KANDUNGAN LOGAM BERAT Hg, Pb DAN Cr PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG HIJAU (Perna viridis L.) DI PERAIRAN KAMAL MUARA, TELUK JAKARTA DANDY APRIADI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KANDUNGAN LOGAM BERAT Hg, Pb DAN Cr PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG HIJAU (Perna viridis L.) DI PERAIRAN KAMAL MUARA, TELUK JAKARTA DANDY APRIADI"

Transkripsi

1 KANDUNGAN LOGAM BERAT Hg, Pb DAN Cr PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG HIJAU (Perna viridis L.) DI PERAIRAN KAMAL MUARA, TELUK JAKARTA DANDY APRIADI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul KANDUNGAN LOGAM BERAT Hg, Pb DAN Cr PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG HIJAU (Perna viridis L.) DI PERAIRAN KAMAL MUARA, TELUK JAKARTA Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini Bogor, Desember 2005 DANDY APRIADI C

3 ABSTRAK DANDY APRIADI. Kandungan Logam Berat Hg, Pb dan Cr Pada Air, Sedimen dan Kerang hijau (Perna viridis L.) di Perairan Muara Kamal, Teluk Jakarta. Dibimbing oleh ETTY RIANI dan HEFNI EFFENDI. Pencemaran di laut salah satunya disebabkan oleh logam berat. Logam berat merupakan bahan anorganik yang bersifat toksik dan dapat terakumulasi dalam tubuh biota air. Kerang hijau (Perna viridis L.) adalah biota yang digunakan sebagai bioindikator adanya pencemaran logam berat. Peneilitian ini dilaksanakan di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta dari bulan September hingga November peneiltian ini mengkaji kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr dalam air, sedimen dan kerang hijau (Perna viridis L.) dan melihat peranan parameter kualitas air terhadap kandungan logam berat di dalam tubuh kerang hijau (Perna viridis L.). Pengambilan contoh air, sedimen dan kerang hijau (Perna viridis L.) dilakukan di 3 stasiun dengan selang waktu pengambilan contoh adalah selama 1 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata kualitas Perairan Kamal Muara masih berada pada kisaran normal. Kandungan logam Hg, Pb dan Cr di kolom air berfluktuatif antara 0, ppm. Pada sedimen nilai rata-ratanya antara 0,019 13,15 ppm. Dan rata-rata nilai kandungan logam di dalam tubuh kerang hijau (Perna viridis L.) sebesar 0,062 47,813 ppm. Rata-rata nilai faktor konsentrasi dalam tubuh kerang hijau (Perna viridis L.) 64, ,40. logam Pb dan Cr cenderung diakumulatif tinggi dibanding dengan logam Hg oleh kerang hijau (Perna viridis L.). Hasil analisis PCA menunjukkan adanya peranan dari parameter kualitas perairan terhadap kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr di dalam tubuh kerang hijau (Perna viridis L.). Kata kunci : kerang hijau (Perna viridis L.), logam berat, akumulasi, Teluk Jakarta

4 KANDUNGAN LOGAM BERAT Hg, Pb DAN Cr PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG HIJAU (Perna viridis L.) DI PERAIRAN KAMAL MUARA, TELUK JAKARTA DANDY APRIADI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

5 SKRIPSI Judul Skripsi Nama NIM : Kandungan Logam Berat Hg, Pb dan Cr pada Air, Sedimen dan Kerang hijau (Perna viridis L.) di Perairan Muara Kamal, Teluk Jakarta : Dandy Apriadi : C Disetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Etty Riani. H, MS. Dr. Ir. Hefni Effendi M.Phil. NIP NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Dr. Ir. Kadarwan Soewardi NIP Tanggal Ujian : 9 Desember 2005

6 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala curahan rahmat dan hidayah-nya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Kandungan Logam Berat Hg, Pb dan Cr pada Air, Sedimen dan Kerang Hijau (Perna viridis L.) di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dr. Ir. Etty Riani, MS dan Bapak Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil selaku komisi pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan perbaikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Ir. Nurlisa A. Butet, M.Sc selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan, saran selama penulis menjalankan studi. 3. Bapak Ir. Agustinus Samosir M.Phil selaku dosen penguji tamu, dan Ibu Dr.Ir. Yunizar Ernawati, MS. Selaku dosen penguji dari Departemen MSP. 4. Papa, Mama, dan adik-adikku (Ary,Anggi) yang telah memberikan doa, perhatian, kasih sayang dan semangat selama dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bang Iwan Mulyawan dan Pak Maga yang telah banyak membantu penulis selama menjalani penelitian. 6. Rekan-rekan Atheners di Rumah Kita (bram, fery, oliz, dodie, moko, rudi, zahid, dian, jimmy, heriman) atas segala saran, pendapat dan dukungan selama penelitian. All of MeSePers dan teman-teman kost selama di IPB. Penulis menyadari skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, dan penulis berharap akan mendapat banyak masukan yang dapat digunakan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Bogor, Desember 2005 Dandy Apriadi

7 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 3 C. Tujuan... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA... 5 A. Kerang Hijau (Perna viridis L.)... 5 B. Logam Berat Air Raksa (Hg) Timbal (Pb) Khrom (Cr) C. Pencemaran Logam Berat Logam berat dalam perairan Logam berat dalam sedimen Logam berat dalam organisme air III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bahan dan Alat C. Prosedur Kerja Contoh air dan sedimen Contoh kerang hijau (Perna viridis L.) D. Analisa Data Deskriptif Faktor bioakumulasi/biokonsentrasi Principal Component Analysis (PCA) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Parameter fisika dan kimia a. Suhu b. Kekeruhan c. ph d. Salinitas Kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr di air Kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr di sedimen Kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr di kerang hijau Faktor konsentrasi Analisis hubungan fisika-kimia dengan kandungan logam berat pada kerang hijau (Perna viridis L.) ix x xii

8 B. Pembahasan V. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 50

9 DAFTAR TABEL Halaman 1. Logam di dalam Hidrosfer Parameter-parameter kualitas air, sedimen dan biota air yang diamati Hasil analisis Principal Component Analysis (PCA) untuk logam Hg terhadap semua ukuran tubuh kerang hijau Hasil analisis Principal Component Analysis (PCA) untuk logam Pb terhadap semua ukuran tubuh kerang hijau Hasil analisis Principal Component Analysis (PCA) untuk logam Cr terhadap semua ukuran tubuh kerang hijau Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Hg pada kerang hijau ukuran besar Koefisien variabel l dalam fungsi linear sumbu utama logam Hg pada kerang hijau ukuran sedang Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Hg pada kerang hijau ukuran kecil Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Pb pada kerang hijau ukuran besar Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Pb pada kerang hijau ukuran sedang Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Pb pada kerang hijau ukuran kecil Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Cr pada kerang hijau ukuran besar Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Cr pada kerang hijau ukuran sedang Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Cr pada kerang hijau ukuran kecil... 72

10 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Alur perumusan masalah penelitian Kerang hijau (Perna viridis L.) Peta lokasi pengambilan contoh air, sedimen dan kerang hijau Rata-rata suhu di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta Rata-rata kekeruhan (turbidity) di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta Rata-rata derajat keasaman (ph) di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta Rata-rata salinitas di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta Rata-rata kandungan logan berat Hg di kolom Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta Rata-rata kandungan logam berat Pb di kolom Perairan Muara Kamal, Teluk Jakarta Rata-rata kandungan logam berat Cr di kolom Perairan Kamal Muara Teluk Jakarta Rata-rata kandungan logam berat Hg di sedimen Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta Rata-rata kandungan logam berat Pb di sedimen Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta Rata-rata kandungan logam berat Cr di sedimen Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta Rata-rata kandungan logam berat Hg pada kerang hijau ukuran besar ( > 6 cm) Rata-rata kandungan logam berat Hg pada kerang hijau ukuran sedang ( 4 6 cm) Rata-rata kandungan logam berat Hg pada kerang hijau ukuran kecil (< 4 cm) Rata-rata kandungan logam berat Pb pada kerang hijau ukuran besar ( > 6 cm) Rata-rata kandungan logam berat Pb pada kerang hijau ukuran sedang ( 4 6 cm) Rata-rata kandungan logam berat Pb pada kerang hijau ukuran kecil (< 4 cm) Rata-rata kandungan logam berat Cr pada kerang hijau ukuran besar (> 6 cm)... 31

11 21. Rata-rata kandungan logam berat Cr pada kerang hijau ukuran sedang ( 4 6 cm) Rata-rata kandungan logam berat Pb pada kerang hijau ukuran kecil (< 4 cm) Rata-rata faktor logam berat Hg pada kerang hijau Rata-rata faktor logam berat Pb pada kerang hijau Rata-rata faktor logam berat Cr pada kerang hijau Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang hijau berukuran besar (> 6 cm) Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang hijau berukuran sedang (4-6 cm) Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang hijau berukuran kecil (< 4 cm) Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang hijau berukuran besar (> 6 cm) Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang hijau berukuran sedang (4-6 cm) Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang hijau berukuran kecil (< 4 cm) Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang hijau berukuran besar (> 6 cm) Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang hijau berukuran sedang (4-6 cm) Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang hijau berukuran kecil (< 4 cm)... 72

12 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kandungan logam berat (Hg,Pb dan Cr) pada kerang hijau (Perna viridis L.) di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta Kualitas air fisika dan kimia di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta Kandungan logam pada kolom air dan sedimen di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta Baku mutu air laut untuk biota laut berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun Prosedur analisis logam berat pada kerang hijau (Perna viridis L.) Prosedur analisis logam berat pada air laut Prosedur analisis logam berat pada sedimen Matriks korelasi dari analisa komponen utama (PCA) Hasil analisis Principal Componet Analysis (PCA)... 64

13 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri yang demikian pesat dewasa ini selain memberikan dampak yang positif juga memberikan dampak negatif. Dampak positif berupa perluasan lapangan pekerjaan dan pemenuhan kebutuhan hidup manusia, sedangkan dampak negatif yang muncul adalah penurunan kualitas perairan akibat buangan air limbah (pencemaran) yang melampaui ambang batas. Di suatu industri, limbah yang dihasilkan sangat bervariasi tergantung dari jenis dan ukuran industri, pengawasan pada proses industri, derajat penggunaan air, dan derajat pengolahan air limbah yang ada. Selain limbah cair, limbah padat (sampah) juga merupakan beban pencemaran yang dapat masuk ke perairan baik secara langsung maupun tak langsung. Pada limbah industri seringkali terdapat bahan pencemar yang sangat membahayakan seperti logam berat (Palar, 1994). Salah satu perairan laut yang kualitas perairannya sudah melewati batas ambang baku mutu kualitas perairan menurut kriteria Men LH (1988) adalah Teluk Jakarta. Sejak tahun 1972 Perairan Teluk Jakarta telah mengalami pencemaran bahan organik dan logam berat yang telah melampaui ambang batas (Kompas, 2004). Diduga penyebabnya adalah masukan (load) limbah ke dalam Perairan Teluk Jakarta yang dibawa oleh 13 sungai yang bermuara ke dalamnya. Adapun limbah yang masuk ke dalam perairan ini berasal dari kegiatan manusia yaitu kegiatan industri pengolahan (97,82 % yakni ,47 m 3 /tahun), domestik (2,17 % yakni ,90 m 3 /tahun) dan limbah industri pertanian (0,01% yakni 232,25 m 3 /tahun) (KPPL, 1997). Namun bukan hanya limbah bahan organik saja yang dihasilkan dari kegiatan manusia tersebut, tetapi limbah bahan beracun (anorganik) seperti logam berat juga terkandung di dalamnya. Logam berat yang masuk ke dalam perairan akan mencemari laut. Selain mencemari air, logam berat juga akan mengendap di dasar perairan yang mempunyai waktu tinggal (residence time) sampai ribuan tahun dan logam berat akan terkonsentrasi ke dalam tubuh makhluk hidup dengan proses bioakumulasi

14 dan biomagnifikasi melalui beberapa jalan yaitu: melalui saluran pernapasan, saluran makanan dan melalui kulit (Darmono, 2001). Jenis kerang-kerangan merupakan bioindikator pencemaran yang efisien untuk menduga pencemaran logam berat, karena merupakan filter feeder dan mempunyai toleransi yang besar terhadap tekanan ekologis yang tinggi. Kerang hijau (Perna viridis L.) merupakan salah satu jenis kerang-kerangan (moluska, kelas bivalvia) yang dapat bertahan hidup dan berkembang biak pada kondisi tekanan ekologis yang tinggi. Kemampuan dalam mengakumulasi logam berat di kerang hijau dapat digunakan untuk memperoleh gambaran tingkat pencemaran logam berat pada lingkungan dimana kerang hijau itu hidup. Penelitian mengenai logam berat dengan kerang hijau (Perna viridis L) sebagai bioindikator telah banyak dilakukan, diantaranya adalah pendugaan tingkat akumulasi logam berat Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni pada kerang hijau berukuran kurang dari 5 cm (Akbar, 2002 ) dan pada kerang hijau berukuran lebih dari 4,7 cm (Suryanto, 2002). Selain itu, penelitian yang dilakukan adalah pendugaan logam berat pada air dan sedimen (Tresnasari, 2001). Namun penelitian baru relatif belum didapatkan padahal logam berat diakumulasi dalam tubuh mahluk hidup sehingga diperlukan informasi terbaru mengenai logam berat dalam tubuh kerang hijau. Penelitian ini dilakukan sebagai tindak lanjut dalam pendugaan kandungan logam berat pada kerang hijau dengan tiga jenis logam berat yang berbeda yaitu Hg, Pb dan Cr sehingga diharapkan dapat memberikan informasi yang baru dan melengkapi hasil penelitian-penelitian terdahulu. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat kandungan logam logam berat di kolom perairan dan di sedimen. Penelitian ini bersifat pengamatan sesaat dan menginformasikan kondisi yang terjadi pada saat itu. Penelitian ini diperlukan karena pengaruh atau efek yang ditimbulkan sangat berbahaya bagi kesehatan manusia seperti kanker, penyakit itai-itai dan sebagainya. Seperti halnya kasus Buyat yang menyebabkan masyarakat sekitar Pantai Buyat mengalami gangguan kesehatan yang tidak bisa dianggap enteng. Penelitian kandungan logam berat pada kerang hijau perlu dilakukan mengingat kondisi Teluk Jakarta yang telah tercemar berat oleh bahan beracun dan berbahaya seperti logam berat (Kompas, 2004).

15 B. Perumusan Masalah Aktivitas manusia berupa kegiatan industri, rumah tangga, pertanian dan pertambangan menghasilkan buangan limbah yang tidak digunakan kembali yang menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (udara, air dan tanah). Bahan pencemar dari hasil kegiatan ini berupa bahan partikulat, bahan terlarut dan gasgas. Bahan pencemar ini akan bermuara pada suatu lingkungan perairan. Lingkungan perairan yang tercemar bahan-bahan tersebut akan mengalami penurunan kualitas air yang selanjutnya dapat mengganggu kesetimbangan ekologis yang ada termasuk kehidupan biotanya. Logam berat termasuk salah satu bahan pencemar yang dihasilkan dari kegiatan yang disebutkan di atas. Bahan ini dikategorikan ke dalam limbah bahan beracun berbahaya (B3) karena efek samping yang ditimbulkannya apabila masuk ke dalam tubuh organisme juga kepada manusia. Teluk Jakarta merupakan salah satu perairan yang telah mengalami penurunan kualitas air, yang diduga disebabkan oleh masuknya 13 sungai yang bermuara ke dalamnya, dan salah satunya adalah Sungai Kamal. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari Gambar 1. Aktivitas manusia Industri Rumah tangga Pertanian/pertambakan LImbah Udara Perairan Tanah Kualitas air (peningkatan kadar logam Hg,Pb dan Cr) Biota air (kerang hijau) Gambar 1. Alur perumusan masalah penelitian

16 C. Tujuan Penelitian ini bertujuan : 1. Menentukan kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr pada air, sedimen dan kerang hijau ukuran besar, sedang dan kecil. 2. Melihat peranan parameter kualitas air terhadap kandungan logam berat di dalam tubuh kerang hijau.

17 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerang hijau ( Perna viridis L.) Kerang hijau (Perna viridis L.) di Indonesia mempunyai nama yang berbeda-beda di setiap daerah, seperti Kijing (Jakarta), Kedaung (Banten) dan Kemudi Kapal (Riau). Di Malaysia dikenal dengan sebutan Siput Kudu, Chay Luan/Tham chay (Singapura), Ta Hong (Philipina) dan Hoi Mong Pong (Thailand) (Kastoro, 1988). Menurut Vakily (1989) kerang hijau (Green Mussels) diklasifikasikan sebagai berikut : Filum : Moluska Kelas : Bivalvia Subkelas : Lamellibranchia Ordo : Anisomyria Famili : Mytilidae Genus : Perna Spesies : Perna viridis L. Gambar 2. Kerang hijau (Perna viridis L.) Sumber : Kerang hijau adalah organisme yang dominan pada ekosistem litoral (wilayah pasang surut) dan sublitoral yang dangkal. Kerang hijau dapat hidup dengan subur pada perairan teluk, estuari, perairan sekitar area mangrove dan muara, dengan kondisi lingkungan yang dasar perairannya berlumpur campur

18 pasir, dengan cahaya dan pergerakan air yang cukup, serta kadar garam yang tidak terlalu tinggi (Setyobudiandi, 2000). Persyaratan yang baik menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1985) untuk kehidupan kerang hijau adalah perairan bersubstrat lumpur dengan metode bagan rakit tancap, kedalaman 3-10 m, kecepatan arus 25 cm/detik, salinitas dan suhu ºC. Berdasarkan cara memperoleh makanannya, moluska bivalvia digolongkan dalam kelompok filter feeder. Apabila makanan diperoleh dengan menyaring fitoplankton dari perairan yang ditempati, maka disebut sebagai suspension feeder. Apabila makanan atau bahan organik diambil dari substratum tempat hidupnya maka disebut sebagai deposit feeder (Setyobudiandi, 2000). Kerang hijau (Perna viridis L.) dewasa dapat menghasilkan telur lebih kurang 1,2 juta. Pemijahan ini terjadi akibat adanya rangsangan alami seperti perubahan suhu dan salinitas. Sel telur yang telah dibuahi akan berkembang dan menetas menjadi larva. Larva kerang hijau bersifat planktonik, yaitu melayang di air dan terbawa arus selama dua minggu. Larva akan mengalami beberapa kali perubahan bentuk (metamorphosa). Pada akhir stadia larva, kerang hijau akan mengalami perubahan cara hidup dari planktonik menjadi sessil (tinggal diam dan menempel). Pada saat itu apabila larva tidak mendapatkan substrat maka akan segera mati (Departemen Pertanian, 1985). Kecepatan tumbuh kerang hijau berkisar antara 0,7-1,0 cm per bulan (Direktorat Jenderal Perikanan, 1985). Menurut Roberts (1976) kelas bivalvia telah digunakan oleh ahli ekologi dalam menganalisis pencemaran air. Hal ini karena sifatnya yang menetap dan cara makan pada umumnya filter feeder, sehingga mempunyai kemampuan mengakumulasi bahan-bahan polutan seperti logam berat. B. Karakteristik Logam Berat Logam berasal dari kerak bumi berupa bahan-bahan murni organik dan anorganik. Secara alami siklus perputaran logam adalah dari kerak bumi ke lapisan tanah, ke mahluk hidup, ke dalam air, selanjutnya mengendap dan akhirnya kembali ke kerak bumi (Darmono, 1995). Istilah logam secara fisik mengandung arti suatu unsur yang merupakan konduktor listrik yang baik dan mempunyai konduktifitas panas, mempunyai rapatan, mudah ditempa, kekerasan dan keelektropositifan yang tinggi.

19 Meskipun demikian beberapa unsur (boron, silikon, germanium, arsen dan tellurium) yang diketahui sebagai metaloid, mempunyai satu atau lebih sifat-sifat tersebut. Tetapi dalam memisahkan tidak cukup dengan hanya membedakan kekhasan logam dan bukan logam. Lebih jauh, bentuk alotrofik dari beberapa unsur di garis batas mungkin juga memperlihatkan sifat-sifat yang berbeda (Wittman, 1979 in Connell dan Miller, 1995). Menurut Connell dan Miller (1995), logam berat adalah suatu logam dengan berat jenis lebih besar. Logam ini memiliki karakter seperti berkilau, lunak atau dapat ditempa, mempunyai daya hantar panas dan listrik yang tinggi dan bersifat kimiawi, yaitu sebagai dasar pembentukan reaksi dengan asam. Selain itu logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih besar dari 5 gr/cm 3, mempunyai nomor atom lebih besar dari 21 dan terdapat di bagian tengah daftar periodik. Logam berat adalah istilah yang digunakan secara umum untuk kelompok logam dan metaloid dengan densitas lebih besar dari 5 g/cm 3, terutama pada unsur seperti Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb dan Zn. Unsur-unsur ini biasanya erat kaitannya dengan masalah pencemaran dan toksisitas. Logam berat secara alami ditemukan pada batu-batuan dan mineral lainnya, maka dari itu logam berat secara normal merupakan unsur dari tanah, sedimen, air dan organisme hidup serta akan menyebabkan pencemaran bila konsentrasinya telah melebihi batas normal. Jadi konsentrasi relatif logam dalam media adalah hal yang paling penting (Alloway dan Ayres, 1993). Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek khusus pada mahluk hidup (Palar, 1994). Logam berat dapat menjadi bahan racun yang akan meracuni tubuh mahluk hidup, tetapi beberapa jenis logam masih dibutuhkan oleh mahluk hidup, walaupun dalam jumlah yang sedikit. Daya toksisitas logam berat terhadap makhluk hidup sangat bergantung pada spesies, lokasi, umur (fase siklus hidup), daya tahan (detoksikasi) dan kemampuan individu untuk menghindarkan diri dari pengaruh polusi. Toksisitas pada spesies biota dibedakan menurut kriteria sebagai berikut : biota air, biota darat, dan biota laboratorium. Sedangkan toksisitas menurut lokasi dibagi menurut kondisi tempat mereka hidup, yaitu daerah pencemaran berat, sedang, dan daerah nonpolusi. Umur biota juga sangat berpengaruh terhadap daya toksisitas logam, dalam hal ini yang umurnya muda lebih peka. Daya tahan makhluk hidup

20 terhadap toksisitas logam juga bergantung pada daya detoksikasi individu yang bersangkutan, dan faktor kesehatan sangat mempengaruhi (Palar, 1994). 1. Air raksa (Hg) Logam merkuri bernomor atom 80, berat atom 200,59, titik didih 356,9 o C, dan massa jenis 13,6 gr/ml (Reilly, 1991). Merkuri dalam perairan dapat berasal dari buangan limbah industri kelistrikan dan elektronik, baterai, pabrik bahan peledak, fotografi, pelapisan cermin, pelengkap pengukur, industri bahan pengawet, pestisida, industri kimia, petrokimia, limbah kegiatan laboratorium dan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan bahan baku bakar fosil (Suryadiputra, 1995). Merkuri terdapat dalam bentuk Hg (murni), Hg anorganik dan Hg organik (Darmono, 1995). Merkuri di alam umumnya terdapat sebagai metil merkuri yaitu bentuk senyawa organik (alkil merkuri atau metil merkuri) dengan daya racun tinggi dan sukar terurai dibandingkan zat asalnya. Bila terakumulasi metil merkuri dalam tubuh, akan mengakibatkan keracunan yang bersifat akut maupun kronis (Darmono, 1995). Akibat dari keracunan akut antara lain adalah mual, muntah-muntah, diare, kerusakan ginjal, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Keracunan kronis ditandai oleh peradangan mulut dan gusi, pembengkakan kelenjar ludah dan pengeluaran ludah secara berlebihan, gigi menjadi longgar dan kerusakan pada ginjal. Kadar maksimum merkuri untuk keperluan air baku air minum kurang dari 0,001 mg/l dan untuk kegiatan perikanan yang diperbolehkan kurang dari 0,002 mg/l (Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001). Merkuri yang masuk ke dalam perairan dapat masuk dan terakumulasi pada ikan-ikan dan makhluk air lainnya, termasuk ganggang dan tumbuhan air. Mekanisme masuknya merkuri ke dalam tubuh hewan air adalah melalui penyerapan pada permukaan kulit, melalui insang dan rantai makanan, sedangkan pengeluaran dari tubuh organisme perairan bisa melalui pemukaan tubuh atau insang atau melalui isi perut dan urine. Merkuri dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui tiga cara yaitu pernafasan (inhalasi), permukaan kulit dan paling banyak melalui makanan. Hal ini terjadi karena ikan-ikan yang telah terkontaminasi senyawa merkuri tersebut dikonsumsi oleh manusia sehingga merkuri terakumulasi dalam tubuh manusia. Penyerapan merkuri dalam manusia cenderung terkonsentrasi di dalam hati dan ginjal, karena di

21 dalam organ tersebut terdapat protein yang terdiri dari asam amino sistein (Fardiaz, 1992). Logam berat Hg berbahaya karena bersifat biomagnifikasi sehingga dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh organisme melalui rantai makanan. Organisme yang berada pada rantai yang paling tinggi (top carnivora) memiliki kadar merkuri yang lebih tinggi dibanding organisme di bawahnya. Logam berat dalam jumlah berlebihan dapat bersifat racun. Hal ini disebabkan karena terbentuknya senyawa merkaptida antara logam berat dengan gugus SH yang terdapat dalam enzim. Akibatnya aktifitas enzim tidak berlangsung. Toksisitas merkuri terhadap organisme perairan tergantung pada jenis, kadar efek sinergisantagonis dan bentuk fisika kimianya (Hutagalung, 1989). Merkuri yang paling toksik adalah bentuk alkil merkuri yaitu metil dan etil merkuri yang paling banyak digunakan untuk mencegah timbulnya jamur. Alkil merkuri, terakumulasi dalam hati dan ginjal yang dikeluarkan melalui cairan empedu. 2. Timbal (Pb) Timbal atau timah hitam adalah sejenis logam lunak berwarna cokelat dengan nomor atom 82, berat atom 207,19, titik cair 327,5º C, titik didih 1725º C, dan berat jenis 11,4 gr/ml (Reilly, 1991). Logam ini mudah dimurnikan sehingga banyak digunakan oleh manusia pada berbagai kegiatan misalnya pertambangan, industri dan rumah tangga. Pada pertambangan timbal berbentuk senyawa sulfida (PbS) Timbal (Pb) secara alami banyak ditemukan dan tersebar luas pada bebatuan dan lapisan kerak bumi. Di perairan logam Pb ditemukan dalam bentuk Pb 2+, PbOH +, PbHCO3, PbSO4 dan PbCO + (Perkins, 1977 in Rohilan, 1992). Pb 2+ di perairan bersifat stabil dan lebih mendominasi dibandingkan dengan Pb 4+ (GESAMP, 1985). Masuknya logam Pb ke dalam perairan melalui proses pengendapan yang berasal dari aktivitas di darat seperti industri, rumah tangga dan erosi, jatuhan partikel-partikel dari sisa proses pembakaran yang mengandung tetraetil Pb, air buangan dari pertambangan bijih timah hitam dan buangan sisa industri baterai (Palar, 1994). Logam Pb bersifat toksik pada manusia dan dapat menyebabkan keracunan akut dan kronis. Keracunan akut biasanya ditandai dengan rasa terbakar pada mulut, adanya rangsangan pada sistem gastrointestinal yang

22 disertai dengan diare. Sedangkan gejala kronis umumnya ditandai dengan mual, anemia, sakit di sekitar mulut, dan dapat menyebabkan kelumpuhan (Darmono, 2001). Fardiaz (1992) menambahkan bahwa daya racun dari logam ini disebabkan terjadi penghambatan proses kerja enzim oleh ion-ion Pb 2+. Penghambatan tersebut menyebabkan terganggunya pembentukan hemoglobin darah. Hal ini disebabkan adanya bentuk ikatan yang kuat (ikatan kovalen) antara ion-ion Pb 2+ dengan gugus sulphur di dalam asam-asam amino. Untuk menjaga keamanan dari keracunan logam ini, batas maksimum timbal dalam makanan laut yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI dan FAO adalah sebesar 2,0 ppm. Pada organisme air kadar maksimum Pb yang aman dalam air adalah sebesar 50 ppb (EPA, 1973 in Hutagalung 1984). 3. Khrom (Cr) Logam kromium bernomor atom 24, berat atom 51,996, titik cair 1875 o C, titik didih 2665 o C, dan massa jenis 7,19 gr/ml (Reilly, 1991). Kromium merupakan logam yang keras, tahan panas, elektropositif, dan merupakan penghantar panas yang baik. Di alam unsur ini tidak ada dalam bentuk logam murni. Sumber alami kromium sangat sedikit, yaitu batuan chromite (FeCr2O4) dan chromic oxide (Cr 2 O 3 ) (Novotny dan Olem, 1994). Di perairan alami kromium jarang ditemukan dan biasanya dalam bentuk kromium trivalent (Cr 3+ ) dan kromium hexavalent (Cr 6+ ). Sumber Cr 6+ berasal dari industri pelapisan logam dan produksi pigmen. Cr 3+ banyak terdapat dalam limbah industri pencelupan tekstil, keramik gelas, dan dari kegiatan penyamakan kulit. Organisme akuatik dapat terpapar oleh Cr melalui media itu sendiri, sedimen maupun makanan (Effendi, 2003). Toksisitas unsur Cr terhadap organisme perairan tergantung pada bentuk kromium, bilangan oksidasinya, dan ph (Hutagalung, 1991). Penurunan ph dan kenaikan suhu dapat meningkatkan toksisistas Cr 6+ terhadap organisme air. Toksisitas Cr 6+ lebih besar daripada toksisitas Cr 3+. Cr 6+ yang larut di dalam air sebagian besar diserap oleh ikan melalui insang sehingga akumulasinya paling banyak didapatkan pada insang daripada organ lainnya. Kadar kromium pada perairan tawar biasanya kurang dari 0,001 mg/l dan pada perairan laut sekitar 0,00005 mg/l. Kromium trivalen biasanya tidak ditemukan pada perairan tawar; sedangkan pada perairan laut sekitar 50% kromium merupakan kromium trivalen (McNeely et al., 1979 in Effendi, 2003). Kadar kromium yang diperkirakan aman

23 bagi kehidupan akuatik adalah sekitar 0,05 mg/l (Moore, 1991 in Effendi, 2003). Kadar kromium 0,1 mg/l dianggap berbahaya bagi kehidupan organisme laut (Effendi, 2003). Kadar maksimum kromium untuk keperluan air baku air minum dan kegiatan perikanan menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 adalah sebesar 0,05 mg/l. C. Pencemaran Logam Berat Menurut keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.02/MENKLH/I/1988 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran air dan udara adalah masuk dan dimasukannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air/udara dan atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas air/udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air/udara menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Bahan pencemar (polutan) adalah material atau energi yang dibuang ke lingkungan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan baik abiotik maupun biotik (Quano, 1993). Berdasarkan sumber, pencemaran dapat dibagi menjadi dua kelompok (Soegiharto, 1976), yakni : a. Dari laut, misalnya tumpahan minyak baik dari sumbernya langsung maupun hasil pembuangan kegiatan pertambangan di laut, sampah dan air ballast dari kapal tanker. b. Kegiatan darat melalui udara dan terbawa oleh arus sungai yang akhirnya bermuara ke laut. Berdasarkan sifatnya pollutan dibagi menjadi zat yang mudah terurai (biodegradable). Contoh zat yang mudah terurai adalah seperti sampah organik sedangkan zat yang sukar terurai (non biodegradable) contohnya adalah minyak dan logam berat (Odum, 1971). Pencemaran logam berat terhadap lingkungan perairan terjadi karena adanya suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut dalam kegiatan manusia, dan secara sengaja maupun tidak sengaja membuang berbagai jenis limbah beracun termasuk di dalamnya terkandung logam berat ke dalam lingkungan perairan. Sumber utama pemasukan logam berat berasal dari kegiatan pertambangan, cairan limbah rumah tangga, limbah dan buangan industri, limbah pertanian (Wittmann, 1979 in Connell dan Miller, 1995).

24 Menurut Bryan (1976) secara alamiah logam berat juga masuk ke dalam perairan dapat digolongkan sebagai: (1) pasokan dan daerah pantai, yang meliputi masukan dari sungai-sungai dan erosi yang disebabkan oleh gerakan gelombang dan gletser, (2) pasokan dari laut dalam, yang meliputi logam-logam yang dilepaskan gunung berapi di laut dalam dan dari partikel atau endapan oleh adanya proses kimiawi, (3) pasokan yang rnelampaui lingkungan dekat pantai yang meliputi logam yang diangkut ke dalam atmosfer sebagai partikel-partikel debu atau sebagai aerosol dan juga bahan yang dihasilkan oleh erosi gletser di daerah kutub dan diangkut oleh es-es yang mengambang. Logam berat termasuk sebagai zat pencemar karena sifatnya yang tidak dapat diuraikan secara biologis dan stabil, sehingga dapat tersebar jauh dari tempatnya semula (Dewi, 1996). Selanjutnya dikatakan bahwa ada dua hal yang menyebabkan logam berat digolongkan sebagai pencemar yang berbahaya, yaitu (1) tidak dihancurkan oleh mikroorganisme yang hidup di lingkungan dan (2) terakumulasi dalam komponen-komponen lingkungan, terutama air dengan membentuk senyawa kompleks bersama bahan organik dan anorganik secara adsorpsi dan kombinasi. 1. Logam berat dalam perairan Banyak logam berat yang bersifat toksik maupun esensial terlarut dalam air dan mencemari air tawar maupun air laut. Sumber pencemaran ini banyak berasal dari pertambangan, peleburan logam dan jenis industri lainnya, dan juga dapat berasal dari lahan pertanian yang menggunakan pupuk atau anti hama yang mengandung logam (Darmono, 2001). Pencemaran logam berat dapat merusak lingkungan perairan dalam hal stabilitas, keanekaragaman dan kedewasaan ekosistem. Dari aspek ekologis, kerusakan ekosistem perairan akibat pencemaran logam berat dapat ditentukan oleh faktor kadar dan kesinambungan zat pencemar yang masuk dalam perairan, sifat toksisitas dan bioakumulasi. Pencemaran logam berat dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur komunitas perairan, jaringan makanan, tingkah laku, efek fisiologi, genetik dan resistensi ( Moriarty, 1987 in Racmansyah et al., 1998). Logam-logam berat yang terlarut dalam badan perairan pada konsentrasi tertentu akan berubah fungsi menjadi sumber racun bagi kehidupan perairan. Meskipun daya racun yang ditimbulkan oleh satu logam berat terhadap semua biota perairan tidak sama, namun hilangnya sekelompok organisme tertentu

25 dapat menjadikan terputusnya satu mata rantai kehidupan. Pada tingkat lanjutan, keadaan tersebut tentu saja dapat menghancurkan satu tatanan ekosistem perairan (Palar, 1994). Secara alamiah, unsur logam berat terdapat di seluruh alam, namun dalam kadar yang sangat rendah (Hutagalung,1984). Kadar logam dapat meningkat bila limbah perkotaan, pertambangan, pertanian dan perindustrian yang banyak mengandung logam berat masuk ke dalam perairan alami melalui saluran pembuangan. Logam berat yang sangat beracun ini tahan lama dan sangat banyak terdapat di lingkungan. Logam berat tersebut adalah raksa (Hg), timah hitam (Pb), Arsen (As), Kadmium (Cd), kromium (Cr) dan Nikel (Ni). Tabel 1. Logam di dalam Hidrosfer Logam Air Tawar (mg/l) Air laut (mg/l) Hg 0,001 3,5 0,03 2,7 Pb 0, ,13 13 Cr 0,1 6 0,2 50 As 0,001 3,5 0,03 2,7 Cd 0,01 3 0,01 4 Ni 0, Sumber : Bowen, 1979 in Alloway dan Ayres, Logam berat dalam sedimen Sedimen berasal dari kerak bumi yang diangkut melalui proses hidrologi dari suatu tempat ke tempat lain, baik secara vertikal ataupun horizontal (Friedman dan Sanders, 1978). Sedimen terdiri dari beberapa komponen dan banyak sedimen merupakan pencampuran dari komponen-komponen tersebut. Komponen tersebut bervariasi, tergantung dari lokasi, kedalaman dan geologi dasar (Forstner dan Wittman, 1983). Sedimen terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang berpengaruh negatif terhadap kualitas air. Bahan organik berasal dari biota atau tumbuhan yang membusuk lalu tenggelam ke dasar dan bercampur dengan lumpur. Bahan anorganik umumnya berasal dari pelapukan batuan. Sedimen hasil pelapukan batuan terbagi atas : kerikil, pasir, Lumpur dan liat. Butiran kasar banyak dijumpai dekat pantai, sedangkan butiran halus banyak di perairan dalam atau perairan yang relatif tenang.

26 Hutabarat dan Evans (1985), telah membagi sedimen berdasarkan ukuran diameter butiran, yaitu batuan (boulders), kerikil ( (gravel), pasir sangat kasar (very coarse sand), pasir kasar (coarse sand), pasir halus (fine sand), pasir sangat halus (very fine sand), pasir (medium sand), lumpur (silt), liat (clay) dan bahan terlarut (dissolved material). Bahan partikel yang tidak terlarut seperti pasir, lumpur, tanah dan bahan kimia anorganik dan organik menjadi bahan yang tersuspensi di dalam air, sehingga bahan tersebut menjadi penyebab pencemaran tertinggi dalam air. Keberadaan sedimen pada badan air mengakibatkan peningkatan kekeruhan perairan yang selanjutnya menghambat penetrasi cahaya yang dapat menghambat daya lihat (visibilitas) organisme air, sehingga mengurangi kemampuan ikan dan organisme air lainnya untuk memperoleh makanan, pakan ikan menjadi tertutup oleh lumpur. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya kerja organ pernapasan seperti insang pada organisme air dan akan mengakumulasi bahan beracun seperti pestisida dan senyawa logam. Pada sedimen terdapat hubungan antara ukuran partikel sedimen dengan kandungan bahan organik. Pada sedimen yang halus, presentase bahan organik lebih tinggi dari pada sedimen yang kasar. Hal ini berhubungan dengan kondisi lingkungan yang tenang, sehingga memungkinkan pengendapan sedimen lumpur yang diikuti oleh akumulasi bahan organik ke dasar perairan. Sedangkan pada sedimen yang kasar, kandungan bahan organiknya lebih rendah karena partikel yang lebih halus tidak mengendap. Demikian pula dengan bahan pencemar, kandungan bahan pencemar yang tinggi biasanya terdapat pada partikel sedimen yang halus. Hal ini diakibatkan adanya daya tarik elektrokimia antara partikel sedimen dengan partikel mineral (Boehm, 1987). 3. Logam berat dalam organisme air Organisme air sangat dipengaruhi oleh keberadaan logam berat di dalam air, terutama pada konsentrasi yang melebihi batas normal. Organisme air mengambil logam berat dari badan air atau sedimen dan memekatkannya ke dalam tubuh hingga kali lebih besar dari lingkungan. Akumulasi melalui proses ini disebut bioakumulasi. Kemampuan organisme air dalam menyerap (absorpsi) dan mengakumulasi logam berat dapat melalui beberapa cara, yaitu melalui saluran pernapasan (insang), saluran pencernaan dan difusi permukaan kulit (Mandibelli, 1976 in Hutagalung, 1991 ; Darmono, 2001).

27 Namun sebagian besar logam berat masuk ke dalam tubuh organisme air melalui rantai makanan dan hanya sedikit yang diambil air (Waldichuck, 1974). Akumulasi dalam tubuh organisme air dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pencemar dalam air, kemampuan akumulasi, sifat organisme (jenis, umur dan ukuran) dan lamanya pernapasan.

28 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dari bulan September sampai dengan bulan Desember Kegiatan penelitian meliputi pengamatan di lapang dari bulan September sampai dengan bulan November 2004 dan analisa laboratorium dilaksanakan pada bulan Desember Kegiatan analisis contoh dilakukan di Laboratorium Proling dan Laboratorium Lingkungan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, serta Laboratorium Terpadu, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Pengambilan contoh air, sedimen serta kerang hijau (Perna viridis L.) dlakukan di tiga stasiun Perairan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Stasiun-stasiun tersebut adalah stasiun I berada 1000 m (06º 05' 12.0" S dan 106º 43' 51.9" E) dari muara sungai, stasiun II berada 2000 m (06º 05' 01.9" S dan 106º 45' 10.2" E) dari muara sungai dan stasiun III berada pada jarak 3000 m (06º 04' 26.6" S dan 105º 45' 11.6" E) dari muara sungai (Gambar 3). Gambar 3. Peta lokasi pengambilan contoh air, sedimen dan kerang hijau

29 B. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biota air berupa kerang hijau berukuran kecil (< 4 cm), sedang (4-6 cm) dan besar (> 6 cm) yang diambil dari setiap stasiun pengamatan, contoh air, sedimen, air destilasi, dan bahan kimia, baik untuk analisis logam berat, analisis kualitas air maupun untuk keperluan pengawetan. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah botol Van Dorn, botol sampel, freezer, peralatan analisis kimia di laboratorium, ph meter, thermometer Hg, alat bedah dan AAS (Atomic Absorption Spectroscopy). C. Prosedur Kerja 1. Contoh air dan sedimen Pengambilan contoh air dilakukan dengan menggunakan perahu nelayan yang disesuaikan dengan stasiun pengamatan di lokasi budidaya kerang hijau. Contoh air diambil pada lapisan permukaan dengan menggunakan botol Van Dorn kemudian dimasukkan ke dalam botol polyetilen. Contoh air yang telah diambil dibagi dua botol yaitu botol pertama untuk analisa kekeruhan dan salinitas. Sedangkan botol kedua untuk logam berat yang ditambahkan dengan pengawet HNO 3 pekat sebanyak 10 tetes hingga ph contoh air laut berada di bawah 2. Pada setiap stasiun pengamatan, selain dilakukan pengambilan contoh air, juga dilakukan pengambilan contoh sedimen. Pengambilan sedimen dilakukan dengan menggunakan Petersen Grab, sedimen yang diambil dibagian tengah dari sisi dinding grab untuk menghindari adanya kontaminasi logam dari penggunaan Petersen Grab. Sedimen dasar diambil sebanyak ± 200 gr dari tiap stasiun. Kemudian sampel tersebut dimasukan ke dalam kantong plastik dan selanjutnya diukur kandungan logam berat (Hg, Pb dan Cr) dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectroscopy). 2. Contoh kerang hijau Selain dilakukan pengambilan sampel air dan sedimen, pada penelitian ini juga dilakukan pengambilan sampel biota air berupa kerang hijau. Pengambilan contoh kerang hijau dilakukan tiga kali dalam selang waktu satu bulan. Contoh kerang hijau diambil pada satu tali tempat kerang hijau di setiap stasiun dan

30 dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk mencegah kontaminasi logam selama pengangkutan ke laboratorium dan dimasukkan kedalam ice box. Kerang hijau dibagi atas tiga kelompok ukuran panjang yaitu, ukuran kecil (< 4 cm), sedang (4 6 cm) dan besar (> 6 cm). Penetapan ini berdasarkan pada ukuran kerang yang dikelompokkan di pasar. Pengambilan sampel biota air ini dilakukan untuk melihat kandungan logam berat. Untuk keperluan ini dibutuhkan kerang hijau sebanyak 25 gr daging kerang yang telah dibedah dan dibungkus dengan alumunium, kemudian dimasukkan kedalam freezer pada suhu -29 ºC sampai siap untuk dianalisa. Pengeringan pada suhu rendah bertujuan untuk menghindari penguapan logam berat dan menjaga daging kerang hijau dari kerusakan. Analisis kandungan logam Hg, Pb dan Cr dilakukan di laboratorium dengan menggunakan AAS. Untuk lebih jelasnya parameter-parameter kualitas air, sedimen dan biota yang diamati, alat yang digunakan dan tempat dilakukan analisis pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Parameter-parameter kualitas air, sedimen dan biota air yang diamati. PARAMETER SATUAN METODE ANALISIS TEMPAT ANALISIS Kualitas Air Fisika Air 1. Suhu air o C Pemuaian Lapangan 2. Kekeruhan NTU Nephelometrik Lapangan 3. Salinitas Ion-ion terlarut Lapangan Kimia Air 1. ph - Komparasi warna Lapangan 2. Hg mg/l Serapan atom Laboratorium 3. Pb mg/l Serapan atom Laboratorium 4. Cr mg/l Serapan atom Laboratorium Sedimen Kimia Sedimen 1. Hg mg/l Serapan atom Laboratorium 2. Pb mg/l Serapan atom Laboratorium 3. Cr mg/l Serapan atom Laboratorium Biota Kimia Biota 1. Hg mg/l Serapan atom Laboratorium 2. Pb mg/l Serapan atom Laboratorium 2. Cr mg/l Serapan atom Laboratorium

31 D. Analisis Data 1. Deskriptif Penggambaran perubahan nilai parameter fisika-kimia dan kandungan logam berat di dalam perairan, di sedimen dan di dalam tubuh kerang hijau yang diperoleh selama pengamatan berlangsung. 2. Faktor bioakumulasi/biokosentrasi Pendugaan kandungan logam berat dalam daging kerang hijau dengan kandungan logam berat di air, dilakukan dengan mencari Indeks Faktor Kosentrasi (FK) (Van Esch, 1977 in Prartono, 1985) : FK = Kadar logam berat daging kerang hijau (mg/l) Kadar logam berat dalam air laut (mg/l) 3. Principal Component Analysis (PCA) Untuk melihat peranan faktor-faktor fisika dan kimia terhadap kandungan logam berat di dalam tubuh kerang hijau digunakan analisis komponen utama (PCA). Analisis komponen utama adalah suatu teknik ordinasi yang memproyeksikan dispersi matriks data multidimensional dalam suatu bidang datar dengan cara mereduksi ruang, maka diperoleh sumbu-sumbu baru yang mempresentasikan secara optimal sebagian besar variabilitas data matriks dimensional, sehingga dapat ditemukan hubungan antara variabel dan hubungan antar objek (Legandre dan Legandre, 1983). Analisis ini membagi matrik korelasi parameter menjadi beberapa komponen, kemudian menyusun keragaman komponen yang bersangkutan dari yang terbesar pada sumbu komponen utama sehingga didapatkan distribusi spasial parameter fisika dan kimia pada stasiun atau lokasi pengamatan.

32 Menurut Bengen (1998) data matriks (baris = stasiun, kolom = parameter) ditransformasikan dengan rumus, a ij = X ij X N ( X ij X ) j= 1 2 Keterangan : a ij = elemen matriks A (setelah sdistandarisasi) X ij = elemen matriks X (sebelum distandarisasi) X = rata rata baris i = stasiun pengamatan (1, 2 dan 3) j = nilai parametr fisika-kimia dan kandungan logam berat di di dalam tubuh kerang hijau Prinsip Analisa Komponen Utama adalah mentransformasi parameter kuantitatif inisial yang berkorelasi dalam parameter kuantitatif baru yang disebut komponen utama (Bengen, 1998). Analisa Komponen Utama (Principal Component Analysis) ini menggunakan software stastistika 6.0.

33 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Parameter fisika dan kimia a. Suhu Nilai rata-rata suhu perairan (Gambar 4) di tiap stasiun menunjukkan kisaran antara 31,33 31,67 ºC, dengan suhu tertinggi 32 ºC dan terendah 31 ºC. Pengukuran suhu dilakukan mengingat pentingnya parameter ini dalam mempelajari proses-proses fisika, kimia dan biologi. Pada biota atau organisme yang hidup di suatu perairan, suhu mempengaruhi proses-proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh kerang hijau. Peningkatan suhu dapat menyebabkan penurunan daya larut oksigen terlarut dan juga akan menaikkan daya racun bahan-bahan tertentu. Suhu air terutama di lapisan permukaan ditentukan oleh pemanasan matahari yang intesitasnya berubah terhadap waktu, oleh karena itu suhu air laut akan seirama dengan perubahan intensitas penyinaran matahari Suhu ( º C) (St 1) (St 2) (St 3) Jarak (m) Gambar 4. Rata-rata suhu di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta b. Kekeruhan Nilai rata-rata kekeruhan (turbidity) pada Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta selama pengamatan berkisar antara 2,75 5,63 NTU. Nilai kekeruhan tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu sebesar 5,99 NTU dan terendah pada stasiun 1 yaitu sebesar 2,2 NTU. Pada umumnya perairan laut mempunyai nilai kekeruhan yang rendah dibandingkan dengan perairan tawar (Effendi, 2003).

34 Kekeruhan menggambarkan sifat optis perairan dalam menyerap sinar matahari yang masuk kedalam perairan. Kekeruhan biasanya disebabkan oleh partikel tersuspensi, partikel koloid, fitoplankton Turbidity (NTU (St 1) 5.63 (St 2) 3.45 (St 3) Jarak (m) Gambar 5. Rata-rata kekeruhan (turbidity) di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta c. ph Secara umum nilai derajat keasaman (ph) pada Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta di tiap stasiun selama pengamatan tidak berbeda secara signifikan. Hal ini disebabkan sifat dari air laut yang mempunyai sistem buffer atau penyangga, sehingga mampu mengendalikan sifat asam atau basa yang masuk ke dalam perairan. Kisaran nilai derajat keasaman yang diperoleh antara 7 8. Nilai derajat keasaman (ph) ini masih berada pada kadar alamiah untuk perairan laut yaitu 7,0 8,0. Kondisi ph pada perairan dapat dijadikan sebagai indikator kualitas perairan. Batasan nilai ph telah ditentukan oleh kantor Kementerian Negara Kependudukan dan Lingkungan hidup No. 51 Tahun 2004 yakni 6,5 8.

35 ph (St 1) 7.8 (St 2) 7 (St 3) Jarak (m) d. Salinitas Gambar 6. Rata-rata derajat keasaman (ph) di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta Rata-rata nilai salinitas (Gambar 7) pada Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta selama pengamatan adalah Nilai salinitas tertinggi terdapat pada stasiun 2 dan 3 yang letaknya 3000 m dan 4000 m dari muara yakni 35. Sedangkan nilai salinitas terendah selama pengamatan adalah 33. Dilihat dari nilai salinitasnya selama pengamatan Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta masih berada pada kisaran normal salinitas untuk air laut yaitu Nilai salinitas di perairan tersebut masih baik untuk perkembangan biologis kerang hijau yaitu Salinitas ( ) (St 1) 35 (St 2) 35 (St 3) Jarak (m) Gambar 7. Rata-rata salinitas di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta

36 3. Kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr di air Kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr di kolom air selama pengamatan dapat di lihat pada Gambar 8 hingga Gambar 10 Konsentrasi logam Hg (mg/ (S t 2) (St 1) (St 3) Jarak (m) Gambar 8. Rata-rata kandungan logan berat Hg di kolom Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta Selama pengamatan kandungan logam berat Hg di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta mempunyai berkisar antara 0, ,00021 mg/l. Rata-rata kandungan logam berat Hg di stasiun 1 sebesar 0,00009 mg/l, di stasiun 2 sebesar 0, mg/l dan di stasiun 3 sebesar 0, mg/l. Pada Gambar 8 terlihat adanya peningkatan rata-rata kandungan logam berat dari stasiun 1 ke stasiun 2, kemudian mengalami penurunan di stasiun 3. Jika dibandingkan dengan baku mutu yang dikeluarkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 nilai ambang batas untuk logam berat Hg di perairan, khususnya untuk biota adalah 0,001 mg/l, maka kandungan logam berat Hg di Perairan Kamal Muara masih di bawah ambang batas.

KANDUNGAN LOGAM BERAT Hg, Pb DAN Cr PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG HIJAU (Perna viridis L.) DI PERAIRAN KAMAL MUARA, TELUK JAKARTA DANDY APRIADI

KANDUNGAN LOGAM BERAT Hg, Pb DAN Cr PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG HIJAU (Perna viridis L.) DI PERAIRAN KAMAL MUARA, TELUK JAKARTA DANDY APRIADI KANDUNGAN LOGAM BERAT Hg, Pb DAN Cr PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG HIJAU (Perna viridis L.) DI PERAIRAN KAMAL MUARA, TELUK JAKARTA DANDY APRIADI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam timbal atau Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya

Lebih terperinci

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang beratnya lebih dari 5g, untuk setiap cm 3 -nya. Delapan puluh jenis dari 109 unsur kimia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tipe Estuari dan Debit Sungai. Tipe estuari biasanya dipengaruhi oleh kondisi pasang surut. Pada saat pasang, salinitas perairan akan didominasi oleh salinitas air laut karena

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Logam Berat Timbal (Pb)

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Logam Berat Timbal (Pb) 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Logam Berat Timbal (Pb) Logam berat adalah unsur unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm 3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 11 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Muara Kamal pada bulan Agustus Oktober 2011. Analisis preparasi sampel dilakukan di Laboratorium Produktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. buang tanpa adanya pengolahan limbah yang efesien dan terbuang mengikuti arus

BAB 1 PENDAHULUAN. buang tanpa adanya pengolahan limbah yang efesien dan terbuang mengikuti arus BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indramayu merupakan salah satu daerah yang penduduknya terpadat di Indonesia, selain itu juga Indramayu memiliki kawasan industri yang lumayan luas seluruh aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas manusia berupa kegiatan industri, rumah tangga, pertanian dan pertambangan menghasilkan buangan limbah yang tidak digunakan kembali yang menjadi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumber kekayaan yang sangat melimpah yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat merupakan salah satu masalah penting yang sering terjadi di perairan Indonesia, khususnya di perairan yang berada dekat dengan kawasan industri,

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Perairan Teluk Jakarta secara geografis terletak pada 5º56 15 LS-6º55 30

2. TINJAUAN PUSTAKA. Perairan Teluk Jakarta secara geografis terletak pada 5º56 15 LS-6º55 30 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Geografis Teluk Jakarta Perairan Teluk Jakarta secara geografis terletak pada 5º56 15 LS-6º55 30 LS dan 106º43 00 BT-106º59 30 BT dan terletak di sebelah utara ibukota

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. seperti kijing, kaung-kaung, kapal kapalan, kedaung dan kemudi kapal. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. seperti kijing, kaung-kaung, kapal kapalan, kedaung dan kemudi kapal. Menurut 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerang Hijau (Perna Viridis ) Kerang hijau (Perna virisis) memiliki nama yang berbeda di Indonesia seperti kijing, kaung-kaung, kapal kapalan, kedaung dan kemudi kapal. Menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hewan air jenis kerang-kerangan (bivalvia) atau jenis binatang lunak

TINJAUAN PUSTAKA. Hewan air jenis kerang-kerangan (bivalvia) atau jenis binatang lunak TINJAUAN PUSTAKA Kerang Darah (Anadara granosa) Hewan air jenis kerang-kerangan (bivalvia) atau jenis binatang lunak (moluska), baik jenis klam (kerang besar) atau oister (kerang kecil), pergerakannya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam

PENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam PENDAHULUAN Latar Belakang Logam dan mineral lainnya hampir selalu ditemukan dalam air tawar dan air laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam logam baik logam ringan

Lebih terperinci

2.2. Struktur Komunitas

2.2. Struktur Komunitas 5 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makrozoobentos Hewan bentos dibagi dalam tiga kelompok ukuran, yaitu makrobentos (ukuran lebih dari 1,0 mm), meiobentos (ukuran antara 0,1-1 mm) dan mikrobentos (ukuran kurang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Proses adsorpsi antar partikel tersuspensi dalam kolom air terjadi karena adanya muatan listrik pada permukaan partikel tersebut. Butir lanau, lempung dan koloid asam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah di sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir Kalimantan Barat Parameter oseanografi sangat berperan penting dalam kajian distribusi kontaminan yang masuk ke laut karena komponen fisik

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran logam berat sangat berbahaya bagi lingkungan. Banyak laporan yang memberikan fakta betapa berbahayanya pencemaran lingkungan terutama oleh logam berat

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia yang sangat tinggi telah menimbulkan banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan pembangunan, terutama di sektor industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Panggang adalah salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu yang memiliki berbagai ekosistem pesisir seperti ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Suatu lingkungan dikatakan tercemar apabila telah terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Sebagian besar bumi terdiri atas air karena luas daratan lebih kecil dibandingkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan Menurut Odum (1971), pencemaran adalah perubahan sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air. Sedangkan menurut Saeni

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau Maninjau merupakan danau yang terdapat di Sumatera Barat, Kabupaten Agam. Secara geografis wilayah ini terletak pada ketinggian 461,5 m di atas permukaan laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut Ekosistem yaitu suatu lingkungan tempat berlangsungnya reaksi timbal balik antara makhluk dan faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling Tabel V.9 Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling A B C A B C 1 0,062 0,062 0,051 0,076 0,030 0,048

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah sekitarnya. Oleh karena

Lebih terperinci

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi kehidupan. Perairan memiliki fungsi baik secara ekologis, ekonomis, estetika, politis,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akibatnya air mengalami penurunan akan kualitasnya. maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda-beda.

I. PENDAHULUAN. akibatnya air mengalami penurunan akan kualitasnya. maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda-beda. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran air dapat diartikan sebagai masuknya suatu mahluk hidup, zat cair atau zat padat, suatu energi atau komponen lain ke dalam air. Sehingga kualitas air menjadi

Lebih terperinci

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA BAB. II TINJAUAN PUSTAKA A. Keadaan Teluk Youtefa Teluk Youtefa adalah salah satu teluk di Kota Jayapura yang merupakan perairan tertutup. Tanjung Engros dan Tanjung Hamadi serta terdapat pulau Metu Debi

Lebih terperinci

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dengan semakin meluasnya kawasan pemukiman penduduk, semakin meningkatnya produk industri rumah tangga, serta semakin berkembangnya Kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program pembangunan Indonesia yang dewasa ini sedang berkembang diwarnai dengan pertambahan penduduk dan kebutuhan pangan yang terus meningkat. Sumberdaya perairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi terutama bidang industri di Indonesia memiliki dampak yang beragam. Dampak positifnya adalah pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat, di sisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kadmium (Cd) merupakan logam berat yang banyak ditemukan di lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi pada konsentrasi yang rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari aktivitas industri merupakan masalah besar yang banyak dihadapi oleh negaranegara di seluruh dunia.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teluk Jakarta merupakan salah satu wilayah pesisir di Indonesia yang di dalamnya banyak terdapat kegiatan, seperti pemukiman, perkotaan, transportasi, wisata, dan industri.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Bagi biota air, air berfungsi sebagai media baik internal maupun

I. PENDAHULUAN. perikanan. Bagi biota air, air berfungsi sebagai media baik internal maupun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok dalam pengembangan industri budidaya perikanan. Bagi biota air, air berfungsi sebagai media baik internal maupun eksternal. Sebagai media

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA

bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA II. TELAAH PUSTAKA Limbah cair tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dari tahap pengkanjian, penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 51' 30 BT perairan tersebut penting di Sumatera Utara. Selain terletak di bibir Selat

BAB I PENDAHULUAN. 51' 30 BT perairan tersebut penting di Sumatera Utara. Selain terletak di bibir Selat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan Bagan Asahan yang terletak pada koordinat 03 01' 00 LU dan 99 51' 30 BT perairan tersebut penting di Sumatera Utara. Selain terletak di bibir Selat Malaka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi menimbulkan permasalahan bagi kelestarian lingkungan hidup. Aktivitas manusia dengan berbagai fasilitas

Lebih terperinci

dari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan

dari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Republik Indonesia berupa perairan laut yang letaknya sangat strategis. Perairan laut Indonesia dimanfaatkan sebagai sarana perhubungan lokal maupun Internasional.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerang hijau Perna viridis memiliki kandungan gizi yang cukup baik untuk konsumsi masyarakat, karena mengandung nilai gizi yang tinggi yaitu protein 20,1%, karbohidrat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan

PENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Batam sebagai salah satu daerah industri yang cukup strategis, membuat keberadaan industri berkembang cukup pesat. Perkembangan industri ini di dominasi oleh industri berat

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Alat dan Bahan Penelitian DO Meter ph Meter Termometer Refraktometer Kertas Label Botol Sampel Lampiran 1. Lanjutan Pisau Cutter Plastik Sampel Pipa Paralon Lampiran 2. Pengukuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Chlorella SP 1. Klasifikasi Penamaan Chlorella sp karena memiliki kandungan klorofil yang tinggi dan juga merupakan produsen primer dalam rantai makanan (Sidabutar, 1999).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota

I. PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota Propinsi Lampung terletak di bagian ujung selatan Pulau Sumatera. Secara geografis, Propinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan industri yang dapat mengubah kulit mentah menjadi kulit yang memiliki nilai ekonomi tinggi melalui proses penyamakan, akan tetapi

Lebih terperinci

SEBARAN MENEGAK KONSENTRASI Pb, Cu, Zn, Cd, DAN Ni DI SEDIMEN PULAU PARI BAGIAN UTARA KEPULAUAN SERIBU. Oleh : ACHMAD AULIA RACHMAN C

SEBARAN MENEGAK KONSENTRASI Pb, Cu, Zn, Cd, DAN Ni DI SEDIMEN PULAU PARI BAGIAN UTARA KEPULAUAN SERIBU. Oleh : ACHMAD AULIA RACHMAN C SEBARAN MENEGAK KONSENTRASI Pb, Cu, Zn, Cd, DAN Ni DI SEDIMEN PULAU PARI BAGIAN UTARA KEPULAUAN SERIBU Oleh : ACHMAD AULIA RACHMAN C64102057 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

STUDI PENYEBARAN MAKROZOOBENTHOS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DI TELUK JAKARTA WAHYUNINGSIH

STUDI PENYEBARAN MAKROZOOBENTHOS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DI TELUK JAKARTA WAHYUNINGSIH STUDI PENYEBARAN MAKROZOOBENTHOS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DI TELUK JAKARTA WAHYUNINGSIH DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos Odum (1993) menyatakan bahwa benthos adalah organisme yang hidup pada permukaan atau di dalam substrat dasar perairan yang meliputi organisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran merupakan dampak negatif dari kegiatan pembangunan yang dilakukan selama ini. Pembangunan dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA Umroh 1, Aries Dwi Siswanto 2, Ary Giri Dwi Kartika 2 1 Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,Perikanan

Lebih terperinci

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961): 44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun gas dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. maupun gas dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses industrialisasi tidak dapat melepaskan diri dari efek negatif yang ditimbulkannya. Adanya bahan sisa industri baik yang berbentuk padat, cair, maupun gas dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif, TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Estuari Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif, karena area ini merupakan area ekoton daerah pertemuan dua ekosistem berbeda (tawar dan laut)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran adalah suatu hal yang telah lama menjadi permasalahan bagi kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan dapat menyebabkan dampak

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kesejahteraan hidup rakyat melalui pembangunan di bidang industri, nampak memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan perairan pesisir dan laut karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dampak negatif akibat aktivitas manusia adalah turunnya kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dampak negatif akibat aktivitas manusia adalah turunnya kualitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan kadang menghasilkan dampak terhadap lingkungan. Dampak tersebut tersebut dapat berupa positif maupun negatif. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia pembangunan disektor industri terus meningkat sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan manusia di dalam mengelola dan mengolah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga

Lebih terperinci

TINGKAT BIOAKUMULASI LOGAM BERAT PB (TIMBAL) PADA JARINGAN LUNAK Polymesoda erosa (MOLUSKA, BIVALVE)

TINGKAT BIOAKUMULASI LOGAM BERAT PB (TIMBAL) PADA JARINGAN LUNAK Polymesoda erosa (MOLUSKA, BIVALVE) Abstrak TINGKAT BIOAKUMULASI LOGAM BERAT PB (TIMBAL) PADA JARINGAN LUNAK Polymesoda erosa (MOLUSKA, BIVALVE) Johan Danu Prasetya, Ita Widowati dan Jusup Suprijanto Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Waduk Cirata dengan tahap. Penelitian Tahap I merupakan penelitian pendahuluan dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buangan/limbah yang selanjutnya akan menyebabkan pencemaran air, tanah, dan. h:1). Aktivitas dari manusia dengan adanya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. buangan/limbah yang selanjutnya akan menyebabkan pencemaran air, tanah, dan. h:1). Aktivitas dari manusia dengan adanya kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya laju pembangunan, terutama di bidang industri, transportasi dan ditambah dangan kegiatan manusia di bidang intensifikasi pertanian maupun perikanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan salah satu unsur alam yang sama pentingnya dengan air dan udara. Tanah adalah suatu benda alami, bagian dari permukaan bumi yang dapat ditumbuhi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Jadi, kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Jadi, kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik dengan tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah

I. PENDAHULUAN. Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah banyak dikonversi lahan pantainya menjadi kawasan industri, antara lain industri batubara, pembangkit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik di darat, perairan maupun udara. Logam berat yang sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS DEPURASI UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd DALAM DAGING KERANG DARAH (Anadara granossa)

EFEKTIFITAS DEPURASI UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd DALAM DAGING KERANG DARAH (Anadara granossa) EFEKTIFITAS DEPURASI UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd DALAM DAGING KERANG DARAH (Anadara granossa) D 03 Putut Har Riyadi*, Apri Dwi Anggo, Romadhon Prodi Teknologi Hasil Perikanan, Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata Dekstruksi Basah Lampiran 1. Lanjutan Penyaringan Sampel Air Sampel Setelah Diarangkan (Dekstruksi Kering) Lampiran 1. Lanjutan

Lebih terperinci

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 357-365 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Benoa merupakan salah satu pelabuhan yang terdapat di provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal dan berbagai aktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem perairan sering dijadikan tempat bermuaranya buangan limbah, baik limbah domestik maupun non domestik seperti limbah industri maupun pertambangan. Dengan adanya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pengumpul hujan dan juga berbagai kehidupan manusia. Umumnya sungai

TINJAUAN PUSTAKA. pengumpul hujan dan juga berbagai kehidupan manusia. Umumnya sungai TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan sumber air sangat penting untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sungai berfungsi sebagai transportasi sedimen dari darat ke laut, untuk pengumpul hujan dan juga berbagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus

II. TINJAUAN PUSTAKA Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus menerus pada arah tertentu, berasal dari air tanah, air hujan dan air permukaan yang akhirnya bermuara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan Selat merupakan perairan relatif sempit yang menghubungkan dua buah perairan yang lebih besar dan biasanya terletak di antara dua daratan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia dan hidup serta tumbuh berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan

I. PENDAHULUAN. berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang melaksanakan pembangunan di berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan dicapai dengan kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya perkembangan industri, semakin menimbulkan masalah. Karena limbah yang dihasilkan di sekitar lingkungan hidup menyebabkan timbulnya pencemaran udara, air

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) Percut merupakan Daerah Aliran Sungai di Provinsi

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) Percut merupakan Daerah Aliran Sungai di Provinsi TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Sungai Percut Menurut Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Wampu dan Ular Daerah Aliran Sungai (DAS) Percut merupakan Daerah Aliran Sungai di Provinsi Sumatera Utara dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di perairan Pulau Bintan Timur, Kepulauan Riau dengan tiga titik stasiun pengamatan pada bulan Januari-Mei 2013. Pengolahan data dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Air

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Air 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Air Air merupakan materi yang paling berlimpah, sekitar 71 % komposisi bumi terdiri dari air, selain itu 50 % hingga 97 % dari seluruh berat tanaman dan hewan terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri mempunyai pengaruh besar terhadap lingkungan, karena dalam prosesnya akan dihasilkan produk utama dan juga produk samping berupa limbah produksi, baik limbah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar. Wilayah tersebut telah banyak dimanfaatkan dan memberikan sumbangan

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Chironomida Organisme akuatik yang seringkali mendominasi dan banyak ditemukan di lingkungan perairan adalah larva serangga air. Salah satu larva serangga air yang dapat ditemukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sumber protein hewani. Kandungan protein kerang yaitu 8 gr/100 gr. Selain itu,

PENDAHULUAN. sumber protein hewani. Kandungan protein kerang yaitu 8 gr/100 gr. Selain itu, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerang merupakan satu diantara penghuni perairan dan juga menjadi sumber protein hewani. Kandungan protein kerang yaitu 8 gr/100 gr. Selain itu, kerang juga memiliki kandungan

Lebih terperinci

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Sumber pencemaran lingkungan diantaranya

Lebih terperinci