Kidyarto Suryawinata
|
|
- Irwan Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Damianus Journal of Medicine; Vol.9 No.1 Februari 2010: hlm Penyakit Crohn - diagnosis histopatologi pasca operasi dengan indikasi apendisitis akut LAPORAN KASUS Penyakit Crohn - diagnosis histopatologi pasca operasi dengan indikasi apendisitis akut Kidyarto Suryawinata ABSTRACT Departemen Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jl. Pluit Raya No. 2, Jakarta Utara Introduction: Crohn's disease is a chronic ulcero-inflamative on digestive tracts with various symptoms leading to misdiagnosis. Diagnosis is often made by hystopathologic examination from surgery procedure other diseases. Case: A 30-year-old woman with no significant past medical history presented to Atma Jaya Hospital complaining of an abdominal pain and mild diarrhea. The pain was more pronounced in the right lower region of abdominal and radiated to upper mid region. On physical examination, tenderness and a palpable mass was found in the right lower region of the abdomen. USG examination supported the diagnosis of an acute appendicitis. Laparotomy was performed and affected tissue was resected. Histopathological examination of the affected tissue showing thickened layer and enlarged mesenteric lymph nodes. Microscopic examination revealed ulceration with fissures formation, an increase in the number of lymphocytes, non caseating granulomas with multinucleated giant cells. The histopathologic appearance tipically met with Crohn's disease. Conclusion: The diagnosis of Crohn's disease was not so simple clinically. Histopathological examination is suggested as the only procedure that could confirmed the diagnosis. Key words: Crohn's disease, hystopathological examination, ulceration, fissures formation, non-caseating granuloma. PENDAHULUAN Penyakit Crohn merupakan kelainan ulseroinflamasi pada traktus digestivus yang bersifat kronis dan dapat menyerang setiap segmen traktus digestivus, terutama pada bagian distal usus halus serta kolon sebelah kanan. Bila mengenai ileum disebut ileitis terminalis dan bila mengenai kolon disebut colitis granulomatosa. 1 Diagnosis penyakit Crohn secara klinik seringkali sulit dilakukan karena memiliki gejala yang bervariasi dan menyerupai penyakit saluran pencernaan lain. Gejala yang paling sering adalah nyeri abdomen disertai diare ringan dan kadang-kadang demam. Penyakit Crohn pada ileum dan caecum akan menimbulkan gejala klinik yang menyerupai apendisitis akut. Oleh sebab itu diagnosis penyakit Crohn kadang-kadang ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologi pasca operasi dengan indikasi penyakit saluran pencernaan lain baik akut maupun kronik. 1,2,3 PRESENTASI KASUS Anamnesis dan pemeriksaan fisik Seorang wanita berusia 30 tahun datang ke Rumah Sakit Atma Jaya (RSAJ) pada tanggal 26 Mei 2009 dengan keluhan nyeri perut terutama di bagian kanan bawah sejak 2 hari sebelumnya. Rasa nyeri seperti diremas-remas dan hilang timbul. Rasa nyeri pada mulanya di rasakan di perut bagian kanan bawah kemudian menjalar ke bagian atas dan tengah. Selain itu penderita juga merasa mual dan nyeri ulu hati. Fre- 61
2 DAMIANUS Journal of Medicine kuensi buang air besar meningkat, yaitu tiga kali sehari dengan konsistensi feces yang lebih lunak dari biasanya. Riwayat tuberkulosa, diabetes melitus, dan alergi obat disangkal. Pemeriksaan fisik menunjukkan kesadaran kompos mentis, tekanan darah 120/80 mmhg, laju jantung 80 kali/menit, frekuensi pernafasan 20 kali/menit. Pada pemeriksaan mata tidak ditemukan konjungtiva anemis maupun sklera ikterik. Pemeriksaan daerah leher, kelenjar getah bening tidak teraba, kelenjar tiroid tidak membesar. Pada pemeriksaan paru-paru tidak ditemukan wheezing atau ronki. Pemeriksaan jantung, tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan abdomen, bentuk perut datar, tidak terlihat kaput medusae. Palpasi di kuadran kanan bawah, tidak ada defense musculair, teraba massa lunak dan kelenjar getah bening peritoneum. Ditemukan nyeri tekan pada McBurney, obturator sign, dan psoas sign positif. Bloomberg sign negatif. Pada perkusi terdengar pekak di kuadran kanan bawah, dan pada auskultasi terdengar bising usus 3-4 kali/menit. Pada pemeriksaan rectal toucher ditemukan tanda-tanda hemoroid eksterna grade I, yaitu teraba massa lunak pada pukul 12, tidak disertai darah, feses, maupun nyeri tekan, serta tonus sfinkter ani baik. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium (tanggal 26 Mei 2009), hemoglobin 11,4 g/dl, lekosit 10,8 ribu/ul, trombosit 364 ribu/ul, golongan darah O Rh (+), waktu perdarahan 2 menit, dan waktu pembekuan 4 menit. Hasil pemeriksaan urine, lekosit 2-4/lpb, eritrosit 0-1/lpb, epitel (+)/lpk, silinder (-)/lpk, kristal (-), bakteri (-). Hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium menunjukkan tanda-tanda adanya apendisitis akut dengan diagnosa banding kolitis adneksitis. Pemeriksaan USG (tanggal 27 Mei 2009) menunjukkan penebalan dinding caecum-colon ascenden hingga kolon transversum dan ileum terminalis dengan dugaan adanya kolitis kronis dan ileitis terminal. Tampak juga lesi tubuler berdiameter sekitar 8 mm pericaecal. Gambaran yang menunjukkan kemungkinan adanya apendisitis akut. Tampak sedikit cairan bebas di pelvis kanan. USG hepar, kandung empedu, limpa, pankreas, ginjal, kandung kemih, uterus tak tampak kelainan. Tampak struktur tubular peri uterus kanan sehingga dicurigai adanya hidrosalfing. Dilakukan laparotomi (27 Mei 2009) atas indikasi apendisitis akut dengan kolitis. Diambil jaringan usus dengan diagnosis pasca operasi adalah tumor sekum hingga kolon asendens. Pemeriksaan histopatologi terhadap sepotong jaringan usus dengan panjang 40 cm yang secara makroskopis menunjukkan lamelasi ileum terminal sepanjang 12 cm, perbatasan 11 cm kolon tampak mukosa kasar, multipel papil, tebal dinding 2,5 cm sampai 4 cm dari ujung operasi. Ditemukan 15 kelenjar getah bening dengan diameter 0,2-1 cm. Pemeriksaan mikroskopis, sediaan 1-2 dari kedua ujung sayatan tidak tampak sarang tumor dan gambaran mukosa normal. Sediaan 3-6 dari lesi menunjukkan permukaan ulserasi, erosi, dan fisura-fisura. Sel epitel normal dengan infiltrat padat berisi limfosit dan eosinofil dan proses radang mencapai serosa. Terlihat beberapa granuloma dengan sel raksasa Langhans dan tuberkel pada lapisan otot. Pada beberapa tuberkel terlihat nekrosis sentral. Sediaan 7-8 terdiri dari lima belas kelenjar limfe yang kesemuanya mengandung tuberkel yang sebagian juga mengalami nekrosis sentral. Juga didapati sel-sel raksasa Langhans. Pewarnaan Ziehl Neelsen tidak menemukan BTA (batang tahan asam). Gambaran histopatologi jaringan usus dan kelenjar getah bening jelas menunjukkan ciri-ciri penyakit Crohn. DISKUSI Diagnosis penyakit Crohn secara klinik sangat sulit karena gambaran klinik yang bervariasi dan menyerupai penyakit usus lain sehingga diagnosis seringkali dibuat pada pemeriksaan histopatologi jaringan pasca operasi yang dilakukan atas indikasi penyakit lain. Umumnya penyakit ini ditandai dengan serangan nyeri intermiten abdomen dan diare ringan (pada 75% kasus) serta dapat disertai demam yang berulang (pada 50% kasus) 1-3 Jika penyakit ini mengenai ileum dan caecum maka gejala yang tiba-tiba menyerupai 62
3 Penyakit Crohn - diagnosis histopatologi pasca operasi dengan indikasi apendisitis akut apendisitis dan diagnosa penyakit Crohn biasanya baru dibuat pada saat operasi. 1-3 Pada kasus ini juga dari anamnesa dan pemeriksaan fisik mengarah kepada apendisitis akut di mana penderita datang dengan keluhan utama nyeri perut terutama kanan bawah dan pada pemeriksaan fisik dijumpai massa yang lunak pada abdomen kanan bawah serta nyeri tekan pada titik Mc Burney dengan obturator sign dan psoas sign positif. Penyakit Crohn berupa kelainan idiopatik yang terbatas pada ileum terminal oleh karena itu disebut sebagai ileitis terminalis. Dengan dijumpai skip areas, yaitu ada daerah dengan mukosa normal yang berbatas jelas dengan mukosa yang mengalami ulserasi maka dikenal istilah enteritis regionalis. Adanya keterlibatan dari kolon yang lebih menonjol maka timbul istilah colitis granulomatosa. Sekarang dengan diketahuinya bahwa setiap bagian dari traktus digestivus dapat ter-libat maka lebih disukai istilah penyakit Crohn. 1 Penyakit Crohn merupakan kelainan ulseroinflamasi pada traktus digestivus, yang bersifat kronis dan relaps. Penyakit ini dapat terjadi di lokasi mana saja dari traktus digestivus, tapi lokasi yang tersering adalah ileum terminal, ileosekal dan kolon. 4 Penyakit Crohn juga dapat terjadi ekstra intestinal seperti di kulit, vulva, tulang dan sendi, otot rangka, laring dan limpa. 4 Penyakit Crohn dapat terjadi di seluruh dunia. 1-6 Insidens di negara Amerika Serikat, Inggris dan Skandinavia lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara Eropa, sedangkan di negara Asia dan Afrika insidensnya rendah. 3 Di negara Barat ada perbedaan insidensi antara orang kulit putih dan yang non kulit putih, yaitu orang yang berkulit putih berisiko 2-5 kali dibanding yang bukan kulit putih. Di negara Amerika serikat terdapat 3-5 kasus per jiwa setiap tahunnya. 1 Penyakit ini dapat terjadi pada semua usia, tetapi lebih sering pada usia 20 dan 30 tahun. 1-6 Wanita lebih sering mengalami penyakit ini dibandingkan pria. 1,2 Hal ini sesuai dengan kasus ini di mana penderita adalah seorang wanita berusia 30 tahun. Di Amerika penyakit Crohn terjadi 3-5 kali lebih tinggi pada orang Yahudi dibandingkan dengan bukan Yahudi. Merokok merupakan faktor risiko eksogen yang kuat. 1,2 Sampai saat ini etiologi dari penyakit Crohn belum diketahui dengan pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga berperan sebagai pemicu terjadinya reaksi radang berlebihan. 1,2,5,6 Faktor-faktor yang diduga sebagai pemicu terjadinya penyakit Crohn adalah kelainan genetik, infeksi terutama Mycobacterium paratuberculosis atau E. coli, dan kelainan sistem imun. 2,5 Peranan faktor genetik sebagai predisposisi penyakit Crohn masih dipertanyakan tapi 20-25% kasus penyakit Crohn terjadi dalam satu keluarga. Dari scanning gen pada penderita penyakit Crohn ditemukan ada kelainan di kromosom 3, 7, 12 dan 16. Akibat ke-lainan di kromosom 16 menyebabkan aktifnya nuclear factor kappa B pada makrofag, mempengaruhi adhesi lekosit dan mikrobakterial serta mempengaruhi fungsi interleukin. 2 Penyakit Crohn sangat jarang dijumpai pada suami dan isteri sekaligus, hal ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan saja tidak cukup untuk menyebabkan terjadinya penyakit ini. Dari kultur jaringan yang terkena penyakit Crohn ditemukan varian dari Pseudomonas dan Mycobacteria atypi, oleh karena itu dianggap kuman-kuman ini mempunyai peran pa-da penyakit Crohn. 2 Patogenesis terjadinya penyakit Crohn belum jelas, tapi diduga sistem imun berperan penting sehingga terjadinya radang kronis yang intermiten. Dalam mukosa usus yang normal terjadi proses fisiologis yang seimbang antara faktor yang mengaktifkan sistem imun seperti kuman ataupun stimuli inflamasi endogen dengan respon tubuh untuk menginaktifkan reaksi imun setelah stimuli di hilangkan. 2 Akibat terganggu-nya keseimbangan sistem imun mengakibatkan terjadinya overreaction radang. Adapun gambaran patologi yang utama dari penyakit Crohn adalah radang biasanya mengenai seluruh lapisan dinding usus, oleh karena itu disebut transmural inflammatory disease dan inflamasi usus tidak kontinu dimana segmen usus yang meradang dipisahkan oleh segmen usus yang normal. Secara makroskopik usus tampak menebal dan edematous. Lemak mesenterium sering membungkus sekeliling usus yang disebut creeping fat. Kelenjar getah bening mesenterium sering membesar, keras dan berhubungan satu sama lain. Lumen usus me- 63
4 DAMIANUS Journal of Medicine nyempit di mana pada awalnya karena edema dan selanjutnya akibat kombinasi edema dan fibrosis. Pembengkakan yang noduler, fibrosis dan ulserasi dari mukosa memberikan gambaran cobblestone. Pada awalnya ulkus memberikan gambaran aphthous atau serpinginosa dan makin lama makin dalam membentuk gambaran seperti celah yang linier atau fisura. Pada penampang dinding usus menunjukkan penebalan, edema dan fibrosis dari seluruh lapisan usus. Fistula yang terbentuk dapat mengadakan penetrasi dari usus ke organ-organ lain termasuk kandung kemih, uterus, vagina dan kulit. Fistula dapat juga buntu, membentuk rongga abses di dalam ckavum peritonei, di mesenterium atau struktur retroperitoneal. Lesi pada bagian distal rektum dan anus dapat menimbulkan fistula perianal. 1-3,5,6 Pada sediaan histopatologi pasien ini secara makroskopik dijumpai mukosa usus kasar dan pene-balan dari dinding usus serta ditemukan 15 kelenjar getah bening dengan diameter antara 0,2 1 cm. Hal ini sesuai untuk gambaran makroskopik penyakit Crohn. Secara mikroskopik penyakit Crohn tampak sebagai proses peradangan yang kronik. Pada awalnya proses inflamasi masih terbatas pada mukosa dan submukosa. Terlihat ulkus yang kecil dan dangkal pada mukosa (aphthous ulcer) bersama dengan edema mu-kosa dan submukosa serta peningkatan jumlah lim-fosit, sel plasma dan makrofag. Ulserasi dapat menge-nai lapisan yang lebih dalam bahkan sampai ke tunika serosa. Sering juga dijumpai kerusakan dari arsitektur mukosa dengan perubahan regeneratif dari kripta dan villi. Metaplasia pilorik dan hiperplasia sel Paneth juga umum dijumpai pada usus halus dan kolorektal. Selanjutnya ulkus yang dalam, panjang dan menyerupai fisura terlihat dan hialinisasi vaskuler serta fibrosis juga tampak jelas. Hiperplasia limfoid disertai dengan proliferasi dari muskularis mukosa juga merupakan tanda mikroskopik dari penyakit Crohn. Granuloma non kaseosa terutama pada sub-mukosa juga dapat ditemukan. Granuloma ini sulit dibedakan dengan granuloma pada sarcoidosis. Sel-sel epiteloid serta sel raksasa dapat juga dijumpai. Fibrosis dari submukosa, lamina propria dapat menyebabkan pembentukan striktur. 1-3,5-7 Hasil pemeriksaan histopatologi pada pasien ini mendukung hal-hal yang mengarah pada penyakit Crohn seperti adanya ulserasi dan erosi disamping pembentukan fisura-fisura, tampak infiltrat padat limfosit serta proses radang yang mencapai serosa, tampak juga beberapa granuloma dengan sel raksasa Langhans. Pada lima belas kelenjar yang kesemuanya mengandung tuberkel serta didapati pula sel raksasa Langhans. Pemeriksaan Ziehl Neelsen tidak menemukan BTA (batang tahan asam). Penyakit Crohn secara makroskopis dan mikroskopis menyerupai tuberkulosis usus. Untuk membedakannya secara makroskopis, ulkus pada tuberkulosis multiple dan circumferential, sedangkan ulkus penyakit Crohn linear dan serpinginous. Secara mikroskopis tuberkulosis sering menyebabkan kerusakan pada muskularis eksterna, sedangkan penyakit Crohn jarang mengenai muskularis eksterna tapi terutama mengenai lamina propria-submukosa. Granuloma pada tuberkulosis cenderung confluent, sering disertai nekrosis perkejuan yang daerah perifer dikelilingi sel-sel limfosit dan dengan pewarnaan basil tahan asam hasilnya positif. Granuloma pada penyakit Crohn tidak ada nekrosis perkejuan dan dengan pewarnaan basil tahan asam hasilnya negatif. 4,5 KESIMPULAN Penyakit Crohn merupakan penyakit ulseroinfla-masi yang bersifat kronis dari traktus digestivus, terutama mengenai ileum terminal dan kolon sebelah kanan. Gejala klinis sangat bervariasi tetapi biasanya dimulai dengan nyeri abdomen disertai diare ringan. Bila mengenai ileum dan caecum gejalanya menyerupai apendisitis akut dan sering diagnosis penyakit Crohn pertama kali dibuat pada saat operasi. Diagnosa pasti ditegakkan berdasarkan gambaran histopatologi dengan gambaran penebalan usus akibat edema dan fibrosis, cobblestone serta adanya ulkus dan fisura. Secara mikroskopik dijumpai ulserasi, sebukan selsel limfosit tersebar diseluruh lapisan usus serta dijumpai granuloma non kaseasi, fibrosis terutama pada submukosa dan lamina propria yang mengakibatkan penyempitan lumen usus. 64
5 Penyakit Crohn - diagnosis histopatologi pasca operasi dengan indikasi apendisitis akut DAFTAR PUSTAKA 1. Liu C, Crawford JM. The Gastro-intestinal Tract. In: Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins and Cotraan Pathologic Basis of Disease. 7th Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders, 2005: Robin E, Palazzo JP. The Gastro-intestinal Tract. In: Rubin E, Gorstein F, Rubin R et al. Rubin's Pathology: Clini-copathologic Foundations of Medicine. Fourth Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2005: Inflamatory Bowel Disease. In: Noffsinger A, Fenoglio- Preiser CM, Maru D et al. Gastrointestinal Diseases. Washington: American Registry of Pathology and Armed Forces Institute of Pathology, 2007: Owen DA, Kelly JK. Large Intestine and Anus. In: Damjanov I, Linder J. Anderson's Pathology. Tenth Edition. St. Louis: Mosby-Year Book, Inc., 1996: Gastrointestinal Tract. In: Rosai J. Rosai and Ackerman's Surgical Pathology. Ninth Edition. Edinburgh: Mosby, 2004: Robert ME. Inflammatory Disorders of the Small Intestine. In: Odze RD, Goldblum JR, Crawford JM. Surgical Pathology of the GI Tract, Liver, Biliary Tract, and Pancreas. Philadelphia: Saunders, 2004: Nash S. Small Intestine. In: Werdner N. The Difficult Diagnosis in Surgical Pathology Philadelphia: WB Saunders Company, 1996:
LAMPIRAN A GAMBARAN HISTOPATOLOGI PENYAKIT CROHN
RIWAYAT HIDUP Nama : Ati Setyowati NRP : 0210120 Tempat dan Tanggal Lahir : Sukabumi, 2 Juni 1976 Alamat : Jl. Setra Indah 29 Bandung Riwayat Pendidikan : 1988 lulus SD Yuwati Bhakti Sukabumi, 1991 lulus
Lebih terperinciBAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI.
BAB 4 HASIL Dalam penelitian ini digunakan 782 kasus yang diperiksa secara histopatologi dan didiagnosis sebagai apendisitis, baik akut, akut perforasi, dan kronis pada Departemen Patologi Anatomi FKUI
Lebih terperinciK35-K38 Diseases of Appendix
K35-K38 Diseases of Appendix Disusun Oleh: 1. Hesti Murti Asari (16/401530/SV/12034) 2. Rafida Elli Safitry (16/401558/SV/12062) 3. Zidna Naila Inas (16/401578/SV/12082) K35 Acute Appendicitis (Radang
Lebih terperinciIbnu Sina Biomedika Volume 1, No. 2 (2017) 37
CROHN DISEASE Humairah Medina Liza Lubis Departemen Patologi Anatomi Abstrak Crohn disease merupakan salah satu dari idiopathic inflammatory bowel disease disamping ulcerative colitis. Crohn disease, dikenal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendiks diartikan sebagai bagian tambahan, aksesori atau bagian tersendiri yang melekat ke struktur utama dan sering kali digunakan untuk merujuk pada apendiks vermiformis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit idiopatik, yang diperkirakan melibatkan. reaksi imun dalam tubuh terhadap saluran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Inflammatory bowel disease (IBD) merupakan penyakit idiopatik, yang diperkirakan melibatkan reaksi imun dalam tubuh terhadap saluran pencernaan. Dua tipe
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit atau kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah kasus yang ada
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011
ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 Adelia, 2012, Pembimbing 1: Laella K.Liana, dr., Sp.PA., M.Kes Pembimbing 2: Hartini Tiono, dr.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Inflammatory Bowel Disease (IBD) merupakan suatu. penyakit peradangan idiopatik pada traktus
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Inflammatory Bowel Disease (IBD) merupakan suatu penyakit peradangan idiopatik pada traktus gastrointestinal yang umumnya menyerang daerah kolon dan rektal. Etiologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Inflammatory Bowel Disease atau IBD adalah. inflamasi kronik yang dimediasi oleh imun pada traktus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inflammatory Bowel Disease atau IBD adalah inflamasi kronik yang dimediasi oleh imun pada traktus gastrointestinal. Dua tipe utamanya adalah Ulcerative colitis (UC)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lambung merupakan perluasan organ berongga besar berbentuk kantung dalam rongga peritoneum yang terletak di antara esofagus dan usus halus. Saat keadaan kosong, bentuk
Lebih terperinciAPPENDICITIS (ICD X : K35.0)
RUMAH SAKIT RISA SENTRA MEDIKA MATARAM PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF ILMU BEDAH TAHUN 2017 APPENDICITIS (ICD X : K35.0) 1. Pengertian (Definisi) 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah penyakit inflamasi yang melibatkan saluran cerna dengan penyebab pastinya sampai saat ini belum diketahui. IBD terdiri dari
Lebih terperinciBAB 4 HASIL. 23 Universitas Indonesia. Gambar 4.1 Sel-sel radang akut di lapisan mukosa
BAB 4 HASIL Hasil pengamatan sediaan patologi anatomi apendisitis akut dengan menggunakan mikroskop untuk melihat sel-sel polimorfonuklear dapat dilihat pada gambar 6,7 dan tabel yang terlampir Gambar
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ tambahan seperti kantung yang terletak pada bagian inferior dari sekum atau biasanya disebut usus buntu
Lebih terperinciABSTRAK ETIOPATOGENESIS INFLAMMATORY BOWEL DISEASE (STUDI PUSTAKA) Ati Setyowati, 2006, Pembimbing : Freddy T. Andries, dr., M.S.
