HUBUNGAN ASUPAN NATRIUM DAN KALIUM DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI UNIT RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT GUIDO VALADARES DILI TIMOR LESTE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ASUPAN NATRIUM DAN KALIUM DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI UNIT RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT GUIDO VALADARES DILI TIMOR LESTE"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ASUPAN NATRIUM DAN KALIUM DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI UNIT RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT GUIDO VALADARES DILI TIMOR LESTE Genilda Maria 1, Ratna Dewi Puspita 2, Yeny Sulistyowati 3 INTISARI Latar Belakang : Rumah Sakit Guido Valadares Dili Timor Leste mencatat jumlah pasien hipertensi baik rawat inap maupun rawat jalan selama tahun 2012 sebanyak 1027 kasus. Asupan natrium merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan natrium terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Kalium berhubungan lebih dengan penurunan tekanan darah. Kalium berpartisipasi dalam memelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Tujuan Penelitian : Mengetahui asupan natrium dan kalium dengan tekanan darah pada pasien hipertensi di unit rawat jalan di Rumah Sakit Guido Valadares Dili Timor Leste. Metode Penelitian : Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Guido valadares Dili Timor Leste. Desain penelitian adalah Cross-Sectional. Subyek penelitian adalah pasien rawat jalan yang berusia tahun. Hasil Penelitian : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan natrium dengan hipertensi (P > 0,05) di rumah sakit Guido Valadares. Tidak Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan kalium dengan hipertensi (P> 0,05) di rumah sakit Guido Valadares. Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara asupan natrium dan Kalium dengan Hipertensi Di Rumah Sakit Guido Valadares Dili Timor Leste. Kata Kunci : Natrium, Kalium, Hipertensi 1. Mahasiswa Prodi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta 2. Dosen Fakultas Kesehatan 3. Dosen Fakultas Kesehatan 1

2 RELATIONSHIPS BETWEEN SODIUM AND POTASSIUM INTAKE WITH BLOOD PRESSURE ON HYPERTENSION PATIENTS AT THE OUTPATIENT UNIT IN DILI S GUIDO VALADARES HOSPITAL OF TIMOR LESTE Genilda Maria 1, Ratna Dewi Puspita 2, Yeny Sulistyowati 3 ABSTRACTS Backgrounds: Guido Valadares Hospital in Dili Timor Leste recorded 1027 cases of hypertension for inpatients or outpatients during year Sodium intake is a most important thing for mechanism in the appearance of hypertension. Affect of sodium intake toward hypertension is trough the heightening of plasma volume (body liquid) and blood pressure. Potassium related more to the decreasing of blood pressure. Potassium contributes in maintaining the balance of liquid, electrolyte and acid-base. Objectives: To know the sodium and potassium intake with blood pressure on hypertension patients at the outpatient unit in Dili s Guido Valadares Hospital of Timor Leste. Methods of research: The research is conducted in in Dili Guido Valadares Hospital of Timor Leste. The research design is Cross-Sectional. The subjects of research are outpatients age between Results: There are no significant relationships between sodium intake with hypertension (P>0,05) in Guido Valadares Hospital. There are no significant relationships between potassium intake with hypertension (P>0,05) in in Guido Valadares Hospital. Conclusion: There are no relationships between sodium and potassium intake with hypertension in Dili s Guido Valadares Hospital. Keywords: Sodium, Potassium, Hypertension 1 Undergraduate student of Nutrition Science at Respati University Yogyakarta 2 Lecturer at Respati University Yogyakarta 3 Lecturer at Respati University Yogyakarta

3 PENDAHULUAN Timor Leste adalah Negara yang menjadi bagian dari Republik Indonesia, Timor Leste menempati separuh dari pulau Timor dengan luas 14,610 km 2 terbagi atas 13 Kabupaten, 498 desa dan 2336 dusun. Timor Leste berpenduduk pada tahun 2006, 50% penduduk tinggal di wilayah tengah, 20% di wilayah barat dan 25% tinggal di wilayah timur Timor Leste. Dua kota besar adalah Dili dan Baucau yang dihuni sekitar 30%, sedangkan 70% tinggal di daerah pedesaan. Berdasarkan penghasilan penduduk lebih dari 20% penduduk hanya berpenghasilan U$ 1/hari dan lebih dari 60% kurang dari U$ 2 dan tingginya tingkat pengangguran yaitu 43%, kondisi ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya angka kematian dan kesakitan pada penduduk Timor Leste. Timor Leste menempati urutan 142 dari 177 negara untuk Human Development Index. 1 Rumah Sakit Guido Valadares, Dili- Timor leste mencatat jumlah pasien hipertensi baik rawat inap maupun rawat jalan selama tahun 2012 sebanyak 1027 kasus, rumah sakit Kabupaten Oecusse sebanyak 630 kasus, rumah sakit kabupaten Maliana sebanyak 3926 kasus, rumah sakit Kabupaten Baucau sebanyak 1992 kasus, rumah sakit Kabupaten Suai sebanyak 1442 kasus dan rumah sakit Kabupaten Maubesi sebanyak 931 kasus. Prevalensi Penderita hipertensi di Timor Leste diperkirakan sebesar %. 2 Banyaknya penderita hipertensi diperkirakan sebesar 15 juta bangsa Indonesia tetapi hanya 4% yang terkontrol.tingkat prevalensi sebesar 6-15% pada orang dewasa. Hipertensi tentu hanya ditemukan pada golongan dewasa, karena sebagai penyakit degeneratif ditemukan kecenderungan peningkatan prevalensi hipertensi menurut peningkatan usia. 3 Keadaan hipertensi banyak ditemukan pada masyarakat yang mengkonsumsi natrium dalam jumlah besar. Natrium yang terlalu banyak yang ditandai dengan pengembangan volume cairan ekstraseluler yang menyebabkan edema. Tekanan natrium dengan kadar tinggi dalam makananya (7,6-8,2 g per hari). 4 Asupan natrium merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan natrium terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. mengkonsumsi garam (natrium) menyebabkan haus dan mendorong kita minum. Hal ini meningkatkan volume darah di dalam tubuh yang berarti jantung harus mempompa lebih giat sehingga tekanan darah naik. Karena masukan (input) harus sama dengan pengeluaran (output) dalam sistem pembuluh darah, jantung harus memompa lebih kuat dengan tekanan lebih tinggi. 5 Kebalikan dari natrium, kalium berhubungan lebih dengan penurunan tekanan darah. Kalium berpartisipasi dalam memelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Kalium juga berperan dalam transmisi impuls saraf dan tekanan otot. Selain itu enzim yang berpartisipasi pada metabolisme energi akan berfungsi lebih efesien ketika berkaitan dengan potassium. 6

4 Berdasarkan data dan permasalahan yang telah diuraikan tersebut maka peneliti ingin mengetahui hubungan asupan natrium dan kalium dengan tekanan darah pada pasien hipertensi di unit rawat jalan di rumah sakit guido valadares Dili Timor leste. METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah analitik dengan rancangan penelitian cross sectional untuk mengukur variabel dependen dan variabel independen secara bersamaan. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Guido Valadares Dili Timor Leste, waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret Valadares Dili Timor Leste. Teknik pengambilan sampel pda penelitian ini menggunakan metode accidental sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang ada atau tersedia. Dengan subyek penelitian minimal 35 sampel. Pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah asupan natrium dan kalium. Variabel terikat adalah tekanan darah. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan data asupan makan natrium dan kalium diperoleh dari kuesioner food frequency questionnaire waktu makan, kemudian diolah dengan nutrisurvey. Data sekunder berupa tekanan darah yang diperoleh dari catatan medis pasien, kemudian dilakukan pencatatan data yang diperlukan. Instrumen penelitian adalah bahan yang digunakan untuk memperoleh data penelitian. Instrumen yang di gunakan dalam pengumpulan data penelitian ini yaitu kuesioner penelitian, alat tulis dan form Food Frequency. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan program pengolahan data yaitu SPSS dengan uji statistik yang digunakan adalah uji Chi- Square. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum RS Timor Leste Rumah Sakit Guido Valadares, Dili- timor leste mencatat jumlah pasien hipertensi baik rawat inap maupun rawat jalan selama tahun 2012 sebanyak 1027 kasus, rumah sakit Kabupaten Oecusse sebanyak 630 kasus, rumah sakit kabupaten Maliana sebanyak 3926 kasus, rumah sakit Kabupaten Baucau sebanyak 1992 kasus, rumah sakit Kabupaten Suai sebanyak 1442 kasus dan rumah sakit Kabupaten Maubesi sebanyak 931 kasus. Prevalensi penderita hipertensi di Timor Leste diperkirakan sebesar %. 2

5 2. Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah % Laki-laki 17 34,7 Perempuan 18 36,7 Sumber: Data primer diolah, 2012 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar adalah perempuan yaitu 36,7 %. b. Pekerjaan responden Distribusi responden berdasarkan pekerjaan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah % Ibu Rumah Tangga Sumber: Data Primer diolah, 2012 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga yaitu 40 %. Responden dalam penelitian bekerja kategori lain-lain, yaitu PNS, buruh, mahasiswa, petani, pensiunan, dan wiraswasta. c. Usia Distribusi responden berdasarkan usia dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Usia (tahun) Jumlah % , ,7 Sumber : Data primer diolah,2012 Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini yang berusia antara tahun sebesar 14 orang (37,1 %), usia antara dan usia tahun sebesar 26 orang (34,7%). d. Pendidikan Distribusi responden berdasarkan pendidikan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah % SD 13 37,1

6 Berdasarakan tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan SD sebesar 27 orang (37,1%). Responden dalam penelitian mempunyai pendidikan dalam kategori lain-lain yaitu SMP, SMA dan PT. e. Aktivitas Fisik/Olahraga Distribusi responden berdasarkan aktivitas fisik/olahraga dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik Aktivitas fisik/olahraga Jumlah % Tidak pernah 22 62,9 1 4 x seminggu 13 37,1 Berdasarakan tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak pernah melakukan aktivitas olahraga aktivitas olahraga yaitu 62,9 %. f. Merokok Distribusi responden berdasarkan kebiasaan merokok dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Merokok Kebiasaan merokok Jumlah % Tidak pernah 10 28,6 1 5 batang sehari 25 71,4 Berdasarakan tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian respondeen mempunyai riwayat merokok yaitu 71,4 %. g. Konsumsi obat Distribusi responden berdasarkan konsumsi obat dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan konsumsi obat Konsumsi Obat Jumlah % Teratur 26 74,3 Tidak teratur 9 25,7 Berdasarakan tabel 7 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi obat secara teratur yaitu 74,3 %.

7 h. Konsumsi alkohol Distribusi responden berdasarkan konsumsi alkohol dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan konsumsi alkohol Konsumsi Alkohol Jumlah % Pernah 17 48,8 Tidak pernah 18 64,4 Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai kebiasaan konsumsi alkohol yaitu 64,4 %. i. Keluarga Riwayat Hipertensi Distribusi responden berdasarkan riwayat hipertensi dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan riwayat hipertensi Riwayat Hipertensi Jumlah % Ada 25 71,4 Tidak Ada 10 28,6 Sumber : Data primer diolah,, 2012 Berdasarkan tabel 9 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki riwayat hipertensi yaitu 71,4 %. j. Lama Menderita Hipertensi Distribusi responden berdasarkan lama menderita hipertensi dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan riwayat hipertensi Lama Hipertensi Jumlah % < 1 tahun 22 62,9 1 5 tahun 12 34,3 5 tahun keatas 1 2,9 Jumlah Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai riwayat hipertensi kurang dari 1 tahun yaitu 62,9 %.

8 3. Variabel Penelitian a. Kejadian Hipertensi Distribusi responden menurut Tekanan Darah pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Kejadian Hipertensi Kategori Jumlah% Stadium Stadium Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menderita hipertensi stadium 2 yaitu 60 %. b. Asupan Natrium Distribusi responden menurut asupan natrium dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Asupan Natrium Kategori Jumlah % Cukup 4 11,4 Lebih 31 88,6 Total Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai asupan natrium lebih yaitu 88,6 %. c. Asupan Kalium Distribusi responden menurut asupan kalium dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Asupan Kalium Kategori Jumlah% Cukup Lebih Total Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai asupan kalium lebih yaitu 60 % dan asupan kalium cukup yaitu 40 %.

9 4. Hubungan Asupan Natrium dan Kalium dengan Hipertensi a. Asupan Natrium dengan Hipertensi Hasil analisis bivariat antara asupan natrium dengan hipertensi responden ditunjukkan pada Tabel 14. Tabel 14. Asupan Natrium dengan Hipertensi Hipertensi Jumlah Asupan Natrium Stadiun 1 Stadium 2 P Value N % N % N % Cukup 1 7,1 2 9, Lebih 13 92, , ,652 Jumlah Berdasarkan tabel 14 dapat di ketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai hipertensi stadium 2 yang memiliki asupan natrium lebih yaitu sebesar 52,5 %. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara asupan natrium dengan hipertensi. Hal ini dapat diketahui dari nilai p = 0,625 (x 2 = 1,000 ) yang menunjukkan nilai tersebut lebih besar dari pada nilai signifikansi (>0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan natrium dengan hipertensi responden. b. Asupan Kalium dengan Hipertensi Hasil analisis bivariat antara asupan kalium dengan hipertensi responden ditunjukkan pada Tabel 15. Tabel 15. Asupan Kalium dengan Hipertensi Hipertensi Jumlah Asupan Kalium Stadiun 1 Stadium 2 P Value N % N % N % Cukup 5 35,7 9 42, Lebih 9 64, , ,474 Jumlah Sumber: Data primer diolah, 2012 Berdasarkan tabel 15 dapat diketahui sebagian besar responden menderita hipertensi stadium 2 yang mempunyai asupan kalium lebih yaitu sebesar 57,1 %. Berdasarkan Tabel 15 di atas dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara asupan kalium dengan hipertensi.

10 Hal ini dapat diketahui dari nilai p = 0,474 (x 2 = 0,737) yang menunjukkan nilai tersebut lebih besar dari pada nilai signifikansi (>0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan natrium dengan hipertensi responden PEMBAHASAN 1. Kejadian Hipertensi Dari hasil penelitian yang dilakukan pada responden yang menderita hipertensi sebanyak 14 orang menderita hipertensi stadium 1 yaitu 40 % dan 21 diantaranya menderita hipertensi stadium 2 yaitu 60 %. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa kebanyakan responden dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan, pria pada umumnya lebih mudah terserang hipertensi dibandingkan dengan wanita. Hal ini mungkin disebabkan kaum pria lebih banyak mempunyai faktor yang mendorong terjadinya hipertensi seperti stress, kelelahan dan makan tidak terkontrol, biasanya wanita akan mengalami peningkatan resiko terkena hipertensi setelah masa menopause sekitar 45 tahun 7. Responden bekerja pada kategori ibu rumah tangga. Kebanyakan responden berusia antara tahun merupakan usia yang beresiko terkena penyakit degeneratif atau hipertensi 8, sebagian besar responden mempunyai aktivitas ringan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagian besar responden memiliki riwayat hipertensi. Sebagian besar responden tidak melakukan aktivitas ringan, kurang olahraga sering berperan terhadap tekanan darah, olahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan endapan koleseterol pada pembuluh darah nadi, namun bukan sembarang olahraga melainkan olahraga aerobik berupa latihan yang menggerakkan semua sendi dan otot seperti jalan, jogging, bersepeda dan berenang, tidak dianjurkan olahraga yang Menegangkan seperti tinju, gulat,angkat besi karena akan meningkatkan tekanan darah. 9 Sebagian besar responden memiliki riwayat hipertensi. Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. 9

11 Terdapat dua jenis hipertensi yakni hipertensi primer atau essensial dan hipertensi sekunder. Sebagian besar yaitu sekitar 90% dari penderita hipertensi termasuk dalam jenis hipertensi primer. Penyebab dari hipertensi primer ini belum diketahui dengan jelas. Para pakar kedokteran berpendapat bahwa berbagai faktor ikut berperan sebagai penyebabnya misalnya faktor keturunan, umur, jenis kelamin dan pola makan. Penyebab hipertensi sekunder sudah diketahui dengan pasti yaitu karena gangguan pada hormon pengatur tekanan darah, fungsi ginjal yang terganggu dan penggunaan pil kontrasepsi. Beberapa faktor lain juga dapat menjadi pemicu terjadinya hipertensi yaitu kurang gerak badan, obesitas atau kelebihan berat badan, konsumsi garam yang berlebihan, merokok dan minuman keras Asupan Natrium Responden dalam penelitian ini sebagian besar mempunyai asupan natrium lebih, yaitu sebesar 88,6 % dan sebesar 11,4% mempunyai asupan natrium cukup. Ratarata asupan natrium responden adalah mg/hari dan sebagian besar responden yang mempunyai hipertensi stadium 2 disebabkan karena adanya faktor genetik dan usia. Garam adalah sumber utama natrium, unsur yang sangat penting bagi kesehatan. Tubuh membutuhkannya untuk membantu menjaga keseimbangan cairan tubuh, membantu mengirimkan impuls saraf dan proses kontraksi dan relaksasi otot. Ginjal secara alami menjaga keseimbangan jumlah natrium di dalam tubuh. Bila kadar natrium rendah, ginjal akan menahan pengeluarannya. Bila kadar natrium tinggi, ginjal akan mengeluarkannya melalui urine. Dalam masalah tertentu ginjal tidak dapat mengeluarkan natrium, maka natrium akan terakumulasi di dalam darah. Karena natrium bersifat menarik dan menahan air, volume darah akan meningkat.

12 Peningkatan volume darah membuat jantung bekerja lebih keras untuk mengalirkan lebih banyak darah ke pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah. Hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan hipertensi 8. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan menyebabkan meningkatnya volume darah sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi 11. Pembatasan konsumsi garan dapur hingga 6 gram sehari menganjurkan pembatasan konsumsi garan dapur hingga 6 gram sehari (2400 mg). Pembatasan ini dilakukan mengingat peranan potensial natrium dalam menimbulkan tekanan darah tinggi (hipertensi) Asupan Kalium Responden dalam peneltian ini sebagian besar mempunyai asupan kalium lebih yaitu 60 % dan sebesar 40% mempunyai asupan kalium cukup. Rata- rata asupan kalium responden adalah mg/hari. Peranan kalium mirip dengan natrium, yaitu kalium bersama-sama dengan klorida membantu menjaga tekanan osmotik dan keseimbangan asam-basa. Bedanya kalium menjaga tekanan osmotik dalam cairan intraseluler, dan sebagian terikat dengan protein. Kalium juga membantu mengaktivasi reaksi enzim, seperti piruvat kinase yang dapat menghasilkan asam piruvat dalam proses metabolisme karbohidrat. 4 Kalium diabsorpsi dengan mudah dalam usus halus. Sebanyak 80-90% kalium yang dimakan diekskresi melalui urin, selebihnya dikeluarkan melalui feses dan sedikit melalui keringkat dan cairan lambung. Taraf kalium normal darah dipelihara oleh ginjal melalui kemampuannya menyaring, mengabsorpsi kembali dan mengeluarkan kalium di bawah pengaruh aldosteron. Kalium dikeluarkan dalam bentuk ion menggantikan ion natrium melalui mekanisme pertukaran di dalam ginjal 12. Seperti halnya natrium, kalium mudah sekali diserap tubuh, diperkirakan 90% dari yang dicerna akan diserap dalam usus kecil. Jumlah kalium yang dikonsumsi per hari sekitar 50 sampai 100 m Eq, atau sekitar 3,7-7,4 g kalium. 4 Asupan Kalium pada seseorang dapat mempengaruhi tekanan darah. Peningkatan asupan kalium dapat menurunkan tekanan darah, penurunan tekanan darah ini dapat dikarenakan adanya penurunan resistensi vaskular akibat dilatasi pembuluh darah serta adanya peningkatan kehilangan air dan natrium dari tubuh hasil aktivitas pompa natrium dan kalium. Asupan kalium idealnya adalah 4,7g/hari dan dapat diperoleh dari buah dan sayur yang mengandung kalium tinggi Hubungan asupan natrium dengan hipertensi Dalam penelitian ini di dapatkan 3 orang responden yang mengkonsumsi natrium cukup yaitu 2400 mg dan 32 responden mengkonsumsi natrium lebih yaitu > 2400 mg, sebanyak 40 % responden menderita hipertensi stadium 1 dan sebanyak 60 % menderita hipertensi stadium 2. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan tidak bermakna antara asupan natrium dengan hipertensi P = 0,652 (x 2 = 1,000). Hal ini disebabkan karena adanya faktor lain yang mempengaruhi yaitu faktor usia, faktor genetik, kebiasaan konsumsi alkohol, kebiasaan merokok dan kurangnya melakukan aktivitas olahraga. 12

13 Hasil penelitian yang sama juga di dapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh 14 dimana diperoleh hasil yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan natrium dengan hipertensi (P = 0,584). Penelitian yang dilakukan oleh 5 menunjukkan hubungan yang bermakna antara asupan natrium dengan hipertensi, hal ini disebabkan karena penggunaan penyedap masakan yang digunakan pada setiap kali masak dan lokasi daerah yang dekat dengan pantai yang terdapat banyak bahan makanan olahan yang diawetkan seperti terasi, ikan asin dan telur asin. Ketidaksesuaian hasil penelitian ini dengan landasan teori yang ada dikarenakan oleh adanya faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap kejadian hipertensi seperti kebiasaan mengkonsumsi alkohol, kurangnya aktivitas olahraga, kebiasaan merokok dan faktor genetik. Berdasarkan hasil penelitian, sebesar 62,9 % tidak melakukan aktivitas olahraga. Orang yang kurang aktif melakukan olahraga pada umumnya cenderung mengalami kegemukan. Kegemukan akan menaikkan tekanan darah 7. Olahraga dapat menurunkan tekanan sistolik dan diastolik pada penderita tekanan darah ringan. Sedangkan pada hipertensi berat latihan olahraga memang tidak dapat menurunkan tekanan darah, namun dapat membuat seseorang lebih santai. Olahraga juga dapat menurunkan jumlah hormon nonadrenalin serta hormon-hormon lain penyebab stress 11 Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 25 orang responden mempunyai kebiasaan merokok sebesar 71,4 %. Merokok dapat menaikkan tekanan darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan. Selain dapat meningkatkan penggumpulan darah dalam pembuluh darah, nikotin juga dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah 7 Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 18 orang responden mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol sebesar 64,4 %. Mengonsumsi alkohol juga membahayakan kesehatan karena dapat meningkatkan sintesis katekholamin. Adanya katekholamin dalam jumlah besar akan memicu kenaikan tekanan darah 7. Beberapa penelitian menemukan bahwa faktor keturunan memiliki hubungan dengan tekanan darah. Penelitian oleh 15 menyebutkan bahwa faktor genetik yang diturunkan dapat menentukan varaiasi tekanan darah sistolik dan diastolik. Dalam penelitian Cui et al di sebutkan bahwa faktor genetik seperti reseptor insulin dapat mempengaruhi fenotip yang berhubungan dengan tekanan darah. 5. Hubungan asupan kalium dengan hipertensi Dalam penelitian ini di dapatkan 14 orang responden yang mengkonsumsi kalium cukup yaitu 2000 mg dan 21 responden mengkonsumsi kalium lebih yaitu > 2000 mg, sebanyak 40 % responden menderita hipertensi stadium 1 dan sebanyak 60 % menderita hipertensi stadium 2. Hasil uji stastik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan kalium dengan hipertensi P = 0,474 (x 2 = 0,737) hal ini disebabkan karena sedikitnya jumlah konsumsi sayuran dan buahbuahan sumber kalium. Hasil penelitian yang sama di dapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh 4 menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara asupan kalium dengan hipertensi, hal ini disebabkan karena sedikitnya jumlah konsumsi sayur- sayuran dan buah-buahan. 13

14 Hasil penelitian yang sama telah dilakukan oleh 16 penelitian yang terhadap dua kelompok masyarakat belgia yaitu kelompok yang tidak menggunakan obat antihipertensi dan menggunakan obat antihipertensi yang diikuti selama 5 tahun dengan alat pengukuran Food Record diperkirakan bahwa antara diet kalium dengan tekanan darah berhubungan tidak signifikan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh 17 menunjukkan ada hubungan antara asupan kalium dengan hipertensi. Kebalikan dari natrium, kalium berhubungan lebih dengan penurunan tekanan darah. Kalium berpartisipasi dalam memelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Kalium juga berperan dalam transmisi impuls saraf dan tekanan otot. Selain itu enzim yang berpartisipasi pada metabolism energy akan berfungsi lebih efesien ketika berkaitan dengan potassium. Kalium merupakan elektrolit utama untuk mengontrol cairan intraseluler. Suplemen kalium dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. 6 KESIMPULAN 1. Prevalensi hipertensi sebagian besar responden menderita hipertensi stadium 2 sebesar 60 % 2. Asupan natrium sebagian besar responden termasuk kategori lebih yaitu 88,6 % 3. Asupan kalium sebagian besar responden termasuk kategori lebih yaitu 60 %. 4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan natrium dengan hipertensi (x 2 = 1,000 danp= 0,652 > 0,05). 5. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan kalium dengan hipertensi (x 2 = 0,737 dan P = 0,474 > 0,05). 14

15 DAFTAR PUSTAKA 1. Artikel Timor Leste kesehatan. (2010). leste kesehatan. com.diakses pada tanggal 17 November Profil Rumah Sakit Guido valadares Dili Timor leste. 3. Bustan. (2007). Epidemilogi Penyakit Tidak Menular, Jakarta : PT. Rineka Cipta 4. Winarno, F. G. (2004). Kimia Pangan Dan Gizi, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama 5. Sumaerih (2006) Hubungan Asupan Makromineral/ Natrium, Kalium, Kalsium dan Magnesium dengan Hipertensi pada Pasien rawat jalan di Puskesmas Juntinyuat Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Disertasi, Universitas Gadja Mada. 6. Persagi, (2006). Produk Gizi Indonesia, Jakarta : PT. Indotama mandiri Perkasa. 7. Purwati, Salimar, Rahayu (1997). Perencanaan Menu Untuk Penderita Tekanan Darah Tinggi, Jakarta: Swadaya 8. Ahmad, Nabyluro y R (2011). Cara Mudah Mencegah Mengobati Asam Urat dan Hipertensi, Jakarta : Dinamikamedia 9. Anies. (2006). Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular, Jakarta: PT.Elex Media Komputindo 10. Tirtawinata (2006). Makanan Dalam Perspektif Al-Quran dan Ilmu Gizi, Jakarta: FKUI 11. Martuti, (2009).Merawat dan menyembuhkan Hipertensi, Jakarta : PT. Kreasi Wacana 12. Almatsier (2009).Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama 13. Jhondry, Perilaku Penderita Hipertensi terhadap Upaya pencegahan Komplikasi di wilayah kerja Puskesmas Berastagi tahun Universitas Sumatra Utara. 14. Ariyani (2007) Asupan Lemak Sebagai Faktor Resiko Hipertensi Essensial pada lansia di Posyandu Ngudi Waras Surakarta. Disertasi, Universitas Gadjah Mada. 15. Cui,J.,Hopper,J.L.,Harrap,S.B.,202. Genes and Family Enviroment Explain Correlation Between Blood Pressure and Body Mass Index. Journal Of American Heart Association: Hypertension 40: Kasteloot,H.,dan Joossens,J,V.,1988. Relationship of dietary sodium, potassium, calcium, and magnesium with Blood Pressure. Belgian Interuniversity Reseach on nutrition and health. Available from Http : // Hyper. Ahajournals. Org./volume 12 : Annisa (2009) Hubungan antara Asupan Natrium, Kalium,Kalsium dengan Hipertensi di Puskesmas Merbangsan Yogyakarta. Disertasi, Universitas Gadjah Mada. 15

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Istilah hipertensi diambil dari bahasa Inggris hypertension. Hypertension merupakan istilah kedokteran yang populer untuk menyebutkan penyakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di Negara Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI UPK PUSKESMAS PURNAMA. Eka Apriani, Widyana Lakshmi Puspita

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI UPK PUSKESMAS PURNAMA. Eka Apriani, Widyana Lakshmi Puspita HUBUNGAN POLA MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI UPK PUSKESMAS PURNAMA Eka Apriani, Widyana Lakshmi Puspita Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Pontianak ABSTRAK Gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya transisi epidemologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan penyakit dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah merupakan salah satu tanda vital kehidupan manusia. Tekanan darah dibagi menjadi tekanan sistolik yaitu tekanan dalam arteri saat jantung berdenyut (ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Presentase penduduk lansia Indonesia telah mencapai angka diatas 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur usia tua atau lansia. Derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap penyakit memiliki pengaruh terhadap individu dan lingkungan. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh penyakit pada sistem otot

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI ENERGI, LEMAK JENUH DAN SERAT DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Usdeka Muliani* *Dosen Jurusan Gizi Indonesia saat ini menghadapi masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Tekanan darah adalah kekuatan yang mendesak darah untuk beredar keseluruh tubuh melalui pembuluh darah. Kekuatan ini bersumber pada kerja jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan ukuran tekanan yang digunakan oleh aliran darah melalui arteri berdasarkan dua hal yaitu ketika jantung berkontraksi dan ketika jantung beristirahat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya berbagai fasilitas dan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan hidup (UHH) yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan cross sectional survey karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Hidayat 2007). Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS Nadimin 1, Sri Dara Ayu 1, Sadariah 2 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan, Makassar

Lebih terperinci

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn : HUBUNGAN OBESITAS DENGAN TEKANAN DARAH DI RT 05 DESA KALISAPU KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Seventina Nurul Hidayah Program Studi D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jl.Mataram no.09

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (pria 39 % dan wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada di atas batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi beragam diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit & BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di dunia. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun Negara berkembang. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, dimana dua pertiganya terdapat di negara berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta penduduk di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan ini tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prevalensi hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menopause merupakan berhentinya masa menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menopause merupakan berhentinya masa menstruasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan berhentinya masa menstruasi Menopause diartikan proses peralihan dari masa produktif ke masa nonproduktif yang disebabkan berkurangnya hormon estrogen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmhg. 1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang sifatnya tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit ini memiliki banyak kesamaan dengan beberapa sebutan penyakit

Lebih terperinci

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

HERNAWAN TRI SAPUTRO J HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG HIPERTENSI DENGAN SIKAP KEPATUHAN DALAM MENJALANKAN DIIT HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS ANDONG KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif,

Lebih terperinci

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU Yeni Mulyani 1, Zaenal Arifin 2, Marwansyah 3 ABSTRAK Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

Karakteristik Umum Responden

Karakteristik Umum Responden mengonsumsinya, kelompok jarang jika belum tentu seminggu sekali mengonsumsinya dan kelompok tidak pernah jika tidak pernah makanan yg mengandung lemak jenuh. Makanan berlemak adalah makanan yang banyak

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 20 responden pada kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa mendatang masalah penyakit tidak menular akan menjadi perioritas masalah kesehatan di indonesia, salah satu masalah tersebut adalah masalah hipertensi. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan. kehilangan massa otot tubuh sekitar 2 3% perdekade.

BAB I PENDAHULUAN. bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan. kehilangan massa otot tubuh sekitar 2 3% perdekade. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan fisiologis seseorang akan mengalami penurunan secara bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan kehilangan massa otot tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit degeneratif, yang salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan diatas normal yang ditunjukan oleh angka sistolik dan diastolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan kerusakan metabolisme dengan ciri hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan berbagai penyakit degeneratif sangatlah pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan terjadi pada manusia baik perubahan pada fungsi tubuh maupun psikologis akibat proses menua. Lanjut usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Lataar Belakang Masalah Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmhg atau diastolik sedikitnya 90 mmhg. Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah Beberapa faktor yang memengaruhi tekanan darah antara lain usia, riwayat hipertensi, dan aktivitas atau pekerjaan. Menurut tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).

Lebih terperinci

Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 1. Januari

Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 1. Januari HUBUNGAN KONSUMSI TEMBAKAU, JENIS KELAMIN, DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA LANJUT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUNUT KABUPATEN PESAWARAN Endah Kurniasari 1, Dessy Hermawan 2, Zaenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, INDEKS MASSA TUBUH DAN KONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT TK.III R. W. MONGISIDI MANADO Pretisya A. N. Koloay*, Afnal Asrifuddin*, Budi T. Ratag*

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR

BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR Latar Belakang Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang tidak sehat dan tidak seimbang, karena mengandung kalori,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos nucifera L.) adalah salah satu dari tumbuhan yang paling banyak manfaatnya di dunia, khususnya di daerah tropis seperti di Indonesia. Selain mudah ditemukan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD Tugurejo Semarang dahulu merupakan rumah sakit khusus kusta di semarang pada tahun 1952. Pada tanggal 30 Mei 1996 mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hipertensi dikatakan sebagai pembunuh diam-diam atau the silent killer karena pada umumnya terjadi tanpa gejala, sebagian besar orang tidak merasakan apa pun, walau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden Penelitian mengambil tempat di dalam ruangan kerja karyawan kantor dan ruang guru di sekolah-sekolah negeri. Responden dalam penelitian ini terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Di Indonesia hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan karena angka prevalensinya yang tinggi dan cenderung terus meningkat serta akibat jangka

Lebih terperinci

Oleh : J PROGRAM FAKULTAS

Oleh : J PROGRAM FAKULTAS HUBUNGAN ASUPAN NATRIUM DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA NGUDI WARAS DESA BLULUKAN KECAMATAN COLOMADU, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan nasional di bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial antara lain meningkatnya angka rata-rata usia harapan hidup penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau yang dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang mencapai lebih dari 140/90 mmhg. Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA LANSIA DI POSBINDU DESA SUKAURIP KECAMATAN BALONGAN INDRAMAYU

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA LANSIA DI POSBINDU DESA SUKAURIP KECAMATAN BALONGAN INDRAMAYU FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA LANSIA DI POSBINDU DESA SUKAURIP KECAMATAN BALONGAN INDRAMAYU Oleh: H. Sutangi dan Winantri Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmhg. Pada populasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal dan berlebihan yang dapat menggangu kesehatan. (1) Obesitas adalah penyakit yang timbul sebagai akibat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti

Lebih terperinci

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN 8 9 10 11 12 Lampiran 5 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa bidang studi ilmu keperawatan (PSIK) Universitas Sari Mutiara Indonesia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi 0 HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA Skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit ini bukan merupakan. penyakit syaraf namun merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit ini bukan merupakan. penyakit syaraf namun merupakan salah satu penyakit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada pembuluh darah yang dapat mengganggu suplai oksigen dan nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode (Udjianti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka harapan hidup manusia Indonesia semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan tekanan darah seseorang berada di atas batas normal atau optimal yaitu

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang 13 Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang Filandita Nur Septianggi 1, Tatik Mulyati, Hapsari Sulistya

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis penyakit. Penyakit menular sudah digantikan oleh penyakit yang tidak menular seperti penyakit degeneratif, metabolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Berdasarkan data Global Burden of

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kulon Progo yang memiliki 8 dukuh, yaitu Dhisil, Giyoso, Kidulan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kulon Progo yang memiliki 8 dukuh, yaitu Dhisil, Giyoso, Kidulan, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Salamrejo. Desa Salamrejo merupakan salah satu dari 8 desa di Kecamatan Sentolo,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki 5 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang melitus (DM) merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi yang dapat mengakibatkan kerusakan organ-organ tubuh dan menyebabkan kebutaan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO Yosprinto T. Sarampang 1), Heedy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. Sebelumnya menduduki peringkat ketiga (berdasarkan survei pada tahun 2006). Laporan Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut JNC 7 adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Hipertensi

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak

BAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi sangat penting bagi kesehatan manusia dan diperlukan untuk menentukan kualitas fisik, biologis, kognitif dan psikososial sepanjang hayat manusia. Komposisi zat

Lebih terperinci