1 PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud Tujuan Sasaran Ruang Lingkup Landasan Hukum...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1 PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud Tujuan Sasaran Ruang Lingkup Landasan Hukum..."

Transkripsi

1 Halaman 0 dari 69

2 Daftar Isi 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud Tujuan Sasaran Ruang Lingkup Landasan Hukum DISAIN SISTEM INFORMASI KESEHATAN Pengertian Sistem Informasi Kesehatan Peran Sistem Informasi Kesehatan Dalam Sistem Kesehatan Model Pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional Implementasi Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional SIKDA Generik PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN Tanggung Jawab Pemerintah dalam Menentukan Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan Tugas dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan Bidang Kesehatan Tugas dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan Selain Bidang Kesehatan yang Terkait Organisasi Penyelenggara Tingkat Pusat Penyelenggara Tingkat Provinsi Penyelenggara Tingkat Kabupaten/Kota Penyelenggara Tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan INDIKATOR Penyusunan dan Penetapan Indikator Kesehatan Indikator Kesehatan Nasional SUMBER DATA Jenis Sumber Data Kewenangan Menetapkan Data Sasaran Laporan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan PENGUMPULAN, PENGELOLAAN DAN PENANGANAN GANGGUAN DATA Pengumpulan Data Standar Data Petugas Data Kualitas Data Pengolahan Data Halaman 1 dari 69

3 6.2.1 Keamanan Data dan Kerahasiaan Data Pengamanan SIK Penyimpanan Data Penanganan Gangguan Interoperabilitas Format Pengiriman Data ke Bank Data Kesehatan Nasional PENYAJIAN, DISEMINASI DAN PEMANFAATAN DATA DAN INFORMASI Penyajian Data dan Informasi Diseminasi Pemanfaatan SUMBER DAYA Pendanaan Sumber Daya Manusia Kompetensi Pengelola SIK Jenis Jengelola SIK dan Fungsinya Infrastruktur Infrastruktur Pengelolaan SIK Manual Infrastruktur Pengelolaan SIK Komputerisasi IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI KESEHATAN KOMPUTERISASI Perencanaan Analisis dan Dokumentasi Kebutuhan Sistem Analisis Perangkat Keras, Jaringan dan Infrastruktur Analisis Software Aplikasi Pengadaan Implementasi Pelatihan Pendampingan Penjaminanan Pemeliharaan Pasca Implementasi PEMBINAAN, PEMANTAUAN, DAN EVALUASI PENUTUP Halaman 2 dari 69

4 Daftar Istilah Puskesmas Bidan Unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah terregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bidan dapat menjalankan praktik mandiri dan/atau bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan (tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat) Bidan Desa Perawat Desa/Perawat Perkesmas Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Rumah sakit Laboratorium Kesehatan Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota bidan yang ditempatkan dan bertugas di desa, mempunyai wilayah kerja satu sampai dua desa, dan dalam melaksanakan tugas pelayanan medis baik di dalam maupun di luar jam kerjanya bidan harus bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskemas. Perawat yang ditempatkan di desa dan bertanggung jawab mengelola penyelenggaraan perkesmas di desa binaan, mempunyai wilayah kerja satu sampai dua desa, dan dalam melaksanakan tugasnya baik di dalam maupun di luar jam kerja Perawat Desa/Perawat Perkesmas harus bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas. Perawat Desa/Perawat Perkesmas bertugas mengelola penyelenggaraan perkesmas dan melaksanakan asuhan keperawatan untuk individu, keluarga, atau kelompok masyarakat di wilayah desa binaan terutama yang mempunyai masalah rawan kesehatan, resiko tinggi atau mempunyai masalah kesehatan masyarakat prioritas di wilayahnya. Dalam melakukan asuhan keperawatan perawat dapat melakukan upaya pencegahan, promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pemberdayaan pasien dan klien, perawatan komplementer, melakukan tindakan medis sesuai kewenangannya dan pemulihan kesehatan, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan maupun tugas pemerintah. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Poskesdes dapat dikatakan sebagai sarana kesehatan yang merupakan pertemuan antara upaya-upaya masyarakat dan dukungan pemerintah. Pelayanannya meliputi upaya-upaya promotif, preventif, dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (bidan desa / perawat desa / perkesmas) dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela Iainnya. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonimo masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahkan bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat. Jenis laboratorium kesehatan berdasarkan pelayanan yaitu laboratorium klinik dan laboratorium kesehatan masyarakat. Laboratorium kesehatan dapat diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta, dapat berupa laboratorium yang mandiri atau terintegrasi di dalam sarana pelayanan kesehatan lainnya. tempat penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pemeliharaan barang persediaan berupa obat, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya (seperti DDT, pompa, pipa, perbekalan KB, sepeda motor/sepeda roda dua, susu bubuk, dll) yang tujuannya akan digunakan untuk melaksanakan program kesehatan di kabupaten/kota yang bersangkutan. Halaman 3 dari 69

5 Apotek Laboratorium Radiologi sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (PP no. 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 13). Yang dimaksud praktek kefarmasian tersebut meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Sarana kesehatan yang melaksanakan pemeriksaan, analisa, menguraikan, mengidentifikasi tubuh pasien menggunakan pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang elektromagnetik maupun gelombang mekanik. Pada awalnya frekuensi yang dipakai berbentuk sinar-x (x-ray) namun kemajuan teknologi modern memakai pemindaian (scanning) gelombang sangat tinggi (ultrasonic) seperti ultrasonography (USG) dan juga MRI (magnetic resonance imaging). Klinik/Praktik Dokter Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis (dokter, dokter spesialis, dolkter gigi atau dokter gigi spesialis) Bidan Praktik Mandiri Praktik Mandiri Perawat/Swasta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Dinas Kesehatan Provinsi Fasilitas pelayanan kesehatan lain Praktik bidan swasta perorangan. Bidan yang menjalankan praktik mandiri harus berpendidikan minimal Diploma III Kebidanan dan wajib memiliki SIPB Seorang Perawat yang mempunyai izin praktek dan memberikan pelayanan asuhan keperawatan bagi pasien atau klien yang memerlukan bantuan pelayanan keperawatan baik individu, keluarga, ataupun kelompok yang dapat dilakukan di tempat praktik perawat, di rumah pasien/klien (home care) atau di institusi lingkungan tempat kelompok (panti, Tempat kerja, sekolah, dll) adalah unit organisasi pemerintah daerah Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab dalam bidang kesehatan di wilayah kabupaten/kota tersebut. adalah unit organisasi pemerintah daerah Provinsi yang bertanggungjawab dalam bidang kesehatan di wilayah provinsinya. adalah fasilitas/sarana yang memberikan pelayanan kesehatan antara lain fasilitas kesehatan komplementer-alternatif, RB, Pengobatan Tradisional, Balai Pengobatan. Dataset minimal Data minimal yang diperlukan pada proses penilaian klinis dari pasien di suatu layanan kesehatan. Proses ini memberikan penilaian yang komprehensif dan membantu petugas kesehatan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan tersebut. Bank Data Kesehatan Nasional Inkonsistensi Anomali Privasi Hak ases Antivirus Suatu sistem komputer untuk mengarsipkan dan menganalisis data kesehatan yang dikumpulkan dari pelayanan kesehatan serta unit yang terkait dengan kesehatan pada tingkat nasional. Melalui sistem ini manajer kesehatan dapat melakukan kueri kompleks dan analisis (contohnya penambangan data, data mining) terhadap informasi tersebut tanpa membebani sistem yang operasional. Ketidaktaatasasan, Ketidakserasian ketidaknormalan; penyimpangan atau keanehan yang terjadi atau dengan kata lain tidak seperti biasanya Disebut juga kerahasiaan pribadi adalah kemampuan satu atau sekelompok individu untuk mempertahankan kehidupan dan urusan personalnya dari publik, atau untuk mengontrol arus informasi mengenai diri mereka. Privasi kadang dihubungkan dengan anonimitas walaupun anonimitas terutama lebih dihargai oleh orang yang dikenal publik. Privasi dapat dianggap sebagai suatu aspek dari keamanan. Hak yang diberikan kepada user untuk mengakses sistem. Hak akses adalah hal yang paling mendasar dalam bidang sekuriti. Dalam strategi sekuriti, setiap objek dalam sistem (user, administrator, software, sistem itu sendiri, dsb) harus diberikan hak akses yang berguna untuk menunjang fungsi kerja dari objek tersebut. sebuah jenis perangkat lunak yang digunakan untuk mengamankan, mendeteksi, dan Halaman 4 dari 69

6 menghapus virus komputer dari sistem komputer. Antivirus disebut juga Virus Protection Software. Aplikasi ini dapat menentukan apakah sebuah sistem komputer telah terinfeksi dengan sebuah virus atau tidak. Umumnya, perangkat lunak ini berjalan di latar belakang (background) dan melakukan pemindaian terhadap semua berkas yang diakses (dibuka, dimodifikasi, atau ketika disimpan). Firewall Hack Firewall adalah sebuah sistem atau grup sistem yang menjalankan kontrol akses keamanan diantara jaringan internal yang aman dan jaringan yang untrusted seperti internet.firewall didesain untuk mengijinkan trusted data atau data yang dipercaya lewat, menolak layanan yang mudah diserang, mencegah jaringan internal dari serangan luar yang bisa menembus firewall setiap waktu. Upaya membobol sesuatu baik itu program, aplikasi, sistem komputer dll. Hacker Seseorang dengan kemampuan hack yang suka menjelajahi secara rinci sistem,program, dan memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan sebagian besar pengguna komputer yang awam. Hacker merupakan pengguna Internet yang memiliki pemahaman mendalam dari sistem internal, komputer dan jaringan komputer khususnya. Enkripsi Identity (ID) Server Helpdesk Troubleshooting UPS Restore HTML Processor Spreadsheet Rekam medis Pranata Komputer proses mengamankan suatu informasi dengan membuat informasi tersebut tidak dapat dibaca tanpa bantuan pengetahuan khusus. Dikarenakan enkripsi telah digunakan untuk mengamankan komunikasi di berbagai negara, hanya organisasi-organisasi tertentu dan individu yang memiliki kepentingan yang sangat mendesak akan kerahasiaan yang menggunakan enkripsi. Suatu kode yang mengukuhkan keberadaan seseorang atau organisasi. Sebuah sistem komputer yang menyediakan jenis layanan tertentu dalam sebuah jaringan komputer. Server didukung dengan prosesor yang bersifat scalable dan RAM yang besar, juga dilengkapi dengan sistem operasi khusus, yang disebut sebagai sistem operasi jaringan. Semacam tim support yang membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan pemecahan masalah computer maupun jaringannya. Sebuah proses yang memungkinkan seorang user untuk menemukan permasalahan pada sebuah jaringan komputer. Kependekan dari Uninteruptable Power System yaitu batere dengan inverter yang berfungsi sebagai penstabil tegangan dan penanggung daya untuk beberapa waktu saat padam listrik. Proses pengembalian data dalam sistem komputer. Kependekan dari Hypertext Markup Language yaitu sebuah jenis teks dokumen khusus yang digunakan oleh Web browser untuk mempresentasikan teks dan gambar. sebuah IC yang mengontrol keseluruhan jalannya sebuah sistem komputer dan digunakan sebagai pusat atau otak dari komputer yang berfungsi untuk melakukan perhitungan dan menjalankan tugas. tabel informasi/data berbentuk kotak dengan baris dan kolom yang berisi penghitungan-penghitungan yang digunakan untuk melakukan analisa komparatif. adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksanaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik. Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan di bidang teknologi informasi berbasis komputer, antara lain sistem analis, programmer, operator data entry/komputer, teknisi komputer, administrator jaringan, administrator database, dan Halaman 5 dari 69

7 perancang web Statistisi Arsiparis Pustakawan Pemangku kepentingan SIK Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan statistik pada instansi pemerintah. Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan kearsipan. Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan kepustakawan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi instansi pemerintah dan atau unit tertentu lainnya. Suatu unit/organisasi yang terkait dengan pelaksanaan/pengembangan SIK. Terdiri dari pemangku kepentingan SIK bidang Kesehatan dan selain bidang kesehatan Halaman 6 dari 69

8 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Informasi Kesehatan (SIK) sebagai bagian penting dari manajemen kesehatan terus berkembang selaras dengan perkembangan organisasi. Dengan adanya perubahan sistem kesehatan mengakibatkan terjadinya perubahan pada SIK, namun sayangnya perubahan sistem kesehatan di lapangan tidak secepat dengan yang diperkirakan oleh para pengambil keputusan. Hal ini tampak nyata ketika sistem kesehatan berubah dari sentralisasi ke desentralisasi, SIK tidak berfungsi sebagaimana layaknya. SIK yang selama ini telah dikembangkan, (meskipun masih terfragmentasi) secara Nasional tidak berfungsi, alur laporan dari pelayanan kesehatan ke jenjang administrasi kabupaten/kota hingga ke pusat banyak yang terhambat. SIK membantu dalam proses pengambilan keputusan untuk (a) pelaksanaan pelayanan kesehatan sehari-hari, (b) intervensi cepat dalam penanggulangan masalah kesehatan, dan (c) untuk mendukung manajemen kesehatan di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat terutama dalam penyusunan rencana jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. SIK yang baik adalah sistem informasi yang mampu menghasilkan data/informasi yang akurat dan tepat waktu. Pada saat ini dengan kemajuan Teknologi Komunikasi Informasi (TIK) yang pesat mewujudkan SIK yang baik menjadi hal yang mungkin, tentunya dengan mengaplikasikan kaidah-kaidah informasi seperti melaksanakan prosedur secara konsisten dan rutin, menyediakan sumber-daya yang memadai dan memperoleh dukungan/komitmen pimpinan dalam pengembangan, pemanfatan data/informasi yang dihasilkan. SIK telah digunakan untuk mendukung kegiatan pelayanan kesehatan sehari-hari yang dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit, terutama dalam penanganan pasien dan intervensi penanggulangan masalah kesehatan. Sebaliknya dalam hal manajemen kesehatan di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat, SIK belum banyak berperan karena belum menghasilkan data/informasi yang akurat dan tepat waktu. Sejak diberlakukannya sistem desentralisasi, SIK di Indonesia berkembang dengan cepat terutama dalam hal pemanfaatan TIK di dalam proses kerja. Banyak institusi pelayanan seperti RS, Puskesmas dan Dinas Kesehatan Daerah mengembangkan sistem informasi yang berbasis komputer, baik dibangun oleh tim SIKDA (in-house development) ataupun bekerjasama dengan provider IT swasta. Modernisasi dengan penyerapan TIK sangat membantu dalam penyempurnaan SIK di daerah. Pada saat ini terdapat berbagai sistem informasi yang dibangun oleh berbagai pengelola SIK di daerah dengan format data yang berbeda-beda, sehingga mempersulit untuk menghimpunnya dalam Bank Data Kesehatan Nasional. Oleh karena itu diperlukan suatu pedoman yang dapat mengatur dan menyeragamkan berbagai karakteristik SIK dan master data yang berbeda tersebut, sehingga dapat mempermudah dalam proses integrasi dan komunikasi data ke Bank Data Kesehatan Nasional. Halaman 7 dari 69

9 1.2 Maksud Pedoman Sistem Informasi Kesehatan (Pedoman SIK) adalah suatu dokumen yang berisi aturan berupa norma, standar, kriteria, dan prosedur yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan SIK, yang mencakup acuan untuk pemerintah dalam pengelolaan dan pengembangan SIK skala Nasional dan fasilitasi pengembangan SIK daerah, acuan untuk pemerintah daerah provinsi dalam pengelolaan SIK skala provinsi, acuan untuk pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pengelolaan SIK skala kabupaten/kota dan acuan untuk fasilitas pelayanan kesehatan dalam pengelolaan SIK. Dengan adanya Pedoman SIK ini, diharapkan semua pengelola SIK di Indonesia dapat memodifikasi sistem yang dikembangkannya, sehingga sesuai dengan karakteristik teknis dan standar substansi yang tertuang dalam Pedoman ini. 1.3 Tujuan Tujuan Pedoman SIK adalah: memberikan acuan dalam penyelenggaraan SIK; memberikan kesamaan pola pikir atau persepsi dan langkah dalam penyelenggaraan SIK; menciptakan sinergi antar unit kerja (pemangku kepentingan) yang terlibat dalam penyelenggaraan SIK; dan mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan yang efektif dan efisien. 1.4 Sasaran Sasaran Pedoman SIK adalah semua pemangku kepentingan yang terkait dengan SIK baik sebagai sumber data, pengelola data, maupun pengguna data. Pedoman SIK ini mengatur pengelolaan dan pengembangan SIK skala Nasional, pengelolaan SIK skala provinsi, pengelolaan SIK skala kabupaten/kota, dan pengelolaan SIK skala unit pelayanan kesehatan. 1.5 Ruang Lingkup Lingkup isi Pedoman SIK ini mencakup: 1. Disain Sistem Informasi Kesehatan 2. Pengelolaan SIK 3. Indikator 4. Sumber Data 5. Pengumpulan, Pengolahan dan Penanganan Gangguan Data 6. Penyajian, Diseminasi dan Pemanfaatan Data dan Informasi 7. Sumber Daya 8. Implementasi Sistem Informasi Kesehatan Komputerisasi 9. Pembinaan, Pemantauan dan Evaluasi Halaman 8 dari 69

10 1.6 Landasan Hukum Landasan hukum sebagai pijakan dalam penyelenggaraan SIK adalah sebagai berikut: 1. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomo4 4431); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 3. Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674); 5. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 6. Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 7. Undang-undangan Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 8. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 9. Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5080) 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4027); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4124); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat Halaman 9 dari 69

11 (Lembaran Negara Tahun 2007 Republik Indonesia Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 16. Peraturan Pemerintah Nomor... Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Informasi dan Teknologi Elektronik (Lembaran Negara Tahun... Republik Indonesia Nomor..., Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor...); 17. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-government 18. Peraturan Kepala Arsip Nasional RI Nomor 06 Tahun 2005 tentang Petunjuk teknis, Perlindungan, Pengamanan dan Penyelamatan Dokumen/Arsip Vital Negara; 19. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 41/PER/Men.Kominfo/11/2007 tentang Panduan Umum Tata Kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional; 20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1109/Menkes/PER/IX/2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer-Alternatif di fasilitas Pelayanan Kesehatan 21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis; 22. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/SK/IX/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota; 23. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah 24. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 148/Menkes/Per/IX/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat; 25. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 411/Menkes/PER/III/2010 tentang Laboratorium Klinik 26. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan; 27. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan; 28. Peraturan Menteri Kesehatan Noomor 1501/Menkes/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan 29. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 028/Menkes/Per/I/2011 tentang Klinik; 30. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 574/Menkes/SK/IV/2000 tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010; 31. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2001 tentang Pengawasan Represif Kebijakan Daerah; 32. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 511/Menkes/SK/V/2002 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan SIK Nasional (SIKNAS); 33. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Petunjuk teknis Pelaksanaan Pengembangan Sistem Informasi Daerah (SIKDA); 34. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 09/Kep/M.PAN/2002 tentang Jabatan Fungsional Arsiparis dan Angka Kreditnya; 35. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 132/Kep/M.PAN/12/2002 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya; 36. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/Menkes/SK/III/2003 tentang Laboratorium Kesehatan; 37. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 279/Menkes/SK/IV/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Perawatan Kesehatan Masyarakat di Indonesia; 38. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 837/Menkes/SK/VII/2007 tentang Pengembangan SIKNAS Online; Halaman 10 dari 69

12 39. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.00.SJ.SK.VI.1111 Tahun 2007 tentang Penunjukan Petugas Pengelolaan SIKNAS Online; 40. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 267/Menkes/SK/III/2008 tentang Petunjuk Teknis Pengorganisasian Dinas Kesehatan Daerah; 41. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional; 42. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 442/Menkes/SK/VI/2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia; 43. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 908/Menkes/SK/VII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Keperawatan Keluarga; 44. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 021/Menkes/SK/I/2011 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun ; 45. Keputusan Bersama Kepala Badan Pusat Statistik dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 003/KS/2003 Nomor 25 Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Statistisi dan Angka Kreditnya; 46. Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 291 tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Pranata Komputer; Halaman 11 dari 69

13 2 DISAIN SISTEM INFORMASI KESEHATAN 2.1 Pengertian Sistem Informasi Kesehatan Pengambilan keputusan akan lebih mudah jika semua informasi yang dibutuhkan sudah tersedia. Untuk tujuan itu, suatu sistem informasi perlu dibangun dengan mengorganisir berbagai data yang telah dikumpulkan secara sistematik, memproses data menjadi informasi yang berguna. Sistem informasi atau sistem informasi manajemen pada hakekatnya adalah serangkaian prosedur dan integrasinya dengan perangkat dan manusia untuk menghasilkan data/informasi untuk manajemen. Sistem informasi merupakan tatanan yang melibatkan manusia, peralatan, dan prosedur untuk menghasilkan data dan informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan. SIK adalah suatu sistem yang menyediakan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan di setiap jenjang administrasi kesehatan, baik di tingkat unit pelaksana upaya kesehatan, di tingkat kabupaten/kota, di tingkat provinsi, maupun di tingkat pusat. Dalam pengembangan dan penguatan SIK harus memperhatikan prinsip-prinsip: 1. Keamanan dan kerahasiaan data SIK harus dapat menjamin keamanan dan kerahasiaan data. 2. Standarisasi Standarisasi SIK khusus dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dibahas dalam petunjuk teknis ini 3. Integrasi SIK harus dapat mengintegrasikan berbagai macam sumber data, termasuk pula dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. 4. Keterwakilan Data dan informasi yang dikumpulkan harus dapat ditelusuri lebih dalam secara individual dan agregat sehingga dapat menggambarkan perbedaan gender, status sosial ekonomi, dan wilayah geografi. 5. Kemudahan akses Data dan informasi yang tersedia oleh SIK harus mudah diakses oleh semua pihak sesuai hak dan kewenangannya. 6. Pemanfaatan teknologi informasi komunikasi (platform elektronik) Sistem informasi yang dikembangkan akan berbasis data disaggregate atau individu dari fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga sistem berbasis elektronik sangat dibutuhkan. 7. Etika, integritas dan kualitas. 2.2 Peran Sistem Informasi Kesehatan Dalam Sistem Kesehatan Menurut World Health Organization (WHO) dalam buku Design and Implementaiton of Health Information System (2000) bahwa suatu sistem informasi kesehatan tidak dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian dari suatu sistem kesehatan. Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan semua jenjang. Sistem informasi harus dijadikan sebagai alat yang efektif bagi manajemen. WHO juga menyebutkan bahwa SIK merupakan salah satu dari 6 building blocks atau komponen utama dalam suatu sistem kesehatan. Enam komponen Sistem kesehatan tersebut adalah: 1 Service Delivery / Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Halaman 12 dari 69

14 2 Medical products, vacines, and technologies / Produk Medis, Vaksin, dan Teknologi Kesehatan 3 Health Workforce / Tenaga Medis 4 Health System Financing / Sistem Pembiayaan Kesehatan 5 Health Information System / Sistem Informasi Kesehatan 6 Leadership and Governance / Kepemimpinan dan Pemerintahan SIK disebut sebagai salah satu dari 7 komponen yang mendukung suatu sistem kesehatan, dimana sistem kesehatan tidak bisa berfungsi tanpa satu dari komponen tersebut. SIK bukan saja berperan dalam memastikan data mengenai kasus kesehatan dilaporkan tetapi juga mempunyai potensi untuk membantu dalam meningkatkan efisiensi dan transparansi proses kerja. Sistem Kesehatan Nasional terdiri dari dari tujuh subsistem, yaitu :1. Upaya kesehatan, 2. Penelitian dan pengembangan kesehatan, 3. Pembiayaan kesehatan, 4. Sumber daya manusia kesehatan, 5. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, 6. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan, dan 7. Pemberdayaan masyarakat. Dalam Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari sub sistem manajemen, informasi dan regulasi kesehatan. Subsistem manajemen dan informasi kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan fungsi-fungsi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, informasi kesehatan dan hukum kesehatan yang memadai dan mampu menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna. Dengan subsistem manajemen, informasi dan regulasi kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna dapat mendukung penyelenggaraan keenam subsistem lain dalam sistem kesehatan nasional sebagai satu kesatuan yang terpadu dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. 2.3 Model Pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia Pada saat ini di Indonesia terdapat 3 (tiga) model pengelolaan SIK, yaitu : a. Pengelolaan SIK Manual, dimana pengelolaan informasi di fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan secara manual atau paper based melalui proses pencatatan pada buku register, kartu, formulir-formulir khusus, mulai dari proses pendaftaran sampai dengan pembuatan laporan. Hal ini terjadi oleh karena adanya keterbatasan infrastruktur, dana, dan lokasi tempat pelayanan kesehatan itu berada. Pengelolaan secara manual selain tidak efisien juga menghambat dalam proses pengambilan keputusan manajemen dan proses pelaporan. b. Pengelolaan SIK Komputerisasi Offline, pada jenis ini pengelolaan informasi di pelayanan kesehatan sebagian besar/seluruhnya sudah dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer, baik itu dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Manajemen (SIM) maupun dengan aplikasi perkantoran elektronik biasa, namun masih belum didukung oleh jaringan internet online ke dinas kesehatan kabupaten/kota dan provinsi/bank data kesehatan nasional. c. Pengelolaan SIK Komputerisasi Online, pada jenis ini pengelolaan informasi di pelayanan kesehatan sebagian besar/seluruhnya sudah dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer, dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Manajemen dan sudah terhubung secara online melalui jaringan internet ke dinas kesehatan kabupaten/kota dan provinsi/bank data kesehatan nasional untuk memudahkan dalam komunikasi dan sinkronisasi data. Halaman 13 dari 69

15 2.4 Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional SIK Nasional yang diharapkan adalah SIK Terintegrasi yaitu sistem informasi yang menyediakan mekanisme saling hubung antar sub sistem informasi dengan berbagai cara yang sesuai dengan yang dibutuhkan, sehingga data dari satu sistem secara rutin dapat melintas, menuju atau diambil oleh satu atau lebih sistem yang lain. Hal ini melingkupi sistem secara teknis (sistem yang bisa berkomunikasi antar satu sama lain) dan konten (data set yang sama). Aliran informasi antar sistem sangat bermanfaat bila data dalam file suatu sistem diperlukan juga oleh sistem yang lainnya, atau output suatu sistem menjadi input bagi sistem lainnya. Bentuk fisik dari SIK Terintegrasi adalah sebuah aplikasi sistem informasi yang dihubungkan dengan aplikasi lain (aplikasi sistem informasi puskesmas, sistem informasi rumah sakit, dan aplikasi lainnya) sehingga secara interoperable terjadi pertukaran data antar aplikasi. Dengan SIK Terintegrasi, data entri hanya perlu dilakukan satu kali sehingga data yang sama akan disimpan secara elektronik dan bisa dikirim dan diolah. SIK Terintegrasi yang berbasis elektronik adalah strategi pengembangan yang akan diadopsi untuk meringankan beban pencatatan dan pelaporan petugas kesehatan di lapangan. Dalam rangka mewujudkan SIK Terintegrasi, dikembangkan model SIK Nasional yang menggantikan sistem yang saat ini masih diterapkan di Indonesia. Model ini memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tetapi tetap dapat menampung SIK Manual untuk fasilitas kesehatan yang masih mempunyai keterbatasan infrastruktur (seperti pasokan listrik dan peralatan komputer serta jaringan internet). Kedepan semua pemangku kepentingan SIK bisa bergerak menuju ke arah SIK Komputerisasi dimana proses pencatatan, penyimpanan dan diseminasi informasi bisa lebih efisien dan efektif serta keakuratan data dapat ditingkatkan. Halaman 14 dari 69

16 Fasilitas pelayanan kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta wajib menyampaikan laporan sesuai standar dataset minimal dan jadwal yang telah ditentukan. Halaman 15 dari 69

17 Fasilitas pelayanan kesehatan yang masih memakai sistem manual akan melakukan pencatatan, penyimpanan dan pelaporan berbasis kertas. Laporan dikirimkan dalam bentuk hardcopy (kertas) berupa data rekapan/agregat ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Fasilitas pelayanan kesehatan dengan komputerisasi offline, laporan dikirim dalam bentuk softcopy berupa data individual ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Fasilitas pelayanan kesehatan dengan komputerisasi online, data individual langsung dikirim ke Bank Data Kesehatan Nasional dalam format yang telah ditentukan. Petugas kesehatan di lapangan (bidan desa, perawat desa/perawat perkesmas, posyandu, polindes) melapor kepada puskesmas yang membinanya, berupa data rekapan/agregat sesuai jadwal yang telah ditentukan. Selanjutnya akan dikembangkan program mobile health (mhealth) dengan teknologi informasi dan komunikasi sehingga data individual dapat langsung masuk ke Bank Data Kesehatan Nasional. Di dinas kesehatan kabupaten/kota, laporan hardcopy dari semua fasilitas pelayanan kesehatan (kecuali milik pemerintah provinsi dan pemerintah pusat) akan dientri ke dalam aplikasi SIKDA generik. Laporan softcopy yang diterima, akan diimpor ke dalam aplikasi SIKDA Generik selanjutnya semua bentuk laporan diunggah ke Bank Data Kesehatan Nasional. Dinas kesehatan provinsi melakukan hal yang sama dengan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk laporan dari unit pelayanan kesehatan milik Provinsi. Informasi yang bersumber dari luar fasilitas kesehatan (misalnya kependudukan) akan diambil dari sumber yang terkait (contohnya BPS) dan dimasukkan ke dalam Bank Data Kesehatan Nasional. Semua pemangku kepentingan yang membutuhkan informasi kesehatan dapat mengakses informasi yang diperlukan dari bank Data Kesehatan Nasional melalui website Kemenkes. 2.5 Implementasi Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional Implementasi model SIK Nasional akan dilakukan secara bertahap : 1. Tahap 1 Pengembangan fasilitas Bank Data Kesehatan Nasional dan platform (dashboard) diseminasi informasi. Bank Data Kesehatan Nasional menyimpan data kesehatan individu (data disaggregat), data survei, sensus, penelitian dan data lintas sektor. Platform desiminasi informasi akan berperan sebagai pintu utama akses data kesehatan dimana semua pemangku kepentingan dan pemakai data kesehatan bisa mengakses secara online dari mana saja dan melakukan data mining atau pembuatan laporan secara fleksibel dan terkomputerisasi. Pelaksana tahap ini adalah Pusdatin Kemenkes. 2. Tahap 2 Implementasi SIK komputerisasi di semua komponen sistem kesehatan (puskesmas, RS, dinkes kabupaten/kota/provinsi). Pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengalokasikan dana dan melaksanakan implementasi ini secara bertahap. 3. Tahap 3 Pengembangan dan Implementasi mhealth untuk petugas kesehatan di lapangan. Melihat kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dan memiliki banyak lokasi terpencil, mhealth perlu dikembangkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, pelaporan, dan pembelajaran. Halaman 16 dari 69

18 4. Tahap 4 - Pengembangan dan Implementasi e-health lainnya, termasuk telemedicine, distance learning, dll. 2.6 SIKDA Generik Sistem Kesehatan Daerah (SIKDA) Generik ini adalah upaya dari Kemenkes dalam menerapkan standarisasi Sistem Informasi Kesehatan, sehingga dapat tersedia data dan informasi kesehatan yang akurat, tepat dan cepat, dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengambilan keputusan/kebijakan dalam bidang kesehatan di Kabupaten/Kota, Provinsi dan Kementerian Kesehatan. SIKDA Generik merupakan aplikasi elektronik yang dirancang untuk mampu menjembatani komunikasi data antar komponen dalam sistem kesehatan nasional yang meliputi puskesmas, rumah sakit, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan Kementerian Kesehatan. SIKDA Generik terdiri dari 3 aplikasi sistem informasi elektronik yaitu Sistem Informasi Manajemen Puskesmas, Sistem Informasi Manajemen Dinas Kesehatan, dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. SIKDA Generik ini akan didistribusikan kepada seluruh fasilitas kesehatan dalam rangka pengembangan SIK komputerisasi. Halaman 17 dari 69

19 3 PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN 3.1 Tanggung Jawab Pemerintah dalam Menentukan Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan Pemerintah mempunyai tanggungjawab untuk menetapkan strategi pengembangan dan pengelolaan SIK. Semua pemangku kepentingan SIK mempunyai kewajiban untuk mengikuti penetapan dan kebijakan yang ditentukan serta mempunyai peran untuk memperkuat SIK di Indonesia. Koordinasi lintas sektor merupakan hal yang penting karena SIK bukan hanya tanggung jawab bidang kesehatan tetapi juga bidang lain yang terkait di setiap jenjang. Di tingkat provinsi/kabupaten/kota, pelaksanaan SIK juga harus didukung oleh suatu kebijakan yang memperkuatnya sebagai pijakan pelaksanaan bagi pengelola SIK di daerah. Setiap daerah (provinsi dan kabupaten/kota) membuat peraturan daerah mengenai SIK yang sejalan dengan SIK Nasional. Selain itu Kepala fasilitas pelayanan kesehatan juga dapat mengeluarkan keputusan terkait SIK sesuai wilayah kerjanya, untuk memastikan pelaksanaan operasional. 3.2 Tugas dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan Bidang Kesehatan Penyelenggaraan SIK di tingkat pusat, tingkat provinsi, tingkat kabupaten/kota dan pelayanan kesehatan, masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab, sebagai berikut : Tingkatan Manajemen Kesehatan Kementerian Kesehatan Pemangku Kepentingan Unit Data dan Informasi Tugas dan Tanggung Jawab - Mengatur kebijakan SIK skala nasional - Mengelola, mengembangkan, memfasilitasi, membina, memonitor dan melakukan evaluasi SIK skala Nasional - Memfasilitasi SIK skala provinsi - Melaksanakan dan mengevaluasi inisiatif penguatan Road map SIK - Mengkoordinasikan kebutuhan dan penyediaan data kesehatan dengan lintas program dan lintas sektor - Bersama-sama dengan lintas program melakukan intervensi khusus pada wilayah dengan keterbatasan tenaga, biaya, dan infrastruktur Unit Program - Memberi dukungan, masukan dan evaluasi terhadap inisiatif penguatan Road map SIK - Memberi masukan mengenai kebutuhan data kesehatan - Memanfaatkan data kesehatan untuk pengambilan keputusan - Melaksanakan penelitian yang mendukung pengembangan SIK (khusus unit yang menangani penelitian/badan Litbangkes) - Bersama-sama dengan lintas program lain melakukan intervensi khusus pada wilayah dengan keterbatasan tenaga, biaya, dan infrastruktur Halaman 18 dari 69

20 SKPD Penyelenggara Urusan Kesehatan di Provinsi SKPD Penyelenggara Urusan Kesehatan di Kabupaten/Kota Unit Pelayanan Kesehatan - Puskesmas - Rumah Sakit - Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya milik Pemerintah - Fasilitas Pelayanan Kesehatan milik Swasta UPTD Data dan Informasi UPTD Data dan Informasi Tim Pengelola SIK dan TIK (prasarana/insta lasi Sistem Informasi dan Komunikasi atau Tim pengelola Sistem Informasi Manajemen RS) - Mengatur kebijakan SIK skala provinsi - Mengelola mengembangkan, memfasilitasi, membina, memonitor dan melakukan evaluasi SIK skala provinsi - Mengkoordinasi dan memfasilitasi SIK skala kabupaten/kota - Melaksanakan dan mengevaluasi inisiatif penguatan Road map SIK - Memanfaatkan data kesehatan untuk pengambilan keputusan - Mengkoordinasikan kebutuhan dan penyediaan data dengan lintas program dan sektor - Memastikan tersedianya/terlapornya data yang diperlukan oleh Bank Data Kesehatan Nasional - Mengatur kebijakan SIK skala kabupaten/kota - Mengelola, mengembangkan, memfasilitasi, membina, memonitor dan melakukan evaluasi SIK skala kabupaten/kota - Melaksanakan dan mengevaluasi inisiatif penguatan Road map SIK - Memanfaatkan data kesehatan untuk pengambilan keputusan - Mengkoordinasikan kebutuhan dan penyediaan data dengan lintas program dan sektor - Memastikan tersedianya/terlapornya data yang diperlukan oleh Bank Data Kesehatan Nasional - Mengelola SIK di instansinya secara rutin sesuai dengan pedoman SIK dan petunjuk teknis - Melaksanakan dan mengevaluasi inisiatif penguatan road map SIK - Koordinasi lintas program dan sektor dalam hal kebutuhan dan penyediaan data - Memanfaatkan data kesehatan untuk pengambilan keputusan - Mengkoordinasikan kebutuhan dan penyediaan data dengan lintas program dan sektor - Menyediakan dan melaporkan data yang diperlukan oleh Bank Data Kesehatan Nasional 3.3 Tugas dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan Selain Bidang Kesehatan yang Terkait Tugas dan tanggung jawab pemangku kepentingan selain bidang kesehatan dalam penyelenggaraan SIK, yaitu: Jenis Sektor Pemangku Kepentingan Tugas dan Tanggung Jawab Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri - Memberi dukungan, masukan - Badan Kependudukan dan Kluarga Berencana (BKKBN) dan evaluasi inisiatif penguatan road map SIK - Pemda Provinsi - Memberikan data kependudukan - BKKBN Provinsi seperti kelahiran, kematian untuk Halaman 19 dari 69

21 - Pemda Kabupaten/kota dimasukkan ke dalam Bank Data Kesehatan Nasional Statistik - Badan Pusat Statistik RI - BPS Provinsi - BPS Kabupaten/Kota - Memberi dukungan, masukan dan evaluasi inisiatif penguatan road map SIK - Memberikan data kesehatan yang dihasilkan dari survey dan sensus kependudukan - Sebagai pengguna Bank Data Kesehatan Nasional Komunikasi dan informatika Perencanaan pembangunan - Kementerian Komunikasi dan Informatika - Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi - Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupten/kota - Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional - Pemda Provinsi - Pemda Kabupaten/Kota - Memberi dukungan, masukan dan evaluasi inisiatif penguatan road map SIK - Memberikan dukungan teknis dalam upaya mengkoneksikan dan mengkomputerisasikan semua fasilitas kesehatan termasuk dinas provinsi/kabupaten/kota - Memberi dukungan, masukan dan evaluasi inisiatif penguatan road map SIK - Sebagai pengguna Bank Data Kesehatan Nasional Tenaga kerja - Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi - Dinas ketenagakerjaan Provinsi - Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/Kota - Memberi dukungan, masukan dan evaluasi inisiatif penguatan road map SIK - Memberikan data ketenagakerjaan - Sebagai pengguna Bank Data Kesehatan Nasional Lingkungan hidup - Kementerian Lingkungan Hidup - Memberi dukungan, masukan dan evaluasi inisiatif penguatan road map SIK - Memberikan data lingkungan hidup - Sebagai pengguna Bank Data Kesehatan Nasional Akademisi - Perguruan Tinggi - Memberi dukungan, masukan dan evaluasi inisiatif penguatan road map SIK - Memberikan data hasil penelitian kesehatan - Sebagai pengguna Bank Data Kesehatan Nasional Profesi - Organisasi Profesi - Memberi dukungan, masukan dan evaluasi inisiatif penguatan road map SIK - Sebagai pengguna Bank Data Kesehatan Nasional Halaman 20 dari 69

22 Asuransi - Institusi Asuransi - Memberi dukungan, masukan dan evaluasi inisiatif penguatan road map SIK - Sebagai pengguna Bank Data Kesehatan Nasional 3.4 Organisasi Pengelolaan SIK merupakan suatu hal yang penting dan tidak mudah sehingga memerlukan unit khusus yang fokus dan kompeten. Pengelolaan SIK diselenggarakan oleh semua tingkatkan manajemen kesehatan di pusat maupun daerah dan melibatkan semua pemangku kepentingan (bidang kesehatan dan selain bidang kesehatan). Berikut ini diuraikan organisasi penyelenggara di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota dan pelayanan kesehatan Penyelenggara Tingkat Pusat Penyelenggara SIK di pusat dikoordinasikan dan difasilitasi oleh Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan sebagai pusat jaringan SIK Nasional. Dalam rangka memperkuat koordinasi SIK Nasional dibentuk Dewan SIK Nasional. Dewan SIK Nasional terdiri atas semua pemangku kepentingan dan terdiri dari komite ahli, tim perumus, dan kelompok kerja. Tugas dan mekanisme kerja Dewan SIK Nasional akan ditentukan kemudian Penyelenggara Tingkat Provinsi Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 267/Menkes/SK/III/2008 tentang petunjuk teknis pengorganisasian dinas kesehatan daerah, organisasi yang menangani data dan informasi di dinas kesehatan provinsi seyogyanya dibentuk UPT Dinas (UPTD). Dalam rangka penyelenggaraan SIK di tingkat Provinsi perlu dibentuk Tim SIKDA. Tim SIKDA terdiri dari: Penanggung jawab: Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Koordinator: Pejabat Eselon III yang bertanggung jawab terhadap data dan informasi Sekretaris: Pejabat Eselon IV yang bertanggung jawab terhadap data dan informasi Anggota: Semua pemangku kepentingan di tingkat provinsi Penyelenggara Tingkat Kabupaten/Kota Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 267/Menkes/SK/III/2008 tentang petunjuk teknis pengorganisasian dinas kesehatan daerah, organisasi yang menangani data dan informasi di dinas kesehatan kabupaten/kota seyogyanya dibentuk UPT Dinas (UPTD). Dalam rangka penyelenggaraan SIK di tingkat Kabupaten/Kota perlu juga dibentuk Tim SIKDA. Tim SIKDA terdiri dari: Penanggung jawab: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Koordinator: Pejabat Eselon III yang bertanggung jawab terhadap data dan informasi Sekretaris: Pejabat Eselon IV yang bertanggung jawab terhadap data dan informasi Anggota: Semua pemangku kepentingan di tingkat kabupaten/kota Halaman 21 dari 69

23 3.4.4 Penyelenggara Tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat dasar, rujukan dan jaringannya baik milik pemerintah dan swasta, harus memiliki unit/tim yang menangani SIK. Untuk di pelayanan kesehatan tingkat dasar dibentuk tim pengelola SIK/data yang terdiri dari staf dengan kompetensi pengelolaan SIK dan TIK. Di rumah sakit di bentuk unit yang menangani sistem informasi dan komunikasi seperti yang diamanatkan dalam UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Halaman 22 dari 69

24 4 INDIKATOR 4.1 Penyusunan dan Penetapan Indikator Kesehatan Indikator kesehatan merupakan variabel untuk membantu mengukur perubahan-perubahan (khususnya bila perubahan itu tidak dapat diukur secara langsung) terhadap derajat kesehatan, masalah kesehatan, sumber daya kesehatan, dan kinerja upaya kesehatan, serta yang terkait dengan kesehatan. Indikator kesehatan harus memenuhi persyaratan indikator secara umum yaitu : Simple (Sederhana), Measurable (Dapat diukur), Attributable (Bermanfaat), Reliable (Dapat dipercaya), dan Timely (Tepat waktu). Hal lain yang harus diperhatikan dalam penentuan indikator adalah: 1. Indikator dihasilkan dari data yang tersedia dan berkualitas 2. Dipilih dengan memperhatikan masukan dari para ahli (expert input/judgement) dan melalui proses yang partisipatif 3. Didesain untuk dapat disebarluaskan kepada berbagai pihak yang bervariasi (yang terkait) 4. Menggambarkan kondisi pada berbagai wilayah geografis Bentuk-bentuk indikator yaitu angka absolute, angka rata-rata (mean, median, modus), persentase/proporsi, rasio, rate, dan angka komposit atau indeks. Penetapan indikator kesehatan memperhatikan hal-hal berikut: - Penetapan indikator kesehatan nasional mengacu pada indikator kesehatan global - Penetapan indikator kesehatan provinsi/kabupaten/kota mengacu pada indikator kesehatan nasional - Penetapan indikator kesehatan nasional melalui pertimbangan Tim SIK Nasional - Penetapan indikator kesehatan provinsi/kabupaten/kota melalui pertimbangan Tim SIKDA 4.2 Indikator Kesehatan Nasional Indikator kesehatan nasional meliputi indikator kesehatan yang disepakati global dan indikator kesehatan yang disepakati nasional. Berikut ini adalah daftar indikator kesehatan nasional yang terdapat pada dokumen tujuan pembangunan millennium (MDGs), indicator kesehatan global dan RPJMN No Indikator Keterangan Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs)* 1 Prevalensi balita dengan berat badan rendah / Children aged <5 years underweight kekurangan gizi 2 Angka Kematian Balita per kelahiran hidup 3 Angka Kematian Bayi (AKB) per kelahiran hidup 4 Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak 5 Angka Kematian Ibu per kelahiran Hidup (%) Under-five mortality rate (probability of dying by age 5 per 1000 live births) Measles immunization coverage among 1-year-olds (%) Mortality ratio (per live births) Halaman 23 dari 69

25 6 Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih Births attended by skilled health personnel (%) 7 Angka pemakaian kontrasepsi /CPR bagi Contraceptive prevalence (%) perempuan menikah usia 15-49, semua cara 8 Angka kelahiran remaja (perempuan usia tahun) per perempuan usia Tahun Adolescent fertility rate (per 1000 girls aged years) 9 Cakupan pelayanan Antenatal (sedikit nya satu kali kunjungan dan empat kali kunjungan) Antenatal care coverage (%): at least 1 visit and at least 4 visits 10 Unmet Need (kebutuhan keluarga berencana Unmet need for family planning (%) /KB yang tidak terpenuhi) 11 Prevalensi HIV/AIDS (persen) dari total populasi Prevalence of HIV among adults aged years (%) 12 Proporsi jumlah penduduk usia tahun Males aged years with (laki-laki dan perempuan) yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS comprehensive correct knowledge of HIV/AIDS (%) Females aged years with comprehensive correct knowledge of HIV/AIDS (%) 13 Proporsi penduduk terinfeksi HIV lanjut yang Antiretroviral therapy coverage memiliki akses pada obat-obatan anti retroviral among people with advanced HIV infection (%) 14 Angka kejadian Malaria (per penduduk) Malaria mortality rate (per population) 15 Proporsi anak balita yang tidur dengan Children aged <5 years sleeping kelambu berinsektisida 16 Proporsi anak balita dengan demam yang menerima pengobatan dengan anti malaria (%) 17 Angka kematian Tuberkulosis pada orang HIVnegatif (per penduduk) 18 Penduduk yang menggunakan sumber air minum berkualitas (%) 19 Penduduk yang menggunakan sanitasi yang baik (%) under insecticide-treated nets (%) Children aged <5 years with fever who received treatment with any antimalarial (%) Tuberculosis mortality rate among HIV-negative people (per population) Population using improved drinkingwater sources (%) Population using improved sanitation (%) No Indikator Keterangan Indikator Kesehatan Global (Global Health Indicator)* Angka Harapan Hidup (Life expectancy and mortality) Angka Harapan Hidup (tahun) Life expectancy at birth (years) Angka lahir hidup (per 1000 kelahiran) Stillbirth rate (per 1000 total births) Angka kematian neonatal (per 1000 kelahiran Neonatal mortality rate (per 1000 hidup) live births) Angka kematian bayi (per 1000 kelahiran hidup) Infant mortality rate (probability of dying by age 1 per 1000 live births) Angka kematian balita (kemungkinan mati Under-five mortality rate (probability sampai usia 5 tahun per 1000 kelahiran hidup) of dying by age 5 per 1000 live births) Angka Kematian orang dewasa (15-60 tahun Adult mortality rate (probability of per 1000 penduduk) dying between 15 and 60 years per 1000 population) Penyebab khusus kesakitan dan kematian (Cause-specific mortality and morbidity) Angka kematian ibu (per kelahiran Maternal mortality ratio (per hidup) live births) Angka kematian dengan penyebab khusus Cause-specific mortality rate (per population) Angka kematian berdasarkan kelompok umur Age-standardized mortality rates by menurut penyebab cause (per population) Angka distribusi tahun hidup yang hilang oleh Distribution of years of life lost by sebab-sebab yang lain (%) broader causes (%) Mortality Halaman 24 dari 69

26 Distribusi penyebab kematian pada balita (%) Distribution of causes of death among children aged <5 years (%) Prevalensi TB (per penduduk) Prevalence of tuberculosis (per population) Insidens TB (per penduduk) Incidence of tuberculosis (per 100 Prevalensi HIV pada orang dewasa umur tahun (%) Penyakit Menular Terpilih (Selected infectious diseases) 000 population per year) Prevalence of HIV among adults aged years (%) Morbidity Cakupan Pelayanan Kesehatan (Health service coverage) Cakupan Kunjungan ibu hamil Antenatal care coverage (%) Persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih Births attended by skilled health (%) personnel (%) Kelahiran dengan caesar(%) Births by caesarean section (%) Persentase neonatal dengan ibu yang Neonates protected at birth against diimunisasi TT neonatal tetanus (%) Cakupan imunisasi dasar lengkap (%) Immunization coverage among 1- year-olds (%) Cakupan anak 6-59 bulan menerima vit A (%) Children aged 6 59 months who received vitamin A supplementation (%) Cakupan balita yang tidur dengan Children aged <5 years sleeping kelambu berinsektisida under insecticide-treated nets (%) Cakupan balita demam yang diberi anti malaria Children aged <5 years with fever (%) who received treatment with any Cakupan balita demam dengan gejala ISPA diobati di fasilitas kesehatan antimalarial (%) Children aged <5 years with ARI symptoms taken to a health facility (%) Cakupan balita dengan diare menerima oralit Children aged <5 years with (%) diarrhoea receiving ORT (ORS and/or RHF) (%) Unmet need pada keluarga berencana (%) Unmet need for family planning (%) Prevalensi kb (%) Contraceptive prevalence (%) Cakupan terapi ARV pada wanita hamil Antiretroviral therapy coverage terinfeksi HIV untuk PMTCT (%) among HIV-infected pregnant Cakupan terapi ARV pada penderita HIV tingkat lanjut (%) CDR TB (%) women for PMTCT (%) Antiretroviral therapy coverage among people with advanced HIV infection (%) Case-detection rate for all forms of tuberculosis (%) Angka kesembuhan TB BTA+ (%) Smear-positive tuberculosis treatment-success rate (%) Faktor Risiko (Risk Factors) Penduduk menggunakan sumber air minum berkualitas Population using improved drinkingwater sources (%) Penduduk menggunakan jamban sehat Population using improved sanitation (%) Penduduk menggunakan bahan bakar padat Population using solid fuels (%) Berat Badan Lahir Rendah Low-birth-weight newborns (%) Bayi mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan Infants exclusively breastfed for the pertama first 6 months of life (%) Persentase balita pendek Children aged <5 years stunted (%) Persentase balita gizi kurang Children aged <5 years underweight (%) Persentase balita gizi lebih Children aged <5 years overweight (%) Persentase orang >=20 tahun mengalami Adults aged 20 years who are obesitas obese (%) Persentase orang >=15 th mengkonsumsi Alcohol consumption among adults Halaman 25 dari 69

27 alkohol aged 15 years (litres of pure alcohol per person per year) Persentase penduduk >=15 tahun yang Prevalence of smoking any tobacco merokok product among adults aged 15 years (%) Prevalensi pengguna tembakau pada usia 13- Prevalence of current tobacco use 15 tahun among adolescents aged years (%) Prevalensi pengguna kondom pada usia Prevalence of condom use by adults selama seks risiko tinggi aged years during higher-risk sex (%) Persentase penduduk usia tahun Population aged years with mempunyai pengetahuan konprehensif tentang comprehensive correct knowledge HIV of HIV/AIDS (%) Tenaga kesehatan, infrastruktur dan obat-obatan penting (Health workforce, infrastructure and essential medicines) Rasio jumlah dokter (per penduduk) Number of physicians and density Rasio jumlah bidan (per penduduk) Rasio jumlah dokter gigi (per penduduk) (per population) Number of nursing and midwifery personnel and density (per population) Number of dentistry personnel and density (per population) Rasio jumlah apoteker (per penduduk) Number of pharmaceutical personnel and density (per population) Rasio jumlah tenaga kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat (per penduduk) Rasio jumlah tenaga kesehatan masyarakat (per penduduk) Number of environment and public health workers and density (per population) Number of community health workers and density (per population) Jumlah tempat tidur rumah sakit (per Hospital beds (per penduduk) population) Jumlah unit radiologi (per penduduk) Radiotherapy units (per population) Rata-rata ketersediaan obat generik tertentu di Median availability of selected pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta generic medicines in public and (%) private sectors (%) Rata-rata rasio harga konsumen dari obat generik tertentu di pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta Pengeluaran Kesehatan (Health expenditure) Persentase Total pengeluaran untuk kesehatan dari produk domestik bruto Persentase Pengeluaran Pemerintah bidang kesehatan dari total belanja pada bidang kesehatan Persentase Pengeluaran Pribadi untuk bidang kesehatan dari total belanja pada kesehatan Persentase keseluruhan pengeluaran Pemerintah untuk bidang kesehatan dari total pengeluaran pemerintah Persentase Sumber daya eksternal untuk bidang kesehatan dari total belanja pada bidang kesehatan Persentase pengeluaran Jaminan sosial bidang kesehatan dari seluruh pengeluaran pemerintah bidang kesehatan Persentase pengeluaran yang dibayar sediri dari pengeluaran swasta di bidang kesehatan Median consumer price ratio of selected generic medicines in public and private sectors Total expenditure on health as a percentage of gross domestic product General government expenditure on health as a percentage of total expenditure on health Private expenditure on health as a percentage of total expenditure on health General government expenditure on health as a percentage of total government expenditure External resources for health as a percentage of total expenditure on health Social security expenditure on health as a percentage of general government expenditure on health Out-of-pocket expenditure as a percentage of private expenditure on health Health workforce Infrastructure Essential medicines Health expenditure ratios Halaman 26 dari 69

28 Persentase asuransi swasta dari pengeluaran swasta di bidang kesehatan Total Pengeluaran per kapita di bidang kesehatan pada kurs rata-rata (US $) Total Pengeluaran per kapita di bidang kesehatan (PPP int. $) Belanja pemerintah Per kapita di bidang kesehatan dengan kurs rata-rata (US $) Private prepaid plans as a percentage of private expenditure on health Per capita total expenditure on health at average exchange rate (US$) Per capita total expenditure on health (PPP int. $) Per capita government expenditure on health at average exchange rate (US$) Per capita government expenditure on health (PPP int. $) Belanja pemerintah per kapita di bidang kesehatan (PPP int. $) Ketidakadilan di bidang kesehatan (Health inequities) Persentase kelahiran yang dibantu oleh tenaga Births attended by skilled health kesehatan terampil (%) personnel (%) Cakupan imunisasi campak pada anak usia 1 Measles immunization coverage tahun (%) among 1-year-olds (%) tingkat Kematian balita (kemungkinan mati pada Under-five mortality rate (probability usia 5 per 1000 kelahiran hidup) of dying by age 5 per 1000 live births) Statistik demografi dan sosial ekonomi (Demographic and socioeconomic statistics) Jumlah populasi (dalam ribuan) Population total (000s) Usia rata-rata Penduduk (tahun) Population median age (years) Persentase penduduk yang berusia di bawah Population aged under 15 (%) 15 tahun (%) Persentase penduduk yang berusia di atas 60 Population aged over 60 (%) tahun (%) Persentase tingkat pertumbuhan penduduk Annual population growth rate (%) tahunan (%) Persentase Penduduk yang tinggal di daerah Population living in urban areas (%) perkotaan (%) cakupan catatan sipil (%) dari kelahiran Civil registration coverage (%) of dan penyebab kematian births and causes of death Jumlah angka kesuburan (per perempuan) Total fertility rate (per woman) Angka kesuburan remaja (per 1000 perempuan Adolescent fertility rate (per 1000 usia tahun) girls aged years) Angka melek huruf orang dewasa (%) Adult literacy rate (%) Angka partisipasi pendidikan dasar (%) Net primary school enrolment rate (%) Pendapatan nasional bruto per kapita (PPP int. Gross national income per capita $) (PPP int. $) Penduduk yang berpedapatan < $ 1 per hari Population living on <$1 (PPP int. $) (PPP int. $) A (%) a day (%) *World Health Statistic, 2011 Per capita health expenditures No Indikator Keterangan RPJMN Kesehatan Masyarakat 1 Persentase Ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih Kementerian Kesehatan (cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN)) 2 Persentase Ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal (cakupan Kementerian Kesehatan kunjungan kehamilan ke empat (K4)) 3 Persentase fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan KB Kementerian Kesehatan sesuai standar 4 Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) Kementerian Kesehatan 5 Cakupan oelayanan kesehatan bayi Kementerian Kesehatan 6 Cakupan pelayanan kesehatan balita Kementerian Kesehatan 7 Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap Kementerian Kesehatan 8 Jumlah puskesmas yang mendapatkan bantuan operasional kesehatan dan menyelenggarakan lokakarya mini untuk menunjang pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kementerian Kesehatan Halaman 27 dari 69

29 9 Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas Kementerian Kesehatan 10 Persentase kualitas air minum yang memenuhi syarat Kementerian Kesehatan 11 Persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat Kementerian Kesehatan 12 Jumlah kawasan dan desa yang terfasilitasi pembangunan air minum Kementerian Pekerjaan Umum 13 Jumlah kawasan dan desa yang terfasilitasi pembangunan sanitasi (air limbah, persampahan dan drainase) Kementerian Pekerjaan Umum Sarana Kesehatan 14 Jumlah kota di Indonesia yang memiliki RS standar kelas dunia (world class) Kementerian Kesehatan Obat 15 Persentase ketersediaan obat dan vaksin Kementerian Kesehatan Asuransi Kesehatan Nasional 16 Persentase penduduk (termasuk seluruh penduduk miskin) yang memiliki jaminan kesehatan 17 Persentase RS yang melayani pasien penduduk miskin peserta program Jamkesmas 18 Jumlah puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi penduduk miskin 19 Tingkat kesiapan badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) pusat maupun daerah untuk melaksanakan jaminan sosial Kementerian Kesehatan Kementerian Kesehatan Kementerian Kesehatan Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat Keluarga Berencana 20 Jumlah klinik KB pemerintah dan swasta yang melayani KB BKKBN 21 Jumlah klinik KB pemerintah dan swasta yang mendapat dukungan sarana prasarana BKKBN Pengendalian Penyakit Menular 22 Prevalensi kasus HIV Kementerian Kesehatan 23 Jumlah kasus TB per penduduk Kementerian Kesehatan 24 Persentase kasus baru TBParu (BTA positif) yang ditemukan Kementerian Kesehatan 25 Persentase kasus baru TBParu (BTA positif) yang disembuhkan Kementerian Kesehatan 26 Persentase penduduk 15 tahun ke atas menurut pengetahuan tentang HIV dan AIDS Kementerian Kesehatan 27 Angka penemuan kasus malaria per penduduk Kementerian Kesehatan Indikator kesehatan tidak terbatas hanya pada indikator tersebut di atas, indikator kesehatan dapat berkembang sesuai kebutuhan, baik nasional maupun lokal. Keterangan lebih rinci mengenai indikator kesehatan merujuk pada dokumen acuan yang terkait. Halaman 28 dari 69

30 5 SUMBER DATA Data adalah bukti nyata yang menggambarkan kondisi atau fakta yang sebenarnya di lapangan atau di masyarakat. Informasi adalah hasil dari pengolahan data dalam bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian sehingga akan berguna untuk pengambilan keputusan. Data dapat dikumpulkan dengan berbagai macam cara, yaitu: (1) metode rutin, dan (2) metode non-rutin. Pengumpulan data secara rutin dilakukan untuk data yang berasal dari fasilitas kesehatan. Data ini dikumpulkan atas dasar catatan atau rekam medik pasien/klien baik yang berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan maupun yang dilayani di luar gedung fasilitas pelayanan kesehatan. Pengumpulan data secara rutin umumnya dilakukan oleh petugas kesehatan. Akan tetapi pengumpulan data secara rutin juga dapat dilakukan oleh masyarakat (kader kesehatan). Bentuk lain dari pengumpulan data secara rutin adalah registrasi vital. Adapun pengumpulan data secara non-rutin umumnya dilakukan melalui survei, sensus, evaluasi cepat (kuantitatif atau kualitatif), dan studi-studi khusus/penelitian. Intervensi kesehatan tidak efektif dan tidak tepat sasaran tanpa informasi dan data yang akurat dan tepat waktu. 5.1 Jenis Sumber Data Sumber data kesehatan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang bersumber dari fasilitas dan masyarakat 1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Sumber data kesehatan yang berasal dari fasilitas terdiri dari : a. Fasilitas kesehatan Data di fasilitas kesehatan didapatkan dari format pencatatan dan pelaporan yang telah ditetapkan. Data di fasiltas kesehatan mencakup data kegiatan dan data sumber daya. Fasilitas kesehatan melingkupi fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta seperti praktek swasta, Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan, UPT kesehatan lain, dll. b. Fasilitas selain kesehatan. Fasilitas selain kesehatan yang dimaksud di sini antara lain : BPS, Dinas Pendidikan, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, dll. 2. Masyarakat Data yang bersumber dari masyarakat biasanya digunakan untuk mengevaluasi dampak (derajat kesehatan, lingkungan sehat, perilaku sehat, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan). Data ini dapat dikumpulkan melalui kajian cepat (rapid asessment) seperti observasi, wawancara dan diskusi kelompok terfokus (FGD) dan Survei seperti Riskesdas, SKRT, Susenas, SDKI, sistem registrasi penduduk dan lainlain. Data berbasis masyarakat dapat menangkap informasi tentang latar belakang sosial budaya masyarakat, harapan, perilaku, dan lain-lain secara lebih lengkap. Kedua sumber data tersebut berfungsi saling melengkapi. Halaman 29 dari 69

31 5.2 Kewenangan Menetapkan Data Sasaran Data sasaran digunakan sebagai pembanding dalam menilai kinerja dan perencanaan di bidang kesehatan. Data sasaran biasanya adalah data kependudukan dan digunakan sebagai denominator untuk penghitungan suatu indikator. Data sasaran juga merupakan data yang digunakan untuk melakukan perencanaan program kesehatan dalam kurun waktu tertentu. Berikut ini merupakan data sasaran dan instansi yang menetapkannya. No Data Instansi 1 Data Wilayah Kementerian Dalam Negeri 2 Jumlah Penduduk (termasuk jumlah Kementerian Dalam Negeri, BPS Penduduk menurut umur) 3 Jumlah Batita Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan data penduduk BPS) 4 Jumlah Balita Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan data penduduk BPS) 5 Jumlah Anak Balita Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan data penduduk BPS) 6 Jumlah Anak Pra Sekolah Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan data penduduk BPS) 7 Jumlah Anak Kelas I SD Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan 8 Jumlah Anak Kelas VI SD Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan 9 Jumlah Anak Sekolah (SD) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan 10 Jumlah Usia Remaja Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan data penduduk BPS) 11 Jumlah WUS Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan data penduduk BPS) 12 Jumlah WUS Imunisasi Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan data penduduk BPS) 13 Jumlah Penduduk Usia Produktif Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan data penduduk BPS) 14 Jumlah Penduduk (Prasenil/prausila) Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan data penduduk BPS) 15 Jumlah Penduduk Usia Lanjut Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan data penduduk BPS) 16 Jumlah Usia Lanjut Risiko Tinggi Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan data penduduk BPS) 17 Jumlah Ibu Hamil Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan data penduduk BPS) 18 Jumlah Ibu Bersalin Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan data penduduk BPS) 19 Jumlah Ibu Nifas Kemkes, Dinkes kab/prov(berdasarkan data penduduk BPS) 20 Jumlah Ibu Menyusui Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan data penduduk BPS) 21 Jumlah Jemaah Haji Kemenag, Kemkes, Dinkes kab/kota 5.3 Laporan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Halaman 30 dari 69

32 Berikut ini jenis-jenis laporan yang harus dilaporkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu: 1. Puskesmas Pelaporan yang dilakukan oleh Puskesmas sesuai dengan format dan standar dataset minimal yang telah ditetapkan, jenis laporan yang dibuat oleh Puskesmas yaitu : 1. Laporan Individual a) Laporan Individual Register Kunjungan Pasien b) Laporan Individual Register Pelayanan Obat c) Laporan Individual Register KIA/KB d) Laporan Individual Register Posyandu e) Laporan Individual Register Surveilans f) Laporan Individual Register Gizi g) Laporan Individual Register PHBS h) Laporan Individual Register Promosi Kesehatan i) Laporan Individual Register Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan j) Laporan Individual Ketenagaan k) Laporan Individual Register Pembinaan dan pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia sekolah di TK, SD/MI l) Laporan Individual Register Pembinaan dan pelayanan kesehatan usia lanjut m) Laporan Individual Register Pelaksanaan Kunjungan Rumah n) Laporan Individual Register Pembinaan Kader o) Laporan KLB Keracunan Pangan p) Laporan KLB Penyakit (sesuai dengan Permenkes No. 1501/Menkes/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan) q) Laporan Peresepan Obat Generik r) Laporan Individual Register Jemaah Haji Indonesia 2. Laporan Aggregat a) Laporan Kegiatan Pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Darurat b) Laporan 10 Besar Penyakit Rawat Jalan dan Rawat Darurat c) Laporan Kegiatan Pelayanan Penunjang (Laboratorium dan Radiologi) d) Laporan Kegiatan Pelayanan Obat e) Laporan Kunjungan Peserta Jamkesmas f) Laporan Kegiatan Pelayanan Rawat Inap (untuk Puskesmas dengan tempat perawatan inap) g) Laporan Keuangan h) Laporan Jumlah Tenaga Kesehatan i) Laporan Sarana dan Alat Puskesmas j) Laporan Pelaksanaan Program Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit (menular langsung, bersumber binatang, tidak menular) k) Laporan pelayanan kesehatan ibu l) Laporan pelayanan kesehatan anak m) Laporan pelayanan KB n) Laporan Gizi Halaman 31 dari 69

33 o) Laporan Imunisasi p) Laporan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) q) Laporan Promosi Kesehatan (Penyuluhan Kesehatan) r) Laporan Penggunaan Obat s) Laporan Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan t) Laporan Upaya Kesehatan Sekolah u) Laporan Pembinaan dan Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah dan Usia Sekolah di TK, SD/MI v) Laporan Pembinaan dan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut w) Laporan Pelaksanaan Kunjungan Rumah x) Laporan Program Kesehatan Anak dan Remaja/Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) pada sekolah di Desa binaannya y) Laporan Pelaksanaan Program Desa Siaga z) Laporan Pelaksanaan TOGA aa) Laporan Pembinaan Kader ä) Laporan Kasus Kekerasan pada Perempuan dan Anak cc) Laporan Kegiatan Perokok dd) Laporan Pengobatan Tradisional ee) Laporan Pengobatan Komplementer-alternatif cc) Laporan Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji Indonesia Laporan Puskesmas sudah meliputi data dari Puskesmas Keliling, Puskesmas Pembantu dan UKBM (Poskesdes, Posyandu, UKBM lainnya) 2. Bidan Desa Pelaporan yang dilakukan oleh Bidan Desa sesuai dengan format dan standar dataset minimal yang telah ditetapkan, jenis laporan Bidan Desa yaitu: 1. Laporan Individual a) Laporan Register Pasien b) Laporan Pelayanan Pasien c) Laporan Pelayanan Obat d) Laporan Register KIA/KB e) Laporan Register Posyandu f) Laporan Register Surveilans g) Laporan Register Gizi 2. Laporan Aggregat a) Laporan KIA/KB, yang terdiri dari : i. Laporan pelayanan antenatal, pelayanan persalinan, dan perawatan nifas. ii. Laporan pelayanan KB, Imunisasi, dan Kegawatdaruratan KIA/KB iii. Laporan pendeteksian Bumil Risti/komplikasi iv. Laporan pendeteksian dan penanggulangan ibu hamil kekurangan energi kronis (Bumil KEK) v. Laporan kematian ibu, bayi dan anak balita b) Laporan Pembinaan dan Kemitraan dengan Dukun Paraji Halaman 32 dari 69

34 c) Laporan Pelaksanaan Kegiatan Posyandu d) Laporan Gizi e) Laporan Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit f) Laporan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) g) Laporan Promosi Kesehatan (Penyuluhan Kesehatan) Program KIA/KB dan Kesehatan h) Laporan Penggunaan Obat i) Laporan Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan j) Laporan Pelaksanaan Kunjungan Rumah k) Laporan Pembinaan Kader 3. Perawat Desa / Perawat Perkesmas Pelaporan yang dilakukan oleh Perawat Desa/Perawat Perkesmas sesuai dengan format dan standar dataset minimal yang telah ditetapkan, jenis laporan Perawat Desa/Perawat Perkesmas yaitu: 1. Laporan Individual a) Laporan Register Pasien b) Laporan Pelayanan Pasien c) Laporan Pelayanan Obat dan Tindakan Khusus d) Laporan Register Case Finding dan Rujukan e) Laporan Register Pelayanan Interdisiplin/Kolaborasi 2. Laporan Aggregat a) Laporan Kegiatan Pembinaan Keluarga i. Laporan Pemetaan Masalah Kesehatan Keluarga ii. Laporan Kegiatan Pembinaan Keluarga/Kunjungan Rumah iii. Laporan Hasil Pembinaan Keluarga b) Laporan Pembinaan Dan Kemitraan Dengan Dukun Paraji i. Laporan Profil Kelompok Binaan Perkesmas ii. Laporan Skrining Kesehatan Kelompok dan Rujukan iii. Laporan Kegiatan Intervensi Kelompok iv. Laporan Kegiatan Pemberdayaan Kelompok v. Laporan Hasil Pembinaan Kelompok c) Laporan Kegiatan Desa Binaan Perkesmas i. Laporan Sarana dan Prasarana Pendukung Kegiatan Perkesmas ii. Laporan Survey Mawas Diri iii. Laporan Musyawarah Masyarakat Desa iv. Laporan Pelatihan Kader v. Laporan Pembinaan dan Supervisi Kader vi. Laporan Penggerakan Masyarakat Desa vii. Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan viii. Laporan Hasil Kegiatan Daerah Binaan Perkesmas 4. Rumah Sakit Halaman 33 dari 69

35 Pelaporan yang dilakukan oleh Rumah Sakit sesuai dengan format dan standar dataset minimal yang telah ditetapkan, jenis laporan yang dibuat oleh rumah sakit yaitu: 1. Laporan Individual a) Laporan Individual Pelayanan Pasien b) Laporan Individual Pelayanan Obat c) Laporan Individual Pembinaan dan Pelayanan Kesehatan Haji 2. Laporan Aggregat a) Laporan Kegiatan Pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Darurat b) Laporan 10 Besar Penyakit Rawat Jalan dan Rawat Darurat c) Laporan Kegiatan Pelayanan Penunjang (Laboratorium dan Radiologi) d) Laporan Kegiatan Pelayanan Obat e) Laporan Kunjungan Peserta Jamkesmas f) Laporan Kegiatan Pelayanan Rawat Inap (untuk Puskesmas dengan tempat perawatan inap) g) Laporan Keuangan h) Laporan Jumlah Tenaga Kesehatan i) Laporan Sarana dan Alat Rumah Sakit j) Laporan KIA/KB k) Laporan Gizi l) Laporan Imunisasi m) Laporan Promosi Kesehatan n) Laporan Penggunaan Obat o) Laporan Pembinaan dan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut p) Laporan Kasus Kekerasan pada Perempuan dan Anak q) Laporan Kesehatan Jiwa r) Laporan Kesehatan Gigi dan Mulut s) Laporan Pelayanan Khusus t) Laporan Jenis Kunjungan u) Laporan Pengobatan Tradisional v) Laporan Pengobatan Komplementer-alternatif w) Laporan Pembinaan dan Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji 5. Laboratorium Kesehatan Pelaporan yang dilakukan oleh Laboratorium Kesehatan sesuai dengan format dan standar dataset minimal yang telah ditetapkan. Jenis laporan yang dibuat oleh laboratorium kesehatan yaitu: a) Laporan Kegiatan Laboratorium Kesehatan b) Laporan Hasil Pemeriksaan Pasien c) Laporan Hasil Pemantapan Mutu d) Laporan Profil Laboratorium Kesehatan e) Laporan Tenaga Kesehatan f) Laporan Sarana dan Alat 6. Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota dan Provinsi Halaman 34 dari 69

36 Pelaporan yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota sesuai dengan format dan standar dataset minimal yang telah ditetapkan. Jenis laporan yang dibuat oleh Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yaitu: a) Laporan Barang Farmasi Masuk b) Laporan Barang Farmasi Keluar c) Laporan Barang Farmasi Rusak/Kadaluwarsa d) Laporan Jumlah Stok Barang Farmasi e) Laporan Fast Moving/Slow Moving Barang farmasi f) Laporan Tenaga Farmasi 7. Apotek Pelaporan yang dilakukan oleh Apotek sesuai dengan format dan standar dataset minimal yang telah ditetapkan. Jenis laporan yang dibuat oleh Apotek yaitu: a) Laporan Pelayanan Obat pasien b) Laporan Profil Apotek c) Laporan Tenaga Apotek d) Laporan Sarana dan Alat e) Laporan Mutasi Obat f) Laporan Obat Rusak/Kadaluwarsa g) Laporan Penggunaan Obat golongan narkotik/psikotropik 8. Klinik/Praktik Dokter Pelaporan yang dilakukan oleh Klinik/Praktik Dokter sesuai dengan format dan standar dataset minimal yang telah ditetapkan. Jenis laporan yang dibuat oleh Klinik/Praktik Dokter yaitu: a) Laporan Kunjungan/Pelayanan Pasien b) Laporan Kasus Penyakit c) Laporan Resep Pasien d) Laporan Profil Klinik/Praktik Dokter e) Laporan Tenaga Medis f) Laporan Sarana dan Alat 9. Bidan Praktik Mandiri Pelaporan yang dilakukan oleh Bidan Praktik Mandiri sesuai dengan format dan standar dataset minimal yang telah ditetapkan. Jenis laporan yang dibuat oleh Bidan Praktik Mandiri yaitu: a) Laporan Pelayanan Pasien b) Laporan Bulanan KIA/KB c) Laporan Gizi d) Laporan Imunisasi e) Laporan Resep Obat Pasien f) Laporan Profil Bidan Halaman 35 dari 69

37 Perawat Praktik Mandiri / Praktik Swasta Pelaporan yang dilakukan oleh Perawat Praktik Mandiri/Praktik Swasta sesuai dengan format dan standar dataset minimal yang telah ditetapkan. Jenis laporan yang dibuat oleh Perawat Praktik Mandiri/Praktik Swasta yaitu: a) Laporan Kunjungan/Pelayanan Pasien atau Klien b) Laporan Kasus/Masalah Kesehatan Pasien atau Klien c) Laporan Profil Perawat d) Laporan Profil Tempat Praktik Perawat Termasuk Sarana Prasarana Pendukung e) Laporan Intervensi dan Kegiatan Penanganan Kasus f) Laporan Kolaborasi Interdisiplin dan Rujukan Kasus g) Laporan Kegiatan Sesuai Program Pemerintah (imunisasi, MTBS, perbaikan gizi balita) 10. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Pelaporan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan format dan standar dataset minimal yang telah ditetapkan. Jenis laporan yang dibuat oleh oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yaitu: 1. Laporan Individu a) Sesuai dengan laporan individu dari fasilitas pelayanan kesehatan b) Laporan Individual Ketenagaan 2. Laporan Agregat a) Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota b) Profil Kesehatan Kabupaten/Kota c) Laporan Ketenagaan d) Laporan Keuangan e) Laporan Sarana dan Prasarana f) Laporan Indikator Kinerja g) Lapoan lain terkait program h) Laporan agregat dari fasilitas pelayanan kesehatan 11. Dinas Kesehatan Provinsi Pelaporan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi sesuai dengan format dan standar dataset minimal yang telah ditetapkan. Jenis laporan yang dibuat oleh Dinas Kesehatan Provinsi yaitu: 1. Laporan Individu a) Sesuai dengan laporan individu dari fasilitas pelayanan kesehatan b) Laporan Individual Ketenagaan 2. Laporan Agregat a) Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Provinsi b) Profil Kesehatan Provinsi c) Laporan Ketenagaan Halaman 36 dari 69

38 d) Laporan Keuangan e) Laporan Sarana dan Prasarana f) Laporan Indikator Kinerja g) Lapoan Lain Terkait Program h) Laporan Agregat dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan 12. Unit Pelayanan Teknis Dinas / Pusat Pelaporan yang dilakukan oleh Unit Pelayanan Teknis Dinas/Pusat (UPT Dinas/Pusat) sesuai dengan format dan standar dataset minimal yang telah ditetapkan. Jenis laporan yang dilaporkan yaitu: a) Laporan Kegiatan Pelayanan Kesehatan b) Profil UPT Dinas/Pusat c) Laporan Ketenagaan d) Laporan Keuangan e) Laporan Sarana dan Prasarana f) Laporan Indikator Kinerja g) Laporan lain terkait program Secara bertahap, laporan pelayanan kesehatan dan ketenagaan dilaporkan secara individual. 13. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain diantaranya SP3T, praktik perorangan pengobatan komplementer-alternatif, praktik berkelompok pengobatan komplementer-alternatif, griya kesehatan tradisional (klinik akupuntur, klinik herbal, klinik patah tulang), klinik kesehatan di kementerian/lembaga, klinik kesehatan di perusahaan dan fasilitas pelayanan kesehatan lain. Pelaporan yang dilakukan oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain sesuai dengan format dan standar dataset minimal yang telah ditetapkan. Jenis laporan yang dilaporkan yaitu: a) Laporan Pelayanan kesehatan b) Profil Pelayanan Kesehatan c) Laporan Ketenagaan d) Laporan Keuangan e) Laporan Sarana dan Prasarana f) Laporan Indikator Kinerja g) Laporan lain terkait program Secara bertahap, laporan pelayanan kesehatan dan ketenagaan dilaporkan secara individual. Halaman 37 dari 69

39 6 PENGELOLAAN DATA 6.1 Pengumpulan Data Standar Data Standar data merupakan dataset minimal yang harus ada pada suatu sistem informasi sehingga dapat menghasilkan keseragaman informasi dari berbagai sistem informasi yang ada. Oleh karena itu, semua sistem informasi kesehatan di Indonesia harus menggunakan dataset dan kode standar yang telah ditetapkan agar data dari sistem yang sudah dikembangkan dapat dikirim dan diintegrasikan dengan Bank Data Kesehatan Nasional. Dataset minimal untuk masing-masing fasilitas kesehatan akan dibahas pada petunjuk teknis Petugas Data Hal yang saat ini sering dibicarakan sehubungan dengan pengelolaan SIK adalah mengenai kebijakan penambahan tenaga khusus pengelola SIK pada fasilitas kesehatan baik itu yang masih manual maupun komputerisasi. Dapat pula memberdayakan tenaga medis yang bertugas memberikan pelayanan dan mencatat data di dalam SIK manual (berbasis kertas) untuk menjadi tenaga pengelola SIK, karena tenaga medis yang memberikan pelayanan lebih tahu data yang harus dicatat dengan akurat. Bila proses pencatatan bisa diintegrasikan dengan proses kerja (khususnya melalui pemanfaatan TIK), hal ini tidak akan menjadi beban dan dapat membantu dalam pengambilan keputusan. Diupayakan dibentuk tim pengelola SIK/data yang terdiri dari staf dengan kompetensi pengelolaan SIK dan TIK Dalam proses implementasi SIK komputerisasi, waktu transisi dari sistem manual ke sistem komputerisasi menambah beban karena sistem manual dan sistem komputer harus dijalankan secara bersamaan. Maka disarankan proses transisi harus pendek dan migrasi ke sistem komputerisasi penuh harus disegerakan agar beban data entri ganda ini tidak diperpanjang. Setelah transisi selesai, sistem manual harus segera dihentikan apabila sudah dikonfirmasi bahwa sistem komputerisasi sudah berjalan dengan bagus. Ini sering menjadi risiko tinggi di dalam proses implementasi dimana petugas medis diharuskan memakai 2 sistem (dan kerja ganda) dalam jangka waktu yang terlalu lama sehingga mereka akhirnya meninggalkan sistem komputerisasi baru dan tetap memakai sistem manual. Rekomendasi untuk waktu transisi adalah maksimal 1 bulan Kualitas Data Prinsip kualitas data berhubungan dengan kelengkapan, keakuratan, konsistensi dan ketepatan waktu. Data yang berkualitas harus dapat diandalkan (reliable) dan bermanfaat. Agar data dapat diandalkan harus tepat waktu (up to date) dan relevan. Data akan bermanfaat apabila sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (Objektif), mewakili objek yang diteliti/diamati (Representatif) dan mengandung sedikit kesalahan (minimum error). Hal ini menjadi tanggungjawab semua petugas data entri, pengelola data dan kepala fasilitas pelayanan untuk memastikan bahwa data yang tercatat di dalam SIK berkualitas tinggi. Untuk memastikan bahwa kualitas data tersebut valid, langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan melakukan Quality Assurance. Quality assurance adalah proses pemeriksaan dan pengumpulan informasi mengenai data pada sumber data untuk menemukan inkonsistensi dan anomali lainnya dan melakukan pembersihan data aktivitas Halaman 38 dari 69

40 untuk meningkatkan kualitas data. Misal semua pencatat harus melakukan pengecekan sebelum data di entri/dicatat. Langkah kedua adalah dengan melakukan Quality Control, yaitu proses pengawasan dan pemeriksaan terhadap kualitas data yang dihasilkan dari suatu aplikasi sistem. Kegiatan ini dilakukan setelah proses validasi data, misalnya dengan dengan cara verifikasi data secara rutin terhadap laporan yang dihasilkan, dimana bila terdapat kesalahan, harus segera diinformasikan kepada petugas entri data untuk diperbaiki. Indikator data yang berkualitas, Akurat: data yang tersimpan nilainya benar (nama cocok dengan alamatnya); Konsisten: nilai sebuah field data akan sama semua dalam berbagai berkas (field produk A dengan kode 123, akan selalu sama kodenya di setiap berkas lain); Tidak Redundan: tidak boleh ada data yang sama disimpan di tempat yang berbeda dalam satu system; Lengkap: tidak ada nilai atribut salah yang diberikan dalam sistem Survey Kualitas Data Survey adalah metoda pengumpulan data melalui instrumen (kuesioner dan wawancara) yang bisa merekam tangapan-tanggapan responden dalam sebuah sampel penelitian. Dalam survei ada 5 tahap yangharus dilakukan, yaitu: Tahap pertama terdiri dari: mengembangkan hipotesis, memutuskan jenis survei (Surat, wawancara, telepon), menulis pertanyaan survey, menentukan kategori respons, mendesain lay out. Tahap kedua: merencanakan penyimpanan data dan melakukan pilot test. Tahap ketiga: menentukan target populasi, menentukan batasan sampel, menentukan jumlah sampel dan memilih sampel. Tahap keempat merupakan tahapan penting yaitu: menentukan lokasi responden, melakukan wawancara dan merekam data secara hati-hati. Tahap kelima: memasukkan data ke dalam komputer, melakukan cek ulang data dan melakukan analisis statistik. Tahap keenam: menjelaskan metode dan temuan dalam laporan, mempresentasikan temuan pada publik untuk mendapatkan evaluasi. Keenam tahapan dalam survei itu harus dilakukan untukmemperoleh data yang akurat. Untuk menjaga kualitas data yang dihasilkan harus dilakukan pencatatan sesuai dengan form yang disediakan dan data yang telah dicatat dicek kebenarannya. Untuk yang menggunakan system terkomputerisasi data harus dientri sesuai dengan form yang disediakan, sebelum data disimpan harus dicek ulang validitasnya. Dan bila menggunakan data bersumber dari hasil survey, perlu dipertimbangkan apakah yang mengeluarkan data tersebut dapat dipercaya atau tidak. 6.2 Pengolahan Data Keamanan Data dan Kerahasiaan Data Keamanan merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk berjalannya SIK secara berkesinambungan, terutama data maupun informasi yang menyangkut data pasien yang sangat sensitif dan pribadi. Semua pengelola SIK harus memberi perhatian khusus terhadap praktik-praktik yang dapat mengganggu keberlangsungan SIK. Untuk dapat menangani serta meningkatkan keamanan sistem maka kemampuan teknis para pengelola SIK nya harus ditingkatkan. Para pengelola SIK harus menjamin keamanan, baik dari segi keamanan fisik maupun keamanan sistem. Halaman 39 dari 69

41 Keamanan SIK dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu: 1. Keamanan yang bersifat fisik; termasuk akses orang ke gedung peralatan dan media yang digunakan. 2. Keamanan yang berhubungan dengan orang (personel) 3. Keamanan dari data dan media serta teknik komunikasi 4. Keamanan dalam operasional; adanya prosedur yang digunakan untuk mengatur dan mengelola sistem. Melihat dari klasifikasi diatas maka kita perlu untuk memperhatikan aspek-aspek dari keamanan sistem yang meliputi: 1. Privasi Pasien Privasi ini bertujuan untuk menjaga data maupun informasi dari orang yang tidak berhak mengakses data, lebih kearah data-data yang bersifat privat. Kerahasian berhubungan dengan data maupun informasi yang diberikan kepada pihak lain untuk keperluan tertentu dan hanya diperbolehkan digunakan untuk keperluan tertentu tersebut, dengan kata lain data maupun informasi harus dapat diproteksi dalam penggunaannya dan penyebarannya. Manual o Petugas yang berhak mengakses data pasien mengikut kebijakan yang berhak akses o Penyimpanan data pasien harus di dalam ruangan yang terkunci dan tidak semua orang bisa mengakses o Data pasien tidak boleh dibawa oleh yang tidak berhak Elektronik o Hak akses ke dalam sistem yang memiliki informasi pasien mengikut kebijakan yang berhak akses o Harus di siapkan antivirus dan firewall supaya sistem penyimpanan data pasien tidak bisa di hack o Pengiriman secara elektronik nama pasien harus dienkripsi Di dalam model SIK yang berbasis komputerisasi, data yang bisa mengidentifikasikan pasien seperti: Nama Alamat (alamat jalan, bukan Desa atau Kabupaten) Nama keluarga Hanya bisa disimpan di dalam fasilitas pelayanan saja. Data ini tidak boleh dikirim bersama data lain yang dilaporkan ke Bank Data Kesehatan Nasional dalam sistem pelaporan disaggregat atau individu. 2. Kontrol Akses Merupakan cara pengaturan akses terhadap data maupun informasi berhubungan dengan masalah keaslian dan juga privasi, biasanya dengan menggunakan kombinasi user id/password ataupun dengan metode lainnya. 3. Ganguan Keamanan Lainnya Berbagai gangguan yang mungkin menjadi ancaman bagi SIK dan juga data yang tersimpan, antara lain: Bencana - Berbagai bencana alam seperti banjir, gempa, kebakaran, dan lain lain. Halaman 40 dari 69

42 Sabotase - Dapat terjadi selama tahap implementasi ketika pengguna diperkenalkan dengan sistem baru maupun ketika sistem telah berjalan. Alasan untuk sabotase bisa beragam, mulai dari ketidaksukaan/penolakan pada sistem sampai pada perlindungan kepentingan sendiri. Kondisi fisik dan infrastruktur - Kerusakan juga bisa terjadi pada peralatan TI karena penyimpanan fisik dan lingkungan operasi. Komputer dan perangkat lain harus beroperasi dalam lingkungan yang aman seperti jauh dari sinar matahari langsung, menghindari kelembaban yang berlebihan (seperti kebocoran pipa) dan sering dibersihkan dari debu. Hacker/Peretas Sistem - Hacker dengan niat jahat dapat membahayakan sistem komputer dari jarak jauh melalui konektivitas internet dan sistem jaringanp erangkat lunak. Software Berbahaya - Virus, Trojan Horse dan Worm adalah perangkat lunak berbahaya yang paling umum yang menimbulkan risiko potensial terhadap sistem dan data. Risiko ini sering tersembunyi dan berjalan di latar belakang sistem komputer tanpa disadari si pengguna. Hal dapat berpotensi menghapus total sistem aplikasi komputer dan data Pengamanan SIK Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk antisipasi terhadap ancaman-ancaman yang mungkin terjadi : 1. Antivirus dan Firewall Pemasangan antivirus pada komputer merupakan langkah utama yang harus dilakukan untuk pertahanan. Personil TI yang bertugas menjaga sistem harus memastikan bahwa semua komputer memiliki perangkat lunak antivirus dan yang rutin diperbarui secara online dengan file definisi virus yang terbaru. Untuk manajer TI yang menangani jaringan menengah sampai besar seperti di rumah sakit, pemutakhiran antivirus dapat dilakukan secara terpusat dan dikendalikan secara otomatis oleh sistem. Firewall jaringan merupakan unsur penting lainnya untuk pencegahan terhadap akses yang tidak sah dari luar. Hal ini sangat penting karena jaringan yang terhubung ke internet yang selalu rentan terhadap ancaman. Sebuah jaringan profesional yang berpengalaman dengan keamanan jaringan memerlukan pemeliharaan dan update terus menerus pada kebijakan keamanan jaringan fasilitas kesehatan itu. 2. Keamanan Fisik Pengamanan perangkat IT secara tradisional dapat dilakukan melalui pemasangan kunci dan pintu. Selain itu penempatan petugas penjaga kemanan diperlukan untuk mencegah terjadinya pencurian. Semua peralatan komputer yang berharga harus disimpan dalam ruangan dan akses ke ruangan tersebut harus diawasi. Perangkat TI bergerak/mobile yang rentan terhadap pencurian harus ditandai dan dijaga ketat. 3. Sistem dan Akses Data Pengendalian Sistem dan akses data dapat dilakukan melalui penentuan hak akses pengguna terhadap sistem. Hak akses harus diberikan kepada pengguna yang berbeda sesuai dengan kebutuhan yang berbeda. Misalnya, seorang staf di bagian keuangan tidak boleh diberikan akses terhadap catatan medis dari pasien, yang boleh mendapatkan akses hanya oleh staf klinis. Hak-hak akses harus ditentukan oleh ID login individu dan ID unik pengguna dan password. Staf juga harus dididik tentang pentingnya menjaga ID login dan password rahasia untuk mencegah pencurian identitas. Halaman 41 dari 69

43 Sistem juga harus dilengkapi dengan fasilitas pencatatan otomatis setiap pengguna yang mengakses sistem, sehingga bila terjadi kesalahan dapat ditelusuri dengan mudah. Selain itu langkah lainnya adalah dengan meminta kepada pengguna untuk mengubah password secara berkala untuk menjaga keamanan sistem. Untuk sistem manual, data yang disimpan di dalam map dan kertas harus diamankan dan tidak bisa diakses oleh orang yang tidak berkepentingan. Map/berkas pasien hanya dapat diakses oleh petugas medis yang telah ditentukan. 4. Pengamanan Fisik, Hardware (Perangkat Keras) & Software Pengamanan terhadap perangkat keras dan aplikasi sistem dapat dilakukan dengan cara menghindari penggunaan perangkat data eksternal seperti USB/Flashdisk, yang beresiko dalam memasukkan virus kedalam sistem yang akan merusak data. Manajer IT disarankan untuk melepas semua perangkat penghubung perangkat data eksternal sehingga dapat menghindari pemasangan aplikasi software yang tidak diperlukan yang dapat menimbulkan ancaman terhadap keamanan jaringan secara keseluruhan. Hal ini seharusnya menjadi kebijakan fasilitas kesehatan dimana tidak boleh ada software tambahan seperti game atau musik / video diinstal ke komputer di tempat kerja. Selain itu, persyaratan TI harus tercermin dalam perencanaan ruangan. Beberapa aturan dasar yang harus diterapkan seperti tidak menempatkan pipa air di atas ruang komputer server dan lokasi jauh dari jendela dan harus ada AC dalam ruangan harus diterapkan Penyimpanan Data Data storage adalah suatu tempat/alat dimana data-data disimpan, dimana kumpulan berbagai data tersimpan secara terorganisir berdasarkan subjek-subjek utama (misal pasien, penyakit), terintegrasi (dibangun dengan menggabungkan data yang berbeda), menyediakan informasi dari segi perspektif historis, dan nonvolatile dimana setiap kali ada perubahan data akan ditampung setiap waktu dalam mendukung proses pembuatan keputusan. Tanggungjawab semua pemangku kepentingan adalah untuk memastikan semua data disimpan secara teratur dan bisa diakses kapan saja. Penyimpanan data kesehatan secara manual adalah berbasis kertas. Untuk tempat penyimpanan data harus ditempat yang aman dari gangguan secara fisik, misal, harus disimpan di dalam lemari atau kamar yang terkunci, dimana hanya orang yang berwenang saja yang bisa mengakses. Arsip data kesehatan berbasis kertas harus disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan lebih dari itu dapat dimusnahkan. Pada saat peralihan dari manual ke komputerisasi suatu institusi, data kesehatan yang diarsip menggunakan kertas dan selain itu data kesehatan dientrikan menggunakan komputer disimpan dalam storage. Rekam medis wajib disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat untuk sarana pelayanan kesehatan non rumah sakit, dan 5 (lima) tahun untuk pasien rawat inap terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan, rekam medis dapat dimusnahkan setelah batas waktu dilampaui (Kepmenkes Nomor 269/Menkes/Per/III/2008). Dalam Peraturan Kepala Arsip Nasional RI Nomor 06 Tahun 2005 tentang Petunjuk teknis, Perlindungan, Pengamanan dan Penyelamatan Dokumen/Arsip Vital Negara disebutkan bahwa rekam medis merupakan arsip vital. Arsip vital harus memperoleh perlindungan khusus terutama dari kemungkinan musnah, hilang atau rusak yang diakibatkan oleh bencana. Halaman 42 dari 69

44 Untuk institusi yang sudah komputerisasi tempat penyimpanan data kesehatan berada pada server. Dan bila institusi yang sudah menggunakan sistem yang lebih canggih, data di simpan pada tempat penyimpanan yang mempunyai sistem terkomputersisasi tersendiri. Data kesehatan terkomputerisasi yang disimpan di dalam server harus menyala dan bisa diakses hingga 10 tahun. Dan harus diingat pada waktu pembelian tempat penyimpanan data, dipastikan kapasitasnya cukup untuk menampung data selama 10 tahun. Selain itu, data harus diarsip (masih disimpan dan belum dihapuskan) di dalam tempat penyimpanan data offline (seperti CD, DVD), backup data harus dijalankan setiap hari pada akhir hari kerja. Detail lengkap mengenai Backup sistem terdapat di dalam sub bab di bawah. 6.3 Penanganan Gangguan 1. Helpdesk dan Troubleshooting Tahap ini merupakan langkah lanjutan setelah tahap implementasi. Helpdesk dan troubleshoting mendukung petugas pengelola data dalam mengatasi masalah. Dalam hal ini helpdesk dan troubleshooting dibagi berdasarkan cara pengelolaan data yaitu manual transisi, dan komputerisasi. Pengelolaan data secara manual yaitu dengan mengisi formulir pencatatan berbasis kertas sesuai dengan definisi operasional yang telah ditetapkan. Kendala yang biasa dihadapi oleh petugas yang mengisi formulir pencatatan secara manual yaitu petugas kurang memahami definis operasional sehingga terjadi kesalahan penulisan data pada formulir pencatatannya. Pengelolaan data secara transisi proses pencatatan dilakukan secara manual dan komputerisasi. Kendala yang dihadapi oleh petugas pengisi formulir pencatatan antara lain kurangnya pemahaman terhadap definisi operasional pada saat pengisian secara manual, terjadi kesalahan entry, dan kurang paham terhadap aplikasi yang digunakan. Untuk menyelesaikan kendala ini petugas pengisi/pengentry menghubungi konsultan (petugas pengelola SIK kabupaten/kota) melalui alat komunikasi. Sedangkan pengelolaan data secara komputerisasi proses pencatatan dilakukan dengan menggunakan aplikasi baik yang belum maupun yang sudah tersambung dengan konektivitas. Kendala yang biasa dihadapi oleh petugas antara lain kerusakan pada hardware, sistem yang mengalami gangguan, dll. Untuk mengatasi permasalahan diatas petugas yang mengisi formulir pencatatan bisa melakukan konsultasi dengan konsultan (petugas pengelola SIK kabupaten/kota yang memiliki pengetahuan dan minat tinggi tentang SIK, komputer dan jaringannya). Konsultasi ini bisa menggunakan alat komunikasi seperti telepon, telepon internal, faxmile, handphone, dan . Atau jika permasalahan yang dihadapi lebih sulit, maka konsultan harus mendatangi Puskesmas tersebut agar kendala bisa teratasi. Dan petugas bisa melakukan proses pengisian formulir pencatatan kembali baik secara manual maupun komputerisasi. 2. Pemeriksaan Proses Kerja Pemeriksaan proses kerja ini dilakukan untuk memastikan bahwa petugas pengisi/pengentry formulir pencatatan pelaporan, menjalankan proses kerjanya dengan baik tanpa ada hambatan. Pemeriksaan proses kerja ini juga merupakan salah satu strategi untuk mengatasi resistensi petugas yang mengisi aplikasi yang masih menggunakan sistem transisi maupun sudah komputerisasi. Penggunaan aplikasi pada sistem transisi maupun Halaman 43 dari 69

45 komputerisasi ini merupakan metode kerja baru, biasanya petugas cenderung mudah menyerah ketika mereka menghadapi hambatan pada saat menjalankan aplikasi tersebut. Dikhawatirkan mereka akan kembali ke sistem manual yang lebih nyaman jika mereka menemukan masalah dengan sistem (yang berkaitan dengan baik hardware, jaringan atau perangkat lunak aplikasi). Semua upaya harus diambil untuk menjamin bahwa situasi ini tidak terjadi. Salah satu metode yang digunakan adalah konsultan (pengelola SIK kabupaten/kota) untuk melakukan pemeriksaan proses kerja para petugas. Tujuan dari tugas ini adalah untuk memastikan bahwa petugas melakukan pekerjaan mereka dengan sistem dengan manfaat yang maksimal. Para konsultan (pengelola SIK kabupaten/kota) harus mengunjungi pengelola data secara rutin untuk memeriksa proses pekerjaan mereka dan menjelaskan kepada mereka langkah kerja yang tepat atau cara untuk memaksimalkan manfaat dari sistem tersebut. Upaya ini harus terus dilakukan secara rutin sampai sistem menjadi pilihan budaya kerja (berkelanjutan menggunakan sistem manual). Sedangkan pemeriksaan proses kerja pada sistem manual hanya dilakukan dengan memeriksa kebenaran dan kelengkapan angka yang telah diisi pada formulir pencatatan disesuaikan dengan definisi operasional yang telah ditetapkan. Waktu pemeriksaan proses kerja secara manual sebaiknya 2 kali sebelum dilakukan pelaporan. Pemeriksaan proses kerja pada sistem transisi dilakukan dua tahap. Tahap pertama memeriksa formulir pencatatan yang telah terisi sesuai dengan definisi operasional yang telah ditetapkan. Tahap kedua memeriksa data yag telah di entry kedalam aplikasi untuk mencegah kesalahan entry, dan memeriksa aplikasi itu sendiri apakah sudah berjalan dengan baik atau belum. 3. Business Continuity & Recovery Business Continuity atau Kontinuitas Bisnis Proses adalah rencana yang fokus untuk mempertahankan kelangsungan fungsi sistem saat gangguan terjadi dan sesudahnya sehingga dapat meminimalisasi kerugian yang diakibatkan oleh bencana. Bussines continuity sangat diperlukan untuk menjaga sistem tetap berjalan ketika dalam kondisi terburuk sekalipun. Pada dasarnya aplikasi atau sistem berjalan sensitif terhadap teknologi informasi, sebab data yang telah dientry dan disimpan serta dikirim secara online dilakukan secara real time. Ada beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan antara lain melakukan backup secara rutin setiap seminggu sekali dengan USB maupun CD dan menyiapkan UPS pada setiap puskesmas guna mengantisipasi gangguan pada aliran listrik. Recovery atau pemulihan adalah rencana yang fokus pada sistem teknologi informasi yang diterapkan pada data center untuk memperbaiki operabilitas sistem target, aplikasi, dan fasilitas komputer dilokasi alternatif dalam kondisi darurat dan bencana. Kondisi darurat dan bencana terjadi dengan frekuensi yang tidak menentu dan akibat yang ditimbulkannya bisa menghambat jalannnya sistem bahkan sampai merusaknya. Berbagai bencana yang mungkin terjadi antara lain: a. Bencana alam disebabkan oleh kondisi geografis dan geologis dari lokasi b. Kebakaran disebabkan oleh faktor lingkungan dan pengaturan sistem elektrik yang dapat menyebabkan korsleting c. Kerusakan pada jaringan listrik disebabkan oleh sistem elektrik d. Serangan teroris disebabkan oleh lemahnya keamanan fisik dan non fisik data center e. Sistem atau perangkat yang rusak terkait dengan kesalahan manajemen pengawasan perangkat Halaman 44 dari 69

46 f. Kesalahan operasional akibat ulah manusia g. Virus misalkan disebabkan oleh kesalahan pemilihan antivirus yang digunakan Apabila terjadi bencana yang sangat membahayakan kelangsungan teknologi yang digunakan perlu dilakukan langkah-langkah penyelamatan antara lain menyelamatkan back up data pada USB dan CD dan menyelamatkan perangkat keras. Strategi pemulihan yang bisa diterapkan: a. Melakukan tes data restore secara regular untuk memastikan data bisa di restore dengan baik pada saat proses pemulihan. b. Mengatur fasilitas ruang server alternatif dengan mesin server standby, terpisah dari ruang server utama, jika ruang server utama mengalami kerusakan jika terjadi bencana. c. Server cadangan di ruang server alternatif bisa untuk melakukan proses pemulihan cepat data di ruang server utama. 6.4 Interoperabilitas Interoperabilitas harus dapat dicapai dalam keragaman penggunaan perangkat keras dan perangkat lunak baik sistem operasi, database dan bahasa pemrograman yang tersedia saat ini dan khususnya yang telah dipergunakan di berbagai instansi pemerintahan baik pusat ataupun daerah. Interoperabilitas dalam keragaman ini hanya dapat dicapai melalui standarisasi format pertukaran data, yang secara teknis saat ini banyak dilakukan dengan menggunakan basis XML. Setiap pihak yang terkait berkewajiban menggunakan standar yang ditetapkan dalam petunjuk teknis ini sebagai acuan bersama. Untuk memastikan informasi dalam SIK bisa ditransfer antar system dan bisa disimpan ke dalam Bank Data Kesehatan Nasional, semua tipe sistem aplikasi harus berpatokan kepada standard data yang ditetapkan di dalam petunjuk teknis ini. Dengan adanya format data yang sudah terstandarisasi, pengiriminan data antara system bisa direalisasikan. Transfer data dan informasi antar sistem, semua applikasi software harus bisa mengeluarkan data (export) dari database ke dalam format file berikut: file text (.txt) file excel (.xls) file database (seperti mdb) file XML 6.5 Format Pengiriman Data ke Bank Data Kesehatan Nasional Semua fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta yang yang telah menggunakan sistem terkomputerisasi dalam pengelolaan SIK diwajibkan melapor dengan format elektronik. Format Elektronik yang dipilih adalah berbasis standard XML. XML (extensible Markup Language) adalah sebuah bahasa markup untuk mendeskripsikan data. XML merupakan turunan (subset) atau versi ringkas dari SGML (Standard Generalized Markup Language). Kelebihan dari XML adalah karakteristiknya yang extensible dan platform independent. XML mempermudah data sharing. XML disimpan dalam plain format yang sangat sederhana, sehingga data dengan mudah dapat digunakan semua komputer atau aplikasi. Karena XML disimpan dalam bentuk text, maka pengguna tidak perlu khawatir kehilangan data saat melakukan perubahan sistem operasi atau aplikasi. Bahkan bila didukung oleh para developer aplikasi, seluruh berkas word processor, Halaman 45 dari 69

47 spreadsheet, database, dan data lainnya akan disimpan dalam bentuk XML sehingga mempermudah pertukaran data antar aplikasi tanpa diperlukan konversi lagi. Keunggulan XML adalah : Pintar (Intelligence). XML dapat menangani berbagai tingkat (level) kompleksitas. Dapat beradaptasi. Dapat mengadaptasi untuk membuat bahasa sendiri. Mudah pemeliharaannya. Sederhana. Mudah dipindah-pindahkan (Portability). Bentuk XML secara umum adalah sebagai berikut: <heading> Keterangan : <root> <child> <subchild>isi..</subchild> </child> </root> <heading> : Heading berfungsi untuk: mendefinisikan versi, definisi entitas, tipe encoding, dan DOCTYPE <root> : Elemen root adalah elemen yang menjadi orang tua dari elemen-elemen lainnya. Semua dokumen XML harus memiliki elemen root. Elemen root bisa juga berfungsi sebagai judul dari kumpulan data yang dikirim <child> elemen child berfungsi untuk menyimpan isi dari data yang dikirim. <subchild> elemen subchild adalah turunan dari child, dimana isi data yang dikirim memiliki data turunan. Saat ini telah banyak software aplikasi untuk mengkonversi data kedalam format XML secara mudah dan cepat, sehingga tidak harus dilakukan secara manual merubah satu persatu isi data kedalam bentuk XML. Pengiriman Data Kesehatan Berbasis XML Pengiriman laporan kesehatan dari berbagai fasilitas pelayanan kesehatan harus mengikuti format XML. Laporan dalam format XML yang dikirimkan harus sesuai dengan dataset minimal yang telah ditetapkan. Format XML ini digunakan untuk semua jenis laporan baik itu yang berbentuk Laporan Individual maupun Aggregat. Agar laporan yang dikirimkan dapat dibaca oleh sistem pada Bank Data Nasional maka laporan dengan format XML tersebut harus mengikuti aturan sebagai berikut : <root> diisi dengan Nama atau Judul laporan <child> diisi dengan dataset/item data yang terdapat pada laporan tersebut. Halaman 46 dari 69

48 Contoh : Laporan yang akan dikirim adalah Laporan Bulanan Data Penyakit dengan dataset minimal sebagai berikut : No. Variabel data XML Format Definisi 1 Kode Puskesmas KD_PKM Kode Puskesmas 2 Puskesmas PKM Nama Puskesmas 3 Kecamatan KEC Nama Kecamatan 4 Jumlah Pustu JML_PUSTU Jumlah Pustu 5 Pustu yang melapor PUSTU_LAPOR Jumlah Pustu yang melakukan pelaporan 6 Kabupaten KAB/KOTA Nama Kabupaten 6 Propinsi PROP Nama Propinsi 7 Bidan NM_BIDAN Nama Bidan 8 Periode Laporan PERIODE Keterangan periode laporan 9 Kode Penyakit ICDX Kode Penyakit berdasarkan ICD X disusun berdasarkan hirarki. 10 Jenis Penyakit PENYAKIT Nama penyakit berdasarkan ICD X disusun berdasarkan hirarki. 11 Penyakit Laki-Laki PENYAKIT_L Jumlah penyakit dalam periode tertentu per penyakit menurut jenis kelamin Laki-Laki 12 Penyakit Perempuan PENYAKIT_P Jumlah penyakit dalam periode tertentu per penyakit berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin 13 Kasus baru Laki-Laki KAS_BR_L Jumlah kasus baru yang terdiagnosa dalam satu periode menurut jenis kelamin Laki-Laki 14 Kasus baru Perempuan KAS_B_P Jumlah kasus baru yang terdiagnosa dalam satu periode menurut jenis kelamin Perempuan 15 Kasus lama Laki-Laki KAS_LM_L jumlah kasus lama yang terdiagnosa dalam suatu periode menurut jenis kelamin Laki-Laki 16 Kasus lama Perempuan KAS_LM_P jumlah kasus lama yang terdiagnosa dalam suatu periode menurut jenis kelamin Perempuan 17 Pasien Bayar Laki-Laki BAYAR_L Jumlah pasien yang berobat ke puskesmas dengan melakukan pembayaran secara tunai menurut jenis kelamin Laki-Laki 18 Pasien Bayar Perempuan BAYAR_P Jumlah pasien yang berobat ke puskesmas dengan melakukan pembayaran secara tunai menurut jenis kelamin Perempuan 19 Pasien Askes Laki-Laki ASKES_L Jumlah pasien yang berobat ke puskesmas dengan cara bayar Askes menurut jenis kelamin Laki-Laki 20 Pasien Askes Perempuan ASKES_P Jumlah pasien yang berobat ke puskesmas dengan cara bayar Askes menurut jenis kelamin Perempuan 21 Pasien Askeskin Laki-Laki ASKESKIN_L Jumlah pasien yang berobat ke puskesmas dengan cara bayar Askeskin menurut jenis kelamin Laki-Laki 22 Pasien Askeskin Perempuan ASKESKIN_P Jumlah pasien yang berobat ke puskesmas dengan cara bayar Askeskin menurut jenis kelamin Perempuan 23 Pasien SKM Laki-Laki SKM_L Jumlah pasien yang berobat ke puskesmas dengan cara bayar menggunakan SKM (Surat keterangan Miskin) menurut jenis kelamin Laki-Laki 24 Pasien SKM Perempuan SKM_P Jumlah pasien yang berobat ke puskesmas dengan cara bayar menggunakan SKM (Surat keterangan Miskin) menurut jenis kelamin Perempuan 25 Pasien Kunjungan Sehat Laki-Laki KUN_SEHAT_L Jumlah Pasien yang berobat ke Puskesmas yang melakukan kunjungan sehat menurut jenis kelamin Laki-Laki Halaman 47 dari 69

49 26 Pasien Kunjungan Sehat Perempuan KUN_SEHAT_P Jumlah Pasien yang berobat ke Puskesmas yang melakukan kunjungan sehat menurut jenis kelamin Perempuan Penanggung jawab PJ_LAPORAN pihak yang bertanggung jawab dalam pelaporan Sesuai dengan dataset diatas, maka format pelaporan dalam bentuk XML akan menjadi sebagai berikut : <Laporan Bulanan Data Kesakitan> <KD_PKM> </KD_PKM> <PKM>Cileungsi</PKM> <KEC>Sukamaju</KEC> Dst. <Laporan Bulanan Data Kesakitan> Pengiriman Data Terkait Kesehatan Informasi yang bersumber dari luar fasilitas kesehatan (misalnya kependudukan) akan dimintakan langsung dari sumber yang terkait (contohnya BPS) dan dimasukkan ke dalam Bank Data Kesehatan Nasional. Semua pemangku kepentingan yang membutuhkan informasi kesehatan dapat mengakses informasi yang diperlukan dari Bank Data Kesehatan Nasional melalui website Kemenkes. Halaman 48 dari 69

50 7 PENYAJIAN, DISEMINASI DAN PEMANFAATAN DATA DAN INFORMASI Tujuan akhir dari pengembangan sistem informasi adalah penyajian data dan informasi untuk mendukung kegiatan pengambilam keputusan dan penetapan kebijakan. Setiap pengelolaan SIK, baik itu yang masih bersifat manual maupun komputerisasi wajib melakukan pelaporan sesuai dengan standar dataset minimal yang telah ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan. Namun informasi/laporan yang dihasilkan SIK tidak terbatas hanya pada kebutuhan pimpinan/organisasi, melainkan juga tergantung pada kebutuhan untuk manajemen kesehatan. Dalam rangka penyajian informasi diperlukan analisis sesuai dengan kebutuhan informasi di setiap level dalam organisasi. Terdapat empat jenis analisis data yang dapat digunakan untuk menganalisis data, yaitu: 1. Analisis Deskriptif, menggambarkan/menjelaskan data yang terdapat dalam tabel sesuai karakteristik data yang ditampilkan, termasuk angka rata-rata, angka minimum dan maksimum. Misalnya nilai rata-rata cakupan imunisasi bayi, kisaran cakupan imunisasi bayi. 2. Analisis Komparatif, menjelaskan data dengan membandingkan karakteristik data wilayah yang satu dengan wilayah lainnya atau perbandingan data antar waktu, antar jenis kelamin, antar kelompok umur. Secara khusus, dengan tersedianya data kesakitan yang terpilah menurut jenis kelamin, dapat dikomparasikan derajat kesehatan, upaya kesehatan, dan sumber daya kesehatan antara laki-laki dan perempuan. Misalnya perbandingan prevalensi gizi buruk pada balita laki-laki dan perempuan. 3. Analisis Kecenderungan, menjelaskan data dengan membandingkan data antar waktu dalam periode yang relatif panjang. Misalnya kecenderungan jumlah penderita DBD selama lima tahun terakhir. 4. Analisis Hubungan, menjelaskan hubungan/keterkaitan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya. Misalnya cakupan K4 pada ibu hamil dengan cakupan pertolongan K4 oleh tenaga kesehatan dan kunjungan neonatal serta ibu nifas. 7.1 Penyajian Data dan Informasi Informasi/laporan disajikan dalam bentuk yang paling cocok sesuai dengan tipe data sehingga mudah dipahami oleh pengguna. Cara penyajian data dan informasi antara lain: 1. Tabulasi Penyajian hasil pengolahan data dalam bentuk tabel atau kolom dan baris. Kebanyakan laporan adalah disajikan dalam bentuk ini. Halaman 49 dari 69

51 Contoh: 10 PENYAKIT TERBANYAK DI PUSKESMAS Y KABUPATEN Q BULAN JUNI TAHUN 2010 No Nama Penyakit Jumlah Kasus 1 Infeksi Akut Pernapasan Atas Diare (termasuk tersangka kolera) 63 3 Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat 57 4 Penyakit Darah Tinggi Primer 48 5 Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal 46 6 Asma 29 7 Kecelakaan dan Ruda Paksa 29 8 Penyakit Kulit Alergi 24 9 Penyakit Kulit Infeksi Gangguan Gigi dan Jaringan Penyangga Lain Grafik penyajian dengan menggunakan gambar batang, garis, titik, atau pie. Bentuk yang digunakan disesuaikan dengan tujuan analisis yang ingin ditampilkan, apakah membandingkan nilai, menampilkan tren, atau proporsi. Contoh: PREVALENSI GIZI BURUK PADA BALITA DI KABUPATEN X PROVINSI W TAHUN Peta penyajian berupa peta suatu daerah yang digunakan untuk menggambarkan penyebaran atau distribusi dari suatu nilai menurut konsep wilayah Halaman 50 dari 69

SUMBER DATA SISTEM. dr. Irma Khrisnapandit, Sp.KP

SUMBER DATA SISTEM. dr. Irma Khrisnapandit, Sp.KP SUMBER DATA SISTEM KESEHATAN NASIONAL dr. Irma Khrisnapandit, Sp.KP PENDAHULUAN Jaringan SIKNAS sebuah koneksi/jaringan virtual sistem informasi kesehatan elektronik dikelola oleh Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Informasi Kesehatan

Pengantar Sistem Informasi Kesehatan Pengantar Sistem Informasi Kesehatan Erizal, S.Si,M.Kom PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA SISTEM INFORMASI KESEHATAN PENGERTIAN SIK SIK adalah suatu

Lebih terperinci

Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA)

Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Sistem Kesehatan Nasional, pengelolaan kesehatan diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN RI PETUNJUK TEKNIS SISTEM INFORMASI KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI PETUNJUK TEKNIS SISTEM INFORMASI KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI PETUNJUK TEKNIS SISTEM INFORMASI KESEHATAN 23 Sept 2011 JAKARTA DAFTAR ISI 1 PENDAHULUAN... 4 1.1 LATAR BELAKANG... 4 1.2 MAKSUD... 5 1.3 TUJUAN... 5 1.4 SASARAN... 5 1.5 RUANG

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MARDI WALUYO KOTA BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 126, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Kesehatan. Sistem Informasi. Data. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5542) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2017, No Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga P

2017, No Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga P No.202, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKKBN. SIGA. PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR 481 /PER/ G4 /2016 TENTANG SISTEM INFORMASI KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN I. UMUM Pembangunan Kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5542 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESRA. Kesehatan. Sistem Informasi. Data. Pengelolaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 126) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan dan Sistem Informasi Puskesmas

Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan dan Sistem Informasi Puskesmas Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan dan Sistem Informasi Puskesmas Pelatihan Data Prioritas dan SP2TP/SIKDA Prov Jawa Timur Pusat Data dan Informasi 2016 Pokok Bahasan Gambaran Masalah SIK Kebijakan Satu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, The linked image cannot be displayed. The file may have been moved, renamed, or deleted. Verify that the link points to the correct file and location. PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Nasional Online (SIKNAS Online) agar komunikasi data antara pusat dan daerah menjadi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN, KEDUDUKAN DAN TUGAS POKOK ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH, BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN SATUAN POLISI

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH (SIKDA)

SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH (SIKDA) SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH (SIKDA) Dengan implementasi SIKDA berbasis Teknologi Informasi, maka informasi menjadi aset organisasi yang sangat berharga karena melalui SIKDA organisasi dapat menguasai

Lebih terperinci

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 PRIORITAS 3 Tema Prioritas Penanggung Jawab Bekerjasama dengan PROGRAM AKSI BIDANG KESEHATAN Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang Mengingat : : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, No.16, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Di Fasilitas Kawasan Terpencil. Sangat Terpencil. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Sistem Rujukan. Pelayanan Kesehatan. Perorangan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 001 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkembangnya teknologi sistem informasi, maka penyajian informasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkembangnya teknologi sistem informasi, maka penyajian informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya teknologi sistem informasi, maka penyajian informasi yang cepat dan efisien menjadi sangat dibutuhkan. Perkembangan teknologi yang semakin pesat saat

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMO 3 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMO 3 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMO 3 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan pembangunan kesehatan menuntut adanya dukungan sumber daya yang cukup serta arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan yang tepat. Namun, seringkali

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR: 12 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN SALINAN NOMOR 26/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG. ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG. ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. DORIS SYLVANUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pertama kali dicetuskan di Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi kesehatan sosial dan

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kenyamanan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PEDOMAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

Dengan ini saya mengucapkan selamat bekerja, semoga semua rencana kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik dan berhasil guna.

Dengan ini saya mengucapkan selamat bekerja, semoga semua rencana kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik dan berhasil guna. Kita sadari bahwa Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang ada saat ini masih jauh dari kondisi ideal, serta belum mampu menyediakan data dan informasi kesehatan yang evidence based untuk pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1226, 2012 KEMENTERIAN KESEHATAN. Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 045 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS HULU, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

Sistem Informasi Kesehatan

Sistem Informasi Kesehatan Sistem Informasi Kesehatan Definisi Sistem : Sekumpulan komponen yang bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan Sistem Informasi : Sekumpulan komponen yang bekerja sama untuk menghasilkan suatu informasi

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 54 TAHUN 2016 Menimbang TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG. ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG. ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. DORIS SYLVANUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1128, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Perekam Medis. Pekerjaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Menurut Undang-undang Republik

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat, bangsa

Lebih terperinci

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan Dasar Hukum Pengertian Akreditasi Maksud dan Tujuan Akreditasi Proses Akreditasi Undang-Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas merupakan salah satu institusi pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di suatu

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas merupakan salah satu institusi pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di suatu BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas merupakan salah satu institusi pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di suatu wilayah tertentu. Lingkup pelayanan yang begitu luas,

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA PEMERINTAHAN BERBASIS SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 82 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI KEPEGAWAIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H ayat 1 menyatakan: Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.401, 2012 KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. RS. Kusta Dr. Tadjuddin Chalid. Makasar. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 009 TAHUN 2012

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESRA. Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan. Pengadaan. Pendayagunaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298) I. UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Integrasi Sistem Informasi Kesehatan

Integrasi Sistem Informasi Kesehatan Integrasi Sistem Informasi Kesehatan Erizal, S.Si,M.Kom PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Integrasi Sistem Informasi Kesehatan Integrasi Sistem SIK

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1877, 2014 KEMENKES. Jabatan Fungsional. Pembinaan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Aspek legal. untuk pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan. Yustina Sri Hartini - PP IAI

Aspek legal. untuk pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan. Yustina Sri Hartini - PP IAI Aspek legal penggunaan TIK untuk pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan Yustina Sri Hartini - PP IAI Disampaikan dalam Annual Scientific Meeting Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta, 23 Maret 2017

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN SAM MEDIKO LEGAL

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN SAM MEDIKO LEGAL STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN SAM MEDIKO LEGAL Disampaikan pada Pertemuan Koordinasi Pelaksanaan Operasional Program (RAKORPOP) 30 November 2015 PERATURAN PER UU DASAR PERTIMBANGAN ROADMAP

Lebih terperinci

BUPATI SRAGEN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN

BUPATI SRAGEN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN BUPATI SRAGEN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS DAN KLINIK

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS DAN KLINIK KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS DAN KLINIK KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Dr. dr. H. Rachmat Latief, Sp.PD. KPTI, M.Kes., FINASIM Disampaikan pada PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIS PENDAMPING

Lebih terperinci

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) PADA FASILITAS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.886, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Perubahan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DAN SERTIFIKASI BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KESEHATAN. Pelayanan. Kesehatan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. 1 Dalam mencapai tujuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. 1 Dalam mencapai tujuan tersebut 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kesejahteraan penduduk disuatu negara adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. 1 Dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan kebijakan

Lebih terperinci