BIOREMEDIASI: Artikel review. Zulkifli *), Satriananda *) ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BIOREMEDIASI: Artikel review. Zulkifli *), Satriananda *) ABSTRAK"

Transkripsi

1 BIOREMEDIASI: Artikel review Zulkifli *), Satriananda *) ABSTRAK Bioremediasi adalah proses pengolahan tanah yang tercemar dengan menggunakan mikroorganisme. Tujuan untuk mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang tidak berbahaya (karbon dioksida dan air). Di negara-negara maju, bioremediasi sudah diterapkan untuk pengolahan tanah yang tercemar, namun teknologi ini belum populer di Indonesia. Artikel ini memberikan gambaran tentang proses bioremediasi, prinsip-prinsip dan teknik bioremediasi, serta berbagai keunggulan dan kelemahannya. Kata kunci: bioremediasi, degradasi, mikroorganisme, kontaminan PENDAHULUAN Tanah merupakan komponen penting untuk kehidupan manusia. Tanah berperan penting dalam pertumbuhan makhluk hidup, memelihara ekosistem, dan memelihara siklus air. Saat ini, kasus pencemaran tanah terus meningkat di berbagai negara, jumlah tanah yang terkontaminasi pun cukup signifikan. Kasus pencemaran tanah terutama disebabkan oleh pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat (illegal dumping), kebocoran limbah cair dari industri atau fasilitas komersial, atau kecelakaan kenderaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah, yang kemudian tumpah ke permukan tanah (Anonymous, 2006). Saat ini, sudah mulai dilakukan usaha-usaha untuk memperbaiki lahan-lahan tersebut, baik untuk mengurangi risiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan atau untuk mengembalikan fungsi lahan agar dapat digunakan kembali. Remediasi adalah istilah yang digunakan untuk proses pembersihan kontaminan dari tanah. Teknik konvensional untuk remediasi tanah adalah dengan menggali tanah terkontaminasi dan memindahkannya ke area landfill, kelemahan metode ini adalah hanya memindahkan tanah terkontaminasi ke tempat lain, risiko dapat timbul pada saat penggalian, penanganan dan transportasi bahan berbahaya, juga lebih sulit dilakukan serta membutuhkan biaya besar. Teknik konvensional lainnya adalah dengan menutup dan menyekat area tanah terkontaminasi. Namun metode ini hanya solusi sementara, sementara kontaminan tetap berada pada tanah tersebut. Metode ini juga membutuhkan pemantauan dan perawatan jangka panjang terhadap penahannya (barriers), sehingga dibutuhkan biaya besar setiap tahun untuk proses penanganannya. Teknik pengolahan yang lebih maju adalah dengan menghancurkan semua polutan jika memungkinkan, atau paling tidak mengubahnya menjadi bentuk yang tidak berbahaya, seperti pembakaran pada temperatur tinggi. Teknik ini efektif mengurangi jumlah kontaminan, tetapi teknologinya rumit, biaya pengolahan mahal, dan kurangnya penerimaan masyarakat, karena proses pembakaran dapat meningkatkan pemaparan kontaminan ke udara, sehingga berdampak negatif terhadap pekerja maupun penduduk yang tinggal disekitar lahan (Cairney, 1993). Bioremediasi merupakan teknologi alternatif untuk menyisihkan kontaminan dari tanah dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Biaya yang dibutuhkan relatif kecil, teknologinya sederhana dan lebih dapat diterima oleh masyarakat. Namun tidak semua tanah tercemar cocok diterapkan metode ini, efektifitasnya sangat tergantung pada jenis kontaminan. Waktu pengolahan yang dibutuhkan pun relatif lama dan konsentrasi kontaminan yang tersisa bisa saja masih lebih besar dari yang diinginkan. Bioremediasi telah diterapkan di sejumlah negara eropa dengan tingkat keberhasilan yang bervariasi. Teknik-tekniknya terus disempurnakan berdasarkan pada pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh. Namun bioremediasi belum populer di Indonesia. Artikel ini mencoba memberi gambaran proses-proses yang terlibat dalam bioremediasi, teknik-teknik, keunggulan dan kelemahan proses bioremediasi, sehingga dapat memberi suatu wawasan baru bagi masyarakat Indonesia dalam menangani pencemaran tanah. *) Staf Pengajar 15

2 PRINSIP-PRINSIP BIOREMEDIASI Bioremediasi diartikan sebagai proses degradasi limbah-limbah organik berbahaya menjadi tidak berbahaya, atau sampai tingkat dibawah batas konsentrasi minimum yang dibolehkan oleh peraturan, dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme (Mueller et al., 1996). Untuk mendegradasi kontaminan (pencemar) pada tanah yang tercemar, biasanya digunakan mikroorganisme. Bakteri dan fungi (jamur) sering digunakan untuk mendegradasi atau mengurangi kadar racun. Mikroorganisme dapat berasal dari lahan yang terkontaminasi atau dapat diisolasi dari tempat lain dan dibawa ke area yang terkontaminasi. Senyawa-senyawa kontaminan ditransformasikan oleh mikroorganisme melalui reaksi metabolisme. Proses biodegradasi suatu senyawa, sering melibatkan beberapa jenis mikroorganisme. Agar bioremediasi dapat berlangsung efektif, mikroorganisme secara enzimatis harus dapat menyerang kontaminan dan mengubahnya menjadi produk yang tidak berbahaya, serta kondisi lingkungan harus mendukung bagi aktivitas mikrobial. Untuk mempercepat dan proses degradasi, maka harus dilakukan manipulasi terhadap beberapa parameter lingkungan yang dapat dikendalikan. Proses bioremediasi juga memiliki sejumlah batasan. Beberapa kontaminan, resisten terhadap serangan mikrobial. Senyawa-senyawa ini sangat lambat di degradasi atau bahkan tidak dapat di degradasi sama sekali, oleh karena itu tidak mudah untuk memprediksi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk proses bioremediasi. Tabel 1 memperlihatkan beberapa kontaminan yang potensial untuk disisihkan melalui proses bioremediasi. Tabel 1. Beberapa kontaminan yang potensial untuk disisihkan melalui proses bioremediasi Jenis kontaminan Contoh spesifik Aerobik Anaerobik Sumber potensial Pelarut yang mengandung Trichloroethylene + Pencucian pakaian (binatu) khlor Perchloroethylene Industri kimia Polychlorinated biphenyls 4-Chlorobiphenyl 4,4-Dichlorobiphenyl + Industri elektrik Pembangkit listrik Gerbong kereta api Phenol terkhlorinasi Pentachlorophenol + Pengolahan kayu Landfill BTEX Benzene Toluen Ethyl benzene Xylene + + Fasilitas produksi dan penyimpanan minyak Lokasi penyulingan gas Bandar udara Pabrik cat Fasilitas pelabuhan laut Jalur kereta api Hidrokarbon Poliaromatik (PAHs) Pestisida (Sumber : Vidali, 2001) Naphthalene Antracene Fluorene Pyrene Benzo(a)pyrene Atrazine Carbaryl Carbofuran Coumphos Diazinon Glycophosphate Parathion Propham 16 Industri kimia + Fasilitas produksi dan penyimpanan minyak Lokasi penyulingan gas Pabrik batu bara Pabrik aspal Pembangkit listrik + + Pertanian Pabrik pengolahan kayu Pabrik pestisida Daerah rekreasi Landfill

3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGA- RUHI PROSES BIOREMEDIASI Bioremediasi merupakan suatu proses kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain adanya populasi mikroorganisme yang mampu mendegradasi polutan, tersedianya kontaminan sebagai substrat bagi mikroorganisme serta faktor-faktor lingkungan (jenis tanah, temperatur, ph, kehadiran oksigen atau aseptor elektron, dan nutrien). Faktor-faktor ini harus diperhatikan agar proses bioremediasi dapat berlangsung pada kondisi optimum. Populasi Mikroorganisme Mikroorganisme dapat diisolasi dari lingkungan. Mikroorganisme dapat beradaptasi dan tumbuh pada temperatur yang sangat rendah, sangat panas, dalam air, dalam keadaan oksigen berlebih, atau tanpa oksigen serta pada lingkungan yang mengandung senyawa-senyawa berbahaya atau pada berbagai jenis limbah. Kebutuhan utamanya adalah sumber energi dan sumber karbon. Karena kemampuannya dalam beradaptasi, maka mikroorganisme dapat digunakan untuk mendegradasi atau memperbaiki lingkungan yang telah tercemar. Mikroorganisme yang terlibat pada proses bioremediasi dapat dibagi dalam bebeberapa kelompok, yaitu : Mikroorganisme Aerobik adalah mikroorganisme yang lingkungan hidupnya kaya akan oksigen. Contohnya seperti Pseudomonas, Alcaligenes, Sphingomonas, Rhodococcus dan Mycobacterium. Bakteri-bakteri ini sering digunakan untuk mendegradasi pestisida dan senyawa-senyawa hidrokarbon, baik senyawasenyawa alkana maupun senyawa-senyawa poliaromatik. Kebanyakan bakteri ini menggunakan kontaminan sebagai sumber utama bagi kebutuhan karbon. Mikroorganisme Anaerobik adalah mikroorganisme yang lingkungan hidupnya tidak mengandung oksigen. Bakteri anaerobik lebih jarang digunakan dibandingkan bakteri aerobik pada proses bioremediasi. Kebanyakan bakteri anaerobik digunakan untuk proses bioremediasi PCB (Polychlorinated Biphenyls) dalam sedimen sungai, dekhlorinasi pelarut chloroform dan TCE (trichloroethylene). Fungi (jamur) seperti Phanaerochaetea chrysosporium memiliki kemampuan untuk mendegradasi beragam polutan mulai yang bersifat toksik (racun) hingga yang persisten (sukar didegradasi). Substrat yang umum digunakan adalah jerami, serbuk gergaji, atau tongkol jagung. Syarat terjadinya proses degradasi adalah terjadinya kontak langsung antara bakteri dan kontaminan. Hal ini tidak mudah dilakukan, karena tidak semua mikroorganisme atau kontaminan tersebar merata pada tanah. Ada jenis bakteri yang dapat merasakan kehadiran kontaminan dan kemudian berpindah mendekatinya, namun jenis mikroorganisme lain seperti fungi tumbuh dalam bentuk serat hanya sekitar kontaminan. Untuk meningkatkan mobilisasi kontaminan, biasanya digunakan surfaktan seperti sodium dodecyl sulphate ( Nutrien Meskipun pada tanah terkontaminasi terdapat mikroorganisme yang alami, namun populasi yang ada biasanya tidak mencukupi untuk dapat melakukan remediasi terhadap lahan yang tercemar tersebut. Pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme tersebut harus di stimulasi untuk mendapatkan jumlah populasi yang cukup. Biostimulasi biasanya dilakukan dengan memasok oksigen sebagai aseptor elektron dan penambahan nutrien seperti nitrogen, phospor, dan karbon. Nutrien-nutrien tersebut merupakan unsur utama penyusun sel mikroorganisme dan membantu untuk memproduksi enzim-enzim yang akan digunakan untuk memecah kontaminan. Komposisi sel mikroorganisme diperlihatkan pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi sel mikroorganisme Unsur Persentase Karbon 50 Nitrogen 14 Oksigen 20 Hidrogen 8 Phospor 3 Kalium 1 Natrium 1 Kalsium 0,5 Magnesium 0,5 Khlorida 0,5 Besi 0,2 Unsur-unsur lain 0,3 ( Sumber: Vidali, 2001). Kondisi Lingkungan Pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh ph, temperatur dan 17

4 kelembaban. Meskipun ada beberapa mikroorganisme dapat bertahan pada suatu kondisi lingkungan yang ekstrim, namun kebanyakan mikroorganisme hanya dapat tumbuh optimal pada suatu rentang yang sempit, sehingga penting sekali untuk mengatur suatu kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan mikroorganisme. Kondisi lingkungan yang cocok untuk proses degradasi diperlihatkan pada Tabel 3. Tabel 3. Kondisi lingkungan yang mempengaruhi proses degradasi. Parameter Kelembaban tanah ph tanah Kandungan Oksigen Kandungan nutrien Temperatur ( o C) Jenis kontaminan Kandungan logam ( Sumber: Vidali, 2001) Kondisi lingkungan yang dibutuhkan untuk aktivitas mikrobial % 5,5 8, % C:N:P = 100:10: kadar racun rendah maksimal 2000 ppm Derajat keasaman yang baik berkisar pada ph netral. Jika ph tanah terlalu rendah (asam), maka dapat dilakukan penambahan kapur terhadap tanah untuk meningkatkan kembali ph tanah. Temperatur juga mempengaruhi laju reaksi biokimia. Pada proses biologi, laju reaksi biasanya meningkat 2 kali setiap kenaikan temperatur 10 o C. Namun jika temperatur terus meningkat mencapai suatu temperatur yang ekstrim, maka sel akan mati. Kelembaban tanah juga perlu di atur untuk menjaga ketersediaan air yang dibutuhkan oleh mikroorganisme, karena sebagian besar unsur penyusun mikroorganisme adalah air. Agar kelembaban tanah tetap terjaga, maka harus terus diatur suplai air ke dalam tanah. Kebutuhan oksigen menentukan apakah suatu proses bersifat aerob atau anaerob. Senyawa-senyawa hidrokarbon lebih mudah didegradasi pada kondisi aerob, sementara senyawa-senyawa yang mengandung khlor lebih mudah terdegradasi pada kondisi anaerob. Untuk meningkatkan kandungan oksigen tanah, dapat dilakukan menggunakan pembajakan tanah atau memasukkan suplai udara ke dalam tanah. Namun perlu lebih hati-hati, karena beberapa unsur seperti hidrogen peroksida atau magnesium peroksida dapat terpapar ke udara. TEKNIK BIOREMEDIASI Banyak teknik yang dapat digunakan untuk proses bioremediasi. Teknik in situ, merupakan proses bioremediasi air dan tanah tercemar yang berlangsung di tempat. Teknik ex situ yaitu teknik bioremediasi pengolahan air dan tanah tercemar di luar lokasi yang tercemar. Teknik bioremediasi in situ Teknik in situ biasanya merupakan pilihan utama karena biaya yang dikeluarkan lebih rendah dan gangguan pengaruh lingkungan juga kecil, disamping itu teknik ini dapat mengurangi risiko pemaparan kontaminan yang luas akibat proses pengerukan dan perpindahan kontaminan melalui transportasi. Efektifitas pengolahan teknik in situ sangat bergantung pada seberapa kedalaman tanah yang dapat dijangkau oleh pasokan oksigen. Umumnya, difusi oksigen yang mencukupi untuk proses bioremediasi hanya dapat menjangkau kedalaman tanah 30 cm, namun pada beberapa jenis tanah tertentu efektifitas difusi oksigen dapat mencapai kedalaman 60 cm. Ada beberapa teknik bioremediasi in situ, antara lain : Bioventing, merupakan proses pengolahan in situ yang paling umum digunakan. Pada teknik ini, suplai udara dan nutrien dimasukkan melalui sumur-sumur ke dalam tanah yang tercemar untuk memacu pertumbuhan bakteri yang ada di tempat tersebut. Laju alir udara untuk suplai oksigen diatur cukup rendah agar dapat meminimalkan terjadinya penguapan kontaminan ke udara, namun suplai oksigen harus tetap mencukupi bagi pertumbuhan mikroorganisme. Metode ini efektif digunakan untuk remediasi tanah yang tercemar hidrokarbon sederhana dan dapat digunakan juga jika kontaminasi terjadi jauh dibawah permukaan tanah. Biodegradasi in situ. Pada teknik ini, air yang mengandung nutrien dan oksigen disirkulasikan pada tanah yang terkontaminasi. Tujuannya adalah untuk memicu pertumbuhan bakteri alami yang terdapat pada tanah tercemar agar dapat mendegradasi kontaminan. Metode ini dapat digunakan untuk pengolahan tanah dan air tanah yang tercemar. Bioaugmentasi. Proses bioremediasi biasanya hanya memanfaatkan mikroorganisme alami yang terdapat pada lahan tercemar, namun jika populasi mikroorganisme yang ada tidak mencukupi untuk melakukan proses 18

5 bioremediasi secara efektif, maka harus dilakukan penambahan mikroorganisme dari luar area terkontaminasi. Teknik ini disebut bioaugmentasi. Penambahan mikroorganisme juga dilakukan apabila bakteri yang dapat mendegradasi kontaminan kalah bersaing dengan bakteri lokal di area terkontaminasi yang tidak memanfaatkan kontaminan sebagai substratnya (King et al, 1997). Teknik Bioremediasi ex situ Teknik bioremediasi ex situ adalah teknik pengolahan tanah tercemar yang dilakukan diluar area pencemaran, melalui pengerukan atau pemindahan tanah yang telah terkontaminasi. Ada beberapa teknik untuk bioremediasi ex situ, antara lain : Landfarming, merupakan metode sederhana dimana tanah yang telah terkontaminasi di keruk dan disebarkan pada suatu alas yang telah disiapkan dan diolah secara berkala sampai polutannya terdegradasi. Tujuannya adalah untuk menstimulasi mikroorganisme dan menciptakan kondisi aerobik untuk proses degradasi kontaminan. Secara umum, praktek ini hanya terbatas untuk pengolahan tanah dangkal dengan kedalaman cm. Composting, pada teknik ini tanah yang telah terkontaminasi di campur dengan senyawasenyawa organik tidak berbahaya yang dapat berasal dari pupuk atau limbah-limbah pertanian. Kehadiran senyawa-senyawa organik ini menyediakan kebutuhan nutrien bagi mikroorganisme sehingga dapat mendukung terbentuknya populasi mikroorganisme menjadi lebih banyak. Bioreaktor. Penggunaan bioreaktor dilakukan dengan mencampurkan tanah terkontaminasi dengan air hingga berbentuk bubur (slurry) dan kemudian dimasukkan ke dalam reaktor. Di dalam reaktor kontaminan akan mengalami kontak dengan mikroorganisme, sehingga terjadi proses degradasi terhadap kontaminan. Bioreaktor merupakan sistem yang direkayasa dengan mengontrol sejumlah parameter pertumbuhan mikroorganisme, sehingga penyisihan kontaminan pada air, tanah, sedimen atau lumpur dapat berlangsung maksimal. Secara umum, laju biodegradasi pada bioreaktor lebih cepat dibandingkan dengan sistem in situ, karena lingkungan yang direkayasa tersebut lebih terkendali sehingga tidak memberikan gangguan berarti terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu efisiensi penyisihan kontaminan lebih dapat di prediksi. Namun, sistem bioreaktor juga memiliki kelemahan. Pada sistem ini, tanah terkontaminasi membutuhkan perlakuan awal seperti pengerukan atau pelucutan kontaminan dari tanah melalui pencucian atau ekstraksi secara fisika (misalnya ekstraksi vakum) sebelum ditempatkan dalam bioreaktor. Implikasinya adalah biaya yang dibutuhkan menjadi lebih besar (King et al, 1997). KEUNTUNGAN PROSES BIOREMEDIASI Bioremediasi merupakan proses alami, oleh karena itu lebih diterima oleh masyarakat sebagai salah satu cara untuk mengolah lahan yang tercemar dibandingkan proses pengolahan secara fisika atau kimia. Mikroorganisme tumbuh dan mendegradasi kontaminan jika ada kontaminan, namun jika kontaminan telah habis terdegradasi, maka mikrorganisme tersebut mati. Residu hasil pengolahan biasanya merupakan produk tidak berbahaya seperti karbon dioksida, air dan lumpur biomassa. Bioremediasi dapat menghancurkan banyak jenis kontaminan. Senyawa-senyawa yang secara hukum dianggap berbahaya, kebanyakan diubah menjadi bentuk yang tidak berbahaya. Hal ini meminimalkan biaya dan bahaya yang mungkin timbul akibat proses pengolahan atau pembuangan bahan-bahan terkontaminasi. Bioremediasi tidak memindahkan kontaminan dari suatu lingkungan ke lingkungan lainnya, misalnya dari tanah ke air atau udara, namun bioremediasi dapat menghancurkan polutan yang ingin disisihkan. Bioremediasi dapat dilakukan di tempat (on site), bahkan proses ini sering dilakukan tanpa mengganggu aktivitas masyarakat. Hal ini juga mengurangi potensi risiko pemaparan polutan terhadap manusia dan lingkungan akibat proses transportasi dari area pencemaran ke area pengolahan. Biaya proses bioremediasi relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan teknologi lain yang digunakan untuk membersihkan kontaminan berbahaya pada tanah (Flathman, 1993). KELEMAHAN PROSES BIOREMEDIASI Proses bioremediasi hanya terbatas untuk menyisihkan senyawa-senyawa yang dapat di biodegrasi (biodegradable). Tidak semua senyawa dapat didegradasi dengan cepat dan sempurna. Beberapa peneliti menyatakan bahwa ada produk hasil proses biodegradasi dapat lebih 19

6 persisten atau lebih beracun dibandingkan senyawa induknya. Proses-proses biologi biasanya sangat spesifik. Agar proses bioremediasi dapat berlangsung baik, maka harus ada populasi mikroorganisme yang dapat melakukan biodegradasi dalam jumlah yang cukup, kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme, dan tersedia nutrien dan kontaminan yang cukup untuk sumber makanan mikroba. Sangat sulit untuk mengekstrapolasi kondisi eksperimen dan skala pilot ke kondisi operasi di lapangan. Untuk tanah yang tercemar oleh banyak jenis kontaminan atau kontaminan tidak tersebar merata di tanah, maka diperlukan penelitian serta ahli-ahli bioremediasi khusus yang menguasai teknologi bioremediasi untuk penanganannya. Bioremediasi sering membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan teknik pengolahan lainnya, seperti pengerukan dan pemindahan tanah atau pembakaran/insinerasi (Flathman, 1993). Online manual: Technology Practices Manual for Surfactants and Cosolvents, CH2MHILL, Mueller, J.G., Cerniglia, C. E., dan Pritchard, Bioremediation of Environments Contaminated by Polycyclic Aromatic Hydrocarbons. In Bioremediation: Principles and Applications, hal , Cambridge University Press, Cambridge. Vidali, M., Bioremediation, Pure Appl. Chem., Vol. 3, King, R.B., Long, G. M., dan Sheldon, 1997, Practical Environmental Bioremediation: The Field Guide, 2nd ed., Lewis, Boca Raton. KESIMPULAN DAN SARAN Bioremediasi merupakan teknologi untuk pengolahan tanah tercemar dengan memanfaatkan kemampuan mikroorganisme untuk mendegradasi kontaminan. Bioremediasi dapat dilakukan secara in situ atau ex situ. Tingkat keberhasilan bioremediasi dipengaruhi oleh adanya mikroorganisme, ketersediaan kontaminan, dan faktor lingkungan seperti jenis tanah, temperatur, ph, oksigen dan nutrien. Teknologi bioremediasi secara ekonomis sangat potensial sebagai alternatif pengolahan tanah yang terkontaminasi dimasa yang akan datang. Meskipun demikian, banyak tantangan dan pertanyaan seputar proses bioremediasi yang belum terjawab, masih dibutuhkan penelitian-penelitian dan kajian ilmiah untuk pengembangan dan optimisasi proses bioremediasi di masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 2006, Pencemaran Tanah, Pencemaran Tanah Online, 18 Desember Cairney, T., 1993, Contaminated Land, Blackie, London. Flathman, P. E., 1993, Bioremediation: Field Experience, Lewis, Boca Raton. 20

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh tumpahan minyak bumi akibat. kecerobohan manusia telah mengalami peningkatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh tumpahan minyak bumi akibat. kecerobohan manusia telah mengalami peningkatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh tumpahan minyak bumi akibat kecerobohan manusia telah mengalami peningkatan dan mengganggu kehidupan organisme di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan sehari-hari manusia atau aktifitasnya akan selalu menghasilkan suatu bahan yang tidak diperlukan yang disebut sebagai buangan atau limbah. Diantara

Lebih terperinci

Bioremediasi Lahan Terkontaminasi Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus cereus Pada Slurry Bioreaktor

Bioremediasi Lahan Terkontaminasi Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus cereus Pada Slurry Bioreaktor Bioremediasi Lahan Terkontaminasi Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus cereus Pada Slurry Bioreaktor Disusun oleh: Eko Yudie Setyawan 2308 100 512 Rizki Dwi Nanto 2308 100 543 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi tanah merupakan permasalahan yang kini dihadapi negara-negara agraris, termasuk Indonesia. Tanpa disadari sebenarnya agrokultur sendiri merupakan sumber terbesar

Lebih terperinci

X. BIOREMEDIASI TANAH. Kompetensi: Menjelaskan rekayasa bioproses yang digunakan untuk bioremediasi tanah

X. BIOREMEDIASI TANAH. Kompetensi: Menjelaskan rekayasa bioproses yang digunakan untuk bioremediasi tanah X. BIOREMEDIASI TANAH Kompetensi: Menjelaskan rekayasa bioproses yang digunakan untuk bioremediasi tanah A. Composting Bahan-bahan yang tercemar dicampur dengan bahan organik padat yang relatif mudah terombak,

Lebih terperinci

Desain & Pemantauan Kinerja Bioremediasi Hidrokarbon

Desain & Pemantauan Kinerja Bioremediasi Hidrokarbon MATERI KULIAH BIOREMEDIASI TANAH Prodi Agroteknologi UPNVY Pertemuan ke 12 Desain & Pemantauan Kinerja Bioremediasi Hidrokarbon Ir. Sri Sumarsih, MP. Sumarsih_03@yahoo.com Sumarsih07.wordpress.com Kriteria

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2014). Badan Pusat Statistik (2013) menyebutkan, di provinsi Daerah Istimewa. satunya adalah limbah minyak pelumas bekas.

I. PENDAHULUAN. 2014). Badan Pusat Statistik (2013) menyebutkan, di provinsi Daerah Istimewa. satunya adalah limbah minyak pelumas bekas. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin bertambahnya jumlah penduduk dan tingkat migrasi di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menyebabkan terjadinya peningkatan mobilitas yang akan berdampak pada kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan. Batik merupakan salah satu kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia kaya akan sumber daya alam berupa minyak bumi yang tersebar di sekitar daratan dan lautan. Luasnya pengolahan serta pemakaian bahan bakar minyak menyebabkan

Lebih terperinci

Konservasi Tanah & Remediasi. Angga Yuhistira

Konservasi Tanah & Remediasi. Angga Yuhistira Konservasi Tanah & Remediasi Angga Yuhistira Tujuan Utama Konservasi Tanah Mendapatakan tingkat keberlanjutan produksi lahan dengan menjaga laju kehilangan tanah tetap di bawah ambang batas yang diperkenankan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kerangka Teori Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan Limbah Cair Industri Tahu Bahan Organik C/N COD BOD Digester Anaerobik

Lebih terperinci

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, menjelaskan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakterisasi Tanah Tercemar HOW Minyak bumi jenis heavy oil mengandung perbandingan karbon dan hidrogen yang rendah, tinggi residu karbon dan tinggi kandungan heavy metal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai gabungan antara senyawa hidrokarbon (unsur karbon dan hidrogen) dan nonhidrokarbon (unsur oksigen,

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang sedang berkembang, sektor perekonomian di Indonesia tumbuh dengan pesat. Pola perekonomian yang ada di Indonesia juga berubah, dari yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain

BAB I PENDAHULUAN. seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas manusia yang semakin beragam di berbagai sektor sekarang ini sehingga menimbulkan dampak positif dan dampak negatif, salah satu dampak negatif dari aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi pada saat ini dan pada masa kedepannya sangatlah besar. Apabila energi yang digunakan ini selalu berasal dari penggunaan bahan bakar fosil tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, energi menjadi persoalan yang krusial di dunia, dimana peningkatan permintaan akan energi yang berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor seperti pariwisata, industri, kegiatan rumah tangga (domestik) dan sebagainya akan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah memicu berbagai pertumbuhan di berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya.

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

II. Pertumbuhan dan aktivitas makhluk hidup

II. Pertumbuhan dan aktivitas makhluk hidup II. Pertumbuhan dan aktivitas makhluk hidup Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menjelaskan aktivitas makhluk hidup yang dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan lingkungan A. Sifat pertumbuhan

Lebih terperinci

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu ekosistem perairan. Nitrgen di perairan terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem perairan sering dijadikan tempat bermuaranya buangan limbah, baik limbah domestik maupun non domestik seperti limbah industri maupun pertambangan. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biogas Biogas menjadi salah satu alternatif dalam pengolahan limbah, khususnya pada bidang peternakan yang setiap hari menyumbangkan limbah. Limbah peternakan tidak akan

Lebih terperinci

PENCEMARAN TERHADAP LINGKUNGAN

PENCEMARAN TERHADAP LINGKUNGAN MAKALAH PENCEMARAN TERHADAP LINGKUNGAN Galih Pranowo Jurusan Matematika Ilmu Komputer FAKULTAS SAINS TERAPAN INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kita semua

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

Teknik Bioremediasi Hidrokarbon

Teknik Bioremediasi Hidrokarbon MATERI KULIAH BIOREMEDIASI TANAH Prodi Agroteknologi UPNVY Minat Sumber Daya Lahan Pertemuan ke 11 Teknik Bioremediasi Hidrokarbon Ir. Sri Sumarsih, MP Sumarsih_03@yahoo.com Sumarsih07.wordpress.com Peraturan

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Penggunaan plastik di dunia tahun 2007dalam Million tones

Gambar 1.1. Penggunaan plastik di dunia tahun 2007dalam Million tones BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Limbah plastik merupakan permasalahan serius karena sifatnya nonbiodegradable tidak terurai secara alami oleh mikro organisme serta unsurunsur kimia yang terkandung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sampah yang menumpuk dan tidak terkelola dengan baik merupakan

I. PENDAHULUAN. Sampah yang menumpuk dan tidak terkelola dengan baik merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampah yang menumpuk dan tidak terkelola dengan baik merupakan sumber berbagai jenis permasalahan mulai dari dampaknya bagi kesehatan manusia sampai nilai estetika suatu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buangan sebagai limbah yang dapat mencemari lingkungan (Fahruddin, 2010). Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 85 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. buangan sebagai limbah yang dapat mencemari lingkungan (Fahruddin, 2010). Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 85 tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak bumi merupakan energi utama yang sulit tergantikan sampai saat ini. Dalam produksi minyak bumi dan penggunaannya, dapat menghasilkan buangan sebagai limbah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia pada dasarnya merupakan negara yang kaya akan sumber sumber energi terbarukan yang potensial, namun pengembangannya belum cukup optimal. Sebenarnya kebijakan

Lebih terperinci

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd PENCEMARAN LINGKUNGAN Purwanti Widhy H, M.Pd Pengertian pencemaran lingkungan Proses terjadinya pencemaran lingkungan Jenis-jenis pencemaran lingkungan PENGERTIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Berdasarkan UU Pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah cair atau yang biasa disebut air limbah merupakan salah satu jenis limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. Sifatnya yang

Lebih terperinci

SNTMUT ISBN:

SNTMUT ISBN: PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK (BUAH - BUAHAN) PASAR TUGU MENJADI BIOGAS DENGAN MENGGUNAKAN STARTER KOTORAN SAPI DAN PENGARUH PENAMBAHAN UREA SECARA ANAEROBIK PADA REAKTOR BATCH Cici Yuliani 1), Panca Nugrahini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

MAKALAH KIMIA ANALITIK

MAKALAH KIMIA ANALITIK MAKALAH KIMIA ANALITIK Aplikasi COD dalam Pengolahan Limbah Cair Industri Disusun oleh : Ulinnahiyatul Wachidah ( 412014003 ) Ayundhai Elantra ( 412014017 ) Rut Christine ( 4120140 ) Universitas Kristen

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD)  HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri 11 didinginkan. absorbansi diukur pada panjang gelombang 410 nm. Setelah kalibrasi sampel disaring dengan milipore dan ditambahkan 1 ml natrium arsenit. Selanjutnya 5 ml sampel dipipet ke dalam tabung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar dari makhluk hidup. Air mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah satunya yaitu berhubungan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005).

I. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah binatu mengandung sisa deterjen, pewangi, pelembut, pemutih, dan senyawa aktif metilen biru yang sulit terdegradasi dan berbahaya bagi kesehatan lingkungan. Hampir

Lebih terperinci

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin luas.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin luas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir ini, industri enzim telah berkembang pesat dan berperan penting dalam dunia industri. Kesadaran masyarakat akan kondisi lingkungan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran air merupakan permasalahan yang cukup serius. Aktivitas manusia dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari, secara tidak sengaja telah menambah jumlah

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Limbah merupakan sisa suatu kegiatan atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, industri, pertambangan dan rumah sakit. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Lingkungan Hidup Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang disempurnakan dan diganti dengan Undang Undang

Lebih terperinci

PENCEMARAN LINGKUNGAN

PENCEMARAN LINGKUNGAN KONSEP PENCEMARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Pencemaran : - Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia industri. Boiler berfungsi untuk menyediakan kebutuhan panas di pabrik dengan mengubah air menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS

ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS 16-159 ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS Amaliyah Rohsari Indah Utami, Triwikantoro, Melania Suweni Muntini IT TELKOM Bandung, ITS Surabaya, ITS Surabaya E-mail : amaliyahriu@gmail.com

Lebih terperinci

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat Paryanto, Ir.,MS Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Sebelas Maret Bimbingan Teknis Pengendalian B3 Pusat Pelatihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di Indonesia dengan komoditas utama yaitu minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO). Minyak sawit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan plastik semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia, karena memiliki banyak kegunaan dan praktis. Plastik merupakan produk polimer sintetis yang terbuat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Statistik (2015), penduduk Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,4 %

BAB I. PENDAHULUAN. Statistik (2015), penduduk Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,4 % BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk yang semakin meningkat pada setiap tahunnya.berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2015),

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bioaktivator Menurut Wahyono (2010), bioaktivator adalah bahan aktif biologi yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator bukanlah pupuk, melainkan

Lebih terperinci

LIMBAH CAIR PENYAMAKAN KULIT DENGAN TANAMAN

LIMBAH CAIR PENYAMAKAN KULIT DENGAN TANAMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan pencemaran air yang disebabkan oleh industri penyamakan kulit di kawasan Sukaregang, Kabupaten Garut terus menjadi sorotan berbagai pihak. Industri ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Keberadaan amonium di alam dapat berasal dari dekomposisi senyawa-senyawa protein. Senyawa ini perlu didegradasi menjadi gas nitrogen (N2) karena amonium menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Lingkungan dapat dikatakan baik jika unsur yang menyusun

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Lingkungan dapat dikatakan baik jika unsur yang menyusun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air adalah salah satu unsur yang sangat penting bagi lingkungan hidup. Lingkungan dapat dikatakan baik jika unsur yang menyusun lingkungan tetap terpelihara.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Pestisida Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan perkembangan/pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma (Sofia, 2001). Menurut Yuantari (2009)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain mengandung gizi yang baik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Limbah Limbah deidefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Limbah adalah bahan buangan yang tidak terpakai yang berdampak negatif jika

Lebih terperinci

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah KLASIFIKASI LIMBAH Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah 1 Pengertian Limbah Limbah: "Zat atau bahan yang dibuang atau dimaksudkan untuk dibuang atau diperlukan untuk dibuang oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari aktivitas industri merupakan masalah besar yang banyak dihadapi oleh negaranegara di seluruh dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak dan gas bumi (migas) sampai saat ini masih merupakan sumber energi yang menjadi pilihan utama untuk digunakan pada industri, transportasi, dan rumah tangga.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Air Kualitas air secara biologis ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar, patogen dan penghasil toksin. Banyak mikroba yang sering bercampur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan suatu kegiatan budidaya pertanian yang menggunakan bahan-bahan alami serta meminimalisir penggunaan bahan kimia sintetis yang dapat merusak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komposisi Minyak Bumi Minyak bumi mengandung 50-98% komponen hidrokarbon dan non hidrokarbon. Kandungannya bervariasi tergantung pada sumber minyak. Minyak bumi mengandung senyawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN JASAD RENIK

PERTUMBUHAN JASAD RENIK PERTUMBUHAN JASAD RENIK DEFINISI PERTUMBUHAN Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Pada organisme multiselular, yang disebut pertumbuhan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N K E P U T U S A N MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 128 TAHUN 2003 T E N T A N G TATACARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENGOLAHAN LIMBAH MINYAK BUMI DAN TANAH TERKONTAMINASI OLEH MINYAK BUMI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hampir-hampir 0,1% dari padanya berupa benda-benda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PEDAHULUA 1.1. Latar Belakang Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan karunia dan rahmat-ya yang wajib dilestarikan dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Selama dua dasawarsa terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Selama dua dasawarsa terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama dua dasawarsa terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia mengarah kepada era industrialisasi. Terdapat puluhan ribu industri beroperasi di Indonesia, dan dari tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun

I. PENDAHULUAN. bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan bidang kesehatan dengan bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun promotif (Kusumanto,

Lebih terperinci

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang OP-18 REKAYASA BAK INTERCEPTOR DENGAN SISTEM TOP AND BOTTOM UNTUK PEMISAHAN MINYAK/LEMAK DALAM AIR LIMBAH KEGIATAN KATERING Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik

Lebih terperinci

SNTMUT ISBN:

SNTMUT ISBN: PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK (SAYUR SAYURAN) PASAR TUGU MENJADI BIOGAS DENGAN MENGGUNAKAN STARTER KOTORAN SAPI DAN PENGARUH PENAMBAHAN UREA SECARA ANAEROBIK PADA REAKTOR BATCH Maya Natalia 1), Panca Nugrahini

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan akan pakaian menjadi semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin besarnya permintaan pasar terhadap produk

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Pencemaran Tanah PENCEMARAN TANAH

Pencemaran Tanah PENCEMARAN TANAH PENCEMARAN TANAH Tanah Tanah lebih dikenal dengan sebutan lahan. Manik, 2003 Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang tediri dari iklim,relief tanah,air,vegetasi, dan benda yg ada di atasnya sepanjang

Lebih terperinci

TENTANG LIMBAH PADAT

TENTANG LIMBAH PADAT MAKALAH TENTANG LIMBAH PADAT Galih Pranowo Jurusan Matematika Ilmu Komputer FAKULTAS SAINS TERAPAN INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA I. PENDAHULUAN Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

TUGAS KETEKNIKAN SISTEM ANALISA KUANTITATIF PRODUKSI BIOETANOL

TUGAS KETEKNIKAN SISTEM ANALISA KUANTITATIF PRODUKSI BIOETANOL TUGAS KETEKNIKAN SISTEM ANALISA KUANTITATIF PRODUKSI BIOETANOL DISUSUN OLEH : Yosua 125100601111007 Iffat Fairuz 125100600111011 Dita Pratiwi Putri 125100607111007 Khoirunnisa 125100600111001 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air buangan merupakan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Jenis limbah cair ini dibedakan lagi atas sumber aktifitasnya,

Lebih terperinci