Aspek Medis pada Penyelaman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Aspek Medis pada Penyelaman"

Transkripsi

1 Aspek Medis pada Penyelaman Pembahasan dalam BAB III mengenai efek fisiologi tubuh manusia tentang rongga-rongga udara dan hukum Boyle yang berhubungan dengan volume dan tekanan, maka setiap perubahan tekanan akan berpengaruh secara langsung dengan rongga udara di dalam tubuh. Rongga tubuh yang mengalami kesulitan menyesuaikan tekanan akan berdampak pada kerusakan jaringan-jaringan tubuh yang berhubungan dengannya. Istilah dari kerusakan jaringan ini dikenal dengan nama BAROTRAUMA dan didefinisikan sebagai kerusakan jaringan yang terjadi akibat ketidak-seimbangan tekanan pada rongga udara dalam tubuh dengan jaringan tubuh Barotrauma terjadi pada saat penyelam descent (bergerak turun) ataupun saat ascent (bergerak naik). Barotrauma saat descent sering disebut dengan istilah "SQUEEZE". Kerusakan berupa pembengkakan hingga terjadinya pendarahan jaringan yang melapisi rongga udara organ tubuh tersebut. Barotrauma saat ascent antara lain dapat terjadi karena sebab akibat squeeze, seperti tekanan tinggi yang masuk kedalam rongga udara saat descent mengalami hambatan / sumbatan sehingga berkontribusi menimbulkan problema saat ascent. Dalam BAB IV ini, pembahas akan lebih detail pada perihal efek barotrauma dan aspek medis penyelaman terhadap organ rongga tubuh dan jaringannya yaitu: Paru-paru, Sinus, Telinga, Gigi dan Mata. Aspek Medis yang juga perlu ditinjau dalam bab ini adalah efek tekanan dan perubahan gas-gas yang berdampak pada tubuh penyelam yang disertai tanda dan gejala dasar. Tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai langkah awal dalam mengantisipasi tindakan tanggap darurat yang diperlukan. Barotrauma Paru-Paru Paru-paru adalah rongga tubuh yang secara langsung merasakan dampak perubahan tekanan yang terjadi saat penyelam descent ataupun ascent. Perubahan tekanan pada rongga paru ini dapat mengakibatkan hal-hal berikut: 1. Squeeze paru saat descent: terjadi dikarenakan terlalu dalam menyelam saat penyelaman tahan nafas (saat skin diving) dimana perubahan tekanan berlangsung secara cepat. Pencegahan terbaik adalah tidak menyelam terlalu dalam melampui batas kemampuan terutama saat melakukan skin diving dan jangan pernah sekalipun menahan napas saat menyelam SCUBA. 2. Barotrauma paru saat ascent : sebagai akibat dari menahan napas terutama saat penyelaman SCUBA. Saat penyelam berada di kedalaman dan bernapas dengan normal, penyelam tersebut menghirup udara yang bertekanan sama dengan tekanan kedalaman. Jika penyelam ascent dengan menahan napas, maka akan membuat udara dalam paru-paru mengembang sejalan dengan perubahan tekanan yang mengecil. Problem squeeze saat descent dan barotrauma paru saat ascent dapat menyebabkan jaringan paru-paru tersebut pecah & menimbulkan kerusakan jaringan organ tubuh antara lain: Pneumathorax : Pecah / sobeknya jaringan paru-paru di dekat permukaan paru-paru yang menyebabkan udara mengalir ke dalam rongga dada (pleura) sehingga paru-paru kolaps (layu atau kempot). Jika berkurangnya tekanan terus terjadi, maka udara di dalam pleura makin mengembang dan akan menekan rongga daerah jantung yang memperberat kinerja jantung yang akhirnya membuat jantung berhenti berdenyut. Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 1 of 29 Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 2 of 29

2 Mediastinal Emphysema : Akibat pecahnya Alveoli (kantung udara) di dalam paru-paru, berupa gelembung udara yang sangat kecil sehingga udara (wujud gas) masuk ke dalam jaringan paru-paru itu sendiri dan mengalir ke sepanjang jaringan longgar disekitar pembuluh darah di dalam bagian mediastinum. Mediastinum terdiri dari batang tenggorokan, jantung dan pembuluh darah besar ditengahtengah rongga dada. Emboli Udara : Akibat dari pecahnya jaringan paru-paru ini, maka udara (gas) akan masuk ke dalam jaringan darah sehingga aliran darah dapat tersumbat. Jika gas ini menyumbat aliran darah 'Arteri' yang menuju ke otak, maka suplai oksigen ke otak akan terhenti dan jaringan di otak akan rusak. Emboli udara pada aliran darah arteri ini sering disebut juga Arterial Gas Embolism (AGE). Emboli udara ini dapat disebabkan antara lain - Menahan napas saat ascent - Panik dikedalaman dan reaksi naik tak terkendali - Kecepatan ascent tidak terjaga. Naik yang terlalu cepat akan mengakibatkan gas-gas yang terlarut dalam darah tidak sempat menyesuaikan diri sehingga gas tersebut akan mengalami pengembangan dan membentuk gelembung gas yang dapat mengakibatkan tersumbatnya aliran darah. Batas kecepatan naik seorang penyelam adalah maksimal 60 feet permenit dan saat ini beberapa organisasi penyelam merekomendasikan 30 feet per menit. Untuk mencegah terjadinya Barotrauma paru-paru ini maka jangan pernah sekalipun menahan napas sewaktu anda melakukan SCUBA Diving, bernapaslah secara normal dan teratur. Jagalah kecepatan naik dalam batas laju (ascent rate) yang aman. Barotrauma SINUS Squeeze sinus saat descent: apabila saluran (ostium) yang normal ke dalam rongga sinus tersumbat (misalnya pada waktu sedang pilek), saat descent (tekanan bertambah) udara pernapasan dari hidung dan tenggorokan tidak akan dapat masuk ke dalam rongga ini untuk mengimbangi tekanan pada jaringan. Akibatnya akan terjadi pembengkakan dan jaringan mengalami pendarahan yang menempati sebagian dari rongga udara untuk menyamakan tekanan. Sumbatan yang terjadi pada sinus telah dijelaskan pada BAB II dan saat descent akan terasa sakit atau tertekan di bagian sinus yang terganggu. Rasa sakit ini akan terus bertambah hingga terjadi pendarahan dan tekanan dalam sinus menjadi sama dengan tekanan jaringan, kemudian rasa sakit jadi berkurang. Darah atau lendir mungkin keluar dari hidung atau mulut. Darah yang keluar pada masker selayaknya orang mimisan. Pencegahannya adalah dengan tidak menyelam bila sedang infeksi saluran pernapasan bagian atas, infeksi sinus, pilek dll. Barotrauma sinus saat ascent: umumnya terjadi sebagai akibat squeeze, dimana aliran udara ke dalam sinus yang tersumbat. Saat ascent, karena perubahan kecil dari lapisan jaringan di dalam saluran akan membuat udara yang mengembang terhambat keluar hingga mengakibatkan kerusakan jaringan. Rasa sakit biasanya ringan, kecuali jika sebelum menyelam menggunakan obat "decongestant". Laju ascent diluar prosedurnya dapat memperberat gejala barotraume sinus. Pencegahan adalah dengan berhenti sesaat. Lakukan descent beberapa dalam hingga rasa sakit hilang. Kembali ascent secara perlahan-lahan. Jangan memaksakan proses ekualisasi yang terlalu kuat. Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 3 of 29 Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 4 of 29

3 Barotrauma TELINGA Barotrauma saat descent: Merupakan jenis barotrauma yang paling sering dialami penyelam. Penyebab utamanya adalah tidak trampil dalam melakukan teknik turun dan ekualisasi yang mengakibatkan kegagalan. Umumnya sering terjadi pada penyelam pemula. Barotrauma telinga luar: Karena saluran telinga bagian luar terbuka, maka air secara langsung menggantikan udara yang berkurang di dalam saluran & menyebabkan hilangnya ketidak-seimbangan tekanan. Jika jalan masuknya air terhambat sewaktu turun akan terjadi pembengkakan, penyumbatan, dan pendarahan bersama dengan menonjolnya selaput telinga luar. Penyebab sumbatan telinga bagian luar tanpa disadari disebabkana karena adanya kotoran telinga, penggunaan penutup telinga, dan penggunaan penutup kepala (hood) dari busa karet (neoprene) yang tebal. Barotrauma telinga tengah: merupakan kasus yang paling sering terjadi disebabkan terjadinya sumbatan pada tuba eustachius. Sumbatan ini dimungkinkan karena adanya infeksi saluran napas bagian atas, sinusitis, atau infeksi pada telinga bagian tengah. Tuba Eustachius merupakan saluran rongga udara yang memiliki tekanan antara telinga tengah sama dengan tekanan udara dalam tenggorokan, dan tekanan ini sama dengan tekanan di luar tubuh. Saat descent, perasaan tertekan atau tidak nyaman akan dirasakan bila tekanan sekeliling dan tekanan telinga tengah memiliki perbedaan lebih dari 20 mmhg (+ 2 meter dari permukaan). Keseimbangan akan terjadi jika udara dimasukkan ke dalam telinga tengah dengan cara ekualisasi (menguap, menelan ludah atau meniup sembari hidung ditutup). Kegagalan melakukan ekualisasi karena perbedaan tekanan yang cukup besar dan descent semakin dalam dapat menyebabkan pecahnya gendang telinga. Jika gendang telinga pecah, maka air dingin dapat masuk ke telinga tengah dan penyelam akan merasakan pusing seakan sekelilingnya berputar. Gejala ini yang disebut vertigo. Barotrauma pada telinga bagian dalam dengan gangguan yang serius umumnya merupakan komplikasi dari barotrauma telinga bagian luar dan tengah akibat melakukan teknik equalisasi yang terlalu keras. Barotrauma saat Ascent (REVERSE BLOCK): Cukup sering terjadi pada penyelam yang menderita sakit kepala ringan sebelum menyelam. Saat ascent, tuba eustachius yang merupakan saluran dari telinga bagian tengah ke pangkal tenggorokan tersumbat, sehingga menghambat pelepasan tekanan dari telinga tengah. Gejala dari terjadinya reverse block ini adalah rasa tertekan atau sakit didaerah telinga. Jika reverse block ini terjadi maka penyelam diharuskan descent ke kedalaman hingga sakit di telinga hilang sembari menggerakkan rahang (upaya membuka sumbatan di tuba eusthacius). Ekualisasi jangan dipaksakan, tarik & hembuskan nafas berat secara teratur sambil ascent perlahan. Pencegahan terhadap reverse block adalah tidak menyelam jika sedang pilek atau flu. Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 5 of 29 Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 6 of 29

4 Squeeze Pada Masker Squeeze pada masker dapat terjadi dikarenakan penyelam lupa melakukan equalisasi pada waktu turun. Equalisasi dilakukan dengan cara, meniup udara kedalam masker melalui hidung. Karena alasan inilah maka hidung harus masuk dalam masker atau menjadi bagian dari masker. Gejala-gejala terjadinya squeeze pada masker antara lain rasa sakit dan sensasi seperti muka terhisap, wajah membengkak atau luka, sebagian putih mata menjadi merah, mata menonjol keluar dengan pendarahan pada bola mata dan kelopak mata. Squeeze pada Gigi Sering terdapat rongga udara kecil pada akar gigi yang infeksi atau pada gigi yang ditambal. Saat descent, gigi akan terasa sakit dan nyeri. Rasa sakit ini dapat terjadi lagi saat ascent dikarenakan udara yang terperangkap mengembang. Pencegahan dari pada mengalami squeeze pada gigi adalah dengan rajin memeriksakan gigi anda ke dokter untuk memastikan anda tidak menyelam dengan kondisi gigi berlubang. Tubuh & Pengaruh GAS CARBON MONOKSIDA Carbon Monoksida (CO) mempunyai berat jenis kira-kira 300 kali lebih berat dari Oksigen (02). CO terbentuk sebagai akibat dari sisa pembakaran hidrokarbon (misalnya minyak) dari udara dan banyak terproduksi dari saluran pembuangan (knalpot) mesin-mesin bermotor. Gas CO dalam konsentrasi tertentu berbahaya bagi semua mahluk hidup yang bernapas dari udara bebas dan pengaruh CO dalam aliran darah CO akan berkombinasi dengan haemoglobin (Hb) kira-kira 200 kali lebih cepat dari O2. Akibatnya dapat mengurangi kadar O2 dalam darah dan berdampak pada kurangnya suplai O2 ke jaringan-jaringan tubuh. Penyelam mungkin menghirup gas CO jika proses pengisian tabung Scuba terkontaminasi. Gejala-gejala keracunan gas CO antara lain sakit kepala, pusing, mual, warna kulit (merah) yang tidak normal di bibir, kuku atau kulit. CARBON DIOKSIDA (CO2) Gas ini tidak berwana dan tidak berbau. Di udara, gas CO2 terdapat hanya kira-kira 0,04%. Gas ini merupakan hasil sisa pembakaran di dalam tubuh dan terlarut dalam darah yang kemudian dikeluarkan melalui paru-paru. Dalam jumlah tertentu gas ini dibutuhkan oleh tubuh untuk mengontrol pernapasan, tetapi dalam jumlah yang berlebihan menyebabkan manusia keracunan. Kelebihan C02 didalam tubuh ini dikenal dengan istilah Hypercapnia. Gejala-gejala jika seseorang kelebihan C02, antara lain: sakit kepala yang berdenyut-denyut terasa di dahi, irama napas cepat dan pendek, muka mulai berwarna merah dan kepala berkeringat hingga tidak sadarkan diri. Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 7 of 29 Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 8 of 29

5 Seperti diketahui bahwa efek dari pernapasan selalu diatur oleh kadar C02 yang ada di dalam darah melalui fungsi syaraf di otak. Kekurangan dari CO2 ini juga dapat menimbulkan masalah yang disebut Hypocapnia. Terjadi sebagai akibat dari hyperventilasi dan proses pola bernapas cepat dalam waktu yang singkat. OKSIGEN (02) O2 merupakan gas yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk melakukan pembakaran dalam menghasilkan energi. Tubuh membutuhkan O2 dalam jumlah yang cukup, tetapi jika O2 yang dibutuhkan tidak mencukupi, maka fungsi dari jaringan-jaringan tubuh dapat terganggu. Kasus tubuh kekurangan 02 disebut Hypoxia. Gejala-gejala hypoxia adalah denyut nadi dan tekanan darah meningkat, bibir menjadi biru, dan hal lain karena atmosfir atau udara yang dihirup kadar O2-nya yang rendah, terlalu lama menahan napas, serta suplai udara yang tidak lancar (tersendat-sendat). Kasus dimana tubuh tidak mendapat O2 sama sekali akan dapat menyebabkan Anoxia (suplai oksigen yang terhenti) dan mengarah pada kematian. P Penyelam umumnya menghirup udara yang terdiri dari 21%-O2 dan 78% Nitrogen (N2). Pada permukaan (1 ATA), PPO2 (PP=Partial Pressure=tekanan parsial) adalah 0,2 ATA. Di kedalaman 10 meter / 2 ATA PPO2=0,4 ATA. Keracunan O2 terjadi jika PPO2 lebih besar dari 1,6 ATA (Terjadi di kedalaman 70 meter). Angka yang pasti akan bergantung dari kemampuan tiap individu dan kegiatan yang dilakukannya di dalam air. Mayoritas manusia masih mampu mentolerir hingga PPO2=2 ATA (90 meter) dalam waktu yang sangat singkat dan dalam keadaan istirahat. Maka, dari kasus ini menyelam olahraga / rekreasi dengan memkonsumsi O2 murni sangatlah berbahaya. Gejala-gejala dari keracunan O2 antara lain terjadi pengerutan otot, rasa mual, pusing-pusing, halusinasi pandangan atau pendengaran, kebingunan, kesukaran bernapas hingga kejang-kejang. Pencegahan dari pada keracunan O2 adalah jangan melakukan penyelaman terlalu dalam, gunakanlah udara yang bersih namun bukan oksigen murni. NITROGEN (N2) Nitrogen adalah jenis gas lembam, tidak bereaksi dengan gas-gas lainnya di udara dan tidak berperan dalam proses metabolisme. Namun gas N2 tetap diserap oleh darah dan jumlah atau tingkat yang diserap akan meningkat seiring dengan penambahan tekanan dan kedalaman (Hukum Henry). Kelebihan kadar N2 di dalam tubuh terhadap fungsi syaraf dapat menyebabkan keracunan yang dikenal dengan nama efek pembiusan nitrogen (Nitrogen Narcosis). Efek dari pembiusan nitrogen ini adalah sama seperti dengan meminum bir atau minuman beralkohol. Efek ini umumnya mulai dialami para penyelam SCUBA pada kedalaman 100 ft atau lebih. Faktor-faktor yang berkontribusi dalam meningkatkan gejala Nitrogen narcosis antara lain: kelelahan, kedinginan, konsumsi alkohol sebelum menyelam, visibility yang rendah, dll. Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 9 of 29 Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 10 of 29

6 Sakit Karena DEKOMPRESI Udara dari tabung selam dan perubahan tekanan di kedalaman membuat tekanan partial nitrogen (PPN2) meningkat, sehingga kadar N2 yang larut dalam darah juga akan bertambah. Masalah pelepasan N2 akan menimbulkan dampak saat ascent, terutama ascent yang tidak terkendali dimana N2 tidak dapat dilepaskan secara lambat melalui proses pernapasan. Kelebihan N2 dalam wujud cair di dalam jaringan tubuh berubah bentuk menjadi gelembung dan kasus ini disebut dekompresi. Rasa sakit yang timbul di sirkulasi darah dan jaringan anggota tubuh tempat terbentuknya dekompresi ini disebut Decompression Sickness (DCS) /bends. Kebanyakan orang salah mengartikannya sebagai Penyakit Dekompresi. Dekompresi yang terjadi, namun tidak menimbulkan rasa sakit merupakan kasus dan sindrom yang dikenal dengan istilah silent buble (gelembung gas tersembunyi). Dampak dari silent buble bisa timbul dalam proses waktu yang lama (proses penuaan). Gejala-gejala dari DCS ini bermacam-macam, mulai dari yang ringan (gatal-gatal pada kulit), sakit pada persendian hingga menyebabkan kelumpuhan dan kematian. Pengobatan bagi penyelam yang mengalami DCS adalah dengan therapy ke dalam Decompression Chamber (RUBT=Ruang Udara Bertekanan Tinggi) sesegera mungkin. Terlambatnya penanganan kasus DCS ini, maka makin fatal akibat yang dapat terjadi. Kasus Sakit karena dekompresi dapat dicegah dengan menyelam dalam batas yang aman. Batas yang aman adalah berdasarkan perhitungan yang mengacu pada Tabel Selam (Dive Table) dan selalu mentaati prosedur ascent dan safety stop semestinya. Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 11 of 29 Tubuh & Problema Medis Lainnya BLEEDING (Pendarahan) Dalam penyelaman dihubungkan dengan kasus darah segar yang keluar dari hidung, telinga, mulut atau kulit, yaitu: - Pendarahan dari mulut (bukan buih) yang mungkin disebabkan lidah tergigit saat mengalami kejang - Buih darah yang mungkin menunjukkan robeknya paru-paru dan emboli udara. - Darah dari hidung sebagai indikasi aliran darah dari tuba eustachius, sinus / karena problema equalisasi (popping) - Darah dari telinga sebagai indikasi pecahnya gendang telinga / problem saluran telinga - Pendarahan karena luka goresan atau tusukan atau benturan dengan benda keras dan tajam yang terjadi selama aktifitas penyelaman. HYPOTHERMIA / HEAT LOSS Adalah kondisi menurunnya suhu tubuh di bawah 35 0 Celcius, yang dapat disebabkan karena menyelam di air yang dingin, atau terlalu lama menyelam. Gejala awal hypothermia adalah kedinginan hingga menggigil dan pada beberapa anggota tubuh terasa kebal/mati rasa. Gejala lanjutan antara lain hilangnya kesadaran bahkan membuat jantung terhenti dan mengarah pada kematian. Cegah kehilangan suhu tubuh yang berlebihan dengan menutupi bagian yang mudah melepaskan panas tubuh atau gunakan pakaian pelindung sesuai suhu air peruntukkannya. HYPERTHERMIA / HEAT EXHAUSTION Kasus peningkatan panas tubuh di atas normal dapat disebabkan karena pemakaian wet suit, dry suit dll, sehingga tubuh menjadi cepat lelah. Gejala hyperthermia antara lain kulit yang pucat, denyut nadi yang lemah, kramp, mual dll. Pertolongan pertama kasus hypertermia ini adalah dengan segera membawa ke tempat teduh, buka pakaiannya (wet suit/dry suit), dan dinginkan badan menggunakan air dingin. Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 12 of 29

7 HEAT-STROKE Hyperthermia yang berkelanjutan akan menyebabkan kasus mengalami heatstroke. Gejala dari heatstroke ini antara lain kulit yang kering, denyut nadi yang keras hingga tidak sadarkan diri. Pertolongan bagi yang mengalami heat-stroke ini sama dengan penanganan korban hyperthermia. HEART STOP-PAGE Dimaksudkan sebagai fungsi jantung berhenti berdenyut atau serangan jantung yang disebabkan karena ketegangan, faktor usia, dll. Gejala dapat terjadi karena denyut nadi yang melemah atau berhenti sama sekali. Bagi yang mempunyai penyakit jantung, berusia lanjut, dan jika ingin menyelam sudah selayaknya melakukan pemriksaan dan dengan persetujuan dokter. Pemeriksaan kesehatan diri sendiri dilakukan minimal setiap tahun. NYARIS TENGGELAM Didefinisikan sebagai kematian di air yang tidak terjadi. Orang yang mengalami kasus nyaris tenggelam umumnya bergerak di permukaan secara tidak terkendali dan besar kemungkinan masuknya air di mulut dan hidung. Kasus orang yang nyaris tenggelam dan tidak tertolong mengakibatkan tenggelam yang diartikan sebagai cairan menghambat jalan nafas dan menghentikan kemampuan bernafas. Gejala-gejalanya antara lain napas pendek, panik, jantung terasa sakit. Tindakan yang harus dilakukan jika menangani penyelam dalam kasus nyaris tenggelam adalah dengan segera mengluarkan korban dari air. Monitor jalan nafas, pola pernafasan & denyut nadinya ( ABC = Airway, Breathing, Circulation) dan berikan bantuan pernafasan dengan Oksigen 100%. Jika kondisi korban aman untuk dipindahkan, segera bawa ke rumah sakit terdekat. Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 13 of 29 Tabel Selam Menyadari salah satu resiko yang dapat dialami penyelam adalah Sakit Karena Dekompresi yang dapat memicu timbulnya penyakit lain, dapat dicegah dengan merencanakan penyelaman secara aman dengan menggunakan tabel selam yang benar yaitu Sport Diver US NAVY- DIVE TABLE. Tabel ini di peruntukkan bagi penyelam olahraga/rekreasi yang aktifitas penyelamannya terbatas hanya pada ketinggian dari permukaan air laut dan tidak melebihi 1.000feet (300meter). Ketentuan dan batasan tabel ini telah di modifikasi dan lebih konservatif dibandingkan tabel aslinya yang diperuntukkan bagi aktifitas selam militer Amerika (US NAVY). Sport diver US NAVY Dive Table mengutamakan kategori penyelaman tanpa dekompresi dan tidak dianjurkan untuk digunakan dalam aktifitas penyelaman dekompresi. Walaupun melampirkan tabel untuk prosedur dekompresi, namun tabel tersebut hanya digunakan untuk kepentingan dalam keadaan darurat. Tabel Selam ini menyertakan satuan-satuan pengukuran berupa: Kedalaman dalam feet salt water (fsw) Kedalaman yang dicatat dan diperhitungkan selalunya adalah kedalaman maksimum yang dicapai (maksimum deep gauge) Waktu dalam digit jam & menit (00:00) Jika tampilan angka hanya 2 atau 3 digit dinyatakan dalam satuan menit (XX atau XXX) Istilah-istilah dalam Tabel Selam harus dipahami dan diingat dikarenakan istilah berikut definisi dan singkatan yang tertera menjadi dasar penggunaan yang baku (standard) bagi penyelam dari beberapa asosiasi penyelaman lainnya dalam membuat rencana dan profil penyelaman serta cara pengisian Log Book. Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 14 of 29

8 DECO DIVE Adalah kategori penyelam yang mengalami dekompresi dan harus melakukan prosedur ketat sebagai pencegahan terkena DCS (Decompression Sickness) dengan melaksanakan perhentian atau Deco Stop (satu kali atau lebih) pada kedalaman yang telah di tentukan termasuk jumlah waktu yang harus dihabiskan di perhentian tersebut. DECO STOP Adalah prosedur berhenti di kedalaman tertentu dalam upaya mengurangi kadar N2 dan pencegahan terkena DCS. Prosedur ini mensyaratkan waktu di perhentian dan ascent rate (laju ascent) dilakukan tanpa kesalahan. Untuk perhentian Deco Stop yg terakhir, idealnya selalu menambahkan dengan waktu Safety Stop. DIVE / Menyelam BOTTOM TIME NDL = No Decompression Limit SAFETY STOP Aktifitas selam yang diperhitungkan berdasarkan kegiatan penyelaman yang dilakukan pada kedalaman minimum 7 meter dengan waktu penyelaman minimum 10 menit. Adalah jumlah waktu keseluruhan yg digunakan selama melakukan aktifitas penyelaman di dalam air. Waktu ini terrhitung dari: Saat descent meninggalkan permukaan air + ABT + ascent ke safety stop + waktu Safety Stop + waktu ascent ke permukaan dan mengakhiri penyelaman. Kategori jumlah waktu maksimal aktifitas penyelaman (bottom time) berdasarkkan kedalaman maksimum yang dicapai dan penyelaman ini tidak mengalami dekompresi serta tidak perlu melakukan prosedur dekompresi Adalah prosedur yang dilakukan pada setiap penyelaman sebelum mengakhiri dan muncul ke permukaan air. Waktu dan kedalaman yang disyaratkan dalam melakukan prosedur Safety Stop adalah selama 3 menit di kedalaman 15 feet atau 5 meter (15fsw/5m). ABT = Actual Bottom Time G = Pressure group / designation SI = Surface Interval Time Adalah lamanya penyelaman yang dihitung dari saat mulai masuk kedalam air hingga saat memutuskan untuk muncul ke permukaan. ABT tidak termasuk waktu tempuh ascent ke safety stop/deco stop dan waktu yang dihabiskan saat melakukan safety stop/deco stop serta waktu ascent muncul ke permukaan. Berupa abjad yang menunjukkan kelompok dari jumlah sisa nitrogen di dalam tubuh setelah selesai melakukan tiap penyelaman. Adalah lamanya waktu istirahat di permukaan air dan merupakan interval antara penyelaman sebelumnya dengan penyelaman lanjutan (repetitive). Selama SI, maka kadar nitrogen setelah penyelaman sebelumnya menjadi berkurang sejalan dengan lamanya melakukan istirtahat. Batas waktu minimum adalah 10 menit. Jika kurang dari 10 menit melakukan penyelaman lagi, maka penyelaman tersebut masuk kategori penyelaman yang terdahulu. Batas waktu maksimum adalah 12 jam. Jika penyelaman dilakukan setelah batas SI 12 jam, maka bukan lagi penyelaman lanjutan melainkan menjadi penyelaman baru, Group baru dan cara perhitungan tabel kembali ke proses awal. Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 15 of 29 Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 16 of 29

9 NG = New Group Repetitive Dive RNT = Residual Nitrogen Time TBT = Total Bottom Time ANDL= Adjusted No Decompression Limit X / 60 Y / 40 Berupa abjad yang menunjukkan kelompok dari jumlah sisa nitrogen di dalam tubuh setelah SI (surface interval) yang menjadi dasar profil sebelum penyelaman lanjutan (repetitive). Adalah penyelaman lanjutan setelah melakukan SI dengan interval 10 menit hingga 12 jam dari penyelaman sebelumnya. Batasi penyelaman berseri yang dilakukan berhari-hari dengan tidak melebihi 6 kali penyelaman. Setelah itu lakukan SI melebihi batas 12 jam untuk memulai penyelaman baru. Adalah jumlah nitrogen tersisa di dalam tubuh dalam menit dari sebuah penyelaman dan setelah SI, mengacu pada kedalaman maksimum dari penyelaman lanjutan yang akan dilaksanakan. RNT ini harus ditambahkan ke ABT pada penyelaman repetitive sehingga bottom time hasil penyelaman repetitive menjadi Total Bottom Time. Adalah hasil penjumlahan RNT dan ABT dari sebuah penyelaman repetitive. TBT yang diperoleh dicocokkan kembali pada tabel untuk mendapatkan Group (G) saat mengakhiri penyelaman repetitive yang dilaksanakan. Adalah aplikasi hasil pengurangan NDL (dari kedalaman maksimum) dengan RNT pada sebuah penyelaman repetitive yang akan dilaksanakan. Adalah rencana penyelaman dalam format, dimana (X) menyatakan kedalaman (dalam fsw/meter) dan Y menyatakan Bottom Time (menit). 60/40 maksudnya adalah kedalaman maksimum 60 feet dan bottom time 40 menit. Dive Profile: adalah diagram lengkap dan detail yang memuat kotak-kotak isian sesuai alur penyelaman yang dilaksanakan. Aplikasi profil penyelaman ini dapat digunakan untuk penyelaman tunggal atau repetitive. LEMBAR TABEL BAGIAN DEPAN (AWAL) Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 17 of 29 Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 18 of 29

10 LEMBAR TABEL BAGIAN BELAKANG Komposisi Tabel Selam TABEL 1 Adalah Tabel No Decompression Limit dan Group Designation: Kolom vertikal pada bagian kiri, terdapat angka-angka kedalaman dalam feet (fsw) Selanjutnya kearah kanan, NDL, dan yang dipakai adalah angka-angka dalam kolom "Doppler" atau ultrasound studies. Group Designation setelah penyelaman berupa huruf A hingga O Disebelah kanan NDL terdapat susunan angka-angka yang menunjukkan waktu lamanya penyelaman dalam limit berdasarkan kedalaman maksimum penyelaman yang dicapai dengan cara pembacaan ke kanan (horisontal) dan selanjutnya ke atas untuk memperoleh Group designation setelah penyelaman tersebut. TABEL 2 Adalah tabel Surface Interval (SI), yang menunjukkan interval waktu (jam:menit) selama di permukaan antara penyelaman sebelumnya dengan penyelaman repetitive. Group berupa abjad yang diperoleh dari Tabel 1 adalah sama dengan deretan abjad diagonal di tabel 2. Baris abjad sesuai dengan group pada penyelaman sebelumnya yang di baca ke kanan sampai pada waktu SI anda. Waktu SI anda tersebut akan berada diantara angka atas dan angka bawahnya dalam hitungan jam dan menit Kemudian dari kolom waktu SI anda diurut ke bawah untuk mendapatkan New Group (NG) sebelum penyelaman repetitive. Pembacaan selanjutnya mengacu ke tabel 3. Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 19 of 29 Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 20 of 29

11 TABEL 3 Adalah Tabel Residual Nitrogen Times (RNT) yang diperhitungkan pada penyelaman repetitive, dimana terdapat : Kolom kedalaman disisi paling kiri tabel adalah angka-angka menunjukkan dalam feet New Group Designation, huruf-huruf A sampai 0 dan Z, yang merupakan Group setelah Surface Interval. Pembacaan kolom abjad NG yang diperoleh dari SI diurutkan ke bawah hingga pada lajur/baris kedalaman maksimum penyelaman repetitive. Angka yang diperoleh adalah nilai RNT yang harus ditambahkan ke ABT anda untuk mendapatkan nilai TBT penyelaman ini. Nilai dari TBT yang diperoleh selayaknya tetap dalam batas NDL yang dicocokkan kembali ke Tabel 1 dan mendapatkan abjad Group setelah penyelaman repetitive ini. TABEL 4: adalah Tabel Penyelaman Dekompresi (Air Decompression Table). Tabel ini tidak dianjurkan untuk dipakai pada penyelaman olahraga. Hanya dipergunakan pada Emergency Decompression, dengan perhitungan lebih konservatif dimana terdapat : Angka-angka kedalaman dalam feet Bottom time dalam menit Time first stop adalah waktu ke stasiun perhentian (Deco Stop) Decompression stop pada kedalaman 40, 30, 20 dan 10 feet salt water (fsw) Total Ascent time: adalah jumlah waktu ascent dari kedalaman maksimum menuju perhentian atau pos-pos deco stop, termasuk waktu yang dihabiskan di deco stop hingga muncul ke permukaan dan mengakhiri penyelaman tersebut. Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 21 of 29 Ketentuan dalam Penggunaan Tabel Selam KETENTUAN UMUM Sebelum mulai menggunakan tabel selam, anda perlu memahami beberapa ketentuan-ketentuan berikut: 1. Selalu melakukan pembulatan ke bilangan atau angka yang lebih besar terhadap waktu dan kedalaman pada setiap penyelaman. Jika angka tersebut tidak berada dalam tabel, maka harus dibulatkan ke bilangan diatasnya. Contoh: 41 feet dibulatkan ke 50 feet 55 feet dibulatkan ke 60 feet 2. Ascent Rate (Laju ascent). Walaupun batas maksimal kecepatan naik adalah 60 feet/18 meter permenit, namun anda harus mengendalikan batas "actual" kecepatan naik anda dalam batas maksimum 30 feet/menit atau 9 meter/menit. 3. Kedalaman penyelaman tidak melebihi kedalaman 60 feet (18meter) untuk jenjang A1 / 1 Star SCUBA Diver, sedangkan batas kedalaman maksimum jenjang selam A2 adalah 100 feet (30meter) 4. Jika mempunyai rencana penyelaman di perairan dingin atau kondisi yang melelahkan, maka rencana penyelaman di asumsikan 10 feet lebih dalam dan selalu tempatkan 1 group diatasnya. 5. Selalu merencanakan penyelaman anda dalam batas penyelaman NDL (No Decompression Limit) sehingga anda mencegah atau memperkecil terkena Decompression Sickness (DCS). 6. Janganlah menyelam melebihi angka-angka yang ada dalam batas Sport Diving US NAVY Tabel ini, walaupun penyelaman melebihi angka tersebut dimungkinkan. Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 22 of 29

12 KETENTUAN KHUSUS Ketentuan-ketentuan khusus dan harus di taati : A. Penyelaman yang diikuti dengan Surface Interval melebihi dari 12 jam adalah bukan penyelaman lanjutan (repetitive). B. Jika penyelaman repetitive dilakukan dalam Surface Interval kurang dari 10 menit, maka bottom time penyelaman tersebut akan di jumlahkan pada penyelaman sebelumnya. C. Safety Stop: haruslah dilakukan selama paling tidak antara 1 hingga 3 menit pada kedalaman 10 hingga 15 feet. Sangat dianjurkan untuk dilakukan pada kedalaman rata-rata 15 feet disetiap akhir penyelaman. D. Emergency Decompression: Jika penyelaman dilakukan secara tidak sengaja atau akibat kelalaian sehingga melampaui batas NDL, maka perhitungan harus lebih konservatif saat melakukan Emergency Deco Stop berdasarkan prosedur tabel IV. E. Prosedur Emergency Deco: Bottom time di asumsikan 2 kolom lebih lama, dan ikuti prosedur Deco Stop sesuai pada Tabel IV. F. Batas untuk penyelaman repetitive yang berseri setiap harinya, sebaiknya dilakukan tak melebihi kedalaman penyelaman sebelumnya. Lakukan istirahat total 1 hari (24 jam) setelah 2 hingga 3 hari penuh penyelaman berseri. G. Menuju ketinggian/terbang setelah menyelam: Jika anda melakukan penyelaman NDL berseri dalam satu hingga dua hari, setelah SI selama 12 jam anda diperkenanakn menuju ke ketinggian atau terbang dengan pesawat pressurized (kabin yang tekanannya dapat di set pada tekanan 1 ATA. Jika penyelaman repetitive dilakukan berhari-hari dan terdapat penyelaman decompression, maka paling sedikit harus menunggu 24 s/d 48 jam sebelum menuju ke ketinggian atau terbang dengan pesawat. Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 23 of 29 Cara Menggunakan Tabel Selam Schedule 60/35 G=? Schedule 70/30 G=? APLIKASI TABEL-1 Digunakan untuk mencari dan mengetahui group designation (G=?) setelah penyelaman awal dan penyelaman lanjutan (repetitive). 1. Cari angka kedalaman maksimal yang direncanakan (kolom paling kiri) secara vertikal kearah bawah 2. Cari angka Bottom Time anda horisontal kearah kanan dan setelah di-dapat, 3. Periksa pada kolom Group Designationnya kearah atas. Maka huruf pada kolom tersebut adalah Group Designation anda. Contoh: - Schedule 60/35 G=? (Jawab G=G) - Schedule 70/30 G=? (Jawab G=F) Garis batas warna merah pada tabel 1 menunjukkan batas NDL, sesuai dengan "Ultrasound Doppler", angka terakhir sebelum garis merah menunjukkan batas waktu penyelaman tanpa dekompresi (NDL). Angka-angka waktu dalam area bayangan harus dihindari. APLIKASI TABEL-2 Untuk mencari NG=? (New Group Designation) sebelum memulai penyelaman repetitive setelah SI (Surface interval). Kecakapan dibutuhkan jika penyelaman repetitive di rencanakan atau akan dilakukan, atau ingin mengetahui Sl minimum sebelum penyelaman repetitive tersebut. 1. Group Designation (G) dari penyelaman sebelumnya (tabel 1) dibaca pada jajaran diagonal abjad. 2. Urutkan lajur sesuai group anda kearah kanan dan cari waktu "Surface Interval". 3. Setelah didapat, tarik vertikal kebawah untuk memperoleh NG Contoh : - G=G setelah SI selama 01:50 NG=? (Jawab NG=C) - G=F setelah SI selama 02:35 NG=? (Jawab NG=C) Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 24 of 29

13 Contoh: Kedalaman maksimum penyelaman lanjutan adalah 60 feet. NG=C. Maka RNT=? Berapa ANDL=? Jawab: RNT=17 ANDL = NDL-RNT = ANDL = 33 menit Penyelaman repetitive tidak boleh lebih dari 33 menit APLIKASI TABEL 3 Tabel ini dipergunakan untuk mencari RNT (Residual Nitrogen Time) untuk mengetahui sejumlah Nitrogen yang masih tersisa dalam tubuh kita walaupun setelah SI dari penyelaman sebelumnya dan perlu berapa lama lagi RNT yang harus diperhitungkan untuk ditambahkan pada penyelaman repetitive. 1. Kedalaman maksimum penyelaman repetitive dilihat pada kolom kedalaman paling kiri 2. Urutkan baris kedalaman maksimum tersebut ke kanan hingga bertemu dengan NG yang diperoleh dari Tabel 2, diurutkan mengikuti kolom vertikal kebawah hingga mendapatkan angka RNT. Jika kita merencanakan penyelaman repetitive, maka RNT dari tabel 3 harus diperhitungkan dengan memeriksa ANDL-nya (Adjusted No Decompression Limit). Caranya adalah dengan mengurangi NDL dengan RNT. 4. NDL dilihat kembali ke tabel 1 yang menggunakan azas Doppler. Kemudian hasil ANDL inilah yang menjadi batas waktu penyelaman tanpa dekompresi untuk malakukan penyelaman repetitive tersebut. APLIKASI TABEL KESELURUHAN Agar dapat lebih trampil dalam penggunaan Tabel Selam, maka diperlukannya latihan-latihan soal yang dipersering. Jika menemui hambatan pemahaman dan aplikasi, maka ainstruktur anda adalah tempat yang tepat untuk memberikan jawaban dari solusi aplikasi tabel selam ini. Contoh 1: Seorang penyelam merencanakan sebuah penyelaman tunggal (single dive) dengan schedule 70/21. Apa group designationnya setelah penyelaman ini? (G=?) Jawab: G=F. Penyelam tersebut mempergunakan tabel selam hanya sampai disini, karena ia hanya melakukan penyelaman tunggal. Contoh 2: Anda merencanakan 2 kali penyelaman dalam satu hari dengan schedule sebagai berikut: Penyelaman I : 70/26 Periyelaman II : 60/30 Antara penyelaman anda SI selama 02:50. Tentukan Group Designationnya (G=?) setelah penyelaman II? Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 25 of 29 Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 26 of 29

14 Jawab : 1. Group setelah Penyelaman I: 70/26 G=F 2. Setelah SI selama 2:15 NG= C 3. Dengan NG=C dipadankan dengan kedalaman penyelaman ke II di kedalaman 60 feet, maka RNT= 17 menit. 4. Rumus ABT=RNT+ABT, maka ABT yang masuk batas ANDL= 33 menit. ABT penyelaman II adalah 30 menit dan lebih kecil dari ANDL-nya (33 menit), maka anda dapat melakukan penyelaman II dengan schedule tersebut. 5. RNT 17 menit + ABT 30 menit pada penyelaman II, maka TBT = 47 menit 6. Maka schedule penyelaman II 60/ Lihat Ke Tabel I, maka Group penyelaman II adalah H Contoh 3: Seorang penyelam mempunyai Schedulle sebagai berikut: Penyelaman I=60/30. SI= 2:05 menit. Untuk penyelaman II merencanakan di kedalaman 60 feet. Berapakah maksimum bottom time (ABT) pada penyelaman II? Jawaban Soal 3: Penyelaman I 60/30 dari Tabel 1, maka G=F G=F dengan SI=2:05 di tabel 2 NG=D Untuk Penyelaman II, dengan NG=D di Tabel 3 dengan kedalaman 60 feet RNT =24 menit. Lihat ke tabel 1, maka NDL-Doppler pada kedalaman 60 feet 50 menit ABT penyelaman II = menit = 26 menit Contoh 4 Untuk Latihan (Dijawab sendiri) Seorang penyelam merencanakan 3 kali penyelaman dengan schedule: Penyelaman I=80/25 dengan SI 02:30. Penyelaman II=70/20 serta melakukan SI berikutnya selama 02:15. Penyelaman III direncanakan pada kedalaman 50 feet. Tentukan maksimal Bottom Time (ABT) pada penyelaman ke II? Contoh 5: Seorang penyelam merencanakan 2 kali penyelaman sebagai berikut - Penyelaman I=70/32, Penyelaman II=60/37. Maka berapa lama minimal penyelam tersebut harus istirahat (SI=?) sebelum melakukan penyelaman II? Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 27 of 29 Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 28 of 29

15 Jawaban Soal 5: Penyelaman I, 70/32 pada tabel I G=G Penyelaman II, 60/37. NDL kedalaman 60 feet pada Tabel 1 Doppler adalah 50 menit. ABT pada penyelanian II adalah 37 menit, jadi maksimal RNT adalah = 13 menit. Pada Tabel 3, kedalaman 60 feet dengan menarik baris/lajur kekanan dicari RNT yang lebih kecil / sama dengan 13 menit. Diperoleh kolom B (NG=B). Lihat Tabel II, Pertemuan G=C setelah penyelaman I dengan NG=B sebelum penyelaman II, maka SI minimum adalah 04:26 (4 jam, 26 menit) Contoh 6 Untuk Latihan (Dijawab sendiri) Seorang penyelam merencanakan 3 kali penyelaman dengan schedule Penyelaman I=70/35. SI=03:05 dilakukan sebeleum penyelaman II. Penyelaman II=60/20. Penyelaman IIIdirencanakan dengan schedule 60/40. Tentukan berapa minimum SI sebelum melakukan penyelaman III? Penyelam yang mengalami gejala atau tanda dari suatu kecederaan, walau sekecil apapun yang berhubungan dengan aktifitas penyelaman harus segera dikonsultasikan kepada dokter anda. Paling tidak hal-hal tersebut disampaikan kepada orang yang memahami mengenai pengetahuan medis penyelaman sesegera mungkin dan dimanapun anda berada. BE AWARE GET NOTICE Openwater Student Book MEDICAL ASPECTS & DCS: Page 29 of 29

BAHAN AJAR BAHAYA TEKANAN TINGGI DI BAWAH PERMUKAAN AIR. Dekompresi

BAHAN AJAR BAHAYA TEKANAN TINGGI DI BAWAH PERMUKAAN AIR. Dekompresi BAHAN AJAR 23 BAHAYA TEKANAN TINGGI DI BAWAH PERMUKAAN AIR Dekompresi Bila seseorang masuk ke bawah permukaan air dan menyelam semakin dalam, maka tekanan yang akan diterimanya menjadi semakin besar. Hal

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Oleh : Agus Triyono, M.Kes Pengertian Kedaruratan medis adalah keadaan non trauma atau disebut juga kasus medis. Seseorang dengan kedarutan medis dapat juga terjadi cedera.

Lebih terperinci

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support)

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support) Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) Sistem utama tubuh manusia Sistem Pernapasan Sistem Peredaran Darah Mati Mati klinis Pada saat pemeriksaan penderita tidak menemukan adanya fungsi sistem perdarahan

Lebih terperinci

Pusat Hiperked dan KK

Pusat Hiperked dan KK Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,

Lebih terperinci

KEDARURATAN LINGKUNGAN

KEDARURATAN LINGKUNGAN Materi 14 KEDARURATAN LINGKUNGAN Oleh : Agus Triyono, M.Kes a. Paparan Panas Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi td&penc. kebakaran/agust.doc 2 a. 1.

Lebih terperinci

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR Apa yang akan Anda lakukan jika Anda menemukan seseorang yang mengalami kecelakaan atau seseorang yang terbaring di suatu tempat tanpa bernafas spontan? Apakah Anda

Lebih terperinci

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA DIABETES HIPOGLIKEMIA GEJALA TANDA : Pusing Lemah dan gemetar Lapar Jari dan bibir kebas Pucat Berkeringat Nadi cepat Mental bingung Tak sadar DIABETES HIPOGLIKEMIA PERTOLONGAN PERTAMA ; Bila tak sadar

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA A. Organ-Organ Pernapasan Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia.

Lebih terperinci

Penyesuaian Terhadap Pengaruh Dalam Air

Penyesuaian Terhadap Pengaruh Dalam Air Penyesuaian Terhadap Pengaruh Dalam Air Manusia dan teknologi berkemampuan untuk mengadaptasikan dirinya terhadap lingkungan dalam dunia penyelaman. Cara beradaptasi dalam lingkungan air tersebut, tentunya

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan barangkali merupakan istilah yang tepat, namun tidak populer dan tidak menarik bagi perokok. Banyak orang sakit akibat merokok, tetapi orang

Lebih terperinci

REKRONSTRUKSI MATA KULIAH SELAM. Oleh Dr. Ir. Munasik, M.Sc NIP

REKRONSTRUKSI MATA KULIAH SELAM. Oleh Dr. Ir. Munasik, M.Sc NIP REKRONSTRUKSI MATA KULIAH SELAM Oleh Dr. Ir. Munasik, M.Sc NIP. 19680310 199303 1003 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2010 Latar Belakang Evaluasi Proses Belajar Mengajar (PBM)

Lebih terperinci

KERACUNAN KARBON MONOKSIDA

KERACUNAN KARBON MONOKSIDA KERACUNAN KARBON MONOKSIDA Sering kita mendengar terjadi kematian di dalam mobil dan ini disebabkan ventilasi yang kurang baik sehingga pembuangan asap yang bocor masuk ke dalam mobil dan perlahanlahan

Lebih terperinci

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal.

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal. HIDUNG Hidung adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan sekitar atau sesuatu dari aroma yang dihasilkan. Kita mampu dengan mudah mengenali makanan yang sudah busuk dengan yang masih segar

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Pengertian P3K Pertolongan sementara yang diberikan kepada seseorang yang menderita sakit atau kecelakaan sebelum mendapat pertolongan dari dokter. Sifat dari P3K :

Lebih terperinci

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra CREATIVE THINKING MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra HIDUNG Hidung merupakan panca indera manusia yang sangat penting untuk mengenali bau dan juga untuk bernafas. Bagian-Bagian Hidung Dan Fungsinya

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1 1. Urutan organ pernapasan yang benar dari dalam ke luar adalah... paru-paru, tenggororkan mulut paru-paru kerongkongan, hidung

Lebih terperinci

Kiat Atasi Gangguan Pernapasan Akibat Polusi Udara

Kiat Atasi Gangguan Pernapasan Akibat Polusi Udara Kiat Atasi Gangguan Pernapasan Akibat Polusi Udara Bencana kabut asap yang menimpa saudara kita di Sumatera dan Kalimantan sungguh mengkhawatirkan. Selain merusak kualitas udara, juga membahayakan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan mencegah keadaan bertambah buruk, cacat tubuh bahkan kematian

BAB I PENDAHULUAN. tujuan mencegah keadaan bertambah buruk, cacat tubuh bahkan kematian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertolongan pertama merupakan suatu tindakan pertolongan ataupun bentuk perawatan yang diberikan secara cepat dan tepat terhadap seorang korban dengan tujuan mencegah

Lebih terperinci

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL Metanol adalah bentuk paling sederhana dari alkohol yang biasa digunakan sebagai pelarut di industri dan sebagai bahan tambahan dari etanol dalam proses denaturasi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3 1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

KERACUNAN KARBON MONOKSIDA

KERACUNAN KARBON MONOKSIDA KERACUNAN KARBON MONOKSIDA Sering kita mendengar terjadinya kematian di dalam mobil hal ini disebabkan mobil tertutup rapat, sistem pergantian udara tidak lancar, mesin mobil dalam keadaan hidup atau jalan

Lebih terperinci

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN Kompetensi yang hendak dicapai: Siswa dapat memahami bagian tubuh manusia dan hewan, menjelaskan fungsinya, serta mampu mengidentifikasi

Lebih terperinci

Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi

Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material

Lebih terperinci

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum TOKSIKOLOGI Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik Sola dosis facit venenum 1 KLASIFIKASI Berdasarkan cara: Self-poisoning Attempted poisoning Accidental poisoning

Lebih terperinci

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan PANCA INDERA Pengelihatan 1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan (tembus cahaya) yang disebut

Lebih terperinci

INTERVENSI ULTRA SOUND THERAPY LEBIH BAIK DARIPADA MICRO WAVE DIATHERMY TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA KASUS SINUSITIS FRONTALIS BAGI AWAK KABIN

INTERVENSI ULTRA SOUND THERAPY LEBIH BAIK DARIPADA MICRO WAVE DIATHERMY TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA KASUS SINUSITIS FRONTALIS BAGI AWAK KABIN INTERVENSI ULTRA SOUND THERAPY LEBIH BAIK DARIPADA MICRO WAVE DIATHERMY TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA KASUS SINUSITIS FRONTALIS BAGI AWAK KABIN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT Klinik Pratama 24 Jam Firdaus Pendahuluan serangkaian usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan seseorang dari kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatian soal 12.3

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatian soal 12.3 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatian soal 12.3 1. Bagian paru-paru yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida adalah... Alveolus

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI NO. PSM/AGR-KBN/10 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 07 Mei 2012 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Hal 1 dari 8 SEJARAH PERUBAHAN DOKUMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas seharihari dengan giat dan penuh kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan dengan energi yang cukup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or

BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or Dehidrasi adalah gangguan keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Penyebabnya adalah pengeluaran air/cairan lebih banyak daripada pemasukan

Lebih terperinci

A. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen

A. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen A. Pengertian Oksigen Oksigen adalah suatu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel secara normal yang diperoleh dengan cara menghirup

Lebih terperinci

BASIC LIFE SUPPORT A. INDIKASI 1. Henti napas

BASIC LIFE SUPPORT A. INDIKASI 1. Henti napas BASIC LIFE SUPPORT Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan pertolongan yang dilakukan kepada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung. Keadaan ini bisa disebabkan karena korban mengalami

Lebih terperinci

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. 1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA 1. Temperatur Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya utk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sehat menurut Santoso (2004:16) terbagi dalam dua tingkatan yaitu sehat statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat dinamis

Lebih terperinci

P3K Posted by faedil Dec :48

P3K Posted by faedil Dec :48 P3K Posted by faedil011-06 Dec 2009 20:48 PENDAHULUAN 1. Ketrampilan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) merupakan salah satu kegiatan kepramukaan yang memberikan bekal peserta didik dalam hal pengalaman:

Lebih terperinci

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea 1. Terjadinya inspirasi pada proses pernapasan manusia adalah karena diafragma.... a. melengkung, tulang rusuk dan dada terangkat b. melengkung, tulang rusuk dan dada turun c. mendatar, tulang rusuk dan

Lebih terperinci

Dehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi:

Dehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi: Dehidrasi Pengertian, Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan Pengertian: Dehidrasi adalah kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang didapatkan, sehingga keseimbangan gula-garam

Lebih terperinci

Mengapa disebut sebagai flu babi?

Mengapa disebut sebagai flu babi? Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan

Lebih terperinci

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK Demam pada anak merupakan salah satu pertanda bahwa tubuhnya sedang melakukan perlawanan terhadap kuman yang menginfeksi. Gangguan kesehatan ringan ini sering

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Bab 4 Sumber: www.brighamandwomans.org Sistem Pernapasan pada Manusia Hasil yang harus kamu capai: memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Setelah mempelajari bab ini, kamu harus mampu: mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Awaluddin Muharom,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Awaluddin Muharom,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan kebutuhan setiap manusia untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Sehat menurut Santoso (2004:16) terbagi menjadi dua tingkatan

Lebih terperinci

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI Komponen Ya Dilakukan Tidak Pengertian Gerakan/sentuhan yang diberikan pada bayi setiap hari selama 15 menit, untuk memacu sistem sirkulasi bayi dan denyut

Lebih terperinci

2

2 2 4 6 9 10 Setiap sel senantiasa terbenam dalam air Memerlukan air utk melaksanakan fungsi sel tersebut medium dimana metabolisme tubuh berlangsung. alat pengangkutan tubuh. bahan pelicin utk pergerakan

Lebih terperinci

Pertolongan Pertama. pada Keracunan Pestisida

Pertolongan Pertama. pada Keracunan Pestisida INDONESIA Peranan CropLife Indonesia Pertolongan Pertama Dalam Meminimalkan Pemalsuan Pestisida pada Keracunan Pestisida CROPLIFE INDONESIA - vegimpact Deddy Djuniadi Executive Director CropLife Indonesia

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011 ERGONOMI - TEMPERATUR - Universitas Mercu Buana 2011 Tubuh Manusia dan Temperatur Kroemer & Kroemer,, 2001) Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga

Lebih terperinci

11/9/2011 TOKSIKOLOGI. Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Sola dosis facit venenum

11/9/2011 TOKSIKOLOGI. Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Sola dosis facit venenum TOKSIKOLOGI Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik Sola dosis facit venenum 1 KLASIFIKASI Berdasarkan cara: Self-poisoning Attempted poisoning Accidental poisoning

Lebih terperinci

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA Materi 12 CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA Oleh : Agus Triyono, M.Kes A. CEDERA KEPALA Pengertian : Semua kejadian pada daerah kepala yang dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak baik

Lebih terperinci

Sistem Saraf Tepi (perifer)

Sistem Saraf Tepi (perifer) SISTIM SYARAF TEPI Sistem Saraf Tepi (perifer) Sistem saraf tepi berfungsi menghubungkan sistem saraf pusat dengan organ-organ tubuh Berdasarkan arah impuls, saraf tepi terbagi menjadi: - Sistem saraf

Lebih terperinci

LUKA BAKAR Halaman 1

LUKA BAKAR Halaman 1 LUKA BAKAR Halaman 1 1. LEPASKAN: Lepaskan pakaian/ perhiasan dari daerah yang terbakar. Pakaian yang masih panas dapat memperburuk luka bakar 2. BASUH: Letakkan daerah yang terbakar di bawah aliran air

Lebih terperinci

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru Exit Hidung Faring Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus Paru-paru Hidung Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Pada hidung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat

Lebih terperinci

BAHAN AJAR PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSIF DAN

BAHAN AJAR PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSIF DAN BAHAN AJAR PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSIF DAN 18 JANTUNG KORONER Penyakit Jantung Sampai sekarang penyakit jantung tetap sebagai pemegang rekor pembunuh nomor satu. Kalau dilihat dari berbagai kasus kematian

Lebih terperinci

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016 Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016 TEMA 1 : Tuberkulosis (TB) A. Apa itu TB? TB atau Tuberkulosis adalah Penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Mekanisma ini terbahagi kepada tarikan nafas dan hembusan nafas. B.Ia melibatkan perubahan kepada :

BAB I PENDAHULUAN. A.Mekanisma ini terbahagi kepada tarikan nafas dan hembusan nafas. B.Ia melibatkan perubahan kepada : KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin banyak lokasi, semakin banyak bahan dan alat yang digunakan dan

BAB I PENDAHULUAN. makin banyak lokasi, semakin banyak bahan dan alat yang digunakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan industri pekerjaan dibawah permukaan air laut makin banyak lokasi, semakin banyak bahan dan alat yang digunakan dan mempunyai resiko terhadap para

Lebih terperinci

Gunung api yang meletus akan mengeluarkan berbagai jenis debu serta gas dari dalam perut. Debu Vulkanik Dan Gangguan Kesehatan

Gunung api yang meletus akan mengeluarkan berbagai jenis debu serta gas dari dalam perut. Debu Vulkanik Dan Gangguan Kesehatan Umumnya gejala yang timbul seolah-olah ada benda asing di mata, mata terasa nyeri, gatal atau merah, mata terasa lengket, kornea mata lecet atau terdapat goresan, mata terasa seperti terbakar dan sensitif

Lebih terperinci

Gas Medis di Rumah Sakit

Gas Medis di Rumah Sakit Gas Medis di Rumah Sakit Penggunaaan Gas Non Medis Medis Gas medis yg sering digunakan di ruangn operasi Oxigen Nitrogen Dioksida Udara tekan N2 ( nitrogen) Hypoxemia Versus Hypoxia Hypoxemia Low levels

Lebih terperinci

MANUSIA DAPAT HIDUP. 6 minggu tanpa makanan beberapa hari tanpa minum, hanya beberapa menit saja, tanpa udara

MANUSIA DAPAT HIDUP. 6 minggu tanpa makanan beberapa hari tanpa minum, hanya beberapa menit saja, tanpa udara (Udara) MANUSIA DAPAT HIDUP 6 minggu tanpa makanan beberapa hari tanpa minum, hanya beberapa menit saja, tanpa udara Keluarga dengan Lima Anggota Berangkat ke kabin di pegunungan San Bernardino untuk

Lebih terperinci

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C) Nama : Ardian Nugraheni (23111307C) Nifariani (23111311C) MACAM-MACAM PENYAKIT A. Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) 1) Pengertian Terjadinya penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue

Lebih terperinci

DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU?

DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU? DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU? Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara efektif. Insulin

Lebih terperinci

2. PERFUSI PARU - PARU

2. PERFUSI PARU - PARU terapi oksigen TAHAPAN RESPIRASI 1. VENTILASI 2. PERFUSI PARU - PARU 3. PERTUKARAN GAS DI PARU-PARU 4. TRANSPORT OKSIGEN 5. EKSTRAKSI ( OXYGEN UPTAKE ) Sumbatan jalan nafas pasien tak sadar paling sering

Lebih terperinci

SISTEM CARDIOVASCULAR

SISTEM CARDIOVASCULAR SISTEM CARDIOVASCULAR Forewords Jantung (bahasa Latin, cor) adalah sebuah rongga, rongga, organ berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Istilah kardiak berarti

Lebih terperinci

TERAPI OKSIGEN. Oleh : Tim ICU-RSWS. 04/14/16 juliana/icu course/2009 1

TERAPI OKSIGEN. Oleh : Tim ICU-RSWS. 04/14/16 juliana/icu course/2009 1 TERAPI OKSIGEN Oleh : Tim ICU-RSWS juliana/icu course/2009 1 Definisi Memberikan oksigen (aliran gas) lebih dari 20 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah meningkat

Lebih terperinci

Paparan Pestisida. Dan Keselamatan Kerja

Paparan Pestisida. Dan Keselamatan Kerja Paparan Pestisida Peranan CropLife Indonesia Dalam Meminimalkan Pemalsuan Pestisida Dan Keselamatan Kerja CROPLIFE INDONESIA - vegimpact Deddy Djuniadi Executive Director CropLife Indonesia 19 Juni 2012

Lebih terperinci

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN Disusun Oleh : MOHD ABI RAFDI 21040111130028 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012 BAB 1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Rokok adalah silinder dari kertas berukuran

Lebih terperinci

Inilah 10 Gejala Serangan Jantung di Usia Muda

Inilah 10 Gejala Serangan Jantung di Usia Muda Inilah 10 Gejala Serangan Jantung di Usia Muda Nyeri di Sekitar Dada Charles mengungkapkan bahwa salah satu gejala utama dari adanya risiko serangan jantung adalah adanya rasa nyeri di sekitar dada. Tak

Lebih terperinci

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE 1. N a m a Golongan Mineral Sinonim/Nama Dagang (1,2) Tidak tersedia. Selenium aspartat merupakan komposisi dari sodium selenite, l-aspartic acid, dan protein sayur

Lebih terperinci

FORMAT 2 A BAHAN KUESIONER PERSONAL UNTUK ANAK / REMAJA (USIA 18) Harus ditanyakan oleh dokter

FORMAT 2 A BAHAN KUESIONER PERSONAL UNTUK ANAK / REMAJA (USIA 18) Harus ditanyakan oleh dokter FORMAT 2 A BAHAN KUESIONER PERSONAL UNTUK ANAK / REMAJA (USIA 18) I. Validasi Nama Pewawancara Tanggal Wawancara Tanggal Input Data Tanggal Lahir Harus ditanyakan oleh dokter / / (bulan/tanggal/tahun)

Lebih terperinci

Sistem Pernafasan Manusia

Sistem Pernafasan Manusia Sistem Pernafasan Manusia Udara masuk kedalam sepasang rongga hidung melalui lubang hidung. Rongga hidung dilengkapi oleh rongga-rongga kecil (silia) dan selaput lendir. Dalam rongga hidung, udara dilembabkan,

Lebih terperinci

NEONATUS BERESIKO TINGGI

NEONATUS BERESIKO TINGGI NEONATUS BERESIKO TINGGI Asfiksia dan Resusitasi BBL Mengenali dan mengatasi penyebab utama kematian pada bayi baru lahir Asfiksia Asfiksia adalah kesulitan atau kegagalan untuk memulai dan melanjutkan

Lebih terperinci

SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc

SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA Drs. Refli., MSc PENDAHULUAN HIDUNG CO2 O 2 SISTEM PERNAFASAN PARU-PARU Respirasi Eksternal O 2 CO2 SISTEM PEREDARAN DARAH SEL ENERGI Respirasi Internal ALAT PERNAFASAN Hidung/rongga

Lebih terperinci

- Seluruh perilaku, gerak dan aktivitas kita dikontrol oleh otak, yang terdiri dari bermilyard-milyard sel otak.

- Seluruh perilaku, gerak dan aktivitas kita dikontrol oleh otak, yang terdiri dari bermilyard-milyard sel otak. Written by Dr. Aji Hoesodo Stroke adalah kondisi yang disebabkan oleh adanya gangguan peredaran darah di otak. Stroke merupakan suatu kerusakan pada system sentral yang diawali dengan penyakit darah tinggi

Lebih terperinci

Bab. Peta Konsep. Gambar 4.1 Orang sedang melakukan pernapasan. Pernapasan dada. terdiri dari. - Inspirasi - Ekspirasi. Mekanisme pernapasan

Bab. Peta Konsep. Gambar 4.1 Orang sedang melakukan pernapasan. Pernapasan dada. terdiri dari. - Inspirasi - Ekspirasi. Mekanisme pernapasan Bab 4 Sistem Pernapasan Sumber: Dokumen Penerbit Gambar 4.1 Orang sedang melakukan pernapasan Hidung merupakan salah satu alat pernapasan. Melalui hidung, udara dapat keluar atau masuk ke dalam tubuh.

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN KARYA TULIS PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Disusun Oleh: Tito Sucipto, S.Hut., M.Si. NIP. 19790221 200312 1 001 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGETAHUAN 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).

Lebih terperinci

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Rahmy Sari S.Pd PERNAPASAN/RESPIRASI Proses pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida (CO 2 ), dan menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh) Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Pernapasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruangan yang bersih adalah ruangan yang sehat. Dari kalimat tersebut dapat dijelaskan bahwa sebuah ruangan perlu dijaga kebersihannya dari debu, sampah, dan bahkan

Lebih terperinci

Petir : Volt Volt = Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt

Petir : Volt Volt = Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt Petir : 30.000 Volt 60.000 Volt = 30-60 Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt Tubuh Manusia: 70 milivolt = 0,07 Volt Biolistrik_02 Listrik Eksternal. Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelahiran bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua, terutama bayi yang lahir sehat. bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun, dengan pembagian.masa neonatal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Saat ini asma semakin berkembang menjadi penyakit pembunuh bagi masyarakat di dunia, selain penyakit jantung. Serangan yang terjadi akibat asma menjadi momok

Lebih terperinci

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2 By: Syariffudin Definisi Teori Penyebab Penyakit Teori penyebab penyakit memiliki pengertian sebuah teori yang mempelajari gejala-gejala timbulnya penyakit karena adanya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

O 2 + Zat Makanan CO 2 + H 2 O + Energi

O 2 + Zat Makanan CO 2 + H 2 O + Energi ALAT PERNAFASAN PADA MANUSIA Oleh : Maulana Hudan Daromi, S.Pd Reaksi kimia pernafasan O 2 + Zat Makanan CO 2 + H 2 O + Energi Energi berfungsi untuk memberikan kekuatan manusia dalam beraktifitas Alat

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

MEMAHAMI STROKE. Berdasarkan Pengalamanku

MEMAHAMI STROKE. Berdasarkan Pengalamanku MEMAHAMI STROKE Berdasarkan Pengalamanku Pada bagian ini, menurut pengalaman dan kesaksianku. Aku melakukan riset sendiri untuk berusaha memberikan pemahaman sederhana mengenai stroke 1 Seberapa Mematikannya

Lebih terperinci

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi diabetes mellitus pada kesehatan gigi masalah dan solusi pencegahannya. Bagi penderita diabetes tipe 2 lebih rentan dengan komplikasi kesehatan

Lebih terperinci

Lembaran Data Keselamatan Bahan

Lembaran Data Keselamatan Bahan Lembaran Data Keselamatan Bahan Halaman: 1/5 1. Zat/bahan olahan dan nama perusahaan Covi-ox T-50 C Penggunaan: antioksidan, dietary supplement, bahan kosmetik Perusahaan: PT BASF Indonesia Plaza GRI,

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci