Profilaksis Malaria di Perbatasan Indonesia-Timor Leste
|
|
- Suparman Muljana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Profilaksis Malaria di Perbatasan Indonesia-Timor Leste Rudy Dwi Laksono Dokter Satgas Pengamanan Perbatasan Indonesia-Timor Leste Satgas YONIF 131 TNI AD ABSTRAK Penyakit malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, terutama di wilayah Indonesia Timur. Upaya menurunkan insidens penyakit ini telah dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain melalui profilaksis malaria. Obat untuk profilaksis malaria yang telah lama dikenal adalah klorokuin dan/atau sulfadoksin-pirimetamin. Berbagai penelitian juga telah dilakukan untuk meneliti efektivitas proteksi serta efek samping yang terjadi. Tulisan ini merupakan hasil pengamatan efektivitas proteksi obat-obat profilaksis malaria yang menjadi standar Departemen Kesehatan RI, yaitu klorokuin, sulfadoksin-pirimetamin, doksisiklin, dan meflokuin, dibandingkan dengan obat-obat standar profilaksis negara tetangga (tepatnya di perbatasan antara Timor Leste dan Indonesia) yang kasus malarianya sangat jarang. Pendahuluan Penyakit malaria sudah dikenal sejak tahun silam. Hippocrates ( BC) telah membedakan beberapa tipe malaria. Namun, pengetahuan tentang malaria baru mulai berkembang dalam abad terakhir ini dengan ditemukannya parasit dalam darah oleh Alphonse Laveran pada tahun Tidak lama sesudah itu, Ross (1897) membuktikan bahwa malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Beberapa dekade setelahnya, Sort dan Garnham (1948) menemukan bentuk-bentuk pra-eritrosit dalam hati penderita malaria. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan di kawasan timur Indonesia yang pada umumnya merupakan daerah mesodan hiperendemis malaria. Di daerah tersebut, penyakit malaria masih termasuk dalam kelompok 10 besar penyakit utama. Seiring meningkatnya transformasi dan mobilisasi penduduk, malaria menjadi salah satu masalah kesehatan bagi seluruh masyarakat di Indonesia, bahkan dunia. Amerika Serikat; anggota militer yang baru kembali dari Vietnam membawa penyakit ini ke negerinya. Usaha untuk mencegah penyakit malaria pun sudah lama dilakukan, di antaranya dengan kemoprofilaksis anti-malaria. Beragam obat telah dikembangkan dan berbagai penelitian pun telah dilakukan guna menemukan obat dengan efektivitas proteksi maksimal dan efek samping minimal. Definisi malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria (Plasmodium) bentuk aseksual yang masuk ke tubuh manusia lewat gigitan nyamuk malaria (Anopheles) betina. Parasit malaria terdiri dari beberapa spesies: 1. Plasmodium vivax, penyebab malaria tersiana. 2. Plasmodium malariae, penyebab malaria kuartana. 3. Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika. 4. Plasmodium ovale, penyebabkan malaria ovale. Parasit malaria yang terbanyak di Indonesia adalah P. falciparum dan P. vivax, atau campuran keduanya, sedangkan P. ovale dan P. malariae pernah ditemukan di Sulawesi, Irian Jaya, dan Timor Timur (sekarang Timor Leste). Malaria ditularkan oleh beberapa spesies nyamuk Anopheles. Penularan penyakit malaria tidak terjadi pada suhu di bawah 16 C atau di atas 33 C dan ketinggian di atas meter dari permukaan laut. Kondisi optimum untuk transmisi adalah lingkungan dengan kelembaban tinggi dan suhu antara C dengan curah hujan yang tidak terlalu tinggi. Patogenesis malaria Dalam penyakit malaria, manusia berperan sebagai hospes perantara (intermediate host) tempat Plasmodium mengadakan skizogoni (siklus aseksual), sedangkan nyamuk Anopheles betina bertindak sebagai vektor Sebuah program kerja sama internasional yang terpadu untuk pemberantasan malaria pernah dilakukan dan berhasil menurunkan angka kesakitan sejak Sempat terjadi penurunan insidens pada lebih dari tiga perempat daerah yang semula merupakan daerah endemis malaria. Namun, kemunculan nyamuk Anopheles yang resisten terhadap insektisida, Plasmodium yang resisten terhadap obat, hambatan administratif/sosial-ekonomi, dan mobilisasi populasi yang sedemikian tinggi menyebabkan langkah mundur dalam usaha pemberantasan malaria di dunia. Banyak kasus impor terjadi di negara-negara maju, seperti Tabel 1. Karakteristik Plasmodium yang menginfeksi manusia Karakteristik Lama fase intrahepatik (hari) Jumlah merozoit yang dilepaskan tiap hepatosit yang terinfeksi Lama fase eritrosit (jam) Sel darah merah yang diserang Kemampuan relaps Masa inkubasi (hari) P. falciparum 5, Sel muda (juga dapat menyerang sel pada semua tingkat pematangan) Tidak 9-14 (12) Temuan pada spesies P. vivax Retikulosit Ya (15) P. ovale Retikulosit Ya 16-18(17) P. malariae Sel matang Tidak (28) 503
2 sekaligus hospes definitif tempat Plasmodium melangsungkan siklus seksualnya. Pada manusia, parasit ini hidup di dalam sel tubuh dan sel darah merah. Siklus aseksual Ketika nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi parasit malaria menggigit manusia, sporozoit keluar dari kelenjar liur nyamuk dan masuk ke dalam darah. Sporozoit ini segera menghilang dari sirkulasi darah dan menetap di sel parenkim hati untuk bermultiplikasi dan berkembang menjadi skizon jaringan (skizogoni). Bagian siklus ini dikenal sebagai stadium intrahepatik atau pra-eritrosit/eksoeritrosit. Selanjutnya, skizon jaringan akan pecah dan mengeluarkan banyak merozoit. Merozoitmerozoit tersebut akan menginvasi sel-sel hati lainnya dan memasuki peredaran darah untuk kemudian menginvasi eritrosit. Begitu merozoit memasuki eritrosit, dimulailah bagian siklus yang dinamakan fase eritrosit. Pada infeksi P. falciparum dan P. malariae, skizon jaringan pecah serentak, sedangkan pada infeksi P. vivax dan P. ovale, beberapa skizon jaringan tetap dalam keadaan laten untuk menimbulkan relaps di kemudian hari. Di dalam eritrosit, merozoit berkembang menjadi sel uninukleus yang disebut trofozoit cincin. Nukleus trofozoit cincin tersebut kemudian membelah secara aseksual, membentuk skizon yang mempunyai beberapa nukleus. Selanjutnya, skizon membelah dan membentuk merozoit mononukelus. Eritrosit kemudian pecah dan melepaskan 6-24 merozoit ke sirkulasi. Penghancuran eritrosit terjadi secara periodik sehingga menimbulkan gejala khas malaria, yaitu demam diikuti menggigil. Sebagian besar merozoit masuk kembali ke eritrosit dan mengulangi fase skizogoni. Sebagian kecil membentuk gametosit jantan dan betina yang siap diisap oleh nyamuk malaria betina dan melanjutkan siklus hidup di tubuh nyamuk (stadium sporogoni). Siklus seksual Sebagian merozoit dalam eritrosit berdiferensiasi menjadi gametosit yang akan berpindah ke tubuh nyamuk saat menggigit penderita. Pada lambung nyamuk, gametosit akan menghasilkan gamet jantan (mikrogamet) dan betina (makrogamet) yang kemudian menghasilkan zigot. Zigot akan berubah menjadi ookinet, lalu masuk dan menetap pada dinding lambung nyamuk dan berubah menjadi ookista. Setelah ookista pecah, keluarlah sporozoit yang selanjutnya memasuki kelenjar liur nyamuk yang siap untuk menginfeksi manusia lain. Khusus P. vivax dan P. ovale, pada siklus hidupnya di jaringan hati (skizon jaringan), sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke fase eritrosit, tetapi berdiam (dorman) di jaringan hati; bentuk dorman ini disebut hipnozoit, yang menyebabkan relaps jangka panjang dan malaria rekuren. Apabila daya tahan tubuh menurun, misalnya karena terlalu lelah, stres, atau perubahan iklim (seperti saat musim hujan), hipnozoit akan terangsang dan melanjutkan siklus hidupnya, dari dalam sel hati menuju eritrosit. Ketika eritrosit yang mengandung parasit pecah, akan timbul gejala penyakitnya kembali. Infeksi P. falciparum dapat mengakibatkan malaria berat atau malaria dengan komplikasi, yang menimbulkan kerusakan pada otak, ginjal, paru, hati, dan jantung, bahkan menyebabkan kematian, sedangkan infeksi P. vivax, P. ovale, dan P. malariae tidak menimbulkan kerusakan organ. H i p n o z o i t I I I G a m e t o s i t M A N U S I A D a l a m s e l h a t i S p o r o z o i t M e r o z o i t I I D a l a m d a r a h ( E r i t r o s i t ) T r o f o z o i t Keterangan : I. Stadium pra-eritrosit/eksoeritrosit III. Hipnozoit (P. vivax & P. ovale) I M e r o z o i t Gejala malaria Gejala klasik ditemukan pada penderita yang berasal dari daerah non-endemis, yang belum mempunyai kekebalan (non-imun); dengan kata lain, baru pertama kali menderita malaria. Gejala klasik malaria merupakan paroksisme, yang terdiri dari 3 stadium berurutan: 1. Menggigil. Terjadi setelah pecahnya skizon dalam eritrosit yang diikuti keluarnya zat-zat antigen. Proses menggigil berlangsung menit. 2. Demam. Timbul setelah menggigil, biasanya sekitar 37,5-40 C; pada penderita hiperparasitemia (hitung parasit >5%), suhu bisa meningkat sampai >40 C. Proses demam berlangsung 2-6 jam. 3. Berkeringat. Timbul setelah demam, terjadi akibat gangguan metabolisme yang menjadikan produksi keringat bertambah. Dalam keadaan yang berat, keringat yang keluar bisa sampai membasahi sekujur tubuh. Proses ini berjalan 2-4 jam. Setelah berkeringat, biasanya penderita merasa sehat kembali. Di daerah endemis, penderita telah mempunyai imunitas. Dengan demikian, gejala timbul tidak berurutan, bahkan tidak semua gejala klasik ditemukan pada penderita (kadang-kadang muncul gejala lain). Gambar 1. Siklus hidup parasit malaria N Y A M U K A N O P H E L E S B E T I N A D a l a m k e l e n j a r l i u r S p o r o z o i t L a m b u n g O o k i s t a O o k i n e t Z i g o t I V II. Stadium eritrosit IV. Stadium sporogoni 504
3 Diagnosis malaria Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan secara laboratoris. Secara klinis, diagnosis malaria ditegakkan apabila ada gejala klasik yang disertai gejala lain, seperti sakit kepala, mual-muntah, nyeri otot, pucat, menggigil, dan (pada balita) diare. Diagnosis pasti dengan pemeriksaan apusan darah tebal dan apusan darah tipis. Apusan darah tebal dibuat dengan pewarnaan Giemsa atau Field stain, sedangkan apusan darah tipis dengan pewarnaan Wright atau Giemsa. Pemeriksaan apusan darah tebal bertujuan melihat parasit (plasmodium), sementara pemeriksaan apusan darah tipis bertujuan melihat perubahan bentuk eritrosit dan jenis plasmodium. Kemoprofilaksis malaria Dikenal dua jenis kemoprofilaksis malaria: 1. Profilaksis kausal Profilaksis jenis ini bertujuan menghambat perkembangan parasit di hati dan eritrosit manusia serta dalam tubuh nyamuk (sporontosidal), sehingga tahap infeksi eritrosit dapat dicegah dan transmisi lebih lanjut dapat dihambat. Obat yang digunakan untuk profilaksis kausal adalah obat golongan inhibitor DHFR (dihydrofolate reductase thymidylate synthetase), seperti pirimetamin, proguanil, dan klorproguanil. 2. Profilaksis supresif Profilaksis jenis ini bertujuan menghambat perkembangan stadium aseksual pada eritrosit, tetapi tidak di hati. Obat-obat yang dipakai untuk profilaksis supresi mempunyai aktivitas gametosidal terhadap P. vivax, P. malariae, dan P. ovale, tetapi tidak terhadap P. falciparum. Contohnya adalah klorokuin, amodiakuin, dan (yang terbaru) meflokuin. Tabel 2. Regimen dosis kemoprofilaksis malaria Daerah sensitif klorokuin dan/atau Proguanil Daerah resisten klorokuin atau 5 mg basa/kg BB setiap minggu 3 mg basa/kg BB setiap hari 3,5 mg basa/kg BB setiap minggu 1,5 mg/kg BB setiap hari Obat profilaksis malaria harus diminum secara teratur untuk memastikan konsentrasi anti-malarianya. Regimen dosis yang direkomendasikan untuk profilaksis tersaji pada tabel 2. Obat anti-malaria Sulfadoksin-pirimetamin Sulfadoksin adalah turunan sulfonamida. Obat ini jarang digunakan sebagai terapi tunggal, biasanya dikombinasi dengan pirimetamin untuk pengobatan dan pencegahan infeksi P. falciparum yang resisten terhadap klorokuin. Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat pembentukan asam dihidropteroat secara inhibisi kompetitif, yang menyebabkan kematian parasit. Pirimetamin adalah turunan diaminopirimidin yang merupakan skizontisida eksoeritrositik dan eritrositik terhadap P. falciparum serta skizontisida eksoeritrositik terhadap P. vivax. Obat ini juga merupakan sporontosida yang cukup efektif. Efek samping kombinasi sulfadoksinpirimetamin antara lain anemia aplastik dan dermatitis eksfoliatif. Dosis pirimetamin oral untuk pencegahan malaria ialah 25 mg/ minggu, dimulai 1 hari sebelum ke daerah yang diduga ada malaria dan dilanjutkan 6-8 minggu setelah meninggalkan daerah tersebut. Sediaan kombinasi sulfadoksin 500 mg dan pirimetamin 25 mg merupakan obat pilihan kedua untuk pencegahan dan pengobatan malaria yang resisten terhadap klorokuin. Untuk pencegahan malaria, dapat diberikan 1 dosis sediaan kombinasi ini sekali seminggu. adalah derivat 4-aminokuinolin. hanya efektif pada fase eritrosit. Efektivitasnya sangat tinggi terhadap P. vivax dan P. falciparum, juga efektif terhadap gamet P. vivax. Efek supresi terhadap P. vivax jauh lebih kuat dibandingkan dengan kina dan kuinakrin. merupakan skizontisida darah (skizontisida eritrositik) yang bekerja secara cepat. Obat ini bekerja terhadap merozoit pada fase eritrositik aseksual dan mengganggu skizogoni eritrositik. Juga sebagai gametositosida. akan menghan- curkan bentuk eritrositik seksual (gametosit) sehingga mencegah penyebaran plasmodium ke nyamuk Anopheles. fosfat merupakan obat pilihan untuk pencegahan dan pengobatan serangan akut malaria. Kombinasi dengan primakuin digunakan untuk pencegahan serangan semua jenis malaria. Pada dosis kumulatif, profilaksis lebih dari 100 gram (lebih dari 5 tahun profilaksis) meningkatkan risiko retinopati, yang diduga berhubungan dengan deposisi klorokuin pada jaringan yang kaya akan melanin. merupakan obat pilihan untuk parasit malaria yang masih sensitif, digunakan untuk P. vivax, P. malariae, dan P. ovale. Dosis oral untuk pencegahan malaria adalah 300 mg/minggu, dimulai 2 minggu sebelum ke daerah yang diduga ada malaria dan dilanjutkan 8 minggu setelah meninggalkan daerah tersebut. adalah turunan 4 kuinolin metanol terfluorinasi. Efek parasitidalnya mirip dengan kuinin. Dengan dosis tunggal yang lazim, meflokuin dapat menghilangkan demam dan parasitemia pada penderita yang terinfeksi galur P. falciparum yang resisten terhadap klorokuin di daerah endemis, juga efektif untuk pengobatan malaria yang disebabkan oleh P. vivax. Obat ini belum tersedia di Indonesia; di negara lain, tersedia dalam bentuk tablet 250 mg. Toksisitas umumnya ditandai dengan mual, muntah, pusing, rasa lemah, dan disforia. Pada dosis profilaksis, insidens reaksi neuropsikiatrik akut hanya 1: (kejang, psikosis, ensefalopati). Tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan bayi. Untuk profilaksis pada dewasa dan anak, dapat diberikan 4 mg basa/kg BB sekali seminggu. adalah antibiotik spektrum luas golongan tetrasiklin semisintetik. Obat ini mempunyai efek bakteriostatik pada mikroorganisme yang sensitif dengan jalan menghambat sintesis protein. Untuk profilaksis malaria, digunakan dosis: dewasa 100 mg/ hari, anak >8 tahun, 2 mg/kg BB sekali sehari sampai mencapai dosis dewasa. Profilaksis dapat dimulai 1-2 hari sebelum masuk ke daerah endemis. Diteruskan setiap hari, 505
4 selama dan 4 minggu setelah meninggalkan daerah endemis. Penggunaan profilaksis malaria di lapangan Profilaksis yang dianjurkan oleh Departemen Kesehatan RI adalah sebagai berikut: 1. Untuk perorangan dan kelompok sementara (tidak menetap): klorokuin 2 tablet sekaligus setiap minggu, diminum pada hari yang sama, 2 minggu sebelum, selama, dan sampai 4 minggu setelah meninggalkan daerah endemis. 2. Untuk kelompok menetap (pindah tinggal ke daerah endemis): klorokuin 2 tablet sekaligus setiap minggu, diminum pada hari yang sama, 2 minggu sebelum dan selama 12 minggu setelah sampai di lokasi daerah endemis, kemudian dihentikan. Selanjutnya, obat malaria hanya digunakan untuk terapi. 3. Untuk ibu hamil: klorokuin diminum pada bulan ke-3 kehamilan sampai masa nifas. 4. Di tempat ada resistensi P. falciparum terhadap klorokuin: sulfadoksin-pirimetamin 1 tablet setiap minggu. Pengalaman penggunaan kemoprofilaksis malaria Sulfadoksin-Pirimetamin Profilaksis ini digunakan oleh batalyon Infanteri 131 yang bertugas menjaga perbatasan Indonesia dengan Timor Leste di wilayah kabupaten Belu, bagian utara Nusa Tenggara Timur. Tugas dilakukan dari bulan Januari 2001 sampai Oktober Sulfadoksin-pirimetamin digunakan oleh para anggota batalyon mulai bulan Januari sampai Maret Obat diminum 1 minggu sebelum masuk daerah tugas dan diteruskan selama 3 bulan di daerah tugas pada hari yang sama. Hasilnya dievaluasi setelah 3 bulan pemakaian. Diagnosis malaria ditegakkan dengan gejala klinis (baik klasik maupun dengan gejala tambahannya: demam, menggigil, berkeringat, mual, otot terasa ngilu, sakit kepala) dan pemeriksaan laboratorium yang dilakukan di RSUD Atambua. Para prajurit dianggap non-imun karena berasal dari Padang (Sumatera Barat) dan sekitarnya, yang bukan daerah endemis malaria. Jumlah prajurit yang mendapat profilaksis dan dapat dievaluasi sebanyak 650 orang. Penderita rawat jalan menggunakan obat oral, yaitu klorokuin atau sulfadoksinpirimetamin. Keadaan umum pasien tidak tampak toksik. Indikasi rawat inap dengan terapi infus kinin adalah bila keadaan umum pasien tampak toksik dan pucat, muntah terus-menerus, dan pengobatan oral tidak berhasil (penderita masih demam dan menggigil setelah pengobatan oral selesai). Jumlah penderita malaria dari Satuan Tugas Yonif 131 selama 3 bulan (Januari sampai Maret 2001) terlapor sebanyak 31 pasien: 26 rawat jalan dan 5 rawat inap (gambar 1). Efektivitas penggunaan sulfadoksin-pirimetamin selama 3 bulan tercatat sebesar 95,23%. Profilaksis klorokuin digunakan selama 3 bulan berikutnya (April sampai Juni 2001). Obat Diminum 2 butir sekaligus 1 minggu sekali pada hari yang sama. Grafik penderita malaria 3 bulan berikutnya melonjak tajam (grafik 1), diduga akibat perubahan cuaca (bulan Maret - April adalah akhir musim penghujan) sehingga terjadi relaps karena P. vivax yang tadinya berdiam (dorman) di hati menjadi aktif kembali. Selain itu, daerah Timor sudah dianggap sebagai daerah resisten klorokuin. Jumlah penderita untuk 3 bulan berikutnya terlapor sebanyak 103 penderita: 39 rawat inap dan 64 rawat jalan. Efektivitas klorokuin tercatat sebesar 84,15% Rawat Inap Rawat Jalan digunakan untuk profilaksis malaria bagi personel PBB yang bertugas di Timor Leste. Dari data sekunder, didapatkan hasil sebagai berikut: Untuk Ausbatt (Australian Battalion) Yon Group 1 RAR (Royal Australian Regiment), digunakan doksisiklin 100 mg. Wilayah tugas mereka adalah bagian utara sepanjang perbatasan wilayah Timor Leste dengan Indonesia. Personel yang menggunakan obat ini kurang lebih 400 orang. Dari bulan Desember 2000 sampai Mei 2001, hasilnya sangat memuaskan. Tidak ada satu pun prajurit yang sakit malaria selama 6 bulan bertugas di Timor Leste. New Zealand Batt III juga bertugas di perbatasan Timor Leste dengan Indonesia. Wilayah tugas mereka adalah daerah yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Belu bagian selatan. digunakan sebagai standar profilaksis malaria di Timor Leste. Jumlah prajurit pengguna obat ini kurang lebih personel, dengan hasil yang sama baiknya, yaitu tidak ada prajurit yang terkena malaria selama berada di daerah penugasan antara bulan Desember 2000 sampai Mei Pada tahun 1997, Ohrt dkk. melakukan sebuah penelitian acak tersamar ganda untuk mengetahui efektivitas dan tolerabilitas meflokuin dan doksisiklin pada Januari Februari Maret April Mei Juni Grafik 1. Penderita malaria dari jajaran Yonif
5 prajurit Indonesia yang non-imun. digunakan pada personel yang tidak keberatan dengan dosis harian, tidak ada kontraindikasi, tidak dapat menoleransi meflokuin, dan bepergian ke daerah resisten meflokuin. Efektivitas proteksi doksisiklin pada penelitian ini tercatat sebesar 99%. belum ada di Indonesia. Pada batalion Australia (Ausbatt), obat ini digunakan untuk prajurit yang alergi dan tidak nyaman menggunakan doksisiklin. Obat ini (meflokuin 250 mg) lebih disukai prajurit Ausbatt karena cukup diminum satu tablet saja setiap minggu, sedangkan doksisiklin harus diminum satu kapsul setiap hari. DAFTAR PUSTAKA 1. Modul Pelatihan Penatalaksanaan Kasus Malaria Untuk Dokter Puskesmas. Jakarta: Depkes RI. Dirjen P2M & PLP; Iskandar Zulkarnain. Malaria. Dalam: Soeparman (ed). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, Bruce-Chwatt LJ. History of malaria from prehistory to eradication. In: Wernsdorfer WH & McGregor I (eds.). Malaria: principles and practice of malariology. Edinburgh: Churchill Livingstone, Kasper D, Barlam T. Malaria and other diseases caused by red blood cell parasites. In: Harrison's Principles of Internal Medicine. 14th ed. New York: McGraw Hill Sukarno Sukarban, Zunilda SB. Obat Malaria. Dalam: Sulistia Gan (ed). Farmakologi dan Terapi. Edisi 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius FKUI, 1999; hlm Siswandono, Bambang Soekardjo (eds). Kimia medisinal (terjemahan). Surabaya: Airlangga University Press; Noch. T. Malissa. Malaria di Irian Jaya. Warta Kesad MIMS Annual Indonesia. 1998/ MIMS Annual Australia Kitchener S, Cunningham J, Jensen A. Australian Military Medicine. 2001; 10: Ohrt, et al. Mefloquine compared with docycycline for the prophylaxis of malaria in Indonesian soldiers: a randomized double-blind, placebo-controlled trial. Ann Intern Med. 1997; 126:963. digunakan oleh kurang lebih 700 personel selama 6 bulan dari bulan Desember 2000 sampai Mei 2001 dengan hasil memuaskan, yaitu tidak ada prajurit Ausbatt yang terkena malaria selama berada di daerah penugasan. Pada penelitian Ohrt dkk., efektivitas proteksi meflokuin terhitung sebesar 100%. Dalam penelitian tersebut, meflokuin diberikan dengan dosis awal 250 mg/hari selama 3 hari, dilanjutkan 240 mg per minggu. Obat ini ditoleransi dengan baik oleh 204 prajurit Indonesia yang non-imun. Kesimpulan Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Depkes RI masih menggunakan sulfadoksin pirimetamin dan klorokuin sebagai obat standar. Sebagai profilaksis malaria bagi para prajurit TNI-AD yang bertugas di perbatasan Indonesia dengan Timor Leste, sulfadoksin-pirimetamin dan klorokuin masih dapat diandalkan karena efektivitasnya masih di atas 80%; sulfadoksin-pirimetamin lebih efektif. Obat alternatif, doksisiklin atau meflokuin, memberikan hasil yang sangat baik; tidak satu pun prajurit dari Australia maupun New Zealand yang terjangkit malaria selama 6 bulan di wilayah penugasan mereka, yang merupakan daerah endemis malaria. atau meflokuin sangat efektif dan dapat ditoleransi dengan baik oleh prajurit yang non-imun. 507
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyebab Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium yang ditransmisikan ke manusia melalui nyamuk anopheles betina. 5,15 Ada lima spesies
Lebih terperinciDEFINISI KASUS MALARIA
DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.
Lebih terperinciElly Herwana Departemen Farmakologi dan Terapi FK Universitas Trisakti
Elly Herwana Departemen Farmakologi dan Terapi FK Universitas Trisakti SIKLUS HIDUP PARASIT PLASMODIUM: P. vivax, P. ovale, P. falciparum, P. malariae, P. knowlesi (zoonosis) SIKLUS SEKSUAL dalam tubuh
Lebih terperinciA. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi
Pokok Bahasan : Malaria Sub Pokok : Pencegahan Malaria Sasaran : Ibu/Bapak Kampung Yakonde Penyuluh : Mahasiswa PKL Politeknik Kesehatan Jayapura Waktu : 18.30 WPT Selesai Hari/tanggal : Senin, 23 Mei
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Berdasarkan data WHO (2010), terdapat sebanyak
Lebih terperinciFARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI PARASIT. dr. Agung Biworo, M.Kes
FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI PARASIT dr. Agung Biworo, M.Kes ANTELMINTIK Antelmintik atau obat cacing ialah obat yang digunakan untuk membrantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Malaria Malaria adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh beberapa parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan penyakit ini secara
Lebih terperinciFARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI PARASIT
FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI PARASIT dr. Agung Biworo, M.Kes ANTELMINTIK Antelmintik atau obat cacing ialah obat yang digunakan untuk membrantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit infeksi yang bersifat akut maupun kronis
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Malaria merupakan penyakit infeksi yang bersifat akut maupun kronis yang disebabkan oleh protozoa intrasel dari genus Plasmodium. Ada empat parasit yang dapat menginfeksi
Lebih terperinciTATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :
Revisi Halaman Kepala 1. Pengertian Malaria adalah suatu infeksi penyakit akut maupun kronik yang disebakan oleh parasit Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual
Lebih terperinciLatar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa
Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit
Lebih terperinciMalaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini. sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk
A. PENDAHULUAN Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk berkembangbiak dan berpotensi melakukan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria terjadi bila eritrosit diinvasi oleh salah satu dari empat spesies
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Malaria Falsiparum Malaria terjadi bila eritrosit diinvasi oleh salah satu dari empat spesies parasit protozoa genus plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anoples
Lebih terperinciBAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan tubuh nyamuk.
6 BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Malaria Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan tubuh nyamuk. Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria masih menjadi masalah kesehatan di dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang. Penyakit malaria telah menjangkiti 103 negara di dunia. Populasi orang
Lebih terperinciBAB I TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN Malaria merupakan penyakit parasit dengan kasus 300 juta orang per tahun menderita malaria dan lebih dari 1 juta diantaranya meninggal dunia (Ouattara, 2006). Penyakit ini disebabkan oleh protozoa
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. 3 Malaria
Lebih terperinciLAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN MALARIA OLEH Ronilda Tambunan, SST AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI 2015 DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN BAB l PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan...
Lebih terperinciMedan Diduga Daerah Endemik Malaria. Umar Zein, Heri Hendri, Yosia Ginting, T.Bachtiar Pandjaitan
Medan Diduga Daerah Endemik Malaria Umar Zein, Heri Hendri, Yosia Ginting, T.Bachtiar Pandjaitan Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Dalam Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Universitas Sumatera Utara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi penyakit endemis di beberapa daerah tropis dan subtropis dunia. Pada tahun 2006, terjadi 247 juta kasus malaria,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plasmodium merupakan penyebab infeksi malaria yang ditemukan oleh Alphonse Laveran dan perantara malaria yaitu nyamuk Anopheles yang ditemukan oleh Ross (Widoyono, 2008).
Lebih terperinciLAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN MALARIA. OLEH Nurhafni, SKM. M.Kes
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN MALARIA OLEH Nurhafni, SKM. M.Kes AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang... 1.2 Manfaat...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium. Parasit ini hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Di tubuh manusia parasit ini berkembang biak di hati dan kemudian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Malaria didefinisikan suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep tentang Malaria 2.1.1 Pengertian Malaria didefinisikan suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit plasmodium (termasuk protozoa) dan ditularkan
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PENYAKIT MALARIA SERTA PEMERIKSAAN SAMPEL DARAH MASYARAKAT PERUMAHAN ADAT DI KECAMATAN KOTA WAIKABUBAK KABUPATEN SUMBA BARAT - NTT SKRIPSI Oleh Thimotius
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini ditularkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Malaria 2.1.1. Pengertian dan Sejarah Malaria Malaria merupakan penyakit infeksi akibat Protozoa dari genus Plasmodium dan ditularkan terutama melalui tusukan (gigitan)
Lebih terperinciAKTIVITAS ANTIPLASMODIUM FRAKSI SEMIPOLAR EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU MANGGA (Curcuma mangga Val.) TERHADAP Plasmodium berghei SECARA In Vivo SKRIPSI
AKTIVITAS ANTIPLASMODIUM FRAKSI SEMIPOLAR EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU MANGGA (Curcuma mangga Val.) TERHADAP Plasmodium berghei SECARA In Vivo SKRIPSI Oleh: INDRIAWAN NUR CHOLIS K 100 050 241 FAKULTAS FARMASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Parasit Genus Plasmodium terdiri dari 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit Malaria merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies Plasmodium penyebab malaria
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP. Definisi penyakit malaria menurut World Health Organization (WHO)
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP A. Kajian Pustaka 1. Definisi Malaria Definisi penyakit malaria menurut World Health Organization (WHO) adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, yang hampir ditemukan di seluruh bagian dunia terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu penyakit menular yang masih sulit diberantas dan merupakan masalah kesehatan diseluruh dunia termasuk Indonesia, Separuh penduduk
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh 4 spesies plasmodium, yaitu
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1 Malaria 1.1 Pengertian Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh 4 spesies plasmodium, yaitu p. falciparum, p. ovale, p. malariae dan p. vivax yang di tularkan oleh
Lebih terperinciMalaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.
Malaria Key facts Malaria adalah penyakit yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Setiap 30 detik seorang anak meninggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria di Indonesia tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda. Spesies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Malaria 1. Definisi malaria Malaria adalah penyakit yang menyerang sel darah merah disebabkan oleh parasit plasmodium ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles
Lebih terperinciProject Status Report. Presenter Name Presentation Date
Project Status Report Presenter Name Presentation Date EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MALARIA Oleh : Nurul Wandasari S Program Studi Kesehatan Masyarakat Univ Esa Unggul 2012/2013 Epidemiologi Malaria Pengertian:
Lebih terperinciDalam penelitian ini akan dilakukan uji aktivitas ekstrak air dan ekstrak etanol dari daun serai, rimpang lempuyang wangi, dan rimpang lempuyang
PENDAHULUAN Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan parasit protozoa dari genus Plasmodium. Pada manusia malaria disebabkan oleh Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat ini. Menurut WHO tahun 2011, dari 106 negara yang dinyatakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian Kabupaten Intan Jaya, adalah kabupaten yang baru berdiri pada tahun 2009, dan merupakan kabupaten pemekaran dari kabupaten sebelumnya
Lebih terperinciMANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 5 TINDAK LANJUT
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 5 TINDAK LANJUT PENDAHULUAN Ibu telah diberitahu kapan harus kembali untuk kunjungan ulang sesuai dengan klasifikasi (misalnya dalam waktu 2 hari atau 5 hari). Sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Nyamuk anopheles hidup di daerah tropis dan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MALARIA Oleh Dedeh Suhartini
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MALARIA Oleh Dedeh Suhartini A. PENGERTIAN Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Malaria Malaria disebut juga dengan paludisme, demam intermitens, panas dingin, demam Roma, demam Chagres, demam rawa, demam tropik, demam pantai, dan ague. 10 Istilah
Lebih terperinciDRAFT PEDOMAN PENANGGULANGAN/PENANGANAN
DRAFT PEDOMAN PENANGGULANGAN/PENANGANAN MALARIA DI DAERAH BENCANA Dr. Ferdinand Laihad Kepala Subdirektorat P2Malaria Ditjen P2M PL Depkes R.I. DRAFT PEDOMAN PENANGGULANGAN/PENANGANAN MALARIA DIDAERAH
Lebih terperinciSKRIPSI FAKTOR PERILAKU PENGOBATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESISTENSI KLOROKUIN PADA PENDERITA MALARIA FALCIPARUM DI KABUPATEN BELU
SKRIPSI FAKTOR PERILAKU PENGOBATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESISTENSI KLOROKUIN PADA PENDERITA MALARIA FALCIPARUM DI KABUPATEN BELU Oleh: YULIANA SEUK NIM: 100431333 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria masih menjadi masalah kesehatan di daerah tropis dan sub tropis terutama Asia dan Afrika dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Patel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gejala umumnya muncul 10 hingga
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Malaria 2.1.1 Definisi Istilah Malaria berasal dari bahasa Italia di abad pertengahan dari kata mal (jelek) dan aria (udara) atau udara buruk. Hal ini dikarenakan dahulu penyakit
Lebih terperinciPelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II Catatan Fasilitator Rangkuman Kasus: Agus, bayi laki-laki berusia 16 bulan dibawa ke Rumah Sakit Kabupaten dari sebuah
Lebih terperinciEFEK EKSTRAK BIJI Momordica charantia L TERHADAP LEVEL GAMMA GLUTAMYL TRANSFERASE SERUM MENCIT SWISS YANG DIINFEKSI Plasmodium berghei SKRIPSI
EFEK EKSTRAK BIJI Momordica charantia L TERHADAP LEVEL GAMMA GLUTAMYL TRANSFERASE SERUM MENCIT SWISS YANG DIINFEKSI Plasmodium berghei SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar luas di seluruh dunia meskipun umumnya terdapat di daerah berlokasi antara 60 Lintang Utara dan
Lebih terperinciTATALAKSANA MALARIA. Dhani Redhono
TATALAKSANA MALARIA Dhani Redhono Malaria, masalah kesehatan utama di dunia Malaria: problema kesehatan masyarakat di Indonesia Ancaman bagi ± 40% penduduk dunia Angka kematian 1 1,5 juta orang per tahun
Lebih terperinciABSTRAK. Pembimbing I : Susy Tjahjani, dr., M.Kes. Pembimbing II : Ronald Jonathan, dr., M.Sc., DTM&H
ABSTRAK PENGARUH USIA DAN JENIS KELAMIN TERHADAP EFIKASI ACT (ARTEMISININ-BASED COMBINATION THERAPY) PADA PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI DI KABUPATEN BANGKA BARAT, JANUARI JUNI 2009 Diaga, 2009 ;
Lebih terperinciDiagnosis dan Penatalaksanaan Malaria Tanpa Komplikasi pada Anak
Diagnosis dan Penatalaksanaan Malaria Tanpa Komplikasi pada Anak Armand Setiady Liwan Dokter Misi Keuskupan Manokwari-Sorong Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, Indonesia ABSTRAK Malaria adalah masalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (Protozoa) dan ditularkan oleh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Malaria Malaria adalah kata yang berasal dari bahasa Italia, yang artinya mal : buruk dan area : udara, jadi secara harfiah berarti penyakit yang sering timbul di daerah
Lebih terperinciInd t KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DIREKTORAT BINA GIZI 2011
66.9 Ind t KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DIREKTORAT BINA GIZI 0 CETAKAN KEENAM 0 (EDISI REVISI) Sumber Foto : Training course on the
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Malaria 2.1.1 Defenisi Penyakit Malaria adalah penyakit yang di sebabkan oleh protozoa genus plasmodium bentuk aseksual yang masuk ke dalam tubuh manusia dan di tularkan oleh
Lebih terperinciAuthor : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.
Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Penyakit malaria sampai saat ini masih
Lebih terperinciDiagnosis, Patofisiologi Malaria. Dr.H.Armen Ahmad SpPD KPTI FINASIM
Diagnosis, Patofisiologi Malaria Dr.H.Armen Ahmad SpPD KPTI FINASIM Curiculum Vitae : Pendidikan : Dokter umum FK UGM 1987 Spesialis Penyakit Dalam FK Unand 2002 Konsultan Peny. Tropik dan Infeksi FK.
Lebih terperinciMAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MALARIA
MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MALARIA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi semester genap Disusun Oleh: 1. Faathiroh Mukholifah (P07133112018) 2. Lukas
Lebih terperinciMANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 6
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 6 TINDAK LANJUT Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia, terutama di negaranegara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia, terutama di negaranegara beriklim tropis dan subtropis. Penduduk yang berisiko terkena malaria berjumlah
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA Jenis dan Gejalanya
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa darah dari genus Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina (Zein 2005). Selain melalui
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Malaria BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi Malaria merupakan suatu penyakit berpotensial fatal yang disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium. Plasmodium ini ditularkan ke manusia melalui gigitan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Definisi Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman tuberkulosis
Lebih terperinciEpidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Malaria Sudah diketahui sejak jaman Yunani Kutukan dewa wabah disekitar Roma Daerah rawa berbau
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDEN PENYAKIT MALARIA DI KELURAHAN TELUK DALAM KECAMATAN TELUK DALAM KABUPATEN NIAS SELATAN TAHUN 2005
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDEN PENYAKIT MALARIA DI KELURAHAN TELUK DALAM KECAMATAN TELUK DALAM KABUPATEN NIAS SELATAN TAHUN 2005 Oleh: Suhardiono, S.K.M., M.Kes. ABSTRAK Malaria adalah salah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit genus plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan gigitan nyamuk Anopheles
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT KECAMATAN BAYAH PROVINSI BANTEN MENGENAI PERTOLONGAN PERTAMA PADA MALARIA SKRIPSI
UNIVERSITAS INDONESIA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT KECAMATAN BAYAH PROVINSI BANTEN MENGENAI PERTOLONGAN PERTAMA PADA MALARIA SKRIPSI MUHAMAD AKBAR SIDIQ 0806324192 FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksius. yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina.
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit infeksius disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit menjadi penyakit endemis di negara-negara tropis, salah penyertanya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Malaria Definisi Malaria merupakan infeksi protozoa genus Plasmodium yang dapat
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Malaria 2.1.1. Definisi Malaria merupakan infeksi protozoa genus Plasmodium yang dapat menjadi serius dan menjadi salah satu masalah besar kesehatan dunia. 20,21 Setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit malaria merupakan jenis penyakit tropis yang banyak dialami di negara Asia diantaranya adalah negara India, Indonesia, dan negara Asia lainnya. (Dewi, 2010).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa dari genus Plasmodium. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kematian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah salah satu penyakit menular paling umum dan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Malaria disebabkan oleh parasit yang disebut Plasmodium, yang ditularkan
Lebih terperinciPEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 TUJUAN Mampu membuat, mewarnai dan melakukan pemeriksaan mikroskpis sediaan darah malaria sesuai standar : Melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah klien serta semakin luas penyebarannya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.1. Malaria Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang mengancam jiwa dan banyak menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta penduduk di dunia terinfeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Penelitian...26
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN...viii SUMMARY... ix DAFTAR
Lebih terperinciPenyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Pemberantasan malaria bertujuan untuk mencegah kematian akibat malaria, terutama jika
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Filariasis Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus, jumlah ini menurun dari tahun 2012 yang ditemukan sebanyak 36 kasus (Dinkes Prov.SU, 2014).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Malaria Malaria adalah penyakit yang telah lama diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit ini memiliki tanda yang khas yaitu demam yang naik turun dan teratur disertai
Lebih terperinciMANAJEMEN PENANGGULANGAN MALARIA DI KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN 2011
MANAJEMEN PENANGGULANGAN MALARIA DI KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN 2011 Felix Kasim,H. Edwin Setiabudhi, Immanuel Indra Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Maranatha Bandung Forum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Telah diketahui bahwa gangguan pendengaran (hearing impairment) atau ketulian (deafness) mempunyai dampak yang merugikan bagi penderita, keluarga, masyarakat maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. kejadian kematian ke dua (16%) di kawasan Asia (WHO, 2015).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Malaria masih menjadi salah satu penyebab kematian di dunia. Menurut laporan WHO, kejadian malaria di dunia telah mengalami penurunan. Sebanyak 57 negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan Indonesia sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mendapatkan sumber daya tersebut, pembangunan kesehatan
Lebih terperinciAKTIVITAS ANTIPLASMODIUM FRAKSI NON POLAR EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU MANGGA (Curcuma mangga Val.) SECARA In Vivo SKRIPSI
AKTIVITAS ANTIPLASMODIUM FRAKSI NON POLAR EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU MANGGA (Curcuma mangga Val.) SECARA In Vivo SKRIPSI Oleh: RENALITHA DEVRI ADRIANA K 100 050 009 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Malaria 2.1.1 Definisi Malaria Malaria adalah salah satu penyakit tertua. Hal itu diketahui oleh orang Yunani kuno dengan gejala khas demam, menggigil dan sakit kepala. Penyakit
Lebih terperinciInd b PELAYANAN KEFARMASIAN UNTUK PENYAKIT MALARIA
616.936 3 Ind b PELAYANAN KEFARMASIAN UNTUK PENYAKIT MALARIA DIREKTORAT BINA FARMASI KOMUNITAS DAN KLINIK DITJEN BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2008 KATALOG DALAM TERBITAN
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA MALARIA FALCIPARUM
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA MALARIA FALCIPARUM DENGAN DERAJAT INFEKSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HANURA KECAMATAN TELUK PANDAN KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG (Skripsi) Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau invertebrata lain
Lebih terperinciABSTRAK. PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT JANTAN STRAIN BALB/c YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei
ABSTRAK PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT JANTAN STRAIN BALB/c YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei Lisa Marisa, 2009 Pembimbing I : Dr. Susy Tjahjani,
Lebih terperinciMANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau
Lebih terperinci