DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR SINGKATAN... RESUME HASIL PEMERIKSAAN... 1 BAB I PENDAHULUAN Dasar Pemeriksaan...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR SINGKATAN... RESUME HASIL PEMERIKSAAN... 1 BAB I PENDAHULUAN Dasar Pemeriksaan..."

Transkripsi

1

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR SINGKATAN... RESUME HASIL PEMERIKSAAN... 1 BAB I PENDAHULUAN Dasar Pemeriksaan Standar Pemeriksaan Jenis dan Tujuan Pemeriksaan Sasaran Pemeriksaan Lingkup Pemeriksaan Entitas yang Diperiksa Metodologi Pemeriksaan Jangka Waktu Pemeriksaan Cakupan Pemeriksaan... 7 BAB II GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN DANA DALAM RANGKA OTONOMI KHUSUS PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT Dasar Hukum Penyelenggaraan Dana Otonomi Khusus Latar Belakang Otonomi Khusus Kebijakan dan Mekanisme Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Kebijakan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Mekanisme Pengelolaan Dana Dalam Rangka Otonomi Khusus Alokasi, Realisasi dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus Alokasi Dana Otonomi Khusus dan Dana Tambahan Infrastruktur Tahun Anggaran Alokasi Dana Otonomi Khusus pada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota BAB III HASIL PEMERIKSAAN Perencanaan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Belum Didukung dengan Perangkat Peraturan yang Memadai Alokasi Dana Otonomi Khusus untuk Bidang Kesehatan dan Pendidikan Tidak Sesuai dengan Ketentuan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Belum Menetapkan Rencana Induk Percepatan Pembangunan dalam Rangka Memanfaatkan Dana Otonomi Khusus Secara Berkesinambungan Pelaksanaan i v vi i

3 3.2.1 Terdapat Kegiatan yang Tidak Dilaksanakan (Fiktif) Bersumber dari Dana Otonomi Khusus Sebesar Rp , Terdapat Kelebihan Pembayaran Karena Kekurangan Volume Pekerjaan atau Pembayaran Tidak Sesuai Dengan Ketentuan Sebesar Rp , Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Tidak Sesuai dengan Tujuan Pembentukannya Penyelesaian Pekerjaan Terlambat Namun Tidak Dikenakan Denda Keterlambatan Sebesar Rp , Pemahalan Harga atas Pengadaan Barang dan Jasa Sebesar Rp , Proses Pengadaan Barang/Jasa Melalui Dana Otonomi Khusus pada Enam Pemerintah Daerah di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Sebesar Rp ,00 Tidak Sesuai Ketentuan Penggunaan Dana Otonomi Khusus Tidak Tepat Sasaran/Tidak Sesuai dengan Peruntukan Senilai Rp ,00 pada Pemerintah Provinsi/Kabupaten di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Pelaksanaan Kegiatan yang Didanai dari Dana Otonomi khusus Terlambat/Terhambat Sebesar Rp ,14 pada Pemerintah Provinsi/Kabupaten di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Realisasi Penerimaan Dana Otonomi Khusus Kurang Diterima Karena Dipotong Langsung Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Papua untuk Pembayaran Tagihan Pihak III Sebesar Rp , Pertanggungjawaban dan Pemanfaatan Sisa Dana Otonomi Khusus pada Bendahara Pengeluaran Terlambat Disetor Sebesar Rp ,00 dan Sebesar Rp ,00 Tidak Disetorkan ke Kas Daerah/Negara Pertanggungjawaban Realisasi Belanja Dana Otonomi Khusus Sebesar Rp ,00 Tidak Dilengkapi dengan Bukti yang Lengkap dan Valid Aset Hasil Pengadaan Barang Sebesar Rp ,00 Tidak Dimanfaatkan Belanja Bantuan Kepada Kabupaten/Kota untuk TA 2007 dan 2008 dengan Nilai Total Aset Sebesar Rp ,00 Belum Dicatat oleh Pemerintah Daerah Penerima Bantuan Evaluasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota Belum Seluruhnya Melaksanakan Evaluasi Kinerja dan Monitoring Terhadap Pelaksanaan Program dan Kegiatan Otonomi Khusus Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Hasil Pemeriksaan Sebelumnya Belum Ditindaklanjuti Secara Optimal ii

4 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.a Lingkup Pemeriksaan Atas Dana Otonomi Khusus yang Dilakukan pada Semester II Tahun 2010 dan Semester I Tahun 2011 Lampiran 1.b Lingkup Pemeriksaan Terkait Dana Otonomi Khusus yang Telah Dilakukan Untuk Tahun Anggaran 2002 s.d yang Dalam Proses Pemantauan Tindak Lanjut Lampiran 2 Daftar Entitas yang Diperiksa Sejak Tahun Anggaran 2002 S.D Lampiran 3.a Pembandingan Antara Realisasi Penerimaan Dana Otonomi Khusus dengan Realisasi Penerimaan Secara Keseluruhan (2002 s.d. 2010) Lampiran 3.b Perbandingan Antara Jumlah Keseluruhan Penerimaan Kabupaten/Kota (APBD) dengan Dana Otonomi Khusus yang Diterima (Tahun 2007 s.d. 2009) pada 19 Kabupaten/Kota di Wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat Lampiran 4.a Rincian Penggunaan Dana Otonomi Khusus oleh Pemerintah Daerah di Provinsi Papua dalam Bidang Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur dan Ekonomi (pada 15 Pemerintah Daerah Sampling di Provinsi Papua Tahun 2007 s.d 2009) Lampiran 4.b Rincian Penganggaran Dana Otonomi Khusus per Bidang oleh Pemerintah Daerah di Provinsi Papua Barat dalam Bidang Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur dan Ekonomi (Pada 6 Pemerintah Daerah Termasuk Pemerintah Daerah yang Semula Masuk dalam Provinsi Papua) Selama Tahun 2004 s.d Lampiran 5 Indeks Terkait Bidang Pendidikan Lampiran 6 Rekapitulasi Belanja Langsung Masyarakat (Belanja Respek Dan Belanja Bantuan Sosial ) Pada 15 Pemda di Wilayah Provinsi Papua dan 6 Pemda Di Wilayah Papua Barat (Untuk TA 2007 s.d. 2009) Lampiran 7 Daftar Temuan Kegiatan yang Tidak Dilaksanakan (Fiktif) Melalui Dana Otonomi Khusus di Wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat TA 2008 S.D Lampiran 8.a Rekapitulasi Kekurangan Volume pada Beberapa Kabupaten/Kota atas Pekerjaan Dengan Sumber Dana Otonomi khusus Lampiran 8.b Rekapitulasi Kelebihan Pembayaran pada Masing-Masing Kabupaten/ Kota Lampiran 9 Daftar Temuan Kekurangan Volume Pekerjaan Hasil Pemeriksaan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus di Wilayah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2008 dan 2009 Lampiran 10 Daftar Temuan Kelebihan Pembayaran Dana Otonomi Khusus di Wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat TA 2008 s.d Lampiran 11.a Daftar Tindak Lanjut atas Temuan Kekurangan Volume Pemeriksaan TA 2003 s.d Lampiran 11.b Daftar Tindak Lanjut atas Kelebihan Pembayaran Pemeriksaan TA 2005 s.d Lampiran 12 Denda Keterlambatan Pada Pemerintah Daerah di Wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat Lampiran 13 Rekapitulasi Denda Keterlambatan/Kekurangan Penerimaan yang Belum Dipungut di Provinsi Papua dan Papua Barat iii

5 Lampiran 14 Daftar Temuan Pemahalan Harga Pekerjaan Hasil Pemeriksaan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus di Wilayah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2008 s.d Lampiran 15 Lampiran Tindak Lanjut Pemahalan Lampiran 16 Rekap Tindak Lanjut atas Temuan Penggunaan Dana Otonomi Khusus Tidak Tepat Sasaran Lampiran 17 Daftar Temuan Tindak Lanjut Pelaksanaan Kegiatan yang Didanai dari Dana Otonomi Khusus Terlambat/Terhambat Lampiran 18 Rekapitulasi Hasil Pemeriksaan Fisik Lampiran 19 Perhitungan PPN dan PPh yang Tidak Dipotong Dalam Pencairan Pembayaran Lampiran 20 Perhitungan Kekurangan Volume Fisik Pada Pemeriksaan Fisik Tahun 2004 Setelah Dilakukan Perhitungan atas Pajak (PPN) Lampiran 21 Rekapitulasi Status Tindaklanjut Temuan Terkait Sisa Anggaran Dana Otonomi Khusus yang Masih Dikuasai Bendahara Pengeluaran pada Akhir Tahun Anggaran Lampiran 22 Daftar Pertanggungjawaban Tidak Didukung Bukti yang Valid dan Lengkap yang Ditemukan pada Pemeriksaan Semester II Tahun 2010 dan Semester I Tahun 2011 Lampiran 23 Rekapitulasi Status Tindak Lanjut Temuan Terkait Pertanggungjawaban yang Tidak Lengkap dan Tidak Valid Lampiran 24 Hasil Pengadaan yang Belum/Tidak Dimanfaatkan Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2010 dan Semester I Tahun 2011 Lampiran 25 Rekapitulasi Status Tindak Lanjut Temuan Terkait Hasil Pengadaan yang Belum Dimanfaatkan Lampiran 26 Daftar Rekapitulasi Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (DRTLHP) Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran pada Pemerintah Daerah di Provinsi Papua dan Papua Barat per 31 Desember 2010 iv

6 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Penetapan dan Realisasi Penyaluran Dana Otonomi khusus 2% DAU dan Tambahan Infrastruktur Pembagian Dana Otonomi Khusus antara Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota Rekapitulasi Permasalahan Kelebihan Pembayaran Dana Otonomi Khusus yang Didepositokan Rekapitulasi Pembentukan Dana Cadangan Realisasi Dana Infrastruktur untuk Kegiatan yang Tidak Terkait Penyediaan Infrastruktur Daftar Daerah yang Pelaksanaannya Terlambat/Terhambat Alokasi Penerimaan dan Realisasi Penerimaan Dana Otonomi Khusus pada Kabupaten Raja Ampat Tahun Sisa Dana Otonomi khusus Telah Direalisasikan Namun Masih Dikuasai oleh Bendahara Pengeluaran Hingga Akhir Tahun Anggaran v

7 DAFTAR SINGKATAN APBN APBD BAST BAPPEDA BLM BMN/D BPK BPK RI BPS DAU DED DPRP DP2KA HPS Keppres LHP LK LRA MRP Otsus PAD Perdasi Perdasus PLTMH PMK PNPM PNS PP PPTK PPN PSAP PT RAB RD RESPEK RKS SAP SDM : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah : Berita Acara Serah Terima : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah : Bantuan Langsung Masyarakat : Barang Milik Negara/Daerah : Badan Pemeriksa Keuangan : Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia : Badan Pusat Statistik : Dana Alokasi Umum : Detail Enginering Design : Dewan Perwakilan Rakyat Papua : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset : harga perkiraan sendiri : Keputusan Presiden : Laporan Hasil Pemeriksaa : Laporan Keuangan : Laporan Realisasi Anggaran : Majelis Rakyat Papua : Otonomi Khusus : Pendapatan Asli Daerah : Peraturan Daerah Provinsi : Peraturan Daerah Khusus : Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro : Peraturan Menteri Keuangan : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat : Pegawai Negeri Sipil : Peraturan Pemerintah : Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan : Pajak Pertambahan Nilai : Pedoman Standar Akuntansi Pemerintah : Perseroan Terbatas : Rencana Anggaran Biaya : Rencana Definitif : Rencana Strategi Pembangunan Kampung : Rincian Kerja dan Syarat-syarat : Standar Akuntansi Pemerintah : Sumber Daya Manusia vi

8 SK SKPD SP2D SPPD SPI SPKN SSP TA TAP MPR TAYL UU : Surat Keputusan : Satuan Kerja Perangkat Daerah : Surat Perintah Pencairan Dana : Surat Perintah Perjalanan Dinas : Sistem Pengendalian Intern : Standar Pemeriksaan Keuangan Negara : Surat Setoran Pajak : Tahun Anggaran : Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat : Tahun Anggaran Yang Lalu : Undang-Undang vii

9 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RESUME HASIL PEMERIKSAAN ATAS PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA OTONOMI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2002 S.D 2010 PADA PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT Pengguna Laporan, Dewan Perwakilan Rakyat RI Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK telah melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran 2002 s.d pada Provinsi Papua dan Papua Barat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk: 1. Menilai apakah sistem pengendalian intern (SPI) dirancang dan dilaksanakan secara memadai; 2. Menilai apakah kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur Provinsi Papua dan Papua Barat atas pengelolaan dana otonomi khusus TA 2002 s.d telah sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 3. Mengetahui apakah dana otonomi khusus yang ditransfer dari Pemerintah Pusat ke Provinsi Papua dan Papua Barat telah tepat jumlah, tepat waktu dan tepat rekening; 4. Menilai apakah penggunaan dan pertanggungjawaban dana otonomi khusus telah sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 5. Menilai apakah terdapat temuan-temuan yang berulang dan belum ditindaklanjuti pada tahun sebelumnya. Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Otonomi Khusus tersebut dilaksanakan sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan negara yang ditetapkan oleh BPK, yang meliputi prosedur-prosedur yang kami pandang perlu sesuai dengan keadaan. Untuk mencapai tujuan pemeriksaan di atas, pemeriksaan diarahkan pada penerimaan dana otonomi khusus, proses penyaluran dan penggunaan dana otonomi khusus, serta proses pelaporan dan pertanggungjawaban realisasi penggunaan dana yang bersumber dari dana otonomi khusus tahun anggaran 2002 s.d Temuan-temuan signifikan dari hasil pemeriksaan sebagai berikut: 1) Pengelolaan dana otonomi khusus belum didukung perangkat peraturan yang memadai berupa peraturan daerah khusus dan peraturan pemerintah untuk mengimplementasikan UU No.21 Tahun

10 2 2) Alokasi Dana Otonomi Khusus untuk bidang kesehatan dan pendidikan tidak sesuai dengan ketentuan mengakibatkan tidak tercapainya prioritas pembangunan dana otonomi khusus di bidang pendidikan dan kesehatan. 3) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat belum menyusun Rencana Induk Percepatan Pembangunan Dalam Rangka Memanfaatkan Dana Otonomi Khusus Secara Berkesinambungan. Hal ini mengakibatkan perkembangan pencapaian tujuan Otonomi Khusus belum dapat diukur baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 4) Penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan dana otonomi khusus meliputi: (1) Terdapat kegiatan yang tidak dilaksanakan (fiktif) bersumber dana otonomi khusus sebesar Rp ,00; (2) Terdapat kelebihan pembayaran karena kekurangan volume pekerjaan atau pembayaran tidak sesuai dengan ketentuan sebesar Rp ,37; (3) Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Tidak Sesuai Dengan Tujuan Pembentukannya, yaitu dalam bentuk pendepositoan dana otonomi khusus dan pembentukan dana cadangan yang menyimpang dari ketentuan Sebesar Rp ,00 (4) Penyelesaian Pekerjaan Terlambat Tidak Dikenakan Denda Keterlambatan Sebesar Rp ,00 (5) Pemahalan Harga atas Pengadaan Barang dan Jasa Sebesar Rp ,64 (6) Proses Pengadaan Barang/Jasa Melalui Dana Otonomi Khusus pada Enam Pemerintah Daerah Sebesar Rp ,00 Tidak Sesuai Ketentuan (7) Penggunaan Dana Otonomi Khusus Tidak Tepat Sasaran/Tidak Sesuai dengan Peruntukan sebesar Rp ,00 (8) Pelaksanaan Kegiatan yang Didanai dari Dana Otonomi Khusus Terlambat/ Terhambat Sebesar Rp ,14 (9) Realisasi Penerimaan Dana Otonomi Khusus Kurang Diterima Karena Dipotong Langsung Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Papua Untuk Pembayaran Tagihan Pihak III Sebesar Rp ,00. 5) Pertanggungjawaban Pengeluaran Dana Otonomi Khusus Sebesar Rp ,00 tidak didukung dengan bukti yang lengkap dan valid. 6) Aset Hasil Pengadaan Barang sebesar Rp ,00 Belum/Tidak Dimanfaatkan. 7) Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota belum Melaksanakan Evaluasi Kinerja dan Monitoring terhadap Pelaksanaan Program dan Kegiatan Otonomi khusus Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Berdasarkan pemeriksaan kami, temuan-temuan signifikan di atas menjadikan kami yakin bahwa pengelolaan dan pertanggungjawaban dana otonomi khusus Tahun 2002 s.d. 2010, secara umum tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

11 3 Berkaitan dengan permasalahan-permasalahan di atas, BPK RI merekomendasikan kepada pihak-pihak terkait untuk melakukan langkah-lang gkah perbaikan sesuai dengan rekomendasi dalam laporan ini. Jakarta,14 April 2011 Penanggung Jawab Pemeriksaan, Abdul Latief NIP

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Dasar Pemeriksaan Pemeriksaan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban dana otonomi khusus Tahun Anggaran (TA) 2002 s.d pada Provinsi Papua dan Papua Barat dilakukan berdasarkan: 1) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23E, pasal 23F dan pasal 23G. 2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 4) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. 5) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. 6) Surat DPR RI Nomor PW.01/5367/DPR RI/VII/2010 tanggal 20 Juli 2010 mengenai permintaan Hasil Audit BPK RI atas Dana Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua dari tahun 2001 s.d Standar Pemeriksaan Standar yang digunakan dalam pelaksanaan pemeriksaan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban dana otonomi khusus adalah Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) BPK RI Tahun Jenis dan Tujuan Pemeriksaan Tujuan pemeriksaan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban dana otonomi khusus TA 2002 s.d pada Provinsi Papua dan Papua Barat adalah: 1) Menilai apakah sistem pengendalian intern (SPI) dalam pengelolaan dana otonomi khusus telah dirancang dan dilaksanakan secara memadai; 2) Menilai apakah kebijakan yang ditetapkan dalam rangka pengelolaan dana otonomi khusus telah sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 3) Mengetahui apakah dana otonomi khusus yang ditransfer dari Pemerintah Pusat ke Provinsi Papua dan Papua Barat serta penyaluran ke seluruh kabupaten/kota di wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat telah tepat jumlah, tepat waktu dan tepat rekening; 4) Menilai apakah penggunaan, pertanggungjawaban, dan pemanfaatan hasil pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari dana otonomi khusus, telah sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 5) Menilai apakah terdapat temuan-temuan yang berulang dan belum ditindaklanjuti pada tahun sebelumnya. 4

13 5 1.4 Sasaran Pemeriksaan Sasaran pemeriksaan meliputi pengujian pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban dana otonomi khusus berkaitan dengan: 1) Perencanaan pengelolaan dana otonomi khusus; 2) Penerimaan dan penyaluran dana otonomi khusus, terkait ketepatan jumlah dan waktu; 3) Penggunaan dan pertanggungjawaban dana otonomi khusus, terkait dengan ketertiban dan kepatuhan serta ekonomis, efisiensi, dan efektivitas; dan 4) Pelaporan pengelolaan dana otonomi khusus. 1.5 Lingkup Pemeriksaan Objek yang diperiksa yang selanjutnya disebut sebagai dana otonomi khusus dalam laporan ini adalah dana otonomi khusus menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua pada: 1) Pasal 34 angka (3) huruf e: penerimaan khusus dalam rangka pelaksanaan Otonomi khusus yang besarnya serta dengan 2% (dua persen) dari plafon dana Alokasi Umum Nasional, yang terutama ditujukan untuk pembiayaan pendidikan dan kesehatan; 2) Pasal 34 angka (3) huruf f: dana tambahan dalam rangka pelaksanaan Otonomi khusus yang besarnya ditetapkan antara Pemerintah dengan DPR berdasarkan usulan Pronvinsi pada setiap tahun anggaran, yang terutama ditujukan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur. Lingkup pemeriksaan meliputi: 1) Penerimaan dana otonomi khusus pada Provinsi Papua TA 2007 s.d 2010 dan pada Provinsi Papua Barat TA 2008 s.d. 2010; 2) Belanja daerah yang dibiayai dari dana otonomi khusus pada Provinsi Papua TA 2007 s.d dan pada Provinsi Papua Barat TA 2008 s.d 2010; dan 3) Pemantauan tindak lanjut atas hasil pemeriksaan dana otonomi khusus TA 2002 s.d Rincian selengkapnya disajikan pada Lampiran Entitas yang Diperiksa Entitas yang diperiksa adalah 15 Pemerintah Daerah pada Provinsi Papua dan enam pemerintah daerah pada Provinsi Papua Barat. Sedangkan pemantauan tindaklanjut atas rekomendasi BPK RI dilakukan terhadap 19 pemerintah daerah di wilayah Provinsi Papua dan 10 pemerintah daerah di wilayah Provinsi Papua Barat. Rincian selengkapnya pada Lampiran 2.

14 6 1.7 Metodologi Pemeriksaan Pemeriksaan atas pengelolaan dana otonomi khusus pada Provinsi Papua dan Papua Barat meliputi perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, dan evaluasi. Pemeriksaan dilakukan dengan cara: 1) Uji petik atas dokumen-dokumen keuangan dan pengadaan barang dan jasa; 2) Konfirmasi kepada pihak-pihak yang terkait; 3) Pemeriksaan fisik atas hasil pengadaan barang/jasa; dan 4) Pengkajian hasil-hasil pemeriksaan TA 2002 s.d 2009 yang masih dalam pemantauan tindak lanjut, dan jika diperlukan dilakukan pendalaman. Pemeriksaan dilakukan untuk menilai aspek-aspek sesuai tujuan pemeriksaan, dengan pendekatan sebagai berikut: 1) Pendekatan risiko Metode yang diterapkan dalam melakukan pemeriksaan menggunakan pendekatan risiko yang didasarkan pada pemahaman dan pengujian efektivitas SPI atas penetapan alokasi, penerimaan dan penggunaan dana otonomi khusus. 2) Materialitas Standar materialitas yang digunakan didasarkan pada pertimbangan atas dampak yang diakibatkan dari suatu penyimpangan. Penyimpangan yang mengandung unsur kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) dan pelanggaran hukum merupakan penyimpangan yang material. 3) Uji petik pemeriksaan Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melakukan pengujian secara uji petik atas unit-unit dalam populasi yang akan diuji. Kesimpulan pemeriksaan akan diperoleh berdasarkan hasil uji petik yang dijadikan dasar untuk menggambarkan kondisi dari populasinya. Dalam pemeriksaan ini, pemeriksa menggunakan metode non statistical sampling dengan memperhatikan kecukupan jumlah sampel yang dipilih baik dari segi nilai rupiah atau jenis kegiatannya. 4) Pelaporan Setiap permasalahan yang ditemukan dalam pemeriksaan telah dikomunikasikan dengan entitas yang diperiksa. Temuan pemeriksaan yang dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan diberikan saran tindak perbaikan (rekomendasi) dan telah memperoleh tanggapan tertulis dari pihak yang diperiksa. Pengkajian temuan-temuan tahun sebelumnya untuk mengidentifikasikan temuan berulang dan tindak lanjut hasil pemeriksaan sampai dengan semester II tahun Jangka Waktu Pemeriksaan Pemeriksaan dilaksanakan mulai tanggal 24 November 2010 s.d. 7 Maret 2011.

15 7 1.9 Cakupan Pemeriksaan Cakupan pemeriksaan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban dana otonomi khusus pada Provinsi Papua dan Papua Barat adalah sebesar Rp ,00 atau 66,27% dari keseluruhan penerimaan dana otonomi khusus TA 2002 s.d pada Provinsi Papua dan Papua Barat sebesar Rp ,00.

16 BAB II GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN DANA DALAM RANGKA OTONOMI KHUSUS PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT 2.1 Dasar Hukum Penyelenggaraan Dana Otonomi Khusus Otonomi khusus bagi Provinsi Papua dan Papua Barat antara lain diselenggarakan berdasarkan: 1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua, sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008; 2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 126/PMK.07/2010 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah; 3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.07/2009 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah; 4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.07/2008 tentang Penetapan Alokasi Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua dan Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua Tahun Anggaran 2008; 5) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.07/2009 tentang Alokasi Kekurangan Dana Tambahan Otonomi Khusus Infrastruktur Provinsi Papua Tahun Anggaran 2008; 6) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2008 tentang Alokasi dana otonomi khusus provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat serta dana tambahan infrastruktur Provinsi Papua dan Papua Barat Tahun Anggaran 2009; 7) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 161/PMK.07/2009 tentang Alokasi Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua Dan Provinsi Papua Barat Serta Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua Dan Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2010; 8) Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 2 Tahun 2004 tentang Pembagian Penerimaan Dalam Rangka Otonomi Khusus; 9) Keputusan Gubernur Provinsi Papua Nomor 82 Tahun 2007 tentang Petunjuk Pengelolaan Dana Penerimaan Khusus Dalam Rangka Otonomi Khusus Provinsi Papua TA 2007; 10) Keputusan Gubernur Provinsi Papua Nomor 45 Tahun 2008 tentang Petunjuk Pengelolaan Dana Penerimaan Khusus Dalam Rangka Otonomi Khusus Provinsi Papua TA 2008; 11) Keputusan Gubernur Provinsi Papua Nomor 52 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pengelolaan Dana Penerimaan Khusus Dalam Rangka Otonomi Khusus Provinsi Papua TA 2009; 12) Keputusan Gubernur Provinsi Papua Nomor 198 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Penerimaan Khusus Dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Kusus Provinsi Papua Tahun Anggaran 2010; 8

17 9 13) Peraturan Gubernur Papua Barat Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Bantuan Alokasi Dana Otonomi Khusus dan Tambahan Dana Infrastruktur Kepada Pemerintah Kabupaten/Kota/Distrik/ Kampung; 14) Peraturan Gubernur Papua Barat Nomor 16 Tahun 2010 tentang Alokasi Dana Otonomi Khusus dan Dana Tambahan Infrastruktur Tahun Anggaran 2010; 15) Keputusan Gubernur Papua Nomor 140 Tahun 2009 tentang Pedoman, Lokasi dan Alokasi Pengelolaan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk Pembangunan Distrik, Kampung dan Kelurahan Melalui PNPM Mandiri-Respek Provinsi Papua; dan 16) Keputusan Gubernur Papua Barat Nomor 900/161/X/2010 tentang Penetapan Lokasi dan Alokasi Dana serta Pedoman Pengelolaan Bantuan Alokasi Dana Otonomi Khusus dan Tambahan Dana Infrastruktur Kepada Pemerintah Distrik, Kelurahan, dan Kampung di Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran Dalam pelaksanaan pengelolaan dana otonomi khusus, digunakan peraturanperaturan yang secara umum digunakan dalam pengelolaan keuangan daerah yaitu: 1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 3) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 4) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah beserta perubahannya, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah; 5) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah; 6) Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007; 7) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007; 8) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. 2.2 Latar Belakang Otonomi Khusus Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah membangun masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Masyarakat Papua sebagai warga Negara Indonesia memiliki hak untuk menikmati hasil pembangunan secara wajar. Sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945 mengakui dan menghormati

18 10 satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dalam undang-undang. Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Provinsi Papua selama ini belum sepenuhnya memenuhi rasa keadilan, belum sepenuhnya memungkinkan tercapainya kesejahteraan rakyat, belum sepenuhnya mendukung terwujudnya penegakan hukum, dan belum sepenuhnya menampakkan penghormatan terhadap hak asasi manusia khususnya masyarakat Papua. Pengelolaan dan pemanfaatan hasil kekayaan alam Provinsi Papua belum digunakan secara optimal untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat asli, sehingga telah mengakibatkan terjadinya kesenjangan antara Provinsi Papua dan daerah lain. Dalam rangka mengurangi kesenjangan antara Provinsi Papua dan provinsi lain, dan meningkatkan taraf hidup masyarakat di Provinsi Papua, serta memberikan kesempatan kepada penduduk asli Papua, diperlukan adanya kebijakan khusus dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemberlakuan kebijakan khusus dimaksud didasarkan pada nilai-nilai dasar perlindungan dan penghargaan terhadap etika dan moral, hak-hak dasar penduduk asli, hak asasi manusia, supremasi hukum, demokrasi, pluralisme, serta persamaan kedudukan, hak, dan kewajiban sebagai warga negara. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan otonomi daerah pada umumnya dan otonomi khusus bagi Aceh dan Irian Jaya, maka Sidang Tahunan MPR RI tahun 2000 membuat Ketetapan (TAP) MPR RI Nomor: IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah. Dalam TAP ini disebutkan undangundang otonomi khusus bagi Daerah Istimewa Aceh dan Irian Jaya, sesuai juga dengan TAP MPR Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun agar dikeluarkan selambat-lambatnya 1 Mei Menindaklanjuti amanat kedua TAP MPR tersebut DPR RI tanggal 22 Oktober 2001 menyetujui dan menetapkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Propinsi Papua. Presiden Republik Indonesia sesuai kewenangan yang dimiliki tanggal 21 Nopember 2001 telah mengesahkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 yang kemudian dimuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135 dan Tambahan Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor Untuk Provinsi Papua Barat pemberlakuan otonomi khusus diberikan melalui Undang-Undang Nomor 35 Tahun Peraturan tersebut merupakan landasan hukum untuk pelaksanaan otonomi khusus agar tidak menimbulkan hambatan percepatan pembangunan khususnya di bidang sosial, ekonomi, dan politik, serta infrastruktur. Hal tersebut dikarenakan Provinsi Papua Barat telah menjalankan urusan pemerintahan dan pembangunan serta memberikan pelayanan kepada masyarakat sejak Tahun 2003, namun belum diberlakukan otonomi khusus berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun Kebijakan dan Mekanisme Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Kebijakan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Dalam rangka pelaksanaan otonomi khusus, Pemerintah telah mengalokasikan dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sejak Tahun 2002 untuk

19 11 pelaksanaan otonomi khusus. Sejak tahun anggaran 2006, Pemerintah juga telah mengalokasikan dana tambahan sesuai usulan Provinsi untuk kegiatan yang terutama ditujukan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 dan perubahannya yaitu Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008, kebijakan pembagian dana dalam rangka otonomi khusus adalah sebagai berikut: 1) Dana otonomi khusus yang besarnya setara dengan 2% dari plafon DAU Nasional, yang terutama ditujukan untuk pembiayaan pendidikan dan kesehatan; 2) Dana tambahan infrastruktur dalam rangka pelaksanaan otonomi khusus yang besarnya ditetapkan berdasarkan usulan Provinsi. Dana ini terutama ditujukan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur. Dana tersebut dimaksudkan agar sekurangkurangnya dalam 25 tahun seluruh kota-kota provinsi, kabupaten/kota, distrik atau pusat-pusat penduduk lainnya terhubungkan dengan transportasi darat, laut atau udara yang berkualitas, sehingga Provinsi Papua dapat melakukan aktivitas ekonominya secara baik dan menguntungkan sebagai bagian dari sistem perekonomian nasional dan global Mekanisme Pengelolaan Dana Dalam Rangka Otonomi Khusus Penyaluran dana otonomi khusus TA untuk wilayah kabupaten/kota di Provinsi Papua dan Papua Barat dilakukan oleh Pemerintah Pusat melalui Pemerintah Provinsi Papua. Mulai Tahun 2009, penyaluran dilakukan oleh Pemerintah Pusat melalui Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat. Dana otonomi khusus yang bersumber dari APBN dengan alokasi 2% DAU Nasional disalurkan dengan mekanisme sebagai berikut. 1) Menteri Keuangan menetapkan besaran alokasi dana otonomi khusus setara dengan 2% dari plafon DAU Nasional. 2) Berdasarkan ketetapan Menteri Keuangan tersebut, Gubernur Provinsi Papua dan Gubernur Papua Barat menyampaikan pengajuan pencairan kepada Menteri Keuangan dengan melampirkan rencana penggunaan dalam satu tahun anggaran. 3) Berdasarkan surat permintaan Gubernur Provinsi Papua dan Gubernur Papua Barat, Menteri Keuangan mencairkan secara bertahap dana otonomi khusus ke rekening kas umum daerah (RKUD). Untuk tahap kedua dan seterusnya, pencairan dilakukan setelah memperhatikan pertimbangan Menteri Dalam Negeri berupa persetujuan atau penundaan penyaluran apabila penggunaan dana tidak sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. 4) Penyaluran dana otonomi khusus dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota dilakukan atas dasar nota kesepakatan antara gubernur dan bupati/walikota. Pencairan dana otonomi khusus dari pemerintah provinsi ke pemerintah kabupaten/kota diatur dalam peraturan gubernur menyesuaikan dengan pencairan dana otonomi khusus dari Pemerintah Pusat. Dana dana tambahan infrastruktur dalam rangka otonomi khusus disalurkan dengan mekanisme sebagai berikut:

20 12 (1) Dana tambahan infrastruktur yang besarnya ditetapkan antara Pemerintah dengan DPR berdasarkan usulan provinsi pada setiap tahun anggaran. (2) Dana tambahan infrastruktur disalurkan kepada Pemerintah Provinsi Papuaa dan Pemerintah Provinsi Papua Barat dengan pemindahbukuan ke RKUD Alokasi, Realisasi dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus Alokasi Dana Otonomi Khusus dan Dana Tambahan Infrastruktur Tahun Anggaran Sesuai data dari Kementeriann Keuangan diketahui dana otonomi khusus dan dana tambahan infrastruktur yang telah disalurkan kepada Provinsi Papua dan Papua Barat dari Tahun 2002 s.d 2010 dengan penetapan sebesar Rp ,00 dan realisasi penyalurann Rp , 00 dengan rincian sebagai berikut: Tabel 2.1 Penetapan dan Realisasi Penyaluran Dana Otonomi Khusus 2% DAU dan Dana Tambahan Infrastruktur No Tahun JUMLAH REALISASI PENYALURAN Provinsi Papua Provinsi Papua Barat Penetapan Dana Otonomi Dana Otonomi Khusus Khususs dan Dana dan Dana Tambahan Tambahan Infrastruktur Infrastruktur Jumlah , Alokasi Dana Otonomi Khusus pada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kotaa Selama periode Tahun s.d dana otonomi khusus yang diterima oleh Provinsi Papua dan Papua Barat sebesar Rp ,00. Dari jumlah yang diterima tersebut, dialokasikan pada Pemerintah Provinsi Papua sebesar Rp ,00 dan pada pemerintah kabupaten/kota di wilayah Provinsi Papua sebesar Rp , serta pada Provinsi Papua Barat tahun pada Pemerintah Provinsi dialokasikan sebesar Rp ,000 dan dialokasikan pada pemerintah kabupaten/kota sebesar Rp ,00.

21 13 Rincian pengalokasian, disajikan dalam tabel berikut: Tabel 2.2 Pembagian Dana Otonomi Khusus antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota No Tahun JUMLAH Digunakan Provinsi Papua Didistribusikan Ke Kabupaten/Kota Papua Barat Digunakan Didistribusikan Jumlah Provinsii Ke Kabupaten/Kota Nilai total penerimaan dana otonomi khusus Pemerintah Provinsii Papua dan Papua Barat sebesar Rp ,00 jika dibandingkan dengan APBD masing-masing pemerintah provinsi dari TA 2002 s.d mencapai 63, 20% dari nilai APBD sebesar Rp ,00. Rincian pada Lampiran 3.a. Sedangkan total penerimaann dana otonomi khusus pemerintah kabupaten/kota di wilayah Papua dan Papua Barat jika dibandingkan dengan keseluruhan penerimaan APBD rata-rata mencapai 10,20% dari nilai APBD. Rinciann pada Lampiran 3.b.

22 BAB III HASIL PEMERIKSAAN 3.1 Perencanaan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Belum Didukung dengan Perangkat Peraturan yang Memadai Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat telah menerima dana otonomi khusus sejak TA 2002 s.d. 2010, masing-masing sebesar Rp ,00 dan Rp ,00. Dari hasil pemeriksaan, ditemukan permasalahan terkait perangkat peraturan sebagai berikut: 1) Peraturan daerah khusus (Perdasus) mengenai pembagian dana alokasi khusus pemerintah provinsi dan kabupaten/kota belum ditetapkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 pada Pasal 34 ayat (7) menyatakan pembagian pemerimaan khusus dalam rangka otonomi khusus yang besarnya setara dengan 2% plafon DAU Nasional antara Provinsi Papua, kabupaten, kota diatur dengan Perdasus. Perdasus adalah peraturan daerah Provinsi Khusus Papua dalam rangka pelaksanaan pasal-pasal tententu dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001, sedangkan peraturan daerah provinsi (Perdasi) adalah peraturan daerah Provinsi Papua dalam rangka pelaksanaan kewenangan sebagaimana diatur dalam peraturan perundangundangan. Sebelum ditetapkan, rancangan Perdasus yang diajukan Gubernur harus memperoleh pertimbangan dan persetujuan Majelis Rakyat Papua (MRP) sebelum ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP). MRP merupakan representasi kultural orang asli Papua, yang memiliki wewenang tertentu dalam rangka perlindungan hak-hak orang asli Papua terutama berkaitan dengan adat, budaya, pemberdayaan perempuan, dan pemantapan kerukunan hidup beragama. Hasil pemeriksaan menunjukkan Pemerintah Provinsi Papua telah menyusun draft Perdasus tentang Pembagian dan Pengelolaan Penerimaan dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Khusus pada tahun Sampai dengan pemeriksaan berakhir pada tanggal 7 Maret 2011, draft Perdasus belum ditetapkan dan belum tercatat dalam lembaran daerah. Untuk penyaluran dana otonomi khusus, Pemerintah Provinsi Papua telah menetapkan Perdasi Nomor 2 Tahun 2004 tentang Pembagian Penerimaan dalam Rangka Otonomi Khusus pada tanggal 24 Februari Pengalokasian dana otonomi khusus antara Pemerintah Provinsi Papua dengan Pemerintah Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat dari TA 2002 s.d didasarkan pada nota kesepakatan antara Gubernur Provinsi Papua dengan bupati/walikota, yang selanjutnya ditetapkan dengan surat keputusan (SK) Gubernur Papua. Sedangkan untuk TA 2007 s.d. 2010, pengalokasian dana otonomi khusus ditetapkan dengan SK Gubernur Papua tanpa melalui penandatanganan nota kesepakatan. Kondisi yang sama terjadi di Provinsi Papua Barat, yaitu setelah diberlakukannya otonomi khusus bagi Provinsi Papua Barat berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008, Pemerintah Papua Barat belum menyusun dan menetapkan Perdasus 14

23 15 sebagai dasar pembagian dana otonomi khusus antara Pemerintah Provinsi Papua Barat dan kabupaten/kota serta dasar pengelolaan dana otonomi khusus. Pengalokasian dana otonomi khusus TA 2009 oleh Provinsi Papua Barat didasarkan pada Peraturan Gubernur Papua Barat Nomor 41 Tahun 2009 tentang Alokasi Dana Otonomi Khusus dan Tambahan Dana Infrastruktur Tahun Anggaran ) Evaluasi secara komprehensif terhadap Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 belum pernah dilaksanakan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 belum pernah dievaluasi sebagaimana amanat Pasal 78 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 yang menyatakan bahwa Pelaksanaan undang-undang ini dievaluasi setiap tahun dan untuk pertama kalinya dilakukan pada akhir tahun ketiga sesudah undang-undang ini berlaku. antara lain dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 belum diatur mengenai pemanfaatan sisa dana otonomi khusus serta kriteria alokasi dana otonomi khusus secara adil dan berimbang, serta porsi alokasi untuk peningkatan bidang pendidikan dan kesehatan yang menjadi tujuan utama dialokasikannya dana otonomi khusus setara 2% dari plafon DAU Nasional. Perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 dengan Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2008, pada Pasal 1 hanya ditujukan untuk mengakomodir alokasi dana otonomi khusus ke Provinsi Papua Barat agar tidak menimbulkan hambatan percepatan pembangunan khususnya bidang sosial, ekonomi dan politik serta infrastruktur di Provinsi Papua Barat. 3) Ketentuan mengenai tata cara pemberian dan pertanggungjawaban subsidi, hibah, bantuan sosial dan bantuan keuangan belum ditetapkan. Hasil pemeriksaan secara uji petik terhadap pelaksanaan pemberian subsidi, hibah, bantuan sosial dan bantuan keuangan menunjukkan bahwa peraturan mengenai tata cara pemberian dan pertanggungjawaban subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan belum ditetapkan, sebagaimana amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 pada pasal 133 ayat (1) s.d. (3), di 6 (enam) kabupaten di wilayah Provinsi Papua yaitu Waropen, Sapiori, Tolikara, Sarmi, Boven Digoel, dan Paniai, serta Kabupaten Manokwari di wilayah Provinsi Papua Barat. Kondisi di atas tidak sesuai dengan: 1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua pada: (1) Pasal 34 ayat (3) huruf e dan f, menyatakan penerimaan khusus dalam rangka pelaksanaan otonomi khusus yang besarnya setara dengan 2% dari plafon DAU Nasional, terutama ditujukan untuk pembiayaan pendidikan dan kesehatan. Dana tambahan dalam rangka pelaksanaan otonomi khusus ditetapkan antara Pemerintah dengan DPR berdasarkan usulan Provinsi terutama ditujukan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur; (2) Pasal 34 ayat (7) menyatakan pembagian lebih lanjut penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b angka 4) dan angka 5), dan huruf e antara Provinsi Papua, kabupaten, kota diatur secara adil dan berimbang dengan

24 16 Perdasus, dengan memberikan perhatian khusus pada daerah-daerah yang tertinggal; (3) Pasal 78 menyatakan pelaksanaan undang-undang ini dievaluasi setiap tahun dan untuk pertama kalinya dilakukan pada akhir tahun ketiga sesudah undangundang ini berlaku. 2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana terakhir kali diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, pada Pasal 133 ayat (3) menyatakan tata cara pemberian dan pertanggungjawaban subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan ditetapkan dalam peraturan kepala daerah. Permasalahan tersebut mengakibatkan: 1) Pembagian dana otonomi khusus oleh Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat kepada pemerintah kabupaten/kota, tidak memiliki dasar hukum yang kuat karena belum memperoleh pertimbangan dan persetujuan dari MRP dan berpotensi menimbulkan gugatan hukum. 2) Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat tidak mempunyai acuan yang jelas dalam menentukan alokasi dana otonomi khusus yang merupakan bagian provinsi dan kabupaten/kota. Hal ini terlihat dari adanya ketidakseragaman kebijakan pembagian dana otonomi khusus dari Provinsi ke kabupaten/kota antara Provinsi Papua dan Papua Barat. Sebagai contoh, Pemerintah Provinsi Papua menetapkan pembagian penerimaan khusus dari TA 2003 s.d dengan proporsi 40% bagian Pemerintah Provinsi dan 60% bagian pemerintah kabupaten/kota setelah dipotong dengan alokasi dana RESPEK. Sedangkan Pemerintah Provinsi Papua Barat menetapkan pembagian dengan proporsi 30% bagian Pemerintah Provinsi dan 70% bagian pemerintah kabupaten/kota. 3) Dana otonomi khusus memiliki kontribusi yang relatif kecil sebagai pendapatan dalam APBD kabupaten/kota, yaitu: (1) dengan rata-rata rasio sebesar 10,08% atas hasil uji petik terhadap 14 kabupaten/kota di wilayah Provinsi Papua dari TA 2007 s.d. 2009; (2) dengan rata-rata rasio sebesar 10,52% atas hasil uji petik terhadap lima kabupaten/kota di wilayah Provinsi Papua Barat dari TA 2007 s.d. 2009; dan (3) sedangkan rata-rata rasio dana otonomi khusus Provinsi Papua dan Papua Barat terhadap APBD dari TA 2002 s.d adalah sebesar 63,20% yaitu dana otonomi khusus sebesar Rp ,00 dibandingkan dengan APBD Provinsi Papua dan Papua Barat sebesar Rp ,00. Rincian selengkapnya disajikan pada Lampiran 3.a dan 3.b. 4) Realisasi penggunaan sisa dana otonomi khusus sebesar Rp ,00 pada Pemerintah Provinsi Papua TA 2010, dapat digunakan untuk kepentingan selain otonomi khusus sehingga sasaran serta target yang telah ditetapkan dalam penggunaan dana otonomi khusus sesuai amanat Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 belum tercapai.

25 17 5) Dengan tidak adanya ketentuan mengenai tata cara pemberian dan pertanggungjawaban subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan; berpotensi tidak tepat sasaran dan potensi penyalahgunaan subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan baik oleh pemerintah daerah maupun penerima dana. Hal tersebut disebabkan: 1) Pemerintah Pusat belum melakukan evaluasi pelaksanaan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 sesuai dengan amanat Pasal 78 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001, dan mengamandemen undang-undang tersebut sesuai dengan hasil evaluasi serta menyusun Peraturan Pemerintah tentang pengelolaan dana otonomi khusus sebagai peraturan pelaksanaan sebagaimana diamanatkan Pasal 39 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; 2) Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat belum memberikan prioritas pada penetapan Perdasus sesuai dengan amanat pasal 34 ayat (7) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001; 3) Pemerintah Kabupaten Waropen, Supiori, Tolikara, Sarmi, Boven Digoel, dan Paniai serta Kabupaten Manokwari, tidak memperhatikan adanya resiko penyalahgunaan pemberian subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan. Atas permasalahan tersebut, Gubernur Papua Barat menanggapi bahwa Pemerintah Provinsi Papua Barat belum menyiapkan perangkat peraturan yang mengatur pengelolaan dana otonomi khusus dan masih dalam tahapan koordinasi dengan MRP. Sedangkan Pemerintah Provinsi Papua tidak menyampaikan tanggapan atas permasalahan tersebut sampai dengan tanggal 13 April BPK RI merekomendasikan kepada: 1) Pemerintah Pusat agar segera melakukan evaluasi pelaksanaan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 sesuai dengan amanat Pasal 78 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001, dan mengamandemen undang-undang tersebut sesuai dengan hasil evaluasi serta menyusun Peraturan Pemerintah tentang pengelolaan dana otonomi khusus sebagai peraturan pelaksanaan sebagaimana diamanatkan Pasal 39 Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan. 2) Pemerintah Daerah Provinsi Papua dan Papua Barat bersama DPRP segera menyusun dan menetapkan Perdasus setelah mendapatkan persetujuan MRP, sebagai acuan dalam pengelolaan dana otonomi khusus. 3) Kepala Daerah terkait agar menyusun dan menetapkan ketentuan mengenai tata cara pemberian dan pertanggungjawaban subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan melalui pengkajian yang mendalam.

26 Alokasi Dana Otonomi Khusus untuk Bidang Kesehatan dan Pendidikan Tidak Sesuai dengan Ketentuan Dana otonomi khusus pada dasarnya ditujukan untuk menunjang percepatan pelaksanaan otonomi khusus bagi Provinsi Papua dan Papua Barat, dengan memprioritaskan pembiayaan pada bidang pendidikan dan kesehatan. Hasil pemeriksaan menunjukkan penyusunan anggaran penerimaan dan penggunaan dana otonomi khusus belum mengacu pada ketentuan yang berlaku, yaitu penganggaran dan realisasi program dan kegiatan yang didanai dari dana otonomi khusus untuk bidang pendidikan di bawah 30% dan untuk bidang kesehatan di bawah 15% pada Pemerintah Provinsi Papua, serta sebagian besar pemerintah kabupaten/kota di wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat. Penelusuran lebih lanjut menunjukkan dana otonomi khusus pada Pemerintah Provinsi Papua dialokasikan untuk membiayai program/kegiatan penunjang lainnya pada TA 2007 s.d melebihi 50% dari keseluruhan program/kegiatan yang dibiayai dari dana otonomi khusus. Rincian penganggaran disajikan pada Lampiran 4. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan: 1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, pasal 34 ayat (3) huruf (e) menyatakan penggunaan dana penerimaan khusus dalam rangka pelaksanaan otonomi khusus yang besarnya setara dengan 2% dari plafon dana alokasi umum Nasional, terutama ditujukan untuk pembiayaan pendidikan dan kesehatan; 2) Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 2 Tahun 2004 tentang Pembagian Penerimaan Dalam Rangka Otonomi Khusus pasal 4 ayat (1) huruf (b) menyatakan hasil penerimaan provinsi dan kabupaten/kota dialokasikan dalam APBD dengan perincian dari penerimaan khusus: (1) 30% untuk biaya pendidikan; (2) 15% untuk biaya kesehatan dan perbaikan gizi. Permasalahan tersebut mengakibatkan: 1) Alokasi anggaran dana otonomi khusus ke bidang pendidikan dan kesehatan yang lebih rendah dari yang ditentukan tidak menunjang pencapaian tujuan pemberlakuan otonomi khusus bagi Provinsi Papua dan Papua Barat. 2) Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa indeks berkaitan dengan bidang pendidikan dan kesehatan pada Provinsi Papua dan Papua Barat masih di bawah rata-rata meskipun otonomi khusus telah diberlakukan selama sepuluh tahun. Rincian selengkapnya disajikan pada Lampiran 5. Hal tersebut disebabkan: 1) Tim Anggaran Pemerintah Daerah tidak memperhatikan skala prioritas di bidang pendidikan dan kesehatan dalam menyusun anggaran.

27 19 2) DPRP/DPRD belum menjalankan fungsi budget secara optimal. 3) Pemerintah Pusat belum mengevaluasi efektivitas pengelolaan dana otonomi khusus khususnya dalam rangka mendorong tercapainya tujuan pemberlakuan otonomi khusus melalui pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan. Atas permasalahan tersebut, diperoleh tanggapan sebagai berikut: 1) Penetapan/surat keputusan Gubernur tentang alokasi dana otonomi khusus ke kabupaten/kota tidak pernah diterima oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DP2KA). 2) DP2KA mengandalkan informasi dari BAPPEDA dan SKPD yang mendapatkan alokasi dana otonomi khusus. 3) Alokasi kurang atau lebih disebabkan kesalahan labelling sumber dana. 4) Penyampaian data dana otonomi khusus dari provinsi ke kabupaten/kota biasanya setelah APBD kabupaten/kota ditetapkan. 5) Pemerintah Kabupaten Sarmi menyatakan presentasi penggunaan dana otonomi khusus bidang ekonomi infrastruktur dan bidang lainnya lebih besar dari pada ketentuan untuk meningkatkan pelayanan kebutuhan masyarakat yang saat ini berkonsentrasi membangun akses hubungan darat antar daerah (infrastruktur) dan pembangunan ekonomi masyarakat. Sedangkan alokasi bidang pendidikan dan kesehatan di bawah ketentuan karena bidang ini banyak didukung dari sumbersumber dana lain (DAK dan DAU). 6) Sekretaris Daerah Kabupaten Jayawijaya menyatakan hal tersebut karena Tim Anggaran tidak cermat dalam menyusun APBD. 7) BPKAD Kabupaten Waropen menjelaskan penggunaan dana otonomi khusus dalam APBD-P TA 2009 sebesar Rp ,00 merupakan rencana sebelum RD, sedang RD hasil penetapan Gubernur sebesar Rp ,00. Terhadap hal tersebut tidak dilakukan penyesuaian dan kekurangan dana akan didanai dari dana selain dana otonomi khusus. Alokasi RD pada Dinas Perindagkop & UKM, dan BPMPK lebih kecil dari APBD-P TA 2009 karena kegiatannya merupakan bantuan keuangan yang dianggarkan pada Sekda dalam APBD-P tahun ) Atas permasalahan tersebut, Pemerintah Provinsi Papua menjelaskan terdapat perbedaan persepsi mengenai cara perhitungan, yaitu: (1) Jumlah yang seharusnya digunakan untuk perhitungan oleh Tim Pemeriksa adalah jumlah anggaran dan bukan realisasi. (2) Jumlah belanja otonomi khusus yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Papua tidak termasuk jumlah yang disalurkan kepada pemerintah kota/kabupaten. (3) Belanja bantuan sebagian diberikan kepada lembaga pendidikan. (4) Belanja pendidikan dan pelatihan di Dinas Kesehatan agar dimasukkan sebagai belanja bidang pendidikan dan bukan belanja bidang kesehatan.

TINJAUAN HUKUM ATAS PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA

TINJAUAN HUKUM ATAS PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA TINJAUAN HUKUM ATAS PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA Sumber: infosatu.com I. PENDAHULUAN Semenjak Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua diundangkan

Lebih terperinci

PENGATURAN TERKAIT PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA OTONOMI KHUSUS PADA PROVINSI PAPUA

PENGATURAN TERKAIT PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA OTONOMI KHUSUS PADA PROVINSI PAPUA PENGATURAN TERKAIT PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA OTONOMI KHUSUS PADA PROVINSI PAPUA Kedegawe.wordpress.com I. PENDAHULUAN Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa Yunani, autos yang berarti sendiri

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG DANA RENCANA STRATEGIS PEMBANGUNAN KAMPUNG (RESPEK)

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG DANA RENCANA STRATEGIS PEMBANGUNAN KAMPUNG (RESPEK) GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG DANA RENCANA STRATEGIS PEMBANGUNAN KAMPUNG (RESPEK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa Pasal 14 huruf

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGALOKASIAN DANA OTONOMI KHUSUS KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI PAPUA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA,

Lebih terperinci

ANGGARAN PENDAPATAN & BELANJA NEGARA DIANA MA RIFAH

ANGGARAN PENDAPATAN & BELANJA NEGARA DIANA MA RIFAH ANGGARAN PENDAPATAN & BELANJA NEGARA DIANA MA RIFAH DEFINISI Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) adalah suatu daftar atau penjelasan terperinci mengenai penerimaan dan pengeluaran negara untuk suatu

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 WALIKOTA DEPOK,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 WALIKOTA DEPOK, RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 WALIKOTA DEPOK, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 181

Lebih terperinci

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA UNTUK SETIAP GAMPONG DALAM KABUPATEN BIREUEN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN ALOKASI DANA DESA, BAGIAN DARI HASIL PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH KEPADA DESA, DAN BANTUAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA HASIL PEMERIKSAAN ATAS

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA HASIL PEMERIKSAAN ATAS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA HASIL PEMERIKSAAN ATAS PENYALURAN DAN PENERIMAAN DANA PERIMBANGAN TA. 2006 DAN SEMESTER I TA. 2007 PADA PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT DI TALIWANG AUDITORAT

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 17.A TAHUN 2014 TENTANG PENGALOKASIAN DANA TAMBAHAN INFRASTRUKTUR KEPADA KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI PAPUA TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 21/DPD RI/I/2013 2014 HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2013 PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN MAJELIS RAKYAT PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR PROVINSI PAPUA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN DAERAH UNTUK PELAKSANAAN PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI BANJAR TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA KABUPATEN KLATEN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN UNTUK KEGIATAN PENYELENGGARAAN PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KLATEN TAHUN 2020

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR. TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 WALIKOTA DEPOK,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR. TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 WALIKOTA DEPOK, RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR. TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 WALIKOTA DEPOK, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 181 ayat (1) Undang-Undang

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 WALIKOTA DEPOK, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang

Lebih terperinci

Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam

Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 1 TAHUN 2013 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 1 TAHUN 2013 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 1 TAHUN 2013 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENETAPAN BESARAN DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA BAGI

Lebih terperinci

ANALISA TERHADAP OPINI DISCLAIMER BPK-RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT (LKPP) TAHUN 2007

ANALISA TERHADAP OPINI DISCLAIMER BPK-RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT (LKPP) TAHUN 2007 ANALISA TERHADAP OPINI DISCLAIMER BPK-RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT (LKPP) TAHUN 2007 Abstrak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) kembali memberikan opini disclaimer atas Laporan Keuangan Pemerintah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH Menimbang : Mengingat : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semua

Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semua SAMBUTAN DALAM RANGKA PENYAMPAIAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TOLIKARA, KABUPATEN SUPIORI DAN KABUPATEN MIMIKA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 1/A, 2010 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017 BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP GAMPONG DALAM KABUPATEN BIREUEN TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT ALLAH YANG

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN ANGGARAN 2009

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2015

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2015 - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ABSTRAKSI

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ABSTRAKSI BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ABSTRAKSI POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 2013 PERDA KABUPATEN KEEROM NOMOR 2 TAHUN 2013, LD KABUPATEN KEEROM TAHUN 2013 NOMOR 2: 98 HAL PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

KEPATUHAN PADA PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

KEPATUHAN PADA PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KEPATUHAN PADA PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Disampaikan oleh : Inspektorat Provinsi Jawa Timur Dinas Peternakan DASAR HUKUM UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, PP No.

Lebih terperinci

BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU NOMOR : 13 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU NOMOR : 13 TAHUN 2016 TENTANG 1 BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU NOMOR : 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA DI KABUPATEN LUWU TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2011 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G 1 Menimbang Mengingat : a. b. c. 1. 2. PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN BUPATI BONE BOLANGO NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN BUPATI BONE BOLANGO NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN BUPATI BONE BOLANGO NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA SE-KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PERJALANAN DINAS KE PROVINSI PAPUA MARET 2017

LAPORAN HASIL PERJALANAN DINAS KE PROVINSI PAPUA MARET 2017 LAPORAN HASIL PERJALANAN DINAS KE PROVINSI PAPUA 27 31 MARET 2017 I. Dasar Pelaksanaan : 1 2 3 Dokumen Pelaksanaan Kegiatan-DIPA Nomor MA 002.01.001012.01.51.11.5799.001.001.052B.524111 kegiatan Belanja

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA. Sambutan Gubernur Papua Pada Seminar Efektivitas Pengunaan dan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat

GUBERNUR PAPUA. Sambutan Gubernur Papua Pada Seminar Efektivitas Pengunaan dan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat GUBERNUR PAPUA Sambutan Gubernur Papua Pada Seminar Efektivitas Pengunaan dan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat Sorong, 27 Agustus 2015 Yth. Bpk Ketua Badan Pemeriksa Keuangan R.I;

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 57, 2008 OTONOMI KHUSUS. PEMERINTAHAN. PEMERINTAH DAERAH. Papua. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842) PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN NAGARI

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN NAGARI BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH DATAR, Menimbang :

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1469, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Anggaran. Transfer. Pelaksanaan. Pertanggungjawaban. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183/PMK.07/2013 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.07/2009 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.07/2009 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.07/2009 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimban g : a. bahwa dalam rangka meningkatkan efisiensi pelaksanaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.972, 2015 KEMENKEU. Dana Keistimewaan. Daerah Istimewa Yogyakarta. Penyaluran. Pengalokasian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126/ PMK.07/2015

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 74 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 74 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 74 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 2.A TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG,

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.407, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Pelimpahan Wewenang. Program Kesetaraan Gender. Pemberdayaan Perempuan. Perlindungan Anak.

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.764, 2017 BNPP. Pelimpahan sebagian Urusan dan Penugasan. TA 2017. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 2 SERI A TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA CIREBON TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SUKABUMI RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PEMERINTAH KOTA SUKABUMI RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SUKABUMI,

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBERIAN, PENYALURAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN KHUSUS KEPADA PEMERINTAH DESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENYUSUNAN, PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNJAWABAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA SERTA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA PERIMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN KEPADA DESA DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa alokasi Dana

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBAGIAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA SERTA PENGGUNAAN DANA DESA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara

3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG,

Lebih terperinci

KAJIAN ATAS PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA OTONOMI KHUSUS PROVINSI PAPUA, PAPUA BARAT DAN PROVINSI ACEH

KAJIAN ATAS PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA OTONOMI KHUSUS PROVINSI PAPUA, PAPUA BARAT DAN PROVINSI ACEH KAJIAN ATAS PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA OTONOMI KHUSUS PROVINSI PAPUA, PAPUA BARAT DAN PROVINSI ACEH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan Otsus Otonomi Khusus mulai diberlakukan di

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG DANA CADANGAN DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN PEMILIHAN WALIKOTA BANJARMASIN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 10 TAHUN 2014 T E N T A N G PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA KABUPATEN TANAH BUMBU TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum berwenang untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN ANGGARAN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN ANGGARAN 2011 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 214 TAHUN 2014

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 214 TAHUN 2014 BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 214 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA TAHUN ANGGARAN 2014 Menimbang Mengingat BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DANA CADANGAN PILKADA 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 9 2011 SERI : A PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 SALINAN NOMOR 3/A, 2010 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAIMANA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAIMANA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAIMANA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KAIMANA Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2008 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2008 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2008 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FAKFAK NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN KAMPUNG BUPATI FAKFAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FAKFAK NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN KAMPUNG BUPATI FAKFAK, PERATURAN DAERAH KABUPATEN FAKFAK NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN KAMPUNG BUPATI FAKFAK, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 1 TAHUN 2009 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BELANJA HIBAH, BELANJA BANTUAN SOSIAL DAN BELANJA TIDAK TERDUGA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BELANJA HIBAH, BELANJA BANTUAN SOSIAL DAN BELANJA TIDAK TERDUGA SALINAN NOMOR 25/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BELANJA HIBAH, BELANJA BANTUAN SOSIAL DAN BELANJA TIDAK TERDUGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci