TUGAS AKHIR PERILAKU KOMPOSIT KAYU GLUGU BETON DENGAN PENGHUBUNG GESER PASAK TERHADAP KOMPONEN STRUKTUR LANTAI BALOK T

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS AKHIR PERILAKU KOMPOSIT KAYU GLUGU BETON DENGAN PENGHUBUNG GESER PASAK TERHADAP KOMPONEN STRUKTUR LANTAI BALOK T"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR PERILAKU KOMPOSIT KAYU GLUGU BETON DENGAN PENGHUBUNG GESER PASAK TERHADAP KOMPONEN STRUKTUR LANTAI BALOK T Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Jogjakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajad Sarjana Strata Satu ( S1 ) Teknik Sipil ULUNG PRAKOSA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008

2 TUGAS AKHIR PERILAKU KOMPOSIT KAYU GLUGU BETON DENGAN PENGHUBUNG GESER PAKU TERHADAP KOMPONEN STRUKTUR LANTAI BALOK T Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Jogjakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajad Sarjana Strata Satu ( S1 ) Teknik Sipil Disusun Oleh: ULUNG PRAKOSA Disetujui, Pembimbing: Ir.H.Soesastrawan, MS. Tanggal:

3

4 HALAMAN PERSEMBAHAN Kupersembahkan karya kecilku ini untuk : Ayahku yang telah tiada. dan Ibuku tercinta, Yang telah dengan sabar, perhatian dan penuh kasih sayng Membimbing dan membesarkanku selama ini Kakek dan Nenekku yang selalu menyayangiku, Kakakku tercinta yang telah banyak memberi Semangat dan dukungan, serta Temanku yang telah menjadi sumber inspirasi Dalam hidupku, Dan untuk Almamaterku, Terima kasih telah menghantarkanku ke masa depan

5 KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Tugas akhir yang merupakan salah satu syarat memperoleh jenjang kesarjanaan S1 pada jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Tujuan utama dari Tugas Akhir atau penelitian Perilaku Komposit Kayu Glugu Beton Dengan Penghubung Geser Paku Terhadap Komponen Struktur Lantai Balok T adalah untuk memperoleh gambaran tentang kuat lentur komposit kayu glugu beton. Dari hasil penelitian ini, diharapkan komponen struktur lantai balok T ini dapat dipakai sebagai bahan alternatif yang tepat untuk lantai tngkat bangunan gedung bertingkat rendah. Penulis dalam menyelesaikan penelitian ini telah memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis banyak mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada: 1. Allah SWT yang telah banyak memberikan rahmat dan hidayah-nya, serta perlindungan kepada penulis. 2. Bapak Dr Edy Suandi Hamid, M.Ec, selaku Rektor Universitas Islam Indonesia. 3. Bapak Dr.Ir.H Ruzardi, MS, selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia. 4. Bapak Ir.H Faisol AM, MS, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia. 5. Bapak Ir.H Soesastrawan, MS, selaku Dosen pembimbing Tugas Akhir yang telah dengan sabar dan pengertian membimbing serta memberikan masukan kepada penulis sehingga selesainya tugas akhir ini. 6. Bapak Ir.H A. Kadir Aboe, MS, selaku dosen penguji I sekaligus telah banyak membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

6 7. Bapak Ir. Tri Fajar Budiono, MT, selaku dosen penguji II. 8. Untuk Bapak yang telah almarhum.ibuku yamg selalu menyanyangi ku,kakek dan Nenek serta Kakakku tercinta yang telah banyak memberikan kasih sayang, doa dan nasihat yang tak ternilai selama ini kapada penulis. 9. Sahabatku Harya, Kodok, dan Dedi ayo segera menyusul. 10. Rikhi n Amal, Thank s bro. 11. Lia n Kodok, makasih n ditunggu undangannya. 12. Devilux & Tiswo kos. 13. Mas Haris, makasih atas bantuan lab nya. 14. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis. Penulis menyadari tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun diharapkan guna perbaikan dari karya ini. Akhirnya harapan penulis, tugas akhir ini dapat berguna bagi semua pihak dan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut. Yogyakarta, Februari 2008 Penulis

7 ABSTRAKSI Komponen struktur lantai komposit kayu beton adalah komposit yang terbentuk dari bahan kayu dan beton, yang digabungkan menjadi satu kesatuan dengan perantara alat sambung geser, sehingga mampu bereaksi terhadap beban kerja sebagai satu kesatuan. Tugas akhir ini mengambil judul Perilaku Komposit Kayu Glugu Beton Dengan Penghubung Geser Paku Terhadap Komponen Struktur Lantai Balok T. Panjang bentang balok T adalah 3,6 m, dengan ukuran penampang kayu 6/12 cm dan penampang balok 40/6 cm. Serta ukuran penghubung geser Paku adalah 12 cm. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang kuat lentur komposit kayu glugu beton dengan penghubung geser Paku, mengetahui kekakuan struktur komposit dari hubungan beban lendutan serta mengetahui faktor kekakuan lentur dari hubungan momen kelengkungan. Dari hasil penelitian ini, diharapkan komponen struktur lantai balok T ini dapat dipakai sebagai bahan alternatif yang tepat untuk lantai tingkat bangunan gedung bertingkat rendah. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rasio beban sebesar 19 lebih besar dari rasio beban teoritis yaitu sebesar 14,097, sehingga balok T komposit kayu Glugu-beton dengan penghubung gaser Paku memiliki kekuatan yang layak untuk dipakai sebagai komponen struktur lantai bangunan bertingkat rendah. Kata kunci : Komposit Kayu Glugu Beton, Penghubung Geser Paku, dan Rasio Beban.

8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PERSETUJUAN...ii BERITA ACARA...iii HALAMAN PERSEMBAHAN...iv KATA PENGANTAR...v ABSTRAKSI...vii DAFTAR ISI...viii DAFTAR GAMBAR...xii DAFTAR TABEL...xv DAFTAR LAMPIRAN...xvi DAFTAR NOTASI...xvii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Batasan Masalah...3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kayu Beton Komposit Kayu Beton Penghubang Geser...7

9 BAB III LANDASAN TEORI Pelat Beton Material Penyusun Semen Agregat Air FAS (Faktor Air Semen) Perancanaan Campuran Beton Modulus Elastisitas Beton Kayu Balok komposit Kayu Lebar Efektif (b Ε ) Rasio Modular (n) Lebar transformasi (btr) ,3 Garis Netral Tampang Balok Penghubung Geser Penurunan Rumus Tegangan Geser Mendatar Aliran Geser Hubungan Antara Tegangan Geser Mendatar Dan Tegak Pemakaian Terhadap Penampang Segi Empat Hubungan Beban ( P ) Dan Lendutan ( ) Hubungan Momen ( M ) Dan Kelengkungan ( Φ )...38 BAB IV METODE PENELITIAN Bahan Beton Kayu Penghubung Geser Baja Tulangan...44

10 4.2 Benda Uji Benda Uji Balok T Komposit Kayu Beton Silinder Beton Benda Uji Kayu Lentur Benda Uji Geser Paku Komposit Kayu Beton Alat Yang Digunakan Alat Adukan Beton Alat Pengukur Alat Mesin Uji Pelaksanaan Pengujian Pengujian Kuat Tarik dan Kuat Lentur Kayu Pengujian Kuat Desak Beton Pengujian Daya Dukung Penghubung Geser (Paku ) Pengujian Kuat Lentur Balok T Komposit Kayu Beton Diagram Alir Penelitian...57 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Kuat Desak Silinder Beton Kuat Tarik dan Kuat Lentur Patah Kayu Kuat Geser Penghubung Geser (Baut) Pengujian Benda Uji Balok T Komposit Kayu-Beton Hubungan Beban (P) dan Lendutan ( ) Hubungan Momen (M) dan Kelengkungan (Φ) Hasil Penelitian Komposit Kayu Beton Peneliti Lain...70

11 5.2 Pembahasan Kuat Lentur Balok Ditinjau Dari Hubungan Beban Dan Lendutan Kuat Lentur Balok Ditinjau Dari Hubungan Momen Kelengkungan Daktilitas Simpangan Daktilitas Kelengkungan Pengamatan Saat Pengujian...74 BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan Saran...76 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 Grafik Faktor Air Semen...14 Gambar 3.2 Grafik Mencari Faktor Air Semen...15 Gambar 3.3 Grafik Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan...18 Gambar 3.4 Grafik Hubungan Kandungan Air, Berat Jenis Agregat Campuran Dan Berat Beton...19 Gambar 3.5 Model Pengujian Kuat Lentur Patah Kayu ( MOR )...20 Gambar 3.6 Beban dan Lendutan Benda uji Gambar 3.7 Penampang Lantai Komposit Kayu Beton Tipe Balok T...22 Gambar 3.8 Garis netral tampang...23 Gambar 3.9 ( a ) Pembebanan struktur. ( b ) Diagram gaya lintang balok...24 Gambar 3.10 ( a ) Distribusi tegangan geser balok untuk ½ bentang. ( b ) Nilai gaya geser pada zone 1 dan zone Gambar 3.11 Tampak depan penampang pada balok...26 Gambar 3.12 Tampang bagian balok yang diambil...26 Gambar 3.13 Hubungan antara beban, geser dan diagram momen...28 Gambar 3.14 Tegangan geser mendatar dan tegak...29 Gambar 3.15 Tegangan geser pada elemen khusus...30 Gambar 3.16.Tegangan geser terbagi sepanjang penampang segi empat secara parabolis...31 Gambar 3.17 Distribusi Tegangan Penampang Lantai Komposit,tahap in elastis gaya tekan pada beton blok tekan ekivalen Cc...34 Gambar 3.18 Distribusi Tegangan dan keseimbangan Gaya Dalam penampang Lantai Tingkat Komposit, tinggi a < t...35 Gambar 3.19 Distribusi Tegangan dan Keseimbangan Gaya Dalam Penampang Lantai Tingkat Komposit, tinggi a...36 Gambar 3.20 Diagram pada Teagangan pada tahap Ultimit...36

13 Gambar 3.21 Grafik Hubungan beban ( P ) dan lendutan ( )...38 Gambar 3.22 Kelengkungan balok...39 Gambar 3.23 Grafik Momen kelengkungan...40 Gambar 3.24 Momen kelengkungan balok...41 Gambar 3.25 Bagian Komponen Lantai Tingkat Komposit, penempatan konektor geser untuk setengah bentang...43 Gambar 4.1 Benda uji balok T Komposit Kayu Beton...46 Gambar 4.2 Potongan memanjang balok T Komposit Kayu Beton...46 Gambar 4.3 Potongan melintang balok T Komposit Kayu Beton...47 Gambar 4.4 Benda uji geser paku, komposit kayu beton...48 Gambar 4.5 Mesin Pengaduk Semen.49 Gambar 4.6 Dial Gauge.50 Gambar 4.7 Mesin Uji Kuat Tarik/Tekan Berserta Transducer dan Calibration Testernya...51 Gambar 4.8 Mesin Uji Kuat Desak Berserta Transducer dan Calibration Testernya...51 Gambar 4.9 Loading Frame...52 Gambar 4.10 (a) Sendi dan (b) Rol Gambar 4.11 Hydraulic Jack...53 Gambar 4.12 Pengujian kuat lentur kayu...54 Gambar 4.13 Pengujian kuat desak silinder beton...54 Gambar 4.14 Pengujian daya dukung penghubung geser...55 Gambar 4.15 Pengujian kuat lentur balok T Komposit Kayu Beton...56 Gambar 5.1 Grafik Bi-linear beban lendutan KKB I...61 Gambar 5.2 Grafik Bi-linear beban lendutan KKB I dan II...61 Gambar 5.3 Grafik Hubungan non dimensional beban daktilitas simpangan...64 Gambar 5.4 Grafik Kurva tri linear momen kelengkungan teoritis...65 Gambar 5.5 Grafik Bi linier momen kelengkungan KKB I...67 Gambar 5.6 Grafik Bi linier momen kelengkungan KKB I dan II...67 Gambar 5.7 Grafik Hubungan non dimnsional momen daktilitas kelengkunga

14 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Gradasi kerikil 10 Tabel 3.2 Tingkat pengendalian pekerjaan...13 Tabel 3.3 Faktor pengali deviasi standar...13 Tabel 3.4 Nilai kuat tekan beton...15 Tabel 3.5 Penetapan nilai Slump ( cm )..16 Tabel 3.6 Kebutuhan air per meter kubik beton...17 Tabel 3.7 Kebutuhan semen minimum...17 Tabel 5.1 Data beban ( p ) dan Lendutan ( )...60 Tabel 5.2 Beban lentur dan lendutan maksimum...62 Tabel 5.3 Kekakuan struktur...63 Tabel 5.4 Analisis daktilitas simpangan dari data beban lendutan...63 Tabel 5.5 Momen kelengkungan teoritis Tabel 5.6 Data momen ( M ) dan Kelengkungan ( Φ )...66 Tabel 5.7 Momen kelengkungan maksimum...68 Tabel 5.8 Faktor kekakuan struktur...68 Tabel 5.9 Analisis Daktilitas Kelengkungan.69 Tabel 5.10 Beban lentur dan Lendutan Maksimum...70 Tabel 5.11 Kekakuan Struktur Tabel 5.12 Momen dan Kelengkungan Maksimum...71 Tabel 5.13 Faktor Kekakuan Struktur...71 Tabel 5.14 Daktilitas Simpangan...71 Tabel 5.15 Daktilitas Kelengkungan.. 71 Tabel 5.16 Analisis Nilai Kekakuan.. 72 Tabel 5.17 Analisis Faktor Kekakuan Tabel 5.18 Analisis Daktilitas Simpangan. 73 Tabel 5.19 Analisis Daktilitas Kelengkungan...74

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Kartu Peserta Tugas Akhir...80 Data Tes Lentur Benda Uji Komposit Kayu Glugu Beton Dengan Penghubung Geser Paku...82 Grafik Hasil Pengujian Balok T Komposit Kayu Glugu Beton Dengan Penghubung Geser Paku...84 Gambar Pola Retak dan Patah Benda Uji Komposit Kayu Glugu Beton Dengan Penghubung Geser Paku...86 Perencanaan Adukan Beton Hasil Pengujian Desak Silinder Beton...91 Hasil Pengujian Kuat Tarik Kayu Searah Serat Data Tes Lantur Kayu Glugu...94 Perhitungan Modulus Elastisitas Kayu.. 96 Pengujian Benda Uji Geser Penghubuing Geser ( Paku )...98 Perhitungan Momen Kapasitas Perhitungan Jumlah Penghubung Geser Tegangan Geser Mendatar Pada Beton dan Kayu Komposit Perhitungan Momen Kelengkungan Teoritis Foto Penelitian...110

16 DAFTAR NOTASI b = Lebar sayap penampang komposit (cm) b eff = Lebar efektif (cm) bo = Jarak pusat kepusat antar balok (cm) btr = Lebar tranformasi penampang komposit (cm) bw = Lebar penampang balok kayu (cm) Cc = Gaya tekan beton (N) D = Gaya lintang (kg) δ, = Lendutan (cm) y = Lenduan leleh / proporsional (c ) Ec = Modulus elastisitas beton (kg/cm²) EI = Faktor kekakuan (kgcm²) Ew = Modulus elastisitas kayu (kg/cm²) f c = Kuat tekan beton (kg/cm²) Φ = Kelengkungan (m^-1) Φu = Kelengkungan ultimit (m^-1) Φy = Kelengkungan saat leleh (m^-1) fw = Tegangan kayu (kg/cm²) h = Tinggi total penampang komposit (cm) hw = Tinggi penampang balok kayu (cm) I = Inersia tampang (cm4) k = Kekakuan (kg/cm) L = Panjang bentang struktur komposit (cm) M = Momen (kgcm) MOR = Kuat lentur patah kayu (kg/cm²) Mu = Momen Ultimit (kgcm) My = Momen saat leleh (kgcm) N = Jumlah penghubung geser n = Rasio modular np = Kuat geser satu penghubung geser (kg)

17 P = Beban (kg) Py = Beban leleh / proporsional (kg) S = Statis momen (cm³) t = Tebal sayap beton (cm) τ = Tegangan geser (kg/cm²) Tw = Gaya tarik kayu (N) V = Gaya geser (kg) W = Tahanan momen (cm³) ya = Jarak garis netral ke tepi luar atas (cm) yb = Jarak garis netral ke tepi luar bawah (cm)

18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan pembangunan prasarana fisik yang terus menerus dilaksanakan, pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan masih terus dilakukan. Oleh karena itu masih selalu dicari dan diusahakan pemakaian jenis bahan bangunan dan model struktur yang ekonomis, mudah diperoleh, mudah pengerjaannya, mencukupi kebutuhan / kekuatan struktur dengan biaya yang relatif murah. Struktur beton tetap menjadi struktur utama dan umum untuk keperluan berbagai konstruksi bangunan, dan dapat bernilai ekonomis untuk daerah yang melimpah serta mudah dalam mendapatkan materian penyusun beton. Sedangkan didaerah daerah yang jarang dan sulit untuk mendapatkan material penyusun beton membuat struktur beton menjadi sangat mahal. Kayu merupakan salah satu bahan bangunan yang banyak dijumpai, sering dipakai dan relatif mudah untuk mendapatkannya. Berat jenis kayu lebih ringan bila dibanding baja ataupun beton, selain itu kayu juga mudah dalam pengerjaannya. Ditinjau dari segi struktur, kayu cukup baik dalam menahan gaya tarik, tekan dan lentur. Ditinjau dari segi arsitektur, bangunan kayu mempunyai nilai estetika yang tinggi. Sebagai bahan bangunan yang dapat dibudidayakan ( renewable ), kayu menjadi bahan bangunan yang relatiif ekonomis. Pada pembangunan prasarana fisik, kayu sebagai unsur bahan bangunan turut memegang peranan penting. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menghemat penggunaan kayu sebagai bahan bangunan dan mengatasi keterbatasan ukuran kayu yang ada di pasaran, maka dilakukan kombinasi antara kayu dan beton dalam satu kesatuan struktur komposit. Komposit kayu beton dimungkinkan untuk menjadi alternatif pilihan, khususnya bagi daerah yang sulit mendapatkan material penyusun beton, sementara banyak terdapat bahan kayu sehingga tercapai harga yang ekonomis.

19 Sudah tentu harus diketahui apakah komposit kayu beton layak dan aman dipakai dalam struktur bangunan, dalam hal ini rumah tinggal sederhana. Penelitian yang telah dilaksanakan khusus pada pemakaian bahan komposit kayu beton adalah sebagai batang tekan dan lentur. Dengan bahan tersebut sebagai komposit dapat diperoleh sifat gabungan yang lebih baik dari sifat komponen penyusunnya. Kekuatan batang struktur kayu meningkat karena tambahan beton, sedangkan keretakan beton dapat dicegah oleh kekuatan kayu. Tegangan tekan dapat ditahan oleh lapisan beton dan tegangan tarik oleh kayu. Tulangan yang digunakan pada slab beton dapat mencegah retak susut beton. 1.2 Perumusan Masalah Dari penjabaran diatas, dapatlah dirumuskan masalah yang ada, yaitu : Apakah kayu dan beton dapat dipadukan menjadi suatu struktur komposit kayu beton yang layak dan aman dipakai dalam struktur bangunan seperti rumah tinggal sederhana Sampai seberapa besar kapasitas momen struktur komposit kayu beton dalam menahan beton Manfaat Penelitian Dari penelitian ini, komposit kayu beton diharapkan dapat dipakai sebagai bahan alternatif yang tepat untuk lantai tingkat bangunan gedung bertingkat rendah 2 4 lantai, khususnya bangunan rumah susun biaya rendah dengan kriteria : kuat, kaku, ringan, kedap suara, mudah dibuat dan ekonomis. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : Memperoleh gambaran tentang kuat lentur komposit kayu beton Mengetahui kekakuan struktur komposit dari hubungan beban lendutan ( P - )

20 Mengetahui faktor kekakuan lentur dari hubungan momen kelengkungan ( M Φ) 1.5 Batasan Masalah Agar penelitian ini tetap terarah pada tujuannya, maka diadakan pembatasan pembatasan sebagai berikut : Benda uji berupa balok T, dengan beton sebagai sayap dan kayu sebagai badan, Beban dianggap bekerja pada pusat geser ( shear center ) sehingga balok tidak dibebani puntiran, Bentang benda uji balok T komposit yang diuji adalah 3.6 meter, dengan jarak tumpuan 10 cm dari ujung bentang. Tulangan beton yang dipakai tulangan polos berdiameter 4 mm, Kayu yang dipakai adalah kayu Glugu ( Kelapa ), Penghubung geser yang dipakai dan diuji dalam penelitian ini adalah pasak bambu petung dengan φ 10 mm, Beban pengujian merupakan beban statis.

21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Kayu mempunyai kuat tarik dan kuat tekan relatif tinggi dan berat yang relatif rendah, mempunyai daya tahan tinggi terhadap pengaruh kimia dan listrik, dapat dengan mudah untuk dikerjakan, relatif murah, dapat mudah diganti, dan bisa didapat dalam waktu singkat ( Felix, 1965 ). Pemakaian kayu sebagai konstruksi dukung banyak menjadi alternatif pengganti besi dan beton bertulang. Rata rata konstruksi kayu dengan daya dukung yang sama, harganya ± 25 % sampai 40 % lebih murah dari pada konstruksi baja dan beton bertulang ( Wiryomartono, 1976 ). Menurut Suwandojo dan Zubaidah ( 1987 ), kayu untuk bahan komposit harus memenuhi persyaratan antara lain : Berat jenis kayu kering udara adalah 0,5 0,8. Jika diketahui Bj = 0,4 0,5 maka kayu harus diawetkan. Jenis dan mutu kayu yang digunakan memiliki nilai tegangan geser searah serat TS > 12 kg / cm 2 Batang kayu harus lurus dan ukuran penampang seragam Batang kayu harus bebas dari cacat yang dapat membahayakan struktur Modulus elastis kayu mendekati sama dengan modulus elastisitas beton Kuat lentur patah kayu atau Modulus Of Rupture ( MOR ) dan modulus elastisitas kayu ditentukan dengan pengujian lentur kayu 2.2 Beton Beton didapat dengan mencampurkan semen, agregat halus, agregat kasar, air dan kadang kadang campuran lain. Kekuatan beton tergantung dari banyak faktor, antara lain : proporsi dari campuran, kondisi temperatur, kelembaban dari tempat dimana campuran diletakan dan mengeras. Rasio air terhadap semen

22 merupakan faktor utama dalam penentuan kuat tekan beton. Semakin rendah perbandingan air semen, kuat tekan beton semakin tinggi. Rasio air tertentu diperlukan untuk memberikan aksi kimiawi didalam pengerasan beton. Kelebihan air meningkatkan kemampuan pengerjaan, akan tetapi menurunkan kekuatan ( Wang & Salmon, 1985 ). Sesuai tingkat mutu beton yang hendak dicapai, komposisi bahan susun beton harus ditentukan. Banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan komposisi bahan susun beton, agar beton yang dihasilkan memberikan kelecakan dan konsistensi yang memungkinkan beton mudah dikerjakan, ketahanan terhadap kondisi lingkungan ( kedap air, tidak korosif, tahan kebakaran dan lain lain ) serta memenuhi kekuatan yang direncanakan ( Istimawan, 1994 ). Kuat tekan beton relatif tinggi dibanding dengan kuat tariknya, yaitu kuat tarik beton antara 9 15 % kuat tekannya. Selain itu, beton merupakan bahan yang bersifat getas ( Kadir, 2000 ). Untuk penetapan modulus elastisitas beton, penerapannya digunakan rumus rumus empiris yang menyertakan besaran berat disamping kuat tekan beton. SK SNI T memberikan nilai modulus elastisitas beton tersebut, yaitu untuk beton ringan dan beton normal ( Istimawan, 1994 ). 2.3 Komposit Kayu Beton Struktur komposit merupakan gabumgan dua macam atau lebih komponen yang berbeda, digabungkan menjadi satu komponen. Pada umumnya komposit terdiri atas dua komponen yang menerus dengan dua penghubung / alat sambung. Komposit dibuat dengan maksud untuk mendapatkan sifat gabungan yang lebih baik dari sifat masing masing komponen penyusunnya ( Morisco, 1991 ). Komponen struktur komposit adalah gabungan dua macam atau lebih bahan bangunan yang sama atau berbeda, yang mampu beraksi terhadap beban kerja secara satu kesatuan, sehingga kelebihan sifat masing masing bahan yang membentuk komponen struktur komposit tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal. Komponen struktur lantai komposit kayu beton adalah komposit yang terbentuk dari bahan kayu dan beton, yang digabungkan menjadi satu

23 kesatuan dengan perantara alat sambung gaser, sehingga mampu bereaksi terhadap beban kerja sebagai satu kesatuan, disebut sebagai lantai tingkat komposit ( Suwandojo dan Zubaidah, 1987 ). Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menghemat penggunaan bahan bangunan, yaitu dengan cara menggabungkan kayu dan beton dalam satu kesatuan struktur komposit. Untuk tujuan ini, diperlukan alat sambung geser dengan memanfaatkan kelebihan sifat mekanik masing masing bahan secara maksimal, akan didapat struktur gabungan yang lebih kuat dibandingkan dengan masing masing bahan penyusunnya. Lantai komposit kayu beton dapat dimanfaatkan untuk bangunan sederhana seperti rumah tinggal, rumah susun, kantor, gedung sekolah, dan lain lain. Lapis beton merupakan sayap ( flens ) pada struktur komposit tersebut, berfungsi sebagai bagian yang menahan gaya desak, sedangkan kayu merupakan bagian badan yang dimanfaatkan untuk menahan gaya tarik. Kedua bahan tersebut merupakan satu kesatuan struktur komposit yang kaku. Kekakuan dan kelakuan struktur dinyatakan dalam hubungan antara beban dan lendutan yang terjadi. Angka kekakuan ( EI ) penampang komposit banyak ditentukan oleh faktor mutu bahan pembentuk komposit, kuat tekan beton serta modulus elastisitas kayu dan beton. Nilai modulus elastisitas beton mendekati sama dengan nilai modulus elastisitas kayu. Modular rasio ( n ) menyatakan perbandingan antara modulus elastisitas keduanya tergantung dari konfugarisi penampang lantai komposit, khususnya suatu lajur balok T komposit yang ditinjau. Sehingga ada 3 kemungkinan kasus yang terjadi, yaitu garis netral jatuh didalam satap beton, garis netral tepat pada bidang kontak / kampuh, atau garis netral jatuh pada badan kayu ( Suwandojo dan Zubaidah, 1987 ).

24 2.4 Penghubung Geser ( Sambungan Pasak ) Penghubung geser adalah alat sambung mekanik yang berfungsi sebagai penahan gaya geser dan gaya angkat yang timbul pada bidang kampuh dari bahan bahan yang membentuk komponen komposit ( Suwandojo dan Zubaidah, 1987). Dalam hal kekuatan sambungan kayu dengan pasak tidak dibedakan apakah itu sambungan desak atau sambungan tarik, yang menetukan kekuatan sambungan bukan kekuatan kekuatan tarik dan geser melainkan kuat desak pada lubang serta kekuatan pasak. Biasanya dalam analisis tegangan tegangan dalam arah sambungan maupun pada penampang pasak dianggap rata ( Kamaldi, 1999 ). Beton dan kayu merupakan dua bahan bangunan yang berbeda sifat mekanis dan fisiknya. Beton merupakan bahan konstruksi anorganis material yang kuat menahan gaya desak tetapi lemah terhadap gaya tarik, sedangkan kayu merupakan organis material yang peka terhadap lembab atau kadar air yang dikandungnya, dan mempunyai kuat tarik dan tekan yang hampir sama. Bila dua bahan tersebut disatukan dengan cara tertentu, yaitu dengan menggunakan penghubung geser yang sesuai, maka keduanya akan menyatu dan mampu bereaksi sebagai komponen struktur komposit. Agar aksi komposit dapat tercipta dengan sempurna, maka maka pada kampuh atau bidang kontak antara dua bahan kayu dan beton tidak boleh terjadi geser ( slip ), dan atau pemisahan (uplift ). Untuk itu pada bidang kampuh harus dipasang alat sambung ( shear connector ) yang mampu menahan slip dan uplift. Jumlah dan penempatan penghubung geser harus disesuaikan dengan besar gaya geser yang akan timbul pada bidang kampuh kayu dan beton. Panjang penghubung geser yang tertanam dalam kayu, dua kali panjang penghubung geser yang tertanam dalam sayap beton ( Suwandojo dan Zubaidah, 1987).

25 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pelat Beton Nilai modulus elastisitas beton (SK SNI T ) ditentukan dengan menggunakan persamaan (3.1.1) atau persamaan (3.1.2) : Ec = W 1.5 X 0,043 f ' c ( Mpa ).. (3.1.1) Dan untuk beton normal boleh diambil 4700 f ' c. (3.1.2) dengan : Ec = Modulus elatisitas beton W = Berat Jenis beton f c = Kuat tekan beton rencana (Mpa) Menurut SNI-T , beton yang digunakan pada rumah tinggal atau penggunaan beton dengan kekuatan tekan tidak melebihi 10 Mpa boleh menggunakan perbandingan volume campuran 1 semen : 2 pasir : 3 batu pecah dengan slump untuk mengukur kemudahan pengerjaannya tidak lebih dari 100 mm. Pengerjaan beton dengan kekuatan tekan hingga 20 Mpa boleh menggunakan penakaran volume, tetapi pengerjaan beton dengan kekuatan tekan lebih besar dari 20 Mpa harus menggunakan campuran berat (Tri Mulyono 2004). 3.2 Material Penyusun Beton terbuat dari bahan semen Portland, air, agregat (agregat kasar dan halus) dalam proporsi perbandingan tertentu dengan atau tanpa bahan tambah pembentuk massa padat (SK-SNI-T15-03, 1991). Bahan bahan tersebut memiliki sifat dan karakteristik yang bervariasi. Berikut adalah penjelasan karakteristik bahan bahan penyusun beton tersebut Semen Semen Portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat SII atau Standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986, dan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut (PB.1982:3.2-8). Semen yang

26 digunakan untuk pekerjaan beton harus disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang diberikan (Tri Mulyono, 2004). Menurut SNI , (1994). Semen Portland diklasifikasikan dalam lima jenis, yaitu : Jenis I :Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis jenis lain, Jenis II:Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau kalori hidrasi sedang, Jenis III :Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi, Jenis IV :Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalori hidrasi rendah, dan Jenis V:Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat Agregat Dalam SNI_T agregat didefinisikan sebagai material granuler, misalnya pasir, kerikil, batu pecah dan kerak tungku besi yang dipakai bersama sama dengan media pengikat untuk membentuk semen hidrolik atau adukan. Agregat untuk beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan mutu sebagai berikut : Agregat kasar harus terdiri dari butiran keras dan tidak berpori. Agregat kasar yang mengandung butir butir pipih hanya boleh dipakai apabila jumlah butir butir pipih tersebut tidak lebih 20% dari agregat seluruhnya, Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan terhadap berat kering), Agregat kasar harus terdiri dari butir butir yang beraneka ragam besarnya, Besar agregat maksimum tidak melebihi : 1 a. 5 jarak terkecil antara bidang samping cetakan. 1 b. 3 dari tebal plat.

27 3 c. 4 jarak bersih minimum antara bidang tulangan atau tendon prategang. Gradasi agregat adalah distribusi usuran kekasaran butiran agregat. Gradasi diambil dari hasil pengayakan dengan lubang ayakan 10 mm, 20mm, 30 mm, dan 40 mm untuk kerikil. Untuk pasir lubang ayakannya 4,8 mm;2,4 mm; 1,2mm; 0,6 mm; 0,3 mm dan 0,15 mm. berikut: Adapun gradasi kerikil ditetapkan seperti yang tercantum dalam Tabel 3.1 Tabel 3.1. Gradasi kerikil Persen berat butir yang terlewatkan Lubang ayakan Besar butir maksimum (mm) 40 mm 20 mm , Dalam peraturan tersebut juga ditetapkan gradasi agregat campurannya, yaitu campuran pasir dan kerikil dengan φ maks. 40 mm, 30 mm, 20 mm, dan 10 mm. Indek yang dipakai untuk ukuran kehalusan dan kekasaran butir agregat ditetapkan dengan modulus halus butir. Pada umumnya pasir mempunyai modulus halus antara 1,5 sampai 3,8 dan kerikil antara 5 dan 8. Modulus halus butir campuran dihitung dengan rumus : W = K C C x 100%...(3.2.1) P dengan W adalah persentase berat pasir terhadap berat kerikil, K adalah modulus halus butir kerikil, P adalah modulus halus butir pasir, dan C adalah mdulus halus butir campuran. Menilai jenis agregat yang akan digunakan sbagai bahan campuran beton tergantung pada : 1. Mutu bahan, 2. Tersedianya bahan ditempat tersebut, 3. Harga bahan tersebut,

28 4. Jenis konstruksi yang akan menggunakan bahan tersebut Air Air yang diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang pada umumnya dapat digunakan sebagai bahan campuran beton. Air yang mengandung senyawa senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat beton yang dihasilkan. Ada beberapa persyaratan air sebagai pencampur konstruksi beton antara lain 1. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter, 2. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter, 3. Tidak mengandung lumpur lebih dari 2 gram/liter, 4. Tidak mengandung zat organik, asam, dan garam garam yang dapat merusak beton lebih dari 15 gram/liter. Untuk menghasilkan beton dengan kekuatan lebih dari 90% biasanya digunakan dengan air suling. Biasanya jumlah air yang diperlukan dalam pembuatan beton berkisar 25% dari jumlah berat semen. Kelebihan air dalam adukan dapat membahayakan karena air bersama sama dengan semen bergerak kepermukaan adukan beton, hal ini dinamakan bleeding. 3.3 Faktor Air Semen (fas) Faktor air semen (fas) sangat mempengaruhi kekuatan beton, fas merupakan perbandingan antara berat air dengan semen dalam adukan beton (L.J. Murdock dan K.M. Brook, 1986). Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai fas, semakin rendah mutu kekuatan beton. Namun fas yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Nilai fas yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang pada akhirnya akan menyebabkan mutu beton menurun. Umumnya nilai fas minimum yang diberikan sekitar 0,4 dan maksimum 0,65. Rata rata ketebalan lapisan yang

29 memisahkan antara partikel dalam beton sangat bergantung pada faktor air semen yang digunakan dan kehalusan butir semennya. 3.4 Perencanaan Campuran Beton Dalam penelitian ini kami menggunakan metode The British Mix Design Method atau lebih dikenal di Indonesia dengan cara DOE (Department of Environment). Adapun langkah langkahnya sebagai berikut : 1. Menetapkan kuat tekan beton yang disyaratkan pada 28 hari (f c), yang disyaratkan adalah kuat tekan beton dengan kemungkinan lebih rendah hanya 5 % saja dari nilai tersebut. 2. Menetapkan nilai deviasi standar (sd) sd ditetapkan berdasarkan tingkat mutu pengendalian pelaksanaan pencampuran betonnya, makin baik mutu pelaksanaan makin kecil nilai sdnya. a. Jika pelaksanaan tidak mempunyai data pengalaman atau mempunyai pengalaman kurang dari 15 benda uji, maka nilai sd diambil dari tingkat pengendalian mutu pekerjaan seperti Tabel 3.2 berikut Tabel 3.2. Tingkat pengendalian pekerjaan Tingkat pengendalian mutu pekerjaan Sd (Mpa) Memuaskan 2,8 Sangat baik 3,5 Baik 4,2 Cukup 5,6 Jelek 7,0 Tanpa kendali 8,4 b. Jika pelaksanaan mempunyai data pengalaman pembuatan beton serupa minimal 30 buah silinder yang diuji kuat tekan rata ratanya pada umur 28 hari, maka jumlah data dikoreksi terhadap nilai deviasi standar dengan suatu faktor pengali seperti Tabel 3.3 berikut :

30 Tabel 3.3. Faktor pengali deviasi standar Jumlah data <15 Faktor pengali 1,0 1,03 1,08 1,16 Tidak boleh 3. Menghitung nilai tambah margin ( M ) M = K. Sd...(3. 2.2) dengan: M = nilai tambah K = 1,64 Sd = standar deviasi 4. Menetapkan kuat tekan rata rata yang direncanakan f cr = f c + M...(3. 2.3) dengan: f cr = kuat tekan rata rata f c = kuat tekan yang disyaratkan M = nilai tambah 5. Menetapkan jenis semen 6. Menetapkan jenis agregat (pasir dan kerikil) 7. Menetapkan faktor air semen Cara menetapkan faktor air semen diperoleh dari nilai terendah ketiga cara a. Cara pertama dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut : Kuat tekan silinder beton ( Mpa ) hari Semen Type I, II, IV Semen Type III 0 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 Faktor air semen Gambar 3.1.Grafik Faktor air semen

31 Caranya tarik garis lurus dan memotong 28 hari didapatkan faktor air semen (Gambar 3.1). b. Cara Kedua : Diketahui jenis semen I, jenis agregat kasar batu pecah. Kuat tekan rata ratanya pada umur 28 hari, maka gunakan Tabel 3.4 berikut: Tabel 3.4. Nilai kuat tekan beton Jenis semen I, II, III IV Jenis agregat kasar Umur Beton ( kerikil ) Alami Batu pecah Alami Batu pecah Dari tabel diatas diperoleh nilai kuat tekan, kemudian dengan faktor air semen dan f cr digunakan Gambar 3.2 penentuan faktor air semen dibawah ini : Dibaca setelah membaca nilai kuat tekan dari Tabel Kuat tekan silinder beton (MPa) ,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 Faktor air sem en Gambar 3.2. Grafik mencari faktor air semen

32 Caranya, tarik garis tekanan mendatar, kemudian tarik garis keatas dan berpotongan pada suatu titik. Buat garis putus putus dimulai dari titik tersebut keatas dan ke bawah melengkung seperti garis yang diatas dan dibawahnya. Cara ketiga : Dengan melihat persyaratan untuk berbagai pembetonan dan lengkungan khusus, dengan cara ini diperoleh : a). Untuk pembetonan didalam ruang bangunan dan keadaan keliling non korosif = 0,60. b). Untuk beton yang berhubungan dengan air tanah, dengan jenis semen tipe I tanpa Pozzolan untuk tanah mengandung SO 3 antara 0,3 1,2 maka f.a.s yang diperoleh = 0,50. c). Untuk beton bertulang dalam air tawar dan tipe semen I yaitu faktor air semennya = 0,50. Dari ketiga cara diatas diambil nilai terendahnya. 8. Menetapkan faktor air semen maksimum Diperoleh dari ketiga cara diatas, ambil nilai fas yang terbesar. 9. Menetapkan nilai slump Nilai slump didapat sesuai dari pemakaian beton, dapat diketahui dari Tabel 3.5 berikut : Tabel 3.5. Penetapan nilai Slump (cm) Pemakaian Beton Maksimal Minimal Dinding, pelat pondasi dan pondasi telapak bertulang 12,5 5,0 Pondasi telapak bertulang koisan, struktur dibawah tanah 9,0 2,5 Pelat, balok, kolom,dan dinding 15,0 7,5 Pengerasan jalan 7,5 5,0 Pembetonan masal 7,5 2,5 10. Menetapkan ukuran besar butir agregat maksimum (kerikil). 11. Menetapkan jumlah kebutuhan air Untuk menetapkan kebutuhan air per meter kubik beton digunakan Tabel 3.6 berikut dan dilanjutkan dengan perhitungan :

33 Besar ukuran maks kerikil (mm) Tabel 3.6. Kebutuhan air per meter kubik beton Jenis batuan Slump (mm) Alami Batu pecah Alami Batu pecah Alami Batu pecah Dalam tabel diatas, bila agregat halus dan kasar yang dipakai memiliki jenis yang berbeda (alami dan pecahan), maka jumlah air yang diperkirakan diperbaiki dengan rumus : A = 0,67 A h + 0,33 A k...(3.2. 4) dengan A adalah jumlah air yang dibutuhkan, liter/m 3, sedangkan A h adalah jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnya, dan A k yaitu jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasarnya. 12. Menetapkan kebutuhan semen Berat semen per meter kubik dihitung dengan : Jumlah air yang dibutuhkan(langkah 11)... (3.2. 5) Faktor air semen maksimum(langkah 7) 13. Menetapkan kebutuhan semen minimum Kebutuhan semen minimum ditetapkan berdasarkan Tabel 3.7 berikut ini : Tabel 3.7. Kebutuhan semen minimum Kandungan semen minimum Berhubunga Tipe semen Ukuran maks. Agregat (mm) n dengan Air tawar Semua tipe Tipe + pozzolan Air payau (15% - 40%) atau S.P pozzolan tipe II dan V Air laut Tipe II dan V

34 14. Menetapkan kebutuhan semen yang sesuai Untuk menetapkan kebutuhan semen, lihat langkah 12, maka yang dipakai harga terbesar diantara keduanya. 15. Penyesuaian jumlah air atau faktor air semen Jika jumlah semen pada langkah 13 dan 14 berubah, maka faktor air semen yang berubah ditetapkan dengan : a. Jika akan menurunkan f.a.s, maka faktor air semen dihitung lagi dengan jumlah air dibagi jumlah air semen minimum. b. Jika akan menaikkan jumlah air, lakukan dengan cara jumlah semen minimum dikalikan faktor air semen. 16. Menentukan golongan pasir Ditentukan dengan cara menghitung hasil ayakan hingga dapat ditemukan golongannya. 17. Menentukan perbandingan pasir dan kerikil. Dapat dicari dengan bantuan Gambar 3.3 dibawah ini. Dengan melihat nilai slump yang direncanakan, ukuran butir maksimum, zona pasir, dan faktor air semen m m mm mm mm Prorsi pasir, persen Proporsi pasir, semen Propors i pa s ir, s e me Propors i pa s ir, pe rs e n ,4 0,6 0,8 0,4 0,6 0,8 0,4 0,6 0,8 0,4 0,6 0,8 Faktor air semen Faktor air semen Faktor air semen Fa k tor a ir s e me n Gambar 3.3. Grafik persentase agregat halus terhadap agregat keseluruhan 18. Menentukan berat jenis campuran pasir dan kerikil Jika tidak ada data, maka agregat alami (pasir) diambil 2,7 dan kerikil (pecahan) diambil 2,7. Jika mempunyai data, dihitung dengan rumus :

35 P K Bj camp. =. Bj pasir +. Bj kerikil...(3.2. 6) dengan P yaitu persentase pasir terhadap agregat campuran, dan K adalah persentase kerikil terhadap agregat campuran. 19. Menentukan berat beton Untuk menentukan berat beton digunakan data berat jenis campuran dan kebutuhan air tiap meter kubik, kemudian masukan Gambar 3.4 berikut : 2700 Berat beton ( kg/m 3 ) Kandungan air (lt/m 3 be ton ) Gambar 3.4. Grafik hubungan kandungan air, berat jenis Agregat campuran dan berat beton. 20. Menentukan kebutuhan pasir dan kerikil Berat pasir + berat kerikil=berat beton kebutuhan air kebutuhan semen 21. Menentukan kebutuhan pasir Kebutuhan pasir=kebutuhan pasir dan kerikil x persentase berat pasir 22. Menentukan kebutuhan kerikil Kebutuhan kerikil=kebutuhan pasir dan kerikil kebutuhan pasir. 3.5 Modulus Elastisitas Beton Nilai modulus elastisitas beton (SK SNI T ) berbobot normal didekati dengan persamaan : Ec = Wc 1.5 X 0,043 f' c (Mpa). (3.2. 7)

36 dengan Ec menyatakan modulus elastisitas beton, Wc merupakan berat isi beton (kg/m 3 ) dan f c adalah kuat desak silinder beton (Mpa). Persamaan ( 3. 1 ) berlaku untuk beton dengan berat isi antara 1500 sampai 2500 kg/m 3. Beton normal, boleh dipakai rumus : Ec = 4700 f' c...( ) Tampak bahwa modulus elastisitas merupakan fungsi kuat desak atau density ( berat isi ) beton tersebut. Semakin besar kuat desak atau density, maka semakin besar nilai modulus elastisitas beton. 3.6 Kayu Kuat lentur patah kayu atau modulus of rupture ( MOR ) ditentukan pada pengujian lentur kayu dengan beban terpusat ditengah bentang, yang dijelaskan pada gambar 3.5 berikut : Gambar 3.5 Model Pengujian Kuat Lentur Patah Kayu (MOR) 3.7 Balok Komposit Kayu Beton Komposit struktur lantai komposit dapat di asumsikan sebagai deretan balok T, dengan gaya tarik ditahan oleh kayu, gaya tekan ditahan oleh pelat beton dan gaya geser pada bidang kampuh kayu-beton ditahan oleh sejumlah konektor geser, yang dimensi, jenis dan jumlahnya ditentukan sesuai dengan nilai gaya geser yang bekerja pada bidang kontak. Komponen struktur lantai komposit diperhitungkan sebagai lantai satu arah. Struktur Lantai Komposit Kayu-Beton Tipe Balok T diperlihatkan pada Gambar 3.7 berikut :

37 Gambar 3.7. Penampang Lantai Komposit Kayu Beton Tipe Balok T Penampang komposit kayu beton diperlihatkan pada Gambar 3.7 seperti diatas, b E merupakan lebar efektif, h adalah tinggi total penamapng, t tebal beton, h w tinggi kayu dan b w adalah lebar kayu Lebar Efektif (b E ) Menurut SK SNI T memberikan pembatasan lebar sayap efektif untuk balok T dan diambil nilai terkecil dari : (1) b E L/4 (2) b E bo (3) b E b w + 16t...(3.3. 4) dengan L adalah panjang bentang, b o adalah jarak pusat ke pusat antar balok, b w merupakan lebar kayu dan t adalah tinggi sayap beton, apabila tidak diketahui jarak antar balok (b o ), maka persamaan yang dipakai hanyalah persamaan (1) dan (3) Rasio Modular (n) dan Lebar Transformasi (b tr ) Rasio modular (n) adalah nilai rasio antara modulus elastisitas beton dengan modulus elastisitas kayu. Menghitung lebar transformasi dengan cara mentransformasikan lebar efektif dengan menggunakan rasio modular (n), sehingga : n= E c. (3. 3.5) E w

38 dengan E c modulus elastisitas beton dan E w modulus elastisitas kayu. Persamaan ( ) merupakan persamaan tahap elastis. Lebar transformasi (b tr ) dari bahan beton menjadi bahan kayu, didapat dengan mengalikan persamaan (3.3.5) diatas dengan lebar efektifnya sehingga : b tr = n. b E... (3. 3.6) bahan dianggap homogen sehingga dapat langsung dihitung statis momen/garis netral dan inersia tampang Garis Netral Tampang Balok Garis netral tampang balok dapat dicari dengan cara menghitung statis momen tampang (lihat Gambar 3.8). Gambar 3.8. Garis netral tampang Statis momen apabila dihitung dari serat tepi terbawah : y b = B tr.t ( h + t/2) + b w.h w ( h w /2) ( B.t ) + [ b.h ] tr w w...(3. 3.7) Persamaan ( 3.16 ) menunjukkan letak garis netral tampang diukur dari serat tepi terbawah. Dengan mengetahui letak garis netral ini, maka dapat dihitung inersia penampang komposit ( I ), maka : b.h /12 B.t( h y ) ( ) 2 b t/2 + b w..h w y b 1/2h w B.t / I = ( tr ) ( w w ) tr 3.8) ( Penghubung Geser Untuk menghitung jumlah kebutuhan penghubung geser, dapat dijelaskan sebagai berikut (lihat Gambar 3.9).

39 Gambar 3.9. (a) Pembebanan struktur. (b) Diagram gaya lintang balok. Gambar 3.9 (b) memperlihatkan diagram gaya lintang (SFD) balok yang dibebani dengan beban beban terpusat seperti terlihat pada Gambar 3.9 (a). Tegangan geser yang terjadi pada balok lentur komposit, dihitung dengan : τ = D.S...( ) I.b w dengan D, S, I dan bw berturut turut menyatakan gaya lintang balok, statis momen yang ditinjau, momen inersia dan lebar balok Distribusi tegangan geser balok yang memikul beban seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.9 (a), disajikan pada Gambar 3.10 (a) berikut (untuk ½ bentang) : Gambar (a) Distribusi tegangan geser balok untuk ½ bentang. (b) Nilai gaya geser pada zone 1 dan zone 2.

40 Gaya geser tiap zone (V), merupakan volume tiap zone seperti ditunjukkan pada Gambar 3.10 (b), sehingga : V i = τ i.li.b w...( ) dengan L i adalah panjang zone 1, τ i adalah lebar badan balok. adalah tegangan geser zone 1 dan b w Dari Gambar 3.10 tampak bahwa besar tegangan geser ataupun gaya geser nilainya sama sepanjang L 1 dan L 2. Apabila jumlah beban terpusat semakin bertambah sepanjang bentang, maka nilai tegangan geser ataupun gaya geser mengarah kebentuk garis lurus sepanjang bentang. Dari tumpuan ke arah pertengahan bentang, tegangan dan gaya geser nilainya semakin kecil, sehingga jumlah penghubung geser yang dibutuhkan juga semakin kecil Penurunan Rumus Tegangan Geser Mendatar Dapat dilihat pada dua penampang (1) dan (2), pada balok yang dipisahkan sejarak dx seperti diperlihatkan pada Gambar 3.11 berikut: Gambar Tampak depan penampang pada balok Dari Gambar 3.11 diambil elemen kecil dari bagian arsiran dan dipisahkan sebagai benda bebas (lihat Gambar 3.11), balok yang diambil diperlihatkan pada bagian yang diarsir dapat dilihat pada Gambar 3.12 berikut :

41 Gambar Tampang bagian balok yang diambil Misalkan momen lentur pada penampang (2) lebih besar dibandingkan dengan penampang (1), berarti tegangan lentur yang terjadi pada penampang (2) lebih besar dibandingkan dengan penampang (1), maka resultan gaya dorong mendatar H 2 yang disebabkan oleh gaya tekan pada penampang (2) akan lebih besar dari resultan gaya dorong mendatar H 1 pada penampang (1). Perbedaan H 2 dan H 1 hanya dapat diimbangi oleh tahanan gaya geser df yang bekerja pada permukaan dasar benda bebas, karena H 2 H 1 merupakan jumlah perbedaan gaya dorong σ 2 da dan σ 1 da pada ujung semua elemen yang diperlihatkan pada Gambar 3.12, jumlah gaya mendatar memberikan [ H = 0] = df = H 2 H 1 = c σ 2 da - y c σ 1 da...( ) y bila tegangan lentur σ diganti dengan ekuivalen M c 2 M c 1 df = y da I - y da y1 I y1 i i M M I 2 1 = My, maka diperoleh I c y1 y da...( ) setelah didapat rumus df, dapat dilihat di Gambar 3.11 bahwa df = τ b.dx, dimanaτ adalah tegangan geser rata rata sepanjang luas differensial lebar b dan panjang dx, juga bahwa M 2 M 1 menyatakan perubahan momen lentur

42 differensial dm berjarak dx, oleh karena itu hubungan diatas dapat ditulis sebagai berikut : dm c τ = y da Ib.dx...( ) y 1 Untuk mengetahui kemiringan diagram momen V sebagai geser tegak, maka dapat dilihat pada Gambar 3.13 berikut Gambar Hubungan antara beban, geser dan diagram momen dm Dari Gambar 3.13 (c) dapat kita lihat bahwa V=, sehingga dapat dx diperoleh tegangan geser mendatar, V c τ = y.da Ib = y 1 _ V.A' y Ib V = Q...( ) Ib dimana A adalah luas arsiran pada pandangan samping Gambar 3.13, _ y adalah lengan momen luas parsial terhadap sumbu netral, dan Q adalah momen luas. Dengan mengganti integral c y 1 y. da, yang berarti jumlah momen luas diferensial da terhadap sumbu netral, dengan ekuivalennya A _ y dapat dihitung.

43 3.8.2 Aliran Geser Apabila tegangan geser τ dikalikan dengan lebar b, maka diperoleh besaran q, yang dikenal sebagai aliran geser, yaitu menyatakan gaya longitudinal per-satuan panjang yang dipindahkan sepanjang penampang pada tingkat y 1. V q = τ.b = Q...( ) I Hubungan Antara Tegangan Geser Mendatar dan Tegak Untuk memperoleh terminologi geser tegak (V) timbul pada rumus tegangan geser mendatar ( τ h ). Tegangan geser mendatar selalu diikuti dengan tegangan geser tegak yang besarnya sama, dapat dilihat pada Gambar 3.14 berikut : Gambar Tegangan geser mendatar dan tegak. Dari Gambar 3.14 tegangan geser τ υ membentuk tahanan geser tegak V r = τ.da yang mengimbangi geser tegak V, karena tegangan ini tidak layak menetapkan τ υ secara langsung dapat mengambil harga numerik τ h yang sama,

44 itu untuk membuktikan kesamaan τ h dan τ υ, pengaruhnya dapat dilihat pada Gambar 3.15 pada diagram benda bebas dari elemen khusus berikut : Untuk mengetahui tegangan geser pada elemen dapat dilihat pada Gambar Gambar Tegangan geser pada elemen khusus. Pandangan bergambar elemen ini diperlihatkan pada Gambar 3.15 (a), pandangan depan diperlihatkan pada Gambar 3.15 (b). Untuk kesetimbangan elemen ini, tegangan geser τ h pada muka dasar membutuhkan tegangan geser yang sama dan seimbang dengan muka atas. Gaya yang menyebabkan tegangan geser ini (Gambar 3.15 (c)) membentuk kopel dengan arah berlawanan jarum jam, yang membutuhkan kopel searah jarum jam untuk menjamin kesetimbangan. Gaya kopel searah jarum jam ini menimbulkan tegangan geser τ υ pada muka tegak seperti yang diperlihatkan, dengan mengambil momen terhadap sumbu melalui A (Gambar 3.15 (c)), diperoleh [ M A = 0] menghasilkan = ( τ h.dx.dz)dy - ( τ υ.dy.dz)dx = 0...( ) kemudian dengan menghilangkan perkalian konstanta dx, dy, dz τ h = τ υ...( ) dari rumus tersebut dapat disimpulkan bahwa tegangan geser yang bekerja di salah satu muka elemen selalu diikuti oleh tegangan geser dengan besar sama yang bekerja pada muka tegak lurus.

45 3.8.4 Pemakaian Terhadap Penampang Segi Empat Distribusi tegangan geser pada penampang segi empat dapat diperoleh dengan menggunakan Persamaan 3.23 sampai dengan Gambar 3.15, dan untuk lapisan pada jarak y dari sumbu netral, diperoleh dengan : τ = _ V A' y Ib V h 1 h = b y y + y Ib V h 2 τ = y...( I 4 8) Hubungan ini memperlihatkan bahwa tegangan geser didistribusikan secara parabol sepanjang kedalaman penampang, seperti terlihat pada Gambar 3.16 berikut: Gambar Tegangan geser terbagi sepanjang penampang segi empat secara parabolis. Tegangan geser maksimum terjadi pada sumbu netral dan diperoleh dengan mendistribusikan ukuran segi empat ke dalam Persamaan sebagai berikut : τ = τ maks = _ V A' y Ib 3 2 V bh = 3 ( bh ) = V bh h b V...( ) 2 A

46 Momen inersia efektif penampang lantai komposit I eff, ditentukan dengan persamaan berikut: I eff 4 = φ I o ( mm ) ( ) dengan : φ = factor reduksi penampang komposit I 0 = momen inersia teoritis 3 3 B. t /12 bh /12 + B0 + ( ) ( ) 2 = ( ef ) ( ) ef B ef = n B flens (mm) 2 + b. h y 1/ 2. t ht y t / 2 h n = R = Rasio E c /E w Posisi garis netral diukur alas balok web kayu : y = B ef. t ( h + t / 2) + bh( h / 2) ( B. t ) + [ bh] ef (mm) (3.5.1) dengan y = posisi garis netral diukur dari web kayu. h t = tinggi penampang balok kayu h + tebal slab beton t (mm) B ef = lebar efektif flens beton balok T komposit (mm) B flens = lebar pelat balok T (mm) t = lebar palat beton (mm) b = lebar penampang balok kayu (mm) h = tinngi penampang balok kayu (mm) s = spasi antara balok kayu (mm) Daya dukung pada tegangan ijin : F c = f c/3 (Mpa) Fb = fb/2,74 (Mpa) Mu, beton = I ( y) h t eff F c (Nmm).. (3.5.2)

47 Mu, kayu = I / eff y fb (Nmm).(3.5.3) Mu lantai komposit ditentukan oleh nilai terkacil dari F c dan Fb Daya dukung pada defleksi ijin : Beban total yang dapat didukung lantai komposit = q tot ditentukan oleh : q tot, a = E W I eff 384δ L 4 5 i (KN/m ).(3.5.4) dengan : δ i F c = 0,5 f c (MPa) δ i Fb = 0,6 fb 9MPa) I eff = φ I o φ = 0, 85 δ i = (1/300-1/400)L mm Tegangan yang terjadi : Pada web kayu : fb,a = M/W w,harus δ i Fb Pada beton : Fc,a = M/W c,harus δ i F c Daya dukung pada Batas Profesional : Nilai tegangan pada Batas Profesional : P F c = (2/3) f c (Mpa) P Fb = (3/4) MOR (Mpa) P I eff = φ I 0 φ = 0,80 Daya dukung lantai komposit ditentukan oleh persamaan : 2 Momen lentur rencana yang dientukan oleh teganggan kayu beton, P M u, w P = Fc. I / eef (y) = (3/4) MOR I eff /(y) (3.5.6) 3 Momen lentur rencana yang ditentukan oleh kuat tekan beton,

48 P M P U, C = Fc. I eef / Beban batas proporsional total (h t -t) (Nmm)..(3.5.7) P q tit LTK : P P M q tot = u 2 L 8 (KN/m ).(3.5.8) 1. Tahap in elastis Daya dukung pada tahap kekuatan Batas (Ultimate Strength) ditunjukan pada Ganbar 3.17, nilai tegangan rencana bahan : U Beton Fc = 0.85 f c (Mpa) Kayu U Fb = 0,8 MOR (Mpa) Gambar 3.17 Distribusi Tegangan Penampang Lantai Komposit,tahap in elastis Gaya tekan pada beton blok tekan ekivalen Cc Cc = B a U F' c (KN).(3.5.9) Gaya tarik Ultimate pada web kayu : U T = { b ( h t y )( 0, 8MOR ) } w + /2 (KN)..(3.6.0) Tinggi stressed block a ditentukan dengan : a. kemungkinan 1, a < tebal flens beton t ( Gambar 3.18) a = { bh( 0,8MOR )} B eff / 2 0,85 f ' c (mm) (3.6.1)

49 Gambar 3.18 Distribusi Tegangan dan keseimbangan Gaya Dalam penampang Lantai Tingkat Komposit, tinggi a < t Dimana tegangan tarik pada beton di bawah garis netral diabaikan. Lengan momen : z = h t -(a/2 = h/3) atau z = (2/3) h + t a/2 (mm) Momen nominal : Mn,w = T z Mn,c = Cc z (mm) (Nmm) Mn diambil nilai yang terkecil,daya dukung rencana Mu = φ Mn (KNm), φ = 0,80 b. kemungkinan 2, a = t (Gambar 3.19 ) Cc = B eff t 0,85 f c dan Tw = 0,5 b ( h t -c) ( 0,8 MOR )...(3.6.2 ) Bila Cc = Tw, maka Posisi garis netral y diukur dari serat tertekan. c = a/0,80 Gambar (3.19) Distribusi Tegangan dan Keseimbangan Gaya Dalam Penampang Lantai Tingkat Komposit, tinggi a = t

50 [ ] h t -t = ( B. t.0,85 f ' c) / 0,5b ( h c)( 0, MOR) eff t 8 setelah disederhanakan : c = h t - {( Beff t ) / b.2,125 f ' c /( MOR) }. (mm) Lengan momen : z = 1/6 ( 4 h t + 2c) + (mm) Momen ultimit Mu = φ ( C c. z ) (KNm) (3.6.3) Dengan φ = 0, 75 c. kemungkinan 3, a > 1 Bila a > 1 berarti garis netral jatuh dibadan web dilihat Gambar 3.20 gaya tarik penampang bagian web kayu yang tertarik T w dapat ditentukan : Gambar 3.20 Diagram pada Teagangan pada tahap Ultimit Tw = 0,5 ( h t c) b 0,80 MOR Gaya tekan dif lens Cc = B eff t o,85 f c c = ( h + t ) - B eff. t0,85 f ' c 0,5b 8 z = 1/6 ( 4h 2c 3t ) ( 0, MOR) (mm) + (mm) M u = φ C c z = φ T w z (3.6. 4} φ = 0,75

51 2. Momen kapasitas ( Daya Dukung Maksimum ) M kap = φ ( C c.z ) atau φ (T w z ) (3.6. 5) Dengan : m C c = B eff t Fe, m F c, = 0,85 f c T w = ( h t - y ) b φ = 0,70 m P b, m F b = 0,9 MOR z = 1/6 ( 4h + 2c 3t ) y = - B eff t0,85 f ' c 0,5b 9 ( 0, MOR) (mm) (3.6.6) Hubungan Beban (P) dan Lendutan ( ) Dari hasil pengujian, didapat data beban dan lendutan. Pembebanan transversal pada balok akan mengakibatkan penurunan (defleksi). Rasio antara beban (P) dan lendutan ( ) dalam keadaan linear menunjukkan kekakuan struktur. Dari setiap pembebanan dan lendutan yang terjadi, maka dapat dibuat grafik yang menggambarkan beban lendutan, yang mempunyai bentuk seperti Gambar 3.21 berikut : Gambar Grafik Hubungan beban ( P ) dan lendutan ( )

52 tg α = Py / y ( ) k = tg α ( ) maka k= Py / y ( ) Seperti terlihat pada Gambar 3.22 diatas, pada uji pembebanan setelah P leleh atau P patah dilampaui, maka kekakuan struktur akan menurun Hubungan Momen (M) dan Kelengkungan ( Φ ) a. Metode Kelengkungan Balok Teoritis Menurut Park and Paulay (1975), dan Popov (1978), setelah dimodifikasi sesuai dengan penelitian ini, kelengkungan teoritis dapat dijelaskan dengan Gambar 3.23 yang merupakan elemen dari sebuah balok dengan momen momen ujung dan gaya aksial. Jari jari kelengkungan ρ diukur dari garis netral. Kelengkungan sebuah balok dapat diperoleh dengan mengukur remangan tepi atas/bawah, kemudian membagi dengan tinggi netral, dalam hal ini akan digunakan untuk perhitungan kelengkungan balok teoritis. Gambar Kelengkungan balok

53 Gambar 3.23 (a) merupakan elemen sebuah balok yang menerima lentur, (b) merupakan elemen kecil dari balok lentur (a), (c) adalah diagram regangan balok. Dari Gambar 3.23 didapat : dx ρ = ε a.dx = y a ε b.dx...( ) y b 1 ρ = ε y a a = ε y b b dengan ρ 1 = Φ ( ) maka : Φ = ε a b = y a y b ε..( ) dengan Φ, ε a, ε b, y a dan y b berturut turut menyatakan kelengkungan, regangan tekan, regangan tarik, jarak garis netral ke tepi atas dan jarak garis netral ke tepi bawah. Menurut Park and Paulay (1975), momen kelengkungan teoritis balok dianalisis pada beberapa kondisi, yaitu kondisi elastis (retak awal), kondisi mulai leleh/batas proporsional dan kondisi ultimit. Kurva momen kelengkungan dapat dilihat pada Gambar 3.24 berikut : Gambar 3.23 Grafik Momen kelengkungan Grafik 3.23 (a) menunjukkan kurva momen kelengkungan tri-linear balok, sedangkan (b) dan (c) menunjukkan kurva momen kelengkungan bi-linear balok.

54 b. Metode Pendekatan Kelengkungan Balok Pada uji pembebanan balok, sumbu balok yang semula lurus, akan menjadi garis lengkung, sehingga didapatkan nilai momen dan kelengkungan garis. Kelengkungan pada suatu titik dapat dicari dari 3 buah titik yang berurutan (y i+1, y i, y i-1 ). Dari lendutan, dengan mengukur (y i+1, y i, y i-1 ), maka dapat dicari kelengkungan yang akan digunakan pada penelitian ini. Menurut Widodo (1997), kelengkungan struktur diturunkan dari data perpindahan titik garis lengkung dengan metode Central Difference, dengan keterangan Gambar 3.24 berikut : Gambar Momen kelengkungan balok Gambar 3.24 (a) menunjukkan pembebanan balok, (b) adalah lendutan yang terjadi sedangkan (c) adalah diagram momen yang terjadi. Kemiringan ( slope ) didekati dengan persamaan : dy dx = yi+ i 1 1 y 2Δx...( )

55 Turunan dari persamaan ( 3.68 ) adalah 2 d y 2 dx yi+ 1 2yi + = 2 Δx y i 1...( ) Menurut Popov ( 1978 ), kelengkungan didekati dengan : 2 d y 2 dx = ρ 1.( ) 1 dengan adalah kelengkungan atau Φ ρ, sehingga Φ balok dapat di dekati dengan : yi 1 2yi Φ = 2 Δx + + y i 1...( ) Nilai momen maksimum balok sederhana yang menerima beban seperti pada Gambar 3.25 (c) adalah : 1 M = P. L P. L = 20 PL...( ) Menurut Gere dan Timoshenko (1987), hubungan faktor kekakuan (EI), momen ( M ) dan kelengkungan ( Φ ) hádala : Φ M =..( ) EI dengan Φ, M dan EI berturut turut menyatakan kelengkungan, momen dan faktor kekakuan Konektor Geser Tegangan geser vertikal yang terjadi pada pelat beton akibat beban kerja tidak boleh melampaui nilai : v = 11 1 f ' c (Mpa)..(3.7. 9) Kuat geser horizontal yang bekerja pada setengah bentang lantai komposit pada T dihitung dengan : V h = 0,5L b w ½ v (N) (3.8. 0)

56 Dengan : v = tegangan geser horizontal pada bidang kontak (Mpa) = (0,5q L S) (b w I ef ) q = beban kerja untuk satu lajur balok T S = momen statis terhadap garis netral, satu penampang balok T lantai tingkat komposit = nb (t 2 /2) (mm) L = bentang lantai komposit (mm) b w = lebar balok kayu (mm) n = rasio modular = E C / E W Konektor geser yang dipenuhi untuk ketentuan setiap lajur balok T Lantai Komposit Kayu Beton, jumlah konektor geser sepanjang setengah bentang yang dipasang pada bidang kampuh atau bidang kontak pelat beton kayu dapat dilihat pada Gambar 3.7, tidak boleh kurang dari : N k = V/P k (3.8. 1) N k = jumlah konektor geser yang dipasang pada kampuh pelat beton balok kayu. P k = daya dukung rencana konektor geser (KN) Gambar 3.25 Bagian Komponen Lantai Tingkat Komposit, penempatan konektor geser untuk setengah bentang

57 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Bahan Bahan utama pembentuk komponen lantai komposit kayu beton adalah beton, kayu, dan penghubung geser Beton Beton yang digunakan adalah beton normal. Department of Environment ( DOE ). Sebagai penyusun beton, dipergunakan bahan bahan sebagai berikut : 1. Semen Semen yang digunakan adalah semen Portland (PC) jenis I, merk Holchim dengan berat 40 kg sebagai perekat adukan. Semen tersebut harus dalam keadaan baik, berbutir halus, tidak mengeras / menggumpal. 2. Agregat halus Agregat halus merupakan butiran pasir yang lolos saringan 5mm. Pasir yang dipergunakan harus pasir yang bersih, bebas dari bahan organik, lempung ataupun kotoran kotoran lainnya. Pasir yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari lereng Gunung Merapi, Yogyakarta. 3. Agregat Kasar Agregat kasar berupa krikil, yang lolos saringan 20 mm dan tertahan saringan 5 mm. Krikil tersebut kemudian dibersihkan / dicuci terlebih dahului, sehingga terbebas dari bahan bahan organik, lempung ataupun kotoran kotoran lainnya. Kerikil yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari lereng Gunung Merapi, Yogyakarta.

58 4. Air Air sebagai bagian dari campuran adukan beton, merupakan air yang jernih dan bersih dari berbagai kotoran. Air yang digunakan dalam penelitian ini, diambil dari labratorium Bahan Konstruksi Teknik, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia. Kayu Kayu yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu Glugu. Pada bahan uji komposit kayu beton, kayu berfungsi sebagai penahan gaya tarik. Kayu harus lurus, diusahakan berserat lurus dan bebas dari cacat seperti mata kayu dan retak retak kayu. Penghubung Geser Penghubung geser yang digunakan pada benda uji komposit kayu beton adalah pasak bambu dengan φ = 10 mm. Pasak tersebut berfungsi sebagai penahan gaya geser ( slip ) dan juga pemisahan ( uplift ) antara dua bahan : kayu dan beton. Baja Tulangan Baja tulangan yang dipakai baja tulangan polos berdiameter 4 mm, di susun memanjang dan melintang pada slab beton. Fungsi baja tulangan tersebut adalah sebagai kerangka dan penguat slab beton. Benda Uji Benda uji dalam penelitian ini adalah benda uji balok T komposit kayu beton sebagai benda uji utama, serta benda uji lainnya yaitu benda uji silinder beton, benda uji balok kayu dan benda uji geser paku, kayu beton.

59 4.2.1 Benda Uji Balok T Komposit Kayu Beton Pada penelitian ini, dibuat benda uji balok T Komposit kayu beton sebanyak 3 buah untuk diuji lentur, dengan ukuran bentang total L = 360 cm, lebar b = 40 cm, tebal slab beton t = 6cm serta ukuran balok kayu b x h = 6x12 cm. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.1, Gambar 4.2, dan Gambar 4.3 berikut ini : Gambar 4.1. Benda uji balok T Komposit Kayu Beton Gambar 4.2. Potongan memanjang balok T Komposit Kayu Beton Gambar 4.3. Potongan melintang balok T Komposit Kayu Beton

60 Silinder Beton Silinder beton dibuat sebanyak 2 buah dengan ukuran tinggi t = 30 cm serta diameter d = 15 cm. Beton yang dipakai adalah beton normal yang dibuat dengan berpedoman pada Department of Environment ( DOE ) Silinder diuji desak untuk mengetahui nilai kuat tekan beton yang dibuat Benda Uji Kayu Desak, Tarik, Geser, dan Lentur Kayu yang dipakai adalah kayu Glugu. Dibuat 2 buah potongan balok kayu dengan ukuran panjang L = 70 cm, serta penampang bxh = 3x6 cm untuk diuji kuat tarik, desak, dan geser dari kayu glugu tersebut untuk mengetahui mutu kayu glugu, selain itu diuji lentur, untuk mengetahui kuat lentur patah kayu atau Modulus of Rupture (MOR) kayu Benda Uji Geser Pasak, Komposit Kayu Beton Dibuat benda uji geser pasak kayu beton sebanyak 3 buah, untuk diuji geser, ukuran kayu 6x12x20 cm, ukuran beton 6x13x20 cm. Pasak 12 buah untuk satu benda uji. Uji geser dilakukan untuk mengetahui kuat eser satu buah pasak pada komposit kayu beton, seperti terlihat pada gambar 4.4 berikut ; Gambar 4.4 Benda uji geser pasak, komposit kayu beton

61 4.3. Alat yang digunakan Alat Adukan Beton 1. Ayakan Ayakan digunakan untuk mengetahui gradasi pasir dan kerikil. Untuk pasir, digunakan lolos ayakan 5 mm. Sedangkan ukuran ayakan untuk memisahkan fraksi fraksi dalam pasir adalah : 4,8 mm; 2,4 mm; 0,6 mm; 0,3 mm; dan 0,15 mm. Sedangkan kerikil lolos ayakan 20 mm dan tertahan 5 mm. 2. Cetok Cetok dipergunakan untuk mengambil dan memasukkan adukan beton ke dalam cetakan silinder beton ataupun bekisting benda uji. 3 Talam Baja Talam baja dipergunakan untuk menampung sementara adukan beton yang dikeluarkan dari mesin pengaduk beton. 4 Kerucut Abrams Kerucut Abrams digunakan untuk mengukur nilai slump adukan beton. Tinggi kerucut 30 cm, diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm. Dilengkapi dengan alat penumbuk berupa batang besi, panjang 60 cm dan diameter 16 mm. 5 Mesin Pengaduk Beton Mesin pengaduk beton dipergunakan untuk mencampur dan mengaduk bahan susun beton yaitu semen, pasir, kerikil dan air, sehingga dihasilkan campuran adukan homogen yang homogen Alat Pengukur 1. Timbangan Dipergunakan untuk menimbang bahan susun adukan beton ( semen, pasir, krikil dan air ) dalam komposisi yang dikehendaki. Timbangan bermerk Fa Gani, dengan kapasitas timbangan 500 kg.

62 2. Mistar / Meteran Dipergunakan untuk mengukur dimensi benda uji. 3. Kaliper Kaliper dipergunakan untuk mengukur diameter tulangan, diameter silinder beton, dan ketinggian silinder beton. 4. Dial Gauge Adalah alat pengukur besarnya lendutan yang terjadi. Kapasitas ukur maksimum lendutan 30 mm dan 50 mm dengan ketelitian 0,01 mm. Merk Mitutoyo, buatan Jepang Alat Mesin Uji 1. Mesin Uji Tarik / Tekan Mesin ini dipergunakan untuk mengetahui kuat tarik baja tulangan, kuat tarik kayu / tekan lentur kayu dan tekan geser. Mesin yang digunakan adalah Universal Testing Material ( UTM ) merk Shimatzu type UMH 30 kapasitas 30 ton. 2. Mesin Uji Kuat Desak Adalah alat uji desak silinder beton. Mesin merk CONTROLS, kapasitas alat 2000 kn dengan tingkat ketelitian 1 kn. 3. Loading Frame Merupakan struktur rangka profil baja dengan landasannya, untuk meletakkan dan melakukan pengujian berbagai benda uji. Profil baja yang dipakai adalah WF 450x200x9x Dukungan Sendi rol Merupakan perletakan bagi benda uji yang akan diuji, sehingga merupakan perletakan sendi rol. 5. Hidraulic Jack Adalah alat pembangkit beban statik yang dipakai untuk memberikan pembebanan statik pada pengujian benda uji, dilengkapi

63 dengan alat pembacaan beban. Kapasitas maksimum alat adalah 30 ton, dengan ketelitian pembacaan 0,5 ton. 4.4 Pelaksanaan Pengujian Pelaksanaan pengujian dilaksanakan di Laboratorium Bahan Konstruksi Teknik dan Laboratorium Mekanika Rekayasa Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia. Pengujian pengujian yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengujian benda uji / bahan bahan pembentuk struktur komposit kayu beton yang meliputi pengujian kuat tekan / tarik / lentur kayu, kuat desak beton, pengujian daya dukung penghubung geser ( pasak ) dan pengujian utama yaitu pengujian kuat lentur balok T Komposit Kayu Beton Pengujian Kuat Tekan / Tarik / Desak / Lentur Kayu Pengujian kuat tekan / tarik dilakukan untuk mengetahui mutu dan kuat kelas dari kayu glugu tersebut. Pengujian kuat lentur patah kayu dilakukan dengan memberikan gaya terpusat pada tengah tengah bentang kayu, dengan penambahan beban bertahap sampai kayu mengalami patah. Gaya dan lendutan yang terjadi dicatat. Kuat lentur patah kayu atau Modulus Of Rupture ( MOR ) dapat dihitung dan dirata rata dari semua benda uji, demikian pula dapat dihitung untuk nilai Modulus Elastisitas Kayu ( E w ). Model pengujian lentur kayu dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut : Gambar 4.5. Pengujian kuat lentur kayu

64 4.4.2 Pengujian Kuat Desak Beton Pengujian Kuat Desak Beton dilakukan dengan cara memberikan gaya desak pada benda uji silinder beton dengan alat / mesin uji kuat desak, sampai benda uji hancur. Gaya desak maksimum dicatat. Nilai kuat desak beton dapat dihitung dan diperoleh dengan merata rata nilai kuat desak semua benda uji. Model pengujian benda uji silinder beton dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut : Gambar 4.6. Pengujian kuat desak silinder beton Pengujian Daya Dukung Penghubung Geser ( Pasak ) Pengujian Daya Dukung Penghubung Geser ( Pasak ) dilakukan dengan cara benda uji ditekan dengan mesin tekan sampai benda uji mengalami patah / rusak slip. Beban P dan slip yang terjadi dicatat. Dari hasil pencatatan, kemudian dapat disajikan dalam bentuk grafik. Dari pembacaan data dan grafik tersebut, dapat ditentukan daya dukung penghubung geser. Model pengujian kuat geser penghubung geser dapat dilihat pada Gambar 4.7 berikut :

65 Gambar 4.7. Pengujian daya dukung penghubung geser Pengujian Kuat Lentur Balok T Komposit Kayu Beton Pengujian Kuat Lentur Balok T Komposit Kayu Beton dilakukan dengan cara meletakkan balok komposit diatas 2 tumpuan sendi dan rol. Kemudian diberi beban static / ditekan dengan mesin hydraulic jack sampai benda uji runtuh / pecah. Beban P diberikan secara bertahap dan pada tiap tahap pembebanan dicatat lendutan yang terjadi pada titik titik dimana dial gauge terpasang. Retak pertama pada kayu maupun beton serta retak retak selanjutnya diberi tanda dan dicatat. Hubungan antara beban ( P ) dan lendutan ( ) dituangkan dalam bentuk grafik dan akan memberikan informasi teknis berupa kekuatan dan kekakuan komponen struktur lentur. Model pengujian kuat lentur balok T komposit kayu beton, dapat dilihat pada gambar 4.8 berikut : Gambar 4.8. Pengujian kuat lentur balok T Komposit Kayu - Beton

Kayu mempunyai kuat tarik dan tekan relatif tinggi dan berat yang relatif

Kayu mempunyai kuat tarik dan tekan relatif tinggi dan berat yang relatif -:.~~:_-.:..., ~- -------.-- BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kayu Kayu mempunyai kuat tarik dan tekan relatif tinggi dan berat yang relatif rendah, mempunyai daya tahan tinggi terhadap pengaruh kimia dan listrik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan obyek berupa paving blok mutu rencana 400 Kg/ dan 500 Kg/ sebanyak masing-masing 64 blok. Untuk setiap percobaan kuat tekan dan tarik belah paving

Lebih terperinci

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector) Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector) Dr. AZ Department of Civil Engineering Brawijaya University Pendahuluan JEMBATAN GELAGAR BAJA BIASA Untuk bentang sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambah membentuk massa padat.

Lebih terperinci

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN < > NORMAL CONCRETE MIX DESIGN < Soal : Rencanakan campuran beton untuk f c 30MPa pada umur 28 hari berdasarkan SNI 03-2834-2000 dengan data bahan sebagai berikut : 1. Agregat kasar yang dipakai : batu pecah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan masih terus dilakukan. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan masih terus dilakukan. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejalan dengan pembangunan prasarana fisik yang terus menerus dilaksanakan, pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan masih terus dilakukan. Oleh karena itu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu pengujian mekanik beton, pengujian benda uji balok beton bertulang, analisis hasil pengujian, perhitungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Dasar Teori Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air yang membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah campuran

Lebih terperinci

MIX DESIGN Agregat Halus

MIX DESIGN Agregat Halus MIX DESIGN Soal : Rencanakan campuran beton untuk f c 30MPa pada umur 28 hari dengan data : 1. Agregat kasar yang dipakai : batu pecah (alami) 2. Agregat halus yang dipakai : pasir 3. Diameter agregat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Mortar Mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan air dengan komposisi tertentu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kuat Tekan Beton Sifat utama beton adalah memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya. Kekuatan tekan beton adalah kemampuan beton untuk menerima

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil

Lebih terperinci

4. Perhitungan Proposi Campuran menurut SNI

4. Perhitungan Proposi Campuran menurut SNI . Perhitungan Proposi Campuran menurut SNI 0-8-000 Pemilihan proporsi campuran beton harus ditentukan berdasarkan hubungan antara Kuat Tekan Beton dan Faktor Air Semen (fas) Perhitungan perencanaan campuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai pembentuknya (seperti abu pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga sebelum

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR Million Tandiono H. Manalip, Steenie E. Wallah Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Email : tan.million8@gmail.com

Lebih terperinci

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG Irmawati Indahriani Manangin Marthin D. J. Sumajouw, Mielke Mondoringin Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN JUDUL ENGLISH... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR ISTILAH... xi DAFTAR NOTASI...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Kayu merupakan suatu bahan mentah yang didapatkan dari pengolahan pohon pohon yang terdapat di hutan. Kayu dapat menjadi bahan utama pembuatan mebel, bahkan dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. UMUM. Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat, air

BAB II DASAR TEORI 2.1. UMUM. Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat, air 5 BAB II DASAR TEORI 2.1. UMUM Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat, air dan semen atau dengan bahan tambahan atau zat aditif. Bahan bahan air dan semen bereaksi secara kimiawi

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

8. Sahabat-sahabat saya dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu yang telah membantu dalam menyelesaikan dan menyusun Tugas Akhir ini.

8. Sahabat-sahabat saya dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu yang telah membantu dalam menyelesaikan dan menyusun Tugas Akhir ini. KATA HANTAR Puji dan syukur yang melimpah kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala cinta kasih, berkat, bimbingan, rahmat, penyertaan dan perlindungan-nya yang selalu menyertai sehingga penulis dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram) Lampiran 1 Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI 03-1968-1990) 1. Berat cawan kosong = 131,76 gram 2. Berat pasir = 1000 gram 3. Berat pasir + cawan = 1131,76 gram Ukuran Berat Tertahan Berat

Lebih terperinci

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT 2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT Pendahuluan Elemen struktur komposit merupakan struktur yang terdiri dari 2 material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan

Lebih terperinci

Viscocrete Kadar 0 %

Viscocrete Kadar 0 % 68 Viscocrete Kadar 0 % T. Depan T. Belakang T. Depan T. Belakang T. Depan T. Belakang 300 150 150 150 150 150 150 Pola Retak Benda Uji Silinder Umur Perawatan 3 hari 300 150 150 150 150 150 150 Pola Retak

Lebih terperinci

1.2 Tujuan Penelitian 2

1.2 Tujuan Penelitian 2 DAFTAR ISI Halaman Judul * Halaman Pengesahan Prakata Daftar isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran Daftar Notasi Abstraksi n 1U v V1U x,-x1 xn X1V BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG ANTARA YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN SEMEN PORTLAND TIPE I TUGAS AKHIR.

PERBANDINGAN KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG ANTARA YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN SEMEN PORTLAND TIPE I TUGAS AKHIR. PERBANDINGAN KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG ANTARA YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN SEMEN PORTLAND TIPE I ( Kajian Eksperimental) TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KUAT LENTUR BETON RINGAN ALWA MUTU RENCANA f c = 35 MPa

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KUAT LENTUR BETON RINGAN ALWA MUTU RENCANA f c = 35 MPa STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KUAT LENTUR BETON RINGAN ALWA MUTU RENCANA f c = 35 MPa DASTHON VERNANDO NRP : 9721071 NIRM : 41077011970306 Pembimbing : Ny. Winarni Hadipratomo,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton adalah bahan homogen yang didapatkan dengan mencampurkan agregat kasar, agregat halus, semen dan air. Campuran ini akan mengeras akibat reaksi kimia dari air dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI-03-2847- 2002). Penggunaan beton

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAKSI... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR TABEL...xiii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

SUB JURUSAN STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

SUB JURUSAN STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 PERBANDINGAN PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG SEBAGAI AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN DAN LENTUR PADA BETON BERTULANG DENGAN BETON NORMAL ( STUDI EKSPERIMENTAL ) TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Bambu dapat tumbuh dengan cepat dan mempunyai sifat mekanik yang baik dan dapat digunakan sebagai bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK. TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik

Lebih terperinci

PENGUJIAN KUAT LENTUR PANEL PELAT BETON RINGAN PRACETAK BERONGGA DENGAN PENAMBAHAN SILICA FUME

PENGUJIAN KUAT LENTUR PANEL PELAT BETON RINGAN PRACETAK BERONGGA DENGAN PENAMBAHAN SILICA FUME PENGUJIAN KUAT LENTUR PANEL PELAT BETON RINGAN PRACETAK BERONGGA DENGAN PENAMBAHAN SILICA FUME Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Lebih terperinci

Mix Design Metode (ACI,SNI,PCA,DOE)

Mix Design Metode (ACI,SNI,PCA,DOE) Mix Design Metode (ACI,SNI,PCA,DOE) Mix Design Beton American Association (ACI) Metode Absolute Volume Metode American Concrete Institute (ACI) mensyaratkan suatu campuran perancangan beton dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kuat Geser Balok Bentang geser pada balok beton tanpa tulangan geser terjadi di daerah sepanjang kurang lebih tiga kali tinggi efektif balok. Retak akibat tarik diagonal

Lebih terperinci

STUDI PERILAKU MEKANIK KEKUATAN BETON RINGAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK

STUDI PERILAKU MEKANIK KEKUATAN BETON RINGAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK STUDI PERILAKU MEKANIK KEKUATAN BETON RINGAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : SATRIA

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Beton sering

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir. Berat. Berat. Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir. Berat. Berat. Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif Lampiran I Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir Berat Berat Berat Berat Lolos Ukuran Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif (gram) (%) Komulatif (%) (%) No.4 (4,8 mm) 0 0 0 100 No.8 (2,4 mm) 0 0 0

Lebih terperinci

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian terhadap agregat halus yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian kadar

Lebih terperinci

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban yang mampu diterima serta pola kegagalan pengangkuran pada balok dengan beton menggunakan dan tanpa menggunakan bahan perekat Sikadur -31 CF Normal

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG Basuki 1, Aris Widanarko 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bahan dan Struktur Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana di Kampus Bukit Jimbaran. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS Diajukan Kepada Program Magister Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Struktur kayu merupakan suatu struktur yang susunan elemennya adalah kayu. Dalam merancang struktur kolom kayu, hal pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini, juga membuat semakin berkembangnya berbagai macam teknik dalam pembangunan infrastruktur, baik itu

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN BAB III PERENCANAAN PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Penelitian mengenai pengaruh perawatan beton terhadap kuat tekan dan absorpsi beton ini bersifat aplikatif dan simulatif, yang mencoba untuk mendekati

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Berat Jenis dan Kerapatan Kayu Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara 0.2-1.28 kg/cm 3. Berat jenis kayu merupakan suatu petunjuk dalam menentukan kekuatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI JUDUL i PENGESAHAN ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii ABSTRAK iv ABSTRACT v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN xvii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Dengan semakin banyaknya pemakaian bahan alternatif untuk beton, maka penelitian yang bertujuan untuk membuka wawasan tentang hal tersebut sangat dibutuhkan, terutama penggunaan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM DENGAN PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP TANPA STYROFOAM Lutfi Pakusadewo, Wisnumurti, Ari Wibowo Jurusan Teknik

Lebih terperinci

KOLOM KANAL C GANDA BERPENGISI BETON RINGAN DENGAN BEBAN KONSENTRIK

KOLOM KANAL C GANDA BERPENGISI BETON RINGAN DENGAN BEBAN KONSENTRIK KOLOM KANAL C GANDA BERPENGISI BETON RINGAN DENGAN BEBAN KONSENTRIK Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma jaya Yogyakarta Oleh : DENY PETRISIUS

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. BETON

1. PENDAHULUAN 1.1. BETON 1. PENDAHULUAN Beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai pembentuknya, telah digunakan sebagai bahan bangunan sejak zaman dahulu Penggunaan beton bertulangan dengan lebih intensif baru dimulai pada awal abad

Lebih terperinci

TINJAUAN MOMEN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG PADA TULANGAN GESER. Naskah Publikasi

TINJAUAN MOMEN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG PADA TULANGAN GESER. Naskah Publikasi TINJAUAN MOMEN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG PADA TULANGAN GESER Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Kuat Tekan Beton Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi

Lebih terperinci

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana

Lebih terperinci

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200) PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200) Asri Mulyadi 1), Fachrul Rozi 2) Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palembang

Lebih terperinci

Sifat Beton Segar 1. Kemudahan Pengerjaan ( Workability /Kelecakan) Kompaktibilitas Mobilitas Stabilitas

Sifat Beton Segar 1. Kemudahan Pengerjaan ( Workability /Kelecakan) Kompaktibilitas Mobilitas Stabilitas Sifat Beton Segar 1. Kemudahan Pengerjaan (Workability/Kelecakan) Sifat ini merupakan ukuran tingkat kemudahan beton segar untuk diaduk, diangkut, dituang dan dipadatkan serta tidak terjadi pemisahan /segregasi.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kuat Tekan Beton Sifat utama beton adalah memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya. Kekuatan tekan beton adalah kemampuan beton untuk menerima

Lebih terperinci

PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI TUGAS AKHIR

PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI TUGAS AKHIR PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI TUGAS AKHIR OLEH : Gusti Ayu Ardita Fibrianti 1004105096 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015 ABSTRAK.Baja merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Pengujian Material Dalam mendesain suatu campuran beton, perlu terlebih dahulu diadakan suatu pengujian material atau bahan-bahan pencampur beton. Di antaranya

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG.

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG. TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beton merupakan bahan konstruksi yang sangat penting dan paling dominan digunakan pada struktur bangunan. Beton sangat diminati karena bahan ini merupakan bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT GESER KOMBINASI SENGKANG ALTERNATIF DAN SENGKANG U ATAU n DENGAN PEMASANGAN SECARA VERTIKAL PADA BALOK BETON SEDERHANA

TINJAUAN KUAT GESER KOMBINASI SENGKANG ALTERNATIF DAN SENGKANG U ATAU n DENGAN PEMASANGAN SECARA VERTIKAL PADA BALOK BETON SEDERHANA TINJAUAN KUAT GESER KOMBINASI SENGKANG ALTERNATIF DAN SENGKANG U ATAU n DENGAN PEMASANGAN SECARA VERTIKAL PADA BALOK BETON SEDERHANA Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** *Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan **

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian laboratorium dengan membuat

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian laboratorium dengan membuat BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN 4.3 Tinjauan Umum Penelitian yang dilakukan adalah penelitian laboratorium dengan membuat benda uji balok yang dibakar dalam tungku dengan suhu yang tinggi, sehingga didapat

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3 STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3 Martha Rebekka Lubis NRP : 0221106 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fiber Glass Fiber glass adalah kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis dengan garis tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau ditenun

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Beton

BAB III LANDASAN TEORI. A. Beton BAB III LANDASAN TEORI A. Beton Beton merupakan bahan yang tersusun dari semen (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air,dan bahan tambah (admixture atau additive). Pada umumnya, beton mengandung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Beton Beton dibentuk oleh pengerasan campuran semen, air, agregat halus, agregat kasar (batu pecah atau kerikil), udara dan kadang-kadang campuran tambahan lainnya. Campuran yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

KOLOM PENDEK KANAL C GANDA BERPENGISI BETON RINGAN DENGAN BEBAN EKSENTRIK

KOLOM PENDEK KANAL C GANDA BERPENGISI BETON RINGAN DENGAN BEBAN EKSENTRIK KOLOM PENDEK KANAL C GANDA BERPENGISI BETON RINGAN DENGAN BEBAN EKSENTRIK Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : RONY

Lebih terperinci

STUDI KUATLENTURBALOKKOMPOSIT PROFIL C GANDA MENGGUNAKANBETON RINGAN

STUDI KUATLENTURBALOKKOMPOSIT PROFIL C GANDA MENGGUNAKANBETON RINGAN STUDI KUATLENTURBALOKKOMPOSIT PROFIL C GANDA MENGGUNAKANBETON RINGAN Laporan Tugas Akhir Sebagaisalahsatusyarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma JayaYogyakarta Oleh: Ibnu Rahman NPM:

Lebih terperinci

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan.

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan. BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI-03-2847- 2002). Beton terdiri dari

Lebih terperinci

PENGARUH CAMPURAN KADAR BOTTOM ASH DAN LAMA PERENDAMAN AIR LAUT TERHADAP LENDUTAN PADA BALOK

PENGARUH CAMPURAN KADAR BOTTOM ASH DAN LAMA PERENDAMAN AIR LAUT TERHADAP LENDUTAN PADA BALOK PENGARUH CAMPURAN KADAR BOTTOM ASH DAN LAMA PERENDAMAN AIR LAUT TERHADAP LENDUTAN PADA BALOK Muhadi Wiji Novianto Dosen Pembimbing : 1. Ir. Ristinah S., MT 2. Roland Martin Simatupang, ST., MT Jurusan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kuat Tekan Beton Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu dari bahan konstruksi yang paling penting. Sifatsifatnya yang terutama penting dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi, dibandingkan

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BAJA RINGAN PROFIL U TUGAS AKHIR. Disusun oleh : LOLIANDY

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BAJA RINGAN PROFIL U TUGAS AKHIR. Disusun oleh : LOLIANDY STUDI EKSPERIMENTAL KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BAJA RINGAN PROFIL U TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian pendidikan sarjana Teknik Sipil Disusun oleh :

Lebih terperinci

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D TINJAUAN KUAT GESER BALOK BETON SEDERHANA DENGAN SENGKANG KOMBINASI ANTARA SENGKANG ALTERNATIF DAN SENGKANG MODEL U ATAU n YANG DIPASANGAN SECARA MIRING SUDUT TIGA PULUH DERAJAT Naskah Publikasi untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan suatu struktur bangunan gedung bertingkat tinggi sebaiknya mengikuti peraturan-peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai disetiap tempat. Pembangunan rumah tinggal, gedung bertingkat, fasilitas umum, hingga jalan raya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Batako 3.1.1 Pengertian Batako Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik ( portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (admixture

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENELITIAN KAPASITAS MOMEN LENTUR DAN LEKATAN GESEK DARI PELAT BETON DENGAN SISTEM FLOORDECK

TUGAS AKHIR PENELITIAN KAPASITAS MOMEN LENTUR DAN LEKATAN GESEK DARI PELAT BETON DENGAN SISTEM FLOORDECK TUGAS AKHIR PENELITIAN KAPASITAS MOMEN LENTUR DAN LEKATAN GESEK DARI PELAT BETON DENGAN SISTEM FLOORDECK Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (S-1) Pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN Devi Nuralinah Dosen / Teknik Sipil / Fakultas Teknik / Universitas Brawijaya Malang Jl. MT Haryono 167, Malang 65145, Indonesia

Lebih terperinci

STUDI KUAT LENTUR BALOK DENGAN PENAMBAHAN GLENIUM ACE 8590

STUDI KUAT LENTUR BALOK DENGAN PENAMBAHAN GLENIUM ACE 8590 STUDI KUAT LENTUR BALOK DENGAN PENAMBAHAN GLENIUM ACE 8590 Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : RICHARDUS BRILLYANT

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEKUATAN KOLOM PENDEK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN VARIASI UKURAN PROFIL BAJA SIKU YANG DIKENAI BEBAN KONSENTRIK

PERBANDINGAN KEKUATAN KOLOM PENDEK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN VARIASI UKURAN PROFIL BAJA SIKU YANG DIKENAI BEBAN KONSENTRIK PERBANDINGAN KEKUATAN KOLOM PENDEK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN VARIASI UKURAN PROFIL BAJA SIKU YANG DIKENAI BEBAN KONSENTRIK Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENGUJIAN KUAT LENTUR TERHADAP PELAT BETON PRACETAK BERONGGA

PENGUJIAN KUAT LENTUR TERHADAP PELAT BETON PRACETAK BERONGGA PENGUJIAN KUAT LENTUR TERHADAP PELAT BETON PRACETAK BERONGGA Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : Siswanto Sigit Pamungkas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. TINJAUAN UMUM Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu variasi persentase limbah

Lebih terperinci

CONTOH 1 PERENCANAAN CAMPURAN BETON Menurut SNI

CONTOH 1 PERENCANAAN CAMPURAN BETON Menurut SNI CONTOH 1 PERENCANAAN CAMPURAN BETON Menurut SNI 03-2834-2000 Kuat tekan yang disyaratkan f c = 30 MPa untuk umur 28 hari, benda uji berbentuk silinder dan jumlah yang di izinkan tidak memenuhi syarat =

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KERAMIK SEBAGAI AGREGAT KASAR DALAM ADUKAN BETON

PEMANFAATAN LIMBAH KERAMIK SEBAGAI AGREGAT KASAR DALAM ADUKAN BETON PEMANFAATAN LIMBAH KERAMIK SEBAGAI AGREGAT KASAR DALAM ADUKAN BETON Kurniawan Dwi Wicaksono 1 dan Johanes Januar Sudjati 2 1 Alumni Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN KOLOM BETON BERTULANG TERHADAP KUAT TEKAN

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN KOLOM BETON BERTULANG TERHADAP KUAT TEKAN PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN KOLOM BETON BERTULANG TERHADAP KUAT TEKAN Laris Parningotan Situmorang, H. Manalip, Banu Dwi Handono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci