Kompetensi Kemampuan Taktikal pada Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III Badan Pusat Statistik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kompetensi Kemampuan Taktikal pada Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III Badan Pusat Statistik"

Transkripsi

1 Kompetensi Kemampuan Taktikal pada Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III Badan Pusat Statistik Oleh: Yuliana Ria Uli Sitanggang, S.Si, M.Si Widyaiswara Madya ABSTRAK Kekuatan visi pemimpin dan kemampuannya merupakan tindakan kepemimpinan dalam organisasi. Kepemimpinan dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan (ancaman, penghargaan, otoritas dan bujukan) dan mempengaruhi orang. Banyak orang memerlukan figur pemimpin yang tampil mewakili kelompoknya. Kompetensi kemampuan taktikal merupakan tujuan yang diharapkan dari selesainya penyelenggaran Diklat Kepemimpinan Tingkat III. Kepemimpinan Taktikal adalah kemampuan mensinergikan kualitas karakter kepemimpinan dan kemampuan manajemen stratejik, manajerial serta pemberdayaan secara padu dalam merumuskan dan menetapkan program organisasi serta memimpin pelaksanaannya. Setiap pejabat eselon III pada level dimanapun berada harus dapat menarik benang kedudukannya pada eselon I yaitu pada visinya. Berikutnya juga akan dapat ditarik penjabarannya dengan misi eselon II, di atas kedudukan dari pejabat yang bersangkutan, melalui kemampuan Kepemimpinan Taktikal. Program tersebut dapat dikelola oleh pejabat eselon III, yang memiliki kewenangan dalam kepemimpinan taktikal, melalui dua dimensi hard sklill dan soft skill seorang pemimpin. Kualitas integritas dan etika yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan program tersebut sebaiknya memiliki nilai integritas dan etika yang memiliki nilai-nilai kepatuhan terhadap profesionalisme. Kata Kunci: Manajemen Stratejik, Kompetensi Kemampuan Taktikal, Faktorfaktor Kunci Keberhasilan Pimpinan, Strategi Pimpinan, Kualitas karakter kepemimpinan 1

2 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekuatan visi seorang pemimpin dan kemampuannya untuk menyampaikannya kepada bawahan, akan merupakan tindakan kepemimpinan dalam organisasi di abad 21 ini. Tindakan kepemimpinan merupakan subjek yang telah lama menarik perhatian banyak orang pada level manapun. Oleh karena itu, kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang, agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela. Ada beberapa faktor yang dapat menggerakkan orang yaitu ancaman, penghargaan, otoritas dan bujukan. Dalam perkembangannya dan pelaksanaanya penerapan yang dilaksanakan oleh seorang pemimpin masih banyak mengalami hambatan dan ketimpangan. Jadi sejalan dengan waktu, beberapa para pemikir dan penelaah tentang kepemimpinan landasan pembaharuan. Pembaharuan tersebut akan dapat menyesuaikan kondisi dan situasi perkembangan jaman. Kondisi maupun pra-kondisi inilah yang menentukan kebijakan dan kewenangannya sebagai subjek pemerintah dan pembangunan oleh penyelenggara Negara. Namun prakondisi yang sudah terpenuhi itu belum mampu dikelola secara efektif oleh para aktor pembangunan, sehingga pemerintahan masih tertinggal dengan cepatnya laju pembangunan global dewasa ini. Aktor pembangunan yang terdepan dalam menggerakkan dan melaksanakan pembangunan adalah para eksekutif baik di tingkat pusat maupun sampai pada tingkat daerah. Para eksekutif yang terdepan mulai dari pejabat eselon I sampai pada pejabat eselon IV yang akan dijadikan sebagai subjek pembangunan dalam mewujudkan pembahuruan. Landasan konseptual pembaharuan yang diusung adalah dengan tema kepemimpinan visioner, kepemimpinan stratejik, kepemimpinan taktikal dan kepemimpinan operasional. Konseptual pembaharuan tersebut berturut-turut 2

3 melekat pada tugas dan fungsinya pada jajaran struktural tingkatan eselon pada pemerintahan pusat sampai dengan daerah. Khusus pejabat struktural eselon III mempunyai peranan yang menentukan dalam mengelola pra-kondisi tersebut. Terutama dalam mempengaruhi dan mengajak dunia usaha dan masyarakat untuk bersinergi dalam mengimplementasikan kebijakan-kebijakan pada sektor yang menjadi tanggung jawab instansinya. Untuk memainkan peranan tersebut, diperlukan pejabat struktural eselon III yang berwawasan global dan nasional, dan mampu menjabarkan arah dan strategi kebijakan instansi ke dalam program serta mampu mensinergikan seluruh stakeholder stratejik untuk melaksanakan program tersebut. Kompetensi yang dibangun dalam Diklatpim Tingkat III adalah kemampuan mempengaruhi dan mengajak seluruh stakeholder stratejik dan jajarannya melalui kompetensi kepemimpinan taktikal, yaitu kemampuan mensinergikan kualitas karakter kepemimpinan dan kemampuan manajemen stratejik, manajerial serta pemberdayaan secara padu dalam merumuskan dan menetapkan program organisasi serta memimpin pelaksanaannya. Dengan demikian kepemimpinan taktikal merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang pejabat eselon III secara terpadu dalam merumuskan dan menetapkan program organisasinya, dimana dia sendiri harus dapat berpikir dan melakukan penjabaran misi eselon II, setingkat di atasnya dan visi dari pejabat eselon I, dua tingkat di atasnya. Selanjutnya muncul pertanyaan bagaimana bentuk pengelolaan kepemimpina taktikal tersebut. Pada kajian selanjutnya akan ditelaah bentuk Aplikasi Kepemimpinan Taktikal dalam merumuskan dan mengelola program. B. Tujuan Kompetensi kemampuan taktikal merupakan tujuan yang diharapkan dari selesainya penyelenggarann Diklat Kepemimpinan Tingkat III, bagaimana bentuk aplikasinya merupakan kemampuan mempengaruhi dan mengajak seluruh stakeholder stratejik dan jajarannya melalui kompetensi kepemimpinan 3