ABSTRAK ETIOPATOGENESIS INFLAMMATORY BOWEL DISEASE (STUDI PUSTAKA) Ati Setyowati, 2006, Pembimbing : Freddy T. Andries, dr., M.S. Inflammatory Bowel Disease (IBD) merupakan penyakit radang saluran pencernaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan. Hal tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kerentanan fisik individu sendiri, keadaan lingkungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengobati kondisi dan penyakit terkait dengan proses menua (Setiati dkk, 2009).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geriatri adalah pelayanan kesehatan untuk lanjut usia (lansia) yang mengobati kondisi dan penyakit terkait dengan proses menua (Setiati dkk, 2009). Menurut UU RI No.
Lebih terperinciADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u
ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u m a h S a k i t I s l a m J a k a r t a, P o n d o k
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh penderita kanker dan penyebab kematian keempat dari seluruh kematian pada pasien kanker di dunia.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflammatory Bowel Disease (IBD) merupakan suatu kondisi inflamasi kronik yang disebabkan oleh kegagalan regulasi sistem imun, kerentanan genetik, dan rangsangan flora
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal adalah kanker ketiga tersering di dunia dan merupakan penyebab kematian akibat kanker kedua di Amerika Serikat, setelah kanker paru-paru. Pada tahun
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif. rekam medik RSUP Dr. Kariadi Semarang.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di ruang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. priyanto,2008). Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Agus priyanto,2008). Apendisitis merupakan
Lebih terperincisex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) tidak hanya disebabkan oleh asites pada sirosis hati melainkan juga disebabkan oleh gastroenteritis dan pendarahan pada saluran
Lebih terperincidirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggap
APENDISITIS PENGERTIAN Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering 1. Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit inflamasi saluran pencernaan dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saluran pencernaan (gastrointestinal, GI) dimulai dari mulut sampai anus. Fungsi saluran pencernaan adalah untuk ingesti dan pendorongan makanan, mencerna makanan, serta
Lebih terperinciSAKIT PERUT PADA ANAK
SAKIT PERUT PADA ANAK Oleh dr Ruankha Bilommi Spesialis Bedah Anak Lebih dari 1/3 anak mengeluh sakit perut dan ini menyebabkan orang tua membawa ke dokter. Sakit perut pada anak bisa bersifat akut dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolitis Ulserativa (ulcerative colitis / KU) merupakan suatu penyakit menahun, dimana kolon mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut
Lebih terperinciTips Mengatasi Susah Buang Air Besar
Susah buang air besar atau lebih dikenal dengan nama sembelit merupakan problem yang mungkin pernah dialami oleh anda sendiri. Banyak yang menganggap sembelit hanya gangguan kecil yang dapat hilang sendiri
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST APPENDIKTOMY DI RUANG MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST APPENDIKTOMY DI RUANG MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Diajukan Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Disusun
Lebih terperinciPenyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
Penyakit Radang Panggul Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Penyakit radang panggul adalah gangguan inflamasi traktus genitalia atas perempuan, dapat meliputi endometritis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal merupakan keganasan pada usus besar dan rektum. Gangguan replikasi DNA di dalam sel-sel usus yang diakibatkan oleh inflamasi kronik dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak
Lebih terperinciA. Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan Fisik 1. Inspeksi Pada apendisitis akut sering ditemukan adanyaabdominal swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut. - tidak ditemukan gambaran spesifik.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 0 Desa Lenek Kec. Aikmel EVALUASI LAYANAN KLINIS PUSKESMAS LENEK 06 GASTROENTERITIS AKUT. Konsistensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolitis ulseratif (KU) merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam Inflammatory Bowel Disease (IBD), yaitu penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya berlangsung
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti,
LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti, 0906511076 A. Pengertian tindakan Penyakit tertentu menyebabkan kondisi-kondisi yang mencegah pengeluaran feses secara normal dari rektum. Hal ini menimbulkan
Lebih terperinciPATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI TUBERKULOSIS. Retno Asti Werdhani Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI
PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI TUBERKULOSIS Retno Asti Werdhani Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI TUBERKULOSIS DAN KEJADIANNYA Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu predisposisi terjadinya kanker kolon (Popivanova et
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflammatory bowel disease (IBD) adalah suatu kelompok heterogen penyakit pada saluran pencernaan yang ditandai dengan respons imun mukosa yang berlebihan dan bersifat
Lebih terperinciKanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu penyakit bedah mayor yang sering terjadi adalah. 1 merupakan nyeri abdomen yang sering terjadi saat ini terutama di negara maju. Berdasarkan penelitian epidemiologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejumlah penyakit penting dan serius dapat bermanifestasi sebagai ulser di mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis, tuberkulosis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan sistem imun di mukosa kolon, melibatkan kerusakan fungsi barier intestinal dan mukosa. Beberapa
Lebih terperincie) Faal hati f) Faal ginjal g) Biopsi endometrium/
e) Faal hati f) Faal ginjal g) Biopsi endometrium/ mikrokuretae 15. Kehamilan FIT jika: 6 minggu setelah melahirkan Pemeriksaan : a) USG b) Pregnancy test (HCG test) 16. Operasi ginekologi FIT setelah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. 1,2 Kolelitiasis
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kolelitiasis adalah batu yang terbentuk dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. 1,2 Kolelitiasis terutama ditemukan di negara-negara
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Penyakit usus buntu adalah saluran usus yang terjadinya pembusukan dan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Penyakit Usus Buntu Penyakit usus buntu adalah saluran usus yang terjadinya pembusukan dan menonjol dari bagian awal usus besar atau seku. Penyakit usus buntu timbul
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium yang melapisi saluran kemih karena adanya invasi bakteri dan ditandai dengan bakteriuria dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat mengenai berbagai organ tubuh. Penyakit tuberkulosis terdapat
Lebih terperinciKONSEP TEORI. 1. Pengertian
KONSEP TEORI 1. Pengertian Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks vermiformis, yaitu divertikulum pada caecum yang menyerupai cacing, panjangnya bervariasi dari 7 sampai 15 cm, dan
Lebih terperinciPENANGANNYA : Antibiotika cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10 % dan irigasi
RADANG GENITALIA SERVISITIS Servisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis. karena epitel selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel selindris sehingga
Lebih terperinciUNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS Program Studi : Pendidikan Dokter Kode Blok : KBK402 Blok : SISTEM PENCERNAAN (Blok 15) Bobot : 4 SKS Semester : IV Standar Kompetensi : Mahasiswa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi dan Patogenesis Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang memerlukan tindakan pembedahan. Diagnosis apendisitis akut merupakan hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolitis Ulseratif merupakan salah satu jenis Inflammatory Bowel Disease (IBD), suatu istilah umum untuk penyakit yang menyebabkan inflamasi pada usus halus dan kolon.
Lebih terperinciMengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1
Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgetik, antipiretik, serta anti radang dan banyak digunakan untuk menghilangkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyakit kanker merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini berkembang semakin cepat. Di dunia ini, diperkirakan lebih dari 1 juta orang menderita
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem organ dikarenakan hipersensitivitas terhadap makanan tertentu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alergi makanan merupakan gejala yang mengenai banyak organ atau sistem organ dikarenakan hipersensitivitas terhadap makanan tertentu yang sebagian besar diperantarai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia menurut kriteria Rome III didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang berlokasi di epigastrium, terdiri dari nyeri ulu hati atau ketidaknyamanan, bisa disertai
Lebih terperinciETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B
HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah E. histolytica Penyebab amebiasis adalah parasit Entamoeba histolytica yang merupakan anggota kelas rhizopoda (rhiz=akar, podium=kaki). 10 Amebiasis pertama kali diidentifikasi
Lebih terperinciRENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET IdentitasMataKuliah IdentitasdanValidasi Nama TandaTangan Kode Mata Kuliah Dosen Pengembang RPS
Lebih terperinciSISTEM UROGENITALIA PENUNTUN PEMBELAJARAN TEHNIK PEMERIKSAAN PROSTAT DENGAN COLOK DUBUR
TEHNIK PEMERIKSAAN PROSTAT DENGAN COLOK DUBUR SISTEM UROGENITAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 1 TEKNIK PEMERIKSAAN PROSTAT DENGAN COLOK DUBUR TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Mahasiswa
Lebih terperinciCARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA
CARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA Oleh : Debby dan Arief Dalam tubuh terdapat berjuta-juta sel. Salah satunya, sel abnormal atau sel metaplasia, yaitu sel yang berubah, tetapi masih dalam batas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal adalah suatu keganasan polip adenomatosa yang sering menyerang kolom dan rektum. Keganasan ini disebabkan mutasi protoonkogen K- RAS, hipometilasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi, penyebab, mekanisme dan patofisiologi dari inkontinensia feses pada kehamilan. INKONTINENSIA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI Tuberkulosis A.1 Definisi Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Robert
Lebih terperincidan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya peningkatan kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani. Indonesia masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ terpenting dalam mempertahankan homeostasis cairan tubuh secara baik. Berbagai fungsi ginjal untuk mempertahankan homeostatic dengan mengatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa lima besar karsinoma di dunia adalah karsinoma paru-paru, karsinoma mamae, karsinoma usus besar dan karsinoma lambung
Lebih terperinciAuthor : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.
Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis
Lebih terperinciASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KB TERHADAP NY. Y DI BPS HERTATI
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KB TERHADAP NY. Y DI BPS HERTATI Oleh : Rita Purnamasari Tanggal : 11 November 2011 Waktu : 10.00 WIB I. PENGKAJIAN A. IDENTITAS ISTERI SUAMI Nama : Ny. Y Tn. A Umur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inflamatory bowel disease (IBD) mewakili suatu kondisi inflamasi kronik usus yang idiopatik. IBD terdiri atas dua jenis penyakit, yaitu Crohn's disease (CD)
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor lainnya. Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parekim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh kainnya, termasuk meningitis, ginjal,
Lebih terperinciLeukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar thoraks, yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Paru-paru ada dua,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Blastocystis hominis 2.1.1 Epidemiologi Blastocystis hominis merupakan protozoa yang sering ditemukan di sampel feses manusia, baik pada pasien yang simtomatik maupun pasien
Lebih terperinciKanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap
Lebih terperinciLAPORAN PEDAHULUAN ABDOMINAL PAIN
LAPORAN PEDAHULUAN ABDOMINAL PAIN A. PENGERTIAN Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang terasa disetiap regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006). Nyeri abdomen ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat
Lebih terperinciBAB 4 HASIL. Tabel 4.1 Hasil Penelitian Serabut Saraf Ektopik Terhadap Apendisitis Akut/Kronik. Tipe Radang Apendisitis.
BAB 4 HASIL Serabut saraf ektopik yang diteliti pada penelitian ini adalah serabut saraf yang terletak di luar area pleksus Meissner dan Auerbach. Kriteria penggolongan umur yang digunakan adalah penggolongan
Lebih terperinciSISTEM PENCERNAAN MAKANAN. SUSUNAN SALURAN PENCERNAAN Terdiri dari : 1. Oris 2. Faring (tekak) 3. Esofagus 4. Ventrikulus
SISTEM PENCERNAAN MAKANAN SUSUNAN SALURAN PENCERNAAN Terdiri dari : 1. Oris 2. Faring (tekak) 3. Esofagus 4. Ventrikulus 5. Intestinum minor : Duodenum Jejenum Iliem 6. Intestinum mayor : Seikum Kolon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rektum yang khusus menyerang bagian sekum yang terjadi akibat gangguan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumor sekum merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus menyerang bagian sekum yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA
1 LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA I Deskripsi Perdarahan pada saluran cerna terutama disebabkan oleh tukak lambung atau gastritis. Perdarahan saluran cerna dibagi menjadi
Lebih terperinciPembahasan Video :http:// :1935/testvod/_definst_/mp4:(21). 8 SMP BIOLOGI/4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA/BIO mp4/manifest.
1. Perhatikan gambar sistem pencernaan berikut! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL Enzim pepsin dihasilkan oleh bagian yang benromor... 1 2 3 4 Kunci Jawaban : B Enzim
Lebih terperinciPenyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
ASKEP CA OVARIUM A. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar
Lebih terperinciBAB I ORGANISASI ORGAN
BAB I ORGANISASI ORGAN Dalam bab ini akan dibahas struktur histologis dan fungsi dari parenkima dan stroma, organisasi organ tubuler, organisasi organ padat dan membran sebagai organ simplek. Semua organ
Lebih terperinciBAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA. pada jaringan lunak yang mendukung, mengelilingi, dan melindungi organ tubuh.
BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA Sarcoma adalah suatu tipe kanker yang jarang terjadi dimana penyakit ini berkembang pada struktur pendukung tubuh. Ada 2 jenis dari sarcoma,
Lebih terperinciPenyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15
Kanker payudara adalah penyakit dimana selsel kanker tumbuh di dalam jaringan payudara, biasanya pada ductus (saluran yang mengalirkan ASI ke puting) dan lobulus (kelenjar yang membuat susu). Kanker atau
Lebih terperinci