LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA"

Transkripsi

1 KODE JUDUL : H 23 LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENGUATAN KAPASITAS DAERAH DAN SINERGITAS PEMANFAATAN DATA INDERAJA UNTUK EKSTRAKSI INFORMASI KUALITAS DANAU BAGI KESESUAIAN BUDIDAYA PERIKANAN DARAT DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN DI DANAU TEMPE DAN TONDANO KEMENTERIAN/LEMBAGA : LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL Peneliti/Perekayasa : 1. Dr. Bambang Trisakti 2. Drs. Nana Suwargana, M.Si. 3. Ir. I Made Parsa, M.Si. 4. Dra. Tatik Kartika, M.Si. 5. Dra. Sri harini INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2012

2 Lembar Pengesahan Judul Penelitian: PENGUATAN KAPASITAS DAERAH DAN SINERGITAS PEMANFAATAN DATA INDERAJA UNTUK EKSTRAKSI INFORMASI KUALITAS DANAU BAGI KESESUAIAN BUDIDAYA PERIKANAN DARAT DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN DI DANAU TEMPE DAN TONDANO Fokus Bidang Prioritas: Teknologi Pangan Kode Produk Target: 1.4 (Riset Perikanan Budidaya Berkelanjutan) Lokasi Penelitian: Jakarta Penelitian Tahun Ke: 1 Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian A. Lembaga Pelaksana Penelitian Nama Peneliti Utama Dr. Bambang Trisakti Nama Lembaga/Institusi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Unit Organisasi Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (PUSFATJA) Alamat Jl. LAPAN No.70, Pekayon Pasar Rebo, Jakarta 13710, Indonesia Telepon/HP/Faksimil/ / / btris01@yahoo.com B. Lembaga lain yang terlibat (dapat lebih dari satu) Nama Koordinator Nama Lembaga Alamat Telepon/Faksimile/ Jangka Waktu Kegiatan : 8 bulan Biaya Tahun-1 : Rp Biaya Tahun-2 : Rp -. Total Biaya : Rp Kegiatan (baru/lanjutan) : Baru Rekapitulasi Biaya Tahun yang Diusulkan : No. Uraian Jumlah (Rp) 1. Gaji dan Upah Bahan Habis Pakai Perjalanan Dinas Lain-lain Jumlah biaya tahun yang diusulkan Setuju diusulkan: Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Peneliti Utama (Ir. Agus Hidayat, M.Sc.) (Dr. Bambang trisakti)

3 PERSONIL PELAKSANA PENELITIAN No Nama Unit Kerja Bidang keahlian dan tugas penelitian Pendidika n akhir Lembaga 1. Bambang Trisakti (Peneliti Madya) Pusfatja Remote sensing, Data processing Peneliti Utama S3 LAPAN 2. Nana Suwargana (Peneliti Madya) Pusfatja Remote sensing, Data processing Peneliti S2 LAPAN 3. Tatik Kartika (Peneliti Muda) Pusfatja Remote sensing, SIG Peneliti S2 LAPAN 4 I Made Parsa (Peneliti Madya) Pusfatja Remote sensing, SIG Peneliti S2 LAPAN 5. Sri Harini (Perekayasa muda) Pusfatja Remote Sensing, SIG Perekayasa S1 LAPAN 6. Syarief Budhiman Pusfatja Remote Sensing, Kualitas air S2 LAPAN 7. Gagat Nugroho (Pranata Komputer) Pusfatja Data Processing S1 LAPAN 8. Administrasi Pusfatja Adminsitrasi SMA LAPAN 2

4 RINGKASAN KEGIATAN Judul Penelitian: Penguatan Kapasitas Daerah dan Sinergitas Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk ekstraksi Informasi Spasial Kualitas Danau bagi Kesesuaian Budidaya Perikanan Darat dan Kelestarian Lingkungan di Danau Tempe dan Tondano Ekosistem Danau mempunyai peranan yang penting sebagai penyimpan kekayaan plasma nutfath, penyedia air minum, air untuk pertanian, pembangkit listrik, budidaya perikanan, pariwisata dll. Saat ini, konversi lahan dan polusi yang terjadi di DAS mengakibatkan penurunan kualitas danau, seperti: pendangkalan dan penurunan kualitas air danau. Pemerintah telah menetapkan program nasional penyelamatan danau , dimana terdapat 15 danau prioritas yang perlu dipulihkan. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi informasi spasial parameter kualitas danau, dan analisis hubungan antara perubahan kualitas air dengan perubahan penutup lahan di daerah tangkapan air danau dan sebaran keramba budidaya perikanan. Parameter kualitas danau yang diamati adalah parameter fisik perairan berbasis data penginderaan jauh satelit, yaitu: Luas danau, sebaran vegetasi air (Eceng gondok), Total Suspended Solid (TSS), Kecerahan, dan Turbidity. Lokus kegiatan adalah danau Tondano (provinsi Sulawesi Utara) dan Danau Tempe (Provinsi Sulawesi Selatan). Pada pengolahan data awal dilakukan standarisasi data (orthorektifikasi, radiometrik dan normalisasi) sehingga data yang digunakan tidak terganggu dengan kondisi perubahan waktu dan perbedaan jenis sensor. Luas danau dideliniasi dengan memperhatikan sebaran vegetasi air di permukaan danau dengan menggunakan model komposit RGB (NIR+SWIR, NIR, NIR-RED). Kualitas air diekstrak menggunakan model algoritma yang telah diverifikasi di lapangan. Pemantauan perubahan kualitas danau dilakukan secara berkala selama periode Selanjutnya dilakukan analisis hubungan antara kualitas air danau dengan perubahan penutupan lahan di daerah tangkapan air dan distribusi keramba budidaya perikanan di danau. Informasi 3

5 spasial kualitas danau, perubahan penutup lahan dan distribusi keramba budidaya berbasis data penginderaan jauh satelit bermanfaat untuk mendukung kegiatan kelestarian lingkungan dan budidaya perikanan di perairan danau. Anggaran terbagi menjadi 3 termin, yaitu: dana termin 1 (50%), dana termin 2 (30%), dan dana termin 3 (20%). Total dana untuk seluruh termin adalah 250 juta rupiah. Sampai saat ini dana yang real terpakai adalah 70,1%. Rencana dana pada termin ketiga akan digunakan sebesar 28% untuk peruntukan pos gaji upah bulan Juli, Agustus dan September 2012, dan untuk peruntukan pos perjalanan dinas yang akan digunakan untuk mengikuti evaluasi akhir dari Kementerian Riset dan Teknologi untuk koridor Sulawesi (sesuai rencana Kemenristek untuk mengadakan evaluasi akhir dengan lokasi di masing-masing koridor). Sehingga total dana yang digunakan adalah sebesar 98.1%. Hasil pemantauan kualitas danau periode memperlihatkan bahwa Danau Tondano dan Danau Tempe mengalami penyusutan luas permukaan air dan pertambahan vegetasi air. Kalau dibandingkan dengan Danau Tondano, maka Danau Tempe mengalami penyusutan luas permukaan air dan penambahan vegetasi air yang sangat tinggi. Pada umumnya perkembangan vegetasi air di Danau Tondano terjadi di di area keramba budidaya perikanan dan muara sungai, yang mengakibatkan terganggunya kegiatan budidaya perikanan. Kondisi beberapa parameter kualitas air (TSS, Turbidity dan kecerahan) di danau Tondano mengalami peningkatan, tetapi masih memenuhi standar baku mutu air untuk kegiatan budidaya perikanan. Pemantauan perubahan penutup lahan dan sebaran keramba untuk budidaya perikanan selama periode memperlihatkan bahwa terjadi pengurangan hutan, serta penambahan permukiman dan pertanian/ladang yang diperkirakan mempengaruhi kualitas Danau Tondano, demikian juga pertambahan keramba yang semakin bertambah yang mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas air dan pertambahan vegetasi air. Metode pemantauan kualitas danau menggunakan data penginderaan jauh satelit akan sangat bermanfaat untuk memantau dan mengevaluasi kualitas danau secara cepat, akurat, berkala, dan ekonomis. Informasi spasial yang dihasilkan akan sangat bermanfaat untuk mendukung pengelolaan lingkungan dan pengembangan budidaya perikanan. Pengembangan hasil kegiatan kedepan masih memerlukan 4

6 kegiatan riset dan verifikasi hasil lebih lanjut, serta kerjasama dengan kementerian Ristek dan stakeholder (Pemerintah daerah dan dinas terkait). Sinergitas kegiatan dilaksanakan melalui koordinasi dengan Bappeda dan survei lapangan bersama dengan staf dari Dinas PU Provinsi Sulawesi Utara pada bulan Mei- Juni 2012, dan pembuatan banner hasil kegiatan untuk dipamerkan dalam acara HUT Sulawesi Utara 2012 bekerjasama dengan Bappeda Provinsi Sulut. Sedangkan peningkatan kapasitas daerah dilakukan dengan melakukan kegiatan bimbingan teknis pengolahan data penginderaan jauh satelit untuk pemantuan kualitas danau (koreksi data, klasifikasi penutup lahan, penentuan luas danau dan kualitas air) kepada Bappeda dan dinas Provinsi Sulut terkait (Dinas PU, Balai Wilayah Sungai Sulawesi 1, Balai Riset dan Standardisasi Industri Manado) pada akhir bulan Agustus Hasil yang dapat dimanfaatkan adalah berupa dokumen laporan hasil kegiatan, model pemantauan kualitas danau berbasis data penginderaan jauh, petunjuk teknis pengolahan data penginderaan jauh satelit, serta publikasi berupa paper di dalam prosiding dan jurnal ilmiah. Hasil dari kegiatan ini dimasukan dalam 2 jurnal terakreditasi nasional (Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra Dijital (LAPAN), dan Jurnal Limnologi Tropis (LIPI)), dan diikut sertakan dalam seminar Nasional Limnologi Penelitian ini perlu dikembangkan, oleh karena itu kami telah mengajukan proposal untuk melanjutkan kegiatan pemantauan kualitas DAS dan danau melalui program SINAS-RISTEK, dengan tujuan untuk peningkatan akurasi dan generalisasi dari algoritma kualitas air, pemetaan lahan kritis dan estimasi debit dan sedimen transport (erosi) yang dibawa air sungai ke danau, sehingga diperoleh informasi DAS dan danau yang menyeluruh. Kata Kunci: Data penginderaan jauh satelit, Danau Tondano, Danau Tempe, Kualitas danau, kelestarian lingkungan, budidaya perikanan, peningkatan kapasitas. 5

7 PRAKATA Berkat rahmat Allah SWT, laporan akhir kegiatan PKPP 2012 yang berjudul Penguatan Kapasitas Daerah dan Sinergitas Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk ekstraksi Informasi Spasial Kesesuaian Budidaya Perikanan Darat dan Kelestarian Lingkungan di Danau Tondano dan Tempe dapat diselesaikan. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Kementerian Riset dan Teknologi, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Deputi Bidang Penginderaan Jauh LAPAN, Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN, Bappeda Provinsi Sulawesi Utara, serta narasumber dari internal dan eksternal LAPAN, yang telah memberikan arahan bimbingan dan bantuannya sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar. Selanjutnya kami mengharapkan masukan-masukan yang membangun sehingga pada kesempatan berikutnya kami dapat melakukan kegiatan yang lebih baik dan bermanfaat. Jakarta, 28 September 2012 Atas nama tim Peneliti Utama (Dr. Bambang Trisakti) 6

8 DAFTAR ISI LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN 1 PERSONIL PELAKSANA PENELITIAN 2 RINGKASAN KEGIATAN 3 PRAKATA 6 DAFTAR ISI 7 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Maksud dan Tujuan Kegiatan Metodologi Pelaksanaan Lokus Kegiatan Fokus Kegiatan Bentuk Kegiatan BAB II PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Perkembangan Kegiatan Kendala dan Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Administrasi Manajerial Perencanaan Dan Pengelolaan Anggaran Mekanisme Pengelolaan Anggaran Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial

9 BAB III METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA Metode Proses Pencapaian Target Kinerja Kerangka Rancangan Metode Penelitian Indikator Keberhasilan Pencapaian Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian Potensi Pengembangan Ke Depan Kerangka Pengembangan Ke Depan Strategi Pengembangan Ke Depan BAB IV SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Kerangka Sinergi Koordinasi Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Perkembangan Sinergi Koordinasi Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Kerangka Pemanfaatan Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Perkembangan Pemanfaatan Hasil BAB IV PENUTUP Kesimpulan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran Metode Pencapaian Target Kinerja Potensi Pengembangan Ke Depan Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Saran Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan Keberlanjutan Dukungan Program Ristek

10 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN I. HASIL KEGIATAN PKPP 2012 II. SINERGI KOORDINASI DAN PENGUATAN KAPASITAS DENGAN PEMERINTAH DAERAH III. LAPORAN FORM A,B,C DAN D IV. MODUL PENGOLAHAN DATA V. PUBLIKASI PAPER 9

11 BAB I PENDAHULUAN 1-1. LATAR BELAKANG Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH), ekosistem DAS dan danau di wilayah Indonesia menyimpan kekayaan 25% plasma nutfah dunia, mensuplai 72% air permukaan dan penyedia air untuk pertanian, sumber air baku masyarakat, pertanian, pembangkit listrik tenaga air, pariwisata dan lain-lain. Dewasa ini banyak wilayah DAS dan danau di Indonesia telah mengalami degradasi (penurunan kualitas) yang diakibatkan oleh pertambahan penduduk, konversi lahan hutan, polusi dan erosi (Fahmudin dan Widianto, 2004). Konversi/pembukaan lahan yang tidak menggunakan prinsip kelestarian lingkungan dapat mengakibatkan banyak hal negatif, tidak hanya dalam tahap pembukaannya tetapi juga pada tahap penggunaan dan pengelolaannya. Pembukaan lahan secara besar-besaran dengan menggunakan alat-alat berat dapat menimbulkan pencemaran suara yang mengganggu lingkungan sekitarnya. Selanjutnya, keterlambatan penanaman pada lahan yang telah dibuka akan menimbulkan erosi tanah pada saat musim hujan, terutama pada daerah dengan kelerengan yang curam. Tingginya erosi pada wilayah DAS mengakibatkan keruhnya wilayah perairan, yang pada gilirannya mengakibatkan gangguan terhadap kehidupan perairan sungai, waduk dan danau Beberapa akibat dari degradasi danau adalah: pendangkalan dan penyempitan danau, penurunan volume air, penurunan kualitas air dan penurunan produktifitas perikanan. Hal-hal tersebut diatas akan mengakibatkan terjadinya peningkatan ancaman bahaya dan penurunan pendapatan masyarakat di sekitar danau. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha pencegahan agar proses degradasi DAS tidak berlanjut terus, serta upaya pemulihan kualitas danau sehingga danau-danau tersebut dapat tetap lestari dan dapat dimanfaatkan oleh masyakat sekitar. Tabel 1-1 memperlihatkan daftar danau yang termasuk dalam program pengelolaan danau prioritas tahun yang dikeluarkan oleh BLHPP (Badan Lingkungan Hidup dan 10

12 Penelitian Pengembangan), KNLH ( Ada 15 danau yang menjadi prioritas dan membutuhkan tindak lanjut dari pemerintah untuk pemulihannya. Permasalahan dari danau-danau tersebut adalah masalah dalam tingkat kebersihan dan tingginya perkembang biakan eceng gondok yang menutupi perairan sehingga diperlukan langkah-langkah untuk memperbaiki kualitas airnya, tingkat sedimentasi yang tinggi dari bagian hulu sungai sehingga mengakibatkan terjadinya pendangkalan dan penyempitan danau, pengaruh perubahan iklim dan perlunya komitmen pemerintah dalam pengawasan dan penjagaan kelestarian dari setiap danau. Tabel 1-1. Daftar danau dalam program pengelolaan danau prioritas tahun yang dikeluarkan oleh BLHPP Lima diantara danau yang menjadi prioritas pemerintah terdapat di Pulau Sulawesi, yaitu: Danau Tondano (Provinsi Sulut), Danau Limboto (Provinsi Gorontalo), Danau Poso (Provinsi Sulteng), Danau Tempe (Provinsi Sulsel) dan Danau Matano (Provinsi Sulsel). Danau-danau ini juga mengalami masalah dengan pendangkalan dan penyusutan luas, perkembangan eceng gondok yang cepat serta penurunan kualitas dan volume air. Hal ini mengakibatkan penurunan pendapatan masyarakat sekitar danau karena produktifitas perikanan yang semakin berkurang. Danau Tempe dan Danau Tondano mempunyai berbagai potensi, khususnya potensi sumber daya perikanan darat yang cukup besar. Produksi ikan dari Danau 11

13 Tondano selama 2009 mencapai ton atau mencapai 87 persen dari total produksi ikan air danau Sulut pada 2009 sebanyak 1.420,9 ton. Di sepanjang Daerah Aliran Sungai Tondano terdapat banyak pembudidaya yang membudidayakan ikan mas dan ikan nila di dalam wadah karamba. Sedangkan Danau Tempe menjadi prioritas pemerintah pusat untuk pembangunan bendungan karena potensi sumberdaya perikanannya yang besar. Berdasarkan data statistik, struktur penduduk menurut mata pencaharian di Danau Tempe masih di dominasi oleh sektor pertanian, perikanan dan peternakan yaitu jiwa atau sebesar 56,45 % dari penduduk usia kerja yang bekerja. Tapi saat ini kondisi kedua danau ini sangat memprihatinkan karena mengalami permasalahan tingkat sedimentasi yang tinggi, sehingga menimbulkan masalah-masalah yang telah diuraikan diatas. Oleh karena itu perlu sekali dilakukan pemantauan kualitas (luas permukaan air danau, sebaran vegetasi air dan kualitas air) pada danau-danau tersebut, selanjutnya informasi yang diperoleh akan menjadi bahan masukan bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam menjalankan program pengelolaan danau, seperti melakukan langkah-langkah yang tepat untuk memulihkan kualitas danau dan meningkatkan produksi perikanan di danau tersebut. Salah satu teknologi yang mampu memberikan informasi kualitas danau, dan memantau perubahannya dari waktu ke waktu adalah teknologi penginderaan jauh satelit. Dibandingkan dengan metode konvensional pengukuran secara langsung di lapangan, maka teknologi penginderaan jauh satelit mempunyai kelebihan dari segi cakupan areanya yang luas, informasinya kontinyu (tidak hanya pada titik-titik tertentu tapi menyeluruh di seluruh area yang diamati) dan dapat diperoleh secara berkala, serta biaya operasionalnya yang murah. Saat ini teknologi satelit penginderaan berkembang dengan sangat cepat, sehingga dapat menyediakan berbagai data penginderaan jauh optik dan SAR (Synthetic Aparture Radar) dengan karakteristik resolusi spasial, temporal dan spektral yang berbeda-beda. Data-data tersebut menjadi sumber data yang penting untuk pembuatan informasi spasial sumber daya alam dan lingkungan yang akurat, konsisten dan aktual. Model pemanfaatan data satelit penginderaan jauh untuk kegiatan pemantauan perubahan kualitas danau, ekstraksi parameter kualitas air dan kegiatan kesesuaian budidaya perikanan telah dipublikasikan dalam banyak paper 12

14 seperti: (Brezonikn et al. (2002); Li et al. (2007); Mostafa dan Soussa (2006); Trisakti et al. (2005); Trisakti et al. (2004)). Brezonik et al. (2002) telah membuat model pemetaan klorofil dan kecerahan perairan danau menggunakan data Landsat, dan telah menerapkan model tersebut secara operasional untuk memantau kondisi beberapa danau di Amerika, demikian juga Liu et al. (2007) yang telah memetakan dan memantau kualitas air secara operasional untuk wilayah Kanada. Pada umumnya metode pemantauan kualitas air di Indonesia masih menggunakan pengukuran langsung di lapangan, dan sangat kurang dalam pemanfaatan teknologi penginderan jauh satelit. Selain itu, model-model algoritma ekstraksi kualitas danau yang umum digunakan masih bersifat spesifik untuk lokasi tertentu, sehingga perlu dilakukan verifikasi dan kalibrasi agar dapat digunakan untuk lokasi berbeda. Selain itu, penginderaan jauh satelit juga dapat dimanfaatkan untuk melihat perubahan penutup lahan di bagian hulu daerah DAS dan sebaran keramba budidaya perikanan yang mempengaruhi perubahan kualitas air di perairan danau. Kementerian Riset dan Teknologi telah mengarahkan kegiatan Penguatan Kapasitas Peneliti dan Perekayasa (PKPP) tahun 2012 untuk mendukung program nasional Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang bertujuan untuk memberikan arah pembangunan ekonomi sehingga menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun Program MP3EI terdiri dari 6 koridor yang dibagi berdasarkan wilayah, dimana setiap koridor mempunyai tema kegiatan yang merupakan sektor unggulan dari wilayah dalam koridor tersebut. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka pemanfaatan data penginderaan jauh satelit untuk pemantauan kualitas air, perubahan penutup lahan dan sebaran keramba untuk budidaya perikanan diharapkan dapat bermanfaat untuk mendukung kegiatan kelestarian lingkungan dan budidaya perikanan darat sesuai dengan tema kegiatan pada koridor 4 (koridor Sulawesi) POKOK PERMASALAHAN 1. Kondisi sebagian DAS dan danau di Indonesia semakin memprihatinkan dengan telah terjadinya degradasi lingkungan yang cukup parah sehingga dibutuhkan usaha untuk menyelamatkan dan memulihkannya kembali. Salah satu usaha perlu dilakukan adalah dengan melakukan pemantauan kualitas danau dan perubahan 13

15 penutup lahan di bagian hulu DAS secara kontinyu dan akurat, sehingga informasi yang dihasilkan dapat menjadi bahan masukan perencanaan pengelolaan danau. 2. Perlunya peningkatan peran teknologi penginderaan jauh satelit dalam kegiatan pemantauan kualitas DAS dan danau sehingga dapat mendukung program nasional penyelamatan danau (15 danau prioritas) dan kegiatan MP3EI di koridor Sulawesi. 3. Masih kurangnya sinergitas antara kegiatan riset yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga dengan rencana pengembangan daerah dan kebutuhan dari pemerintah daerah. Selain itu, masih kurangnya kemampuan SDM daerah dalam penguasaan teknologi pemanfaatan data penginderaan jauh satelit. Oleh karena itu perlu dilakukan penguatan kapasitas daerah dan sinergitas sehingga hasil kegiatan riset yang dilakukan dapat dimanfaatkan untuk mendukung rencana pengembangan daerah, dan model pemantauan yang dihasilkan dapat implemantasikan oleh SDM daerah MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN Tujuan Kegiatan Mengembangkan metode pemantauan kualitas danau berbasis data penginderaan jauh satelit. Melakukan pemantauan kualitas danau dan perubahan penutup lahan di DAS selama periode Melakukan kegiatan penguatan kapasitas daerah melalui kegiatan bimbingan teknis pengolahan data penginderaan jauh satelit Sasaran Kegiatan Tersedianya model pemantauan kualitas danau berbasis data penginderaan jauh satelit. Tersedianya informasi spasial parameter kualitas danau (luas, sebaran vegetasi air, kualitas air), perubahan penutup lahan dan sebaran karamba untuk budidaya perikanan selama periode

16 Tersedianya modul pengolahan data untuk koreksi data, klasifikasi penutup lahan dan penurunan parameter kualitas danau Terlaksananya kegiatan bimbingan teknis untuk penguatan kapasitas daerah Manfaat Kegiatan Model pemantauan kualitas danau yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh internal dan eksternal LAPAN untuk memantau danau prioritas di Indonesia Informasi yang diperoleh diharapkan dapat menjadi masukan dalam menyusun kebijakan kelestarian lingkungan (pemulihan dan konservasi) dan pengembangan budidaya perikanan di lokasi penelitian Dampak kegiatan Terpantaunya kualitas danau secara kontinyu akan menjadi masukan bagi pemerintah pusat dan daerah dalam menyusun strategi untuk menjaga kelestarian lingkungan DAS dan danau, dan meningkatkan potensi perikanan yang berkelanjutan METODOLOGI PELAKSANAAN LOKUS KEGIATAN Lokasi kegiatan ini adalah Danau Tondano di provinsi Sulawesi Utara dan Danau Tempe di provinsi Sulawesi Selatan (Gambar 1-1.). Tetapi penelitian ini akan lebih memprioritaskan kepada Danau Tondano karena potensi perikanannya yang besar, selain itu kondisi permukaan air Danau Tempe yang yang sebagian besar ditutupi oleh vegetasi air mengakibatkan sulitnya dilakukan pemantauan kualitas air di danau tersebut. 15

17 Danau Tondano Danau Tempe Figure 1-1. Lokus kegiatan (Danau Tondano dan Danau Tempe) Danau Tempe dan Danau Tondano mempunyai potensi sumber daya perikanan darat yang cukup besar. Produksi ikan dari Danau Tondano selama 2009 mencapai ton atau mencapai 87 persen dari total produksi ikan air danau Sulut pada 2009 sebanyak 1.420,9 ton. Di sepanjang Daerah Aliran Sungai Tondano terdapat banyak pembudidaya yang membudidayakan ikan mas dan ikan nila di dalam wadah karamba. Sedangkan Danau Tempe menjadi prioritas pemerintah pusat untuk pembangunan bendungan karena potensi sumberdaya perikanannya yang besar. Tapi saat ini kondisi kedua danau ini sangat memprihatinkan karena mengalami permasalahan tingkat sedimentasi yang tinggi dan pertumbuhan vegetasi air yang sangat cepat, sehingga mengakibatkan terjadinya pendangkalan dan penurunan kualitas air di danau. A. DANAU TONDANO Danau Tondano adalah bagian hulu dari Sungai Tondano terletak di Kabupaten Minahasa dan merupakan Danau terbesar di Propinsi Sulawesi Utara. Dilihat dari 16

18 proses terbentuknya Danau Tondano memiliki 2 versi yaitu danau yang terbentuk sebagal hasil letusan gunung api purba (danau creater) dan danau terjadi akibat terbendungnya sistem drainase sebagal akibat geantiklinal Minahasa yaitu munculnya dua gunung api Soputan dan Mahawu. Daerah tangkapan Danau Tondano sampai pada outlet titik pengamatan muka air di Tolour adalah sebesar 191,94 km 2. Secara geografis DAS Danau Tondano terletak di antara 10 o 6'06" - 01 o 20'25" LU (Lintang Utara) dan antara 124 o 45'04" o 58'20" BT (Bujur Timur) memanjang dari Selatan ke Utara. Menurut data yang tercatat pada Stasiun Geofisika Tondano arah angin banyak bertiup menuju arah Selatan pada bulan April sampai Oktober. Pada Bulan Januari sampal April arah angin terbanyak bertiup menuju arah Utara, sedangkan pada Bulan November dan Desember menuju arah Utara dan Barat. Kelembapan Udara relatif tinggi berkisar antara 84% s/d 93%, temperatur antara 19 C dan 27 C Sedangkan evaporasi berkisar antara 1,0 mm s/d 4,6 mm. Kiasifikasi iklim menurut Oldelman, bulan basah (> 200 mm) diwilayah Tondano terjadi hanya pada satu bulan yaitu bulan Mei. Bulan transisi (100 s/d 200 mm) terjadi selama delapan bulan pada bulan Januari, Februari, Maret, April, Juni, Juli, November dan Desember. Bulan kering (<100 mm) terjadi selama tiga bulan pada bulan Agustus, September dan Oktober. Curah hujan rata-rata bervariasi antara 1500 mm sampai dengan 2800 mm per tahun. Luas Danau Tondano bervariasi antara 44 km 2 pada musim kemarau dan 48 km 2 pada musim penghujan dengan keliling danau sebesar 35,5 km. Sungai-sungai yang masuk ke Danau Tondano sebanyak 35 buah dan sebagian besar sungai musiman. Sungai-sungai yang masih mengalir airnya pada musim kemarau adalah Sungai Panasen, Saluwangko, Kolsimega, Sendow dan Ranowelang. Danau inl diapit oleh Pegunungan Lembean, Gunung Kaweng, Bukit Tampusu, dan Gunung Masarang. Danau Tondano mempunyai fungsi sebagai sumber air pertanian, perikanan, PDAM dan PLTA. Untuk keperluan operasi PLTA jenis kaskade, dibutuhkan muka air danau minimal pada elevasi 681,156 m dpl atau 1,31 m di AWLR Tolour dengan debit sedikitnya 8,30 m3/det. Dengan duga muka air danau maksimal untuk PLTA pada debit rencana periode 10 tahun yang terjadi pada elevasi 682,83 m dpl atau 2,984 m di AWLR Tolour (Tolour tidak terkena banjir). 17

19 Danau ini juga dimanfaatkan sebagai budidaya perikanan karamba dan jaring apung yang berjumlah kurang lebih 459 buah dengan luas m2 dan Produksi ikan 9115,1 ton per tahun (sumber, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara), Pertanian/Irigasi ada sekitar 3000 Ha sawah yang merupakan pemasok padi untuk Kabupaten Minahasa, Peternakan unggas (itik di sekitar Danau Tondano), rumah makan tepi Danau, pertambangan galian golongan C, serta pariwisata. Permasalahan Danau tondano yang utama adalah sebagai berikut: 1. Kerusakan Daerah Tangkapan Air (DTA) Degradasi daerah tangkapan air terjadi karena penebangan liar dan pembukaan lahan di hutan bagian hulu. 2. Kerusakan Sempadan Okupasi lahan oleh masyarakat sekitar menjadi lahan pertanian, pemukiman, ladang/perkebunan, sarana prasarana pariwisata dan lain sebagainya. 3. Pencemaran Perairan Keramba Jaring Apung (KJA) yang hingga tahun 2009 jumlahnya mencapai Unit. Peningkatan erosi dan sedimentasi, sehingga terjadi pendangkalan danau dengan tingkat sedimentasi rata-rata sebesar 0,4 m/th. Sedangkan tingkat erosi yang terjadi di bagian hulu berkisar pada 28,86 63,00 ton/ha/tahun (UNSRAT, 2000). Pendangkalan danau dalam kurun waktu 66 tahun semakin meningkat, dimana kedalaman semula sedalam 40 meter sampai dengan tahun 2000 kedalamannya hanya sebesar 14 meter. Penurunan kualitas air Danau Tondano. Terjadinya peningkatan volume sampah/tumbuhan air maupun limbah domestik yang masuk sebagai inlet dengan volume rata-rata 2-5 truck/hari. Disamping itu penurunan kualitas perairan pun disebabkan oleh tingginya kadar P (Phosphor) dan N (Nitrogen), limbah cair dan padat yang berasal dari pemukiman, sarana wisata (hotel dan restoran), pertanian, pakan ikan serta minyak dan oli dari perahu nelayan dan perahu transportasi. Penurunan tinggi permukaan air Danau Tondano. 18

20 Bencana banjir yang terjadi akibat dari pendangkalan danau dan kegiatan illegal logging pada kawasan DTA (hulu), sehingga ketika hujan datang akan terjadi penggerusan lahan/erosi lahan yang mengalir memasuki Danau Tondano. Okupasi lahan oleh masyarakat sekitar menjadi lahan pertanian, pemukiman, ladang/perkebunan, serana prasarana pariwisata dan lain sebagainya. Eutrofikasi perairan Danau Tondano akibat dari pengkayaan unsur hara di perairan danau yaitu peningkatan kadar P dan N. Hal ini ditunjukkan dengan penyebaran enceng gondok pada permukaan air Danau Tondano yang mencapai luas 242,67 ha atau 5,20% dari luas danau. B. DANAU TEMPE Danau Tempe terletak pada koordinat LS dan BT. Secara administrasi pemerintahan terletak di tiga wilayah Kabupaten, yaitu Sidrap, Soppeng, dan Wajo, Provinisi Sulawesi Selatan. Danau Tempe dipengaruhi oleh DAS Bila-Walanae dan memiliki luas Ha pada ketinggian 10 m dpl dengan luas tangkapan air (catchment area) seluas km2. Curah hujan tahunan di daerah danau sebesar mm/th sedangkan di daerah DAS sebesar mm/th. Tinggi muka air (TMA) Danau Tempe hingga tahun 2001 menunjukkan kondisi yang normal, dengan TMA rata-rata berada pada kisaran 4,078 m 7,780 m dpl. Dari Laporan KLH tahun 2011, kedalaman danau saat ini 3 m ketika musim hujan dan 1 m ketika musim kering. Luas permukaan danau pada musim hujan adalah ha dan menggenangi areal persawahan, perkebunan, rumah penduduk, prasarana jalan dan jembatan serta prasarana sosial lainnya yang menimbulkan kerugian yang cukup besar. Pada musim kering luas danau hanya mencapai ha sedangkan pada kondisi normal luasnya mencapai ha. Inlet sungai yang menuju ke Danau Tempe terdiri dari 23 sungai diantaranya S. Lawo, S. Batu-batu, S. Belokka, S. Nila dan Sungai Walannae dan termasuk ke dalam 2 DAS yaitu Das Bila dan DAS Walanae, sedangkan aliran sungai dari danau (outlet) hanya satu yaitu Sungai Cenranae yang memiliki panjang sungai 70 km. 19

21 Danau Tempe sebagai kawasan konservasi sumber daya air memiliki karakteristik dan sumber daya alam yang berbeda dengan kawasan lainnya, dalam pengembangannya Danau Tempe ini diarahkan untuk kegiatan sebagai berikut : Kawasan pendukung penghasil tanaman pangan sentra produksi perikanan air tawar. Sumber cadangan air baku yang juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan irigasi dan perkebunan disekitar danau. Kawasan potensial untuk pengembangan wisata air dan wisata budaya di Sulawesi Selatan. Permasalahan di Danau Tempe terbagi ke dalam 3 jenis, yaitu: 1) Kerusakan Daerah Tangkapan Air (DTA) 2) Kerusakan sempadan 3) Kerusakan pencemaran perairan. Dalam kerusakan di DTA Danau Tempe terjadi kerusakan daerah hulu yang diakibatkan oleh penebangan yang tidak terkendali berupa perambahan hutan, peladangan berpindah, dan illegal logging. Selain itu adanya konversi di daerah resapan dan kantong-kantong air menyebabkan kawasan daerah resapannya menurun sehingga cadangan air yang dapat disimpan semakin menurun. Kerusakan pada daerah sempadan, menyebabkan pencemaran pada perairan Danau Tempe berupa buangan limbah domestik, pertanian, permukiman dan sisa pakan ikan. Hal ini menyebbakan terjadinya eutrofikasi pada permukaan air danau. Sementara pencemaran perairan berupa laju sedimentasi sebesar 1-3 cm per tahun. Sedimentasi ini mengakibatkan pendangkalan dan bencana banjir di musim hujan seta kekeringan di musim kemarau. Faktor penyebab bencana banjir dan kekeringan adalah kerusakan hutan. Luas hutan yang tersisa pada tahun 2002 adalah 119,816 hektar atau 15% dari luas kawasan ekosistem danau. Luas hutan ini jauh di bawah persyaratan minimal 30% sesuai dengan UU 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Dengan tingkat kerusakan hutan seperti di atas maka tidak heran jika banyak areal lahan telah berubah menjadi lahan kritis. Luas lahan kritis di kawasan ekosistem danau Tempe mencapai hektar, teridiri dari hektar di areal hutan dan hektar di luar kawasan hutan. Kerusakan hutan di kawasan ini disebabkan oleh konversi kawasan hutan 20

22 menjadi lahan-lahan pertanian dan perkebunan oleh masyarakat, aktivitas perladangan berpindah dan illegal loging yang dilakukan oleh masyarakat FOKUS KEGIATAN Fokus kegiatan ini adalah melakukan pemanfaatan data penginderaan jauh satelit untuk memantau kualitas danau dan memberikan informasi spasial perubahan kualitas danau (luas permukaan air danau, sebaran vegetasi dan kualitas air), perubahan lahan dan sebaran keramba budiaya perikanan untuk mendukung program kelestarian lingkungan dan budidaya perikanan. Selanjutnya melakukan peningkatan kapasitas daerah dengan melakukan bimbingan teknis mengenai pengolahan dan pemanfaatan data penginderaan jauh satelit BENTUK KEGIATAN Bentuk Kegiatan terdiri dari: 1) Pengembangan model pemanfaatan data penginderaan jauh satelit untuk pemantauan kualitas danau, kegiatan ini didukung dengan melakukan survei lapangan untuk pembuatan model dan verifikasi 2) Pembuatan informasi spasial, yaitu melakukan pembuatan informasi spasial kualitas danau, penutup lahan dan sebaran keramba untuk budidaya selama periode ) Sinergi dan Bimtek, dengan cara melakukan koordinasi kegiatan dengan pihak Bappeda serta dinas terkait di daerah lokus kegiata, selanjutnya melakukan bimbingan teknis pengolahan data penginderaan jauh satelit untuk penguatan kapasitas daerah 4) Publikasi hasil penelitian ke Jurnal dan seminar nasional/internasional 5) Pembuatan laporan hasil kegiatan 21

23 BAB 2. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN 2-1. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN Tahapan pelaksanaan kegiatan diperlihatkan pada Gambar 2-1. Secara keseluruhan tahapan adalah sebagai berikut: 1) Pengumpulan dan standarisasi/koreksi data Pada kegiatan ini dikumpulkan data, yaitu: Data satelit Landsat TM/ETM+ (resolusi spasial 30m) dan SPOT-4 (resolusi spasial 20m) selama periode Data satelit IKONOS reolusi spasial 1 m tahun 2003 dan 2011 Data DEM SRTM ver.4.1 resolusi spasial 90 m Peta RBI skala 1: Batas administrasi, sungai dan jalan Semua data dipilih pada musim penghujan karena berdasarkan kegiatan sebelumnya curah hujan sangat mempengaruhi volume air danau. Contoh data satelit Landsat, SPOT-4, IKONOS dan DEM SRTM yang digunakan diperlihatkan pada Gambar 2-2. Selanjutnya melakukan standarisasi data satelit yang digunakan (Landsat dan SPOT-4) dengan melakukan koreksi orthorektifikasi (membuat citra tegak lurus) sehingga mempunyai lokasi yang benar, melakukan koreksi radiometrik (koreksi sudut dan jarak matahari), dan koreksi atmosferik menggunakan model 6s ( Model 6s menghitung nilai global transmittance dan total scattering transmittance berdasarkan informasi kondisi atmosfer pada saat data direkam. Nilai koefisien yang dihasilkan model 6s dapat digunakan untuk menghitung nilai reflectance perairan yang telah bebas dari pengaruh kondisi atmosfir. Tahap terakhir melakukan normalisasi antar waktu sehingga perbedaan nilai spektral pada 22

24 data yang berlainan waktu dan berlainan sensor dapat dikurangi atau dihilangkan. Metode standarisasi citra perbeda waktu dan sensor (Landsat dan SPOT-4) secara detil dijelaskan pada Lampiran Publikasi Paper dengan judul Standarisasi Koreksi Data Satelit Multi Temporal dan Multi Sensor (Landsat TM/ETM+ dan SPOT-4). Citra Satelit Multi Temporal (Landsat, SPOT) RBI/Landsat DEM Koreksi data citra (Ortho dan radiometrik) Pembuatan komposit warna Kualitas danau : Survei Lapangan Distribusi vegetasi air 1. Luas danau 2. Vegetasi air Algoritma kualitas air Ekstraksi kualitas air TSM, Kecerahan Klorofil, suhu air Batas permukaan air danau Luas danau 3. Kualitas air : TSM Kecerahan Turbidity Analisis data Multi temporal Perubahan kualitas air dan danau Citra resolusi tinggi IKONOS Perubahan Lahan Kajian kualitas danau pemetaan lokasi karamba Standar baku mutu air Memenuhi Syarat? No Analisis kualitas air terhadap budidaya perikanan Yes Rekomendasi untuk budidaya perikanan Rekomendasi pengaruh lingkungan terhadap kegiatan budidaya perikanan Gambar 2-1. Diagram Alir metode penelitian 23

25 Landsat (30 m) SPOT-4 (20 m) IKONOS (1 m) DEM SRTM (90 m) Gambar 2-2. Data satelit Landsat, SPOT-4, IKONOS dan DEM SRTM 2) Penurunan parameter kualitas danau (Luas permukaan air, sebaran vegetasi air dan kualitas air danau) Penurunan luas permukaan air danau dan sebaran vegetasi dilakukan dengan menggunakan metode yang telah dihasilkan dan diterapkan pada penelitian sebelumnya untuk Danau Limboto (Trisakti et al., 2011). Vegetasi air diidentifikasi dengan menggunakan komposit RGB (Red: NIR+SWIR, Green:NIR, Blue: NIR-Red), kemudian dilakukan deliniasi dengan memperhatikan keberadaan vegetasi air di permukaan air danau, kemudiian tahap terakhir adalah melakukan tabulasi dan perbandingan luas antar waktu. Parameter kualitas air yang diamati adalah: Total Suspended Solid (TSS), Turbidity (tingkat kekeruhan) dan Kecerahan. Penurunan parameter kualitas air TSS dilakukan dengan menggunakan model algoritma Doxaran et al. (2002), sedangkan turbidity dan 24

26 Turbidity (NTU) Kecerahan (cm) kecerahan dihitung dengan menggunakan model algoritma yang diperoleh berdasarkan hasil data lapangan di Danau Tondano. Selanjutnya melakukan verifikasi hasil yang diperoleh dari data satelit dengan hasil pengukuran lapangan. Model Doxaran et al. (2002) untuk menghitung TSS diperlihatkan pada Gambar 2-3, sedangkan turbidity dan kecerahan menggunakan model algoritma yang diperlihatkan pada Gambar 2-4. Gambar 2-3. Model Doxaran untuk menghitung TSS atau TSM (Total Suspended Matter) y = e 0.162x R 2 = y = x R 2 = TSM (mg/l) TSM (mg/l) Gambar 2-4. Model Algoritma untuk menghitung turbidity dan kecerahan 25

27 Pemantauan perubahan kualitas danau dilakukan dengan melihat perubahan luas permukaan air danau, sebaran vegetasi dan parameter kualitas air selama periode ) Analisis perubahan penutup lahan dan sebaran keramba untuk budidaya Perubahan penutup lahan di wilayah tangkapan air danau diturunkan menggunakan data multi temporal (Landsat dan SPOT-4 ) selama periode Analisis perubahan penutup lahan dilakukan untuk melihat pengaruh konversi lahan pada kualitas danau. Selanjutnya dilakukan pemetaan sebaran keramba untuk budidaya perikanan pada tahun 2003 dan Informasi sebaran keramba ini akan digabungkan dengan informasi kualitas air dan sebaran vegetasi air untuk memberikan rekomendasi pengaruh kondisi danau pada budidaya perikanan. 4) Koordinasi dan Sinergi Koordinasi dan sinergi dilakukan dengan Balitbangda/Bappeda Provinsi Sulawesi Utara dan dinas terkait (seperti: Puslitbang Air, Dinas PU daerah). Hal ini dilakukan agar pekerjaan yang dilakukan dalam kegiatan PKPP tidak bertumpang tindih dengan yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah setempat, dan hasil pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan Pemda setempat. Koordinasi dan sinergi dilakukan pada rapat yang dikoordinasi Ristek dan juga secara langsung saat melakukan survei lapangan. Selain itu bekerjasama dengan Bappeda Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara membuat banner mengenai hasil kegiatan PKPP untuk disertakan dalam kegiatan pameran peringatan Hari Ulang Tahun Sulawesi Utara ke 48 yang diadakan di Menado. 5) Sosialisasi / Bimbingan Teknis Melakukan sosialisasi hasil yang telah dikerjakan untuk mendapat masukanmasukan yang digunakan untuk memperbaiki laporan. Selain itu melaksanakan bimbingan teknis pengolahan data penginderaan jauh satelit untuk ekstraksi parameter kualitas danau dan klasifikasi penutup lahan dalam rangka penguatan kapasitas daerah. Bimbingan teknis dilakukan dengan menyiapkan modul pengolahan 26

28 data, dan membimbing peserta pelatihan dari daerah (Bappeda, Dinas PU, Balai Wilayah Sungai Sulawesi I, dan Balai Riset dan Standardisasi Industri Manado) dengan mengikuti modul yang telah dibuat PERKEMBANGAN KEGIATAN Perkembangan kegiatan sampai saat bulan September berjalan dengan lancar, dan telah menyelesaikan keseluruhan tahap. Yaitu: Pengumpulan dan standarisasi/koreksi data Penurunan parameter kualitas danau Analisis perubahan penutup lahan dan sebaran keramba untuk budidaya Koordinasi dan Sinergi Sosialisasi / Bimbingan Teknis KENDALA DAN HAMBATAN PELAKSANAAN KEGIATAN Tidak ada kendala dan hambatan yang sangat signifikan sehingga mengakibatkan tidak terselesaikannya, tetapi beberapa kendala dan hambatan yang dirasakan cukup menganggu, yaitu: a. Anggaran untuk perjalanan dinas dan survei yang menggunakan sistem talangan, sehingga sebagian dana survei harus ditalangi dahulu oleh tim, sehingga yang mengakibatkan mundurnya jadwal keberangkatan survei. Solusi : menalangi dahulu kekurangan biaya survei agar kegiatan tetap berjalan sesuai rencana b. Waktu kegiatan yang hanya 8 bulan, berbeda dengan rencana pada proposal awal yaitu 10 bulan. Sehingga mengakibatkan terjadinya perbaikan dan perubahan rencana kegiatan dan anggaran. Solusi : Perbaikan dan perubahan rencana kegiatan disesuaikan dengan periode kegiatan selama 8 bulan. 27

29 2-2. PENGELOLAAN ADMINISTRASI MANAJERIAL PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN Anggaran terbagi menjadi 3 termin, yaitu: dana termin 1 (50%), dana termin 2 (30%), dan dana termin 3 (20%). Total dana untuk seluruh termin adalah 250 juta rupiah. Sampai saat ini dana yang real terpakai adalah 70,1%. Rencana dana pada termin ketiga akan digunakan sebesar 28% untuk peruntukan pos gaji upah bulan Juli, Agustus dan September 2012, dan untuk peruntukan pos perjalanan dinas yang akan digunakan untuk mengikuti evaluasi akhir dari Kementerian Riset dan Teknologi untuk koridor Sulawesi (sesuai rencana Kemenristek untuk mengadakan evaluasi akhir dengan lokasi di masing-masing koridor). Sehingga total dana yang digunakan adalah sebesar 98.1%. Perencanaan dan pengelolaan Anggaran secara detil diperlihatkan pada Tabel 2-1. Tabel 2-1. Tabel Perencanaan dan Pengelolaan Anggaran No Uraian 1. Gaji Upah - 1 Peneliti Utama - 4 Peneliti - 1 Perekayasa - 1 Pranata Komputer - 1 Administrasi - Narasumber (Internal dan eksternal) Perencanaan Saldo Termin (Rupiah) (Rupiah) 1 (30%) 2 (50% 3 (20%) Bahan habis pakai: - Kertas - Tinta - USB

30 - dll 3. Perjalanan Dinas: - Bogor, Jawa Barat - Makasar, Sulawesi Selatan - Menado, Sulawesi Utara Belanja lain-lain: - Peminjaman alat survei - Bimbingan teknis - Konsumsi rapat Total MEKANISME PENGELOLAAN ANGGARAN Anggaran dibayarkan per termin sebanyak 3 kali, yaitu: 1. Termin pertama sebesar 30% 2. Termin kedua sebesar 50% 3. Termin ketiga sebesar 20% Pengajuan anggaran setiap termin dilakukan dengan mengajukan dokumen permintaan anggaran per termin kepada unit organisasi (Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh, LAPAN). Setelah mendapat persetujuan unit organisasi, maka dokumen permintaan anggaran diberikan kepada Biro Renor LAPAN, untuk diserahkan ke Kemenristek. Selanjutnya pengajuan kebutuhan kegiatan (gaji upah, bahan dan perjalanan dinas) dilakukan dengan mengajukan kebutuhan real kepada Biro Renor melalui unit organisasi. 29

31 RANCANGAN DAN PERKEMBANGAN PENGELOLAAN ASET Tersusunnya Laporan Hasil Kemajuan dan Laporan Hasil Akhir kegiatan Penguatan Kapasitas Daerah dan Sinergitas Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk ekstraksi Informasi Spasial Kualitas Danau bagi Kesesuaian Budidaya Perikanan Darat dan Kelestarian Lingkungan di Danau Tempe dan Tondano. Saat ini sudah sudah tersusun Laporan Hasil Kemajuan dan Draft Laporan Hasil Akhir kegiatan. Draft Laporan akhir akan diperbaiki setelah dievaluasi, kemudian laporan yang telah diperbaiki diserahkan kepada Kementerisan Ristek, Biro Renor LAPAN, dan Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh-Kedeputian Bidang Penginderaan Jauh-LAPAN KENDALA DAN HAMBATAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI MANAJERIAL Tidak ada kendala dan hambatan yang sangat signifikan sehingga mengakibatkan tidak terlaksananya kegiatan, tetapi ada satu hal yang agak menghambat rencana pelaksanaan kegiatan, yaitu keterlambatan turunnya dana, sehingga pelaksanaan kegiatan harus disesuaikan dengan ketersediaan dana (Kalau dana terlambat maka kegiatan akan mundur dari rencana). Solusinya, melakukan antisipasi keterlambatan dana dengan merubah waktu kegiatan atau melakukan sistem dana talangan (menalangi dahulu kebutuhan dana). 30

32 BAB III. METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA 3-1. METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA KERANGKA RANCANGAN METODE PENELITIAN - Melakukan koordinasi dengan tim baik baik secara tertulis maupun lisan - Melakukan konsultasi dengan narasumber - Melakukan kegiatan pengumpulan data primer (Data satelit) dan sekunder (batas adminsitrasi, data lapangan, dll) - Melakukan koreksi orthorektifikasi, koreksi atmosferik dan normalisasi data Landsat dan SPOT-4 - Melakukan survei lapangan untuk pembuatan model dan verifikasi hasil, serta bersinergi dengan Bappeda lokus kegiatan - Pembuatan model pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pemetaan parameter kualitas danau (luas, sebaran vegetasi air dan kualitas air) selama periode Melakukan klasifikasi penutup lahan dan analisis perubahan penutup lahan di DTA/DAS danau Tondano selama periode Melakukan pemetaan sebaran keramba untuk budidaya perikanan tahun 2003 and Analisis perubahan kualitas danau untuk mendukung budidaya perikanan dan kelestarian lingkungan - Melakukan sosialisasi dan memberikan bimbingan teknis pengolahan data satelit untuk koreksi data, ekstraksi parameter kualitas danau, klasifikasi penutup lahan - Pembuatan presentasi dan modul pengolahan data untuk kegiatan Bimbingan Teknis - Publikasi hasil kegiatan dalam bentuk paper yang dikirim ke Jurnal dan Seminar Nasional 31

33 - Membuat pelaporan 2 bulanan, laporan kemajuan dan laporan akhir kegiatan INDIKATOR KEBERHASILAN PENCAPAIAN - Terlaksananya kegiatan koordinasi dan rapat tim baik secara tertulis dan lisan. Koordinasi disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta jadwal yang dibuat, rapat tim dilakukan 2 kali sebulan. - Terlaksananya kegiatan konsultasi dengan narasumber, Sampai saat ini telah melakukan 3 kali konsultasi dengan narasumber - Terlaksananya kegiatan pengumpulan data primer dan sekunder - Terlaksananya koreksi dan standarisasi data Landsat and SPOT-4 selama periode ) - Terlaksananya survei lapangan untuk pembuatan dan verifikasi model, serta bersinergi dengan Balitbangda/Bappeda lokus kegiatan. Telah melakukan 1 survei lapangan, - Terlaksananya pemetaan luas, vegetasi air dan kualitas air dengan menggunakan data satelit selama periode Terlaksananya klasifikasi penutup lahan di DTA/DAS selama periode , dan pemetaan keramba untuk budidaya perikanan - Terlaksananya sosialisasi hasil kegiatan dan kegiatan Bimtek untuk pengolahan data satelit untuk koreksi data, ekstraksi parameter kualitas danau, klasifikasi penutup lahan Terlaksananya Pembuatan laporan dan publikasi lainnya - Tersedianya modul pengolahan data untuk kegiatan Bimbingan Teknis - Terpublikasi hasil kegiatan dalam Jurnal dan Seminar Nasional - Terlaksananya pembuatan laporan 2 bulanan, laporan kemajuan dan laporan akhir kegiatan PERKEMBANGAN DAN HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN Kegiatan berjalan dengan lancar dan telah menyelesaikan sesuai dengan rencana, seperti diperlihatkan pada Tabel 3-1. Hasil yang diperoleh dilampirkan dalam Dokumen Lampiran Hasil Kegiatan PKPP Hal-hal yang telah diselesaikan dan dalam proses penyelesaian meliputi: 1. Perbaikan Proposal kegiatan 32

34 2. Pengumpulan data primer dan sekunder (Landsat. SPOT dan IKONOS) 3. Standarisasi citra satelit (Orthorektifikasi, radiometrik dan normalisasi) 4. Pembuatan topografi dan bathimetri danau Tondano 5. Pemetaan sebaran vegetasi air dan luas permukaan air dan kualitas air di danau Tempe dan Tondano Pemetaan keramba untuk budidaya perikanan tahun 2003 dan 2011 di danau Tondano 7. Pembuatan wilayah tangkapan air dan aliran sungai danau tondano 8. Pemetaan penutup lahan tahun 1990, 2003 dan 2011 di wilayah tangkapan air danau Tondano 9. Rapat teknis dengan narasumber (3 kali) 10. Rapat koordinasi dengan ristek dan Bappeda (3 kali) 11. Survei lapangan ke Sulawesi Utara (Danau Tondano) pada tanggal 30 Mei-3 Juni Pembuatan presentasi dan modul pengolahan data untuk kegiatan Bimbingan teknis 13. Bimbingan teknis pengolahan data penginderaan jauh satelit untuk koreksi data, klasifikasi penutup lahan dan kualitas air pada tanggal Agustus Mengikuti seminar nasional Limnologi LIPI 2012, dengan mengirimkan 3 paper 15. Publikasi paper pada jurnal Penginderaan jauh dan pengolahan citra dijital 16. Pembuatan laporan 2 bulanan, laporan kemajuan dan laporan akhir. 33

35 Tabel 3-1. Perkembangan dan hasil kegiatan sampai bulan September 2012 Kemajuan No. Uraian Kegiatan Rencana terhadap Output Status Bobot Bulan ke total kegiatan (%) 1. Pengumpulan 1 sampai 2 Dokumen Selesai 5 5 % referensi 2. Pengumpulan data 1 sampai 3 Data Selesai 10 10% satelit 3. Standarisasi data 2 sampai 4 Data Selesai 10 10% standar 4. Penurunan Luas 3 sampai 5 Informasi Proses 10 10% permukaan air danau dan vegetasi air spasial 5. Pembangunan Model 4 sampai 5 Model Proses 10 10% parameter kualitas air 6. Ekstraksi parameter 5 sampai 6 Informasi Belum 10 10% kualitas air spasial 7. Analisis Perubahan 5 sampai 7 Dokumen Proses 15 15% kualitas danau untuk lingkungan dan budidaya perikanan 8. Survei lapangan dan 3, 8 Dokumen Proses 10 10% sosialisasi/bimtek 9. Konsultasi dan diskusi 1,4,8 Dokumen Proses 5 5% 10. Presentasi dan 4 dan 8 Dokumen Proses 15 15% laporan Total % 34

LAMPIRAN III LAPORAN FORM A, B, C DAN D

LAMPIRAN III LAPORAN FORM A, B, C DAN D LAMPIRAN III LAPORAN FORM A, B, C DAN D JUDUL KEGIATAN: PENGUATAN KAPASITAS DAERAH DAN SINERGITAS PEMANFAATAN DATA INDERAJA UNTUK EKSTRAKSI INFORMASI KUALITAS DANAU BAGI KESESUAIAN BUDIDAYA PERIKANAN DARAT

Lebih terperinci

Peneliti: Bambang Trisakti, Nana Suwargana, I Made Parsa, Tatik Kartika, Sri Harini

Peneliti: Bambang Trisakti, Nana Suwargana, I Made Parsa, Tatik Kartika, Sri Harini [ H 23] PENGUATAN KAPASITAS DAERAH DAN SINERGITAS PEMANFAATAN DATA INDERAJA UNTUK EKSTRAKSI INFORMASI KUALITAS DANAU BAGI KESESUAIAN BUDIDAYA PERIKANAN DARAT DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN DI DANAU TEMPE DAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAPASITAS PENELITI PEREKAYASA (PKPP)

PENGEMBANGAN KAPASITAS PENELITI PEREKAYASA (PKPP) LAPORAN KEMAJUAN PENGUATAN KAPASITAS DAERAH DAN SINERGITAS PEMANFAATAN DATA INDERAJA UNTUK EKSTRAKSI INFORMASI KUALITAS DANAU BAGI KESESUAIAN BUDIDAYA PERIKANAN DARAT DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN DI DANAU

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012 LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012 JUDUL KEGIATAN: PENGUATAN KAPASITAS DAERAH DAN SINERGITAS PEMANFAATAN DATA INDERAJA UNTUK EKSTRAKSI INFORMASI KUALITAS DANAU BAGI KESESUAIAN BUDIDAYA PERIKANAN DARAT

Lebih terperinci

DANAU TONDANO. Gambar 1. Peta lokasi Danau Tondano, Provinsi Sulawesi Utara

DANAU TONDANO. Gambar 1. Peta lokasi Danau Tondano, Provinsi Sulawesi Utara DANAU TONDANO Nama Tondano mempunyai makna yang penting bagi masyarakat Minahasa yang menghuni jazirah paling utara Pulau Sulawesi. Menurut bahasa daerah setempat, nama Tondano bermakna Orang Danau. Selain

Lebih terperinci

KAJIAN METODE PENENTUAN LUAS PERMUKAAN AIR DANAU DAN SEBARAN VEGETASI AIR BERBASIS DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH

KAJIAN METODE PENENTUAN LUAS PERMUKAAN AIR DANAU DAN SEBARAN VEGETASI AIR BERBASIS DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH KAJIAN METODE PENENTUAN LUAS PERMUKAAN AIR DANAU DAN SEBARAN VEGETASI AIR BERBASIS DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH Bambang Trisakti Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh - LAPAN Jl. Lapan No.70, Pekayon-Pasar

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENUTUP LAHAN DI DAERAH TANGKAPAN AIR SUB DAS TONDANO TERHADAP KUALITAS DANAU TONDANO MENGGUNAKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH

ANALISIS PERUBAHAN PENUTUP LAHAN DI DAERAH TANGKAPAN AIR SUB DAS TONDANO TERHADAP KUALITAS DANAU TONDANO MENGGUNAKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH ANALISIS PERUBAHAN PENUTUP LAHAN DI DAERAH TANGKAPAN AIR SUB DAS TONDANO TERHADAP KUALITAS DANAU TONDANO MENGGUNAKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH Tatik Kartika, I Made Parsa, Sri Harini Pusat Pemanfaatan

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran merupakan dampak negatif dari kegiatan pembangunan yang dilakukan selama ini. Pembangunan dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMANTAUAN PERUBAHAN LUAS PERMUKAAN AIR DANAU MENGGUNAKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH

PEDOMAN PEMANTAUAN PERUBAHAN LUAS PERMUKAAN AIR DANAU MENGGUNAKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH 2015 PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH LAPAN Danau Rawa Pening, Provinsi Jawa Tengah PEDOMAN PEMANTAUAN PERUBAHAN LUAS PERMUKAAN AIR DANAU MENGGUNAKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH LI1020010101 PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang berpotensi untuk dikembangkan dan didayagunakan bagi pemenuhan berbagai kepentingan. Danau secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan secara tepat tergantung peruntukkannya. perkembangan yang sangat pesat. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh

BAB I PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan secara tepat tergantung peruntukkannya. perkembangan yang sangat pesat. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan penggunaan air tidak serta-merta dapat sepenuhnya terpenuhi oleh sumberdaya air yang ada. Kebutuhan air dapat terpenuhi secara berkala dan

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA (IPKPP) TAHUN ANGGARAN 2012

EXECUTIVE SUMMARY PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA (IPKPP) TAHUN ANGGARAN 2012 EXECUTIVE SUMMARY PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA (IPKPP) TAHUN ANGGARAN 2012 JUDUL PENELITI UTAMA ANGGOTA LOKUS KEGIATAN BIDANG FOKUS JENIS INSENTIF PRODUK TARGET INSTANSI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah maupun masyarakat mengandung pengertian yang mendalam, bukan hanya berarti penambahan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain - lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Penurunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara memiliki luas total sebesar 181.860,65 Km² yang terdiri dari luas daratan sebesar 71.680,68 Km² atau 3,73 % dari luas wilayah Republik Indonesia. Secara

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

LAPORAN HASIL PENELITIAN INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA LAPORAN HASIL PENELITIAN INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA Penguatan Kapasitas Daerah dan Sinergitas Pemanfaatan Metode Pendeteksian Struktur Geologi Berbasiskan Data Penginderaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan oleh makhluk hidup baik itu manusia, hewan maupun tumbuhan sebagai penunjang kebutuhan dasar. Oleh karena itu, keberadaan

Lebih terperinci

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertambahan penduduk yang tinggi banyak terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, telah menghabiskan surplus sumberdaya alam yang diperuntukkan bagi pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi satelit penginderaan jauh merupakan salah satu metode pendekatan penggambaran model permukaan bumi secara terintegrasi yang dapat digunakan sebagai data dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir tahun 2013 hingga awal tahun 2014 Indonesia dilanda berbagai bencana alam meliputi banjir, tanah longsor, amblesan tanah, erupsi gunung api, dan gempa bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih 50.000 km 2 (Moosa et al dalam

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil 4 TINJAUAN PUSTAKA Makin banyak informasi yang dipergunakan dalam klasifikasi penutup lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil klasifikasinya. Menggunakan informasi multi

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) 1) Disampaikan pada Lokakarya Nasional Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA (Studi Kasus: Kawasan sekitar Danau Laut Tawar, Aceh Tengah) TUGAS AKHIR Oleh: AGUS SALIM L2D

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya perairan umum untuk aktivitas budidaya ikan air tawar menjadi sangat penting seiring

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya perairan umum untuk aktivitas budidaya ikan air tawar menjadi sangat penting seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya perairan umum untuk aktivitas budidaya ikan air tawar menjadi sangat penting seiring dengan berkembangnya pembangunan waduk di Indonesia. Pembangunan

Lebih terperinci

b. bahwa Ketentuan Pasal 3 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 114 Tahun 2003 tentang

b. bahwa Ketentuan Pasal 3 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 114 Tahun 2003 tentang SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENGKAJIAN TEKNIS UNTUK MENETAPKAN KELAS AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 5 A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik 1. Hutan Hujan Tropis Rona gelap Pohon bertajuk, terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4.1. Latar Belakang Sebagaimana diuraikan terdahulu (Bab 1), DAS merupakan suatu ekosistem yang salah satu komponen penyusunannya adalah vegetasi terutama berupa hutan dan perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yang terkandung di dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami di lahan yang relatif

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN. Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**)

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN. Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**) PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**) Abtrak Perairan Segara Anakan yang merupakan pertemuan

Lebih terperinci

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH Nurmalita, Maulidia, dan Muhammad Syukri Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5292 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI I. UMUM Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan gambut merupakan salah satu tipe ekosistem yang memiliki kemampuan menyimpan lebih dari 30 persen karbon terestrial, memainkan peran penting dalam siklus hidrologi serta

Lebih terperinci

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan Pendahuluan 1.1 Umum Sungai Brantas adalah sungai utama yang airnya mengalir melewati sebagian kota-kota besar di Jawa Timur seperti Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya. Sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHLUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHLUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHLUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan paling mendasar untuk menunjang suatu kehidupan. Sifat-sifat air menjadikannya sebagai suatu unsur yang paling penting bagi makhluk hidup. Manusia

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu BAB I PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral daripada pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur (Ditjen Tanaman Pangan, 1989). Agar pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan salah satu bentuk ekosistem yang secara umum terdiri dari wilayah hulu dan hilir. Wilayah hulu DAS didominasi oleh kegiatan pertanian lahan

Lebih terperinci

TANGGAPAN KAJIAN/EVALUASI KONDISI AIR WILAYAH SULAWESI (Regional Water Assessment) Disampaikan oleh : Ir. SALIMAN SIMANJUNTAK, Dipl.

TANGGAPAN KAJIAN/EVALUASI KONDISI AIR WILAYAH SULAWESI (Regional Water Assessment) Disampaikan oleh : Ir. SALIMAN SIMANJUNTAK, Dipl. TANGGAPAN KAJIAN/EVALUASI KONDISI AIR WILAYAH SULAWESI (Regional Water Assessment) Disampaikan oleh : Ir. SALIMAN SIMANJUNTAK, Dipl. HE 1 A. KONDISI KETAHANAN AIR DI SULAWESI Pulau Sulawesi memiliki luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung yang meliputi area tangkapan (catchment area) seluas 142,11 Km2 atau 14.211 Ha (Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai

Lebih terperinci

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG TATA CARA INVENTARISASI DAN PENETAPAN FUNGSI EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) 1 Pendahuluan Sungai adalah salah satu sumber daya alam yang banyak dijumpai

Lebih terperinci

Tahun Penelitian 2005

Tahun Penelitian 2005 Sabtu, 1 Februari 27 :55 - Terakhir Diupdate Senin, 1 Oktober 214 11:41 Tahun Penelitian 25 Adanya peningkatan intensitas perubahan alih fungsi lahan akan berpengaruh negatif terhadap kondisi hidrologis

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SINERGI KOORDINASI DAN PENGUATAN KAPASITAS DENGAN PEMERINTAH DAERAH

LAMPIRAN II SINERGI KOORDINASI DAN PENGUATAN KAPASITAS DENGAN PEMERINTAH DAERAH LAMPIRAN II SINERGI KOORDINASI DAN PENGUATAN KAPASITAS DENGAN PEMERINTAH DAERAH JUDUL KEGIATAN: PENGUATAN KAPASITAS DAERAH DAN SINERGITAS PEMANFAATAN DATA INDERAJA UNTUK EKSTRAKSI INFORMASI KUALITAS DANAU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terjadinya bencana banjir, longsor dan kekeringan yang mendera Indonesia selama ini mengindikasikan telah terjadi kerusakan lingkungan, terutama penurunan daya dukung

Lebih terperinci

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang 1.1. Latar Belakang yang terletak sekitar 120 km sebelah selatan Kota Surabaya merupakan dataran alluvial Kali Brantas. Penduduk di Kabupaten ini berjumlah sekitar 1.101.853 juta jiwa pada tahun 2001 yang

Lebih terperinci

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1 TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1 Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta I Jl. Surabaya 2 A, Malang Indonesia 65115 Telp. 62-341-551976, Fax. 62-341-551976 http://www.jasatirta1.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara mempunyai kewenangan untuk memanfaatkan sumber daya alamnya untuk pembangunan. Pada negara berkembang pembangunan untuk mengejar ketertinggalan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan suatu wilayah di permukaan bumi yang meliputi semua benda penyusun biosfer (atmosfer, tanah dan batuan induk, topografi, air, tumbuhtumbuhan dan binatang),

Lebih terperinci

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN Oleh Yudo Asmoro, 0606071922 Abstrak Tujuan dari tulisan ini adalah untuk melihat pengaruh fisik dan sosial dalam mempengaruhi suatu daerah aliran sungai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya alam yang semakin meningkat tanpa memperhitungkan kemampuan lingkungan telah menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah lingkungan di

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAAN. A. Latar Belakang. Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di

I. PENDAHULUAAN. A. Latar Belakang. Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di I. PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Kabupaten Kulon Progo merupakan bagian dari wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di Barat dan Utara, Samudra

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kawasan Danau Singkarak terletak di dua kabupaten yaitu KabupatenSolok dan Tanah Datar. Kedua kabupaten ini adalah daerah penghasil berasdan menjadi lumbung beras bagi Provinsi

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intensitas kegiatan manusia saat ini terus meningkat dalam pemanfaatan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun pemanfaatan sumberdaya alam ini khususnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Ngawi merupakan kabupaten penghasil beras keempat terbesar

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Ngawi merupakan kabupaten penghasil beras keempat terbesar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kabupaten Ngawi merupakan kabupaten penghasil beras keempat terbesar untuk Provinsi Jawa Timur setelah Bojonegoro, Lamongan, dan Banyuwangi. Kontribusi beras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAS TERPADU

PENGELOLAAN DAS TERPADU PENGELOLAAN DAS TERPADU PENGELOLAAN DAS 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Monitoring dan Evaluasi 4. Pembinaan dan Pengawasan 5. Pelaporan PERENCANAAN a. Inventarisasi DAS 1) Proses penetapan batas DAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman merupakan wilayah sistem penyangga kehidupan terutama dalam pengaturan tata air, menjaga kesuburan tanah, mencegah erosi, menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.62, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Daerah Aliran Sungai. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KARAKTERISASI DAN EVALUASI POTENSI LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAKAO DI KAB. DONGGALA DAN PARIGI MOUTONG PROV. SULTENG MENDUKUNG MP3EI

KARAKTERISASI DAN EVALUASI POTENSI LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAKAO DI KAB. DONGGALA DAN PARIGI MOUTONG PROV. SULTENG MENDUKUNG MP3EI X. 145 KARAKTERISASI DAN EVALUASI POTENSI LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAKAO DI KAB. DONGGALA DAN PARIGI MOUTONG PROV. SULTENG MENDUKUNG MP3EI Anny Mulyani, D. Subardja, M. Anda, Yiyi Sulaeman, Rhizatus S

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

Pola Sebaran Total Suspended Solid (TSS) di Teluk Jakarta Sebelum dan Sesudah Reklamasi

Pola Sebaran Total Suspended Solid (TSS) di Teluk Jakarta Sebelum dan Sesudah Reklamasi Pola Sebaran Total Suspended Solid (TSS) di Teluk Jakarta Sebelum dan Sesudah Ahmad Arif Zulfikar 1, Eko Kusratmoko 2 1 Jurusan Geografi, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat E-mail : Ahmad.arif31@ui.ac.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat. Hal ini di dorong oleh adanya pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program Konsep Perencanaan Pengelolaan DAS Terpadu, dengan ciri-ciri sebagai berikut (1) hutan masih dominant, (2) satwa masih baik, (3) lahan pertanian masih kecil, (4) belum ada pencatat hidrometri, dan (5)

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

PERTANIAN PERIKANAN DAN PETERNAKAN KEHUTANAN DAN PERTAMBANGAN PERINDUSTRIAN, TRANSPORTASI, PERDAGANGAN, PARIWISATA, DAN INDUSTRI JASA

PERTANIAN PERIKANAN DAN PETERNAKAN KEHUTANAN DAN PERTAMBANGAN PERINDUSTRIAN, TRANSPORTASI, PERDAGANGAN, PARIWISATA, DAN INDUSTRI JASA PERTANIAN PERIKANAN DAN PETERNAKAN KEHUTANAN DAN PERTAMBANGAN PERINDUSTRIAN, TRANSPORTASI, PERDAGANGAN, PARIWISATA, DAN INDUSTRI JASA Hingga saat ini Mata pencaharian penduduk Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN

HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN Muhammad Syukri, Maulidia, dan Nurmalita Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh Email: m.syukri@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air (SDA) bertujuan mewujudkan kemanfaatan sumberdaya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar

Lebih terperinci