4 taktikal. Kepemimpinan Taktikal adalah kemampuan mensinergikan kualitas karakter kepemimpinan dan kemampuan manajemen stratejik, manajerial serta pemberdayaan secara padu dalam merumuskan dan menetapkan program organisasi serta memimpin pelaksanaannya. Untuk mewujudkanya, diperlukan lembaga diklat yang terakreditasi dalam mencapai tujuan tersebut. Adapun tujuan penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tingkat III, agar alumni Diklat dapat meningkatkan: 1. Kualitas karakter kepemimpinan yang diindikasikan dengan kemampuan pengelolaan kualitas diri khususnya pada kemampuan berintegritas dan beretika sesuai dengan nilai-nilai sosial, budaya, kode etik profesi dan norma-norma organisasinya; 2. Kualitas kemampuan manajemen stratejik, manajerial dan pemberdayaan yang ditandai dengan kemampuan dalam menjabarkan visi dan misi serta strategi organisasi ke dalam program nyata organisasinya dan memimpin keberhasilan pelaksanaannya; 3. Kemampuan mensinergikan kualitas karakter kepemimpinan dan kemampuan manajemen stratejik, manajerial serta pemberdayaan secara padu dalam merumuskan dan menetapkan program organisasi serta memimpin pelaksanaannya. C. Perumusan Masalah Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN RI) merupakan Lembaga yang memiliki kewenangan dalam membina Sumber Daya Aparatur untuk meningkatkan kompetensi dan produktivitasnya. Pada kenyataannya kondisi dan pra-kondisi aparatur belum mencapai tingkat performance yang diinginkan. Namun pra-kondisi yang sudah terpenuhi itu belum mampu dikelola secara efektif oleh para aktor subjek pembangunan. Pemerintahan Indonesia masih tertinggal dibanding dengan cepatnya laju pembangunan global dewasa ini. Oleh karena itu LAN RI melakukan pembaharuan, untuk mengantisipasi dan cepat tanggap melihat pra-kondisi tersebut, terutama peningkatan kualitas sumber daya aparatur dalam 4

5 pembaharuan sistem diklat aparatur. Dua dokumen perubahan yaitu diklat masa depan dan pembaharuan sistem diklat aparatur. Kondisi ini berdasarkan evaluasi diklat oleh Word Bank (2006) yaitu antara lain diklat berpola umum dan tidak formal, diklat tidak berbasis kinerja. Pada kajian dan tulisan ini, hanya dibatasi cakupan permasalahan pada diklat Kepemimpinan Tingkat III. Adapun permasalahan kepemimpinan pejabat struktural eselon III adalah: 1. Apakah program sudah merupakan penjabaran dari visi (unit eselon I) dan misi/strategi (unit eselon II) di atasnya? 2. Apakah program tersebut dapat dikelola/managable? 3. Bagaimana kualitas integritas dan etika yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan program tersebut? 5

6 II. KAJIAN TEORITIS A. Pemahaman Kepemimpinan Dalam kepemimpinan dibutuhkan manusia, yang mempunyai keterbatasan dan kelebihan tertentu. Seorang pemimpin diperlukan baik dalam masyarakat atau organisasi. Hal ini diperlukan karena sedikitnya ada empat alasan, yaitu 1. Banyak orang memerlukan figur pemimpin 2. Pada beberapa situasi seorang pemimpin perlu tampil mewakili kelompoknya, 3. Pemimpin sebagai tempat pengambil alihan resiko bila terjadi tekanan terhadap kelompoknya, 4. Sebagai tempat untuk meletakkan kekuasaan (Rivai,V. 2003). Definisi tentang kepemimpinan bervariasi tergantung setiap individu yang mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan. Kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk seseorang untuk bersedia melakukan sesuatu secara sukarela. Akan tetapi ada faktor yang dapat menggerakkan seseorang yaitu karena ancaman, penghargaan, otoritas dan bujukan. Kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Jadi makna dan pemahaman tentang kepemimpinan mempunyai hakikat sebagai berikut: 1. Proses mempengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi; 2. Seni mempengaruhi dan mengarahkan seseorang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama. Kemampuan untuk mempengaruhi, memberi inspirasi dan mengarahkan tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan; 6

7 3. Melibatkan tiga hal yaitu pemimpin, pengikut dan situasi tertentu; 4. Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan, sumber pengaruh dapat secara formal atau tidak formal; 5. Pemimpin formal (lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif) artinya seorang yang ditunjuk sebagai pemimpin, atas dasar keputusan dan kepangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan. Dalam struktur organisasi dengan segala hak dan kewajibannya yang melekat berkaitan dengan posisinya; 6. Pimpinan informal (tokoh masyarakat, pemuka agama, adat istiadat, LSM, guru) artinya seseorang yang ditunjuk memimpin secara tidak formal, karena memiliki kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai seorang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok/komunitas tertentu. B. Peranan Pemimpin Menurut (Fathoni, A. 2006), peran dapat diartikan sebagai perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Pemimpin di dalam suatu organisasi mempunyai peranan, setiap pekerjaan membawa harapan bagaimana penanggung peran berperilaku. Peran kepemimpinan dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai dengan kedudukannya sebagai pemimpin. Untuk itu agar kepemimpinan seseorang dapat berperan, maka perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1. Dasar utama adalah efektivitas kepemimpinan seseorang bukan pada pengangkatan atau penunjukkannya selaku kepala, akan tetapi penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang bersangkutan; 2. Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang; 3. Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk membaca situasi; 4. Perilaku seseorang tidak terbentuk dengan seketika, melainkan melalui proses pertumbuhan dan perkembangan; 7

8 5. Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta, bila semua anggota dapat menyesuaikan cara berpikir dan bertindak dalam mencapai tujuan organisasi. C. Konsep Dasar Manajemen Stratejik 1. Falsafah Manajemen Stratejik Berfikir strategik sangat diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah stratejik yang timbul seiring dengan berkembangnya perusahaan/organisasi. Karakteristik dari masalah-masalah stratejik adalah sebagai berikut: a. Berorientasi pada masa depan b. Biasanya berhubungan dengan unit pekerjaan yang sangat komplek c. Memerlukan perhatian dari manajemen puncak d. Mempengaruhi kesejahteran dan kemakmuran jangka panjang bagi sumber daya aparatur dan perusahaan e. Melibatkan pengalokasian sejumlah besar sumber daya yang ada dalam lembaga/institusi dan perusahaan. 2. Bentuk dan Proses Berpikir stratejik Proses berpikir yaitu berpikir secara mekanik, intuisi dan stratejik. Dari ketiganya diartikan bahwa berpikir secara stratejik akan menghasilkan penyelesaian yang lebih kreatif dan berbeda bentuknya dari pada hanya berdasarkan berpikir mekanik dan intuisi. Dengan semakin kreatif dalam memecahkan masalah, dibuktikan dengan semakin banyaknya bentuk pemecahan/alternatif, maka akan semakin kecil tingkat kesalahan yang mungkin timbul di masa akan datang, hal ini akan menguntungkan si pembuat keputusan (Wahyudi, 1996). Berpikir stratejik memerlukan beberapa tahapan yaitu: a. Identifikasi Masalah; tahap ini berusaha untuk mengidentifikasi masalah-masalah stratejik yang muncul dengan cara melihat gejalagejala yang mengikutinya. Seseorang menganggap bahwa gejala identik dengan masalah, sehingga mengakibatkan penyelesaian/solusi 8

9 yang dibuat tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut. Proses identifikasi tersebut dapat dilakukan dengan cara mengadakan brain storming; b. Pengelompokan masalah; sering muncul beberapa masalah yang beraneka ragam. Untuk mempermudah pemecahannya, perlu untuk mengelompokkan/mengklasifikasikan masalah-masalah tersebut sesuai sifatnya; c. Proses Abstraksi: setelah kelompok masalah, maka tahap selanjutnya adalah identifikasi masalah-masalah yang krusial dari tiap kelompok. Kemudian dilakukan analisis terhadap masalah tersebut. Pada tahap ini memerlukan ketelitian dan kesabaran, karena dari faktor itu akan disusun cara/metode pemecahannya; d. Penentuan metode/cara pemecahan: setelah tahap abstraksi selesai, ditentukan cara/metode yang paling tepat untuk menyelesaikan/memecahkan masalah yang telah teridentifikasi pada tahap pertama. Metode penyelesaian ini haruslah kongkret dan lebih spesifik; e. Perencanaan untuk Implementasi: tahap ini merupakan langkah yang harus dilakukan seseorang dalam rangka penerapan metode/cara pemecahan masalah pada tahap d di atas. 3. Pengertian Manajemen stratejik Manajemen stratejik merupakan suatu seni dan ilmu dari pembuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating) keputusan-keputusan strategis antar fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan masa depan (Siagian, S, 1995). Manajemen strategi terdiri dari tiga proses yaitu: a. Pembuatan strategi: yang meliputi pengembangan visi dan tujuan jangka panjang, pengidentifikasi peluang dan ancaman dari luar serta kekuatan dan kelemahan institusi, pengembangan alternatif-alternatif strategi dan penentuan strategi yang sesuai untuk di adopsi; 9

10 b. Penerapan Strategi: meliputi sasaran-sasaran operasional tahunan, kebijakan institusi, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber daya, agar strategi yang telah ditetapkan dapat diimplementasikan; c. Evaluasi/kontrol strategi, mencakup usaha untuk memonitor seluruh hasil-hasil dari pembuatan dan penerapan strategi, termasuk mengukur kinerja individu dan institusi serta mengambil langkah-langkah perbaikan jika diperlukan. 4. Perbedaan Strate tratejik dan Taktik Kebanyakan orang sulit untuk membedakan antara strategi dan taktik. Perbedaan yang paling mudah antara keduanya adalah saat memutuskan apa yang seharusnya dikerjakan, diputuskan sebuah stratgi. Sedangkan jika kita memutuskan bagaimana untuk mengerjakan sesuatu, itulah yang disebut taktik. Menurut Michel, 1993, strategi adalah mengerjakan sesuatu yang benar dan taktik mengerjakan sesuatu dengan benar. Strategi merupakan suatu seni menggunakan pertempuran untuk memenangkan suatu perang. Sedangkan taktik adalah seni menggunakan tentara dalam sebuah pertempuran. Dalam bisnis, taktik merupakan sekumpulan program kerja yang dibentuk untuk melengkapi strategi bisnis. Taktik merupakan penjabaran operasional jangka pendek dari strategi tersebut dapat diterapkan. Untuk mendukung pelaksanaan strategi tersebut diperlukan taktik. Dengan demikian bentuk manajemen strategi dan taktik, kiranya dapat dikembangkan pemahaman dan makna dalam implementasikan pada penerapan kepemimpinan strategik dan kepemimpinan taktikal. Pada kepemimpinan taktital bagaimana seseorang yang berada dalam tugas dan fungsinya di jajaran instansi pemerintah, melalui kompetensi kepemimpinan taktikal dapat mensinergikan kualitas karakter kepemimpinan dan kemampuan manajemen stratejik, manajerial serta 10

11 pemberdayaan secara padu dalam merumuskan dan menetapkan program organisasi serta memimpin pelaksanaannya. 5. Manfaat Manajemen Stratejik Penggunaan Manajemen stratejik sebagai suatu kerangka kerja (frame work) untuk menyelesaikan masalah stratejik. Maka setiap pimpinan diajak untuk berpikir lebih kreatif atau berpikir secara stratejik. Pemecahan masalah dengan menghasilkan dan mempertimbangkan lebih banyak alternatif yang dibangun dari suatu analisis yang lebih teliti akan lebih menjanjikan suatu hasil yang menguntungkan. Menurut Wall, B. And Solum, R. 1999, terdapat beberapa manfaat yang diperoleh organisasi, jika mereka menerapkan manajemen strategik, yaitu: a. Memberikan arah jangka panjang yang akan dituju; b. Membantu organisai beradaptasi pada perubahan-perubahan yang terjadi; c. Membantu suatu organisasi menjadi lebih efektif; d. Mengidentifikasi keunggulan komparatif suatu organisasi dalam lingkungan yang semakin berisiko. Manajemen stratejik pada prinsipnya adalah suatu proses dimana informasi masa lalu, saat ini dan ramalan masa datang dari operasi dan lingkungan mengalir melalui tahap-tahap yang saling berkaitan ke arah pencapaian tujuan. Akibat dari penerapan manajemen stratejik mempunyai beberapa dampak yaitu: 1. Perubahan salah satu komponen akan mempengaruhi beberapa atau seluruh komponen; 2. Proses pembuatan, penerapan dan evaluasi merupakan suatu proses yang berurutan; 3. Perlunya membuat umpan balik pada setiap tahap awal proses; 4. Sistem manajemen stratejik merupakan suatu sistem yang dinamis, dimana kondisi dan situasi yang secara berkala berubah akan mempengaruhi hubungan antar aktivitas dalam manajemen stratejik. 11

12 III.. ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH A. Analisis Kajian Kepemimpinan Taktikal Pada dua dokumen pelaksana Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia memaparkan diklat masa depan dan pembaharuan sistem Diklat aparatur, dalam dalam konteks PP 101/2000; Diklat lebih compulsory, Lembaga Diklat Terakreditasi. Dalam hal ini kebijakan pembaharuan sistem Diklat, yang tertian dalam Peraturan Kepala LAN No.8 Tahun 2011 tentang pedoman penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tingkat III. Penerapannya dalam konsep kepemimpinan Kepala BKN no.46 A/2003 dalam kepemimpinan taktikal dapat menggunakan kemampuan menggunakan strategi, pengaruh dan mengajak seluruh stakeholder stratejik dan jajarannya melalui kompetensi kepemimpinan taktikal. Selanjutnya dapat menyesuaikan rencana kerja unit organisasi dengan lingkungan kerja sampai pada meyakinkan secara langsung. Selanjutnya kemampuan kepemimpinan taktikal harus juga memiliki kemampuan mensinergikan kualitas karakter kepemimpinan dan kemampuan manajemen stratejik, manajerial serta pemberdayaan secara padu dalam merumuskan dan menetapkan program organisasi serta memimpin pelaksanaannya. B. Pemecahan Masalah Pemecahan masalah yang dapat diterapkan pada implementasinya dari kepemimpinan taktikal dalam merumuskan dan mengelola program dapat diuraikan dalam penjelasan berikut: 1. Setiap pejabat eselon III pada level dimanapun dia berada harus dapat menarik benang kedudukannya pada eselon I, yang dapat menelusuri pada tingkatan ke atas di eselon I, dari tingkatan yang berada di kecamatan sampai pada tingkat di tingkat pusat. Berikutnya juga akan dapat ditarik penjabarannya dengan misi eselon II, diatas kedudukan dari pejabat yang bersangkutan; 12

13 2. Program tersebut dapat dikelola oleh pejabat eselon III, yang memiliki kewenangan dalam kepemimpinan taktikal, melalui dua dimensi Hard Sklill dan dimensi Soft Skill dari seorang pemimpin, yaitu: a. Kemampuan merumuskan program dalam identifikasi masalah, analisis masalah dan pemecahan masalah b. Kemampuan mengelola program, yaitu kemampuan dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan. Kemudian dimensi lainnya adalah Soft Skill seorang pemimpin, yaitu dilihat dari integritas (Kejujuran dalam Tugas,Ketegasan dalam Ide dan Inovasi, Kepatuhan pada Nilai Agama dan Moral) dan etika (Nilai-nilai Sosial, Nilai-nilai Budaya dan Kode Etik Profesi ); 3. Kualitas integritas dan etika yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan program tersebut sebaiknya memiliki nilai integritas dan etika yang menjungjung tinggi nilai-nilai kepatuhan terhadap profesionalisme. Dalam model manajemen stratejik, diawali dari atas dengan Visi dan Misi institusi/lembaga, selanjutnya dilakukan analisis SWOT, dengan melihat kondisi eksternal dan internal. Langkah berikutnya adalah penetapan tujuan dan sasaran. Kondisi ini dijabarkan dalam strategi variasi dan jenerik untuk pembuatan strategi, aplikasi rencana program pada institusi dan evaluasi serta kontrol rencana program dalam merumuskan dan mengelola program (Siagian, S. 1995). 13

14 V. PENUTUP A. Kesimpulan Pembahasan kajian tentang Aplikasi Kepemimpinan Taktikal dalam merumuskan dan mengelola program dapat diuraikan pada aspek berikutnya: 1. Setiap pejabat eselon III pada level dimanapun berada harus dapat menarik benang kedudukannya pada eselon I yaitu pada visinya. Berikutnya juga akan dapat ditarik penjabarannya dengan misi eselon II, di atas kedudukan dari pejabat yang bersangkutan, melalui kemampuan Kepemimpinan Taktikal; 2. Program tersebut dapat dikelola oleh pejabat eselon III, yang memiliki kewenangan dalam kepemimpinan taktikal, melalui dua dimensi hard sklill dan soft skill seorang pemimpin; 3. Kualitas integritas dan etika yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan program tersebut sebaiknya memiliki nilai integritas dan etika yang memiliki nilai-nilai kepatuhan terhadap profesionalisme. B. Saran Dalam rangka penerapan pembaharuan sistem diklat aparatur, kiranya dapat melakukan: 1. Sesegera mungkin dapat melakukan penerapannya dalam menyongsong Januari 2013; 2. Dapat penerapan di atas, dapat melakukan penyiapan sumber daya kediklatan, baik tenaga nara sumber maupun penyelenggara melalui sistem pembahuruan diklat Kepemimpinan Tingkat III; 3. Dengan mengikuti diklat kepemimpinan, diharapkan para pejabat birokrasi dapat berperan sebagai pemimpin (leader) dan bukan sebagai pimpinan (manajer). 14

15 DAFTAR RUJUKAN Fathoni, A, 2006, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta Ginanjar, GA. 2001, Emotional Spiritual Quotient, Arga, Jakarta Knezevich, S, 1990, Administration Of Public Education, New Jersey, Pretice- Hall Kepemimpinan Dalam Organisasi, 2001, Bahan Ajar Diklat Pim Tk. III, Lembaga Administrasi Negara RI, Jakarta Maxwell, J., 2010, How Successful People Thingking, Penerbit Mitra Sejati, Jakarta, 220 halaman Michel, R, 1993, Strategy, Pure and Simpl, New York: Mc Graw Hill Miftah, T, 2001, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Notoatmodjo, S, 2003, Pengembangan SDM, 2003, Penerbit PT, Rineka Cipta, Jakarta Nugraha, A, 2010, Professional Quotient Revolusi Pemberdayaan dan Pengembangan Diri, MQS Publishing, Bandung, 258 halaman Rivai, V, 2004, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, 2004, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Robbins, PS, 2001, Perilaku Organisasi, PT Grafindo Persada, Jakarta Rukmana, N, 2007, Etika Kepemimpinan, Perspektif Agama dan Moral. Penerbit, PT Alfabeta, Bandung Siagian, S, 1995, Manajemen Stratejik, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, Jakarta Thompson, D, 2002, Etika Politik Pejabat Negara, Penerbit Yayasan Obor Indonesia, Jakarta Wahyudin, A.S, 1996, Manajemen Strategik, Penerbit PT Binarupa Aksara, Jakarta Wall, B, And Solum, R, 1999, The Visionary Leader, Pemimpin yang bervisi kuat, Penerbit PT Interaksara, Batam 15

Penerapan Analisis SWOT dalam Penyusunan Rencana Stratejik (Renstra) pada Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III Badan Pusat Statistik

Penerapan Analisis SWOT dalam Penyusunan Rencana Stratejik (Renstra) pada Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III Badan Pusat Statistik Penerapan Analisis SWOT dalam Penyusunan Rencana Stratejik (Renstra) pada Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III Badan Pusat Statistik Oleh: Yuliana Ria Uli Sitanggang, S.Si, M.Si Widyaiswara

Lebih terperinci

Manajemen Strategik dalam Pendidikan

Manajemen Strategik dalam Pendidikan Manajemen Strategik dalam Pendidikan Oleh : Winarto* A. Pendahuluan Manajemen pendidikan yang diterapkan di lingkungan internal sistem persekolahan hanyalah sebagian dari tanggung jawab kepala sekolah

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA TERTIB DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN V TAHUN 2016

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA TERTIB DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN V TAHUN 2016 PETUNJUK PELAKSANAAN Dan TATA TERTIB DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN V TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Jl. Setiabudi Nomor 201 A S E M A R A N G BAB I

Lebih terperinci

Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. BAB II DESKRIPSI PUSDIKLAT KEMENTERIAN AGAMA 2.1. Sejarah Pusdiklat Kementerian Agama Sesuai dengan tuntutan pembangunan nasional dan tantangan global untuk mewujudkan kepemeritahan yang baik diperlukan

Lebih terperinci

Bab I. Pengantar. tujuan untuk mengetahui hubungan dari budaya kerja terhadap kinerja dosen

Bab I. Pengantar. tujuan untuk mengetahui hubungan dari budaya kerja terhadap kinerja dosen Bab I Pengantar 1.1. Latar Belakang Studi ini bermaksud untuk menjelaskan kondisi kinerja dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu (FKIK Unib). Dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

DIKLATPIM POLA BARU: HARAPAN DAN TANTANGAN

DIKLATPIM POLA BARU: HARAPAN DAN TANTANGAN DIKLATPIM POLA BARU: HARAPAN DAN TANTANGAN Oleh: Hindri Asmoko 1 Kepemimpinan di sektor publik utamanya pada pemerintahan merupakan suatu hal yang krusial. Keberhasilan pemerintah dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan Indonesia jangka panjang yaitu Indonesia yang maju dan mandiri, adil dan demokratis, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pergeseran dimensi pembangunan yang menitikberatkan pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pergeseran dimensi pembangunan yang menitikberatkan pada pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di era otonomi daerah ini ditandai dengan munculnya pergeseran dimensi pembangunan yang menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi, bergeser

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI MENGELOLA SUMBER DAYA MANUSIA (MAHASISWA DAN DOSEN) DI UNISKA BANJARMASIN. Normajatun*

ANALISIS STRATEGI MENGELOLA SUMBER DAYA MANUSIA (MAHASISWA DAN DOSEN) DI UNISKA BANJARMASIN. Normajatun* Al Ulum Vol.61 No.3 Juli 2014 halaman 11-16 11 ANALISIS STRATEGI MENGELOLA SUMBER DAYA MANUSIA (MAHASISWA DAN DOSEN) DI UNISKA BANJARMASIN Normajatun* ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4 V i s i. 4.1. Visi da n Misi. B adan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah mengemban tugas dalam menjamin kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

KESIAPAN APARTUR DALAM MEMBANGUN KOMPETENSI MELALUI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN POLA BARU. Oleh : Drs. Saharisir, M.Pd.

KESIAPAN APARTUR DALAM MEMBANGUN KOMPETENSI MELALUI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN POLA BARU. Oleh : Drs. Saharisir, M.Pd. KESIAPAN APARTUR DALAM MEMBANGUN KOMPETENSI MELALUI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN POLA BARU Oleh : Drs. Saharisir, M.Pd Abstrak Sebagai aparatur yang memberikan pelayanan publik, Pegawai Negeri

Lebih terperinci

Kepala Lembaga Administrasi Negara. Dr. Adi Suryanto, M.Si

Kepala Lembaga Administrasi Negara. Dr. Adi Suryanto, M.Si PERJANJIAN KINERJA KATA PENGANTAR Penyusunan Perjanjian Kinerja merupakan salah satu tahapan dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah yang termuat dalam Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai pengaruh perubahan yang terjadi akibat reformasi menuntut perusahaan baik perusahaan swasta maupun pemerintah untuk mengadakan inovasi-inovasi guna

Lebih terperinci

ETIKA KERJASAMA DALAM PENELITIAN

ETIKA KERJASAMA DALAM PENELITIAN TUGAS ETIKA PROFESI ETIKA KERJASAMA DALAM PENELITIAN Dosen: Prof. Ir. Kurniatun Hairiah, Ph.D. Disusun Oleh: Indriana Dwi Astuti 115040101111050 Kelas G PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BENCHMARKING KE BEST PRACTICE

BENCHMARKING KE BEST PRACTICE BAHAN AJAR BENCHMARKING KE BEST PRACTICE DIKLATPIM TINGKAT III I.Pengantar Tujuan Penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tingkat III adalah mengembangkan kompetensi kepemimpinan taktikal pada pejabat struktural

Lebih terperinci

Tata Saji. 1. Dasar Hukum 2. Kompetensi Yang akan Dibangun 3. Cara Membangun Kompetensi 4. Indikator Keberhasilan 5. Dll

Tata Saji. 1. Dasar Hukum 2. Kompetensi Yang akan Dibangun 3. Cara Membangun Kompetensi 4. Indikator Keberhasilan 5. Dll 1 Tata Saji 1. Dasar Hukum 2. Kompetensi Yang akan Dibangun 3. Cara Membangun Kompetensi 4. Indikator Keberhasilan 5. Dll 3 Tujuan Mengembangkan kompetensi kepemimpinan taktikal pada pejabat struktural

Lebih terperinci

Tujuan pembelajaran:

Tujuan pembelajaran: Tujuan pembelajaran: 1. Mengidentifikasi konsep-konsep teori manajemen dan memahami bagaimana konsep-konsep dapat membantu pemimpin dan manajer menjadi lebih baik 2. Mengelola olahraga, mendefinisikan

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III ANGKATAN XXII TAHUN 2015

PETUNJUK PELAKSANAAN DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III ANGKATAN XXII TAHUN 2015 PETUNJUK PELAKSANAAN DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III ANGKATAN XXII TAHUN 2015 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JL. SETIABUDI NOMOR 201 A SEMARANG 1 I. PENDAHULUAN. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Latar belakang permasalahan menguraikan alasan mengapa suatu penelitian layak untuk dilakukan. Bagian ini menjelaskan tentang permasalahan dari sisi teoritis

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU TENTANG KINERJA KEPALA SMA NEGERI 10 CIPONDOH KOTA TANGERANG

PERSEPSI GURU TENTANG KINERJA KEPALA SMA NEGERI 10 CIPONDOH KOTA TANGERANG PERSEPSI GURU TENTANG KINERJA KEPALA SMA NEGERI 10 CIPONDOH KOTA TANGERANG SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Serjana Pendidikan (S.Pd)

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA 2013 PERATURAN KEPALA LEMBAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya arus pergerakan lalu lintas manusia antar negara tidak hanya menawarkan peluang keuntungan dan pengaruh positif lainnya terhadap suatu negara tetapi juga dapat menimbulkan

Lebih terperinci

MASA DEPAN DIKLATPIM TINGKAT III DAN IV PASCA DISAHKANNYA UU APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)

MASA DEPAN DIKLATPIM TINGKAT III DAN IV PASCA DISAHKANNYA UU APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) MASA DEPAN DIKLATPIM TINGKAT III DAN IV PASCA DISAHKANNYA UU APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) Oleh: Suradi Widyaiswara Madya Balai DiklatPim Magelang Abstrak: Undang-undang ASN mendorong dan memotivasi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. Hal tersebut ditandai dengan adanya perkembangan dan perubahan budaya sosial, meningkatnya persaingan,

Lebih terperinci

DR. BAYU HIKMAT PURWANA, M.PD

DR. BAYU HIKMAT PURWANA, M.PD DR. BAYU HIKMAT PURWANA, M.PD bayuhtab@gmail.com 29 Januari 2016 Pusat Pengembangan Program dan Pembinaan Diklat Lembaga Administrasi Negara INTEGRITAS PROFESIONAL INOVATIF PEDULI 3 (tiga) jenis kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas suatu organisasi sangat bergantung pada mutu sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas suatu organisasi sangat bergantung pada mutu sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu organisasi sangat bergantung pada mutu sumber daya manusia (SDM). Kualitas sumber daya manusia dapat menentukan kualitas organisasi dalam keberhasilan

Lebih terperinci

OVERVIEW DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III, DAN IV. BADAN DIKLAT DIY

OVERVIEW DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III, DAN IV. BADAN DIKLAT DIY OVERVIEW DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III, DAN IV BADAN DIKLAT DIY http://diklat.jogjaprov.go.id SISTEMATIKA PENYAJIAN 1. Apa tujuan dan kompetensi yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan Diklatpim? 2.Mengapa

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS. PRAJABATAN GOLONGAN III Angkatan 3. Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat; Rencana Pembelajaran; Bahan Ajar; Bahan Tayang.

AKUNTABILITAS. PRAJABATAN GOLONGAN III Angkatan 3. Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat; Rencana Pembelajaran; Bahan Ajar; Bahan Tayang. AKUNTABILITAS PRAJABATAN GOLONGAN III Angkatan 3 Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat; Rencana Pembelajaran; Bahan Ajar; Bahan Tayang. Oleh : Nama : Dr. Lilin Budiati, SH, MM NIP : 19610210 198603 2

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. belum optimal, karena dari 4 fase yang harus dilakukan hanya fase mendiagnosa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. belum optimal, karena dari 4 fase yang harus dilakukan hanya fase mendiagnosa BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Proses pengembangan SDM Aparatur di dinas Provinsi Jawa Barat belum optimal, karena dari 4 fase yang harus dilakukan hanya fase mendiagnosa kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan komponen utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan pelaku aktif dalam setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai

Lebih terperinci

REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Rekomendasi 4.1.1 Rekomendasi untuk Peningkatan Lingkungan Entrepreneurial Rekomendasi yang diberikan disini adalah untuk mengetahui apa yang seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terus menjadi topik yang diperbincangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam

Lebih terperinci

Kata Kunci : Evaluasi Kinerja, Protokol

Kata Kunci : Evaluasi Kinerja, Protokol SINOPSIS Kinerja organisasi mengisyaratkan bahwa penilaian kinerja sesungguhnya sangat penting untuk melihat sampai sejauh mana tujuan organisasi telah tercapai. Sejalan dengan sistem pemerintahan saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang giat-giatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang giat-giatnya membangun, namun kini secara intensif bangsa Indonesia sedang mengalami dampak multi dimensi

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, atau organisasi, makin kompleks pula bentuk, jenis dan sifat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, atau organisasi, makin kompleks pula bentuk, jenis dan sifat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi bisnis dihadapkan kepada dua jenis lingkungan, yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Makin besar suatu perusahaan, atau organisasi,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIDYAISWARAAN SUBSTANSI DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. KONDISI UMUM SEKARANG DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN Perubahan peraturan di bidang pemerintahan daerah yang berdampak pada bidang kepegawaian membutuhkan antisipasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan

BAB II LANDASAN TEORI. upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Pendidikan dan Pelatihan 2.1.1. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan merupakan salah salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 193/XIII/10/6/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 193/XIII/10/6/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 193/XIII/10/6/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA 2011 PERATURAN KEPALA LEMBAGA

Lebih terperinci

: 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman praja mengenai. Konsep Rencana Strategis Daerah.

: 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman praja mengenai. Konsep Rencana Strategis Daerah. A. MENGENALI KONSEP RENCANA 2 STRATEGIS DAERAH Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : MENGENALI KONSEP RENCANA STRATEGIS DAERAH : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. :

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. Berdasarkan temuan data di lapangan dan analisis yang telah. dilakukan dengan melihat dari pembagian bidang jabatan, pendidikan

BAB VII PENUTUP. Berdasarkan temuan data di lapangan dan analisis yang telah. dilakukan dengan melihat dari pembagian bidang jabatan, pendidikan BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan temuan data di lapangan dan analisis yang telah dilakukan dengan melihat dari pembagian bidang jabatan, pendidikan dan pelatihan, kompetensi dan sistem komunikasi

Lebih terperinci

DIKLAT KEPEMIMPIMAN TINGKAT III (PER KA LAN NOMOR 12 TAHUN 2013) LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBPLIK INDONESIA

DIKLAT KEPEMIMPIMAN TINGKAT III (PER KA LAN NOMOR 12 TAHUN 2013) LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBPLIK INDONESIA DIKLAT KEPEMIMPIMAN TINGKAT III (PER KA LAN NOMOR 12 TAHUN 2013) LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBPLIK INDONESIA SISTEMATIKA 1. What : Kompetensi apa yang akan dibangun? 2. How : 1) Bagaimana caranya membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan sumber daya manusia yang menjadi aset terpenting perusahaan karena

BAB I PENDAHULUAN. peranan sumber daya manusia yang menjadi aset terpenting perusahaan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan dapat tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari peranan sumber daya manusia yang menjadi aset terpenting perusahaan karena perannya sebagai

Lebih terperinci

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II MERANCANG PROYEK PERUBAHAN

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II MERANCANG PROYEK PERUBAHAN BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II MERANCANG PROYEK PERUBAHAN Pendahuluan Dalam sistem manajemen kepegawaian, pejabat structural eselon II memainkan peranan sangat menetukan dalam menetapkan kebijakan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAKAN

KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAKAN KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAKAN Dra. Nadimah, MBA. ASISTEN DEPUTI STANDARISASI JABATAN DAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI

Lebih terperinci

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com e-mail : sitisyamsiar@yahoo.com HP : 081-1286833 Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com A. Pendahuluan Mengapa Pemimpin Dibutuhkan? Karena banyak orang memerlukan figur pemimpin. Dalam beberapa situasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teori tentang kepemimpinan berkembang dengan sangat pesatnya. Diawali dari perdebatan kepemimpinan itu bisa dipelajari atau merupakan sesuatu sifat yang diturunkan lewat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan organisasi, karena manusia dalam melakukan aktivitas di

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan organisasi, karena manusia dalam melakukan aktivitas di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi selalu mengarahkan sumberdaya yang dimiliki ke arah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu sumberdaya organisasi yang sangat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Badan Pengawasan, Dr. H.M. SYARIFUDDIN, SH., MH.

KATA PENGANTAR. Kepala Badan Pengawasan, Dr. H.M. SYARIFUDDIN, SH., MH. KATA PENGANTAR Penyusunan Renstra (Rencana Strategis) Badan Pengawasan Mahkamah Agung RI Tahun 200 204, dimaksudkan guna mencapai tujuan dan sasaran strategis dalam rangka pencapaian visi dan pelaksanaan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN BERBASIS KOMPETENSI

PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN BERBASIS KOMPETENSI PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN BERBASIS KOMPETENSI UU No.4 Tahun 2014 tentang ASN PEMBINAAN KARIR JABATAN DAN JENJANG PANGKAT POLA DASAR KARIR PERPINDAHAN JABATAN POLA KARIR MANAJEMEN KARIR TALENT POOL SDM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang optimal terhadap kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinanya kelak.

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinanya kelak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada hakekatnya adalah seorang pemimpin dan setiap manusia akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinanya kelak. Manusia sebagai pemimpin

Lebih terperinci

MANUAL PENETAPAN STANDAR AKADEMI KEBIDANAN WIJAYA KUSUMA MALANG

MANUAL PENETAPAN STANDAR AKADEMI KEBIDANAN WIJAYA KUSUMA MALANG MANUAL PENETAPAN STANDAR AKADEMI KEBIDANAN WIJAYA KUSUMA MALANG LEMBAGA PENJAMINAN MUTU INTERNAL AKADEMI KEBIDANAN WIJAYA KUSUMA MALANG TAHUN 2013 DAFTAR ISI Daftar Isi... i BAB I : PENDAHULUAN A. Visi...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari globalisasi yang berkembang dalam dunia bisnis yang membuat

BAB I PENDAHULUAN. dari globalisasi yang berkembang dalam dunia bisnis yang membuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan di dunia bisnis dewasa ini semakin meningkat. Setiap perusahaan berusaha untuk mencari keunggulan kompetitif, sementara pesaing juga melakukan hal

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI. (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2017)

STANDAR KOMPETENSI. (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2017) Lampiran I Pengumuman Nomor : 12 /PANSEL.KOMINFO/KP.03.01/03/2018 Tanggal : 4 Maret 2018 STANDAR KOMPETENSI (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem informasi akuntansi merupakan bagian yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sistem informasi akuntansi merupakan bagian yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem informasi akuntansi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu sistem informasi perusahaan. Sebagaimana yang tertera dalam Peraturan pemerintah

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA PERJANJIAN KINERJA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA, 2016 Kata Pengantar Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri secara utuh. Sekolah adalah organisasi yang komplek dan unit, seiring

BAB I PENDAHULUAN. berdiri secara utuh. Sekolah adalah organisasi yang komplek dan unit, seiring 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sekolah merupakan salah satu wadah atau lembaga yang bersifat formal, yang terdiri dari berbagai unsur yang merupakan kumpulan yang berdiri secara utuh. Sekolah adalah

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIDYAISWARAAN SUBSTANSI DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang

Lebih terperinci

Kepemimpinan: Dampaknya Terhadap Organisasi Berkinerja Tinggi. Achmad Sobirin Universitas Islam Indonesia

Kepemimpinan: Dampaknya Terhadap Organisasi Berkinerja Tinggi. Achmad Sobirin Universitas Islam Indonesia Kepemimpinan: Dampaknya Terhadap Organisasi Berkinerja Tinggi Achmad Sobirin Universitas Islam Indonesia Pendahuluan Dalam banyak hal keberhasilan atau kegagalan sebuah organisasi mencapai tujuan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia mulai dikenal sejak abad 20, terutama setelah terjadi revolusi industri,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama BAB V PENUTUP Semua analisa dan pembahasan didasarkan pada dokumen dan data yang diperoleh dari penggalian informasi dari staf tersebut mendukung hubungan antara penerapan model penilaian kinerja staf

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2016 KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2015 KEPUTUSAN INSPEKTUR INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG Nomor : 800/Kep.859 Insp/2015 Tentang PENETAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya pendidikan dan pembelajaran di sekolah sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya pendidikan dan pembelajaran di sekolah sangat dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu selalu menjadi harapan setiap bangsa, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat. Lembaga pendidikan yang berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya manusia. Saat ini sumber daya manusia dianggap

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya manusia. Saat ini sumber daya manusia dianggap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberlangsungan hidup dan pertumbuhan dari suatu organisasi bukan hanya ditentukan dari keberhasilan dalam mengelola keuangan, pemasaran serta produknya, tetapi

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. AIR MANCUR WONOGIRI

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. AIR MANCUR WONOGIRI PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. AIR MANCUR WONOGIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

Lebih terperinci

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT I MERANCANG PROYEK PERUBAHAN

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT I MERANCANG PROYEK PERUBAHAN BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT I MERANCANG PROYEK PERUBAHAN Pendahuluan Dalam manajemen kepegawaian,pejabat struktural eselon I memainkan peranan yang menentukan dalam menangani isu-isu strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia mempunyai peranan yang penting bagi suatu organisasi, sumber daya manusia memiliki arti penting yaitu terletak pada kemampuannya bekerja secara

Lebih terperinci

B H A A H N A N A J A A J R

B H A A H N A N A J A A J R BAHAN AJAR BENCHMARKING KE BEST PRACTICE DIKLATPIM TINGKAT II I.Pengantar Tujuan Penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tingkat II adalah meningkatkan kompetensi kepemimpinan pejabat struktural eselon II

Lebih terperinci

PERATURANPEMERINTAH RI NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PNS BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURANPEMERINTAH RI NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PNS BAB I KETENTUAN UMUM PERATURANPEMERINTAH RI NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PNS BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam PP ini yang dimaksud dengan : 1. Pendidikan dan pelatihan jabatan PNS yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak disahkannya Rancangan Undang-Undang Desa menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Sejak disahkannya Rancangan Undang-Undang Desa menjadi Undang- 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak disahkannya Rancangan Undang-Undang Desa menjadi Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pada tanggal 18 Desember 2013 yang telah masuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan sumber daya manusia maupun untuk menciptakan masyarakat yang berkualitas, berbagai upaya dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Pegawai 2.1.1 Pengertian Pengembangan Pegawai Pengembangan pegawai dirasa semakin penting manfaatnya karena tuntutan pekerjaan atau jabatan akibat kemajuan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah merupakan sumber daya atau guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah yang mempunyai kompetensi tertentu dan dapat menjalankan tugas

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. kepada bank adalah dengan adanya undang-undang nomor 24 tahun 2004 tentang

BAB V PEMBAHASAN. kepada bank adalah dengan adanya undang-undang nomor 24 tahun 2004 tentang BAB V PEMBAHASAN Kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan nasional merupakan salah satu kunci untuk memelihara stabilitas industri perbankan. Kepercayaan ini dapat di peroleh dengan kepastian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi yang sedang berjalan atau bahkan sudah memasuki pasca reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, politik, moneter, pertahanan

Lebih terperinci

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI AIR MINUM INDONESIA (LSP AMI) FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI AHLI MANAJEMEN AIR MINUM TINGKAT UTAMA NAMA PESERTA NAMA ASESOR FR-APL-02 ASESMEN MANDIRI : CLUSTER AHLI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN PROPOSISI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN PROPOSISI BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN PROPOSISI 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kepemimpinan 1. Pengertian kepemimpinan Kepemimpinan memiliki arti yang lebih dalam daripada sekedar label atau jabatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak perusahaan menggunakan berbagai macam cara untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Banyak perusahaan menggunakan berbagai macam cara untuk memperoleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini dunia bisnis semakin maju dan berkembang, situasi dunia bisnis pun semakin ramai dengan ketatnya persaingan antar perusahaan. Banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia

Lebih terperinci

Makna yang tersurat dalam rumusan tujuan tersebut

Makna yang tersurat dalam rumusan tujuan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dari pada pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah. Sedangkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT KOTA TANGERANG TAHUN 2014-2018 A. Latar Belakang RPJMD Kota Tangerag tahun 2014-2018 adalah merupakan tahapan ke- III dalam rangka mewujudkan Visi Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BAHAN PERTEMUAN DAN KUIZ MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (MSDM) STRATEGIK

BAHAN PERTEMUAN DAN KUIZ MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (MSDM) STRATEGIK BAHAN PERTEMUAN DAN KUIZ MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (MSDM) STRATEGIK Pengantar Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi dalam pengelolaan SDM, maka perusahaan atau organisasi penting membuat prioritas

Lebih terperinci

BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA ORGANISASI

BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA ORGANISASI BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA ORGANISASI PENGERTIAN Budaya Organisasi adalah nilai dan keyakinan bersama yang mendasari identitas organisasi/perusahaan. Budaya Organisasi adalah seperangkat nilai-nilai pokok,

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA TAHUN 2015

PERJANJIAN KINERJA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA TAHUN 2015 PERJANJIAN KINERJA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel, dan berorientasi hasil, menjadi keharusan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kimia. Saat ini sedang berkembang seiring berjalannya waktu. Memiliki cabang yang

BAB I PENDAHULUAN. kimia. Saat ini sedang berkembang seiring berjalannya waktu. Memiliki cabang yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Kusuma Kemindo Sentosa merupakan perusahaan distributor bahan-bahan kimia. Saat ini sedang berkembang seiring berjalannya waktu. Memiliki cabang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesuksesan sebuah penyelenggaraan tugas pemerintahan, terutama pada penyelenggaraan pelayanan public kepada masyarakat sangat tergantung pada kualitas SDM Aparatur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk. mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk. mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

pelayanan kesehatan yang makin bermutu dan merata yang mampu

pelayanan kesehatan yang makin bermutu dan merata yang mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan rumah sakit di Indonesia sebagai lembaga pemberi jasa dalam kurun waktu Pembangunan Jangka Panjang Tahap II ( PJPT II ) banyak dipengaruhi oleh adanya dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 5 2013, No.1189 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki semua prakondisi untuk mewujudkan visi negara sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III Drs. M. Jani Ladi Drs. Emma Rahmawiati, M.Si Drs. Wahyu Hadi KSH, MM Lembaga Administrasi Negara - Republik Indonesia 2006 Hak Cipta Pada : Lembaga

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Kinerja dalam Kerangka Reformasi Birokrasi. Disusun oleh: Wakhyudi Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP. Abstrak

Sistem Manajemen Kinerja dalam Kerangka Reformasi Birokrasi. Disusun oleh: Wakhyudi Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP. Abstrak Sistem Manajemen Kinerja dalam Kerangka Reformasi Birokrasi Disusun oleh: Wakhyudi Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP Abstrak Setiap organisasi memiliki arah dan tujuan yang tercermin dalam visi dan misi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1919, 2015 KEMENAG. Diklat. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI

Lebih terperinci

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI) MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH A. Prawacana DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI) Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal

Lebih terperinci

DIKLAT KEPEMIMPINAN POLA BARU, APA, BAGAIMANA IMPLEMENTASINYA DAN TANTANGANNYA

DIKLAT KEPEMIMPINAN POLA BARU, APA, BAGAIMANA IMPLEMENTASINYA DAN TANTANGANNYA DIKLAT KEPEMIMPINAN POLA BARU, APA, BAGAIMANA IMPLEMENTASINYA DAN TANTANGANNYA M. Hasan Syukur *) ABSTRAK Tahun 2014 merupakan tahun pertama dilaksanakkannya diklat kepemimpinan (Diklatpim) pola baru.

Lebih terperinci