KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA ANAK DENGAN HAMBATAN PENDENGARAN KELAS 4 DI SLB-B PRIMA BAKTI MULYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA ANAK DENGAN HAMBATAN PENDENGARAN KELAS 4 DI SLB-B PRIMA BAKTI MULYA"

Transkripsi

1 KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA ANAK DENGAN HAMBATAN PENDENGARAN KELAS 4 DI SLB-B PRIMA BAKTI MULYA Dewi Ekasari Kusumastuti dan Zaenal Alimin Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung pinkyplb2009@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih rendahnya pemahaman anak dengan hambatan pendengaran dalam memahami bacaan (membaca pemahaman). Untuk mengetahui kemampuan membaca pemahaman anak dengan hambatan pendengaran secara lebih mendalam perlu dilakukannya asesmen membaca pemahaman. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kemampuan membaca pemahaman anak dengan hambatan pendengaran kelas 4 di SLB-B Prima Bakti Mulya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata siswa dengan hambatan pendengaran kelas 4 di SLB-B Prima Bakti Mulya mengalami hambatan dalam pemahaman konsep kata tanya, penguasaan kosakata dan pemahaman isi teks bacaan secara utuh. Kata kunci: Kemampuan Membaca Pemahaman, Asesmen Membaca Pemahaman, Anak dengan Hambatan Pendengaran PENDAHULUAN Bunawan dan Yuwati (2000 : 33) mengemukakan bahwa Permasalahan utama yang dialami oleh anak dengan hambatan pendengaran adalah bukan ketidakmampuannya dalam berbicara melainkan akibat dari keadaan tersebut terhadap perkembangan kemampuan berbahasa, yaitu ketidakmampuan mereka dalam memahami lambang dan aturan bahasa. Selain itu, mereka juga mengalami keterbatasan dalam penguasaan kosakata dan memaknai kata. Sebagaimana dikemukakan oleh Queril dan Forschhammer (dalam Bunawan dan Yuwati, 2000 : 52) : Anak yang mendengar tidak mengalami masalah dalam memperoleh masukan bahasa dalam jumlah yang besar, lengkap dan jelas karena sepanjang hari akan dibanjiri dengan bahasa melalui pendengarannya, 1

2 sedangkan bagi kaum anak dengan hambatan pendengaran keadaan itu hanya dapat dicapai bila diimbangi dengan membaca. Sejalan dengan pernyataan di atas, salah satu dampak dari hambatan berbahasa yang dialami anak dengan hambatan pendengaran adalah mereka mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan atau yang biasa disebut dengan membaca pemahaman. Aulia (2012 : 347) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa membaca pemahaman bagi anak dengan hambatan pendengaran dilihat sebagai alat yang tidak tergantikan dalam perkembangan bahasa, karena kemampuan tersebut merupakan dasar untuk memiliki kemampuan selanjutnya. Berkenaan dengan itu, penguasaan dari kemampuan ini ditekankan pada pemahaman makna dari bacaan yang dibaca. Berdasarkan pemaparan di atas diketahui bahwa pentingnya penguasaan kemampuan membaca pemahaman bagi anak dengan hambatan pendengaran. Namun, proses penguasaan kemampuan tersebut tidaklah mudah dikarenakan hambatan pendengaran yang mereka alami. Berlandaskan pendapat beberapa ahli (dalam Coppens, dkk, 2010 : 464) dalam penelitiannya diketahui bahwa In general, hearing-impaired children show lower levels of reading comprehension than their hearing peers. Makna pernyataan beberapa ahli di atas adalah secara umum, anak-anak dengan hambatan pendengaran menunjukkan tingkat pemahaman bacaan yang lebih rendah daripada anak mendengar. Lebih lanjut beberapa ahli (dalam coppen, dkk, 2010 : 464) tersebut mengemukakan bahwa Only 4% of the hearing-impaired students in their study were reading at an ageappropriate level. The poor vocabulary (in terms of size and/or depth of semantic knowledge) of hearing-impaired students may limit their reading comprehension. Secara garis besar, beberapa ahli tersebut mengemukakan bahwa hanya 4% dari siswa dengan hambatan pendengaran dalam penelitian mereka yang mampu membaca pada tingkat yang sesuai dengan usia. Minimnya kosakata yang dimiliki (dalam hal ukuran dan/atau kedalaman pengetahuan semantik) siswa dapat membatasi kemampuannya dalam memahami bacaan. Sehubungan dengan pemaparan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kemampuan membaca pemahaman anak dengan hambatan 2

3 pendengaran kelas 4 di SLB-B Prima Bakti Mulya. Dalam rangka mencapai tujuan penelitian tersebut, peneliti harus menjawab pertanyaan penelitian, Bagaimana kemampuan membaca pemahaman anak dengan hambatan pendengaran kelas 4 SDLB?. METODE PENELITIAN Penelitian ini berlokasi di SLB-B Prima Bakti Mulya dengan subyek penelitian 6 orang anak dengan hambatan pendengaran kelas 4 di SLB-B Prima Bakti Mulya. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan asesmen membaca pemahaman dengan teknik analisis data secara kualitatif. Sehubungan dengan itu, analisis data yang digunakan berlandaskan pada kerangka yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Teknik analisis ini terdiri dari tiga fase, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan menarik kesimpulan atau verifikasi (Basrowi dan Suwandi, 2008). Sehingga dalam penelitian ini kemampuan membaca pemahaman anak dengan hambatan pendengaran kelas 4 di SLB-B Prima Bakti Mulya yang diperoleh dari kegiatan asesmen membaca pemahaman dianalisis secara kualitatif. Sebagai penunjang, sebelum dilakukan analisis, dilakukan penskoran nilai terlebih dahulu untuk menentukan tingkat kemampuan membaca pemahaman masing-masing anak. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Peneliti melakukan asesmen kepada enam orang siswa dengan hambatan pendengaran kelas 4 di SLB-B Prima Bakti Mulya. Jenis-jenis pertanyaan yang diujikan dalam proses asesmen tersebut meliputi jenis pertanyaan eksplisit tentang fakta, eksplisit tentang urutan/sekuen, eksplisit tentang argumentasi, implisit dan pertanyaan terkait pemahaman interpretasi. Berkenaan dengan itu; Herdianti, dkk (2014) secara garis besar memaparkannya pada tabel di bawah ini: Tabel 1. 1 Indikator Pencapaian Kemampuan Membaca Pemahaman 3

4 Ruang Jenis Indikator Bobot Lingkup Pertanyaan Penilaian Pemahaman Eksplisit tentang Dapat memahami isi teks bacaan 1 Isi Bacaan Fakta yang bersifat tekstual. Cara untuk menggali pemahaman ini melalui pertanyaan apa, siapa, berapa dan kapan. Eksplisit tentang Dapat memahami isi teks bacaan 1 Sekuen / Urutan berdasarkan urutan logika teks yang dibacanya. Pemahaman ini dapat digali melalui pertanyaan yang mengarah kepada urutan peristiwa atau kejadian dan hubungan sebab akibat. Eksplisit tentang Dapat memahami isi teks bacaan 2 Argumentasi yang mengandung argumentasi. Pemahaman ini digali melalui pertanyaan yang mengandung argu-mentasi. Seperti: mengapa, bagaimana. Implisit Dapat memahami isi teks bacaan 1 yang terdapat di luar konten bacaan tetapi masih memiliki hubungan dengan teks tersebut. Pertanyaan Dapat memahami teks bacaan 2 terkait dengan cara mengungkapkan pemahaman kembali apa yang tersampaikan interpretasi dalam teks dalam suatu ringkasan yang relatif sederhana. 4

5 Langkah selanjutnya setelah diketahui indikator pencapaian kemampuan membaca pemahaman siswa melalui tes pemahaman isi bacaan, dilakukan penskoran nilai untuk menentukan tingkat kemampuan membaca pemahaman. Adapun hasil penskoran tes pemahaman isi bacaan dijelaskan pada tabel di bawah ini: No. Nama Siswa Tabel 1.2 Hasil Penskoran Tes Pemahaman Isi Bacaan Paket Soal Tahap 1 16 Maret HAS A 73,33 % Instruction 2. WMF A 46,67 % Frustation 3. AAR B 73,33 % Instruction 4. RMA B 46,67 % Frustation 5. PNS B 73,33 % Instruction 6. MTA A 46,67 % Frustation Perolehan Nilai Kelas 4 Tahap 2 16 Maret ,33 % Instruction 46,67 % Frustation 66,67 % Instruction % Frustation 60 % Instruction 38,46 % Frustation Setelah diketahui indikator pencapaian dan tingkat kemampuan membaca pemahaman masing-masing siswa, diperoleh gambaran kemampuan pemahaman isi bacaan anak dengan hambatan pendengaran kelas 4 di SLB-B Prima Bakti Mulya. Adapun gambaran kemampuan tersebut dijelaskan lebih lanjut pada tabel di bawah ini: Tabel 1.3 Gambaran Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV di SLB-B Prima Bakti Mulya Berdasarkan Hasil Asesmen Inisial Siswa HAS Gambaran Kemampuan Siswa Kemampuan pemahaman isi bacaan HAS dikategorikan berada 5

6 WMF pada instruction level. Artinya, HAS dapat memahami isi bacaan namun belum sempurna sehingga membutuhkan bantuan berupa penjelasan lebih detail tentang soal atau konsep yang tidak dipahami. Berdasarkan hasil asesmen tahap I dan II, HAS telah mampu menjawab jenis pertanyaan eksplisit tentang fakta. Hal tersebut terlihat dari HAS mampu menjawab dengan benar pertanyaan apa, siapa, berapa, kapan dan dimana dengan mencari jawabannya pada teks bacaan. Untuk jenis pertanyaan implisit, HAS telah mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang menanyakan judul dari teks bacaan. Sedangkan, untuk jenis pertanyaan eksplisit tentang sekuen/urutan, salah atau benarnya jawaban HAS tergantung pada teks bacaan. Diasumsikan seperti itu karena terdapat perbedaan hasil pada tahap I dan II. Pada tahap I, HAS mampu menjawab dengan benar, sedangkan pada tahap II HAS tidak mampu menjawab dengan benar. Sama halnya dengan jenis pertanyaan eksplisit tentang sekuen/urutan, pada jenis eksplisit tentang Argumentasi juga terdapat perbedaan hasil pada tahap I dan II. Pada tahap I, HAS mampu menjawab dengan benar, sedangkan pada tahap II, HAS tidak mampu menjawab dengan benar. Hal tersebut dikarenakan pertanyaan-pertanyaan tersebut membutuhkan kemampuan untuk menganalisis teks bacaan, selain itu juga berkaitan erat dengan tingkat pemahaman siswa terhadap teks bacaan yang diberikan. Selanjutnya, untuk pertanyaan terkait pemahaman interpretasi, HAS telah mampu menceritakan kembali inti dari isi teks bacaan dalam bentuk poin-poin, namun poin-poin tersebut belum mencakup inti dari isi teks bacaan. Dapat dikatakan hampir mendekati indikator yang ingin dicapai. Kemampuan pemahaman isi bacaan WMF dikategorikan pada frustation level. Artinya, WMF belum mampu atau gagal dalam memahami isi bacaan walaupun telah diberikan bantuan atau 6

