Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi 2011 PENGANTAR
|
|
- Sugiarto Setiabudi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2
3 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi 2011 PENGANTAR Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) 2011 merupakan kegiatan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam mendorong Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah membangun sistem antikorupsi di instansinya. PIAK 2011 merupakan kelanjutan dari PIAK 2009 dan PIAK Keikutsertaan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dalam PIAK bersifat voluntary basis. Peserta PIAK melakukan penilaian sendiri (self assessment) terhadap pertanyaan-pertanyaan terkait inisiatif antikorupsi yang telah dilakukannya berikut bukti-bukti pendukungnya. Hasil penilaian sendiri diverifikasi oleh tim dari KPK dibantu oleh beberapa orang Tenaga Ahli (Pakar). PIAK tahun 2011 ini melibatkan 29 Instansi Pemerintah yakni 18 Instansi Pusat dan 11 Pemerintah Daerah. Instansi Pusat peserta PIAK diwakili oleh 15 Kementerian, dua Badan dan Kepolisian. Pemerintah Daerah diwakili oleh satu Pemerintah Provinsi dan 10 Pemerintah Kota. Unit utama yang terlibat dalam penilaian sebanyak 70 unit utama. Atas partisipasi aktif Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah sebagai peserta PIAK 2011, Pimpinan KPK mengucapkan terima kasih. Pimpinan KPK juga mengucapkan terima kasih kepada Tenaga Ahli (Pakar) yang telah membantu KPK dalam melakukan penilaian. Semoga hasil PIAK ini bisa memberikan kontribusi nyata bagi pengambil kebijakan untuk meningkatkan inisiatif antikorupsi di setiap Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah. Salam Antikorupsi, Pimpinan KPK Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK i
4 2011 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi DAFTAR ISI PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB II METODE PIAK Desain PIAK Unit Sampel PIAK Tahapan Pelaksanaan PIAK Indikator dan Bobot yang Digunakan... 5 BAB III HASIL DAN ANALISIS PENILAIAN INISIATIF ANTI KORUPSI Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) 2011 Tingkat Nasional, Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah Indikator PIAK Kode Etik Khusus Transparansi dalam Manajemen SDM Transparansi Penyelenggara Negara Transparansi Dalam Pengadaan Mekanisme Pengaduan Masyarakat Akses Publik dalam Memperoleh Informasi Pelaksanaan Saran Perbaikan yang Diberikan KPK/BPK/APIP Kegiatan Promosi Anti Korupsi Kecukupan Inisiatif Anti Korupsi Lainnya BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ii Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
5 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi 2011 DAFTAR TABEL Tabel II.1. Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah Peserta PIAK... 4 Tabel II.2. Variabel, Indikator, Sub-Indikator serta Bobot PIAK Tabel III.1. Nilai Rata-Rata PIAK 2011 Tingkat Nasional... 8 Tabel III.2. Instansi Pusat dan Unit Utama dengan Nilai PIAK di atas Tabel III.3. Pemerintah Daerah dengan Nilai PIAK di atas Tabel III.4. Nilai Rata-Rata Indikator Utama Ketersediaan Kode Etik Khusus Tingkat Nasional, Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah Tabel III.5. Instansi Pusat dan Unit Utama dengan Nilai Indikator Kode Etik Khusus di Atas Tabel III.6. Pemerintah Daerah dengan Nilai Indikator Kode Etik Khusus di Atas Tabel III.7. Nilai Rata-Rata Indikator Utama Transparansi Dalam Manajemen Sumberdaya Manusia Tingkat Nasional, Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah Tabel III.8. Instansi Pusat dan Unit Utama dengan Nilai Indikator Transparansi Manajemen SDM di Atas Tabel III.9. Pemerintah Daerah dengan Nilai Indikator Transparansi Manajemen SDM di Atas Tabel III.10. Nilai Rata-Rata Indikator Utama Transparansi Penyelenggara Negara Tingkat Nasional, Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah Tabel III.11. Instansi Pusat dan Unit Utama dengan Nilai Indikator Transparansi Penyelenggara Negara di Atas Tabel III.12. Pemerintah Daerah dengan Nilai Indikator Transparansi Penyelenggara Negara di Atas Tabel III.13. Nilai Rata-Rata Indikator Utama Transparansi Dalam Pengadaan Tingkat Nasional, Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah Tabel III.14. Instansi Pusat dan Unit Utama dengan Nilai Indikator Transparansi Dalam Pengadaan di Atas Tabel III.15. Pemerintah Daerah dengan Nilai Indikator Transparansi Dalam Pengadaan di Atas Tabel III.16. Nilai Rata-Rata Indikator Utama Mekanisme Pengaduan Masyarakat Tingkat Nasional, Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah Tabel III.17. Instansi Pusat dan Unit Utama dengan Nilai Indikator Mekanisme Pengaduan Masyarakat di Atas Tabel III.18. Pemerintah Daerah dengan Nilai Indikator Mekanisme Pengaduan Masyarakat di Atas Tabel III.19. Nilai Rata-Rata Indikator Utama Akses Publik dalam Memperoleh Informasi Unit Utama Tingkat Nasional, Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah Tabel III.20. Instansi Pusat dan Unit Utama dengan Nilai Indikator Akses Publik dalam Memperoleh Informasi Unit Utama di Atas Tabel III.21. Pemerintah Daerah dengan Nilai Indikator Akses Publik dalam Memperoleh Informasi di Atas Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK iii
6 2011 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi Tabel III.22. Nilai Rata-Rata Indikator Utama Pelaksanaan Saran Perbaikan yang Diberikan oleh BPK/APIP/KPK Tingkat Nasional, Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah Tabel III.23. Instansi Pusat dan Unit Utama dengan Nilai Indikator Pelaksanaan Saran Perbaikan yang Diberikan oleh BPK/APIP/KPK Unit Utama di Atas Tabel III.24. Pemerintah Daerah dengan Nilai Indikator Pelaksanaan Saran Perbaikan yang Diberikan oleh BPK/APIP/KPK Unit Utama di Atas Tabel III.25. Nilai Rata-Rata Indikator Utama Kegiatan Promosi Anti Korupsi Tingkat Nasional, Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah Tabel III.26. Instansi Pusat dan Unit Utama dengan Nilai Indikator Promosi Anti Korupsi di Atas Tabel III.27. Pemerintah Daerah dengan Nilai Indikator Promosi Anti Korupsi di Atas Tabel III.28. Nilai Laporan Kualitatif Unit Utama di Instansi Pusat Tabel III.29. Nilai Laporan Kualitatif Pemerintah Daerah iv Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
7 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi 2011 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Tahapan Kegiatan PIAK Tahun Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK v
8 2011 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Peserta PIAK 2011 Lampiran 2 Kuesioner PIAK 2011 vi Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
9 BAB I PENDAHULUAN Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi 2011
10
11 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang No.30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi adalah serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran serta masyarakat berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Kegiatan pencegahan korupsi sangat membutuhkan komitmen dan konsistensi yang tinggi dalam pelaksanaannya. Hal tersebut dikarenakan hasilnya yang tidak bisa dirasakan dalam jangka pendek. Inisiatif antikorupsi merupakan upaya pencegahan korupsi sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh instansi baik di pusat maupun daerah. Namun, inisiatif antikorupsi tersebut umumnya belum dijalankan sebagai suatu sistem yang terintegrasi. Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) merupakan upaya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk membangun sistem antikorupsi di instansi dengan lebih sistematis melalui penilaian terhadap inisiatif yang dilakukan oleh pimpinan instansi dalam menerapkan program-program antikorupsi. PIAK yang mulai dilaksanakan KPK Tahun 2009 merupakan adopsi dengan beberapa penyesuaian dari Anti-corruption Initiative Assessment (AIA) yang dilaksanakan ACRC (Badan Antikorupsi) Korea Selatan sejak Tahun Inisiatif Antikorupsi instansi yang akan dinilai oleh KPK terdiri dari indikator kode etik khusus, transparansi dalam manajemen SDM, transparansi Penyelenggara Negara, transparansi dalam pengadaan barang dan jasa, mekanisme pengaduan masyarakat, akses publik dalam memperoleh informasi, pelaksanaan saran perbaikan yang diberikan oleh BPK/APIP/KPK serta kegiatan promosi antikorupsi. Selain 8 indikator utama tersebut, dalam PIAK juga diukur indikator inovasi yang menunjukkan inisiatif antikorupsi lainnya. Setiap indikator dan subindikator yang digunakan dalam PIAK menggunakan bobot yang ditentukan oleh tenaga ahli (pakar) eksternal. Indikator dan subindikator PIAK selanjutnya dioperasionalkan dalam bentuk pertanyaan di kuesioner. Keikutsertaan instansi dalam PIAK bersifat voluntary basis. Peserta PIAK melakukan penilaian sendiri (self assessment) terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dan melampirkan bukti-bukti pendukung. Hasil akhir PIAK adalah nilai dengan rentang 0 sampai 10. Nilai 10 merupakan nilai tertinggi yang diberikan kepada peserta PIAK karena inisiatif antikorupsi yang lengkap. Nilai di tingkat indikator yang tinggi dari peserta PIAK akan diumumkan dan disampaikan oleh KPK kepada masyarakat umum dan instansi lain dalam rangka memberi penghargaan atas Inisiatif antikorupsi yang telah dilakukan dan mendorong berbagi pengalaman praktik antikorupsi yang baik. Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 1
12 2011 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi Dengan ikut serta dalam PIAK, instansi akan mengetahui tingkat inisiatif antikorupsinya sekaligus dapat membandingkan seberapa besar upaya antikorupsi yang sudah dilakukannya dibandingkan dengan instansi lain sesama peserta PIAK Tujuan Hasil PIAK merupakan gambaran kemajuan upaya pemberantasan korupsi yang telah dilakukan Instansi Pusat/Pemerintah Daerah. Secara umum tujuan pelaksanaan PIAK adalah sebagai berikut: 1. Mendorong Instansi Pusat/Pemerintah Daerah agar bertanggung jawab terhadap upaya pencegahan korupsi di unit utamanya; 2. Memastikan dan mendorong bahwa tiap unit utama memiliki inisiatif dan komitmen yang cukup kuat terhadap upaya pencegahan korupsi yang berada di lingkungan dan kewenangannya; 3. Menilai inisiatif antikorupsi yang telah dilakukan suatu instansi pemerintah; 4. Mendorong instansi pemerintah mengembangkan inisiatif antikorupsi yang sudah dimulai dan upaya perbaikannya secara terus menerus. 2 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
13
14 BAB II METODE PIAK 2011 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi 2011
15 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi 2011 BAB II METODE PIAK Desain PIAK PIAK merupakan penilaian komprehensif yang mengkombinasikan penilaian kuantitatif dan kualitatif secara terukur. Hal-hal yang menjadi ciri dari PIAK adalah: 1. Diterapkan indikator yang terukur dan tidak bersifat abstrak, sehingga menjamin validitas pelaporan; 2. Penggunaan tenaga ahli untuk menjamin independensi penilaian; 3. Self assessment dari unit utama ditunjang oleh peninjauan dan penilaian ulang oleh KPK; 4. Unit utama diberikan kesempatan untuk membuat laporan kualitatif untuk mengungkapkan inisiatif antikorupsi yang sudah dilaksanakan tetapi belum terangkum dalam laporan kuantitatif 5. Proses penilaian PIAK dilakukan oleh tiga pihak a. Penilaian sendiri (self assessment) Unit utama mengisi kuesioner PIAK untuk direview oleh Inspektorat; b. KPK mengumpulkan hasil penilaian setiap instansi melalui inspektorat untuk dikonfirmasi dan dinilai; c. Lembaga riset/akademisi akan menetapkan nilai untuk laporan kualitatif. 6. Nilai akhir merupakan gabungan dari penilaian kuantitatif dan kualitatif, dengan kisaran nilai dari 0-10 (tertinggi 10 dan terendah 0) Unit Sampel PIAK Peserta PIAK 2011 diikuti oleh 18 Kementerian/Lembaga dan 11 Pemerintah Daerah yang terdiri dari satu Pemerintah Provinsi dan 10 Pemerintah Kota (Tabel II.1). Untuk masing-masing Kementerian/Lembaga diwakili oleh tiga unit utama (setingkat eselon satu), dengan komposisi Sekretariat Jenderal dan dua unit utama lain (setingkat eselon satu) yang penetapannya diserahkan kepada pihak Inspektorat, kecuali Kepolisian yang diikuti enam unit utama dan Kementerian Pekerjaan Umum yang diikuti lima unit utama. Dengan demikian, peserta PIAK 2011 di tingkat Kementerian/Lembaga berjumlah 59 unit utama dari 18 Kementerian/Lembaga. Untuk Pemerintah Daerah, masing-masing mengirimkan tiga unit utama (SKPD), dengan komposisi Sekretariat Daerah dan dua SKPD yang penetapannya diserahkan kepada pihak Inspektorat. Khusus untuk Pemerintah Daerah ini pengisian PIAK 2011 dilakukan hanya dengan mengisi satu kuesioner PIAK berdasarkan sumber dari tiga unit utama/skpd yang dipilih tersebut. Dengan demikian, peserta PIAK 2011 tingkat Pemerintah Daerah berjumlah 11 Pemerintah Daerah, dengan sumber data dari 11 Sekretariat Daerah dan 22 SKPD. Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 3
16 2011 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi Tabel II.1. Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah Peserta PIAK No Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah Jumlah Unit Utama 1 Kementerian Perhubungan 3 2 Kementerian Kehutanan 3 3 Kementerian Pendidikan Nasional 3 4 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 3 5 Kementerian Perdagangan 3 6 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia 3 7 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 3 8 Kementerian BUMN 3 9 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 3 10 Kementerian Pertanian 3 11 Kementerian Kesehatan 3 12 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) 3 13 Kementerian Dalam Negeri 3 14 Kementerian Pertahanan 3 15 Kementerian Perindustrian 3 16 Kementerian Agama 3 17 Kepolisian Republik Indonesia 6 18 Kementerian Pekerjaan Umum 5 19 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 3 20 Pemerintah Kota Bandung 3 21 Pemerintah Kota Makassar 3 22 Pemerintah Kota Manado 3 23 Pemerintah Kota Semarang 3 24 Pemerintah Kota Surabaya 3 25 Pemerintah Kota Palembang 3 26 Pemerintah Kota Bandar Lampung 3 27 Pemerintah Kota Samarinda 3 28 Pemerintah Kota Banjarmasin 3 29 Pemerintah Kota Medan 3 Total Peserta Tahap Pelaksanaan PIAK Terdapat tujuh tahapan penting dalam pelaksanaan PIAK, yakni: 1. Penetapan indikator utama Penetapan indikator utama ini dilakukan melalui dua tahap: a. Konsultasi dengan pakar b. Konsultasi dengan internal KPK 2. Penyusunan dan penyebaran kuesioner 4 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
17 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi 2011 Kuesioner terdiri dari rangkaian pertabyaan tertutup dan semi terbuka yang disusun berdasarkan rincian dari indikator utama yang telah ditetapkan sebelumnya. Kuesioner bersifat Objektif untuk memudahkan verifikasi data. 3. Penilaian sendiri (self-assessment) oleh peserta PIAK. Pada tahap ini, unit utama/skpd mengisi kuesioner sendiri. Untuk menunjang validitas jawaban, unit utama diharapkan memberikan bukti yang relevan. Sinkronisasi jawaban dan lampiran bukti ini yang dijadikan dasar bagi KPK untuk melakukan verifikasi. Atas dasar verifikasi tersebut, dihitung nilai yang menunjukkan tingkatan inisiatif antikorupsi suatu unit utama/skpd. 4. Verifikasi lapang oleh KPK Setelah melakukan verifikasi jawaban dan lampiran bukti yang diberikan unit utama, KPK melakukan verifikasi lapang terhadap jawaban yang diberikan. Hal ini dilakukan supaya KPK dapat melihat kesesuaian antara jawaban dan bukti yang diberikan dengan kondisi nyata di lapang. 5. Penilaian oleh Tim Ahli Tim Ahli menilai laporan kualitatif yang disampaikan oleh peserta PIAK. Untuk PIAK 2011, tim ahli terdiri dari tiga ahli dari disiplin ilmu yang berbeda-beda. 6. Penilaian oleh KPK KPK melakukan penilaian akhir dengan mempertimbangkan hasil pengisian sendiri oleh instansi, kelengkapan bukti dan penilaian oleh Tim Ahli. Untuk mempertegas hasil penilaian, KPK juga melakukan observasi lapang untuk memastikan kegiatan pencegahan korupsi seperti yang dilaporkan dalam PIAK. 7. Pelaporan Akhir dan Diseminasi Laporan akhir dibuat dengan melaporkan skor masing-masing unit utama sesuai indikator yang ditetapkan. Hasilnya dipaparkan kepada peserta PIAK dalam sebuah rapat tertutup. Sedangkan pengumuman kepada masyarakat luas dilakukan melalui media, untuk mengumukan peraihan peringkat terbaik. Peringkat bawah tidak akan diumumkan secara luas. Secara ringkas, rangkaian tahapan kegiatan PIAK tahun 2011 adalah sebagai berikut: Gambar 2.1. Tahapan Kegiatan PIAK Tahun 2011 Jan-Feb Mar-Apr Mei-Okt Okt-Nov Mempersiapkan TOR, Pembobotan, Kuesioner, Sosialisasi Self Assessment oleh Peserta, Monitoring Penilaian Hasil Assessment, Penyusunan Draft Laporan Presentasi Internal, Pengumuman Eksternal 2.4. Indikator dan Bobot yang Digunakan Terdapat dua jenis indikator yang digunakan dalam PIAK: 1. Indikator Utama Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 5
18 2011 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi Indikator utama merupakan indikator yang wajib dipenuhi dan dianalisis oleh unit utama target. Indikator ini merupakan pedoman dalam penilaian kuantitatif. Penentuan indikator ini merupakan pedoman dalam penilaian kuantitatif. Penentuan indikator utama diputuskan oleh KPK berdasarkan hasil FGD (Focus Group Discussion) dan pendapat para ahli. 2. Indikator Inovasi Indikator inovasi ini bersifat bebas dan dinilai secara kualitatif. Indikator ini disiapkan untuk mengantisipasi jika ternyata unit utama memiliki inovasi lain diluar indikator utama. Indikator dalam variabel utama PIAK 2011, secara umum sama dengan yang digunakan di tahun sebelumnya (2009 dan 2010). Namun dalam rangka penajaman penilaian terdapat penambahan satu indikator pada variabel utama yaitu mekanisme pengaduan masyarakat. Secara lebih lengkap indikator dan bobot yang digunakan dalam PIAK 2011 sebagai berikut: Tabel II.2. Variabel, Indikator, Sub-Indikator serta Bobot PIAK Indikator Utama (0,851) 2. Indikator Inovasi (0,149) Indikator 1.1. Kode Etik Khusus (0,202) 1.2. Transparansi dalam Manajemen SDM (0,159) 1.3. Transparansi Penyelenggara Negara (0,124) 1.4. Transparansi dalam Pengadaan (0,125) 1.5. Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,115) 1.6. Aksek Publik dalam Memperoleh Informasi (0,951) 1.7. Pelaksanaan Saran Perbaikan yang Diberikan oleh BPK/APIP/KPK (0,103) 1.8. Kegiatan Promosi Anti Korupsi (0,771) Sub-Indikator Ketersediaan Kode Etik Khusus (0,302) Ketersediaan Mekanisme Pelapornan dan Pelembagaan Kode Etik (0,317) Penegakan Kode Etik (termasuk reward & punishment) (0,381) Tersedianya Proses Rekrutmen yang Terbuka dan Transparan (0,369) Tersedianya Sistem Penilaian Kinerja yang Objektif dan Terukur (0,334) Tersedianya Proses Promosi dan Penempatan dalam Jabatan yang Terbuka dan Transparan (0,297) Mekanisme Pelaporan Gratifikasi (0,506) Persentase Kepatuhan LHKPN (0,494) Penerapan Pengadaan Secara Elektronik (0,575) Adanya Mekanisme Kontrol dari Eksternal (0,425) Ketersediaan Sumberdaya Pengaduaan Masyarakat (0,450) Penanganan Tindak Lanjut Pengaduaan Masyarakat (0,550) Keterbukaan Unit Utama dalam Menyebarkan Informasi (0,491) Tingkat Keaktifan Unit Utama dalam Menyebarkan Informasi (0,509) Respon terhadap Rekomendasi dari KPK/BPK/APIP (0,428) Pelaksanaan Rekomendasi dari KPK/BPK/APIP (0,573) Kegiatan Promosi Internal (0,575) Kegiatan Promosi Eksternal (0,425) 2.1. Kecukupan dan Efektivitas dari Inisiatif Anti Korupsi Lainnya (1.000) 6 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
19 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi 2011 Kedelapan indikator utama diturunkan dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari 68 pertanyaan. Setiap pertanyaan dalam kuesioner diisi oleh peserta PIAK dengan melampirkan bukti-bukti untuk mendukung validitas jawaban. Untuk Indikator Inovasi, peserta PIAK menyertakan laporan kualitatif yang berisikan laporan tentang inovasi upaya pencegahan korupsi yang dilakukan, di luar dari hal-hal yang telah dijadikan bukti pendukung jawaban terhadap kuesioner di 8 indikator utama. Penilaian akhir diperoleh dari gabungan antara penilaian terhadap indikator utama dan indikator inovasi. Penilaian ini akan digabungkan dengan tetap memperhatikan bobot indikator yang sudah ditetapkan. Skala penilaian, berada pada selang 0 sampai 10, yang artinya semakin mendekati 0 berarti peserta PIAK semakin rendah inisiatif antikorupsi dan semakin mendekati 10 semakin tinggi inisiatif antikorupsi yang dimiliki oleh instansi peserta PIAK. Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 7
20
21 BAB III HASIL DAN ANALISIS PENILAIAN INISIATIF ANTI KORUPSI 2011 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi 2011
22 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi 2011 BAB III HASIL DAN ANALISIS PENILAIAN INISIATIF ANTI KORUPSI Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) 2011 Tingkat Nasional, Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah Nilai PIAK rata-rata Nasional adalah 4,50. Nilai tersebut dihitung berdasarkan nilai rata-rata seluruh peserta PIAK. Table III.1. menjelaskan nilai PIAK Nasional, Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah terperinci berdasarkan indikator dan subindikatornya. Tabel III.1. Nilai Rata-Rata PIAK 2011 Tingkat Nasional No Total Indikator/Sub Indikator PIAK Nasional Pusat Daerah Nilai Total PIAK 4,50 4,38 4,63 1 Total Indikator Utama (0,851) 4,75 4,77 4, Kode Etik Khusus (0,202) 2,93 2,77 3, Ketersediaan Kode Etik Khusus (0,302) 3,05 2,92 3, Ketersediaan Mekanisme Pelaporan dan Pelembagaan Kode Etik (0,317) 1,76 1,63 1, Penegakan Kode Etik (termasuk reward & punishment) (0,381) 3,80 3,59 4, Transparansi dalam Manajemen SDM (0,159) 4,65 5,18 4, Tersedianya Proses Rekrutmen yang Terbuka dan Transparan (0,369) 6,69 7,42 5, Tersedianya Sistem Penilaian Kinerja yang Objektif dan Terukur (0,334) 3,59 3,45 3, Tersedianya Proses Promosi dan Penempatan dalam Jabatan yang Terbuka dan Transparan (0,297) 3,30 4,35 2, Transparansi Penyelenggara Negara (0,124) 3,64 4,02 3, Mekanisme Pelaporan Gratifikasi (0,506) 2,94 3,39 2, Persentase Kepatuhan LHKPN (0,494) 4,37 4,67 4, Transparansi dalam Pengadaan (0,125) 2,98 2,64 3, Penerapan Pengadaan Secara Elektronik (0,575) 4,26 3,69 4, Adanya Mekanisme Kontrol dari Eksternal (0,425) 1,24 1,22 1, Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,115) 4,58 4,45 4, Ketersediaan Sumberdaya Pengaduaan Masyarakat (0,450) 5,98 5,52 6, Penanganan Tindak Lanjut Pengaduaan Masyarakat (0,550) 3,43 3,56 3, Akses Publik dalam Memperoleh Informasi (0,951) 8,53 8,42 8, Keterbukaan Unit Utama dalam Menyebarkan Informasi (0,491) 8,53 8,19 8, Tingkat Keaktifan Unit Utama dalam Menyebarkan Informasi (0,509) 8,53 8,65 8, Pelaksanaan Saran Perbaikan yang Diberikan oleh BPK/APIP/KPK (0,103) 8,48 8,25 8, Respon terhadap Rekomendasi dari KPK/BPK/APIP (0,428) 9,65 9,29 10, Pelaksanaan Rekomendasi dari KPK/BPK/APIP (0,573) 7,60 7,48 7, Kegiatan Promosi Anti Korupsi (0,771) 5,23 5,29 5, Kegiatan Promosi Internal (0,575) 5,52 5,90 5, Kegiatan Promosi Eksternal (0,425) 4,88 4,52 5,24 2 Total Indikator Inovasi (0,149) 3,11 2,13 4,09 II.1. Kecukupan dan Efektivitas dari Inisiatif Anti Korupsi Lainnya (1.000) 3,11 2,13 4,09 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 8
23 2011 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi Dua indikator dalam PIAK 2011, adalah indikator utama dengan bobot 0,851 dan indikator inovasi yang memiliki bobot 0,149. Nilai PIAK setiap unit utama Kementerian/Lembaga atau Pemerintah Daerah merupakan gabungan dari nilai indikator utama dan indikator inovasi. Oleh karena itu bagi unit utama Kementerian/Lembaga atau Pemerintah Daerah yang tidak menyerahkan laporan kualitatif, tidak mempunyai nilai untuk inovasi, sehingga nilai PIAK maksimal yang dimiliki hanya 8,51. Secara keseluruhan nilai rata-rata PIAK 2011 dibandingkan dengan nilai rata-rata PIAK 2010 mengalami peningkatan dari 3,43 menjadi 4,50. Namun bila di lihat standar minimal yang ditetapkan KPK terhadap nilai PIAK, maka nilai ini masih terhitung rendah. Hasil penilaian PIAK menunjukkan hanya 15 unit utama dan Pemerintah Daerah dari 70 unit utama dan Pemerintah Daerah yang mendapatkan nilai di atas atau sama dengan nilai minimal yang ditetapkan oleh KPK sebesar 6,00. Jika dibedakan berdasarkan Instansi Pusat dan daerah maka nilai rata-rata Pemerintah Daerah dan Instansi Pusat tidak berbeda jauh. Nilai rata-rata Instansi Pusat adalah 4,34 dan Pemerintah Daerah 4,63. Berdasarkan nilai rata-rata PIAK 2011, terdapat dua Instansi Pusat yang mendapat nilai di atas enam yaitu Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Terdapat 12 Unit Utama dengan nilai di atas 6,00 yang berasal dari Kemenperin, Polri, Kementerian Agama, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral. Tabel III.2. Instansi Pusat dan Unit Utama dengan Nilai PIAK di atas 6 No Instansi Pusat dan Unit Utama Nilai PIAK 2011 Instansi Pusat: 1 Kementerian Perindustrian 6,86 2 Kepolisian Negara Republik Indonesia 6,74 Unit Utama di Instansi Pusat: 1 Staf Sumberdaya Manusia Polri 7,79 2 Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian 7,34 3 Divisi Profesi dan Pengamanan Polri 7,07 4 Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi 6,84 5 Divisi Hubungan Masyarakat Polri 6,57 6 Staf Sarana dan Prasarana Polri 6,54 7 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam 6,48 8 Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur 6,41 9 Sekretariat Jenderal Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral 6,31 10 Korps Lalu Lintas Polri 6,27 11 Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri 6,25 12 Badan Reserse Kriminal Polri 6,17 Nilai PIAK Kemenperin dan Polri tidak berbeda jauh. Keunggulan didapat Polri dalam sistem pengaduan, pelaksanaan promosi antikorupsi dan penyediaan akses publik dalam memperoleh 9 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
24 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi 2011 informasi. Sementara Kemenperin memiliki keunggulan dengan telah diterapkannya secara keseluruhan pengadaan secara elektronik dan adanya sistem pengawasan eksternal terhadap pengadaan barang dan jasa tersebut. Manajemen SDM di Kemperin, terutama terkait penilaian kinerjanya juga relatif baik dibanding unit utama lain. Pada Pemerintah Daerah terdapat tiga Pemerintah Daerah yang memiliki nilai di atas 6,00 yaitu Pemerintah Kota Surabaya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Kota Makassar. Keunggulan nilai PIAK Pemerintah Kota Surabaya disokong oleh nilai inovasi, transparansi manajemen SDM, transparansi dalam pengadaan barang dan jasa, dan mekanisme. Namun demikian, nilai indikator akses publik dan pelaksanaan saran perbaikan untuk ketiga Pemerintah Daerah tersebut relatif sama, dengan skor masing-masing mendekati maksimal (10,00). Tabel III.3. Pemerintah Daerah dengan Nilai PIAK di atas 6 No Pemerintah Daerah Nilai PIAK Pemerintah Kota Surabaya 6,57 2 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 6,52 3 Pemerintah Kota Makassar 6,48 Dari Tabel III.1. di atas dapat dilihat bahwa nilai indikator peningkatan akses publik dalam memperoleh informasi unit utama dan nilai indikator pelaksanaan saran perbaikan yang diberikan oleh KPK/BPK/APIP dibandingkan dengan enam indikator utama lainnya memiliki nilai yang relatif baik, yaitu rata-rata 8. Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa di Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah telah menunjukkan kepedulian terhadap keterbukaan informasi. Mereka memiliki cukup media informasi dalam menyebarkan informasi. Nilai tersebut juga menggambarkan ketaatan Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah dalam menindaklanjuti temuan dan saran perbaikan yang diberikan oleh BPK/APIP/KPK kepada mereka. Tetapi yang perlu menjadi perhatian dari seluruh Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah, bahwa masih ada enam indikator utama yang memiliki nilai dibawah nilai minimal yang telah ditetapkan. Enam indikator tersebut memiliki bobot lebih besar dibanding bobot kedua indikator yang telah mendapat nilai di atas 6 tersebut. Selanjutnya akan dijelaskan nilai dari setiap indikator-indikator yang ada dalam PIAK Indikator PIAK Kode Etik Khusus Kode etik merupakan aturan tertulis yang disusunsecara sistematik yang berisikan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang mengikat pegawai dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya serta dalam pergaulan sehari-hari (Liberti Pandiangan, 2008: 45). Kode etik berfungsi sebagai alat untuk memberi sanksi terhadap tindakan yang dinilai menyimpang dari kode etik. Pengertian khusus dalam hal ini adalah kode etik yang disususn khusus untuk instansi dan atau profesi tertentu. Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 10
25 2011 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi Pada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah terkait dengan kode etik, dikenal Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Tetapi kedua peraturan ini masih bersifat umum, sehingga diperlukan suatu kode etik instansi, seperti yang diamanatkan didalam PP Nomor 42/2004, Bab V, Pasal 13 bahwa pejabat pembina kepegawaian masing-masing instansi dapat menetapkan kode etik instansi berdasarkan karakteristik masing-masing instansi, dengan tetap berpegang pada kode etik dalam PP Nomor 42/2004. Perlunya kode etik khusus ini dikarenakan kode etik adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self control, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan masing-masing kelompok sosial (profesi)/organisasi. Beberapa tujuan disusunnya kode etik khusus adalah meningkatkan disiplin pegawai, menjamin terpeliharanya tata tertib, menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim kerja yang kondusif, menciptakan dan memelihara kondisi kerja serta perilaku yang profesional, dan meningkatkan citra dan kinerja pegawai. Agar tujuan kode etik ini terwujud maka dalam penerapannya kode etik harus disertai hal sebagai berikut: 1. Kode etik khusus harus dikembangkan secara bottom up agar para karyawan merasa memiliki kode etik khusus tersebut sehingga mempermudah upaya pelaksanaannya; 2. Kode etik khusus harus mudah dipahami sehingga tidak menimbulkan salah persepsi; 3. Isi kode etik khusus tersebut harus mudah diakses oleh para karyawan, misalnya dengan menempelkannya diberbagai tempat yang strategis atau dengan cara malakukan sosialisasi secara rutin untuk reminder tentang kode etik khusus tersebut; 4. Adanya lembaga/unit yang berperan sebagai pengawas terhadap penerapan kode etik khusus tersebut; 5. Adanya mekanisme penegakan kode etik khusus yang jelas dan tertulis. Selain hal di atas, yang perlu mejadi perhatian terkait kode etik adalah bahwa kode etik sebaiknya dapat diubah, ditambah dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan dan situasi yang ada. Hal ini dikarenakan suatu organisasi selalu mengalami perubahan dan perkembangan, yang menyebabkan hubungan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam melaksanakan tugasnya dan menjalankan pergaulan hidup sehari-harinya pun turut mengalami perubahan dan perkembangan. Setiap ketentuan yang terdapat dalam kode etik harus dapat mengakomodasi perubahan standar atau nilai yang terjadi dalam dinamika perubahan di organisasi. Didalam Penilaian Inisiatif Anti Korupsi, KPK menetapkan Ketersediaan Kode Etik Khusus sebagai salah satu indikator yang memiliki bobot tertinggi dalam pencegahan korupsi, yaitu sebesar 20,23. Penilaian indikator kode etik, dilakukan dengan menilai tiga subindikator yakni: 1) Ketersediaan kode etik khusus; 2) Ketersediaan mekanisme pelapornan dan pelembagaan kode etik; 3) Penegakan kode etik (termasuk reward & punishment). Secara keseluruhan, nilai rata-rata untuk indikator kode etik PIAK 2011 masih sangat rendah (lihat Tabel III.5.). Ketersediaan mekanisme pelaporan dan pelembagaan kode etik merupakan subindikator 11 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
26 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi 2011 dengan nilai yang paling rendah (dibawah 2,00). Rendahnya nilai subindikator ini dikarenakan hanya 12 unit utama dengan nilai tinggi saja yang memiliki SOP untuk melembagakan kode etik tersebut. Tabel III.4. Nilai Rata-Rata Indikator Utama Ketersediaan Kode Etik Khusus Tingkat Nasional, Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah No Total Indikator/Sub Indikator PIAK Nasional Pusat Daerah 1.1. Kode Etik Khusus (0,202) 2,93 2,77 3, Ketersediaan Kode Etik Khusus (0,302) 3,05 2,92 3, Ketersediaan Mekanisme Pelapornan dan Pelembagaan Kode Etik (0,317) 1,76 1,63 1, Penegakan Kode Etik (termasuk reward & punishment) (0,381) 3,80 3,59 4,00 Berikut merupakan Instansi Pusat dan unit utama di Instansi Pusat yang mendapatkan nilai indikator kode etik utama diatas nilai standar minimal yang telah ditetapkan Tabel III.5. Instansi Pusat dan Unit Utama dengan Nilai Indikator Kode Etik Khusus di Atas 6 Peringkat Instansi Pusat: Instansi Pusat dan Unit Utama Nilai Total Indikator Ketersediaan Kode Etik Khusus Sub Indikator Mekanisme Penerapan & Pelembagaan Penegakan 1 Kepolisian Negara Republik Indonesia 8,28 9,22 6,22 9,25 2 Kementerian Perindustrian 7,72 6,67 6,00 10,00 3 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral 7,53 7,00 6,89 8,50 4 Kementerian Agama 6,96 8,45 4,50 7,83 Unit Utama di Instansi Pusat: 1 Divisi Profesi dan Pengamanan Polri 9,89 10,00 9,67 10,00 2 Staf Sumberdaya Manusia Polri 8,80 10,00 8,00 8,50 3 Divisi Hubungan Masyarakat Polri 8,80 10,00 8,00 8,50 4 Sekretariat Jenderal Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral 8,53 10,00 7,17 8,50 5 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam 8,53 10,00 7,17 8,50 6 Korps Lalu Lintas Polri 7,94 10,00 3,50 10,00 7 Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian 7,72 6,67 6,00 10,00 8 Direktorat Jenderal Industri Unggul Berbasis Teknologi Tinggi 7,72 6,67 6,00 10,00 9 Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur 7,72 6,67 6,00 10,00 10 Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi 7,52 6,67 7,17 8,50 11 Badan Reserse Kriminal Polri 7,45 7,67 6,33 5,00 12 Staf Sarana dan Prasarana Polri 6,82 7,67 4,00 8,50 13 Sekretariat Jenderal Kementerian Pertahanan 6,57 6,67 4,17 8,50 14 Badan Geologi 6,55 4,33 6,33 8,50 15 Badan Penelitian dan Pengembangan dan Diklat Kementerian Agama 6,23 7,67 6,33 5,00 16 Sekretariat Jenderal Kementerian Agama 6,13 7,67 0,00 10,00 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 12
27 2011 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi Bila dilihat perbandingan nilai indikator kode etik khusus pada Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah, dapat dilihat bahwa Pemerintah Daerah memiliki nilai kode etik yang lebih tinggi dibandingkan dengan Instansi Pusat. Namun demikian nilai pada masing-masing subindikator baik untuk Instansi Pusat maupun Pemerintah Daerah masih rendah. Terlebih untuk subindikator ketersediaan mekanisme pelaporan dan pelembagaan kode etik, nilainya masih di bawah 2,00. Dari Tabel III.5. dapat dilihat bahwa Divisi Profesi dan Pengamanan Polri, merupakan unit utama dengan skor tertinggi untuk penilaian kode etiknya, yaitu mencapai 9,89. Faktor-faktor yang mendukung Divisi Profesi dan Pengamanan memperoleh nilai tinggi pada indikator kode etik khusus adalah: 1. Kode etik khusus yang dimiliki oleh Divpropam Polri disahkan melalui Peraturan Kapolri No. Pol: 7 Tahun 2006 tentang Kode Etik Profesi Polri dan kemudian dibukukan menjadi buku saku yang berisikan peraturan tersebut. Selain itu terdapat Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara RI; 2. Kode Etik Khusus yang ada di Kepolisian Negara Republik Indonesia pertama kali dibuat pada tahun 2003 melalui Keputusan Kapolri No. Pol: KEP/32/VII/2003 tanggal 1 Juli 2003 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara RI dan pada tahun 2007 telah dilakukan evaluasi dan revisi pertama terhadap Kode Etik tersebut menjadi Peraturan Kapolri No. Pol 7 Tahun 2006 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara RI, pada saat ini sedang dievaluasi; 3. Dalam pelaksanaan kode etik tersebut Divpropam merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolri. Divpropam bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi pertanggungjawaban profesi dan pengamanan internal termasuk penegakan disiplin dan ketertiban di lingkungan polri serta pelayanan pengaduan masyarakat tentang adanya penyimpangan tindakan anggota polri atau PNS Polri. Bila melihat tugas pokok dan fungsi tersebut Divpropam merupakan unit yang melakukan pengawasan penerapan kode etik untuk seluruh Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan termasuk Internal Divpropam sendiri. Selain itu pengawasan terhadap kode etik juga dilaksanakan secara melekat dan berjenjang mulai dari Kasatker/Kepala Divisi Propam, Kepala Biro, Kepala Bagian, Kepala Sub Bagian sampai pada unit pelaksanan; 4. Dalam penerapan dan pelaksanaan pengawasan dari kode etik profesi tersebut terdapat sarana dalam penerapan sarana penerapan Kode Etik, yaitu sebagai berikut: a. Divpropam Polri memiliki Sentra Pelayanan Propam pada Bagian Pelayanan Pengaduan (Bagyanduan) b. Penerimaan surat pengaduan di Bagrenmin Divpropam Polri c. Ruang konsultasi Sentra Pelayanan Propam Gedung Utama lt. 1 d. dengan alamat: divpropampolri@yahoo.co.id e. Forum diskusi yang ada di (twitter dan facebook) 5. Mempunyai ketentuan tertulis tentang mekanisme penanganan pelanggaran kode etik profesi yang tertuang di dalam ketentuan sebagai berikut: a. Peraturan Kapolri No. 8 Tahun 2006 tentang Organisasi Tatacara Sidang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara RI 13 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
28 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi 2011 b. Keputusan Kapolri No. 42 Tahun 2004 tentang Atasan yang Berhak Menjatuhkan Hukuman Disiplin Dilingkungan Kepolisian Negara RI c. Keputusan Kapolri No. 43 Tahun 2004 tentang Tatacara Penyelesaian Pelanggaran Disiplin Anggota Polri d. Keputusan Kapolri No. 44 Tahun 2004 tentang Tatacara Penyelenggaraan Sidang Disiplin bagi Anggota Polri Kode etik yang dimiliki Divpropam Polri bukan merupakan kode etik khusus yang hanya berlaku di unit utama tersebut, tetapi merupakan kode etik yang diterapkan oleh seluruh lembaga Polri. Nilai Divpropam Polri pada indikator utama ini lebih tinggi dibandingkan peserta unit utama lain di Kepolisian karena Divpropam Polri memiliki keunggulan dalam mekanisme penerapan dan pelembagaan, serta dalam indikator penegakan. Pemerintah Daerah juga sudah mulai membangun internalisasi dan penegakan kode etik. Dari 11 Pemerintah Daerah terdapat 2 instansi yang telah memiliki kode etik khusus yaitu Pemerintah Kota Makassar dan Pemerintah Kota Palembang (lihat Tabel III.6.). Tabel III.6. Pemerintah Daerah dengan Nilai Indikator Kode Etik Khusus di Atas 6 Peringkat Unit Utama/Pemerintah Daerah Nilai Total Indikator Ketersediaan Kode Etik Khusus Sub Indikator Mekanisme Penerapan & Pelembagaan Penegakan 1 Pemerintah Kota Makassar 7,58 6,67 7,33 8,50 2 Pemerintah Kota Palembang 6,93 6,67 3,50 10,00 Pada Pemerintah Kota Makassar saat ini berlaku 2 jenis kode etik yaitu kode etik khusus yang diberlakukan untuk seluruh SKPD yang berada dibawah Pemkot Makassar sesuai Peraturan Walikota Makassar Nomor 150 Tahun 2009 tanggal 31 Desember 2009 tentang kode etik pegawai dalam lingkup Pemerintah Kota Makassar, dan kode etik yang berasal dari inisiatif SKPD yang ada di Pemerintah Kota Makassar, seperti yang dilakukan Dinas Tata Ruang dan Bangunan (TRB) dengan Peraturan Kepala Dinas Tata Ruang dan Bangunan (TRB) No.188.4/818.a/DTRB/IX/2010 tentang Kode Etik Pegawai Dalam Lingkup Dinas Tata Ruang dan Bangunan, serta kode etik untuk Badan Kepegawaian (BKD) sesuai SK Kepala BKD No. 800/368/BKD/II/2010 tanggal 8 Februari 2010 tentang Etika Pelayanan Dalam Lingkup Badan Kepegawaian Daerah. Pada Pemerintah Kota Makassar, unit kerja khusus yang memiliki tugas pokok dan fungsi mengawasi penerapan kode etik, adalah Inspektorat Kota Makassar. Tugas dan fungsi ini sesuai dengan yang tertuang pada Peraturan Daerah Kota Makassar No. 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Makassar Pasal 31(1), yaitu melakukan kewenangan Walikota di bidang pengawasan fungsional penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sementara pada Dinas Tata Ruang dan Bangunan, pengawasan terhadap penerapan kode etik khusus dilakukan oleh Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 14
29 2011 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi unit Konsultasi Kode Etik dan Tim Evaluasi Pengaduan yang bertanggung jawab memproses setiap pelanggaran Kode Etik oleh Pegawai Dinas TRB. Unit tersebut dibentuk berdasarkan Surat Perintah Kepala Dinas TRB No.009/887.a/DTRB/10/2010 tanggal 4 Oktober Mekanisme penanganan pelanggaran kode etik khusus dalam lingkungan Pemkot Makassar diatur dalam Peraturan Walikota No. 15 Tahun 2009 tanggal 31 Desember 2009 Bagian Ketiga yaitu: Bagi pegawai yang tidak mematuhi aturan yang telah ditentukan, akan dikenakan sanksi moral berupa permohonan maaf secara lisan/tertulis dan hukuman disiplin sesuai peraturan yang berlaku sebagaimana yang tertuang dalam PP 53/2010 dan PP 42/2004. Untuk pembinaan, diserahkan kepada Bidang Kinerja BKD. Pelanggaran kode etik yang tidak dapat dibina dilimpahkan ke Kantor Inspektorat Kota Makassar sesuai tupoksinya Transparansi dalam Manajemen SDM Penilaian indikator peningkatan transparansi dalam manajeman SDM dalam PIAK 2011, dilakukan dengan menilai tiga subindikator, yakni: 1) Proses rekrutmen yang terbuka dan transparan; 2) Proses penempatan dan promosi yang terbuka, terukur dan transparan; 3) Sistem penilaian kinerja yang terukur. Proses rekrutmen PNS yang tidak transparan menjadi salah satu sebab munculnya bibit-bibit pelaku korupsi di Lembaga Pemerintah. Hal ini dikarenakan calon PNS yang diterima tidak memenuhi standar rekrutmen yang telah ditetapkan. Untuk menciptakan rekrutmen yang transparan, maka: 1) Rekrutmen CPNS oleh instansi harus berdasarkan formasi yang ditetapkan dengan cara transparan dan Objektif; 2) Setiap masyarakat mendapatkan informasi yang terbuka terkait dengan rekrutmen yang di adakan; 3) terjaminnya obyektifitas dan kualitas soal ujian yang diberikan; 4) Seleksi harus berlangsung secara transparan, akuntabel, non diskriminasi, bebas KKN; dan 5) Proses penilaian hasil ujian harus dilakukan transparan dengan melibatkan unsur pengawasan baik internal maupun eksternal pemerintahan. Saat ini umum berlaku bahwa penempatan jabatan struktural ditentukan oleh tingkat eselon jabatan dengan eselon 1 sebagai jabatan struktural tertinggi. Sedangkan kualifikasi dari pegawai negeri yang menempati jabatan struktural ditentukan oleh ranking. Pada umumnya ranking ditentukan oleh kombinasi antara umur, tingkat pendidikan, lama masa bekerja, pengalaman, serta program pelatihan yang telah diikuti (ADB, 2004: 61). Pelaksanaan promosi yang ditujukan untuk peningkatan tingkat eselon, untuk kandidat jabatan dibawah eselon 1 akan dievaluasi oleh Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat), yang bertugas memberikan input kepada kepala instansi pemerintah pusat atau kepala Pemerintah Daerah. Sistem promosi ini dianggap tidak efektif dikarenakan: 1. Penilaian kinerja hanya bersifat formalitas dan tidak berdasarkan kriteria kinerja; 2. Sistem promosi dalam parktiknya lebih banyak ditentukan oleh senioritas dan kurang memperhitungkan syarat kompetensi (faktor pengalaman, kinerja, serta keterampilan, dan pendidikan). 15 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
30 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi 2011 Melihat praktek promosi jabatan yang lebih menekankan pada senioritas serta dukungan dari atasan tanpa penilaian kinerja yang jelas, maka diperlukan suatu pendekatan baru dimana posisi lowong diumumkan secara internal. Dengan mekanisme ini pegawai didalam instansi yang memenuhi kriteria spesifikasi jabatan dapat mendaftar, sehingga terjadi persaingan yang kompetitif. Diharapkan dengan pendekatan baru ini dapat mengurangi pengaruh patronase dan nepotisme dalam manajemen SDM. Untuk sistem penilaian kinerja pegawai negeri, selama ini masih hanya dikenal instrumen evaluasi tahunan yang dikenal dengan nama Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3). Dalam DP3 elemen yang dievaluasi adalah aspek perilaku, sikap, loyalitas, integritas, kemampuan untuk bekerja sama serta kualitas kepemimpinan. Dalam prakteknya instrumen ini tidak efektif karena hampir semua pegawai mendapatkan angka penilaian serupa sehingga hampir bisa dikatakan bahwa kenaikan pangkat dari pegawai negeri berlangsung secara otomatis, tanpa perhitungan kinerja mereka (Rohdewold, 1995; USAID, 2006). Kebijakan promosi sebaiknya menggunakan indikator kinerja yang jelas. Instrumen DP3 yang selama ini digunakan tidak benar-benar mencerminkan indikator yang relevan dengan jabatan serta tugas yang diemban oleh pegawai negeri. DP3 lebih memberikan kesempatan bagi pimpinan untuk memberikan penilaian subyektif yang lebih menekankan pada perilaku dan sikap yang tentu saja rawan terhadap penyalahgunaan. Secara keseluruhan, nilai rata-rata untuk indikator transparansi dalam manajemen sumberdaya manusia (SDM) pada PIAK 2011 dapat dilihat pada Tabel III.8. Nilai indikator transparansi dalam manajemen SDM ini masih dibawah standar minimal nilai PIAK yang ditetapkan KPK. Di antara ketiga subindikator yang ada, dua subindikator yaitu ketersediaan sistem penilaian kinerja yang Obyektif dan terukur serta tersedianya proses promosi dan penempatan dalam jabatan yang terbuka dan transparan nilai rata-ratanya di bawah 4,00. Rendahnya nilai subindikator ini karena sebagian besar Instansi Pusat ataupun Pemerintah Daerah masih menggunakan DP3 sebagai alat menilai kinerja pegawai, Pengisian jabatan juga belum dilakukan secara transparan karena pengumuman tentang adanya promosi hanya terbatas dan tidak terbuka untuk umum. Tabel III.7. Nilai Rata-Rata Indikator Utama Transparansi Dalam Manajemen Sumberdaya Manusia Tingkat Nasional, Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah No Total Indikator/Sub Indikator PIAK Nasional Pusat Daerah 1.2. Transparansi dalam Manajemen SDM (0,159) 4,65 5,18 4, Tersedianya Proses Rekrutmen yang Terbuka dan Transparan (0,369) 6,69 7,42 5, Tersedianya Sistem Penilaian Kinerja yang Objektif dan Terukur (0,334) Tersedianya Proses Promosi dan Penempatan dalam Jabatan yang Terbuka dan Transparan (0,297) 3,59 3,45 3,73 3,30 4,35 2,24 Bila dilihat hasil penilaian PIAK 2011 pada Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah, dapat dilihat bahwa pada Pemerintah Daerah ketiga subindikator dari indikator transparansi dalam Manajemen SDM masih berada dibawah nilai minimal PIAK yang ditetapkan. Hal ini dikarenakan Pemerintah Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 16
31 2011 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi Daerah masih tergolong baru dalam penerapan sistem rekrutmen terbuka. Sebagian besar Pemerintah Daerah belum memberlakukan kontrak kinerja serta masih melakukan penilaian kinerja pegawai dengan menggunakan DP3. Hampir seluruh peserta masih belum memiliki job qualification yang nantinya digunakan dalam melaksanakan promosi dan pengisian jabatan di Pemerintah Daerah. Umumnya, untuk tingkat Kementerian inisiatif peningkatan transparansi dalam manajemen SDM lebih banyak berada di Sekretariat Jenderal. Penilaian PIAK untuk transparansi SDM juga memperhitungkan hal tersebut, sehingga yang dinilai adalah inisiatif yang benar-benar berada dalam lingkup kewenangannya saja. Berikut merupakan Instansi Pusat dan unit utama di Instansi Pusat yang mendapatkan nilai indikator transparansi manajemen SDM diatas nilai standar minimal yang telah ditetapkan Tabel III.8. Instansi Pusat dan Unit Utama dengan Nilai Indikator Transparansi Manajemen SDM di Atas 6 Peringkat Instansi Pusat: Instansi Pusat dan Unit Utama Nilai Total Indikator Transparansi Manajemen SDM Rekrutmen Terbuka Sub Indikator Penilaian Kinerja Terukur Proses Promosi Terbuka 1 Kementerian Pertanian 7,30 8,29 7,27 6,11 2 Kementerian Perindustrian 6,89 8,57 8,80 2,66 3 Kepolisian Negara Republik Indonesia 6,27 8,14 5,57 4,72 4 Kementerian Kehutanan 6,14 7,00 3,53 8,00 Unit Utama di Instansi Pusat 1 Badan Karantina Pertanian 7,78 8,29 8,20 6,67 2 Direktorat Jenderal Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Pertanian 7,60 8,29 6,20 8,33 3 Staf Sumber Daya Manusia Polri 7,43 8,14 8,80 5,00 4 Divisi Hubungan Masyarakat Polri 7,43 8,14 8,80 5,00 5 Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi 7,09 8,57 8,80 3,33 6 Staf Sarana dan Prasarana Polri 6,83 8,14 7,00 5,00 7 Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian 8 Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur 9 Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 10 Sekretariat Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral 6,79 8,57 8,80 2,33 6,79 8,57 8,80 2,33 6,52 8,29 7,40 3,33 6,40 8,00 3,80 7,33 11 Direktorat Jenderal Planologi 6,33 7,00 3,80 8,33 12 Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan 6,19 7,00 3,40 8,33 17 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
32 Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi 2011 Terdapat empat Instansi Pusat yang memiliki nilai diatas enam yaitu Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kementerian Kehutanan, namun bila dilihat per unit utama, terdapat 12 unit utama yang memiliki nilai di atas 6. Unit utama tersebut selain berasal dari empat instansi tersebut, juga ada yang berasal dari Kementerian Kehutanan dan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral. Dari dua belas unit utama tersebut, subindikator proses rekrutmen memiliki nilai yang hampir seragam (7,00 s.d. 8,57). sedangkan dua subindikator lainnya memiliki nilai variatif. Terkait penilaian terhadap subindikator tersedianya proses rekrutmen yang terbuka dan transparan, Staf Sumberdaya Manusia Polri merupakan salah satu unit utama yang memperoleh nilai diatas standar minimal. Dalam proses rekrutmen, Staf SDM Polri telah menerapkan prinsip sebagai berikut: 1. Bersih, tidak ada celah sama sekali bagi panitia, pejabat, calon dan keluarga calon untuk KKN; 2. Transparan, seluruh tahapan seleksi dilaksanakan secara terbuka dengan membuka diri terhadap pengawasan internal dan eksternal. Dalam seleksi melibatkan out sourcing pada tahapan berikut: a. Pemeriksaan administrasi oleh BAN-PT dan Diknas b. Pemeriksaan Kesehatan oleh IDI c. Ujian Akademik oleh Perguruan Tinggi Universitas Diponegoro d. Ujian Psikologis oleh himpunan psikologis Indonesia e. Ujian kemampuan jasmani oleh UNES (IKIP) bersih, transparan, akuntabel dan humanis. f. Akutabel, seluruh pelaksanaan dan hasil rekrutmen dan seleksi dapat dipertanggungjawabkan secara vertikal maupun horizontal, dan proses seleksi dianggap sebagai suatu sistem yang tidak tergantung kebijakan pejabat; 3. Humanis, memperlakukan calon siswa/taruna sebagai warga negara yang perlu dilayani dengan baik dan penuh kasih sayang selama mengikuti seleksi. Selain penerapan prinsip tersebut, dalam penerimaan taruna Akademi Polisi terdapat suatu sistem pengawasan yang dilakukan internal dan eksternal. Bentuk pengawasan internal dilakukan sebagai berikut: 1. Secara fungsional organisasi Polri oleh Irwasum Polri/Irwasda dan Div Propam Polri/Bid Propam Polda 2. Secara kepanitiaan oleh panitia pusat terhadap panitia daerah/sub panitia daerah dalam bentuk supervisi 3. Secara kepanitiaan oleh panitia pusat terhadap panitia daerah melalui kegiatan pelaporan secara berkala oleh panitia daerah yg kemudian dianalisis dan evaluasi dan dikaji ulang 4. Secara kepanitiaan oleh panitia daerah terhadap sub panitia daerah/pabanrim dalam bentuk supervisi 5. Pelaksanaan audit internal oleh panitia pusat/panitia daerah terhadap proses pelaksanaan penerimaan taruna Akademi Polisi Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 18
Direktorat Penelitian dan Pengembangan. Kamis, 4 Oktober 2012
Direktorat Penelitian dan Pengembangan Kamis, 4 Oktober 2012 Agenda A Pendahuluan B Metode Pelaksanaan PIAK 2012 C Hasil Penilaian Inisiatif Antikorupsi (PIAK) 2012 D Kesimpulan A.Pendahuluan 1. Latar
Lebih terperinciSOSIALISASI PENILAIAN INISIATIF ANTI KORUPSI 2011
SOSIALISASI PENILAIAN INISIATIF ANTI KORUPSI 2011 (PIAK 2011) 24 Februari 2011 AGENDA 1. Gambaran Singkat tentang PIAK 2. Sekilas Hasil Pelaksanaan PIAK 2010 3. Rencana Pelaksanaan PIAK 2011 1. Gambaran
Lebih terperinciINDIKATOR PENILAIAN INISIATIF ANTI KORUPSI (PIAK) 2011
INDIKATOR PENILAIAN INISIATIF ANTI KORUPSI (PIAK) 2011 Variabel Indikator Sub Indikator 1. Kode Etik 2. Transparansi Manajemen SDM 1. Ketersediaan Kode Etik 2. Ketersediaan Mekanisme Penerapan dan Pelembagaan
Lebih terperinciPengembangan Konsep PIAK Lanjutan 2011 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Tindak Pidana Korupsi mengamanahkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk melaksanakan tugas-tugas koordinasi dan supervisi
Lebih terperinciKUESIONER PENILAIAN INISIATIF ANTI KORUPSI 2011 DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI 2011
KUESIONER PENILAIAN INISIATIF ANTI KORUPSI 2011 DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI 2011 Kementerian/ Lembaga/ Pemprov / Pemkot : Unit Utama/SKPD : Petunjuk Umum - Semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Manfaat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hal yang menjadi kunci penting keberhasilan upaya pemberantasan korupsi pada suatu unit utama/lembaga adalah inisiatif dari internal unit utama sendiri. Beberapa inisiatif
Lebih terperinciLaporan. Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) 2009
Laporan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) 2009 Direktorat Penelitian dan Pengembangan 2010 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR LAMPIRAN... iii BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang...
Lebih terperinciPAPARAN HASIL Studi Prakarsa Anti Korupsi SPAK-BUMN 2011
PAPARAN HASIL Studi Prakarsa Anti Korupsi SPAK-BUMN 2011 Jakarta, 1 November 2011 Direktorat Penelitian dan Pengembangan Komisi Pemberantasan Korupsi AGENDA LATAR BELAKANG INDIKATOR SPAK-BUMN 2011 PELAKSANAAN
Lebih terperinci2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1507, 2017 KEMENKUMHAM. Kode Etik. Kode Perilaku Pegawai. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG KODE
Lebih terperinciSOSIALISASI PENILAIAN INISIATIF ANTI KORUPSI 2010 (PIAK 2010) Ruang Auditorium KPK 17 Maret 2010
SOSIALISASI PENILAIAN INISIATIF ANTI KORUPSI 2010 (PIAK 2010) Ruang Auditorium KPK 17 Maret 2010 AGENDA 1. Gambaran Singkat tentang PIAK 2. Sekilas Hasil Pelaksanaan 2009 3. Rencana Pelaksanaan PIAK 2010
Lebih terperinciKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN NOMOR : PER.068/DJ-P2HP/2011 TENTANG
Lebih terperinciBUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI
PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kesadaran Pegawai
Lebih terperinciKUESIONER PENILAIAN INISIATIF ANTI KORUPSI 2010 DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI 2010
KUESIONER PENILAIAN INISIATIF ANTI KORUPSI 2010 DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI 2010 Kementerian/Pemprov/Pemkot/Pemkab : Unit Utama : Petunjuk Umum - Semua pertanyaan
Lebih terperinci2017, No di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tenta
No.43, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. PPNPN. Tata Cara. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA
Lebih terperinci- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS
- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS A. KEMAJUAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Sebagai langkah strategis,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN
PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) 201168 PANDEGLANG 42212 PIAGAM AUDIT INTERN 1. Audit intern adalah kegiatan yang independen dan obyektif dalam
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 800-376 Tahun 2011 TENTANG KODE ETIK KHUSUS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN DITJEN KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM
Lebih terperinciRINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA
RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA A. Pendahuluan Alasan/pertimbangan penggantian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian
Lebih terperinci2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAKSANAAN PROMOSI JABATAN TERBUKA DI LINGKUN
No.1798, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Promosi Jabatan Terbuka. Pencabutan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PROMOSI JABATAN
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 125/DJ-PSDKP/2011 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 125/DJ-PSDKP/2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTUR
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN
BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,
Lebih terperinci2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya
No.1802, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Fungsional. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK
Lebih terperinciGubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL
KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.761, 2015 KEMEN.LHK. Harta Kekayaan Penyelenggara Negara. ASN. Laporan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.19/MenLHK-II/2015
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In
No.1421, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Kode Etik Pegawai. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN PENGAWAS PEMILIHAN
Lebih terperinci2017, No Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4
No.1037, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Penyampaian LHKN. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 120 Undangundang
Lebih terperinci2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem
No.449, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Kode Etik. Prinsip. Sanksi. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI
Lebih terperinci*40931 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 2004 (32/2004) TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
Copyright (C) 2000 BPHN PP 32/2004, PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA *40931 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 2004 (32/2004) TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinci2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.263, 2015 LIPI. Pegawai. Kode Etik. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 120 Undang-undang
Lebih terperinci2011, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negar
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.148, 2011 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Pembinaan. Pengembangan Karir. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG POLA PEMBINAAN
Lebih terperinci2017, No Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Penday
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.404, 2017 KEMENPAN-RB. Kode Etik. Kode Perilaku Pegawai. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 20/BC/2017 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 20/BC/2017 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS UNIT KEPATUHAN INTERNAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 20/BC/2017 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 20/BC/2017 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS UNIT KEPATUHAN INTERNAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI
Lebih terperinci-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.248, 2016 BPKP. Pengaduan. Penanganan. Mekanisme. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG MEKANISME
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,
PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG POLA PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG
Draft Final 10-12-2009 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN EKSTERNAL PENERIMAAN CALON ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.465, 2017 BPOM. Kode Etik. Kode Perilaku ASN. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN
Lebih terperinciBUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG
-1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN WAY KANAN
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT
- 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciMENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA
SALINAN PERATURAN NOMOR : PER 04/1VIBU/2012 TENTANG KODE ETIK APARATUR KEMENTERIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan aparatur Kementerian Badan Usaha Milik Negara yang bersih, berwibawa, dan
Lebih terperinciSetyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama
Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Irtama 2016 1 Irtama 2016 2 SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan internal adalah
Lebih terperinciOleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan
PROMOSI JABATAN MELALUI SELEKSI TERBUKA PADA JABATAN ADMINISTRATOR; TATA CARA PELAKSANAAN DAN KEMUNGKINAN PENERAPANNYA DILINGKUNGAN PEMERINTAH KAB. KOLAKA Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
RENCANA STRATEGIS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2006-2010 Sambutan Ketua BPK Pengelolaan keuangan negara merupakan suatu kegiatan yang akan mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dan bangsa
Lebih terperinci2011, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal; 4. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Moda
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.513, 2011 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Kode Etik. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG
GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI LINGKUP PEMERINTAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPeraturan...
- 1 - Menimbang PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH NARKOBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci9. Kementerian adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan yang selanjutnya disingkat Kementerian. BAB II TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP Pasal 2
DRAFT RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG KODE ETIK APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN
5 2013, No.640 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45/PERMENTAN/OT.140/4/2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKERTAS KERJA PENILAIAN WILAYAH BEBAS KORUPSI (WBK) KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI KATEGORI
LAMPIRAN II Permenkumham No. M.HH-01.PW.02.03 Tahun 2011 KERTAS KERJA PENILAIAN WILAYAH BEBAS KORUPSI (WBK) KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI NO KOMPONEN/SUB KOMPONEN KATEGORI PENILAIAN y/t; a/b/c/d/e NILAI
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pola Karier. Pedoman.
No.726, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pola Karier. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lemb
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.233, 2015 BSN. Pengaduan Masyarakat. Penanganan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam
Lebih terperinci2017, No Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat
No.943, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Penyampaian LHKPN. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYAMPAIAN
Lebih terperinciPERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)
PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) NO. 1. Judul Undang-undang tentang Pokok- Pokok kepegawaian
Lebih terperinci2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Re
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 103/PMK.09/2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DAN TINDAK LANJUT PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinci2015, No Mengingat : Pemerintah Penyelenggara Pendidikan Dan Pelatihan Teknis masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan
No.1114, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAN. Akreditasi. Lembaga Diklat Pemerintah. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN AKREDITASI
Lebih terperinci4.3 Strategi dan Kebijakan SKPD 1. Strategi Pembangunan
4.3 Strategi dan Kebijakan SKPD 1. Strategi Pembangunan Strategi merupakan kebijakan - kebijakan yang diambil dalam rangka mengimplementasikan agenda pembangunan pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Bima
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 45/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 45/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a.
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 2004 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 14 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG POLA KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.271, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Kode Etik. PNS. Kementerian. Hukum. HAM. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-07.KP.05.02
Lebih terperinciBAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN 3.1 Arah Strategi dan kebijakan Nasional Arah strategi dan kebijakan umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Melanjutkan pembangunan mencapai
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1094, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN. Kode Etik. Pegawai Negeri Sipil. Pembinaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG
PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinci2016, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketujuh Belas atas Peraturan Pemer
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.473, 2016 KEMENHUB. Ujian Dinas. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN UJIAN DINAS
Lebih terperinci2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
No.1494, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Pengawasan Internal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN INTERNAL PADA KEMENTERIAN AGAMA
Lebih terperinciPERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG
PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, SEKRETARIS
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENATAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN UNIT UTAMA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1
Kata Pengantar Reformasi birokrasi dilingkungan Kementerian Hukum dan HAM pada hakikatnya adalah perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung pelaksanaan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.192, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Harta Kekayaan. Penyelenggara Negara. Laporan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciSUBSTANSI DAN KONTEN NILAI DASAR, KODE ETIK DAN KODE PERILAKU ASN
SUBSTANSI DAN KONTEN NILAI DASAR, KODE ETIK DAN KODE PERILAKU ASN Teguh Kurniawan Kepala UPMA & SPI, FIA Universitas Indonesia teguh.kurniawan@ui.ac.id; http://kurniawans.id OUTLINE Pengertian Nilai Dasar,
Lebih terperinciPERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN KOMISI PEMBERANTASAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
No.862, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAN. Penyampaian dan Pengumuman LHKPN. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN DAN PENGUMUMAN
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL
PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENILAIAN KINERJA ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN SISTEM MANAJEMEN KINERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL
PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERAUKE, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman.
No.237, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciSOSIALISASI PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KESDM NOMOR 002.SJ TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PNS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BIRO KEPEGAWAIAN DAN ORGASNISASI SOSIALISASI PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KESDM NOMOR 002.SJ TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PNS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM YOGYAKARTA,
Lebih terperinciBERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Sistem Penanganan Pengaduan. Tindak Pidana Korupsi.
No.95, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Sistem Penanganan Pengaduan. Tindak Pidana Korupsi. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciTENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 124/SK/MENKES/V/2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PENGADUAN DI LINGKUNGAN BADAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.220, 2013 BADAN PUSAT STATISTIK. Kode Etik. Pegawai. PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK
Lebih terperinci