P E D O M A N KODE ETIK DOKTER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "P E D O M A N KODE ETIK DOKTER"

Transkripsi

1 P E D O M A N KODE ETIK DOKTER PERHIMPUNAN KARDIOLOGI INDONESIA ( P E R K I ) BADAN ETIK DAN PEMBELAAN ANGGOTA PENGURUS PUSAT PERKI 2014

2 P E D O M A N KODE ETIK DOKTER PERHIMPUNAN KARDIOLOGI INDONESIA ( P E R K I ) Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 1

3 Edisi Pertama 2014 Cetakan Pertama Maret 2014 Cetakan Kedua Setelah Revisi Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia. Jakarta PP. PERKI, 2014 ISBN : Penerbit PP. PERKI Jln. Letjen S. Parman Kav.87 Telepone : Fax : JAKARTA Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 2

4 Tim Penyusun : Dr. Pri Utomo, SpJP(K), SpA., MM., SH., FIHA. Prof. Dr. dr. Zainal Musthafa, SpJP(K), MSi, FIHA. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 3

5 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-nya dan dengan mengucap Alhamdulillah buku Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia dapat diterbitkan. Buku ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia dalam menjalankan tugas profesi Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (SpJP). Buku pedoman ini dibuat dalam bentuk buku saku sehingga mudah dibawa untuk dipahami dan dilaksanakan dalam menjalankan tugas profesi. Penyusunan buku melibatkan para pihak yang dianggap memahami kondisi situasi pelayanan medis di Indonesia, baik dari sisi dokter SpJP maupun pasien. Kontributor penyusunan naskah meliputi dokter SpJP yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, pelayanan maupun manajemen, juga praktisi hukum, psikolog dan rohaniawan. Pembahasan naskah dilakukan oleh kelompok kerja Badan Etik dan Pembelaan Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 4

6 Anggota PP. PERKI periode 2012/2014. Tim penyusun menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberi masukan, saran, kritik sejak konsep sampai dengan finalisasi. Semoga buku ini membantu dokter SpJP dalam menjalankan profesi sehingga kualitan pelayanan medis dapat terus ditingkatkan. Jakarta, Maret 2014 Tim Penyusun Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 5

7 SAMBUTAN KETUA BADAN ETIK dan PEMBELAAN ANGGOTA PP.PERKI Assallamuallaikum wr.wb., Dewasa ini hampir tidak ada bidang kehidupan yang tidak terjamah hukum, baik sebagai kaidah maupun sebagai sikap tindak manusia yang mempunyai hasrat untuk hidup teratur. Hukum mengakui antar manusia melalui keserasian antara ketertiban dan ketentraman sedangkan etik menjamin hubungan antar manusia yang menyenangkan. Rumah sakit merupakan bagian suatu sistem pelayanan kesehatan yang memerlukan kerjasama yang terkoordinasi dan terintegrasi tenaga kesehatan yang ada yang berdasarkan akhlak (mores), kesopanan (ethos) dan kesadaran hukum yang tinggi. Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada perorangan/pasien, keluarga atau komunitas diperlukan etik kesehatan, yang merupakan tatanan yang didasari filsafat yang Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 6

8 mengarahkan tanggungjawab moral yang esensial bagi pelaksanaan praktek medik,di mana inti dari filsafat tersebut adalah hak dan martabat manusia,oleh karena itu fokus etik kesehatan ditujukan kepada sifat manusia yang mempunyai nilai perilaku tersendiri. Pada umumnya ketidakpuasan para pasien atau keluarganya terhadap pelayanan kesehatan karena harapannya tidak dapat dipenuhi oleh para tenaga kesehatan, atau dengan kata lain terdapat kesenjangan antara harapan pasien dan kenyataan yang didapatkan oleh pasien. Dengan terbitnya buku ini diharapkan masalah etik dan hukum di bidang kesehatan yang muncul akibat kesalah-pahaman antara pasien sebagai pengguna jasa kesehatan dan sistem pelayanan kesehatan sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan dapat dikurangi menjadi sekecil mungkin. Jakarta, Maret 2014 Ketua Badan Etik dan Pembelaan Anggota PP PERKI Dr.Pri Utomo,SpJP(K),SpA,MM,SH,FIHA. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 7

9 DAFTAR ISI Kata Pengantar Sambutan Ketua Badan Etik dan Pembelaan Anggota PP. PERKI Daftar isi Bab 1. Pendahuluan Bab 2. Kewajiban Umum Bab 3. Kewajiban Dokter Terhadap Pasien Bab 4. Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat Bab 5. Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri Bab 6. Penjelasan Kode Etik Dokter SpJP Bab 7. Protap Pembelaan Anggota, Bagan Untuk Mendapatkan Outcome Apabila Mendapatkan Claim Tuntutan Dalam Melaksanakan Tugas Profesi Pelayanan Skema Preventive / Pencegahan Konflik Bagan Untuk Mendapatkan Outcome Praktik Yang Memuaskan Pengurus Badan Etik Dan Pembelaan Anggota PP PERKI Periode Daftar Pustaka / Referensi Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 8

10 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam menjalankan profesi kedokteran diperlukan suatu kode etik yang digunakan sebagai pedoman. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), yang revisi terakhirnya ditetapkan penerapannya oleh PB IDI pada tahun 2012, menjadi pedoman bagi dokter Indonesia dalam melaksanakan praktek kedokteran. Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (SpJP) dalam menjalankan profesinya harus menunjukkan keluhuran dan kemuliaan yang ditunjukkan oleh 6 sifat dasar yang melekat pada diri seorang dokter, yaitu sifat ketuhanan, kemurnian niat, keluhuran budi, kerendahan hati, kesungguhan kerja, integritas ilmiah dan social. Kode etik Kedokteran Indonesia yang merupakan kesepakatan dokter Indonesia, harus menjadi pedoman bagi dokter SpJP agar sifat dasar diatas tetap terjaga, dalam hubungannya dengan manusia yang mengharapkan pertolongan dalam suatu hubungan terapeutik. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 9

11 Suatu penjabaran yang khusus dari pedoman etik seorang dokter SpJP dalam menjalankan profesinya sangat diperlukan. Hal ini m e n g i n g a t b e r k e m b a n g p e s a t n y a pengetahuan dan teknologi diasnostik dan terapi dalam bidang kardiovaskular, meningkatnya kebutuhan dan harapan masyarakat akan pelayanan kardiovaskular dan perkembangan dinamika etika global yang menuntut standar pelayanan yang tinggi dengan didasari etika moral yang luhur. Setiap dokter SpJP mempunyai kewajiban etik terhadap pasien, profesi, antar sejawat, juga kepada masyarakat. Kewajiban etik ini harus dihormati oleh setiap dokter SpJPdalam menjalankan profesinya. Pedoman etik ini disusun dalam suatu Pedoman Etik Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh darah Indonesia. Diharapkan semua dokter SpJP di Indonesia, selain mengamalkan sumpah dokter, menjalankan profesinya dengan standar yang tinggi, mempunyai kemandirian profesi, dan senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kardiovaskular. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 10

12 BAB 2 KEWAJIBAN UMUM Pasal 1 Setiap dokter SpJP wajib menjunjung tinggi, memahami, menghayati dan mengamalkan sumpah dan atau janji dokter. Pasal 2 Seorang dokter SpJP wajib selalu melakukan pengambilan keputusan professional secara independen, dan mempertahankan perilaku professional dalam ukuran yang tertinggi. Pasal 3 Dalam menjalankan profesinya, seorang dokter SpJP tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 11

13 Pasal 4 Seorang dokter SpJP wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri. Pasal 5 Tiap perbuatan atau nasihat dokter SpJP yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik, wajib memperoleh persetujuan pasien, keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien tersebut. Pasal 6 Setiap dokter SpJP wajib senantiasa berhatihati dalam mengumumkan atau menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 12

14 Pasal 7 Seorang dokter SpJP wajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya. Pasal 8 Seorang dokter SpJP wajib, dalam mejalankan profesi medisnya, memberikan pelayanan secara kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia. Pasal 9 Seorang dokter SpJP wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan s e j a w a t n y a, d a n b e r u p a y a u n t u k mengingatkan sejawatnya pada saat menangani pasien dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 13

15 Pasal 10 Seorang dokter SpJP wajib menghormati hakhak pasien, teman sejawatnya, dan tenaga kesehatan lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien. Pasal 11 Setiap dokter SpJP wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi hidup makhluk insani. Pasal 12 Dalam melakukan profesinya seorang dokter SpJP wajib memperhatikan keseluruhan aspek pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial-kultural pasiennya serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 14

16 Pasal 13 Setiap dokter SpJP dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral di bidang kesehatan, bidang lainnya dan masyarakat, wajib saling menghormati. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 15

17 BAB 3 KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN Pasal 14 Seorang dokter SpJP wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu. Pasal 15 Setiap dokter SpJP wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa dapat b e r i n t e r a k s i d e n g a n k e l u a r g a d a n penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan atau penyelesaian masalah pribadi lainnya. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 16

18 Pasal 16 Setiap dokter SpJP wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia. Pasal 17 Setiap dokter SpJP wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada o r a n g l a i n b e r s e d i a d a n m a m p u memberikannya. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 17

19 BAB 4 KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT Pasal 18 Setiap dokter SpJP memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan. Pasal 19 Setiap dokter SpJP tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan persetujuan keduanya atau berdasarkan prosedur yang etis. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 18

20 BAB 5 KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI Pasal 20 Setiap dokter SpJP wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik. Pasal 21 Setiap dokter SpJP wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/ kesehatan. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 19

21 BAB 6 PENJELASAN KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA PASAL DEMI PASAL Pasal 1: Sumpah Dokter Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dan atau janji dokter. Cakupan pasal: 1) Dokter lulusan Fakultas Kedokteran di Indonesia wajib melafalkan sumpah/janji dokter sebagaimana dimaksud pada Pasal 1, di depan pimpinan fakultas kedokteran yang bersangkutan dalam suasana khidmat. 2) Dokter lulusan luar negeri dan/ atau dokter asing yang hendak melakukan pekerjaan profesi di Indonesia wajib melafalkan sumpah/ janji dokter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 di depan pemimpin IDI dan penjabat kesehatan setempat. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 20

22 3) Setiap dokter yang akan menjalankan tugas, sebagai anggota tim dokter pemeriksa atau pembuat visum et repertum, keterangan ahli, wajib menyatakan di bahwa ia telah / belum melafalkan sumpah sebagaimana dimaksud Pasal 1 4) Bunyi sumpah atau janji sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 cakupan pasal (1) dan (2) sebagai berikut: Demi Tuhan / Allah saya bersumpah, bahwa: 1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan. 2. Saya akan menjalankan tugas dengan cara yang terhormat dan bersusila sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter. 3. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur profesi kedokteran. 4. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena keprofesian saya 5. Saya tidak akan menggunakan pengetahuan saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 21

23 6. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan. 7. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dengan memperhatikan kepentingan masyarakat. 8. Saya akan berikhtiar dengan sungguhsungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, gender, politik, kedudukan sosial dan jenis penyakit dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien. 9. Saya akan memberi kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih yang selayaknya. 10. Saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara kandung. 11. Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia. 12. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 22

24 Pasal 2: Standar Pelayanan Kedokteran Yang Baik Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional secara independen, dan mempertahankan perilaku professional dalam ukuran yang tertinggi. Cakupan pasal: (1) Seorang dokter wajib mempertahankan standar profesi, integritas moral dan kejujuran intelektual dirinya sebagai dasar pengambilan keputusan professional. (2) Pengambilan keputusan professional sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 dari standar tertinggi profesi sebagaimana dimaksud cakupan pasal 2 butir 1 merupakan kombinasi selaras, serasi dan seimbang antara keputusan medis teknis dengan keputusan etis yang berasal dari totalitas pelayanan terhadap pasien yang merupakan perilaku keutamaan profesi. (3) Pengambilan keputusan kedokteran yang profesional sebagaimana dimaksud pada Pasal 2, dilakukan setelah melakukan pemeriksaan dan penilaian yang teliti terhadap pasien dengan menggunakan standar/pedoman pelayanan kedokteran Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 23

25 yang telah diakui secara sah. (4) Dalam hal situasi fasilitas pelayanan kesehatan tidak optimal atau kurang memadai untuk mendukung pelayanan yang diberikan, pengambilan keputusan profesional wajib diwujudkan dalam atau disertai dengan perilaku profesional terbaik dokter demi kepentingan terbaik pasien. (5) Dalam hal terjadi dilema etik dalam pemberian pelayanan kesehatan, setiap dokter wajib bersikap sesuai keutamaan profesinya. (6) Setiap dokter secara sendiri-sendiri maupun bersama melalui organisasi profesi kedokteran wajib memperjuangkan dipenuhinya fasilitas, sarana dan prasarana sesuai dengan standar minimal danatau pedoman nasional pelayanan kedokteran yang menjamin dipenuhinya keselamatan pasien. Pasal 3: Kemandirian Profesi Dalam Melakukan Pekerjaan Kedokterannya seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 24

26 sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi. Cakupan Pasal: (1) Setiap dokter memiliki moral dan tanggung jawab untuk mencegah keinginan pasien atau pihak manapun yang sengaja atau tidak sengaja bermaksud menyimpangi atau melanggar hukum dan atau etika melalui praktek pekerjaan kedokteran. (2) Setiap dokter dilarang melakukan perbuatan yang dapat mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi sebagaimana dimaksud pada Pasal 3, antara lain: a. Memberikan obat, alat produk kesehatan, anjuran nasehat atau tindakan kedokteran, prototype cara perangkat sistem manajemen klinis pelayanan langsung pasien dan atau penerapan ilmu pengetahuan, teknologi,keterampilan kiat kedokteran yang belum berdasarkan bukti ilmiah (evidence) dan/atau diakui di bidang kedokteran yang mengakibatkan hilangnya integritas moral dan keilmuannya. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 25

27 b. Membuat ikatan atau menerima imbalan berasal dari perusahaan farmasi, obat, vaksin, makanan, suplemen, alat kesehatan, alat kedokteran, bahan produk atau jasa kesehatan terkait kesehatan dan atau berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan apapun dan dari manapun dan/atau berasal dari pengusaha, perorangan atau badan lain yang akan menghilangkan kepercayaan publik m a s y a r a k a t t e r h a d a p d a n menurunkan martabat profesi kedokteran c. Melibatkan diri secara langsung atau tidak langsung dalam segala bentuk kegiatan yang bertujuan untuk mempromosikan atau mengiklankan dirin y a, b a r a n g d a n a t a u j a s a sebagaimana dimaksud Pasal 3, cakupan pasal butir 1 dan 2 di atas guna kepentingan dan keuntungan pribadinya, sejawat pihak lain kelompoknya. d. Melakukan upaya diagnostik, pengobatan atau tindakan medis apapun pada pasien secara menyimpang dari atau tanpa indikasi medik yang Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 26

28 mengakibatkan turunnya martabat profesi kedokteran dan kemungkinan terganggunya keselamatan pasien e. Menerima pemberian imbalan jasa apapun untuk pengiriman rujukan pasien ke dokter atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, di dalam maupun di luar negeri. (3) Dokter sebagai perseorangan praktisi wajib menolak pemberian segala bentuk apapun bila dikaitkan atau patut diduga d i k a i t k a n d e n g a n k a p a s i t a s profesionalnya dalam meresepkan obat alat produk barang industri kesehatan tertentu dan anjuran penggunaan jasa kesehatan tertentu, termasuk berniat mempengaruhi kehendak pasien/ keluarganya untuk membeli atau mengkonsumsi obat alat produk barang jasa tertentu karena ia telah menerima atau dijanjikan akan menerima komisi keuntungan dari perusahaan farmasi alat produk jasa kesehatan tersebut. (4) Dokter yang bekerja penuh dan/atau paruh waktu untuk industri farmasi alat produk kesehatan dan atau barang produk terkait lainnya wajib menjelaskan posisi status pekerjaannya bila ia Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 27

29 memberi ceramah atau informasi tentang atau berkaitan dengan barang produk tersebut kepada dokter atau masyarakat awam. Demikian pula setiap dokter pada fasilitas pelayanan kesehatan untuk jasa pelayanan. (5) Dalam kehadirannya pada temu ilmiah, setiap dokter dilarang mengikatkan diri untuk mempromosikan meresepkan barang produk dan jasa tertentu, apapun bentuk bantuan sponsorshipnya. (6) Dokter dapat menerima bantuan dari pihak sponsor untuk keperluan keikutsertaan d a l a m t e m u i l m i a h m e n c a k u p pendaftaran, akomodasi dan transportasi sewajarnya sesuai kode etik masingmasing. (7) Dokter dilarang menyalahgunakan hubungan profesionalnya dengan terhadap pasien dan/atau keluarganya demi keuntungan pribadi dan dilarang m e l i b a t k a n d i r i d a l a m k o l u s i, kongkalikong, berbagi imbalan komisi diskon, termasuk pola pemasaran beragam jenjang (multi-level marketing) dan penarikan imbalan jasa secara paket yang dibayarkan dimuka. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 28

30 (8) Dokter dilarang menerima bantuan apapun dari perusahaan atau badan yang produk barang jasanya bertentangan dengan prinsip kesehatan, seperti rokok, minuman beralkohol dan sejenisnya. (9) Dokter yang menyandang jabatan resmi kepemerintahan, lembaga negara lainnya dan organisasi profesi dalam sosialisasi program kemitraan bersama seyogyanya secara sendiri-sendiri tidak mengiklankan produk barang jasa tertentu serta dilarang mengkaitkannya dengan identitas keahlian spesialisasi profesi tertentu. (10) Setiap dokter dilarang menyalahgunakan secara tidak sah dan tidak etis forum wahana peningkatan ilmu dan ketrampilan kedokteran beserta berbagai bentuk temu ilmiah pengembangan profesionalisme kedokteran. (11) Pemberian sponsor kepada seorang dokter haruslah dibatasi pada kewajaran dan dinyatakan jelas tujuan, jenis, waktu dan tempat kegiatan ilmiah tersebut serta kejelasan peruntukan pemberian dimaksud dan secara berkala dilaporkan kepada pimpinan organisasi profesi setempat untuk diteruskan ke pimpinan nasional Ikatan Dokter Indonesia. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 29

31 (12) Setiap dokter dilarang menerima pembayaran untuk kompensasi praktek atau biaya tambahan lainnya sehubungan dengan partisipasinya dalam temu ilmiah. (13) Pemberian beasiswa/bantuan finansial dari sponsor untuk peserta didik kedokteran wajib disalurkan melalui institusi pendidikan kedokterannya dan pimpinan institusi pendidikan tersebut seyogyanya melaporkan nama pemberi dan penerima kepada organisasi profesi setempat. (14) Setiap dokter dilarang bertindak memenangkan persaingan bisnis apapun secara melanggar hukum. (15) Setiap dokter wajib mendukung program anti korupsi, kolusi, dan nepotisme dari pemerintah, organisasi profesi atau pihak manapun juga. (16) Setiap dokter memiliki yang kepentingan finansial terhadap suatu institusi/ perusahaan badan usaha seharusnya bertindak patut, teliti dan hati-hati agar jangan sampai mempengaruhi dirinya dalam menangani pasien. (17) Setiap dokter seyogyanya tidak menarik honorarium sejumlah yang tidak pantas dan bertentangan dengan rasa peri- Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 30

32 kemanusiaan. (18) Setiap dokter wajib mengkomunikasikan secara jujur honorarium dan atau jasa mediknya kepada pasien agar tidak terjadi aduan menerapkan honorarium di luar kemampuan pasien atau keluarganya. (19) Seorang dokter dalam berbisnis / bekerjasama dengan perusahaan di luar bidang kedokteran wajib untuk : a. Tidak berniaga yang tidak cocok atau b e r t e n t a n g a n d e n g a n p r o f e s i kedokteran atau membawa pengabdian atau profesinya menjadi tidak layak dihormati. b. Memisahkan barang dan jasa yang dihasilkan dari praktek kedokterannya dan keahliannya sehingga tidak dirancukan masyarakat sebagai jasa kedokteran atau diakui oleh profesi kedokteran. c. Tidak mempromosikan nama, jenis keahlian dan pelayanan praktek pribadinya. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 31

33 Pasal 4: Memuji Diri Setiap dokter wajib menghindarkandiri dari perbuatan yang bersifat memuji diri. Cakupan Pasal: (1) Setiap dokter wajib mempertahankan profesionalisme dalam menginformasikan kualitas kompetensi dan kewenangan dirike sesama profesi kesehatan dan/atau publik, wajib menjamin bahwa informasi yang dimaksudkan sesungguhnya adalah faktual dan wajib menghindari segala niat dan upaya untuk menunjukkan kehebatan diri melalui wahana/media publik seperti pertemuan ke khalayak, media massa, media elektronik dan media komunikasi berteknologi canggih lainnya. (2) Perbuatan yang dilarang karena bersifat memuji diri sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 cakupan pasal (1) antara lain: a) Menggunakan gelar yang bukan menjadi haknya atau secara melawan hukum. b) Mencantumkan gelar profesor atau gelar akademis atau sebutan keanggotaan profesi yang tidak Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 32

34 berhubungan dengan pelayanan medis pada papan praktik, kertas resep, atribut praktik lainnya dan wahana/media publik sebagaimana dimaksud Pasal 4 dan cakupan pasal 1 di atas. c) M e n g i k l a n k a n d i r i, s e j a w a t, almamater atau fasilitas pelayanan kesehatannya yang bertentangan dengan ketentuan hukum disiplin yang berlaku seperti : fakta tidak akurat, tidak adil, tidak berimbang, berpihak, beritikad buruk, palsu, m e n i p u, m e n g h a s u t d a n menyesatkan, mencampur adukkan fakta dan opini pribadi, menonjolkan unsur kekerasan, mempertentangkan suku, agama, ras dan antar golongan, serta membuat berita bohong, fitnah, sadis dan cabul. (3) Mengiklankan kemampuan kelebihankelebihan yang dimilikinya baik lisan maupun tulisan, dalam berbagai wahana/media publik dalam dan luar negeri yang mengandung pernyataan superlatif, menyiratkan pengertian "satu-satunya" atau maknanya sama tentang keunggulan, keunikan atau Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 33

35 kecanggihan pelayanan yang cenderung menyesatkan, pamer yang berselera rendah buruk yang menimbulkan kehinaan profesi, termasuk namun tidak terbatas melalui: a) Wawancara/siaran publik yang terencana/menulis karangan popular sendirian untuk mempromosikan/ memperkenalkan ciri dan cara dirinya sebagai satu-satunya pusat perhatian dalam mengobati suatu penyakit, tanpa persetujuan tertulis MKEK Pusat IDI. b) Tidak mencegah orang pihak lain menyiarkan menyebut-nyebut nama d i s e r t a i f o t o d i r i d a n h a s i l pengobatannya dalam wahana media publik, apalagi yang bersifat permanen. c) Memberikan kesempatan langsung kepada orang awam menghadiri presentasi teknik baru pengobatan yang dilakukannya secara berlebihan, komersial dan/atau ajakan untuk mengunjungi menggunakan jasa produknya. d) Membagi-bagikan selebaran, kartu nama dan identitas lain yang Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 34

36 berkesan komersial. e) Melakukan semua hal-hal yang tertera dalam larangan tata cara periklanan sebagaimana ketentuan yang berlaku. (4) Perbuatan berikut tidak dipandang sebagai memuji diri adalah sebagai berikut: a) Memasang iklan di media cetak, ukuran maksimum 2 kolom x 10 cm, s e c a r a p a t u t d a l a m r a n g k a p e n g e n a l a n a w a l p r a k t e k, pengumuman cuti praktek, kembali buka praktek pasca cuti, berisi informasi nama, jenis spesialisasi, alamat, waktu praktek, nomor telpon seperti ketentuan papan nama praktek dengan nomor surat ijin praktek lengkap, tanpa disertai embel-embel ajakan apapun dan alasan cutinya. b) Memasang papan nama praktek ukuran maksimum 60 x 90 cm, dasar putih, huruf hitam, wajib mencantumkan nama, jenis spesialisasi, nomor surat ijin praktek, waktu dan seyogyanya juga nomor rekomendasi IDI, dengan penerang sewajarnya. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 35

37 Bagi praktek perorangan, dipasang di dinding bangunan bagian depan tempat ia praktek atau dipancangkan di tepi jalan. Untuk rumah sakit, puskesmas, klinik bersama,kantor kesehatan merupakan papan nama kolektif dengan ukuran yang sewajarnya di pasang di bagian depan/dinding lorong masuk. c) Kertas resep, surat keterangan dokter, amplop dan kuitansi dokter berisi nama, jenis spesialisasi dan nomor surat ijin praktek, sepanjang sesuai dengan keperluan administratif sepatutnya. d) Menjadi maksimal satu kali pemeran iklan layanan masyarakat dalam r a n g k a p r o m o s i k e s e h a t a n masyarakat suatu program resmi yang dibuat oleh pemerintah, pemerintah daerah dan atau pengurus besar IDI yang telah direkomendasikan MKEK Pusat. Seyogyanya pemeran iklan adalah dokter yang tidak berpraktek. Untuk media elektronik dan internet harus terlebih dahulu disetujui oleh IDI dengan pertimbangan dari MKEK Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 36

38 Pusat dan sesuai ketentuan yang berlaku. e) Pencantuman hanya nama dan jenis spesialisasi, tanpa foto diri, dalam iklan resmi yang dibuat oleh fasilitas p e l a y a n a n k e s e h a t a n y a n g direkomendasikan oleh asosiasi fasilitas pelayanan kesehatan yang diakui pemerintah dan IDI, hanya di media cetak dan dalam rangka globalisasi. Untuk media elektronik dan internet harus terlebih dahulu d i s e t u j u i o l e h I D I d e n g a n pertimbangan dari MKEK Pusat. Untuk media internet harus dimuat di situs IDI sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 5: Perbuatan Melemahkan Psikis maupun Fisik Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik, wajib memperoleh persetujuan pasien/keluarganya dan hanya diberikan Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 37

39 untuk kepentingan dan kebaikan pasien tersebut. Cakupan Pasal: (1) Setiap dokter wajib memberikan informasi memadai dengan jujur dan cara yang santun kepada pasien dan atau keluarganya ketika ia akan memberikan tindakan atau obat yang berakibat penurunan daya tahan fisik pasien walaupun belum tentu menurunkan daya tahan psikisnya. (2) Setiap dokter terhadap pasien yang s e d a n g m e n d e r i t a s a k i t w a j i b menyampaikan informasi yang dapat melemahkan kondisi psikis pasien secara patut, teliti dan hati-hati dengan perkataan yang tepat. (3) Dalam rangka menimbulkan dan atau menjaga rasa percaya diri pasien, dokter seyogyanya dilarang berbohong kepada pasiennya yang menderita penyakit berat/parah, kecacatan atau gangguan kualitas hidup tetapi boleh menahan s e b a g i a n i n f o r m a s i y a n g d a p a t melemahkan psikis pasien dan atau fisiknya. (4) Dokter wajib menghormati keinginan Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 38

40 pasien yang menolak untuk mendapat informasi mengenai penyakitnya sendiri atau tindakan pengobatan yang memperlemah fisik dan mentalnya, namun s e y o g y a n y a d i l a k u k a n s e t e l a h memperoleh ijin pasien dan menjelaskan informasi tersebut kepada keluarga pasien. (5) Pada saat menggunakan teknologi modern atau baru sebagai modalitas pengobatan, setelah diyakini lebih memungkinkan untuk kepentingan terbaik pasien, seorang dokter wajib menjelaskan alasan keharusan memanfaatkan kelebihan dan kekurangan teknologi tersebut dibandingkan dengan teknologi sejenis sebelumnya, sebagai imbangan d a r i a s p e k k e m a m p u l a k s a n a a n penerapannya saja kepada pasien tersebut. Pasal 6: Bijak Dalam Penemuan Baru Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau menerapkan setiap penemuan tehnik atau pengobatan Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 39

41 baru yang belum diuji kebenarannya dan halhal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat. Cakupan pasal: (1) Seorang dokter hanya dibenarkan mengumumkan hasil penelitian baru yang dilakukannya sendiri untuk pertama kali hanya pada media ilmiah profesi yang diakui sesuai ketentuan tentang penelitian kedokteran yang lazim dan berlaku. Penelitian baru tersebut harus telah lolos kaji etik dari komite panitia penilai sesuai ketentuan yang berlaku. (2) Setiap dokter yang menerapkan penemuan teknik keilmuan, ketrampilan atau modalitas pengobatan baru yang d a p a t m e n i m b u l k a n k e r e s a h a n masyarakat seharusnya memperoleh tanggapan dan saran dari mitra bestarinya masing-masing. (3) Setiap dokter yang mengumumkan penerapan perkembangan terbaru dari cakupan pasal butir 1 dan 2 di atas seyogyanya menuliskan dalam media ilmiah profesi yang sama atau setara sejenis, pertemuan atau pendidikan dan pelatihan profesi yang diselenggarakan Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 40

42 dirinya atau bersama sejawatnya, dalam forum resmi yang diakui organisasi profesi sesuai ketentuan yang berlaku. (4) Setiap dokter wajib menerapkan praktik kedokteran berbasis bukti ilmiah yang telahteruji kebenarannya dan diterima dalam standar praktek kedokteran, demi kepentingan terbaik dan memperhatikan keselamatan pasien sesuai dengan tujuan, cara dan ciri metodologi penelitiannya masing-masing sebagaimana yang lazim berlaku. (5) Setiap dokter yang berpartisipasi dalam penelitian kedokteran harus mengikuti seluruh kaidah-kaidah penelitian kedokteran yang baik. (6) Setiap dokter dilarang mengumumkan, menganjurkan penerapan barang/produk dan jasa kesehatan / terkait kesehatan yang dipasarkan secara multi level marketing (MLM). (7) Seorang dokter dapat menggunakan pengobatan secara kesehatan tradisional, khususnya jenis alternatif- komplementer maupun empirik yang diakui Pemerintah bersama organisasi profesi, termasuk namun tidak terbatas pada program saintifikasi jamu/ramuan atau ketrampilan Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 41

43 setelah meyakini dan mendalami metode sistem pengobatan tradisional Indonesia yang dikembangkan resmi secara nasional dan menggunakan bahan / produk yang diijinkan Pemerintah (8) Dalam menggunakan obat, ramuan herba / jamu, suplemen makanan, alat metoda pengobatan ketrampilan dan pelbagai modalitasnya yang berasal dari pelayanan kesehatan tradisional dan atau kedokteran a l t e r n a t i f - k o m p l e m e n t e r u n t u k kepentingan kuratif dan atau rehabilitatif, seorang dokter seharusnya memiliki kompetensi dan kewenangan yang diakui Pemerintah bersama organisasi profesi d a n a t a u j a j a r a n n y a, d i l a r a n g mengemukakan klaim khasiat dan atau keamanan produk yang belum terbukti kebenarannya atau dibuat, diedarkan dan dipasarkan secara melanggar ketentuan perundangan-undangan. (9) Setiap dokter berkompeten dan berwenang yang menggunakan obat, ramuan herbal jamu, suplemen makanan, alat metoda pengobatan ketrampilan dan pelbagai modalitasnya yang berasal dari pelayanan kesehatan tradisional dan atau kedokteran alternative - komplementer Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 42

44 sebagaimana dimaksud cakupan pasal butir 7 di atas tetapi untuk kepentingan promotif dan preventif seharusnya memberi ekspertisnya demi paradigma sehat, menghormati pilihan pasien untuk dilakukan pengobatan secara holistik sesuai dengan ketentuan yang berlaku (10) Setiap dokter seharusnya mampu menilai secara akal sehat setiap pengumuman publikasi di pelbagai wahana media, termasuk yang disampaikan oleh sesama sejawat, tenaga non medis atau perorangan siapapun yang menggunakan prinsip ilmiah yang metodenya belum diakui oleh organisasi profesi (11) Seorang dokter dilarang menggunakan barang/alat/produk kesehatan tradisional, alternative komplementer untuk diagnosis dan terapi kausal yang sudah memiliki baku emas (golden standard) dalam sistem pengobatan konvensional. Pasal 7: Keterangan dan pendapat yang valid Seorang dokter wajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 43

45 sendiri kebenarannya. Cakupan Pasal: (1) Dalam memberikan surat keterangan medis/ahli atau ekspertis dan pendapat ahli apapun bentuk dan tujuannya, dokter wajib mendasarkan isinya pada fakta medis yang diyakininya benar sesuai dengan pertanggungjawaban profesinya sebagai dokter. (2) Surat keterangan dokter dan atau pendapat/keterangan ahli wajib dibuat dengan penuh kejujuran, kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian berdasarkan sumpah jabatan, sesuai ketentuan perundang-undangan dan sedapat mungkin bebas dari konflik kepentingan. (3) Seorang dokter yang dalam posisi tidak tak-berpihak bebas (imparsial independent) atau patut menduga tidak sepenuhnya imparsial/ independen terhadap kepentingan dalam pembuatan surat keterangan dan atau pendapat ahli s e b a g a i m a n a d i m a k s u d, w a j i b memberitahukan posisi dirinya kepada pihak berwenang dan klien/pasien yang akan diperiksanya serta seyogyanya menyerahkan urusan pembuatan tersebut Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 44

46 kepada dokter lain yang paling/lebih imparsial/independen. (4) Seorang dokter dalam membuat surat keterangan ahli sebagaimana dimaksud Pasal 7 seyogyanya melaksanakannya di instansi lembaga yang paling imparsial independen dari tempat ia bekerja atau melaksanakannya atas nama organisasi profesi tempat ia menjadi anggotanya. (5) Dalam hal dalam surat keterangan medik d i p e r l u k a n p e n u l i s a n d i a g n o s i s pasiennya, dokter perlu mendapat persetujuan tertulis dari pasiennya. (6) Seorang dokter wajib melakukan konsultasi atau melakukan rujukan ke sejawatnya yang mempunyai kompetensi untuk memberikan keterangan yang lebih bermutu apabila kasus yang dihadapi di luar kompetensinya. (7) Seorang dokter pengobat pasien, dilarang memberikan keterangan sakit sehat di depan media publik tentang pasiennya yang diduga pelaku tindak pidana. (8) Seorang dokter dilarang memberikan pendapat mengenai pasien yang diperiksa oleh sejawat lain tanpa permintaan dari pihak berwenang dan tanpa memeriksa atau melihat sendiri Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 45

47 pasien tersebut. (9) Seorang dokter tidak boleh membuat suratketerangan sakit bagi orangtua atau pengantar yang tidak bisa bekerja karena mengurusi anaknya atau keluarganya yang sakit. (10) Seorang dokter yang menjadi anggota penguji kesehatan atas permintaan pihak tertentu: a) Dokter harus senantiasa obyektif dan jangan dipengaruhi baik oleh pihak peminta maupun peserta tes kesehatan. b) S e y o g y a n y a j a n g a n m e n g u j i kesehatan calon yang masih atau pernah menjadi pasiennya sendiri, untuk menghindarkan dilema antara membuka atau mempertahankan rahasia jabatan. c) Jangan memberitahukan kepada calon tentang kesimpulan dari hasil pemeriksaan medik, serahkan hal tersebut kepada institusi yang memintanya. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 46

48 Pasal 8: Profesionalisme Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan secara berkompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia. Cakupan pasal: (1) Seorang dokter yang akan menjalankan praktek wajib memiliki kompetensi dan kewenangan sesuai ketentuan yang berlaku sebagai prasyarat sekaligus kesinambungan profesionalisme. (2) Setiap dokter seharusnya menyadari bahwa penyimpangan etika sudah dimulai sejak dirinya menjadi dokter bermasalah. (3) Setiap dokter bermasalah wajib memahami bahwa kekurangan tanggung jawab dirinya berpeluang menjadi konflik etikolegal dengan teman sejawat sesama profesional di fasilitas pelayanan kesehatan. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 47

49 Pasal 9: Kejujuran dan Kebajikan Sejawat Seorang dokter wajib bersikap jujur ketika berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang pada saat menangani pasien dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan. Cakupan Pasal: (1) Setiap dokter wajib secara umum bertanggung jawab menjaga martabat dan keluhuran profesi kedokteran dengan memberi kesan mendalam bahwa korsa kedokteran senantiasa menjunjung tinggi kejujuran sebagai pilarutama reputasi dan bonafiditas profesi dalam rangka terjaganya kepercayaan publik. (2) Setiap dokter dalam rangka mencegah akibat buruk yang merugikan klien/pasien wajib secara tulus dan ikhlas meluangkan waktu untuk memberikan nasihat/ kebajikan dan memberi ketauladanan kepada teman sejawatnya yang dikategorikan dokter bermasalah. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 48

50 (3) Setiap dokter yang berpengalaman profesi dan memiliki kelebihan dalam bidang keilmuan, pengalaman, perhitungan dan pemahaman pengabdian profesi wajib memberikan nasehatnya apabila diminta kepada sejawat bermasalah dan atau konflik etikolegal. (4) Seorang dokter seyogyanya tidak mengomentari secara tidak bijak atau memberikan komentar negatif atas terapi yang diberikan sejawatnya, tanpa mengetahui dasar kebijakan atau metodologi yang sesungguhnya. (5) Seorang dokter atau dokter yunior seyogyanya berterima kasih dan tidak merasa sakit hati bila secara pribadi atau empat mata diberi nasihat atau diberitahukan kekurangannya dalam menangani pasien atau kemungkinan terjadinya pelanggaran hukum oleh dokter lain atau seniornya sepanjang dilakukan dengan niat baik. (6) A p a b i l a s e o r a n g d o k t e r t e l a h mengingatkan rekan sejawat yang melakukan pelanggaran tetapi tidak ada perubahan, maka dapat menyampaikan laporan kepada pihak yang berwenang. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 49

51 (7) Dalam mengingatkan sejawat, seorang dokter wajib untuk tidak melakukannya di depan pasien sejawat tersebut. Pasal 10: Penghormatan hak-hak pasien dan sejawat Seorang dokter wajib senantiasa menghormati hak-hak pasien, teman sejawatnya, dan tenaga kesehatan lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien. Cakupan Pasal: (1) Seorang dokter wajib memberikan akses kepada pasien dan mengobatinya tanpa prasangka terhadap ras, agama, suku, kedudukan sosial, kondisi kecacatan t u b u h d a n s t a t u s k e m a m p u a n membayarnya. (2) Seorang dokter dalam mengobati pasien w a j i b s e n a n t i a s a m e n g h o r m a t i, melindungi dan atau memenuhi hak-hak pasien sebagai bagian dari hak asasi manusia dalam bidang kesehatan. (3) Seorang dokter wajib berperilaku berwibawa, tutur kata sopan, perilaku Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 50

52 santun, menghormati hak-hak pasien, sejawat maupun tenaga kesehatan lainnya. (4) Seorang dokter wajib memberikan informasi yang jelas dan memadai serta menghormati pendapat atau tanggapan pasien atas penjelasan dokter. (5) Seorang dokter seharusnya tidak menyembunyikan informasi yang dibutuhkan pasien, kecuali dokter berpendapat hal tersebut untuk kepentingan pasien, dalam hal ini dokter dapat menyampaikan informasi ini kepada pihak keluarga atau wali pasien. (6) Seorang dokter dilarang merokok dan minum minuman keras di depan pasiennya. Pasal 11 : Pelindung kehidupan Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya dalam melindungi hidup makhluk insani. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 51

53 Cakupan Pasal: (1) S e o r a n g d o k t e r w a j i b m e n g e r t i memahami siklus dan mutu kehidupan manusia, mulai saat pembuahan dan atau saat kehidupan diawali, proses alamiah kehidupan berlangsung sampai dengan menjelang saat sesudah kematian manusia, dengan tujuan untuk menghormati, melindungi dan memelihara hidup mahluk insani. (2) Seorang dokter dilarang terlibat atau melibatkan diri ke dalam abortus, euthanasia, maupun hukuman mati yang tidak dapat dipertanggung jawabkan moralitasnya. (3) Seorang dokter wajib berhati-hati, mempertimbangkan berbagai aspek diagnosis, pengobatan/perlakuan dan prognosis pada konteks kehidupan reproduksi pada umumnya serta menggunakan pelbagai kemajuan/ kecanggihan teknologi reproduktif apapun yang dapat menghilangkan atau menurunkan harkat manusia dan martabat kemanusiaan. (4) Seorang dokter harus mengerahkan segala kemampuannya untuk meringankan penderitaan dan memelihara Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 52

54 hidup akan tetapi tidak untuk mengakhirinya. (5) Seorang dokter dialrang menggugurkan kandungan (abortus provocatus) tanpa indikasi medis yang membahayakan kelangsungan hidup ibu dan janin atau mengakhiri kehidupan seseorang yang menurut ilmu dan pengetahuan tidak mungkin akan sembuh (euthanasia). Pasal 12 : Pelayanan Kesehatan Holistik Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan keseluruhan aspek pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan paliatif), baik fisik maupun psiko-sosial-kultural pasiennya, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat. Cakupan pasal: (1) Setiap dokter wajib memandang seorang klien pasien sebagai manusia utu holistik berwujud kesatuan bio-psiko-sosiokultural-spiritual dan bertindak dalam Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 53

55 pelayanan kesehatan menyeluruh/ komprehensif untuk mendukung terwujud nya derajat kesehatan individu dan masyarakat yang optimal dengan cara melakukan intervensi medik terhadap berbagai faktor yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. (2) Setiap dokter wajib menghargai kearifan lokal dan berperan sebagai agen perubah ke arah masyarakat lebih baik, damai, adil dan sejahtera berkat kepemimpinan transformatif yang dimilikinya, sesuai dengan kompetensi dokter yang tertera dalam dokumen pendidikan kedokteran sejagat. (3) Seorang dokter seharusnya memahami klien/pasien yang ditanganinya memiliki konstruksi berpikir dan bersikap tindak perilaku sesuai dengan lingkungan keluarga dan lingkungan sosialnya dalam m e n y a t a k a n, m e n g i n g i n k a n d a n mengatasi penyakitnya. (4) Seorang dokter seharusnya memahami bahwa pendekatan kedokteran modern yang positivistik selain memiliki kekuatan juga mengandung kelemahan, yang dapat diatasi melalui pendekatan kedokteran holistik baik yang integratif maupun yang Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 54

56 sinergistik. (5) Dalam aspek promotif, seorang dokter seharusnya bertindak sebagai advocator pemberdaya masyarakat melalui pengorganisasian mereka baik melalui pendidikan kesehatan, perbaikan lingkungan fisik, sosial, ekonomi dan budaya agar dapat membantu masyarakat mampu memilih pola hidup sehat dan semakin lebih sehat lagi. (6) Dalam aspek preventif, seorang dokter seharusnya bertindak sebagai pemberi pelayanan, pendidikan kesehatan dan perlindungan pencegahan supaya klien dan keluarganya dapat tetap sehat, terhindar dari risiko/sumber penyakit. (7) Dalam aspek rehabilitatif, seorang dokter s e h a r u s n y a b e r t i n d a k u n t u k mengembalikan dan memulihkan fungsi gangguan, disabilitas kecacatan serta keterbatasan gerak sosial pasien termasuk mencegah stigmatisasi dan ketimpangan sosialnya sehingga tercapai kualitas hidup yang layak. (8) Dalam aspek paliatif, seorang dokter khususnya pada pasien yang tidak akan tersembuhkan walau segala upaya medik dilakukan, wajib mengupayakan Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 55

57 kenyamanan pasien agar jangan sampai tersiksa menderita karena penyakitnya sehingga terjunjung tinggi nilai kemanusiaannya dan akhirnya wafat secara bermartabat. Pasal 13 : Kerjasama Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral di bidang kesehatan, bidang lainnya dan masyarakat, wajib saling menghormati. Cakupan pasal: (1) Dokter wajib mentaati peraturan internal dan membina hubungan harmonis dengan manajemen dan petugas lain dalam fasilitas pelayanan kesehatan dimana ia bekerja. (2) Setiap dokter yang berpraktik di Indonesia, termasuk dokter warganegara asing, wajib mematuhi dan tunduk pada Kode Etik Kedokteran Indonesia. (3) Dokter dilarang menutup-nutupi praktik dokter asing yang tidak legal di Indonesia. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 56

58 (4) Setiap dokter wajib berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menggunakan sumberdaya pelayanan kesehatan dengan cara terbaik untuk kepentingan pasien dan masyarakat Pasal 14 : Konsul dan Rujukan Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan pengobatan atau demi kepentingan terbaik pasien, atas persetujuan pasien keluarganya, ia wajib berkonsultasi merujuk pasien kepada dokter lain yang mempunyai keahlian untuk itu. Cakupan pasal: (1) Setiap dokter wajib memerankan sikap tulus ikhlas dan bekerja dengan seluruh keilmuan kepada setiap pasiennya. (2) Dalam hal problem penyakit pasien di luar kompetensinya, seorang dokter wajib Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 57

59 mengkonsultasikan ke ahlinya. (3) Setiap dokter perujuk wajib menuliskan ringkasan medik pasien tersebut secukupnya dalam amplop tertutup, agar sejawat terujuk dapat memperoleh informasi memadai untuk secepatnya menangani pasien. (4) Seorang dokter seyogyanya berkonsultasi dengan sejawat lain sesama satu fasilitas pelayanan kesehatan (intramural, termasuk rawat bersama) atau merujuk alih rawat (ekstramural) secara patut. Pasal 15 : Kebebasan beribadat dan lain-lain Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasien agar senantiasa dapat berinteraksi dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan/atau penyelesaian masalah pribadi lainnya. Cakupan Pasal: (1) Setiap dokter wajib menghormati dan menghargai hak asasi setiap pasien Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 58

60 dalam menjaga kesehatannya dengan cara berinteraksi dengan keluarga, beribadat dan atau berkonsultasi dengan siapapun tentang masalah pribadinya. (2) Setiap dokter wajib bertindak hati-hati dalam memberi nasehat pasien dan atau keluarganya untuk menjalankan ibadat dan atau menyelesaikan masalah pribadinya selama dalam hubungan dokter pasien, termasuk pada masa konsultasi anamnesis, diagnostik, pengobatan perawatan sakit maupun pemulihannya serta peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit berikutnya. (3) Merupakan perbuatan tercela bila seorang d o k t e r m e l a k u k a n t i n d a k a n mempengaruhi keimanan agama, dan atau kepercayaan pasien supaya berbeda berpindah dari yang dianut sebelumnya. Pasal 16 : Rahasia Jabatan Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 59

61 pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia. Cakupan Pasal : (1) Seorang dokter wajib merahasiakan apa yang dia ketahui tentang pasien yang ia peroleh dari diri pasien tersebut dari suatu hubungan dokter - pasien sesuai ketentuan perundang-undangan. (2) Seorang dokter tidak boleh memberikan pernyataaan tentang diagnosis dan/atau pengobatan yang terkait diagnosis pasien kepada pihak ketiga atau kepada masyarakat luas tanpa persetujuan pasien. (3) Seorang dokter tidak boleh menggunakan rahasia pasiennya untuk merugikan pasien, keluarga atau kerabat dekatnya dengan membukanya kepada pihak ketiga atau yang tidak berkaitan. (4) Dalam hal terdapat dilema moral atau etis akan dibuka atau dipertahankannya rahasia pasien, setiap dokter wajib berkonsultasi dengan mitra bestari dan/atau organisasi profesinya terhadap pilihan keputusan etis yang akan diambilnya. Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 60

62 (5) Setiap dokter wajib hati-hati dan mempertimbangkan implikasi sosialekonomi-budaya dan legal terkait dengan pembukaan rahasia pasiennya yang diduga/mengalami gangguan jiwa, penyakit infeksi menular seksual dan penyakit lain yang menimbulkan stigmatisasi masyarakat. (6) Setiap dokter pemeriksa kesehatan untuk kepentingan hukum dan kemasyarakatan wajib menyampaikan hasil pemeriksaaan kepada pihak berwewenang yang memintanya secara tertulis sesuai ketentuan perundang-undangan. (7) Seorang dokter dapat membuka rahasia medis seorang pasien untuk kepentingan pengobatan pasien tersebut, perintah undang-undang, permintaan pengadilan, untuk melindungi keselamatan dan k e h i d u p a n m a s y a r a k a t s e t e l a h berkonsultasi dengan organisasi profesi, sepengetahuan ijin pasien dan dalam dugaan perkara hukum pihak pasien telah secara sukarela menjelaskan sendiri diagnosis pengobatan penyakitnya di media massa elektronik internet. (8) Seorang dokter wajib menyadari bahwa membuka rahasia jabatan dokter dapat Pedoman Kode Etik Dokter Perhimpunan Kardiologi Indonesia 61

Sumpah Dokter SAYA BERSUMPAH BAHWA :

Sumpah Dokter SAYA BERSUMPAH BAHWA : Sumpah Dokter SAYA BERSUMPAH BAHWA : 1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan peri kemanusiaan. 2. Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai dengan martabat

Lebih terperinci

MEDIKO LEGAL PADA HEMATOLOGI DAN ONKOLOGI. Dr. H. Edi Sulistyono, MM ( Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kab. Pati )

MEDIKO LEGAL PADA HEMATOLOGI DAN ONKOLOGI. Dr. H. Edi Sulistyono, MM ( Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kab. Pati ) MEDIKO LEGAL PADA HEMATOLOGI DAN ONKOLOGI Dr. H. Edi Sulistyono, MM ( Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kab. Pati ) SUMPAH DOKTER Demi Allah ( Demi Tuhan ) saya bersumpah, bahwa: 1. Saya akan membaktikan hidup

Lebih terperinci

Istilah kode berasal dari kata latin codex yang antara lain berarti buku, atau sesuatu yang tertulis, atau seperangkat asas-asas atau aturan-aturan.

Istilah kode berasal dari kata latin codex yang antara lain berarti buku, atau sesuatu yang tertulis, atau seperangkat asas-asas atau aturan-aturan. Apa itu Kode Etik? Aturan etika adalah terjemahan dari asasasas etika menjadi ketentuan-ketentuan pragmatis yang memuat hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang harus dihindari. Aturan-aturan etika

Lebih terperinci

Kode Etik Dokter, Perawat, dan Tenaga Kesehatan Lainnya di RS Tipe A

Kode Etik Dokter, Perawat, dan Tenaga Kesehatan Lainnya di RS Tipe A Kode Etik Dokter, Perawat, dan Tenaga Kesehatan Lainnya di RS Tipe A Oleh Auliyaa Rahmah Meyliana Primavita Asharie Pembimbing dr. Cort Darby Tombokan, SH, Sp.F Kode Etik Profesi Menurut Undang undang

Lebih terperinci

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.263, 2015 LIPI. Pegawai. Kode Etik. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

2 1. Pelayanan Kesehatan Tradional Empiris adalah penerapan kesehatan tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris. 2. Pelayanan K

2 1. Pelayanan Kesehatan Tradional Empiris adalah penerapan kesehatan tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris. 2. Pelayanan K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.369, 2014 KESRA. Kesehatan. Tradisional. Pelayanan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5643) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Iklan. Publikasi. Pelayanan Kesehatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Iklan. Publikasi. Pelayanan Kesehatan. No.673, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Iklan. Publikasi. Pelayanan Kesehatan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1787/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG IKLAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In No.1421, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Kode Etik Pegawai. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER MANDIRI Diundangkan dalam Berita Daerah Kota Bogor Nomor

Lebih terperinci

KODE ETIK PSIKOLOGI MUKADIMAH

KODE ETIK PSIKOLOGI MUKADIMAH KODE ETIK PSIKOLOGI MUKADIMAH Berdasarkan kesadaran diri atas nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD 1945, Ilmuwan Psikologi dan Psikolog menghormati harkat dan martabat manusia serta menjunjung tinggi terpeliharanya

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016 SALINAN WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk mencapai tujuan Ombudsman, para

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.271, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Kode Etik. PNS. Kementerian. Hukum. HAM. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-07.KP.05.02

Lebih terperinci

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi: Hak dan Kewajiban Pasien Menurut Undang-Undang Menurut Declaration of Lisbon (1981) : The Rights of the Patient disebutkan beberapa hak pasien, diantaranya hak memilih dokter, hak dirawat dokter yang bebas,

Lebih terperinci

KODE ETIK APOTEKER INDONESIA DAN IMPLEMENTASI - JABARAN KODE ETIK

KODE ETIK APOTEKER INDONESIA DAN IMPLEMENTASI - JABARAN KODE ETIK KODE ETIK APOTEKER INDONESIA DAN IMPLEMENTASI - JABARAN KODE ETIK KODE ETIK APOTEKER INDONESIA MUKADIMAH Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas kewajibannya serta dalam mengamalkan keahliannya

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MUKADDIMAH Universitas Muhammadiyah Mataram disingkat UM Mataram adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 8 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 8 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 8 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR Diundangkan dalam

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI SATPAM

ETIKA PROFESI SATPAM SECURITY SERVICES ETIKA PROFESI SATPAM ABU SAKKIR NRG. 19 07 003651 PENGERTIAN KODE ETIK PROFESI Yang disebut kode etik adalah kumpulan dari etika, sedangkan etika adalah pernyataan tentang apa apa yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN

PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang:

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: UU 5-1991 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2004 POLITIK. KEAMANAN. HUKUM. Kekuasaaan Negara. Kejaksaan. Pengadilan. Kepegawaian.

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-06/M.

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-06/M. SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-06/M.EKON/12/2008 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 800-376 Tahun 2011 TENTANG KODE ETIK KHUSUS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN DITJEN KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM

Lebih terperinci

GRATIFIKASI VS SPONSORSHIP PKB DAENG MOHAMMAD FAQIH

GRATIFIKASI VS SPONSORSHIP PKB DAENG MOHAMMAD FAQIH GRATIFIKASI VS SPONSORSHIP PKB DAENG MOHAMMAD FAQIH Gratifikasi Umum Etika Hukum TINDAK PIDANA KORUPSI UNSUR UNSUR : - SETIAP ORANG - DENGAN SENGAJA - MEMBERI ATAU MENJANJIKAN / MENERIMA - MENYALAHGUNAKAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.143, 2016 KEUANGAN BPK. Kode Etik. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 5904) PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 7 TAHUN 2006 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 7 TAHUN 2006 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Hsl Rpt (12) Tgl 19-05-06 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 7 TAHUN 2006 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUKU KODE ETIK DOSEN

BUKU KODE ETIK DOSEN Kode Dokumen Nama Dokumen Edisi Disahkan Tanggal Disimpan di- KED-AAYKPN Buku Kode Etik 01-Tanpa Revisi 31 Agustus 2010 UPM-AAYKPN Dosen BUKU KODE ETIK DOSEN AKADEMI AKUNTANSI YKPN YOGYAKARTA Disusun Oleh

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERUBAHAN KODE ETIK NOTARIS KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, MEI 2015

PERUBAHAN KODE ETIK NOTARIS KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, MEI 2015 PERUBAHAN KODE ETIK NOTARIS KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, 29-30 MEI 2015 1. Beberapa ketentuan dalam Pasal 1 diubah, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut : BAB I KETENTUAN UMUM

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL ASOSIASI PERENCANA PEMERINTAH INDONESIA. Nomor 002/Munas-I/APPI/08/2006 Tentang

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL ASOSIASI PERENCANA PEMERINTAH INDONESIA. Nomor 002/Munas-I/APPI/08/2006 Tentang KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL ASOSIASI PERENCANA PEMERINTAH INDONESIA Nomor 002/Munas-I/APPI/08/2006 Tentang KODE ETIK PERENCANA PEMERINTAH INDONESIA Menimbang : a. bahwa profesi adalah pekerjaan yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/ TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/ TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/2004-2005 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA

KODE ETIK GURU INDONESIA KODE ETIK GURU INDONESIA MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa Negara Kesatuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem No.671, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Izin. Pelaksanaan. Praktik Kedokteran. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU No.547, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DPR-RI. Kode Etik. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk

Lebih terperinci

KONSEP HUKUM DALAM KEPERAWATAN

KONSEP HUKUM DALAM KEPERAWATAN KONSEP HUKUM DALAM KEPERAWATAN Oleh : Kelompok 3.B Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu keperawatan, berbentuk

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepot

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepot No.1733, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. Kode Etik. Penegakan. PERATURAN BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DAN TATA CARA PENEGAKAN KODE

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1189, 2016 KI. Kode Etik Anggota. (Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 11). PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE

Lebih terperinci

2 Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik I

2 Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1423. 2015 KEMENLU. Kode Etik. Pegawai. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI KEMENTERIAN LUAR NEGERI DENGAN

Lebih terperinci

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.156, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kode Etik. Disiplin Kerja. PNS PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI i PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.926, 2013 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Kode Etik. PNS. Pembinaan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI

Lebih terperinci

KODE ETIK ANGGOTA KOMISI PARIPURNA DAN ANGGOTA BADAN PEKERJA KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

KODE ETIK ANGGOTA KOMISI PARIPURNA DAN ANGGOTA BADAN PEKERJA KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN KODE ETIK ANGGOTA KOMISI PARIPURNA DAN ANGGOTA BADAN PEKERJA KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam dokumen ini yang dimaksud dengan: 1. Kode Etik Anggota

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu

Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu KELOMPOK 19 Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu dan kiat yang dimilikinya dalam batas-batas

Lebih terperinci

IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA IKA STAR BPKP, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : WALIKOTA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1230, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Perilaku. Kode Etik. Jaksa. Pencabutan. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER 014/A/JA/11/2012 TENTANG KODE PERILAKU JAKSA DENGAN

Lebih terperinci

Kode etik perawat. Profesi moral community : Cita-cita dan nilai bersama. Anggota profesi disatukan oleh latar belakang pendidikan yg sama Profesi mem

Kode etik perawat. Profesi moral community : Cita-cita dan nilai bersama. Anggota profesi disatukan oleh latar belakang pendidikan yg sama Profesi mem KODE ETIK PROFESI KEPERAWATAN Kode etik perawat. Profesi moral community : Cita-cita dan nilai bersama. Anggota profesi disatukan oleh latar belakang pendidikan yg sama Profesi memiliki keahlian yg tidak

Lebih terperinci

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem No.449, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Kode Etik. Prinsip. Sanksi. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP.05.02 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS

BAB III TINJAUAN TEORITIS BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Umum Tentang Jaminan Sosial 1. Hukum Kesehatan Kesehatan merupakan hak asasi manusia, artinya, setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses pelayanan

Lebih terperinci

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas No.605, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Kode Etik. Pegawai Pemasyarakatan. Majelis Kehormatan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

Hospital by laws. Dr.Laura Kristina

Hospital by laws. Dr.Laura Kristina Hospital by laws Dr.Laura Kristina Definisi Hospital : Rumah sakit By laws : peraturan Institusi Seperangkat peraturan yang dibuat oleh RS (secara sepihak) dan hanya berlaku di rumah sakit yang bersangkutan,dapat

Lebih terperinci

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara No.1352, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAKAMLA. Kode Etik Pegawai. PERATURAN KEPALA BADAN KEAMANAN LAUT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN KEAMANAN LAUT DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PSIKOLOG KLINIS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PSIKOLOG KLINIS PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PSIKOLOG KLINIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PENYELENGGARA PELAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PADA BIRO ADMINISTRASI PENGADAAN DAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH SEKRETARIAT

Lebih terperinci

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PENUNJUK ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM

PENUNJUK ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM PENUNJUK ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM 1 (satu) Hari Kerja ~ waktu paling lama, Pemberi Bantuan Hukum wajib memeriksa kelengkapan persyaratan Pemberi Bantuan Hukum wajib memeriksa kelengkapan persyaratan sebagaimana

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Hukum Dokter Terhadap Pasien. 1. Tanggung Jawab Etis

Tanggung Jawab Hukum Dokter Terhadap Pasien. 1. Tanggung Jawab Etis Tanggung Jawab Hukum Dokter Terhadap Pasien 1. Tanggung Jawab Etis Peraturan yang mengatur tanggung jawab etis dari seorang dokter adalah Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Lafal Sumpah Dokter. Kode etik

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN I N S P E K T O R A T Jl. Arungbinang Nomor 16 Telp: (0287) , Kebumen 54311

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN I N S P E K T O R A T Jl. Arungbinang Nomor 16 Telp: (0287) , Kebumen 54311 PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN I N S P E K T O R A T Jl. Arungbinang Nomor 16 Telp: (0287) 381437, 381319 Kebumen 54311 PERATURAN INSPEKTUR KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PENGAWAS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1647, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL. Kode Etik. PNS. Pembinaan. PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DENGAN

Lebih terperinci

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI DEFINISI Keperawatan merupakan salah satu profesi yang bergerak pada bidang kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N No.308, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Keselamatan Pasien. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.41, 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN. Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran. Keanggotaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.41, 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN. Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran. Keanggotaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.41, 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN. Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran. Keanggotaan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150/MENKES/PER/I/2011 TENTANG

Lebih terperinci

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1507, 2017 KEMENKUMHAM. Kode Etik. Kode Perilaku Pegawai. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG KODE

Lebih terperinci

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.185, 2014 KESEHATAN. Jiwa. Kesehatan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5571) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.915, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Data. Informasi Kesehatan. Rahasia Kedokteran. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai salah

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.465, 2017 BPOM. Kode Etik. Kode Perilaku ASN. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1094, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN. Kode Etik. Pegawai Negeri Sipil. Pembinaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci