KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN"

Transkripsi

1

2 KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Gedung Prijadi Praptosuhardjo III Lantai 2 Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan RI Jalan Budi Utomo No. 6, Jakarta Telepon : (021) , (021) Ext 5311 / Faksimile : (021) Website : / webmaster@ksap.org DAFTAR UNDANGAN FGD Draf Bultek Akuntansi Pendapatan Non Perpajakan Gedung Ex MA, 9 Juni Kepala Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi dan Pengembangan Pemeriksaan Keuangan Negara, Badan Pemeriksa Keuangan 2. Kepala Direktorat Litbang, Badan Pemeriksa Keuangan 3. Deputi PIP Bidang Perekonomian dan Kemaritiman, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 4. Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan, Kementerian Keuangan 5. Kepala Biro Keuangan, Kementerian Kehutanan 6. Kepala Biro Keuangan, Kementerian ESDM 7. Kepala Biro Keuangan, Kementerian Kelautan dan Perikanan 8. Kepala Biro Keuangan, Kementerian Kesehatan 9. Direktur STAN 10. Direktur Lelang, Ditjen Kekayaan Negara 11. Direktur PNBP, Ditjen Anggaran 12. Direktur Pengelolaan Kas Negara, Ditjen Perbendaharaan 13. Kepala BPKD Pemprov DKI 14. Kepala DPKD Pemerintah Kota Depok 15. Kepala DPKD Pemerintah Kota Semarang 16. Kepala DPKD Pemerintah Kota Bandar Lampung 17. Direktur Pengelola Gelora Bung Karno 18. Direktur Pengelola Kawasan Kemayoran 19. Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik

3 KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Gedung Prijadi Praptosuhardjo III Lantai 2 Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan RI Jalan Budi Utomo No. 6, Jakarta Telepon : (021) , (021) Ext 5311 / Faksimile : (021) Website : / webmaster@ksap.org DAFTAR UNDANGAN FGD Draf Bultek Akuntansi Pendapatan Non Perpajakan Gedung Ex MA, 9 Juni Dr. Binsar H. Simanjuntak, CMA, Ketua Komite Kerja 2. Drs. AB Triharta, Ak., MM., Wakil Ketua Komite Kerja 3. Sonny Loho, Ak., MPM., Sekretaris Komite Kerja 4. Dr. Jan Hoesada., Anggota Komite Kerja 5. Yuniar Yanuar Rasyid, Ak., MM., Anggota Komite Kerja 6. Dr. Dwi Martani, Ak., Anggota Komite Kerja 7. Sumiyati, Ak., MFM, Anggota Komite Kerja 8. Firmansyah N. Nazaroedin, Ak., M.Sc., Anggota Komite Kerja 9. Drs. Hamdani, MM., M.Si., Ak., Anggota Komite Kerja 10. Edward U.P. Nainggolan, Ak., M.Ak., Ketua Kelompok Kerja 11. Mega Meilistya, SE., Ak., MBA., Wakil Ketua Kelompok Kerja 12. Moh. Hatta, Ak., MBA., Anggota Kelompok Kerja 13. Amdi Very Dharma, Ak., M.Acc., Anggota Kelompok Kerja 14. Drs. M. Agus Kristianto, Ak., MA, Anggota Kelompok Kerja 15. Chalimah Pujihastuti, SE., Ak., MAFIS, Anggota Kelompok Kerja 16. Yulia Candra Kusumarini SE, S.Sos, Anggota Kelompok Kerja 17. Hasanuddin, Ak., M., Ak., Anggota Kelompok Kerja 18. Syaiful, SE., Ak, MM., Anggota Kelompok Kerja 19. Hamim Mustofa, Ak., Anggota Kelompok Kerja 20. Heru Novandi, SE., Ak., Anggota Kelompok Kerja 21. Muliani Sulya F., SE., Anggota Kelompok Kerja 22. Zulfikar Aragani, SE., MM., Anggota Kelompok Kerja 23. Mugiya Wardhani, SE, M. Si. Anggota Kelompok Kerja 24. Rahmat Mulyono, SE., Ak., M. Acc. Anggota Kelompok Kerja 25. Lucia Widiharsanti, SE., M.Si., CFE., Anggota Kelompok Kerja 26. Dr. Mei Ling, SE., Ak., MBA., Anggota Kelompok Kerja 27. Jamason Sinaga, Ak., SIP, Anggota Kelompok Kerja 28. Kadek Imam Eriksiawan, M.Sc., Ak., M.Prof., Acc.,BAP., Anggota Kelompok Kerja 29. Slamet Mulyono, SE., Ak., M.Prof.Acc., Anggota Kelompok Kerja 30. Joni Afandi, SE., Ak., M.Si., Anggota Kelompok Kerja 31. Doddy Setiadi, Ak., MM., CPA., Anggota Kelompok Kerja 32. Budiman, SST., SE., MBA., Ak., Anggota Kelompok Kerja 33. Joko Supriyanto, SST.Ak., M.Ak., Anggota Kelompok Kerja 34. Mauritz Cristianus Raharjo Meta, SST., M.Ak., Anggota Kelompok Kerja 35. Endah Martiningrum, SE.Ak., MBA, CA., Anggota Kelompok Kerja 36. Dwinanto, SE.,Ak., Anggota Kelompok Kerja 37. Isa Ashari Kuswandono, SE.Ak., M.Ak., Anggota Kelompok Kerja 38. Ahmad Fauzi, SE., Anggota Kelompok Kerja

4 KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Gedung Prijadi Praptosuhardjo III Lantai 2 Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan RI Jalan Budi Utomo No. 6, Jakarta Telepon : (021) , (021) Ext 5311 / Faksimile : (021) Website : / webmaster@ksap.org SUSUNAN ACARA FGD Draf Bultek Akuntansi Pendapatan Non Perpajakan Gedung Ex MA, 9 Juni 2015 WAKTU ACARA NARASUMBER/PETUGAS Registrasi Panitia Sambutan Dirjen Perbendaharaan selaku Ketua Komite Konsultatif sekaligus membuka secara resmi acara FGD Ketua Komite Konsultatif KSAP Pembacaan Doa Panitia Pemaparan Draf Bultek Akuntansi Pendapatan Non Perpajakan KSAP Diskusi dan Tanya Jawab KSAP dan Peserta Penutupan KSAP

5 KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Gedung Prijadi Praptosuhardjo III Lantai 2 Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan RI Jalan Budi Utomo No. 6, Jakarta Telepon : (021) , (021) Ext 5311 / Faksimile : (021) Website : / webmaster@ksap.org LEMBAR KONFIRMASI Instansi :... Nomor telepon/fax :... Nomor ponsel :... Berikut adalah nama peserta yang akan hadir pada acara Focus Group Discussion (FGD) Draf Bultek Akuntansi Pendapatan Non Perpajakan yang diselenggarakan pada: Hari/tanggal : Selasa, 9 Juni 2015 Waktu : Pukul WIB WIB Tempat : Ruang Ex MA Ditjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan Jalan Lapangan Banteng Timur Jakarta Pusat No. NAMA JABATAN , Juni 2015 Nama:... Catatan: lembar konfirmasi harap difax ke (021) Kontak person: Zulfikar di

6 BULETIN TEKNIS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NOMOR XX AKUNTANSI PENDAPATAN NON PERPAJAKAN OMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

7 BULETIN TEKNIS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NOMOR XX AKUNTANSI PENDAPATAN NON PERPAJAKAN

8 Komite Standar Akuntansi Pemerintahan Sekretariat : Gedung Prijadi Praptosuhardjo III, Lantai 2 Jl. Budi Utomo No. 6 Jakarta 10710, Indonesia Telepon/Faksimile : webmaster@ksap.org sekretariat.ksap@gmail.com ksap@yahoo.com

9 DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup 2 BAB II JENIS-JENIS PENDAPATAN NON PERPAJAKAN Pendahuluan Pendapatan Perizinan Pendapatan yang bersumber dari pemanfaatan sumber daya alam Pendapatan yang berasal dari layanan Pendapatan dari hasil investasi dan aset keuangan Pendapatan bukan pajak lainnya 7 BAB III AKUNTANSI PENDAPATAN NON PERPAJAKAN Pendapatan Non Perpajakan-LO Pendapatan Non Perpajakan-LRA 15 BAB IV PENYESUAIAN PENDAPATAN NON PERPAJAKAN 18 REFERENSI Komite Standar Akuntansi Pemerintah

10 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Lampiran I memuat standar akuntansi dengan basis akuntansi akrual, basis akrual diterapkan paling lambat tahun Basis akrual adalah untuk pengakuan pendapatan-laporan Operasional (LO), beban, aset, kewajiban dan ekuitas. Basis akrual untuk LO berarti bahwa pendapatan diakui pada saat hak untuk meperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Praktik penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) menunjukkan masih terdapat berbagai macam penafsiran dalam mengakui, mengukur, menyajikan dan mengungkapkan pos-pos dalam laporan keuangan. Hal tersebut disebabkan PSAP hanya menetapkan secara umum mengenai identifikasi, pengukuran, penyajian dan pengungkapan pos-pos laporan keuangan. Guna menghindari terjadinya berbagai macam penafsiran dimaksud, KSAP memandang masih diperlukan penjelasan lebih lanjut pengaturan atas pos-pos laporan keuangan sesuai dengan karakteristiknya. International Accounting Standard (IAS) 18 tentang Revenue menyatakan bahwa Revenue is the gross inflow of economic benefits arising from the ordinary activities of an entity that result in increases in equity other than contributions from equity holders. Dalam IAS 18 ini suatu pendapatan berasal dari: (1) penjualan barang; (2) pemberian layanan dan (3) penggunaan aset oleh entitas lain yang menghasilkan bunga, royalti dan dividen. Menurut Revenue are recognized when (a) realized or realizable and (b) earned (SFAC No.5, Para 83), hal ini mengandung arti bahwa pendapatan tidak diakui sampai saat pendapatan tersebut direalisasikan atau dapat direalisasikan dan tidak diakui sampai pendapatan tersebut dihasilkan. Pengakuan adalah suatu proses pencatatan suatu transaksi ke dalam laporan keuangan sementara itu Realisasi adalah proses merubah sumber daya non kas menjadi kas. International Public Sector Accounting Standar (IPSAS) 9 tentang Revenue from Exchange Transaction membagi jenis pendapatan ke dalam tiga (3 kelompok) yaitu pendapatan dari pemberian jasa, penjualan barang serta penggunaan aset yang menghasilkan bunga, royalti dan dividen atau hasil lainnya dari penggunaan aset suatu entitas. Sementara itu dalam IPSAS 23 tentang Revenue from Non Exchange Transaction membagi pendapatan dalam 2 kelompok yaitu pendapatan perpajakan dan transfer, pendapatan transfer meliputi pendapatan hibah, pendapatan dari penghapusan utang, denda, warisan, hadiah, donasi serta barang/jasa dan bagian dari konsesi yang diperoleh dari pinjaman. Pembahasan dalam Buletin Teknis Pendapatan Non Perpajakan ini tidak membagi pendapatan seperti yang ada dalam IPSAS namun membagi pendapatan berdasarkan Entitas Pemerintahan yang ada di Indonesia yaitu pendapatan non Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 1

11 perpajakan pada pemerintah pusat dan pendapatan non perpajakan pada pemerintah daerah. Pendapatan pada pemerintah pusat dibedakan ke dalam pendapatan perpajakan, pendapatan non perpajakan dan hibah. Sementara itu pendapatan pada pemerintah daerah dibedakan menjadi Pendapatan Asli Daerah, Transfer dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah. Masing-masing jenis pendapatan mempunyai karakteristik pengakuan dan pengukurannya. Dari tiga kelompok pendapatan dimaksud, Buletin Teknis ini hanya membahas tentang pendapatan non perpajakan. Pendapatan perpajakan, pendapatan transfer dan hibah dibahas dalam Buletin Teknis tersendiri. Secara umum Bultek ini dimaksudkan untuk memberikan panduan agar terdapat kesamaan pemahaman tentang cara mengakui, mengukur, dan menyajikan pendapatan non perpajakan pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah Tujuan Buletin teknis ini bertujuan untuk membantu entitas pemerintah dalam mencatat dan melaporkan transaksi pendapatan yang berasal dari penerimaan negara non perpajakan pada laporan keuangan. Buletin Teknis ini juga dimaksudkan untuk melengkapi PSAP 02 dan PSAP 12 dari Lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yang berbasis akrual Ruang Lingkup Buletin teknis diterapkan dalam akuntansi untuk seluruh transaksi pendapatan non perpajakan pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Buletin Teknis ini tidak mengatur akuntansi pendapatan perpajakan, transfer, pendapatan hibah serta pendapatan selisih kurs yang diatur dalam buletin teknis yang tersendiri. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 2

12 BAB II JENIS-JENIS PENDAPATAN NON PERPAJAKAN 2.1. Pendahuluan Dalam upaya pencapaian tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam Undang-undang Dasar 1945, pemerintah menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dan pembangunan nasional. oleh karena itu peranan Penerimaan Negara Bukan Pajak dalam pembiayaan kegiatan dimaksud penting dalam peningkatan kemandirian bangsa dalam pembiayaan Negara dan pembangunan. Sejalan dengan meningkatnya pembangunan nasional di segala bidang terdapat banyak bentuk penerimaan Negara di luar penerimaan perpajakan. penerimaan perpajakan meliputi penerimaan yang berasal dari Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Bea Masuk, Cukai, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Materai, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dan penerimaan lainnya yang diatur dengan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. Selain itu, penerimaan Negara yang berasal dari minyak dan gas bumi, yang di dalamnya terkandung unsur pajak dan royalty diperlakukan sebagai penerimaan perpajakan, mengingat unsur pajak lebih dominan. Dengan demikian penerimaan Negara bukan pajak mencakup segala penerimaan pemerintah pusat di luar penerimaan perpajakan tersebut (UU Nomor 20 Tahun 1997). Pendapatan Negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih (ekuitas) dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Dalam kriteria pengakuan pendapatan, konsep kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan terjadi digunakan dalam pengertian derajat kepastian tinggi bahwa manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan pos atau kejadian/peristiwa tersebut akan mengalir dari atau ke entitas pelaporan. Konsep ini diperlukan dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan operasional pemerintah. Pengkajian derajat kepastian yang melekat dalam arus manfaat ekonomi masa depan dilakukan atas dasar bukti yang dapat diperoleh pada saat penyusunan laporan keuangan. Pendapatan non perpajakan pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dapat digolongkan berdasarkan: a. Pendapatan perizinan; b. Pendapatan yang bersumber dari pemanfaatan sumber daya alam; c. Pendapatan yang berasal dari layanan; d. Pendapatan dari hasil investasi dan aset keuangan; e. Pendapatan bukan pajak lainnya. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 3

13 2.2. Pendapatan Perizinan Pengertian izin menurut definisi yaitu perkenan atau pernyataan mengabulkan. Sedangkan istilah mengizinkan mempunyai arti memperkenankan, memperbolehkan, tidak melarang. Secara garis besar hukum perizinan adalah hukum yang mengatur hubungan masyarakat dengan Negara dalam hal adanya masyarakat yang memohon izin. Perizinan dalam arti luas adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang. Perizinan dalam arti sempit adalah pembebasan, dispensasi dan konsesi. Pengertian izin menurut definisi yaitu perkenan atau pernyataan mengabulkan. Sedangkan istilah mengizinkan mempunyai arti memperkenankan, memperbolehkan, tidak melarang. Perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Iuran atau retribusi yang terkait dengan perizinan adalah setoran dari masyarakat sehubungan dengan pemberian hak oleh pemerintah. Pembayar iuran dianggap turut menikmati hak tersebut, misalnya: izin usaha, izin mendirikan bangunan, izin penggunaan barang publik seperti frekuensi radio dan sebagainya. Contoh penerimaan bukan pajak dari perizinan adalah: - Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan (IIUPH). Kepada setiap pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hutan dikenakan Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan. IIUPH dihitung berdasarkan luas areal kerja dikalikan tarif IUPH sebagaimana ditetapkan dalam peraturan pemerintah yang mengatur tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian Kehutanan. - Pungutan Pengusahaan Perikanan (PPP). Pungutan Pengusahaan Perikanan dikenakan pada saat perusahaan perikanan Indonesia memperoleh Izin Usaha Perikanan (IUP) baru atau perubahan, alokasi ikan penanaman modal (APIPM) baru atau perubahan, atau surat izin kapal pengangkut ikan (SIKPI) baru atau perpanjangan. Besarnya PPP ditetapkan berdasarkan rumusan tarif per Gross Tonnage (GT) dikalikan ukuran GT kapal menurut jenis kapal yang dipergunakan. Pada pelayanan pemberian izin, hak pemerintah timbul pada saat izin diberikan atau diterbitkan. Contoh hak timbul setelah izin diberikan misalnya izin mendirikan bangunan, izin penggunaan frekuensi gelombang radio dan sebagainya. Mengingat bahwa pendapatan LO pada akhirnya harus dapat direalisasikan dalam bentuk kas, perlu diperhatikan agar sistem pemberian layanan pemerintah mengatur pula kepastian penerimaan kas. Misalnya dalam hal perizinan, sistem penyetoran kas lebih dahulu sebelum izin diberikan merupakan suatu sistem pengendalian untuk menjamin kepastian realisasi pendapatan. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 4

14 2.3. Pendapatan yang Bersumber dari Pemanfaatan Sumber Daya Alam Jenis penerimaan negara atas pengelolaan sumber daya alam diatur dalam Kontrak Kerja Sama namun harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan di bidang perpajakan yang berlaku dan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai besarnya bagian negara, pungutan negara, dan bonus untuk PNBP. Bagian negara yang dimaksud diatas adalah bagian negara berdasarkan prosentase tertentu atas produksi bersih. Sedangkan pungutan negara berupa iuran tetap per satuan luas Wilayah Kerja dan iuran Eksplorasi dan Eksploitasi per satuan volume produksi. Pola ekploitasi sumber daya alam terdiri dari pengambilan dan bagi hasil dari hasil perolehan SDA. Pengakuan pendapatan ini dibedakan menjadi dua kelompok: (1) berdasar volume/unit pengambilan dan (2) berdasarkan bagi hasil. Pendapatan PNBP atas sumber daya alam diantaranya terdiri dari: a. Minyak Bumi dan Gas Alam b. Pertambangan Umum c. Kehutanan d. Perikanan e. Pertambangan Panas Bumi Pendapatan PNBP Minyak Bumi dan Gas Alam Besaran penerimaan PNBP Minyak bumi dan gas alam (migas) yang diterima oleh negara sangat tergantung dari lifting minyak dan harga internasional, baik minyak bumi dan gas alam. Penghitungan PNBP migas dipengaruhi oleh proporsi bagian pemerintah yang tercantum dalam kontrak dengan investor Pendapatan PNBP atas Pertambangan Umum Besaran penerimaan PNBP pertambangan umum yang diterima oleh negara, dipengaruhi oleh jumlah produksi Disamping jumlah produksi, besaran tarif dan pungutan lainnya berpengaruh pada besaran PNBP tersebut. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2003 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral tidak secara spesifik mengatur mengenai PNBP di bidang pertambangan umum, namun menjelaskan secara limitative mengenai PNBP yang berada di Kementerian ESDM yaitu: a. Pelayanan Jasa Bidang Geologi dan Sumber Daya Mineral b. Iuran Tetap c. Iuran Eksplorasi/Iuran Eksploitasi/Royalty d. Dana Hasil Produksi Batubara e. Jasa Teknologi/Konsultasi Eksplorasi Mineral, Batubara, Panas Bumi dan Konservasi. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 yang kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, bagian dari daerah dari penerimaan sumber daya alam sektor pertambangan umum (pertambangan mineral dan batu bara) meliputi: Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 5

15 a. Iuran Tetap (Landrent), diukur berdasarkan jumlah hektar tergantung dalam kontrak atau area pertambangan masing-masing. b. Iuran Eksplorasi dan iuran eksploitasi (Royalty) Pendapatan PNBP atas Kehutanan Besaran penerimaan PNBP kehutanan yang diterima oleh negara, dipengaruhi oleh jumlah areal produksi hasil hutan (kehutanan) Disamping areal produksi, maka besaran tarif dan pungutan lainnya berpengaruh pada besaran PNBP kehutanan tersebut. Contoh penerimaan bukan pajak dari Kehutanan adalah: - Dana Reboisasi (DR) Setiap hasil hutan kayu yang diproduksi dari pemegang IUPH dari hutan alam dan hutan tanaman yang dibiayai dari sumber dana pemerintah dikenakan dana reboisasi. DR ditetapkan berdasarkan Rekapitulasi Laporan Hasil Cruising Tebangan Tahunan (RLHC) atau usulan Laporan Hasil Penebangan /Produksi (ULHP) sesuai daerah penghasilnya. DR dihitung dengan cara mengalikan jumlah satuan hasil hutan dengan tarif DR sebagaimana ditetapkan dalam peraturan Pemerintah yang mengatur tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian Kehutanan. - Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) Setiap hasil hutan kayu dan bukan kayu yang ditebang/diproduksi dari hutan negara atau dari areal yang dibiayai baik sebagian maupun seluruhnya dari sumber dana pemerintah dikenakan PSDH. PSDH ditetapkan berdasarkan Rekapitulasi Laporan Hasil Cruising Tebangan Tahunan (RLHC) atau usulan Laporan Hasil Penebangan /Produksi (ULHP) sesuai daerah penghasilnya. PSDH dihitung dengan cara mengalikan jumlah satuan hasil hutan dengan harga patokan dan tarif PSDH sebagaimana ditetapkan dalam peraturan Pemerintah yang mengatur tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian Kehutanan Pendapatan PNBP Perikanan Besaran penerimaan PNBP perikanan dipengaruhi oleh volume penangkapan ikan. Disamping volume penangkapan ikan, maka besaran tarif dan pungutan lainnya berpengaruh pada besaran PNBP tersebut. Contoh penerimaan bukan pajak dari PNBP Perikanan adalah: - Pungutan Hasil Perikanan (PHP) Pungutan hasil perikanan dikenakan pada saat perusahaan perikanan Indonesia memperoleh dan/atau memperpanjang surat penangkapan ikan. - Pungutan Perikanan Asing (PPA) Pungutan perikanan asing dikenakan pada saat perusahaan perikanan asing memperoleh atau memperpanjang surat penangkapan ikan (SPI). Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 6

16 Pendapatan PNBP Pertambangan Panas Bumi Besaran penerimaan PNBP Pertambangan Panas Bumi terdiri atas pungutan negara berupa Iuran Tetap dan Iuran Produksi serta pungutan negara lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku Pendapatan yang berasal dari layanan Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan Pemerintah antara lain berupa pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan pelatihan, pemberian hak paten, merk, hak cipta, pemberian visa dan paspor, serta pengelolaan kekayaan negara yang tidak dipisahkan. Untuk pemerintah daerah, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada saat ini, pendapatan yang berasal dari jasa layanan diantaranya adalah retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pelayanan pelabuhan kapal dan lain sebagainya Pendapatan dari hasil investasi aset keuangan Jenis penerimaan yang termasuk kelompok penerimaan dari hasil investasi aset keuangan adalah penerimaan dari penyertaan modal dan pemberian pinjaman yang antara lain berupa dividen, bagian laba pemerintah, dana pembangunan semesta, dan hasil penjualan saham Pemerintah Pendapatan bukan pajak lainnya Jenis penerimaan yang termasuk kelompok penerimaan bukan pajak lainnya adalah penerimaan dari pemanfaatan aset (sewa), surplus pertukaran/penjualan aset, denda dan sitaan yang antara lain berupa pendapatan penjualan dan sewa, pendapatan jasa, pendapatan bunga, dan pendapatan lain-lain termasuk selisih kurs dalam mata uang asing (valas). Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 7

17 BAB III AKUNTANSI PENDAPATAN NON PERPAJAKAN Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Terdapat empat karakteristik kualitatif sebagai prasyarat agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki, yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Informasi yang dimuat dalam laporan keuangan pemerintah akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Informasi yang disajikan juga harus dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Salah satu kendala informasi yang relevan dan andal pada laporan keuangan pemerintah adalah keseimbangan antar karakteristik kualitatif yang tepat di antara berbagai tujuan normatif. Kepentingan relatif antar karakteristik dalam berbagai kasus berbeda, terutama antara relevansi dan keandalan. Penentuan tingkat kepentingan antara dua karakteristik kualitatif dimaksud merupakan masalah pertimbangan profesional. Secara umum, dalam rangka akuntansi pendapatan operasional bukan pajak karakteristik andal lebih mengemuka dalam arti kepastian akan dapat direalisasikannya suatu pendapatan lebih diutamakan. Dengan mempertimbangkan prinsip dan kendala di atas, pengakuan pendapatan operasional bukan pajak lebih ditekankan pada kemudahan bagi para pengguna laporan keuangan untuk membahaminya serta prinsip kehati-hatian dengan mengedepankan kepastian dapat direalisasikannya pendapatan operasional dimaksud. Prosedur akuntansi pendapatan bukan pajak terdiri dari pengakuan, penilaian, pencatatan dan penyajian dalam laporan keuangan. Tingkat keragaman pengakuan pendapatan bukan pajak secara umum senada dengan keragaman jenis pendapatan. Sesuai dengan PSAP 12 paragraf 19, Pendapatan LO diakui pada saat: (a) Timbulnya hak atas pendapatan atau (b) Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi. Berkenaan dengan hal tersebut, pembahasan pengakuan pendapatan dengan melihat proses untuk memperoleh pendapatan dimaksud (earning proccess). Berdasarkan proses untuk memperoleh pendapatan, dari beragam jenis PNBP dimaksud dapat dikelompokkan menjadi: a. Perizinan; b. Eksploitasi sumber daya alam; c. Layanan; d. Hasil investasi & aset keuangan; e. Pendapatan lainnya Akuntansi Pendapatan Non Perpajakan-LO Pendapatan Perizinan a. Pengakuan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 8

18 Pendapatan perizinan diakui pada saat izin diberikan oleh instansi yang berwenang mengeluarkan perizinan tersebut. Termasuk dalam kategori ini untuk pemerintah pusat adalah pemberian konsesi untuk melakukan eksplorasi dan/atau ekploitasi sumber daya alam dan hak pemanfaatan tanah. Mengacu pada penyajian laporan keuangan pemerintah pusat, saat ini contoh dari jenis pendapatan dari pemberian izin ini diantaranya pemberian izin izin iuran usaha pengelolaan hutan (IIUPH), izin penggunaan frekuensi dan lain-lainnya. Sementara itu untuk pemerintah daerah, yang termasuk dalam kategori pendapatan dari pemberian izin ini adalah: retribusi izin mendirikan bangunan (IMB), retribusi izin trayek, retribusi tempat penginapan dll. b. Pengukuran Pendapatan perizinan dinilai sebesar tarif yang ditetapkan oleh pemerintah atas penerbitan izin tersebut. c. Pencatatan Pada saat pemohon izin menyetor uang ke kas negara/kas daerah atau rekening bendahara penerimaan, jurnal untuk mencatatnya adalah: - Pada Pemerintah Pusat: Diterima langsung di kas negara Akun antara Pendapatan-LO Izin Pemanfaatan Hasil Hutan Diterima oleh Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara Penerimaan Pendapatan-LO Izin Pemanfaatan Hasil Hutan - Pada Pemerintah Daerah: Diterima langsung di kas daerah RK PPKD Pendapatan-LO Retribusi IMB Diterima oleh Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara Penerimaan Pendapatan-LO Retribusi IMB d. Penyajian Pendapatan perizinan disajikan pada Laporan Operasional menurut jenis pendapatan Pendapatan Operasional Eksploitasi SDA a. Pengakuan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 9

19 Pola ekloitasi sumber daya alam terdiri dari pengambilan dan bagi hasil dari hasil perolehan SDA. Pengakuan pendapatan ini dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: (1) Berdasar volume/unit pengambilan, dan; Hak pemerintah atas pendapatan operasional yang berasal dari pengambilan/ eksploitasi SDA berdasarkan volume/unit, timbul pada saat pengambilan dilakukan oleh masyarakat atau pihak ketiga yang telah diberi izin. Contoh pendapatan operasional dari aktivitas ini pada pemerintah pusat adalah izin pertambangan. (2) Berdasarkan bagi hasil. Hak pemerintah atas pendapatan operasional dari aktivitas ini pada pemerintah pusat adalah pada saat adanya eksploitasi sumber daya alam. Pendapatan operasional dari aktivitas ini diakui pada saat terdapat penetapan jumlah SDA yang dieksploitasi. Contoh pendapatan operasional dari bagi hasil ini pada pemerintah pusat adalah pendapatan hasil pertambangan. b. Pengukuran Pendapatan dari ekploitasi sumber daya alam dinilai sebesar tarif yang ditetapkan oleh pemerintah atas penerbitan eksploitas dan atau sebesar bagi hasil yang akan diterima oleh entitas pemerintah. c. Pencatatan Diterima langsung di kas negara Akun antara Pendapatan-LO Sumber Daya Alam Diterima oleh Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara Penerimaan Pendapatan-LO Sumber Daya Alam Dilakukan penagihan oleh entitas pemerintah Piutang Pendapatan-LO Sumber Daya Alam d. Penyajian Pendapatan dari ekploitasi sumber daya alam disajikan pada Laporan Operasional menurut jenis pendapatan Pendapatan Jasa Layanan Dalam PSAP 09 disebutkan bahwa suatu transaksi melibatkan transfer sesuatu yang mempunyai nilai. Suatu transaksi dengan pertukaran timbul ketika masingmasing pihak dalam transaksi tersebut mengorbankan dan menerima suatu nilai sebagai gantinya. Terdapat dua arus timbal balik atas sumber daya atau janji untuk menyediakan sumber daya. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 10

20 a. Pengakuan Pendapatan diakui hanya ketika besar kemungkinannya bahwa manfaat ekonomi atau potensi layanan yang terkait dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas. Ketika outcome dari sebuah transaksi yang melibatkan pemberian jasa tidak dapat diestimasi secara handal, pendapatan akan diakui hanya sejauh beban yang dapat dipulihkan. b. Pengukuran Pendapatan diukur sebesar nilai wajarnya ketika diterima. Jumlah pendapatan yang diterima biasanya ditentukan dengan kesepakatan bersama antara entitas dengan pengguna aset atau layanan. c. Pencatatan di Pemerintah Pusat Diterima langsung di kas negara Akun antara Pendapatan-LO Pendapatan Pendidikan Diterima langsung diterima oleh Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara Penerimaan Pendapatan-LO Pendapatan Pendidikan Dilakukan penagihan oleh entitas pemerintah Piutang PNBP Pendapatan-LO Pendapatan Pendidikan d. Pencatatan di Pemerintah Daerah Diterima langsung di kas daerah RK PPKD Pendapatan-LO Retribusi Pelayanan Kesehatan Diterima oleh Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara Penerimaan Pendapatan-LO Retribusi Pelayanan Kesehatan Dilakukan penagihan oleh entitas pemerintah Piutang Retribusi Pendapatan-LO Retribusi Pelayanan Kesehatan e. Penyajian Pendapatan dari jasa layanan disajikan pada Laporan Operasional menurut jenis pendapatan. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 11

21 Pendapatan Hasil Investasi dan Aset Keuangan a. Pengakuan Pendapatan diakui hanya ketika besar kemungkinannya bahwa manfaat ekonomi atau potensi pendapatan dari hasil investasi dan pemanfaatan aset akan mengalir ke entitas. b. Pengukuran Pendapatan dinilai sebesar hak pemerintah yang akan meningkatkan ekuitas suatu entitas pemerintah. Jumlah pendapatan yang diterima biasanya ditentukan dengan kesepakatan bersama antara entitas dengan pengguna aset. c. Pencatatan di Pemerintah Pusat Diterima langsung di kas negara Akun antara Pendapatan-LO Dividen Tunai Pada saat pengumuman oleh BUMN Piutang Dividen Pendapatan-LO Dividen Tunai d. Pencatatan di Pemerintah Daerah Diterima langsung di kas daerah RK PPKD Lain-lain PAD yang sah-lo Dividen Tunai Pada saat pengumuman oleh BUMN Piutang Dividen Lain-lain PAD yang sah-lo Dividen Tunai e. Penyajian Pendapatan dari hasil investasi dan aset keuangan disajikan pada Laporan Operasional menurut jenis pendapatan Pendapatan Operasional Lainnya a. Pengakuan Pendapatan diakui hanya ketika besar kemungkinannya bahwa manfaat ekonomi atau potensi jasa yang terkait dengan transaksi tersebut telah mengalir ke entitas. Contoh dari pedapatan ini misalnya penjualan aset sitaan yang telah berkekuatan hukum tetap, dan surplus dari penjualan aset tetap pemerintah. b. Pengukuran Pendapatan diukur sebesar nilai wajarnya ketika diterima. Jumlah pendapatan yang diterima biasanya ditentukan dengan kesepakatan bersama antara entitas dengan pengguna aset atau layanan. c. Pencatatan di Pemerintah Pusat Diterima langsung di kas negara Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 12

22 Akun antara Pendapatan-LO Surplus penjualan Aset d. Pencatatan di Pemerintah Daerah Diterima langsung di kas daerah RK PPKD Lain-lain PAD yang sah-lo Surplus penjualan Aset e. Penyajian Pendapatan dari jasa layanan disajikan pada Laporan Operasional menurut jenis pendapatan Penyajian Pendapatan Non Perpajakan pada Laporan Operasional Penyajian pendapatan non perpajakan pemerintah pusat pada Laporan Operasional akan tergantung pada tugas dan fungsi dari entitas yang melaporkannya. Apabila pendapatan non perpajakan tersebut merupakan tugas dan fungsi yang dilakukan oleh entitas, maka pendapatan tersebut disajikan dalam kelompok operasional pada Laporan Operasional entitas yang bersangkutan. Namun apabila pendapatan tersebut bukan merupakan tugas dan fungsi dari entitas yang bersangkutan, maka disajikan pada kelompok pendapatan non operasional pada Laporan Operasional entitas yang bersangkutan. Contoh dari transaksi tersebut adalah pendapatan biaya pelelangan, dimana pada entitas dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan DJKN menjadi pendapatan operasional namun untuk entitas lain akan menjadi pendapatan non operasional. Penyajian pada Laporan Operasional pada pemerintah pusat seperti ilustrasi di bawah ini: Satker ESDM Laporan Operasional Untuk periode yang berakhir 31 Desember 20xx Pendapatan Operasional: - Pendapatan Minyak Bumi Rp - Pendapatan Gas Bumi Jumlah Pendapatan non Operasional Rp Beban: - Beban Pegawai Rp - Beban Persediaan - Beban Barang (Pemeliharaan) - Beban Penyisihan Piutang - Beban Penyusutan Jumlah Beban Surplus/Defisit sebelum Kegiatan Non Operasional Rp Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 13

23 Pendapatan/Beban Non Operasional: - Pendapatan Dokumen Pelelangan Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa Rp Pos Luar Biasa: - Pendapatan/Beban pos luar biasa Surplus/Defisit Operasional Rp Ilustrasi penyajian pada Laporan Operasional pada pemerintah daerah seperti di bawah ini: SKPD Laporan Operasional Untuk periode yang berakhir 31 Desember 20xx Pendapatan Operasional: - Pendapatan Asli Daerah Rp - Pendapatan Transfer - Lain-lain PAD yang sah Jumlah Pendapatan non Operasional Rp Beban: - Beban Pegawai Rp - Beban Persediaan - Beban Barang (Pemeliharaan) - Beban Penyisihan Piutang - Beban Penyusutan Jumlah Beban Surplus/Defisit sebelum Kegiatan Non Operasional Rp Pendapatan/Beban Non Operasional: - Pendapatan Dokumen Pelelangan Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa Rp Pos Luar Biasa: - Pendapatan/Beban pos luar biasa Surplus/Defisit Operasional Rp Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 14

24 3.2. Akuntansi Pendapatan Bukan Pajak-LRA Pengakuan Pendapatan Bukan Pajak-LRA adalah seluruh penerimaan uang yang masuk ke Rekening Kas Umum Negara yang berasal dari selain perpajakan yang diakui sebagai penambah SAL dan menjadi hak pemerintah dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan serta tidak perlu dibayar kembali. Akuntansi pendapatan-lra disusun untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuann dan untuk keperluan pengendalian bagi manajemen pemerintah pusat dan daerah Sesuai paragraf 21 PSAP 02, dinyatakan, Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Berbeda dengan Pendapatan Bukan Pajak-LO dimana pendapatan diakui pada titik-titik tertentu yang antara jenis pendapatan bukan pajak yang satu dengan yang lainnya berbeda titik pengakuannya.. Pengakuan Pendapatan Bukan Pajak-LRA dicatat pada saat kas masuk ke rekening kas negara untuk semua jenis dan karakteristik pendapatan bukan pajak. Penerimaan kas di Rekening KUN ini diinterpretasikan dalam IPSAP 02 sehingga pendapatan sesuai PSAP tidak hanya pendapatan yang kasnya masuk ke rekening KUN/KUD melainkan mencakup juga, antara lain : a. Pendapatan kas yang diterima oleh bendahara penerimaan yang sebagai pendapatan negara/daerah dan hingga tanggal pelaporan belum disetor ke RKUN/RKUD, dengan ketentuan bendahara penerimaan tersebut merupakan bagian dari BUN/BUD. b. Pendapatan kas yang diterima satker/skpd dan digunakan langsung tanpa disetor ke RKUN/RKUD, dengan syarat entitas penerima wajib melaporkannya kepada BUN/BUD untuk diakui sebagai pendapatan negara/daerah. c. Pendapatan yang diterima oleh entitas lain di luar pemeintah tetapi atas nama BUN/BUD dan pendapatan terlambat disetor ke RKUN/RKUD. Dokumen sumber pencatatan pengakuan Pendapatan Bukan Pajak-LRA adalah bukti setor seperti SSBP (Surat Setoran Bukan Pajak) atau dokumen lainnya yang dipersamakan setelah mendapat Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dari bank/pos tempat menyetor. Jurnal untuk mengakui Pendapatan Bukan Pajak-LRA adalah sebagai berikut: Akun antara Pendapatan Bukan Pajak LRA *) Jurnal tersebut merupakan jurnal akuntansi secara umum, dimana masingmasing entitas dapat mengembangkannya sesuai dengan karakteristik masingmasing Pengukuran Pendapatan Bukan Pajak-LRA diukur sebesar nominal uang yang masuk ke kas negara sebagaimana dokumen sumber bukti setornya. Akuntansi Pendapatan Bukan Pajak-LRA dilaksanakan dengan menggunakan asas bruto, yaitu pendapatan dicatat sebesar nilai brutonya tanpa Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 15

25 dikurangkan/dikompensasikan dengan belanja yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-lra bruto (biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka azas bruto dapat dikecualikan Akuntansi Pendapatan-LRA a. Pemerintah Pusat (Saat diterima di Rekening Kas Negara) Akun antara Pendapatan-LRA Perizinan b. Pemerintah Daerah (Saat diterima langsung di Kas Daerah) Estimasi Perubahan SAL Pendapatan-LRA Retribusi Kesehatan Penyajian Pada saat diterima oleh Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara Penerimaan Pendapatan-LRA Retribusi Kesehatan Pada saat disetorkan ke Rekening Kas Daerah RK PPKD Kas di Bendahara Penerimaan Pendapatan Bukan Pajak-LRA disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran yang dikelompokkan per jenis Pendapatan Bukan Pajak dalam mata uang rupiah. Apabila terdapat penerimaan kas atas Pendapatan Bukan Pajak-LRA dalam mata uang asing, maka penerimaan tersebut dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal pelaporan. Ilustrasi penyajian: Laporan Realisasi Pendapatan Bukan Pajak-LRA Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0 Akun Uraian Anggaran 20X1 Realisasi 20X0 (%) Realisasi 20X0 Pendapatan Sumber Daya Alam Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 16

26 Pengungkapan Pendapatan Bukan Pajak-LRA yang dilaporkan pada Laporan Realisasi Anggaran diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Informasi tersebut antara lain: - Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengakuan dan pengukuran Pendapatan Bukan Pajak-LRA. - Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target APBN, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan. - Perubahan peraturan perundangan terkait Pendapatan Bukan Pajak. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 17

27 BAB IV PENYESUAIAN PENDAPATAN NON PERPAJAKAN Pengakuan pendapatan non perpajakan pada pemerintah erat kaitannya dengan proses pengakuan pendapatan non perpajakan tersebut. Pengakuan pendapatan pada umumnya berhubungan dengan proses pengakuan pendapatannya. Secara umum pengakuan suatu pendapatan dapat digolongkan dalam: a. Penerimaan pendapatan secara Kas (Cash) Pendapatan non perpajakan pada pemerintah daerah diakui pada saat telah diterima di Kas Daerah atau diterima oleh SKPD. Penerimaan secara kas ini dapat terjadi pada saat manfaat/benefit telah diterima oleh wajib bayar dan pembayaran telah diterima oleh entitas. Kondisi biasa terjadi pada proses penerimaan Retribusi, dimana wajib bayar melakukan pembayaran terlebih dahulu sebelum menerima manfaat/benefit dari pemerintah daerah dan tidak didahului dengan surat penagihan. Manfaat/benefit tersebut dapat berupa penyediaan barang, fasilitas, jasa atau benefit lainnya. Contoh transaksi ini antara lain pendapatan yang dipungut dari retribusi izin mendirikan bangunan (IMB), retribusi trayek, retribusi izin usaha perikanan, retribusi pelayanan pasar dll. Meskipun manfaat yang diterima oleh wajib bayar melebihi satu tahun, namun karena sifat penerimaan pendapatan tersebut adalah pemberian izin dan bukan penggunaan atau pemanfaatannya maka pendapatan tersebut diakui secara kas dan tidak diperhitungkan sesuai dengan berjalannya waktu (earn). b. Penerimaan pendapatan yang terhutang (Accrued Revenue) Suatu kondisi dimana manfaat/benefit telah diterima oleh wajib bayar namun belum terdapat pembayaran uang oleh wajib bayar ke SKPD atau Kas Daerah, karena itu selanjutnya diterbitkan surat penetapan/surat penagihan. PNBP diakui pada saat ditetapkan terutang oleh pemerintah daerah atau oleh SKPD yang memiliki kewenangan untuk menagih. Kondisi ini terjadi apabila wajib bayar belum membayarkan retribusi atau PNBP Daerah sampai dengan tanggal pelaporan keuangan c. Penerimaan pendapatan yang ditangguhkan (Unearned Revenue) Suatu kondisi pengakuan pendapatan dimana uang telah diterima oleh kas daerah atau oleh SKPD namun manfaat belum diterima oleh wajib bayar. Pengakuan pendapatan pada jenis ini dilakukan sejalan dengan penyerahan jasa oleh entitas atau sesuai dengan berlalunya waktu (earned). Contoh tarnsaksi ini adalah pendapatan sewa gedung oleh pihak ketiga yang dibayar terlebih dahulu untuk jangka waktu yang melebihi 12 bulan. d. Penerimaan pendapatan secara angsuran (Installment) Suatu kondisi dimana wajib bayar melakukan pembayaran secara bertahap ke Kas Daerah atas suatu penetapan/penagihan yang dilakukan oleh Daerah maupun atas perjanjian tertentu yang menyatakan wajib bayar melakukan pembayaran secara bertahap. Retribusi atau pendapatan diakui sebesar jumlah yang diterima oleh kas daerah. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 18

28 Pada akhir periode akuntansi, perlu dilakukan penyesuaian atas pendapatan yang masih terhutang (accrued) dan pendapatan yang ditangguhkan (deferral). Penyesuaian perlu dilakukan untuk menggambarkan kondisi yang sesungguhnya atas hak suatu entitas yang menambah ekuitas pada tahun berjalan. Metode pencatatan pendapatan ditangguhkan dapat menggunakan metode pendapatan atau metode aset, tergantung dari sistem yang dikembangkan oleh pemerintah dan ditetapkan secara konsisten. Berikut disajikan metode pencatatan pengakuan pendapatan tersebut: c. Metode Pendapatan Pada saat penerimaan pendapatan Akun antara Pendapatan-LO Jasa layanan Pada saat penyesuaian akhir tahun Pendapatan-LO Jasa layanan Pendapatan Diterima Dimuka d. Metode Aset Pada saat penerimaan pendapatan Akun antara Pendapatan Diterima Dimuka Pada saat penerimaan pendapatan Pendapatan Diterima Dimuka Pendapatan-LO Jasa layanan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 19

29

AKUNTABILITAS TRANSPARANSI

AKUNTABILITAS TRANSPARANSI Semester I Semester I AKUNTABILITAS TRANSPARANSI BUNGA RAMPAI STUDI KASUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN TAHUN 2017 No. Tanggal Surat Nomor Surat Tujuan Instansi Perihal Hal 1 8 Feb 2017 S 19/K.1/KSAP/II/2017

Lebih terperinci

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Gedung Prijadi Praptosuhardjo III Lantai 2 Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan RI Jalan Budi Utomo No. 6, Jakarta 10710 Telepon : (021) 352-4551,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN LAMPIRAN XI PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 219/PMK.05/2013 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT MENTERI KEUANGAN SALINAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN A. PENDAPATAN-LO 1. Definisi dan Pengakuan

Lebih terperinci

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Gedung Prijadi Praptosuhardjo III Lantai Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan RI Jalan Budi Utomo No., Jakarta 00 Telepon : (0) -, (0) -0 Ext /

Lebih terperinci

PENGANTAR ( LATAR BELAKANG )

PENGANTAR ( LATAR BELAKANG ) PENGANTAR ( LATAR BELAKANG ) Sehubungan dengan adanya transaksi dalam mata uang asing maka timbul pertanyaan tentang pembukuan mata uang rupiah dengan menjabarkan jumlah mata uang asing menurut kurs tengah

Lebih terperinci

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Gedung Prijadi Praptosuhardjo III Lantai Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan RI Jalan Budi Utomo No., Jakarta 00 Telepon : (0) -, (0) -0 Ext /

Lebih terperinci

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Gedung Prijadi Praptosuhardjo III Lantai 2 Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan RI Jalan Budi Utomo No. 6, Jakarta 10710 Telepon : (021) 352-4551,

Lebih terperinci

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (KSAP)

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (KSAP) Buletin Teknis Nomor 23 tentang Akuntansi Pendapatan Nonperpajakan 1 2 KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (KSAP) 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN RUANG LINGKUP DAN MANFAAT PSAP No. 02 PSAP No. 02 diterapkan dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran yang disusun dan disajikan

Lebih terperinci

BUNGA RAMPAI STUDI KASUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN TAHUN 2016

BUNGA RAMPAI STUDI KASUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN TAHUN 2016 AKUNTABILITAS TRANSPARANSI AKUNTABILITAS TRANSPARANSI BUNGA RAMPAI STUDI KASUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN TAHUN 2016 No. Tanggal Surat Nomor Surat Tujuan Instansi Hal 1 27-Jan-2016 S-08/K.1/KSAP/I/2016 Direktur

Lebih terperinci

BUNGA RAMPAI 2016 STUDI KASUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN. Untuk Periode Januari s.d. Juni Tahun 2016 KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BUNGA RAMPAI 2016 STUDI KASUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN. Untuk Periode Januari s.d. Juni Tahun 2016 KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BUNGA RAMPAI 2016 STUDI KASUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN Untuk Periode Januari s.d. Juni Tahun 2016 KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN ( UNTUK PERIODE BULAN JANUARI S.D. JUNI ) AKUNTABILITAS TRANSPARANSI

Lebih terperinci

Sosialisasi PP 71 /2010 tentang SAP Akrual. A. B. Triharta

Sosialisasi PP 71 /2010 tentang SAP Akrual. A. B. Triharta KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Sosialisasi PP 71 /2010 tentang SAP Akrual PSAP 12 LAPORAN OPERASIONAL Jakarta, 14 Desember 2010 A. B. Triharta 1 TOPIK BAHASAN PP 71/2010 tentang SAP berbasis Akrual

Lebih terperinci

Buletin Teknis Nomor 14 Tentang Akuntansi Kas. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. Page ii

Buletin Teknis Nomor 14 Tentang Akuntansi Kas. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. Page ii Buletin Teknis Nomor Tentang Akuntansi Kas BULETIN TEKNIS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NOMOR AKUNTANSI KAS OMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Komite Standar Akuntansi Pemerintahan Page i Buletin Teknis

Lebih terperinci

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Gedung Prijadi Praptosuhardjo III Lantai Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan RI Jalan Budi Utomo No., Jakarta Telepon : (01) -1, (01) -0 Ext /

Lebih terperinci

Entitas Pelaporan. Entitas Akuntansi dan Pelaporan

Entitas Pelaporan. Entitas Akuntansi dan Pelaporan KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN 1 1. KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAH 2 1. KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAH CASH TOWARDS Penyusutan Aset Tetap Tidak diuraikan ik dalam kerangka k

Lebih terperinci

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Peranan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) dalam Upaya Peningkatan Akuntabilitas Laporan Keuangan Sektor Publik Dwi Martani Wakil Ketua Komite Standar Akuntansi

Lebih terperinci

PSAP 13 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM (BLU)

PSAP 13 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM (BLU) PSAP 13 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM (BLU) 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat,

Lebih terperinci

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 03 LAPORAN ARUS KAS KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 03 LAPORAN ARUS KAS 1 TUJUAN PELAPORAN ARUS KAS Memberikan informasi : sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara selama suatu periode akuntansi, serta

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP 12 LAPORAN OPERASIONAL

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP 12 LAPORAN OPERASIONAL KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP 12 LAPORAN OPERASIONAL 1 LINGKUP DAN MANFAAT RUANG LINGKUP Berlaku untuk setiap entitas pelaporan dan entitas akuntansi, baik pemerintah pusat maupun pemerintah

Lebih terperinci

BULETIN TEKNIS AKUNTANSI KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NOMOR 14 OMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BULETIN TEKNIS AKUNTANSI KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NOMOR 14 OMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BULETIN TEKNIS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NOMOR AKUNTANSI KAS OMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Komite Standar Akuntansi Pemerintahan i BULETIN TEKNIS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NOMOR AKUNTANSI

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. LAMPIRAN V PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB I KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN

BAB I KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN BAB I KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN A. UMUM 1. Definisi Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, dikenal 2 istilah pendapatan, yakni Pendapatan-LO dan Pendapatan-LRA. Pendapatan- LO adalah hak

Lebih terperinci

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (KSAP)

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (KSAP) KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (KSAP) Berdasarkan Pasal Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 00 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menyatakan bahwa:. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Gedung Prijadi Praptosuhardjo III Lantai 2 Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan RI Jalan Budi Utomo No. 6, Jakarta 10710 Telepon : (021) 352-4551,

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR

Lebih terperinci

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 06 AKUNTANSI INVESTASI

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 06 AKUNTANSI INVESTASI KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 06 AKUNTANSI INVESTASI 1 DEFINISI INVESTASI Aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomik seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial

Lebih terperinci

LAPORAN OPERASIONAL STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 12 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN OPERASIONAL STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 12 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 0 TANGGAL OKTOBER 0 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. LAPORAN OPERASIONAL Lampiran I. PSAP (i) DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN V PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2005 TANGGAL 13 JUNI 2005 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf

Lebih terperinci

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Nomor : Und 21 /K.1/KSAP/VI/2010 4 Juni 2010 Lampiran : 1 (satu) set Hal : Undangan Limited Hearing Bultek Akuntansi Belanja Bantuan Sosial Yth. Para Undangan i(terlampir) Dalam rangka penyusunan sebagai

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, periu mengubah Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2004

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, periu mengubah Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2004 SALINAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 84 TAHUN 2OO4 TENTANG KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian. No.1818, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 217/PMK.05/2015 TENTANG PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN PNBP

KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN PNBP KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN PNBP (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat)

Lebih terperinci

SALINAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG

SALINAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 219/PMK.05/2013 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT MENTERI KEUANGAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG A. PIUTANG JANGKA PENDEK 1. Definisi Piutang adalah

Lebih terperinci

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan ii Komite Standar Akuntansi Pemerintahan iii DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN - TUJUAN RUANG LINGKUP - ENTITAS AKUNTANSI/ENTITAS PELAPORAN - DEFINISI - TUJUAN LAPORAN

Lebih terperinci

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI Tujuan kebijakan akuntansi adalah menciptakan keseragaman dalam penerapan perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan, sehingga meningkatkan daya banding di antara laporan

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA KOMITE KONSULTATIF KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

SAMBUTAN KETUA KOMITE KONSULTATIF KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN SAMBUTAN KETUA KOMITE KONSULTATIF KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Tahun adalah tahun pertama implementasi akuntansi berbasis akrual secara paripurna, tahun yang sangat penting dalam pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 33 Tahun : 2012 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1785, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Investasi Pemerintah. Akuntansi. Pelaporan Keuangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 209/PMK.05/2015 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

AKUNTANSI PENDAPATAN DAN PIUTANG

AKUNTANSI PENDAPATAN DAN PIUTANG AKUNTANSI PENDAPATAN DAN PIUTANG 1 Definisi Pendapatan-LRA Pendapatan- LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum Negara/ Bendahara Umum Daerah atau oleh en5tas pemerintah lainnya yang menambah Saldo Anggaran

Lebih terperinci

BULETIN TEKNIS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NOMOR 01 AKUNTANSI PIUTANG PENYUSUNAN NERACA AWAL PEMERINTAH PUSAT

BULETIN TEKNIS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NOMOR 01 AKUNTANSI PIUTANG PENYUSUNAN NERACA AWAL PEMERINTAH PUSAT BULETIN TEKNIS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NOMOR 01 AKUNTANSI PIUTANG PENYUSUNAN NERACA AWAL PEMERINTAH PUSAT Buletin BuletinTeknis Teknis STANDAR AKUNTANSI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL AKUNTANSI PENDAPATAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH

MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL AKUNTANSI PENDAPATAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL AKUNTANSI PENDAPATAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH DEFINISI - 1 Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 : Pendapatan-LO adalah

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TANGGAL LAPORAN ARUS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Buletin Teknis Nomor 16 Tentang Akuntansi Piutang Berbasis Akrual

Buletin Teknis Nomor 16 Tentang Akuntansi Piutang Berbasis Akrual 1 2 KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (KSAP) Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menyatakan bahwa: 1. Pernyataan Standar Akuntansi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN BV. : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 20 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS A. PENDAHULUAN Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi Laporan

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS PSAP No. 0 Laporan Arus Kas 0 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan

Lebih terperinci

LAPORAN OPERASIONAL STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 12 LAMPIRAN I.13 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TANGGAL

LAPORAN OPERASIONAL STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 12 LAMPIRAN I.13 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TANGGAL STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 12 LAMPIRAN I. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TANGGAL TAHUN LAPORAN OPERASIONAL Lampiran I. PSAP 12 (i) DAFTAR ISI Paragraf

Lebih terperinci

LAPORAN OPERASIONAL. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 60

LAPORAN OPERASIONAL. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 60 LAPORAN OPERASIONAL Tujuan Laporan Operasional 284. Tujuan penyusunan Laporan Operasional adalah untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting cycle). Sehingga

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS TRANSPARANSI

AKUNTABILITAS TRANSPARANSI Semester II Semester II AKUNTABILITAS TRANSPARANSI BUNGA RAMPAI STUDI KASUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN TAHUN 2017 No. Tanggal Surat Nomor Surat Tujuan Instansi Perihal Hal 1 8-Feb-2017 S-19/K.1/KSAP/II/2017

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. LAMPIRAN II.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS www.djpp.d DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/KMK.06/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/KMK.06/2004 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/KMK.06/2004 TENTANG TATACARA PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERASAL DARI SUMBER DAYA ALAM SEKTOR KEHUTANAN Menimbang : MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting terhadap tercapainya target APBN yang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting terhadap tercapainya target APBN yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan salah satu unsur penerimaan negara yang masuk di dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Lebih terperinci

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (KSAP)

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (KSAP) KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (KSAP) Berdasarkan Pasal Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 00 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menyatakan bahwa:. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI INVESTASI PEMERINTAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI INVESTASI PEMERINTAH 1 of 13 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

1 of 6 18/12/ :00

1 of 6 18/12/ :00 1 of 6 18/12/2015 16:00 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN IV PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Buletin Teknis STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Nomor 01 AKUNTANSI PIUTANG PENYUSUNAN NERACA AWAL PEMERINTAH PUSAT

Buletin Teknis STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Nomor 01 AKUNTANSI PIUTANG PENYUSUNAN NERACA AWAL PEMERINTAH PUSAT Buletin Teknis STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Nomor 0 0 AKUNTANSI PIUTANG PENYUSUNAN NERACA AWAL PEMERINTAH PUSAT KOMITE OMITE STANDAR STANDAR AKUNTANSI AKUNTANSI PEMERINTAHAN BULETIN TEKNIS STANDAR AKUNTANSI

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... iii Peraturan Gubernur

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN TAHUN Accountability & Transparency

LAPORAN TAHUNAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN TAHUN Accountability & Transparency LAPORAN TAHUNAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN TAHUN 2014 Accountability & Transparency Daftar Isi Sambutan Ketua Komite Konsultatif Pengantar Ketua Komite Kerja Daftar Isi Daftar Tabel Bab I

Lebih terperinci

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 04 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 04 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 04 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TUJUAN Tujuan Pernyataan Standar Catatan atas Laporan Keuangan adalah mengatur penyajian dan pengungkapan yang diperlukan

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 1 LAPORAN OPERASIONAL KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN ----------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 04 LAPORAN OPERASIONAL

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 04 LAPORAN OPERASIONAL LAMPIRAN PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR : 29 TAHUN 2014 TANGGAL : 27 OKTOBER 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 04 LAPORAN OPERASIONAL Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah

Lebih terperinci

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN Koreksi Kesalahan 332. Kesalahan penyusunan laporan keuangan dapat disebabkan oleh keterlambatan

Lebih terperinci

BUNGA RAMPAI STUDI KASUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN TAHUN 2016

BUNGA RAMPAI STUDI KASUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN TAHUN 2016 AKUNTABILITAS TRANSPARANSI AKUNTABILITAS TRANSPARANSI BUNGA RAMPAI STUDI KASUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN TAHUN 2016 No. Tanggal Surat Nomor Surat Tujuan Instansi Hal 1 27-Jan-2016 S-08/K.1/KSAP/I/2016 Direktur

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN IV PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2005 TANGGAL 13 JUNI 2005 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN Paragraf-paragraf yang ditulis dengan

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN -------------------------------------------------------- - Tujuan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 109/KMK. 06/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 109/KMK. 06/2004 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 109/KMK. 06/2004 TENTANG TATACARA PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERASAL DARI SUMBER DAYA ALAM SEKTOR KEHUTANAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

INFORMASI TENTANG LAPORAN OPERASIONAL YANG DISAJIKAN DALAM CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

INFORMASI TENTANG LAPORAN OPERASIONAL YANG DISAJIKAN DALAM CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN INFORMASI TENTANG LAPORAN OPERASIONAL YANG DISAJIKAN DALAM CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Andry Kurniawan Mulyono 1), Puput Waryanto 2), Rudy Antoni Panjaitan 3), Stephanus Manovan Setyanta 4) 1) Program

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

EXPOSURE DRAFT PSAP NO. 06 05 Februari 2015 (REVISI 2015) AKUNTANSI INVESTASI KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Exposure draft (ED) ini diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan hanya

Lebih terperinci

PSAP NO. 01: PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PSAP NO. 02: LAPORAN REALISASI ANGGARAN PSAP NO. 07: AKUNTANSI ASET TETAP

PSAP NO. 01: PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PSAP NO. 02: LAPORAN REALISASI ANGGARAN PSAP NO. 07: AKUNTANSI ASET TETAP PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 01: PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PSAP NO. 02: LAPORAN REALISASI ANGGARAN PSAP NO. 07: AKUNTANSI ASET TETAP Mei 2007 1 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014 Sesuai dengan Undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) I. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah wujud dari pengelolaan keuangan negara yang merupakan instrumen bagi Pemerintah untuk mengatur

Lebih terperinci

-1- KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LO DAN BEBAN

-1- KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LO DAN BEBAN -1- LAMPIRAN XIII PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LO DAN BEBAN A. AKUNTANSI PENDAPATAN-LO 1. Pengakuan

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA A. UMUM 1. Definisi Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyebutnya dengan belanja, sedangkan Laporan Operasional

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN -----------------------------------------------------------

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN, BELANJA DAN TRANSFER

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN, BELANJA DAN TRANSFER LAMPIRAN XII PERATURAN NOMOR 219/PMK.05/2013 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT SALINAN KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN, BELANJA DAN TRANSFER A. BEBAN 1. Definisi Beban adalah penurunan manfaat ekonomi

Lebih terperinci

III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Dasar Hukum A. PENJELASAN UMUM A.1. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP)

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) SAMBUTAN Ketua Komite Konsultatif Komite Standar Akuntansi Pemerintahan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) mengemban tugas yang berat dalam menyusun Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (PP 71 TAHUN 2010)

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (PP 71 TAHUN 2010) GAMBARAN UMUM STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL (PP 71 TAHUN 2010) Sosialisasi PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP Jakarta, 14 Desember 2010 DASAR HUKUM Psl 1 UU17/2003 Pendapatan negara/daerah

Lebih terperinci

BAB III AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

BAB III AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH BAB III AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH A. KETENTUAN UMUM Dalam Bab ini yang dimaksud dengan: 1. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung.

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung. III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung. Sesuai dengan Undang-undang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN VI PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR : 29 TAHUN 2014 TANGGAL : 27 OKTOBER 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah

Lebih terperinci

F fl I. 5ltJ hl I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, perlu mengubah Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2004

F fl I. 5ltJ hl I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, perlu mengubah Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2004 #p SALINAN F fl I. 5ltJ hl I Fr L Fr L L,l t-lk.lllor te s tl\ KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 84 TAHUN 2OO4 TENTANG KOMITE

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

PANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH PANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2015 pemerintah pusat dan pemerintah daerah diwajibkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2015 pemerintah pusat dan pemerintah daerah diwajibkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 2015 pemerintah pusat dan pemerintah daerah diwajibkan untuk menerapkan standar akuntansi pemerintahan (SAP) berbasis akrual dalam penyusunan dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2017, No pengelola penerimaan negara bukan pajak panas bumi diatur secara terpisah di dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri; c. bahwa un

2017, No pengelola penerimaan negara bukan pajak panas bumi diatur secara terpisah di dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri; c. bahwa un No.1965, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Akuntansi PNBP Kegiatan Usaha Panas Bumi. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 221/PMK.02/2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS AKUNTANSI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 4 LAPORAN OPERASIONAL DAN LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 4 LAPORAN OPERASIONAL DAN LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS LAMPIRAN BIV. : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 20 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 4 LAPORAN OPERASIONAL DAN LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS A. PENDAHULUAN Tujuan 1. Tujuan

Lebih terperinci

Oleh : Subdit Analisis Hukum, Ditama Binbangkum

Oleh : Subdit Analisis Hukum, Ditama Binbangkum PENGATURAN MENGENAI PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DALAM BIDANG PERTAMBANGAN UMUM DI INDONESIA Oleh : Subdit Analisis Hukum, Ditama Binbangkum A. Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka

Lebih terperinci

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI 4. Kebijakan Akuntansi Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Grobogan terkait dengan perlakuan akuntansi dalam sistem pencatatan administrasi pengelolaan keuangan daerah yang

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK KAS DAN SETARA KAS MADE GDE SATRIA BELA A31115753 S1 STAR-BPKP BATCH 2 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA BLITAR

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014 WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN adalah aset-aset yang sedang dalam. KONTRAK KONSTRUKSI adalah. khusus untuk konstruksi suatu aset.

KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN adalah aset-aset yang sedang dalam. KONTRAK KONSTRUKSI adalah. khusus untuk konstruksi suatu aset. Jakarta,14 Desember 2010 1 2 DEFINISI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN adalah aset-aset yang sedang dalam proses pembangunan. KONTRAK KONSTRUKSI adalah perikatan yang dilakukan secara khusus untuk konstruksi

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TANGGAL LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i)

Lebih terperinci