7 AAR arahan. Berdasarkan hasil asesmen tahap I dan II, WMF telah mampu menjawab jenis pertanyaan eksplisit tentang fakta. Hal tersebut terlihat dari WMF mampu menjawab dengan benar pertanyaan siapa, berapa, kapan dan dimana dengan mencari jawabannya pada teks bacaan. Namun, pada pertanyaan apa salah atau benarnya jawaban WMF tergantung pada teks bacaan yang diberikan. Diasumsikan seperti itu karena terdapat perbedaan hasil pada tahap I dan II. Pada tahap I, WMF tidak mampu menjawab dengan benar, sedangkan pada tahap II WMF mampu menjawab dengan benar. Untuk jenis pertanyaan eksplisit tentang sekuen/urutan, WMF telah mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang mengarah kepada hubungan sebab akibat. Selain itu, WMF juga telah mampu menjawab dengan benar jenis pertanyaan implisit yang menanyakan tentang judul teks bacaan. Sedangkan, untuk jenis pertanyaan eksplisit tentang Argumentasi, WMF belum mampu menjawab dengan tepat. Hal tersebut dikarenakan pertanyaan-pertanyaan tersebut membutuhkan kemampuan untuk menganalisis teks bacaan, selain itu juga berkaitan erat dengan tingkat pemahaman siswa terhadap teks bacaan yang diberikan. Selanjutnya, untuk pertanyaan terkait pemahaman interpretasi, WMF telah mampu menceritakan kembali inti dari isi teks bacaan dalam bentuk poin-poin. Poin-poin tersebut tampak menyalin dari teks bacaan dan belum mencakup inti dari isi teks bacaan tersebut. Namun, dapat dikatakan hampir mendekati indikator yang ingin dicapai. Kemampuan pemahaman isi bacaan AAR dikategorikan berada pada instruction level. Artinya, AAR dapat memahami isi bacaan namun belum sempurna sehingga membutuhkan bantuan berupa penjelasan lebih detail tentang soal atau konsep yang tidak dipahami. Berdasarkan hasil asesmen tahap I dan II, AAR telah mampu menjawab jenis pertanyaan eksplisit tentang fakta. Hal tersebut terlihat dari AAR mampu menjawab dengan benar pertanyaan apa, berapa, kapan dan dimana dengan mencari jawabannya pada teks bacaan. Namun, pada pertanyaan yang mengandung kata tanya siapa, salah atau benarnya jawaban AAR tergantung pada teks bacaan yang diberikan. Diasumsikan seperti itu karena terdapat perbedaan hasil pada tahap I dan II. Pada tahap I, AAR tidak mampu menjawab dengan benar, sedangkan pada tahap II AAR mampu menjawab 7

8 RMA dengan benar. Untuk jenis pertanyaan eksplisit tentang sekuen/urutan, AAR telah mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang mengarah kepada hubungan sebab akibat. Selain itu, AAR juga telah mampu menjawab dengan benar jenis pertanyaan implisit yang menanyakan tentang judul teks bacaan. Sedangkan, untuk jenis pertanyaan eksplisit tentang Argumentasi, terdapat perbedaan hasil pada tahap I dan II. Pada tahap I, AAR mampu menjawab dengan benar, sedangkan pada tahap II AAR tidak mampu menjawab dengan benar. Hal tersebut dikarenakan pertanyaan-pertanyaan tersebut membutuhkan kemampuan untuk menganalisis teks bacaan, selain itu juga berkaitan erat dengan tingkat pemahaman siswa terhadap teks bacaan yang diberikan. Selanjutnya, untuk pertanyaan terkait pemahaman interpretasi, AAR telah mampu menceritakan kembali inti dari isi teks bacaan dalam bentuk poin-poin. Poin-poin tersebut tampak menyalin dari teks bacaan dan belum mencakup inti dari isi teks bacaan tersebut. Namun, dapat dikatakan hampir mendekati indikator yang ingin dicapai. Kemampuan pemahaman isi bacaan RMA dikategorikan berada pada frustation level. Artinya, RMA belum mampu atau gagal dalam memahami isi bacaan walaupun telah diberikan bantuan atau arahan. Berdasarkan hasil asesmen tahap I dan II, RMA telah mampu menjawab jenis pertanyaan eksplisit tentang fakta. Hal tersebut terlihat dari RMA mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang mengandung kata tanya siapa, berapa dan kapan dengan mencari jawabannya pada teks bacaan. Namun, pada pertanyaan apa, salah atau benarnya jawaban RMA tergantung pada teks bacaan. Diasumsikan seperti itu karena terdapat perbedaan hasil pada tahap I dan II. Pada tahap I, RMA mampu menjawab dengan benar, sedangkan pada tahap II RMA tidak mampu menjawab dengan benar. Selain itu, RMA belum mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang mengandung kata tanya dimana. Ia tampak belum memahami penggunaan kata tanya dimana. Dikarenakan tidak terdapat hubungan sama sekali antara jawaban RMA dengan pertanyaan bacaan. Begitu halnya dengan jenis pertanyaan eksplisit tentang sekuen/urutan, RMA juga belum mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang mengarah kepada hubungan sebab akibat. Untuk jenis pertanyaan implisit, RMA telah mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang menanyakan judul 8

9 MTA PNS dari teks bacaan. Sedangkan, untuk jenis pertanyaan eksplisit tentang Argumentasi, RMA belum mampu menjawab dengan tepat. Hal tersebut dikarenakan pertanyaan-pertanyaan tersebut membutuhkan kemampuan untuk menganalisis teks bacaan, selain itu juga berkaitan erat dengan tingkat pemahaman siswa terhadap teks bacaan yang diberikan. Selanjutnya, untuk pertanyaan terkait pemahaman interpretasi, RMA telah mampu menceritakan kembali inti dari isi teks bacaan dalam bentuk poin-poin. Poin-poin tersebut tampak menyalin dari teks bacaan dan belum mencakup inti dari isi teks bacaan tersebut. Namun, dapat dikatakan hampir mendekati indikator yang ingin dicapai. Kemampuan pemahaman isi bacaan PNS dikategorikan berada pada instruction level. Artinya, PNS dapat memahami isi bacaan namun belum sempurna sehingga membutuhkan bantuan berupa penjelasan lebih detail tentang soal atau konsep yang tidak dipahami. Berdasarkan hasil asesmen tahap I dan II, PNS telah mampu menjawab jenis pertanyaan eksplisit tentang fakta. Hal tersebut terlihat dari PNS mampu menjawab dengan benar pertanyaan apa, siapa, berapa, kapan dan dimana dengan mencari jawabannya pada teks bacaan. Untuk jenis pertanyaan eksplisit tentang sekuen/urutan, PNS telah mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang mengarah kepada hubungan sebab akibat. Selain itu, PNS juga telah mampu menjawab dengan benar jenis pertanyaan implisit yang menanyakan tentang judul teks bacaan. Sedangkan, untuk jenis pertanyaan eksplisit tentang Argumentasi, PNS belum mampu menjawab dengan tepat. Hal tersebut dikarenakan pertanyaan-pertanyaan tersebut membutuhkan kemampuan untuk menganalisis teks bacaan, selain itu juga berkaitan erat dengan tingkat pemahaman siswa terhadap teks bacaan yang diberikan. Selanjutnya, untuk pertanyaan terkait pemahaman interpretasi, PNS telah mampu menceritakan kembali inti dari isi teks bacaan dalam bentuk poin-poin. Poin-poin tersebut tampak menyalin dari teks bacaan dan belum mencakup inti dari isi teks bacaan tersebut. Namun, dapat dikatakan hampir mendekati indikator yang ingin dicapai. Kemampuan pemahaman isi bacaan MTA dikategorikan berada pada frustation level. Artinya, MTA belum mampu atau gagal dalam memahami isi bacaan walaupun telah diberikan bantuan atau arahan. Berdasarkan hasil asesmen tahap I dan II, MTA 9

10 telah mampu menjawab jenis pertanyaan eksplisit tentang fakta. Hal tersebut terlihat dari MTA mampu menjawab dengan benar pertanyaan apa, berapa, kapan dan dimana dengan mencari jawabannya pada teks bacaan. Namun, pada pertanyaan siapa salah atau benarnya jawaban MTA tergantung pada teks bacaan. Diasumsikan seperti itu karena terdapat perbedaan hasil pada tahap I dan II. Pada tahap I, MTA mampu menjawab dengan benar, sedangkan pada tahap II MTA tidak mampu menjawab dengan benar. Begitu halnya dengan jenis pertanyaan eksplisit tentang sekuen/urutan, terdapat perbedaan hasil pada tahap I dan II. Pada tahap I, MTA tidak mampu menjawab dengan benar, sedangkan pada tahap II, MTA mampu menjawab dengan benar. Untuk jenis pertanyaan implisit, MTA telah mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang menanyakan judul dari teks bacaan. Sedangkan, untuk jenis pertanyaan eksplisit tentang Argumentasi, MTA belum mampu menjawab dengan tepat. Hal tersebut dikarenakan pertanyaan-pertanyaan tersebut membutuhkan kemampuan untuk menganalisis teks bacaan, selain itu juga berkaitan erat dengan tingkat pemahaman siswa terhadap teks bacaan yang diberikan. Selanjutnya, untuk pertanyaan terkait pemahaman interpretasi, pada dasarnya MTA telah memahami inti dari teks bacaan. MTA menceritakan kembali isi teks ini berdasarkan pengalamannya dan mencoba mengungkapkannya dengan bahasanya sendiri. Namun, bukan hal tersebut yang dimaksudkan dalam pertanyaan ini sehingga diasumsikan jawaban MTA belum sesuai dengan indikator. Berdasarkan gambaran kemampuan siswa kelas 4 di SLB-B Prima Bakti Mulya di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya hambatan yang dialami siswa di kelas tersebut pada pemahaman konsep kata tanya, penguasaan kosakata dan pemahaman isi teks bacaan secara utuh. 2. Pembahasan Setelah melakukan kegiatan asesmen membaca pemahaman diperoleh gambaran kemampuan pemahaman isi bacaan siswa kelas 4 di SLB-B Prima Bakti Mulya. Pada dasarnya hambatan yang dialami siswa di kelas tersebut adalah pemahaman konsep kata tanya, penguasaan kosakata dan pemahaman 10

11 isi teks bacaan secara utuh. Hambatan yang dialami oleh para siswa tersebut merupakan dampak dari keterlambatan perkembangan bahasa yang mereka alami. Hal tersebut didukung oleh pendapat Leigh dalam Hernawati (2007, hlm.2-3): Masalah utama kaum dengan hambatan pendengaran bukan terletak pada tidak dikuasainya suatu sarana komunikasi lisan, melainkan akibat hal tersebut terhadap perkembangan kemampuan berbahasanya secara keseluruhan yaitu mereka tidak atau kurang mampu dalam memahami lambang dan aturan bahasa. Secara lebih spesifik, mereka tidak mengenal atau mengerti lambang/kode atau nama yang digunakan lingkungan guna mewakili benda-benda, peristiwa kegiatan, dan perasaan serta tidak memahami aturan/sistem/tata bahasa. Keadaan ini terutama dialami anak tunarungu yang mengalami ketulian sejak lahir atau usia dini (tuli prabahasa). Sejalan dengan pendapat di atas, Rachman (dalam Rohman, 2013, hlm. 2) mengemukakan bahwa: Penguasaan bahasa anak dengan hambatan pendengaran dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari banyaknya perbendaharaan kata yang dimilikinya. Peningkatan perbendaharaan kata dalam menyusun kata atau kalimat menentukan keberhasilan anak dengan hambatan pendengaran sedang dalam berkomunikasi dan dapat memahami informasi yang diperolehnya. Bahwa perbendaharaan atau kosa kata yang dimiliki seseorang biasanya dijadikan ukuran untuk menetapkan kadar pengetahuan, tingkat kecerdasan, dan pengalaman pribadi orang yang bersangkutan. Beberapa pendapat di atas memperkuat hasil asesmen membaca pemahaman yang telah dilakukan pada penelitian ini. Anak dengan hambatan pendengaran mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa sehingga perbendaharaan kata yang dimilikinya tidak seperti siswa reguler pada umumnya. Adapun dampak dari kondisi tersebut, mereka mengalami kesulitan untuk mengenal atau mengerti lambang/kode atau nama yang digunakan lingkungan guna mewakili benda-benda, peristiwa kegiatan, dan perasaan serta tidak memahami aturan/sistem/tata bahasa. Sehingga para siswa dengan hambatan pendengaran mengalami kesulitan dalam memahami konsep kata tanya, penguasaan kosakata dan pemahaman isi teks bacaan secara utuh. Sehubungan dengan itu, hasil penelitian ini sejalan dengan 11

12 pernyataan Yuwati (dalam Budiarti, 2013) dalam penelitiannya yang mengemukakan bahwa tingkat pemahaman membaca siswa sekolah luar biasa berada jauh di bawah kemampuan siswa sekolah reguler, bahkan nilai yang diperoleh siswa dengan hambatan pendengaran berada jauh dibawah kemampuan siswa sekolah reguler. KESIMPULAN Kemampuan Anak Dengan Hambatan Pendengaran Kelas 4 di SLB-B Prima Bakti Mulya adalah rata-rata siswa di kelas tersebut mengalami hambatan dalam pemahaman konsep kata tanya, penguasaan kosakata dan pemahaman isi teks bacaan secara utuh. Sehingga dapat dikatakan Anak dengan hambatan pendengaran di kelas tersebut memiliki kemampuan membaca pemahaman yang membutuhkan perhatian dan intervensi khusus. DAFTAR PUSTAKA Aulia, R Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Pada Anak Tunarungu. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, 1 (2), hlm Basrowi dan Suwandi Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta Budiarti, K. (2013). Strategi Pembelajaran PQ4R Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Tunarungu di SMALB-B Surabaya. Jurnal Pendidikan Khusus, 3 (3), hlm Bunawan dan Yuwati Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santirama Coppens, K.M., Tellings, A., Verhoeven, L.., & Schreuder, R Depth of Reading Vocabulary in Hearing and Hearing-impaired children. Journal Reading and Writing, 24 (4), hlm Herdiyanti, R.S, dkk Asesmen Membaca Lanjutan. Bandung : Hernawati, Tati Pengembangan Kemampuan Berbahasa dan Berbicara Anak Tunarungu. JASSI_anakku, 7 (1), hlm

13 Rohman, F. (2013). Permainan Susun Kata Terhadap Peningkatan Perbendaharaan Kata Anak Tunarungu. Jurnal Pendidikan Khusus, 2 (2), hlm

JSE VOL. 1 NO. 1 ISSN NOVEMBER DESEMBER 2016 HAL 1-71

JSE VOL. 1 NO. 1 ISSN NOVEMBER DESEMBER 2016 HAL 1-71 ISSN 2541-3953 JSE VOL. 1 NO. 1 HAL 1-71 NOVEMBER DESEMBER 2016 Diterbitkan Oleh: SLB NEGERI SERDANG BEDAGAI Jl. Besar Desa Bengabing Kec. Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai 20988 Website: www.slbnserdangbedagai.sch.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional, merupakan bahasa asing pertama yang harus diajarkan di sekolah mulai dari tingkat dasar. Hal ini ditegaskan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 1.1. Latar belakang

1. Pendahuluan 1.1. Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1. Latar belakang Manusia adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di sekelilingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Salah satu keterampilan yang sangat penting dan harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian yang berguna untuk memandu seorang peneliti dalam suatu penelitian yang berguna untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Informan Penelitian Lokasi dalam penelitian ini adalah tempat tinggal (rumah) dari masingmasing informan penelitian. Informan sumber data adalah orangtua dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan Oktober- Desember 2012, bertempat di SMP Negeri 1 Lemito.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan Oktober- Desember 2012, bertempat di SMP Negeri 1 Lemito. 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Peneltian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan Oktober- Desember 2012, bertempat di SMP Negeri 1 Lemito. 3.2 Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan salah satu bagian terpenting dalam melakukan penelitian. Keberadaan metode penelitian memberikan pedoman tentang cara seorang ilmuwan mempelajari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi pada penelitian ini bertempat di SDN 3 Nagarawangi, Jl. KH. Lukmanul Hakim No. 6, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya. Lokasi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin baik kualitas pendidikan disuatu negara akan menghasilkan bangsa yang cerdas. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 merupakan suatu bentuk pembelajaran yang berbasis teks. Pembelajaran bahasa Indonesia yang berbasis teks ini menjadikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Secara umum, metode dapat diartikan yakni suatu cara, teknik, strategi dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan penelitian, tentu tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena dengan pendekatan ini peneliti dapat memperoleh informasi secara menyeluruh mengenai fenomena yang

Lebih terperinci

Bunga Lestari Dr. Wisman Hadi, M.Hum. ABSTRAK

Bunga Lestari Dr. Wisman Hadi, M.Hum. ABSTRAK 0 KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF BERBAGAI JENIS WACANA DALAM NASKAH SOAL UJIAN NASIONAL OLEH SISWA KELAS IX SMP SWASTA BANDUNG SUMATERA UTARA TAHUN PEMBELAJARAN2017/2018 Bunga Lestari (bungalestariyy@gmail.com)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran bahasa Inggris dilaksanakan di sekolah dasar sebagai bekal untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Pembelajaran bahasa Inggris di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh anak baik sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai anak adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA DAN BERBICARA ANAK TUNARUNGU

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA DAN BERBICARA ANAK TUNARUNGU JASSI_anakku Volume 7 Nomor 1 Juni 007 hlm 101-110 PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA DAN BERBICARA ANAK TUNARUNGU Tati Hernawati Jurusan PLB FIP Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Tulisan ini memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang memiliki peranan penting dalam kehidupan. Memasuki era globalisasi, bahasa Inggris telah banyak digunakan

Lebih terperinci

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017 Penerapan Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Pecahan pada Siswa Tunarungu Kelas V SDLB Tira Haemi Ramadhani dan Iding Tarsidi Departemen Pendidikan Khusus Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian diperlukan untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian diperlukan untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian diperlukan untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian. Secara umum metode adalah suatu kerangka kerja untuk melakukan tindakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Dari segi tempat, penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan. Yaitu suatu penelitian yang dilakukan di lapangan atau lokasi penelitian, suatu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memiliki kewajiban pada warga negaranya untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada warga negara lainnya tanpa terkecuali termasuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian menjelaskan semua langkah yang dikerjakan penulis sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan anggapan-anggapan dasar atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu modal seseorang untuk meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Pada dasarnya setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Skripsi yang penulis susun ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dikategorikan pada jenis penelitian lapangan (field

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dikategorikan pada jenis penelitian lapangan (field BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini dikategorikan pada jenis penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif. Pada penelitian lapangan, peneliti secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana atau alat komunikasi yang sangat menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat penting sebagai sarana ilmu dan budaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara atau usaha yang dilakukan secara sistematis, ilmiah, rasional dan empiris untuk mendapatkan suatu informasi atau data

Lebih terperinci

2016 PENGARUH TEKNIK SCRAMBLE TERHADAP KEMAMPUAN MENENTUKAN IDE POKOK DAN MEMPARAFRASE DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

2016 PENGARUH TEKNIK SCRAMBLE TERHADAP KEMAMPUAN MENENTUKAN IDE POKOK DAN MEMPARAFRASE DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pengajaran membaca pemahaman merupakan salah satu aspek pokok dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dalam kegiatan membaca siswa dituntut

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI STRATEGI PEMENGGALAN KALIMAT

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI STRATEGI PEMENGGALAN KALIMAT INTERNATIONAL CONFERENCE ON SPECIAL EDUCATION IN SOUTHEAST ASIA REGION 7 TH SERIES 2017 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI STRATEGI PEMENGGALAN KALIMAT Irnawati Sukirman a, Nurullita Arum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian field research (penelitian lapangan) yang bersifat deskriptif,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Kulango Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bab ini berkaitan erat dengan metode penelitian yang akan digunakan selama penelitian, meliputi pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran dan peran peneliti di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), yaitu 87 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang langsung dilakukan di lapangan atau pada responden. 1 Penelitian

Lebih terperinci

Kemampuan Menulis Teks Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sumber Jaya Lampung Barat

Kemampuan Menulis Teks Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sumber Jaya Lampung Barat Jurnal Pesona, Volume 3 No. 2, (2017), 156-162 ISSN Cetak : 2356-2080 ISSN Online : 2356-2072 DOI: https://doi.org/ 10.26638/jp.444.2080 Kemampuan Menulis Teks Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapat data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam metodologi penelitian harus didasarkan pada ciri-ciri

Lebih terperinci

Mulyati (2007 : 10) menyatakan ada empat aspek keterampilan berbahasa,

Mulyati (2007 : 10) menyatakan ada empat aspek keterampilan berbahasa, PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS IV SDN TANUHARJO TAHUN AJARAN 2014/2015 Rifqa Annisa Oktaviyana 1, Imam

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian mengenai mambaca pemahaman dengan menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching dilakukan dengan menggunakan metode penelitian

Lebih terperinci

Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana Pada Siswa Tunarungu

Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana Pada Siswa Tunarungu Riset PenerapanMetodeDemonstrasi Ida, Permanarian, Sunaryo Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana Pada Siswa Tunarungu Ida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,dan mengidentifikasikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan

Lebih terperinci

Oleh Nirmala Sari Siregar Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd.

Oleh Nirmala Sari Siregar Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd. HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN PARAGRAF DEDUKTIF DAN PARAGRAF INDUKTIF DENGAN KEMAMPUAN MENULIS BERITA SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH MUHAMMADIYAH 1 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Nirmala Sari Siregar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah secara umum agar

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah secara umum agar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah secara umum agar peserta didik terampil berbahasa Indonesia dengan benar, yaitu dalam kecakapan menyimak, berbicara,

Lebih terperinci

Penggunaan Model Complete Sentence Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Listening Siswa Kelas IX C SMP Negeri 2 Tolitoli

Penggunaan Model Complete Sentence Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Listening Siswa Kelas IX C SMP Negeri 2 Tolitoli Penggunaan Model Complete Sentence Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Listening Siswa Kelas IX C SMP Negeri 2 Tolitoli Masdiana Dg Marumu SMP Negeri 2 Tolitoli, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan yang

Lebih terperinci

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016 Efektifitas Flash Card Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Alphabet Pada Siswa Tunarungu Kelas Tk-A2 SLB Negeri Cicendo Kota Bandung Riani Rachmawati, Tati Hernawati, dan Juhanaini Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMK TAMAN SISWA TELUK BETUNG. Oleh

KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMK TAMAN SISWA TELUK BETUNG. Oleh KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMK TAMAN SISWA TELUK BETUNG Oleh Fitri Kurnia Mulyanto Widodo Ni Nyoman Wetty S Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung email : fitrikurnia@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGISI FORMULIR MELALUI METODE LATIHAN TERBIMBING SISWA KELAS VI SDN NO.1 OTI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGISI FORMULIR MELALUI METODE LATIHAN TERBIMBING SISWA KELAS VI SDN NO.1 OTI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGISI FORMULIR MELALUI METODE LATIHAN TERBIMBING SISWA KELAS VI SDN NO.1 OTI Huzaima, Gazali, dan Efendi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Inggris sangat penting diberikan di sekolah dasar untuk mengenalkan bahasa asing kepada siswa. Secara umum pembelajaran bahasa Inggris

Lebih terperinci

PEMAHAMAN TEKS DISKUSI OLEH SISWA SMP NEGERI 2 PONTIANAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PEMAHAMAN TEKS DISKUSI OLEH SISWA SMP NEGERI 2 PONTIANAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PEMAHAMAN TEKS DISKUSI OLEH SISWA SMP NEGERI 2 PONTIANAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Syarifah Leni Fuji Lestari, Ahadi Sulissusiawan, Deden Ramdani Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Untan, Pontianak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis dan Pendekatan Penelitian. dan masalah manusia. Bogdan dan Taylor

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis dan Pendekatan Penelitian. dan masalah manusia. Bogdan dan Taylor BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Pengertian penelitian kualitatif sendiri diartikan sebagai suatu proses penelitian dan pemahaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, karena memandu penelitian agar hasil dari penelitian benar-benar valid

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, karena memandu penelitian agar hasil dari penelitian benar-benar valid BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu yang pokok dan penting dalam melaksanakan penelitian, karena memandu penelitian agar hasil dari penelitian benar-benar valid dan dapat dipertanggung jawabkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan (Hasan, 2002: 21). Pengertian lain dari metode penelitian ialah cara yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian kualitatif adalah

BAB III METODE PENELITIAN. ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian kualitatif adalah 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini mengkaji dan mendeskripsikan tentang nilai-nilai pendidikan karakter pada ekstrakurikuler pramuka di SDN Lorejo 2 Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. field reseach, yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif adalah Suatu

BAB III METODE PENELITIAN. field reseach, yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif adalah Suatu 40 BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis dari penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian lapangan atau field reseach, yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif adalah Suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Inggris adalah alat untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Departemen Pendidikan Nasional, dalam standar kompetensi dalam Kurikulum 2004,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu implikasi dari sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928,

BAB I PENDAHULUAN. Suatu implikasi dari sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu implikasi dari sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, akhirnya bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, dan menjadi bahasa

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS V SDN NO. 1 OTI MENULIS SURAT DINAS MELALUI PENERAPAN METODE LATIHAN TERBIMBING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS V SDN NO. 1 OTI MENULIS SURAT DINAS MELALUI PENERAPAN METODE LATIHAN TERBIMBING MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS V SDN NO. 1 OTI MENULIS SURAT DINAS MELALUI PENERAPAN METODE LATIHAN TERBIMBING Asdir, Gazali, dan Efendi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa Inggris mempunyai peran penting dalam berkomunikasi. Terlebih bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang berperan penting di era globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, dengan tujuan untuk mengetahui implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran matematika. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu.1 Metode penelitian digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, menguji keefektifan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia tidak akan lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia dalam berkomunikasi dengan tujuan menyampaikan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN A. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian desain didaktis (Didactical Design Research) dengan pendekatan kualitatif. Menurut Suryadi & Tatang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar bukan angka-angka. 1 Menurut Bagda dan Taylor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Tempat Penelitian Penelitian mengenai Evaluasi Program education expo SMA Karangturi Semarang tahun 2014 ini merupakan penelitian evaluatif CIPP dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain. Secara tidak

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain. Secara tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dibandingkan dengan tiga keterampilan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengertian yang mendalam tentang suatu gejala, fakta atau realita. Fakta, realita,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengertian yang mendalam tentang suatu gejala, fakta atau realita. Fakta, realita, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode Penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah metode kualitatif. Menurut Semiawan (2010: 1 2) metode Kualitatif adalah mencari pengertian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pajak hotel dan pajak restoran. Subjek penelitian ini. DPRD dan pemilik hotel dan pemilik restoran tentang

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pajak hotel dan pajak restoran. Subjek penelitian ini. DPRD dan pemilik hotel dan pemilik restoran tentang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek/Subjek Penelitian Objek penelitian ini adalah Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai khusus dalam hal ini dilihat dari laporan PAD terkait dengan pajak hotel dan pajak restoran.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian yang penulis lakukan merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu jenis penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak diantaranya adalah guru dan siswa. Pembelajaran adalah pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak diantaranya adalah guru dan siswa. Pembelajaran adalah pembelajaran yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum pembelajaran merupakan sebuah proses yang di dalamnya melibatkan berbagai pihak diantaranya adalah guru dan siswa. Pembelajaran adalah pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu. Dalam penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu. Dalam penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan dari gejala-gejala subyek suatu kelompok yang menjadi obyek penelitian atau bersifat fenomenologis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dalam hal ini, peneliti akan mendeskripsikan tentang kesulitan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sekali bagi kita semua untuk mempelajarinya. Setiap orang sering berbahasa, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. sekali bagi kita semua untuk mempelajarinya. Setiap orang sering berbahasa, baik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional kita, bahasa yang sangat penting sekali bagi kita semua untuk mempelajarinya. Setiap orang sering berbahasa, baik

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA TUNARUNGU DI SMALB-B SURABAYA

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA TUNARUNGU DI SMALB-B SURABAYA JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA TUNARUNGU DI SMALB-B SURABAYA Diajukan kepada Universitas negeri Surabaya untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kegiatan berbahasa merupakan bagian dari kehidupan manusia. Ketika manusia melakukan kegiatan berbahasa, maka mereka harus memiliki keterampilan berbahasa.tampubolon

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu peneliti ingin melihat gambaran apa adanya tentang suasana proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di TK Daya Nusa yang beralamat di Jalan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di TK Daya Nusa yang beralamat di Jalan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TK Daya Nusa yang beralamat di Jalan Muara Takus Raya, Kompleks Pharmindo RT 01/25, Kelurahan Melong, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan 89 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu suatu penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan merupakan pola perubahan yang dimulai sejak pembuahan, yang berlanjut sepanjang rentang hidup (Santrock, 2007 : 7). Perkembangan adalah hal yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu memaparkan

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu memaparkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MEDIA WORDWALL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN VOCABULARY DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS IV SD N NGADIREJO II KARTASURA

IMPLEMENTASI MEDIA WORDWALL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN VOCABULARY DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS IV SD N NGADIREJO II KARTASURA IMPLEMENTASI MEDIA WORDWALL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN VOCABULARY DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS IV SD N NGADIREJO II KARTASURA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : Ninik Meiyanti A 510 090 188

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak berkebutuhan khusus (ABK) perlu mendapatkan perhatian khusus baik itu dalam pemerolehan pendidikan maupun penanganan sepanjang fase hidupnya karena berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengembangkan suatu program intervensi gerak yang dapat meningkatkan keterampilan koordinasi gerak pada anak dengan

Lebih terperinci

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan membaca merupakan modal utama peserta didik. Dengan berbekal kemampuan membaca, siswa dapat mempelajari ilmu, mengkomunikasikan gagasan, dan mengekspresikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Sejalan dengan maksud penelitian yaitu untuk mendeskripsikan strategi jemput bola yang digunakan oleh 24 Mobile Spa dalam meraih calon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. research) dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat dipandang

BAB III METODE PENELITIAN. research) dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat dipandang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat

Lebih terperinci

PROSES BERPIKIR SISWA DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN LOGIS MATEMATIS DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

PROSES BERPIKIR SISWA DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN LOGIS MATEMATIS DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PROSES BERPIIR SISWA DENGAN ECERDASAN LINGUISTI DAN LOGIS MATEMATIS DALAM MEMECAHAN MASALAH MATEMATIA Rudis Andika Nugroho, Sutinah 2, Rini Setianingsih Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan penelitian atau research yaitu usaha untuk menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA VCD PEMBELAJARAN DALAM PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS SISWA KELAS IV SDN 4 BUMIREJO TAHUN 2013/2014

PENGGUNAAN MEDIA VCD PEMBELAJARAN DALAM PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS SISWA KELAS IV SDN 4 BUMIREJO TAHUN 2013/2014 PENGGUNAAN MEDIA VCD PEMBELAJARAN DALAM PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS SISWA KELAS IV SDN 4 BUMIREJO TAHUN 2013/2014 Teguh Imanto 1, Suhartono 2, Chamdani 3 1 Mahasiswa PGSD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat. Ia banyak memperlihatkan, membicarakan atau menanyakan tentang berbagai hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian TK Lab. School didirikan pada tahun 1960 memiliki luas tanah 764,73 m 2 dengan luas bangunan 217,02 m 2. TK ini beralamat di Jl. Sanjaya Guru No.3

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN UNTUK MENGAKOMODASI SISWA KELAS II DENGAN KESULITAN MEMBACA DI SEKOLAH DASAR

PROGRAM PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN UNTUK MENGAKOMODASI SISWA KELAS II DENGAN KESULITAN MEMBACA DI SEKOLAH DASAR PROGRAM PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN UNTUK MENGAKOMODASI SISWA KELAS II DENGAN KESULITAN MEMBACA DI SEKOLAH DASAR Elfa Adila SLB Negeri Serdang Bedagai Email : elfaadila@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 76 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan 64 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan

Lebih terperinci