PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF KI HAJAR DEWANTARA SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF KI HAJAR DEWANTARA SKRIPSI"

Transkripsi

1 PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF KI HAJAR DEWANTARA SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) OLEH NUR ANISAH NIM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015

2

3 KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Phone (0298) Salatiga Wibsite : administrasi@iainsalatiga.ac.id Maslikhah, S.Ag., M.Si Dosen IAIN Salatiga NOTA PEMBIMBING Lamp Hal : 4 eksemplar : Naskah skripsi : Saudari Nur Anisah Kepada Yth. Rektor IAIN Salatiga Di Salatiga Assalamualaikum. Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama : Nur Anisah Nim : Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Judul : Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut diatas supaya segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamualaikum. Wr. Wb. Salatiga, September 2015 Hj. Maslikhah, S.Ag., M.Si NIP

4

5

6 MOTTO Ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (Tamansiswa. Karya Ki Hajar Dewantara Bagian Pertama Pendidikan : 31)

7 PERSEMBAHAN Kupersembahkan skripsi ini untuk: 1. Kedua orang tuaku Kusnan dan Surinah tercinta yang selalu memberi kasih sayang, perhatian, dan selalu mendoakanku, doaku semoga senantiasa diberikan kesehatan dan umur yang panjang dan barokah. 2. Kakakku Sri Wahyuni dan adiku tersayang Salvia Dara yang selalu memberikan semangat dan motivasi untuk mengerjakan skripsiku. 3. Kakek nenekku Ariyadi dan Ngatilah yang selalu mendoakanku, semoga senantiasa berada dilindungan Allah Swt.

8 KATA PENGANTAR Asslamu alaikum Wr. Wb Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Saw, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Hj. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). 3. Ibu Hj. Maslikhah, S.Ag., M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini. 4. Ibu Eva Palupi, M.Si selaku pembimbing akademik yang senantiasa membimbing dan memotivasi dari awal masuk perkuliahan hingga akhir perkuliahan.

9 5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Bapak dan ibu di rumah yang telah mendoakan dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. 7. Teman-teman seperjuang angkatan 2011 di IAIN Salatiga khususnya jurusan PAI dan anggota Ya Bissmilah Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Wassalamu alaikum Wr. Wb Salatiga, September 2015 Penulis NUR ANISAH NIM:

10 ABSTRAK Anisah. Nur Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Maslikhah, S.Ag., M.Si Kata kunci: pendidikan karakter, konsep pendidikan, Ki Hajar Dewantara Moral remaja masa kini berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan, dimana aum remaja mengalami degradasi moral yang terus-menerus dan tampak semakin tidak terkendali. Penurunan kualitas moral generasi penerus bangsa ini terjadi dalam segala aspek, mulai dari tutur kata, cara berpakaian hingga perilaku. Faktor modernisasi dan globalisasi sangat berpengaruh pada degradasi moral remaja saat ini, globalisasi menuntut kesiapan mental dari masyarakat, ketika masyarakat lemah bahaya akan menerjang. Berdasarkan latar belakang di atas, pentingnya pendidikan moral guna membentuk karakter remaja agar terciptanya generasi penerus bangsa yang tidak hanya memilki kecerdasan ilmu, tetapi juga cerdas akhlak dan perilakunya. KHD sebagai tokoh fenomenal di dunia pendidikan mengatakan bahwa pendidikan merupakan sebuah tuntunan, sehingga dalam pembelajaran peserta didik harus memiliki tokoh yang dijadikan contoh. Dalam penelitian ini diungkapkan konsep pendidikan menurut KHD dalam pendidikan karakter bagi peserta didik. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep pendidikan karakter dalam perspektif KHD serta implikasinya dalam dunia pendidikan saat ini. Penelitian ini termasuk penelitian literer yang berfokus pada referensi buku dan sumber-sumber yang relevan. Pencarian data dicari dengan jenis penelitian library research dan pendekatan kualitatif literatur yaitu suatu penelitian kepustakaan murni, menggunakan metode dokumentasi yang mencari data mengenai hal-hal atau variable-variabel yang berupa catatan seperi buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen harian, catatan rapat, jurnal dan sebagainya. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan adalah KHD seorang pejuang yang dihormati rakyat dan disegani musuh, karena memiliki pengetahuan yang luas dan keunikan berfikir dimana KHD memberikan harapan bagi kaum bawah untuk dapat mengenyam pendidikan serta semangat kebangsaan yang beraliran kebudayaan pada konsep pendidikanya. Konsep yang diusung KHD adalah sistem among, dimana pendidik memiliki peran sangat penting yaitu sebagai teladan dan pembimbing bagi anak didiknya, sehingga orang tua dan guru wajib untuk berperilaku baik dihadapan anak didiknya. Sebagaimana disampaikan diatas, perlu kiranya penulis memberikan sumbangsih berupa saran-saran antara lain, konsep pemikiran KI Hajar Dewantara memiliki konsep tujuan yang relevan diterapkan dalam pendidikan karakter hingga saat ini.

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR BERLOGO... ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING... iii PENGESAHAN KELULUSAN... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v MOTTO... vi PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii ABSTRAK... x DAFTAR ISI... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Fokus Masalah C. Tujuan Penelitian D. Kegunaan Penelitian E. Metode Penelitian F. Penegasan Istilah G. Sistematika Penulisan BAB II BIOGRAFI KI HAJAR DEWANTARA A. Riwayat Hidup Ki Hajar Dewantara Lahir Masa Muda Masa Dewasa Karir Ki Hajar Dewantara B. Peran Ki Hajar Dewantara Peran Politik Ki Hajar Dewantara Peran Sosial Ki Hajar Dewantara C. Karya-karya Ki Hajar Dewantara BAB III PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA DAN TOKOH 48 PENDIDIKAN TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER... A. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan Karakte Pengertian Pendidikan Karakter Konsep Pendidikan Karakter a. Tujuan Pendidikan b. Dasar Pendidikan c. Pokok Ajaran d. Metode Pendidikan e. Materi Pendidikan... 60

12 B. Pemikiran Tokoh Pendidikan tentang Pendidikan Karakter Pengertian Pendidikan Karakter Konsep Pendidikan Karakter a. Tujuan Pendidikan Karakter b. Dasar Pendidikan Karakter c. Prinsip Pendidikan Karakter d. Metode Pendidikan Karakter e. Materi Pendidikan Karakter BAB IV RELEVANSI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA 84 DENGAN TOKOH PENDIDIKAN TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER... A. Analisis Data B. Implikasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya sejak 17 Agustus 1945, akan tetapi hingga saat ini kondisi bangsa Indonesia masih mengkhawatirkan. Kurang lebih sudah hampir 70 tahun bangsa Indonesia menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara bebas dari penjajah tetapi Indonesia memiliki kondisi yang unik dilihat dari perkembangannya sampai saat ini. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali konteks sosial dan budaya yang terus berkembang sampai saat ini, dilihat dari kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia dapat dikategorikan sangat melimpah disertai dengan letak kepulauan yang berada di garis khatulistiwa, tanah subur, air melimpah, udara segar, kekayaan sumber energi dan mineral melimpah di dalam tanah dan laut semuanya memberikan keunikan terhadap bangsa ini. Keunikan lainnya dapat kita lihat dari kondisi yang ada, dirasakan, dan telah menjadi ciri khas bangsa ini. Seharusnya dengan kondisi sosial budaya dan kekayaan alam yang melimpah, rakyat Indonesia dapat merasakan kehidupan yang makmur dan sejahtera dari waktu ke waktu. Kenyataan yang dialami oleh bangsa ini menunjukkan kondisi yang berbeda dengan logika kekayaan sosial, budaya dan alam. Kondisi yang dialami menunjukan bahwa kekayaan alam tereksploitasi besar-besaran, pembangunan industri terjadi terus-menerus, dan pergantian pemerintahan terus berlangsung dari waktu ke

14 waktu secara damai, tetapi kebanyakan rakyat Indonesia belum mendapatkan dan mengalami kehidupan yang makmur dan sejahtera. Bukan musuh bersenjata yang menjadi lawan bangsa ini, akan tetapi pribadi bangsa dalam menghadapi arus globalisasi yang menerjang bangsa ini. Kekuatan globalisasi menurut para ahli bertumpu pada empat kekuatan global, yaitu: kemajuan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS), terutama dalam bidang informasi dan inovasi-inovasi baru di dalam teknologi yang mempermudah kehidupan manusia, perdagangan bebas yang ditunjang oleh kemajuan IPTEKS, kerjasama regional dan internasional yang telah menyatukan kehidupan bersama dari bangsa-bangsa tanpa mengenal batas negara, meningkatnya kesadaran terhadap hak-hak asasi manusia serta kewajiban manusia di dalam kehidupan bersama, dan sejalan dengan itu semakin meningkatnya kesadaran bersama dalam demokrasi. Era globalisasi sekarang, bangsa Indonesia dihadapkan pada fakta yang tidak dapat diingkari yaitu revolusi teknologi, transportasi, informasi, dan komunikasi. Kata kunci globalisasi adalah kompetisi, dalam kompetisi yang keluar sebagai pemenang adalah yang terbaik dari sisi pengetahuan, teknologi, jaringan, kualitas produk, pelayanan, dan integritas (Azizy, 2004: 26). Indonesia dalam konteks pengetahuan dan teknologi masih berada jauh di bawah negara-negara maju, Indonesia menjadi bangsa konsumen yang senang menikmati produk globalisasi. Globalisasi di Indonesia telah mengubah berbagai aspek kehidupan dalam berbagai bidang, perubahan

15 tersebut mendatangkan berbagai dampak baik positif maupun negatif dalam bidang pendidikan. Salah satu contoh, peran pemuda dalam masa kini sangat berbeda jauh dengan peranan pemuda pada era sebelumnya. Pemuda masa kini hidup dalam dunia yang serba pragmatis sebagai dampak dari globalisasi yang memasuki budaya Indonesia melalui perkembangan teknologi dan informasi yang sangat memikat. Globalisasi tidak selalu mendatangkan dampak negatif seperti tersebut di atas, akan tetapi globalisasi di Indonesia lebih banyak mendatangkan dampak negatif seperti pola hidup masyarakat yang menjadi lebih konsumtif, hedonis, dan matrealistik. Akibatnya pemuda masa kini belajar hanya untuk meraih hasil yang baik dengan mengandalkan segala cara tidak terkecuali mencontek yang sudah menjadi budaya bagi siswa yang hanya mementingkan nilai dari pada ilmu, hal tersebut menunjukan akhlak generasi muda Indonesia yang bobrok. Faktanya Indonesia menrupakan salah satu negara yang mana penduduknya mayoritas beragama Islam, dan dalam Islam terkandung semua tata cara hidup termasuk pedoman berperilaku dan bersikap. Dasar pendidikan akhlak adalah al-qur an dan al-hadits, karena akhlak merupakan sistem moral yang bertitik pada ajaran Islam. Al-Qur an dan al- Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam menjelaskan kriteria baik dan buruknya suatu perbuatan. Al-Qur an sebagai dasar akhlak menjelaskan tentang kebaikan Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia. maka selaku umat Islam sebagai penganut Rasulullah SAW sebagai

16 teladan bagi seluruh umat manusia, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. 33/Al-Ahzab : 21 ل ق د ك ان ل ك م ف ي ر س ول هللا أ س و ة ح س ن ة ل م ن ك ان ي ر ج وا هللا و ال ي و م ا أ ر و ذ ك ر هللا ك ث ير ا }12 } Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Perilaku dan sikap bangsa Indonesia di kalangan generasi muda, khususnya anak didik perlu terus diperkuat sehingga dapat melahirkan generasi muda yang handal dan memiliki karakter yang kuat, salah satunya dengan menumbuhkan minat baca untuk menambah pengetahuan. Hal itu penting agar bangsa Indonesia dapat berkembang dan sejajar dengan bangsabangsa asing dalam pergaulan internasional, namun tidak larut dalam arus globalisasi. Bangsa Indonesia membutuhkan lima karakter untuk dapat menampilkan jati dirinya dan bersaing dengan bangsa lain. Karakter bangsa yang bermoral (religius). Bangsa ini harus sarat dengan nilai-nilai moral dan etika keagamaan sebagai sebuah pandangan dan praktik, karakter bangsa yang beradab. Beradab dalam arti luas, menjadi suatu bangsa yang memiliki karakter berbudaya dan berperikemanusiaan. Karakter bangsa yang bersatu, dimana didalamnya termasuk menegakkan toleransi, tidak mungin Indonesia dapat bersatu tanpa adanya toleransi, keharmonisan, dan persaudaraan. Karakter bangsa yang berdaya, dalam arti yang luas berdaya berati menjadi bangsa yang berpengetahuan, terampil, berdaya saing secara mental, pemikiran maupun teknis. Daya saing bukan hanya sekedar

17 dalam arti materi dan mekanik, melainkan dalam makna secara mental, hati dan pikiran. Karakter bangsa yang berpartisipasi. Partisipasi amat diperlukan untuk menghapus sikap masa bodoh, mau enaknya saja, dan tidak pernah peduli dengan nasib bangsa Indonesia. Karakter partisipasi ditandai dengan penuh peduli, rasa dan sikap bertanggung jawab yang tinggi serta komitmen yang tumbuh menjadi karakter dan watak bangsa Indonesia (Ismadi. 2014: 29). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan dalam pidatonya menyinggung minat baca masyarakat Indonesia yang masih sangat rendah, yakni 0,001 persen dari data United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO). Melalui persoalan minat baca tersebut, Anies Baswedan juga menyayangkan Indonesia tidak belajar dari buku berjudul Sekolah Taman Siswa karangan Ki Hajar Dewantara. Bapak Menteri kecewa karena buku Ki Hajar Dewantara tersebut telah dujadikan referensi di Finlandia akan tetapi di Indonesia buku tersebut tidak dibaca, dalam buku tersebut salah satunya Ki Hajar Dewantara telah menuliskan tentang kondisi belajar yang menyenangkan. Bung Anies mengatakan bahwa pemerintah Finlandia telah mengikuti pandangan Ki Hajar Dewantara dengan mengubah sistem belajar dan situasi di sekolah menjadi lebih nyaman dan menggembirakan, berbeda dengan sekolah dan instansi pendidikan di Indonesia yang peserta didiknya lebih banyak merasa stres saat belajar (Belarminus. 2014: 2).

18 Kementrian Pendidikan Nasional (KEMENDIKNAS) sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di Indonesia memandang pendtingnya pendidikan karakter dalam diri anak didik agar dapat menjadi bekal kelak di masa depan dalam menggapai cita-cita anak bangsa. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. UU SISDIKNAS No 20 tahun 2003, menerangkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak yang bermartabat, dimana dalam proses pendidikan harus ditanamkan nilai-nilai moral. Penanaman nilai moral tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah tetapi juga keluarga dan lingkungan masyarakat, karena dalam proses pembelajaran tidak hanya berlangsung di sekolah. Ki Hajar Dewantara membedakan lingkungan pendidikan menjadi tiga, yang dikenal dengan Tri Pusat Pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga jika ditinjau dari ilmu sosiologi, keluarga adalah bentuk masyarakat kecil yang terdiri dari beberapa individu yang terikat oleh suatu keturunan, yakni kesatuan dari bentuk-bentuk kesatuan masyarakat. Keluarga tempat anak diasuh dan

19 dibesarkan, berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya baik secara fisik maupun mental. Lingkungan sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya sangat besar pada jiwa anak. Maka disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak. Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya. Lingkungan masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak, juga meliputi teman-teman anak di luar sekolah. Kondisi orangorang di lingkungan desa atau kota tempat tinggal anak juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya (Yuwono, 2015: 3). Konsep Ki Hajar Dewantara tentang Tri Pusat Pendidikan yang menunjukan bahwa proses pembelajaran tidak harus berlangsung di sekolah, akan tetapi dapat dilakukan dimana pun dan oleh siapa pun. Dalam pembelajaran ditekankan pentingnya penanaman nilai moral dan karakter agar dapat membentuk kemampuan dan watak peradaban bangsa yang bermartabat sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Ki Hajar Dewantara dengan sistem among, menegaskan bahwa dalam pembelajaran tidak melulu harus mengedepankan hasil akan tetapi prosesnya. Sistem among menuntut pamong (pendidik) untuk menjadi seorang teladan bagi peserta didiknya, karena anak didik lebih cenderung mencontoh apa yang dilihatnya dari pada apa yang didengarnya.

20 Cara mengajar dengan menggunakan metode among berarti mengajar dengan terbuka, penuh kasih sayang, bebas dan melindungi siswa dengan kenyamanan pikiran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Teknik mengajar dalam sistem among lebih cenderung menggunakan permainan, Ki Hajar Dewantara menganjurkan para pamong untuk mengajak siswanya belajar sambil bermain agar suasana belajar tidak terlalu serius dan pikiran anak dapat terbuka sehingga materi ajar dapat tersampaian dengan sukses. Ki Hajar Dewantara menyatakan sistem pendidikan di Indonesia mencontoh sistem pendidikan barat, yang dasar-dasarnya adalah perintah, hukuman dan ketertiban. Sebagai penopang pendidikan, dasar-dasar tersebut akan memunculkan kehidupan yang penuh perkosaan atas kehidupan batin anak-anak. Dampaknya terhadap anak-anak adalah rusaknya budi pekerti yang disebabkan selalu hidup dalam paksaan dan hukuman (Belamirnus, 2014: 1). Dampak lainnya adalah turunnya semangat berkreasi dan berinovasi dalam kompetisi yang ketat, kemudian dikalahkan oleh semangat konsumerisme, hedonisme, dan permisifisme yang instan dan menenggelamkan. Untuk itu dibutuhkannya generasi penerus yang beriman, bertaqwa, berilmu pengetahuan luas, bertanggung jawab dan mempunyai keinginan untuk memperbaiki dan menyumbangkan sesuatu yang bisa dia berikan untuk negara yang dicintainya. Pemaparan di atas menunjukan pentingnya pendidikan karakter bagi anak baik di keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat secara intensif dengan keteladanan, kearifan, dan kebersamaan. Pentingnya

21 pendidikan karakter untuk diserukan dengan dahsyat agar lahir kesadaran bersama untuk membangun karakter generasi muda bangsa yang kokoh. Sehingga, generasi penerus bangsa ini tidak terombang-ambing oleh modernisasi yang menjanjikan kenikmatan sesaat serta mengorbankan kenikmatan masa depan yang panjang dan abadi. Pioner dalam kesadaran pendidikan karakter adalah lembaga pendidikan, dikarenakan lembaga pendidikan lebih dahulu mengetahui dekadansi moral dan bahaya modernisme yang ada di depan mata generasi masa depan bangsa. Terlebih, untuk masyarakat yang tidak siap menghadapi keduanya, khususnya dalam aspek moral, mental, dan kepribadian, selain aspek pengetahuan dan teknologi. Kesadaran pendidikan karakter dari sekolah diharapkan menyebar kepada keluarga, masyarakat, media massa, dan seluruh lapisan bangsa ini. Sehingga, terjadi kesinambungan kekuatan dalam membangun bangsa ini demi lahirnya kader-kader masa depan yang berkarakter, serta berkepribadian kuat dan cermat. Salah satu tokoh yang memiliki semangat pendidikan karakter adalah Ki Hajar Dewantara, terlahir dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta, Ki Hajar Dewantara merupakan keturunan dari bangsawan Yogyakarta. Perjuangan Ki Hajar Dewantara sarat akan nilai-nilai karakter yang dibutuhkan oleh bangsa ini, mulai dari pergantian namanya dari Raden Mas Suwardi Suryaningrat menjadi Ki Hajar Dewantara, semata-mata agar beliau lebih mudah diterima di lingkungan masyarakat biasa. Asas Tamansiswa yang dia bawa, serta

22 konsep dan pemikiran pendidikan yang ia ajarkan di bumi pertiwi. Ki Hajar Dewantara melihat pendidikan mampu mengubah watak dan sikap bangsa untuk menjadi bangsa yang mempunyai derajat yang tinggi dan sejajar dengan bangsa lain. Artinya Ki Hajar Dewantara sudah memandang pentingnya pendidikan karakter saat belum ada yang mempublikasikan nilai karakter sebagaimana sekarang ini, beliau sudah melangkah disepan kita membawa konsep pendidikan karakter. Berdasarkan ulasan di atas, pentingnya pendidikan karakter yang ditekankan oleh Ki Hajar Dewantara bagi anak agar dapat menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki prinsip, tidak mudah goyah jika dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang melanda negeri Indonesia tercinta. Sanggup memegang teguh nilai-nilai luhur dan taat pada agama, sehingga akan membawa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan sejahtera. Pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan karakter sejalan dengan sistem pendidikan yang sedang digadang-gadang oleh pemerintah, yang tidak mengedepankan nilai akademik saja. Maka penulis tertarik untuk mengangkatnya sebagai bahan penulisan skripsi yang berjudul Pendidikan Karakter dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara B. Fokus Penelitian 1. Bagaimana konsep pendidikan karakter? 2. Bagaimana konsep pendidikan karakter menurut Ki Hajar Dewantara? 3. Bagaimana implikasi konsep pendidikan karakter menurut Ki Hajar Dewantara?

23 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Konsep pendidikan karakter menurut para ahli; 2. Konsep pendidikan karakter menurut Ki Hajar Dewantara; 3. Konsep pendidikan karakter dalam perspektif Ki Hajar Dewantara. D. Kegunaan Penelitian 1. Teoretis Penelitian ini secara teoretis bermanfaat untuk memperkaya wacana keilmuan khususnya kajian pendidikan karakter bagi perpustakaan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. 2. Praktis a. Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang pembelajaran yang sarat akan nilai-nilai karakter secara umum. b. Lembaga Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai wacana untuk lebih meningkatkan pembinaan terhadap guru, kepala sekolah maupun pengawas agar pendidikan karakter pada anak dapat terwujud sesuai dengan apa yang diharapkan. c. Peneliti Hasil penelitian ini dapat dijadikan untuk menambah pengalaman penelitian dalam penelitian terkait dengan pendidikan karakter.

24 E. Metode Penelitian Metode penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kajian pustaka atau sering disebut penelitian pustaka, yaitu menghimpun data dengan cara menggunakan bahan-bahan tertulis, seperti : buku, artikel, surat kabar, majalah dan dokumen lainya, yang sekiranya memiliki hubungan dengan tema penelitian. Data-data yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data primer adalah data pokok yang digunakan sebagai bahan utama dalam kajian penelitian ini, berupa data-data yang berhubungan langsung dengan materi yang diteliti yaitu pendidikan karakter dalam perspektif Ki Hajar Dewantara. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data informasi yang diperoleh dari sumbersumber lain selain data primer, yang secara tidak langsung bersinggungan dengan tema penelitian yang peneliti lakukan. Diantaranya buku-buku literatur, internet, majalah atau jurnal ilmiah, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. F. Penegasan Istilah Penegasan istilah dalam penelitian ini sangat diperlukan agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud penulis, maka penulis akan

25 menjelaskan istilah-istilah lain adalah didalam judul ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan sebagai berikut : 1. Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan dengan sadar untuk mendatangkan perubahan sikap dan perilaku seseorang melalui pengajaran dan latihan (Ensiklopedi Nasional Indonesia: 365). Proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 263). 2. Karakter memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan dan perilaku atau bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional). 3. Pendidikan karakter dalam penelitian ini merupakan suatu usaha yang direncanakan secara bersama yang bertujuan menciptakan generasi penerus yang memiliki dasar-dasar pribadi yang baik, baik dalam pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengarahkan peserta didik pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai-nilai keluhuran. Ajaran yang berupa hal positif yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada peserta didik yang diajarnya (Samani, 2012: 243).

26 G. Sistematika Penulisan 1. Bagian Awal Bagian awal ini, meliputi: sampul, lembar berlogo, judul (sama dengan sampul), persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, dan daftar lampiran. 2. Bagian Inti BAB I :PENDAHULUAN memuat latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulis skripsi. BAB II :BIOGRAFI memuat riwayat hidup Ki Hajar Dewantara, pemikiran Ki Hajar Dewantara terhadap pendidikan, karyakarya Ki Hajar Dewantara, pandangan para pakar terhadap Ki Hajar Dewantara. BAB III :DESKRIPSI PEMIKIRAN memuat pemikiran Ki Hajar Dewantara dan pendidikan karakter menurut para ahli BAB IV :PEMBAHASAN memuat uraian konsep pendidikan karakter menurut para ahli, konsep pendidikan karakter menurut Ki Hajar Dewantara, konsep pendidikan karakter menurut para ahli dalam perspektif Ki Hajar Dewantara. BAB V :PENUTUP memuat kesimpulan dan saran

27 Bagian akhir dari skripsi ini, memuat: Daftar Pustaka, Lampiran-lampiran, dan Daftar Riwayat Hidup Penulis.

28 BAB II BIOGRAFI KI HAJAR DEWANTARA A. Riwayat Hidup Ki Hajar Dewantara 1. Lahir Ki Hajar Dewantara lahir pada Kamis Legi, tanggal 2 Mei 1889, ayahnya bernama Kanjeng Pangeran Haryo Suryaningrat, putera Kanjeng Gusti Hadipati Haryo Suryosasraningrat yang bergelar Sri Paku Alam III (Soeratman, 1981: 8). Ki Hajar Dewantara merupakan putra ke-lima dari sembilan bersaudara, Ki Hajar Dewantara terlahir dengan nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat (Ensiklopedi Nasional Indonesia. 1989: 330). Ki Hajar Dewantara berasal dari keluarga keturunan Keraton Yogyakarta, sehingga Ki Hajar Dewantara dididik dengan latar belakang keluarga yang masih religius dan juga budaya jawa yang kental karena masih merupakan keluarga keraton Yogyakarta sekaligus masih berada dalam garis keturunan Sunan Kalijaga sehingga membuatnya menjadi keturunan bangsawan dan juga ulama (Desmon, 2007: 219). 2. Masa Muda Masa muda Ki Hajar Dewantara diisi dengan kegiatan untuk menambah pengetahuan dan wawasannya, karena Ki Hajar Dewantara termasuk anak yang sangat haus akan pengetahuan. Ki Hajar Dewantara menerima pendidikan yang beraneka macam baik dari keluarga maupun

29 di sekolah, pendidikan keluarga yang diajarkan melalui pendidikan kesenian, adat sopan santun, dan pendidikan agama yang dijadikan fondasi kokoh pribadi Ki Hajar Dewantara. Pada tanggal 4 November 1907 dilangsungkan Nikah Gantung antara R.M. Soewardi Soeryaningrat dengan R.A. Soetartinah. Keduanya adalah cucu dari Sri Paku Alam III. Pada akhir Agustus 1913 beberapa hari sebelum berangkat ke tempat pengasingan di negeri Belanda. Pernikahannya diresmikan secara adat dan sederhana di Puri Suryaningratan Yogyakarta (Soeratman, 1989: 9). Pengetahuan Ki Hajar Dewantara berasal dari kerajinan menutut ilmu di sekolah dan juga pengalaman yang beraneka ragam dari lingkungan sekitar. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, beliau belajar di School Tot Opvoeding Van Indische Artsen (STOVIA), tetapi tidak menamatkannya karena sakit. BeIiau kemudian bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar, antara lain De Express, Utusan Hindia,dan Kaum Muda. Sebagai penulis yang handal, tulisannya mampu membangkitkan semangat antikolonialisme rakyat Indonesia. Selain mendapat pendidikan formal di lingkungan Istana Paku Alam tersebut. Ki Hajar Dewantara juga mendapat pendidikan formal di luar antara lain: a. ELS (Europeesche Legere School). Sekolah dasar pada zaman kolonial Belanda di Indonesia. ELS menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. ELS atau

30 Sekolah Rendah Eropa tersebut diperuntukkan bagi keturunan Eropa, keturunan timur asing atau pribumi dari tokoh terkemuka (Desmon, 2007: 211). b. Kweek School (Sekolah Guru) di Yogyakarta. Kweek School merupakan salah satu jenjang pendidikan resmi untuk menjadi guru pada zaman Hindia Belanda dengan pengantar bahasa Belanda. c. STOVIA (School Tot Opvoeding Van Indische Artsen) STOVIA yaitu sekolah kedokteran yang berada di Jakarta. Pendidikan di STOVIA ini tak dapat diselesaikannya, karena Ki Hajar Dewantara sakit (Poerbakawatja. 1970: 217). 3. Masa Dewasa Ki Hajar Dewantara sering bergaul dengan masyarakat dari kalangan menengah ke bawah, sehingga pada usia 40 tahun Ki Hajar Dewantara merubah namanya dari Raden Mas Suwardi Suryaningrat menjadi Ki Hajar Dewantara. Dibuangnya gelar kebangsawanan di depan namanya mengantarkan Ki Hajar Dewantara lebih dekat dengan lingkungan disekitarnya yang mayoritas adalah orang biasa. Ki Hajar Dewantara dengan mengubah namanya ingin menunjukkan perubahan sikapnya dalam melaksanakan pendidikan yaitu dari satria pinandita ke pinandita satria yang berarti dari pahlawan yang berwatak guru spiritual

31 ke guru spiritual yang berjiwa ksatria, yang mempersiapkan diri dan peserta didik untuk melindungi bangsa dan negara (Djumhur, 1974: 169). Nama Ki Hajar Dewantara sendiri memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran, keutamaan. Pendidik atau sang hajar adalah seseorang yang memiliki kelebihan di bidang keagamaan dan keimanan, sekaligus masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Sebagai pendidik yang merupakan perantara Yang Maha Kuasa maka guru sejati sebenarnya adalah berwatak pandhita yaitu yang mampu menyampaikan kehendak-nya dan membawa keselamatan (Soebono, 2012: 7). Ki Hajar Dewantara merupakan sosok yang sangat kreatif, inovatif, dinamis, jujur, sederhana, konsisten, konsekuen, berani dan bertanggung jawab, sehingga disegani oleh banyak orang baik itu kawan maupun lawan. Pengetahuan beliau sangatlah luas dan senantiasa bertambah terus guna membela bangsa dan negaranya, perjuangannya dilandasi dengan rasa ikhlas semata-mata hanya untuk mencerdaskan bangsanya agar kelak menjadi bangsa yang merdeka dan bebas dari penjajah. Beliau memilih berjuang secara total dalam bidang pendidikan guna melahirkan generasi penerus bangsa yang memiliki integritas tinggi dan juga cinta tanah air. Tanggal lahir Ki Hajar Dewantara 2 Mei kemudian dijadikan Hari Pendidikan Nasional di Indonesia. Ki Hajar Dewantara wafat pada 26

32 April 1959 pada umur 69 tahun dan dimakamkan di Wijayabrata, Yogyakarta (Desmon. 2007: 219). 4. Karir Ki Hajar Dewantara a. Wartawan Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara (Dewantara, 1981: 48); b. Pendiri National Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922 (Dewantara. 1977: 66); c. Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama; d. Boedi Oetomo 1908 (Soeratman :19); e. Syarekat Islam cabang Bandung 1912; f. Pendiri Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) 25 Desember B. Peran Ki Hajar Dewantara Ki Hajar Dewantara adalah pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Ki Hajar Dewanatara mendirikan perguruan Taman Siswa yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memperoleh pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda. Tulisan Ki Hajar Dewantara yang terkenal adalah Seandainya Aku Seorang Belanda (judul asli Ask ik eens Nederlander was, dimuat dalam surat kabar de Expres milik Dr. Douwes Dekker, tahun Artikel itu ditulis dalam konteks rencana pemerintah Belanda untuk

33 mengumpulkan sumbangan dari Indonesia, yang saat itu masih belum merdeka untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis (Soeratman. 1989: 43). Pada tanggal 28 November 1959 Ki Hajar Dewantara ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional, karena pengabdian dan perjuangan beliau bagi bangsa dan negara Indonesia dalm meraih kemerdekaan, dan pada tanggal 16 Desember 1959, pemerintah menetapkan tanggal lahir Ki Hajar Dewantara tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional berdasarkan keputusan Presiden RI Nomor : 316 tahun 1959 (Tamansiswa, 1977: XIII). Ki Hajar Dewantara meninggal pada tanggal 26 April 1959 di rumahnya Mujamuju Yogyakarta dan pada tanggal 29April 1959 jenazahnya dipindahkan ke pendopo Taman Siswa. Dari pendopo Taman Siswa kemudian diserahkan kepada Majelis Luhur Taman Siswa, dari situ jenazah diberangkatkan ke makam Wijaya Brata Yogyakarta. Dalam upacara pemakaman Ki Hajar Dewantara dipimpin oleh Panglima Kodam Diponegoro Kolonel Soeharto. (Tamansiswa. 1977: 13). 1. Peran Politik Ki Hajar Dewantara a. Ki Hajar Dewantara sebagai Pejuang Bangsa Kurang berhasilnya Ki Hajar Dewantara dalam menempuh pendidikan tidak menjadi hambatan untuk berkarya dan berjuang. Perhatian Ki Hajar Dewantara dalam bidang jurnalistik inilah yang menyebabkan beliau berkenalan dengan Douwes Dekker dan menjadi rekanan dalam mengelola harian De Expres. Melalui De Expres inilah

34 Soewardi Soeryaningrat mengasah ketajaman penanya, mengalirkan pemikirannya yang progesif dan mencerminkan kekentalan semangat kebangsaannya. Tulisan demi tulisan terus mengalir dari pena Soewardi Soeryaningrat dan puncaknya adalah Sirkuler yang mengemparkan pemerintah Belanda yaitu Als Ik Eens Nederlander Was!( Andaikan aku seorang Belanda!), tulisan ini pula yang mengantar Soewardi Soeryaningrat ke pintu penjara pemerintah Kolonial Belanda, untuk kemudian bersama-sama dengan Cipto Mangun Kusumo dan Douwes Dekker di asingkan ke negeri Belanda (Soeratman : 41). Tulisan tersebut sebagai reaksi terhadap rencana pemerintah Belanda untuk mengadakan perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari penindasan Perancis yang akan dirayakan pada tanggal 15 November 1913, dengan memungut biaya secara paksa kepada rakyat Indonesia. Setelah tulisan tersebut menyebar, pemerintah Belanda mengamuk, kemudian Belanda memanggil panitia De Expres untuk diperiksa. Dalam suasana seperti itu, Cipto Mangun Kusumo menulis dalam harian De Expres 26 Juli Untuk menyerang Belanda, yang berjudul Kracht of Vress (Kekuatan atau ketakutan). Selanjutnya Ki Hajar Dewantara kembali menulis dalam harian De Expres tanggal 28 Juli 1913 yang berjudul Een Voor Allen, Maar Ook Allen Voor Een (Satu untuk semua, tetapi juga semua untuk satu) (Soeratman, 1981: 45).

35 Tanggal 30 Juli 1913 Soewardi Soeryaningrat dan Cipto Mangunkusumo ditangkap, seakan-akan keduanya orang yang paling berbahaya di wilayah Hindia Belanda. Setelah diadakan pemeriksaan singkat keduanya secara resmi dikenakan tahanan sementara dalam sel yang tepisah dengan seorang pengawal di depan pintu. Douwes Dekker yang baru datang dari Belanda, menulis pembelaannya terhadap kedua temannya melalui harian De Expres, 5 Agustus 1913 yang berjudul Onze Heiden: Tjipto Mangoenkoesoemo En R.M. Soewardi Soeryaningrat (Dia pahlawan kita: Tjipto Mangoenkoesoemo dan R.M. Soewardi Soeryaningrat). Atas putusan pemerintah Hindia Belanda tanggal 18 Agustus 1913 Nomor: 2, ketiga orang tersebut dijatuhi hukuman pengasingan. Ki Hajar Dewantara ke Bangka, Cipto Mangunkusuma ke Banda, dan Douwes Dekker ke Timur Kupang. Namun ketiganya menolak dan mengajukan tawaran untuk merubah tempat tujuan pengasingan ke Belanda meski dengan biaya perjalanan sendiri. Dalam perjalanan menuju pengasingan Ki Hajar Dewantara menulis pesan untuk saudara dan kawan seperjuangan yang ditinggalkan dengan judul: Vrijheidsherdenking end Vrijheidsberoowing (Peringatan kemerdekaan perampasan kemerdekaan). Tulisan tersebut dikirim melalui kapal Bullow tanggal 14 September 1913 dari teluk Benggala Moch (Tauhid, 1963: 22). Sewaktu di Belanda Ki Hajar Dewantara, Dr. Cipto Mangunkusuma, dan Douwes Dekker langsung aktif dalam

36 kegiatan politik. Di Denhaag Ki Hajar Dewantara mendirikan Indonesische Persbureau (IPB), yang merupakan badan pemusatan penerangan dan propaganda pergerakan nasional Indonesia (Soeratman :45). Sekembalinya dari pengasingan, Ki Hajar Dewantara tetap aktif dalam berjuang. Oleh partainya Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai sekretaris kemudian sebagai pengurus besar NIP (National Indische Partij) di Semarang. Ki Hajar Dewantara juga menjadi redaktur De Beweging, majalah partainya yang berbahasa Belanda, dan Persatuan Hindia dalam bahasa Indonesia. Kemudian juga memegang pimpinan harian De Expres yang diterbitkan kembali. Karena ketajaman pembicaraan dan tulisannya yang mengecam kekuasaan Belanda selama di Semarang, Ki Hajar Dewantara dua kali masuk penjara (Tauhid, 1963 : 27). Berbekal pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari pengasingan di negeri Belanda. Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta (Djumhur, 1974: 169). Bidang pendidikan adalah jalan yang Ki Hajar Dewantara pilih untuk berjuang melawan penjajah kolonial Belanda. Pihak kolonial Belanda juga mengadakan usaha bagaimana cara melemahkan perjuangan gerakan politik yang dipelopori oleh Taman Siswa. Tindakan Kolonial tersebut adalah Onderwijs Ordonantie 1932 (Ordinansi Sekolah Liar) yang

37 dicanangkan oleh Gubernur Jendral tanggal 17 September 1932, pada tanggal Oktober 1932 MLPTS mengadakan Sidang Istimewa di Tosari Jawa Timur untuk merundingkan Ordinansi tersebut (Soeratman : 118). Menjelang kemerdekaan RI, yakni pada pendudukan Jepang ( ) Ki Hajar Dewantara duduk sebagai anggota Empat Serangkai yang terdiri dari Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara dan Kyai Mansur. Pada bulan Maret 1943, Empat Serangakai tersebut mendirikan Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) yang bertujuan untuk memusatkan tenaga untuk menyiapkan kemerdekaan RI. Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia dapat diproklamasikan oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Pada hari minggu pon tanggal 17 Agustus 1945, pemerintah RI terbentuk dengan Ir. Soekarno sebagai Presiden RI dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden. Disamping itu juga mengangkat Menteri-Menterinya. Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Tamansiswa S, 1989: 111). Pada tahun 1946 Ki Hajar Dewantara menjabat sebagai Ketua Panitia Penyelidikan Pendidikan dan Pengajaran RI, ketua pembantu pembentukan undang-undang pokok pengajaran dan menjadi Mahaguru di Akademi Kepolisian. Tahun 1947, Ki Hajar Dewantara menjadi Dosen Akademi Pertanian. Tanggal 23 Maret 1947, Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung RI

38 dan menjadi anggota Majlis Pertimbangan Pengajaran Agama Islam di Sekolah Rakyat (Tamansiswa, 1989: 119). Pada tahun 1948, Ki Hajar Dewantara dipilih sebagai ketua peringatan 40 tahun Peringatan Kebangkitan Nasional, pada kesempatan itu beliau bersama partai-partai mencetuskan pernyataan untuk menghadapi Belanda. Pada peringatan 20 tahun ikrar pemuda (28 Oktober 1948), Ki Hajar Dewantara ditunjuk sebagai ketua pelaksana peringatan Ikrar Pemuda. Setelah pengakuan kedaulatan di negeri Belanda Desember 1949 Ki Hajar Dewantara menjabat sebagai anggota DPR RIS yang selanjutnya berubah menjadi DPR RI. Pada tahun 1950, Ki Hajar Dewantara mengundurkan diri dari keanggotaan DPR RI dan kembali ke Yogyakarta untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada Taman Siswa sampai akhir hayatnya (Soeratman. 1989: 149). b. Ki Hajar Dewantara sebagai Pemimpin Rakyat Ki Hajar Dewantara sebagai pemimpin rakyat tidak diragukan lagi, dalam memimpin rakyatnya Ki Hajar Dewantara menggunakan teori kepemimpinan yang dikenal dengan Trilogi Kepemimpinan yang telah berkembang dalam masyarakat. Trilogi kepemimpinan tersebut adalah Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani maksudnyadi depan seorang pemimpin harus dapat menjadi teladan dan contoh bagi anak buahnya, ditengah (dalam masyarakatnya) seorang pemimpin harus mampu membangkitkan

39 semangat dan tekad anak buah. Dan dibelakang harus mampu memberikan dorongan dan semangat anak buah. Ki Hajar Dewantara adalah seorang demokrat yang sejati, tidak senang pada kesewenang-wenangan dari seorang pemimpin yang mengandalkan pada kekuasannya tanpa dilandasi oleh rasa cinta kasih. Dalam hal ini, kita merasakan betapa demokratis dan manusiawinya Ki Hajar Dewantara memperlakukan orang lain. Ki Hajar Dewantara selalu bersikap menghargai dan menghormati orang lain sesuai dengan harkat dan martabatnya. Dengan sikap yang arif beliau menerima segala kekurangan dan kelebihan orang lain, untuk saling mengisi, memberi dan menerima demi sebuah keharmonisan dari lembaga yang dipimpinnya. Pelaksanaan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dapat berlangsung dalam berbagai tempat yang oleh Ki Hajar Dewantara diberi nama Tri Sentra Pendidikan, yaitu alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan pemuda. Konsep Ki Hajar Dewantara dalam mendidik peserta didik yakni menggunaan teori among metode yang dianggap paling sesuai. Sistem among yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah, dan asuh (peduli dan kasih sayang). Pendidikan sistem among bersendikan pada dua hal yaitu, kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan dengan secepat-cepatnya, dan kemerdekaan sebagai syarat

40 untuk menghidupkan dan menggerakan kekuatan lahir dan batin anak hingga dapat hidup mandiri (Soeratman. 1989: 7). Sistem among sering dikaitkan dengan asas Ki Hajar Dewantara yang berbunyi : Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Asas ini telah banyak dikenal masyarakat dari pada sistem among sendiri, karena banyak dari anggota masyarakat yang belum memahaminya. Sistem among berasal dari bahasa jawa yaitu momong yang artinya mengasuh anak. Para pendidik baik guru maupun dosen disebut pamong yang bertugas untuk mendidik dan mengajar anak sepanjang waktu dengan kasih sayang. Dalam sikap momong, among, dan ngemong terkandung nilai yang sangat mendasar yaitu pendidikan tidak memaksa namun bukan berarti membiarkan ank berkembang bebas tanpa arah. Metode among memiliki pengertian menjaga, membina dan mendidik dengan kasih sayang. Pendidikan merupakan sarana untuk memperbaharui diri, tanpa pendidikan manusia akan terperangkap hidup pada masa lalu. Jika hingga saat ini pendidikan hanya dimengerti sebagai pengajaran sebagaimana telah terjadi selama ini, maka manusia juga tidak akan pernah berubah. Akibatnya kita akan selalu menjadi produk masa lalu yang tidak beruntung. Ki Hajar Dewantara membedakan antara sistem Pengajaran dan Pendidikan. Menurut Ki Hajarr Dewantara pengajaran bersifat

41 memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah (kemiskinan dan kebodohan). Sedangkan pendidikan lebih memerdekakan manusia dari aspek hidup batin (otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratik). Manusia merdeka itu adalah manusia yang hidupnya secara lahir dan batin tidak tergantung kepada orang lain, akan tetapi ia mampu bersandar dan berdiri di atas kakinya sendiri. Artinya sistem pendidikan itu mampu menjadikan setiap individu hidup mandiri dan berani berpikir sendiri. Pendidikan dan pengajaran dalam arti yang luas adalah bagaimana memerdekakan manusia sebagai anggota dari sebuah persatuan (rakyat). Kemerdekaan yang dimaksud adalah kemerdekaan yang bersifat dewasa dan menjunjung tinggi nilai-nilai hidup bersama. Oleh karena itu, setiap orang merdeka harus memperhatikan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana ia hidup (Tamansiswa. 1977: 16). 2. Peran Sosial Ki Hajar Dewantara a. Ki Hajar Dewantara sebagai Pendidik Dr. Montessori adalah pembongkar dunia pendidikan lama, Montessori menganggap bahwa pendidikan dan pengajaran di Eropa sangat menyuburkan intelektual, tetapi sebaliknya mematikan perasaan dan membalikan jiwa manusia dari yang memiliki rasa menjadi mesin belaka. Dasar pendidikan Montessori adalah kemerdekaan belajar, dan kedisiplinan tidak datang dari hukuman dan hadiah, tetapi dari dalam diri anak-anak itu sendiri karena pekerjaanya

42 (Barnadib, 1983: 140). Rabindranath Tagore yang sempat menganggap sekolah seakan-akan sebuah penjara (Suparlan :101), kemudian disebut sebagai siksaan yang tertahankan. Sebagai tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara tidak seperti Dr. Montessori atau Rabrindranath Tagore yang sempat menganggap sekolah sebagai siksaan yang harus segera dihindari. Ki Hajar berpandangan bahwa melalui pendidikan akan terbentuk kader yang berpikir, berperasaan, dan berjasad merdeka serta percaya akan kemampuan sendiri. Arah pendidikannya bernafaskan kebangsaan dan berlanggam kebudayaan (Zannoism, 2015: 3). Kepeloporan Ki Hajar Dewantara dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yang tetap berpijak pada budaya bangsanya diakui oleh bangsa Indonesia. Perannya dalam mendobrak tatanan pendidikan kolonial yang mendasarkan pada budaya asing untuk diganti dengan sistem pendidikan nasional menempatkan Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan nasional yang kemudian dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional (Navis : 76). Sistem pendidikan kolonial yang ada dan berdasarkan pada budaya barat, jelas-jelas tidak sesuai dengan kodrat alam bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Ki Hajar Dewantara memberikan alternatif lain yaitu kembali ke jalan Nasional Pendidikan untuk rakyat Indonesia harus berdasarkan pada budaya bangsanya sendiri. Sistem pendidikan kolonial yang menggunakan cara paksaan dan ancaman

43 hukuman harus diganti dengan jalan kemerdekaan yang seluasluasnya kepada anak didik dengan tetap memperhatikan tertib damainya hidup bersama (Tamansiswa II : 73). Reorientasi perjuangan Ki Hajar Dewantara dari dunia politik ke dunia pendidikan mulai disadari sejak berada dalam pengasingan di negeri Belanda. Ki Hajar Dewantara mulai tertarik pada masalah pendidikan, terutama terhadap aliran yang dikembangkan oleh Maria Montessori dan Robindranat Tagore. Kedua tokoh tersebut merupakan pembongkar dunia pendidikan lama dan pembangunan dunia baru. Selain itu juga tertarik pada ahli pendidikan yang bernama Freidrich Frobel. Frobel adalah seorang pendidik dari Jerman. Ia mendirikan perguruan untuk anak-anak yang bernama Kindergarten (Taman Kanak-kanak). Oleh Frobel diajarkan menyanyi, bermain, dan melaksanakan pekerjaan anak-anak. Bagi Frobel anak yang sehat badan dan jiwanya selalu bergerak. Maka ia menyediakan alat-alat dengan maksud untuk menarik anak-anak kecil bermain dan berfantasi. Berfantasi mengandung arti mendidik angan anak atau mempelajari anak-anak berfikir (Tamansiswa, 1977: 131). Ki Hajar Dewantara juga menaruh perhatian pada metode Montessori yang merupakan sarjana wanita dari Italia, yang mendirikan taman kanak-kanak dengan nama Case De Bambini. Dalam teori pendidikannya Montessori mementingkan hidup jasmani anak-anak dan mengarahkannya pada kecerdasan budi. Dasar utama

44 dari pendidikan menurut Montessori adalah adanya kebebasan dan spontanitas untuk mendapatkan kemerdekaan hidup yang seluasluasnya (Barnadib, 1983: 142). Berdasarkan hal tersebut berarti bahwa anak-anak sebenarnya dapat mendidik dirinya sendiri menurut lingkungan masing-masing. Kewajiban pendidik hanya mengarahkan saja, lain pula dengan pendapat Tagore, seorang ahli ilmu jiwa dari India. Pendidikan menurut Tagore adalah semata-mata hanya merupakan alat dan syarat untuk memperkokoh hidup kemanusiaan dalam arti yang sedalam-dalamnya, yaitu menyangkut keagamaan. Manusia harus bebas dan merdeka. Bebas dari ikatan apapun kecuali terikat pada alam serta zaman, dan merdeka untuk mewujudkan suatu ciptaan (Tamansiswa. 1977:133). Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa kemerdekaan nusa dan bangsa untuk mengejar keselamatan dan kesejahteraan rakyat tidak hanya dicapai melalui jalan politik, tetapi juga melalui pendidikan. Oleh karenanya timbullah gagasan untuk mendirikan sekolah sendiri yang akan dibina sesuai dengan cita-citanya. Untuk merealisasikan tujuannya, Ki Hajar Dewantara mendirikan perguruan Taman Siswa. Cita-cita perguruan tersebut adalah Saka, saka adalah singkatan dari Paguyuban Selasa Kliwonan di Yogyakarta, dibawah pimpinan Ki Ageng Sutatmo Suryokusumo. Paguyuban ini merupakan cikal bakal perguruan taman siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara di YogyakartaTamansiswa. 1977: 15). Yakni: mengayu-ayu sarira

BAB II BIOGRAFI DAN KARYA KI HADJAR DEWANTARA. Ki Hadjar Dewantara merupakan figur yang selalu menjadi kebanggaan

BAB II BIOGRAFI DAN KARYA KI HADJAR DEWANTARA. Ki Hadjar Dewantara merupakan figur yang selalu menjadi kebanggaan BAB II BIOGRAFI DAN KARYA KI HADJAR DEWANTARA Ki Hadjar Dewantara merupakan figur yang selalu menjadi kebanggaan bangsa Indonesia terutama di dunia pendidikan, sebagai tokoh yang mempunyai jiwa pejuang

Lebih terperinci

Ki Hadjar Dewantara. Mulai bersekolah dan menjadi wartawan

Ki Hadjar Dewantara. Mulai bersekolah dan menjadi wartawan Ki Hadjar Dewantara Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai pelopor pendidikan untuk masyarakat pribumi di Indonesia ketika masih dalam masa penjajahan Kolonial Belanda. Mengenai profil Ki Hajar Dewantara

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA - 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA I. UMUM Salah satu tujuan bernegara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya. tidak hanya menyampaikan dan memberi hafalan. Pendidikan yang ideal

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya. tidak hanya menyampaikan dan memberi hafalan. Pendidikan yang ideal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi kehidupan manusia saat ini, pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya membimbing, mendidik, dan mengarahkan ke

Lebih terperinci

POLITIK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Analisis Materi Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Turunannya)

POLITIK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Analisis Materi Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Turunannya) POLITIK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Analisis Materi Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Turunannya) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR DEWANTARA

BAB III PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR DEWANTARA BAB III PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR DEWANTARA A. Biografi Ki Hadjar Dewantara Ki Hadjar Dewantara dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. 1 Beliau adalah putra kelima dari Soeryaningrat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA TENTANG PENDIDIKAN KELUARGA

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA TENTANG PENDIDIKAN KELUARGA BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA TENTANG PENDIDIKAN KELUARGA A. Pemikiran Ki Hajar Dewantara Tentang Pendidikan Keluarga Perspektif Hadits-Hadits Nabi SAW 1. Tabulasi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015 SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015 Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Di hari yang membahagiakan ini, ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2010 PENDIDIKAN. Kepramukaan. Kelembagaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5169) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG KEWAJIBAN ISTERI MENAFKAHI SUAMI DI DESA SARI GALUH KEC. TAPUNG KAB. KAMPAR PEKANBARU SKRIPSI

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG KEWAJIBAN ISTERI MENAFKAHI SUAMI DI DESA SARI GALUH KEC. TAPUNG KAB. KAMPAR PEKANBARU SKRIPSI TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG KEWAJIBAN ISTERI MENAFKAHI SUAMI DI DESA SARI GALUH KEC. TAPUNG KAB. KAMPAR PEKANBARU SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015 Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Di hari yang berbahagia ini, kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih,

Lebih terperinci

Oleh: AJI ABDUL MAJID NIM:

Oleh: AJI ABDUL MAJID NIM: PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENCAPAIAN KURIKULUM 2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UUD RI Tahun 1945 pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat 3 menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL-FATIHAH

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL-FATIHAH NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL-FATIHAH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Dalam Ilmu Tarbiyah Oleh: ANNA FATIHA NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan

Lebih terperinci

PERJUANGAN PERGERAKAN BANGSA INDONESIA. Taat, Nasionalisme dan Jatidiri Bangsa,

PERJUANGAN PERGERAKAN BANGSA INDONESIA. Taat, Nasionalisme dan Jatidiri Bangsa, PERJUANGAN PERGERAKAN BANGSA INDONESIA Budi Utomo Tanda-tanda lahirnya gerakan nasional yang teratur mulai tampak saat Budi Utomo mucul pada tahun 20 Mei 1908. Perkumpulan ini beranggotakan kaum intelektual

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012 Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA UPACARA PENGANUGERAHAN GELAR PAHLAWAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN AKHLAK PESERTA DIDIK DI SD NEGERI WONOREJO KALIWUNGU KENDAL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN AKHLAK PESERTA DIDIK DI SD NEGERI WONOREJO KALIWUNGU KENDAL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN AKHLAK PESERTA DIDIK DI SD NEGERI WONOREJO KALIWUNGU KENDAL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA

BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA A. Pencetus Sistem Among Sistem among adalah hasil pemikiran dari Ki Hajar Dewantara, Ki hajar dewantara terlahir dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat pada

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh BAB V A. Kesimpulan PENUTUP Dalam upaya mewujudkan Pendidikan yang secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

Lebih terperinci

PERAN AKTIVIS MUHAMMADIYAH DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK REMAJA DI PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH TALANG II KABUPATEN TEGAL

PERAN AKTIVIS MUHAMMADIYAH DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK REMAJA DI PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH TALANG II KABUPATEN TEGAL PERAN AKTIVIS MUHAMMADIYAH DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK REMAJA DI PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH TALANG II KABUPATEN TEGAL SKRIPSI Oleh : Riza Awal Novanto NPM :20110720006 FAKULTAS AGAMA ISLAM

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT KI HAJAR DEWANTARA

BAB III KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT KI HAJAR DEWANTARA BAB III KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT KI HAJAR DEWANTARA A. Biografi Ki Hajar Dewantara Raden Mas Soewardi Soeryaningrat terlahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889, bertepatan dengan 1330 H dan

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. dari hasil wawancara dengan informan, observasi di lapangan maupun datadata

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. dari hasil wawancara dengan informan, observasi di lapangan maupun datadata BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data Paparan data temuan penelitian adalah pengungkapan dan pemaparan data maupun temuan yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan baik dari

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP FATWA MAJLIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG BUNGA

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP FATWA MAJLIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG BUNGA ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP FATWA MAJLIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG BUNGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENCAPAIAN KURIKULUM 2013 A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mendorong individu untuk melakukan hal-hal yang lebih baik. Minat

BAB I PENDAHULUAN. akan mendorong individu untuk melakukan hal-hal yang lebih baik. Minat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor pokok untuk mencapai sukses dalam segala bidang baik berupa studi, kerja, hobi, atau aktivitas apapun adalah minat. Minat yang besar akan mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Islam adalah agama yang universal, yang mengajarkan kepada manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi. Salah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK DI SMP N 1 WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK DI SMP N 1 WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK DI SMP N 1 WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Pendidikan

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA GURU DI SD ISLAM HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG TAHUN

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA GURU DI SD ISLAM HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG TAHUN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA GURU DI SD ISLAM HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG TAHUN 2013-2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah dipupuk sejak dini sehingga generasi penerus bangsa mampu menjadi pemimpin berdedikasi tinggi

Lebih terperinci

OPTIMALISASI FUNGSI MANAJEMEN KESISWAAN DALAM MENINGKATKAN POTENSI BERORGANISASI SISWA DI MA DARUL AMANAH SUKOREJO KENDAL

OPTIMALISASI FUNGSI MANAJEMEN KESISWAAN DALAM MENINGKATKAN POTENSI BERORGANISASI SISWA DI MA DARUL AMANAH SUKOREJO KENDAL OPTIMALISASI FUNGSI MANAJEMEN KESISWAAN DALAM MENINGKATKAN POTENSI BERORGANISASI SISWA DI MA DARUL AMANAH SUKOREJO KENDAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PROTOTIPE KEPEMIMPINAN NABI MUHAMMAD SAW. DALAM PENDIDIKAN (Sebuah Telaah Atas Sifat Wajib Rasul)

PROTOTIPE KEPEMIMPINAN NABI MUHAMMAD SAW. DALAM PENDIDIKAN (Sebuah Telaah Atas Sifat Wajib Rasul) PROTOTIPE KEPEMIMPINAN NABI MUHAMMAD SAW. DALAM PENDIDIKAN (Sebuah Telaah Atas Sifat Wajib Rasul) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana S.1 Dalam Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemuda sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader Selakigus aset. pengawasan pelaksanaan kenegaraan hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pemuda sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader Selakigus aset. pengawasan pelaksanaan kenegaraan hingga saat ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader Selakigus aset masyarakat. Seseorang atau komunitas manusia muda yang biasa di identikan dengan ke dinamisan

Lebih terperinci

PERAN ORANG TUA MUSLIM JAWA DALAM PENDIDIKAN SEKS ANAK REMAJA DI PADUKUHAN PUNDONG III DESA TIRTOADI KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN

PERAN ORANG TUA MUSLIM JAWA DALAM PENDIDIKAN SEKS ANAK REMAJA DI PADUKUHAN PUNDONG III DESA TIRTOADI KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN PERAN ORANG TUA MUSLIM JAWA DALAM PENDIDIKAN SEKS ANAK REMAJA DI PADUKUHAN PUNDONG III DESA TIRTOADI KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Oleh: WAHYU PRASTIYANI NPM: 20100720022 FAKULTAS AGAMA ISLAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah fundamental dalam pembangunan bangsa dan merupakan bekal yang harus dimiliki oleh setiap generasi muda agar kelak dapat menghadapi

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

PENDIDIKAN ANAK LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM PENDIDIKAN ANAK LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh : ARIF HIDAYANTO 0806010018 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pengertian yang lebih luas dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan mendewasakan siswa

Lebih terperinci

EVALUASI PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI RA AL-HIDAYAH DHARMA WANITA PERSATUAN IAIN WALISONGO SEMARANG TAHUN

EVALUASI PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI RA AL-HIDAYAH DHARMA WANITA PERSATUAN IAIN WALISONGO SEMARANG TAHUN EVALUASI PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI RA AL-HIDAYAH DHARMA WANITA PERSATUAN IAIN WALISONGO SEMARANG TAHUN 2011-2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting dalam perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program pendidikan yang ada diperlukan kerja keras

Lebih terperinci

MODEL KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN IBADAH UMRAH PADA PT AN-NAMIRA ALMA MULIA KOTA SEMARANG

MODEL KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN IBADAH UMRAH PADA PT AN-NAMIRA ALMA MULIA KOTA SEMARANG MODEL KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN IBADAH UMRAH PADA PT AN-NAMIRA ALMA MULIA KOTA SEMARANG Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam

Lebih terperinci

OKYENDRA PUTRI BESTARI, 2015 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK SWASTA SE-KECAMATAN CIMAHI UTARA

OKYENDRA PUTRI BESTARI, 2015 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK SWASTA SE-KECAMATAN CIMAHI UTARA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persaingan di dunia dalam berbagai aspek semakin mendapatkan perhatian yang serius, berbagai negara menggunakan berbagai cara agar negara mereka tidak kalah bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan dunia pendidikan merupakan salah satu sektor terpenting dalam pembangunan nasional. Melalui pendidikan inilah diharapkan akan lahir manusia Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

RELEVANSI SABAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM PANDANGAN ACHMAD MUBAROK

RELEVANSI SABAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM PANDANGAN ACHMAD MUBAROK RELEVANSI SABAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM PANDANGAN ACHMAD MUBAROK SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, karena keterbatasan kemampuan manusia. hubungannya dengan manusia lainnya, baik dirumah, sekolah, tempat berkerja

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, karena keterbatasan kemampuan manusia. hubungannya dengan manusia lainnya, baik dirumah, sekolah, tempat berkerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT telah memberikan tuntunan hidup berupa Al Qur an dan Sunnah, sebagai pedoman yang sempurna, karena dalamnya terkandung hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

STRATEGI GURU AGAMA DALAM MENANAMKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA DI MI MA ARIF DIPONEGORO GUWOSARI, PAJANGAN, BANTUL

STRATEGI GURU AGAMA DALAM MENANAMKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA DI MI MA ARIF DIPONEGORO GUWOSARI, PAJANGAN, BANTUL STRATEGI GURU AGAMA DALAM MENANAMKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA DI MI MA ARIF DIPONEGORO GUWOSARI, PAJANGAN, BANTUL SKRIPSI Disusun Oleh : Herlindatun Nur Indar Rahmawati 20090720043 FAKULTAS AGAMA ISLAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mewujudkan semua potensi diri manusia dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi kita semua.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi kita semua. SAMBUTAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA PADA UPACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-86 TAHUN 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi kita semua. Puji syukur kita panjatkan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BERBICARA DALAM KEGIATAN PRESENTASI SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR

KEMAMPUAN BERBICARA DALAM KEGIATAN PRESENTASI SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR KEMAMPUAN BERBICARA DALAM KEGIATAN PRESENTASI SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PERSPEKTIF KI HAJAR DEWANTARA

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PERSPEKTIF KI HAJAR DEWANTARA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PERSPEKTIF KI HAJAR DEWANTARA Rohmatun Nurul Hidayah Jurusan Tarbiyah, Skolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi Email : h_day240990@yahoo.com ABSTRAK Pendidikan anak usia dini pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elemen terpenting dalam sebuah sistem pendidikan adalah guru, karena ia merupakan ujung tombak. Proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh bagaimana siswa

Lebih terperinci

Kamis, 29 November 2012

Kamis, 29 November 2012 BUPATI KULON PROGO Sambutan Pada Upacara PERINGATAN HUT KE-41 KORPRI & HUT KE- 67 PGRI KABUPATEN KULONPROGO TAHUN 2012 Kamis, 29 November 2012 Asasalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera

Lebih terperinci

MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL Oleh INDRIYANTO Saya menyampaikan selamat memperingati hari pendidikan nasional yang ke-54 tanggal 2 Mei 2013 kepada seluruh warga Negara Indonesia di manapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yang dirasa relevan dan perlu, dengan harapan dapat menjadi sebuah kontribusi

BAB V PENUTUP. yang dirasa relevan dan perlu, dengan harapan dapat menjadi sebuah kontribusi BAB V PENUTUP Pada bagian akhir dari pembahasan ini, penulis mengambil sebuah konklusi atau kesimpulan yang diperoleh berdasarkan analisis yang disesuaikan dengan tujuan pembahasan skripsi ini. Penulis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG 77 BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG A. Analisis Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

PIDATO REKTOR PADA SIDANG TERBUKA DALAM RANGKA WISUDA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 10 MARET 2016

PIDATO REKTOR PADA SIDANG TERBUKA DALAM RANGKA WISUDA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 10 MARET 2016 PIDATO REKTOR PADA SIDANG TERBUKA DALAM RANGKA WISUDA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 10 MARET 2016 Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Yth Walikota/Bupati Sukabumi Yth Ketua PWM Jawa Barat.

Lebih terperinci

PERAN IBU DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

PERAN IBU DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM PERAN IBU DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh : Rizki Setiyanawati

Lebih terperinci

PERAN BAITUL ARQOM DALAM MENANAMKAN FONDASI KARAKTER ISLAM (STUDI MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PERAN BAITUL ARQOM DALAM MENANAMKAN FONDASI KARAKTER ISLAM (STUDI MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PERAN BAITUL ARQOM DALAM MENANAMKAN FONDASI KARAKTER ISLAM (STUDI MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2012/2013) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan akan berlangsung

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PADA UPACARA BENDERA MEMPERINGATI HARI KEBANGKITAN NASIONAL KE-108 TAHUN 2016

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PADA UPACARA BENDERA MEMPERINGATI HARI KEBANGKITAN NASIONAL KE-108 TAHUN 2016 MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PADA UPACARA BENDERA MEMPERINGATI HARI KEBANGKITAN NASIONAL KE-108 TAHUN 2016 Assalamu'alaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan salam

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN

KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa guru Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi semakin menyuguhkan dinamika perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi semakin menyuguhkan dinamika perubahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi semakin menyuguhkan dinamika perubahan yang berkembang pesat. Perubahan yang terjadi bukan saja berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Oleh : AHMAD ROZIKIN NIM :

Oleh : AHMAD ROZIKIN NIM : MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MATERI AKHLAK TERPUJI MELALUI METODE SOSIODRAMA DI KELAS V MI ISLAMIYAH POLODORO KECAMATAN REBAN KABUPATEN BATANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI SISWA OLEH KEDISIPLINAN GURU TERHADAP MINAT SISWA DALAM BELAJAR DI KELAS IV SD ISLAM DIPONEGORO BANDUNGREJO MRANGGEN DEMAK SKRIPSI

PENGARUH PERSEPSI SISWA OLEH KEDISIPLINAN GURU TERHADAP MINAT SISWA DALAM BELAJAR DI KELAS IV SD ISLAM DIPONEGORO BANDUNGREJO MRANGGEN DEMAK SKRIPSI PENGARUH PERSEPSI SISWA OLEH KEDISIPLINAN GURU TERHADAP MINAT SISWA DALAM BELAJAR DI KELAS IV SD ISLAM DIPONEGORO BANDUNGREJO MRANGGEN DEMAK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI PENGANGKUTAN LAUT (Studi Lapangan pada PT. Asuransi Purna Artanugraha Semarang) SKRIPSI

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI PENGANGKUTAN LAUT (Studi Lapangan pada PT. Asuransi Purna Artanugraha Semarang) SKRIPSI TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI PENGANGKUTAN LAUT (Studi Lapangan pada PT. Asuransi Purna Artanugraha Semarang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012 Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERINGATAN NUZULUL QUR'AN TAHUN 1433 H/2012 M

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MELALUI ILMU BELADIRI PENCAK SILAT

PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MELALUI ILMU BELADIRI PENCAK SILAT PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MELALUI ILMU BELADIRI PENCAK SILAT (Studi Pada Lembaga Beladiri Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Kota Semarang) SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu negara pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana

Lebih terperinci

PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN)

PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) NAMA : HARRY FITRI USMANTO NPM : 38412209 KELAS : 1ID08 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesionalisme guru berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern, hal ini menuntut beraneka ragam spesialisasi yang sangat diperlukan dalam masyarakat yang semakin

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR CERDAS BERBAHASA INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XI KARANGAN ENGKOS KOSASIH TERBITAN :

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR CERDAS BERBAHASA INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XI KARANGAN ENGKOS KOSASIH TERBITAN : NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR CERDAS BERBAHASA INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XI KARANGAN ENGKOS KOSASIH TERBITAN : ERLANGGA TAHUN 2008 SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

ANALISIS KRITIS KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT DALAM BUKU PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH SKRIPSI

ANALISIS KRITIS KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT DALAM BUKU PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH SKRIPSI ANALISIS KRITIS KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT DALAM BUKU PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

PENERAPAN SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

PENERAPAN SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB PENERAPAN SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB Disusun oleh : Nama : Oky Prasetya Aji P. NIM : 11.11.4984 Program Studi : Pancasila Jurusan : S1 Teknik Informatika Nama Dosen : Drs. Tahajudin Sudibyo

Lebih terperinci

PELAKSANAAN MATA PELAJARAN PAI DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS II SD NEGERI LEMPUYANG KABUPATEN DEMAK

PELAKSANAAN MATA PELAJARAN PAI DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS II SD NEGERI LEMPUYANG KABUPATEN DEMAK PELAKSANAAN MATA PELAJARAN PAI DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS II SD NEGERI LEMPUYANG KABUPATEN DEMAK SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PASAL 9 UU NO. 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PASAL 9 UU NO. 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PASAL 9 UU NO. 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Syari ah (S.Sy)

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN MUSLIM DALAM HAL TREND JILBAB PERSPEKTIF TEORI KONSUMSI ISLAM

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN MUSLIM DALAM HAL TREND JILBAB PERSPEKTIF TEORI KONSUMSI ISLAM ANALISIS PERILAKU KONSUMEN MUSLIM DALAM HAL TREND JILBAB PERSPEKTIF TEORI KONSUMSI ISLAM (studi kasus pada mahasiswi Fakultas Syari ah Jurusan Ekonomi Islam angkatan 2009 IAIN Walisongo Semarang) SKRIPSI

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF PENDIDIKAN KARAKTER DI PANTI ASUHAN ALHIKMAH POLAMAN MIJEN SEMARANG SKRIPSI

STUDI DESKRIPTIF PENDIDIKAN KARAKTER DI PANTI ASUHAN ALHIKMAH POLAMAN MIJEN SEMARANG SKRIPSI STUDI DESKRIPTIF PENDIDIKAN KARAKTER DI PANTI ASUHAN ALHIKMAH POLAMAN MIJEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memeperoleh Gelar Sarjana dalam Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

BENGKALIS, 25 JULI 2017

BENGKALIS, 25 JULI 2017 BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA ACARA PENYERAHAN SK BUPATI BENGKALIS TENTANG PENGANGKATAN CPNS MENJADI PNS DAN PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI PNS DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BENGKALIS BENGKALIS,

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR DALAM PENDIDIKAN ANAK ( Telaah Komparatif Antara Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan Ki Hajar Dewantara ) S K R I P S I

PRINSIP DASAR DALAM PENDIDIKAN ANAK ( Telaah Komparatif Antara Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan Ki Hajar Dewantara ) S K R I P S I PRINSIP DASAR DALAM PENDIDIKAN ANAK ( Telaah Komparatif Antara Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan Ki Hajar Dewantara ) S K R I P S I Oleh : NUR FARIDA NIM : 243032059 JURUSAN TARBIYAH PRORAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERANAN FORUM KOMUNIKASI PENDIDIKAN AL-QUR AN (FKPA) DALAM PEMBINAAN TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR AN. Di Desa Randusari Kecamatan Teras Boyolali

PERANAN FORUM KOMUNIKASI PENDIDIKAN AL-QUR AN (FKPA) DALAM PEMBINAAN TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR AN. Di Desa Randusari Kecamatan Teras Boyolali PERANAN FORUM KOMUNIKASI PENDIDIKAN AL-QUR AN (FKPA) DALAM PEMBINAAN TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR AN Di Desa Randusari Kecamatan Teras Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) Perspektif Ki Hadjar

BAB V PEMBAHASAN. A. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) Perspektif Ki Hadjar BAB V PEMBAHASAN A. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) Perspektif Ki Hadjar Dewantara Sebagaimana disebutkan di dalam penegasan istilah bahwa penelitian ini dibatasi pada nilai-nilai Pendidikan Agama

Lebih terperinci

BUPATI BENGKALIS ASSALAMU ALAIKUM WR. WB, SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA

BUPATI BENGKALIS ASSALAMU ALAIKUM WR. WB, SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA BUPATI BENGKALIS PENGARAHAN BUPATI BENGKALIS SELEKSI CALON PESERTA BHAKTI PEMUDA ANTAR DAERAH DAN KEMAH KESATUAN PEMUDA DI KABUPATEN BENGKALIS TAHUN 2017 SELATBARU, 21 APRIL 2017 ASSALAMU ALAIKUM WR. WB,

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA

KODE ETIK GURU INDONESIA KODE ETIK GURU INDONESIA MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara berkembang seperti Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

ETOS KERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL QUR AN SURAT AT- TAUBAH AYAT 105

ETOS KERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL QUR AN SURAT AT- TAUBAH AYAT 105 ETOS KERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL QUR AN SURAT AT- TAUBAH AYAT 105 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, khususnya pada dunia pendidikan. Oleh karena itu, peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan

Lebih terperinci

SKRIPSI. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)

SKRIPSI. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) PENDAPAT M. YUNAN NASUTION TENTANG KEKUATAN DOA TERHADAP PERKEMBANGAN ROHANIAH DALAM BUKU PEGANGAN HIDUP (ANALISIS MATERI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM) SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

Lebih terperinci

Dengan Kecerdasan Jiwa Menuju ke Arah Kesejahteraan

Dengan Kecerdasan Jiwa Menuju ke Arah Kesejahteraan 1 of 7 10/12/2015 09:27 AM Sowing The Seed of Liberation Dengan Kecerdasan Jiwa Menuju ke Arah Kesejahteraan Taman Siswa adalah sebuah nama untuk sebuah Perguruan Nasional yang berdiri pada 3 Juli 1922,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang andal. Kualitas SDM sangat penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang andal. Kualitas SDM sangat penting, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi menuntut setiap bangsa memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang andal. Kualitas SDM sangat penting, karena

Lebih terperinci