini efektif digunakan pada anak-anak yang kurang kooperatif dan tidak mau dilakukan perawatan. Obat-obatan yang bersifat sedative dapat digunakan dalam beberapa cara yaitu secara oral, intravena, intramuscular, dan inhalasi. (andlaw). Banyak obat-obatan dan kombinasinya telah digunakan untuk sedasi anak yang cemas, misalnya barbiturate, kloral hidrat, hydroxyzine, neprobamate, dan diazepam. 6 8 PEMBAHASAN Perbedaan antara perawatan yang dilakukan pada anak-anak dan perawatan pada orang dewasa terletak pada hubungan dokter gigi dan pasien. Perawatan untuk orang dewasa meliputi hubungan antara dokter-pasien (one to one relationship), sedangkan perawatan terhadap anak-anak adalah hubungan antara dokter gigi pasien anak orang tua/ orang yang mendampingi anak tersebut (one to two relationship). Hal ini disebut segitiga perawatan anak. Pasien anak, keluarga, dokter gigi dan lingkungan.terlihat pada skema ini bahwa anak terletak pada puncak segitiga dan mempunyai focus perhatian dari keluarga dan dokter gigi. Peran keluaga yang dapat mengubah dan lingkungan keluarga harus dipertimbangkan. Tanda panah pada segitiga tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara ketiga unsur tersebut, pasien anak, keluarga, dan dokter gigi yang bersifat timbal balik. Strategi pengendalian tingkah laku anak yang dapat diterapkan dalam praktek kedokteran gigi adalah strategi modeling, desensitisasi dan kombinasinya. Strategi ini cocok diterapkan pada anak yang tidak kooperatif karena anak dirangsang untuk menghilangkan rasa cemasnya sedikit demi sedikit, ditunjang dengan proses sosialisasi yang baik antara dokter gigi, anak, dan orang tua. Untuk melengkapi strategi ini, dapat digunakan metode Tell-Show-Do dan reinforcement, sedangkan Hand 6
8 Over Mouth Exercise jangan dilakukan pada anak yang mengalami rasa takut berlebihan dan tidak kooperatif. Dasar dari menerapkan perilaku dentistry terhadap anak-anak adalah dengan membentuk kemampuan untuk dapat mengarahkan mereka melalui pengalaman dental mereka. Pada jangka pendek kemampuan tersebut adalah prasyarat untuk menghasilkan kebutuhan perawatan dental bagi mereka dalam waktu segera mungkin pada jangka panjang efek keuntungan dapat diperoleh ketika bibit-bibit untuk kesehatan gigi kedepannya ditanam mulai dari kecil. 4 Yang terpenting dalam perawatan pasien anak adalah hubungan yang dinamis diantara ketiga sudut segitiga yaitu pasien anak, keluarga dan dokter gigi. Dokter harus meyakinkan adanya kooperatif orang tua, mendiskusikan kebiasaan seperti menghisap ibu jari dan lain-lain. Dengan tujuan memotivasi pasien untuk menghilangkan kebiasaan buruk tersebut. Dokter gigi dapat mmberikan contoh dengan menggunakan study medis yang akan mendemonstrasikan antara gigi yang protusi dibandingkan dengan gigi normal. 6 Peran Orang Tua Terhadap Perawatan Gigi Anak Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan perawatan gigi anak. Beberapa tahun terakhir, sudah menjadi tradisi bahwa ibu lebih sering dibandingkan ayah untuk menemani anak-anak ke dokter gigi. Karena alasan ini, efek cemasnya ibu dapat mempengaruhi perilaku anak-anak apabila erkunjung ke dokter gigi (maternal anxiety). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perbedaan antara peran ibu terhadap kooperatif anak-anak pada saat datang ke dokter gigi pertama kali. Apabila rasa cemas ibu terlalu berlebihan maka dapat mempengaruhi perilaku anak-anak ke arah negative. Semua anak-anak akan sangat berpengaruh terutama pada usia di bawah 4 tahun. Hal ini bisa diantisipasi karena kedekatan orang tua dengan anak dimulai semenjak bayi dan seiring bertambahnya usia akan berangsur-angsur menghilang (berkurang). 4 Tekhnik Komunikasi Dokter Gigi Terhadap Anak Ada beberapa teknik komukasi yang efektif terhadap anak, diantaranya yakni: 1. Menciptakan komunikasi Yakni mengikutsertakan anak dalam percakapan, diperlukan selain agar dokter gigi dapat memahami pasien, juga sekaligus membuat anak jadi lebih rileks. Banyak cara untuk menciptakan komunikasi verbal, dan keefektivan dari komunikasi ini tergantung dari usia anak. Tahap awal yang sangat baik untuk memulainya ialah dengan memberikan komentarkomentar yang bersifat pujian dan diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang timbulnya jawaban dari anak, selain kata ya atau tidak Melalui Komunikator Biasanya, asisten dental yang berbicara dengan anak selama perjalanan pasien dari ruang resepsionis sampai ke ruang operator dan juga selama proses preparasi di dental unit Kejelasan pasien Komunikasi ialah sesuatu yang kompleks dan multisensoris. Didalamnya mencakup penyampai pesan (dokter gigi), media (kata-kata yang diucapkan), dan penerima pesan (pasien). Pesan yang disampaikan harus dapat dimengerti dengan satu pemikiran yang sama antara penyampai pesan dan penerima pesan. Sangat sering digunakan eufimisme (pengganti 7
9 kata) untuk lebih dimengerti dalam menjelaskan prosedur terhadap pasien muda. 4 Berikut contohnya: Terminologi dental = Kata ganti alginate = puding crown = gigi robot bur = sikat kecil radiograf = gambar gigi anestesi = obat penidur untuk gigi karies = kutu / cacing pada gigi 4. Kontrol suara Dokter gigi sebaiknya mengeluarkan kata-kata yang tegas tetapi lembut, agar dapat menarik perhatian anak atan memberhentikan si anak dari segala aktivitas yang sedang dikerjakannya Komunikasi multisensory Komunikasi verbal fokus pada apa yang diucapkan dan bagaimana kata-kata itu diucapkan. Komunikasi non-verbal juga dapat disampaikan melalui kontak tubuh. 4 Contohnya, dokter gigi meletakkan tangannya pada pundak anak saat duduk di dental chair agar merasakan kehangatan dan lebih merasa bersahabat. Kontak mata juga penting. Dokter gigi sebaiknya menatap anak dengan tatapan lembut dan tidak melotot. 6. Masalah kepemilikan Pada suatu masa, adakalanya dokter gigi lupa dengan siapa dia berhadapan. Mereka memanggil kamu kepada anak tersebut. Panggillan si anak dengan panggilan di rumahnya karena kata kamu lebih mengimplikasikan bahwa anak tersebut salah Aktif mendengarkan Mendengarkan juga penting dalam merawat anak. Aktif mendengarkan ialah tahap kedua terbaik yang diungkapkan Wepman dan Sonnenberg dalam teknik berkomunikasi. Sehingga pasien terstimulasi untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya Respon yang tepat Dokter gigi juga harus memberikan respon yang positif terhadap apa-apa yang diungkapkan anak. 4 Pengaruh Riwayat Medik dan Dental Terhadap Perilaku Anak Pengalaman medis sebelumnya dan pengalaman dental yang pernah dirasakan anak dalam beberapa hal menggambarkan kunjungan yang tidak nyaman atau memuaskan yang menghasilkan masalah management. Emosional termasuk rasa gelisah dari pengalaman medis sebelumnya dan sikap kurang baik anak-anak pada kunjungan medis pasti terbentuk dan mempengaruhi perilaku yang tidak menyenangkan. Kemungkinan besar perilaku yang tidak kooperatif dihubungkan dengan rasa takut yang terus menerus karena masa lalu, yaitu pengalaman dental yang tidak menyenangkan. Penanganan anak yang tidak selayaknya pada ruangan dental, menghasilkan sikap yang tidak baik pada pasien anak. Anak-anak yang sudah melewati perawatan dental sebelumnya yang tidak menyenangkan akan merasakan takut dan gelisah bila dihadapkan pada keadaan yang sama atau melakukan kunjungan dental lagi. Sedangkan anak-anak yang belum pernah mendapatkan pengalaman dental tidak akan menimbulkan perilaku tidak kooperatif pada anak tersebut. 8 8
10 KESIMPULAN Dalam merawat pasien anak-anak dibutuhkan komunikasi atau pendekatan khusus terhadap anak-anak, khususnya anak-anak yang memiliki masalah dengan kooperatif atau tidaknya mereka. Perilaku anak-anak di tempat praktek dokter gigi dipengaruhi oleh hubungan antara dokter gigi pasien anak orang tua/ orang yang mendampingi anak tersebut (one to two relationship). Selain itu juga terdapat faktor lain yang mempengaruhi perilaku anak yaitu pertumbuhan dan perkembangan, sosial budaya, keluarga, pengalaman medis dan dental sebelumnya, tempat praktek dokter gigi, persiapan sebelum perawatan dan sumber tingkah laku yang tidak kooperatif dalam keluarga. Strategi pengendalian tingkah laku anak yang dapat diterapkan dalam praktek kedokteran gigi adalah strategi modeling, desensitisasi dan kombinasinya. Metode Tell-Show-Do dan reinforcement dapat digunakan untuk melengkapi strategi diatas. Sedangkan Hand Over Mouth Exercise jangan dilakukan pada anak yang mengalami rasa takut. SARAN Dalam pengendalian tingkah laku anak dibutuhkan komunikasi yang baik antara dokter gigi pasien anak orang tua/orang yang mendampingi anak tersebut. Selain itu, dokter gigi juga harus mengetahui teknik-teknik dalam pengendalian tingkah laku anak sehingga dapat mengendalikan tingkah laku anak yang tidak kooperatif saat perawatan gigi dilakukan. DAFTAR PUSTAKA 1. Masitahapsari BN. Supartinah Al Lukito. E Pengelolaan rasa cemas dengan metode modeling pada pencabutan gigi anak perempuan menggunakan anastesi topical. J Ked Gi. 1: Finn SB Clinical pedodontics 4 th ed. Philadelphia: WB Saunders Company. 3. Andlaw RJ. Rock WP Perawatan gigi anak. Jakarta: Widya Medika. 4. Strategi pengelolaan rasa takut anak pada perawatan gigi, Koch M. Poulsen R Pedodontics: a clinical approach. Copenhagen: Munksgaard. 6. Manajement perilaku pediatric dentistry, Narwaty L Penatalaksanaan perilaku anak pra sekolah pada perawatan gigi dengan modeling dan desensitisasi, Medan: USU e-repository Taqwin A Pengelolaan rasa takut anak pada perawatan gigi Berge MT. Veerkamp J. Hoogstraten J, Dentist behavior in response to child dental fear. J Dent Child. 66 (1):
11 10
TINGKAH LAKU ANAK DAN PENGELOLAAN PADA PERAWATAN GIGI DEPARTEMEN PEDODONSIA FKG USU
TINGKAH LAKU ANAK DAN PENGELOLAAN PADA PERAWATAN GIGI DEPARTEMEN PEDODONSIA FKG USU 15 BULAN 2,5 TAHUN (TODDLERHOOD) Daya tangkap : Terbatas Perhatian : Tidak tetap Aman, jika : didampingi ibu/orang dikenal
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Rasa Takut terhadap Perawatan Gigi dan Mulut. Rasa takut terhadap perawatan gigi dapat dijumpai pada anak-anak di berbagai
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasa Takut terhadap Perawatan Gigi dan Mulut Rasa takut terhadap perawatan gigi dapat dijumpai pada anak-anak di berbagai unit pelayanan kesehatan gigi misalnya di praktek
Lebih terperinciBAB 3 ETIOLOGI TERJADINYA DENTAL FOBIA. Fobia terhadap perawatan gigi pada anak merupakan fenomena yang
BAB 3 ETIOLOGI TERJADINYA DENTAL FOBIA Fobia terhadap perawatan gigi pada anak merupakan fenomena yang multifaktorial dan kompleks. Fobia akan mempengaruhi tingkah laku anak dan dapat menentukan keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perasaan khawatir adalah sesuatu yang normal dan dapat berkisar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perasaan khawatir adalah sesuatu yang normal dan dapat berkisar dari tingkatan yang sangat rendah hingga tingkatan yang sangat tinggi, sehingga mempengaruhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan
Lebih terperinciTRIAD OF CONCERN KELOMPOK 3.B. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Sumatera Utara. Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Medan PENDAHULUAN
1 TRIAD OF CONCERN KELOMPOK 3.B Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Medan 20155 PENDAHULUAN Perawatan gigi anak secara dini sangat berguna bagi anak
Lebih terperinciDISAIN RUANG PRAKTIK BAGI PASIEN ANAK
DISAIN RUANG PRAKTIK BAGI PASIEN ANAK Arlette Suzy Puspa Pertiwi, Yetty Herdiyati Nonong, Inne Suherna Sasmita Bagian Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi-Universitas Padjadjaran ABSTRAK Kecemasan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Rasa Takut dan Cemas Rasa takut dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti objek internal dan hal yang tidak disadari. Menurut Darwin kata takut (fear) berarti hal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua dokter gigi yang merawat pasien anak menyadari bahwa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua dokter gigi yang merawat pasien anak menyadari bahwa mereka dihadapkan dengan pasien anak yang memiliki rasa cemas yang berlebih (Williams dkk., 1985). De
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut anak, banyak hal yang dapat dilakukan diantaranya adalah melakukan perawatan rutin ke dokter gigi. Perawatan rutin
Lebih terperinciMetode pengelolaan tingkah laku secara nonfarmakologi pada perawatan gigi anak di RSGM Unhas
Metode pengelolaan tingkah laku secara nonfarmakologi pada perawatan gigi anak di RSGM Unhas 1 Adam Malik Hamudeng, 2 Tri Aminah Saptiana 2 Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak 2 Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciPELAYANAN SPECIAL DENTAL CARE DI BAGIAN BEDAH MULUT FKG UNPAD / PERJAN RS. DR. HASAN SADIKIN BANDUNG ABSTRAK
PELAYANAN SPECIAL DENTAL CARE DI BAGIAN BEDAH MULUT FKG UNPAD / PERJAN RS. DR. HASAN SADIKIN BANDUNG Harry A. Kaiin ABSTRAK Alasan utama yang menyebabkan pasien menolak perawatan gigi adalah rasa takut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara oleh Departemen Kesehatan sebesar 25,9% penduduk Indonesia mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Situasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Gigi pada anak merupakan menentukan pertumbuhan dan perkembangan rongga mulut karena gigi susu anak akan menentukan gigi tetap dari anak tersebut. Bila seorang anak
Lebih terperinciPERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN
PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat memahami tentang arti interaksi, kontak dan komunikasi. 2. Mahasiswa
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahaasan Penelitian perbedaan metode pre induksi hipnodonsi antara anak laki laki dan perempuan 8-10 tahun terhadap tingkat kecemasan di RSGM UMY dan jejaringnya,
Lebih terperinciKeyword: Parenting, The States of Cooperative in Children, Children Aged 6-12 years old
The Relationship between The Parenting and The States of Cooperative in Children Aged 6-12 years old in Dental Care Visit at RSGM UMY ABSTRAK Parenting is an important factor in the development of child
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kecemasan Rasa cemas merupakan sesuatu perasaan gelisah terhadap suatu bahaya yang akan terjadi. Rasa cemas dan rasa takut sering berhubungan erat tapi diantara keduanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa
Lebih terperinciDENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol II. No 1. Maret 2014
34 DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol II. No 1. Maret 2014 Laporan Penelitian PERANAN PENYULUHAN DEMONSTRASI TERHADAP RASA TAKUT DAN CEMAS ANAK SELAMA PERAWATAN GIGI DI PUSKESMAS CEMPAKA PUTIH BANJARMASIN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya (Turner et al, 2012).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Upaya tersebut ditinjau dari beberapa aspek, di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan. Upaya tersebut ditinjau dari beberapa aspek, di antaranya
Lebih terperinci1. Bab II Landasan Teori
1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak yang datang ke dokter gigi saat berada di dalam ruangan tidak jarang tiba-tiba
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sejak dini harus diperkenalkan untuk datang berkunjung ke dokter gigi, bahkan sebelum gigi anak itu tumbuh karena kesempatan itu dapat dimanfaatkan oleh orang
Lebih terperinciPERBEDAAN KECEMASAN DENTAL PADA ANAK USIA 6 TAHUN DAN 12 TAHUN (Kajian pada Sekolah Dasar Mahatma Gading, Kelapa Gading, Jakarta Utara)
PERBEDAAN KECEMASAN DENTAL PADA ANAK USIA 6 TAHUN DAN 12 TAHUN (Kajian pada Sekolah Dasar Mahatma Gading, Kelapa Gading, Jakarta Utara) Limantara G 1), Dwimega A 2), Sjahruddin L 3) 1). Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN PASIEN CEMAS PADA PENCABUTAN GIGI ANAK DENGAN MENGGUNAKAN ANESTESI TOPIKAL DAN INJEKSI
PENATALAKSANAAN PASIEN CEMAS PADA PENCABUTAN GIGI ANAK DENGAN MENGGUNAKAN ANESTESI TOPIKAL DAN INJEKSI Wasilah, Niken Probosari Bagian Pedodonsia Fakultas kedokteran Gigi Universitas Jember Abstract In
Lebih terperinciGAMBARAN ORAL HABIT PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN
GAMBARAN ORAL HABIT PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR LABORATORIUM-PERCONTOHAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU BANDUNG Oleh : WINNY YOHANA ERISKA RIYANTI UNIVERSITAS PADJADJARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara
12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai macam inovasi baru bermunculan dalam dunia kesehatan. Dewasa ini dunia kesehatan semakin mengutamakan komunikasi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan gelisah dengan sesuatu yang dialaminya (Candido et al. 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cemas adalah fenomena dimana seseorang merasa tegang, takut dan gelisah dengan sesuatu yang dialaminya (Candido et al. 2014). Kecemasan dental adalah masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tindakan ekstraksi adalah prosedur yang menerapkan prinsip bedah, fisika, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindakan ekstraksi adalah prosedur yang menerapkan prinsip bedah, fisika, dan mekanik. Ketika prinsip tersebut diterapkan dengan tepat, gigi dapat dikeluarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlangsung singkat dan dapat dikendalikan. Kecemasan berfungsi sebagai suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anxiety adalah perasaan berupa ketakutan atau kecemasan yang merupakan respon terhadap ancaman yang akan datang. Kecemasan merupakan respon normal terhadap
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN Ika Agustina*Nur Asnah Sitohang** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara
Lebih terperinciumumnya, termasuk kesehatan gigi dan mulut, mengakibatkan meningkatnya jumlah anak-anak
Penatalaksanaan Dentinogenesis Imperfecta pada Gigi Anak Abstract Winny Yohana Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Dentinogenesis imperfecta adalah suatu kelainan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu fungsi manusia selain sebagai makhluk individu adalah sebagai makhluk sosial. Dengan fungsi tersebut, antara satu individu dengan individu lain
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian perbedaan metode pre-induksi hipnodonsi anak laki-laki dan
30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian perbedaan metode pre-induksi hipnodonsi anak laki-laki dan perempuan usia 4-6 tahun di RSGM UMY dan jejaringnya,menggunakan desain penelitian eksperimental
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
46 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA YANG ANAKNYA DIRAWAT DI RUANG ICU RSUD DR PIRNGADI MEDAN PENELITI : MUHAMMAD ADIUL
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. praktek dokter gigi memiliki suasana dan peralatan yang asing, dan terlebih lagi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat awam pada umumnya cenderung memberi kesan bahwa praktek dokter gigi memiliki suasana dan peralatan yang asing, dan terlebih lagi berhubungan dengan rasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bedah mulut merupakan salah satu bidang dalam ilmu kedokteran gigi. Dalam bidang kedokteran gigi gejala kecemasan sering ditemukan pada pasien tindakan pencabutan gigi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan merupakan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan merupakan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang biasa terjadi pada setiap orang. Umumnya, kita menggunakan istilah gugup, tegang, dan gelisah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu mengatasi segala masalah yang timbul sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sosial dan harus mampu menampilkan
Lebih terperinciHubungan perasaan takut anak terhadap perawatan gigi dengan kebersihan gigi dan mulut di RSGM Unsrat Manado
Hubungan perasaan takut anak terhadap perawatan gigi dengan kebersihan gigi dan mulut di RSGM Unsrat Manado 1 Chinda B. Bunga Allo 2 Benecditus S. Lampus 3 Paulina N. Gunawan 1 Kandidat Skripsi Program
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya merawat gigi masih kurang.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kesadaran masyarakat akan pentingnya merawat gigi masih kurang. Seseorang seharusnya memeriksakan giginya setiap enam bulan sekali. Sebagian masyarakat awam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orang lanjut usia adalah sebutan bagi mereka yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi setiap individu. Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
Lebih terperinciPedoman Identifikasi Anak Autis. Sukinah jurusan PLB FIP UNY
Pedoman Identifikasi Anak Autis Sukinah jurusan PLB FIP UNY Adanya gangguan dalam berkomunikasi verbal maupun non-verbal Terlambat bicara Tidak ada usaha untuk berkomunikasi Meracau dengan bahasa yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cemas dan Takut Yang dimaksud dengan kecemasan adalah suatu perasaan yang tidak jelas, tidak menyenangkan atau tidak nyaman disertai tanda bahwa sesuatu yang tidak diinginkan
Lebih terperinciRita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY
Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY 1. Definisi Permasalahan Perkembangan Perilaku Permasalahan perilaku anak adalah perilaku anak yang tidak adaptif, mengganggu, bersifat stabil yang menunjukkan
Lebih terperinciSURAT PERNYATAAN JANGAN DILAKUKAN RESUSITASI ( DO NOT RESUCITATE )
Jl.K.H. ZainalMustofa No. 310 Tasikmalaya Telp. ( 0265 ) 322333, Fax. ( 0265 ) 326767, E-Mail : rumahsakit.tmc@gmail.com www.rstmc.co.id SURAT PERNYATAAN JANGAN DILAKUKAN RESUSITASI ( DO NOT RESUCITATE
Lebih terperinciPerkembangan Anak Usia Dini Ernawulan Syaodih
Perkembangan Anak Usia Dini Ernawulan Syaodih Karakteristik Anak Batasan tentang masa anak cukup bervariasi, istilah anak usia dini adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun. Namun bila dilihat dari
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH
PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH Pendahuluan Pada hakikatnya, anak manusia, ketika dilahirkan telah dibekali dengan bermacam-macam potensi yakni kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang
Lebih terperinciBAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)
BAB II TUNJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) Menarik diri merupakan suatu keadaan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Sosial 2.1.1 Pengertian Perkembangan Sosial Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pasien Dalam konteks teori consumer behaviour, kepuasan lebih banyak didefinisikan dari perspektif pengalaman pasien setelah mendapatkan pelayanan rumah sakit. Kepuasan
Lebih terperinciTUJUAN WAWANCARA MEDIS
WAWANCARA MEDIS Mengumpulkan sebanyak mungkin informasi dari pasien mengenai keadaan penyakitnya (awal dan riwayat) Bagian terpenting dalam proses diagnosa dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).
BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Kontrol Diri 1. Pengertian Kontrol Diri Kontrol diri adalah kemampuan untuk menekan atau untuk mencegah tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (RSPAW) Salatiga, dengan alamat Jalan Hasanudin 806 Salatiga.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini berlangsung di Rumah Sakit Paru Dr Ario Wirawan (RSPAW) Salatiga, dengan alamat Jalan Hasanudin 806 Salatiga. RSPAW Salatiga merupakan rumah sakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan
Lebih terperinciSTRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien Klien sudah beberapa hari mengalami gelisah, sulit tidur, tidak nafsu makan. Klien selalu memikirkan
Lebih terperinciPerbedaan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar dengan Bermain Puzzle Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah di IRNA Anak RSUP Dr.M.
Perbedaan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar dengan Bermain Puzzle Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah di IRNA Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang Elza Sri Pratiwi a, Deswita a a Fakultas Keperawatan
Lebih terperinciMANUAL KETERAMPILAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS TEKNIK KOMUNIKASI : MENYAMPAIKAN KABAR BURUK DAN KONSELING KELUARGA
MANUAL KETERAMPILAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS TEKNIK KOMUNIKASI : MENYAMPAIKAN KABAR BURUK DAN KONSELING KELUARGA Diberikan Pada Mahasiswa Semester VII Fakultas Kedokteran Unhas Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciPenyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).
PENYAKIT TERMINAL Pengertian Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut,
Lebih terperinciGAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG.
GAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG Dyna Apriany ABSTRAK Usia balita merupakan masa-masa kritis sehingga diperlukan
Lebih terperinciTUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty
TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah
Lebih terperinciGARIS GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)
GARIS GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) JUDUL MATA KULIAH : PEDODONSIA DASAR NOMOR KODE / SKS : KGM/427/2 SKS A. DESKRIPSI SINGKAT : Mata kuliah ini membahas tentang pedodonsia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Komunikasi Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
Lebih terperinciDari aspek pengungkapan dan pertukaran informasi, komunikasi digolongkan menjadi 2 bentuk sebagai berikut.
Dalam profesi kedokteran terdapat tiga komponen penting yaitu komponen ilmu dan teknologi kedokteran, komponen moral dan etik kedokteran, serta komponen hubungan interpersonal antara dokter dan pasien.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Lebih terperinciSEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK
SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK Oleh Augustina K. Priyanto, S.Psi. Konsultan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dan Orang Tua Anak Autistik Berbagai pendapat berkembang mengenai ide sekolah reguler bagi anak
Lebih terperinciBAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu
BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang datang internal / eksternal (Carpenito,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri
BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri terhadap prosedur pemasangan infus dan membandingkan antara teori yang sudah ada dengan kenyataan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian kecerdasan emosional Kecerdasan emosional, secara sederhana dipahami sebagai kepekaan mengenali dan mengelola perasaan sendiri dan orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kazdin (2000) dalam American Psychological Association mengatakan kecemasan merupakan emosi yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan dipengaruhi dengan segala macam hal yang baru. Anak prasekolah sering menunjukan perilaku yang aktif,
Lebih terperinci2.1 Perkembangan anak sekolah dasar. Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa
2.1 Perkembangan anak sekolah dasar Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa pertengahan dan akhir anak yang merupakan kelanjutan dari masa awal anak. 7 Permulaan masa pertengahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. xiv
xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi atau pembedahan walaupun minor/mayor merupakan pengalaman yang sulit dan bisa menimbulkan kecemasan bagi hampir semua pasien dan keluarganya. Kecemasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih memerlukan perhatian yang serius. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan sejak usia dini yaitu dengan mencegah, merawat dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut perlu diupayakan sejak usia dini yaitu dengan mencegah, merawat dan memelihara kesehatan gigi. Pemeliharaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)
BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, baubauan, pengecapan
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.
BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut Piaget, remaja usia 11-20 tahun berada dalam tahap pemikiran formal operasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Interaksi karyawan dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya menghasilkan barang atau jasa. Berdasarkan unjuk kerjanya, karyawan mendapatkan imbalan yang berdampak pada
Lebih terperinciPerkembangan dari Attachment (kelekatan) Kita harus memakai orang yang khusus di dalam kehidupan yang dapat membimbing anak-anak untuk merasakan rasa
PERKEMBANGAN ATTACHMENT (KELEKATAN) Perkembangan dari Attachment (kelekatan) Kita harus memakai orang yang khusus di dalam kehidupan yang dapat membimbing anak-anak untuk merasakan rasa senang. Apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi
BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Karies gigi dan gangguan gigi berlubang merupakan gangguan kesehatan gigi yang paling umum dan tersebar luas di sebagian penduduk dunia. Berdasarkan penelitian yang
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MELALUI PERUBAHAN PERILAKU ANAK IMPROVING OF THE ORAL AND DENTAL HEALTH BY CHANGING CHILD BEHAVIOUR
UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MELALUI PERUBAHAN PERILAKU ANAK IMPROVING OF THE ORAL AND DENTAL HEALTH BY CHANGING CHILD BEHAVIOUR Eriska Riyanti & Risti Saptarini Bagian Kedokteran Gigi Anak
Lebih terperinciA. Mata Kuliah Nursing Theorist
A. Mata Kuliah Nursing Theorist B. Capaian Pembelajaran Praktikum Setelah menyelesaikan pembelajaran ini mahasiswa mampu: 1. Menganalisis komunikasi terapeutik dan helping relationship dalamkonteks hubungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai makhluk unik
Lebih terperincimemberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 93 ayat 1 pelayanan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui oleh manusia bersifat
Lebih terperinciPeers and Friends. Santi e. Purnamasari, M.Si. UMBY
Peers and Friends Santi e. Purnamasari, M.Si. UMBY Pengantar Para ahli percaya bahwa interaksi yang terjadi di luar lingkungan keluarga adalah hal yang penting bagi perkembangan anak Terlebih kondisi saat
Lebih terperinciBAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI. Terbagi 2 tahap : - Neonatal (0 atau baru lahir sd ± 2minggu) -Bayi (setelah 2 minggu sd 2 tahun)
BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI Terbagi 2 tahap : - Neonatal (0 atau baru lahir sd ± 2minggu) -Bayi (setelah 2 minggu sd 2 tahun) TUGAS PERKEMBANGAN MASA BAYI Belajar makan makanan padat Belajar berjalan
Lebih terperinciMODIFIKASI PERILAKU BAGI ANAK AUTIS *)
MODIFIKASI PERILAKU BAGI ANAK AUTIS *) Oleh Edi Purwanta Staf Pengajar PLB FIP UNY Hakikat pembelajaran tidak lain adalah upaya mengubah perilaku. Perilaku yang diharapkan merupakan tujuan utama dari proses
Lebih terperinciBagaimana Memotivasi Anak Belajar?
Image type unknown http://majalahmataair.co.id/upload_article_img/bagaimana memotivasi anak belajar.jpg Bagaimana Memotivasi Anak Belajar? Seberapa sering kita mendengar ucapan Aku benci matematika atau
Lebih terperinci