DRAF PROPOSAL DISERTASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DRAF PROPOSAL DISERTASI"

Transkripsi

1 i DAF POPOSAL DISETASI UNUK KEA ELEMEN PEMBANGKIT BAA API TEHADAP PENINGKATAN EFISIENSI KOMPO GAS LPG PENGUSUL : Ir. SUDANO, MT (NIDN ) FAKULTAS TEKNIK UNIVESITAS MUHAMMADIYAH PONOOGO MEI 0

2 ii DAF POPOSAL DISETASI udul Penelitian : Unjuk Kerja Elemen Pembangkit Bara Api Terhadap Peningkatan Efisiensi Kompor Gas LPG Nama umpun Ilmu : Teknik Mesin (dan Ilmu Permesinan Lain) Pengusul a. Nama Lengkap : Ir. Sudarno, MT b. Nomor Pendaftaran : 00 c. NIDN : d. abatan Fungsional : Lektor Kepala e. Program Studi : Teknik Mesin f. No. HP : 00 g. Alamat Surel ( ) : darnotec_umpo@yahoo.co.id Ponorogo, 0 Mei 0 Pengusul, Ir. Sudarno, MT NIP ii

3 iii UNUK KEA ELEMEN PEMBANGKIT BAA API TEHADAP PENINGKATAN EFISIENSI KOMPO GAS LPG Sudarno Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Ponorogo Alamat : l. Budi Utomo No. 0 Telp. (0) Fax. (0) Ponorogo, darnotec_umpo@yahoo.co.id INGKASAN Kurang sempurnanya proses pembakaran pada kompor gas LPG, merupakan salah satu penyebab kurang optimalnya efisiensi pada kompor tersebut. Peningkatan efisiensi dengan cara optimalisasi pemanfaatan api masih berpeluang cukup tinggi, salah satunya adalah dengan menambahkan alat, yaitu elemen pembangkit bara api. Alat ini berupa anyaman kawat silver hight temperature yang disusun berlapis. Mengacu pada sifat logam, jika dibakar dia akan memijar membentuk bara api bertemperatur tinggi. Bara api yang dihasilkan akan mampu membakar lebih sempurna uap bahan bakar pada daerah sekitar kawat, sehingga akan mampu meningkatkan luas area api dewasa, dengan demikian ingin diketahui optimalisasi dari penggunaan elemen pembangkit bara api tersebut terhadap peningkatan efisiensi pada kompor gas LPG. Uji akan dilakukan di laboratorium Pembakaran Teknik Mesin Universitas Brawijaya Malang dengan menggunakan kompor gas LPG yang dilengkapi reflektor radiasi panas bersirip. Pengujian efisiensi akan dilakukan menurut Provisional Internasional Standard Testing Woodstove yaitu dengan metode air mendidih (boilling water method). umlah lapisan elemen pembangkit bara api divariasikan, (satu) lapisan, (dua) lapisan, (tiga) lapisan dan (empat) lapisan. Unjuk kerja dari penggunaan elemen pembangkit bara api tersebut akan dibandingkan dengan kompor gas LPG tanpa menggunakan elemen pembangkit bara api. Dalam penelitian ini akan diuji pula distribusi temperatur dan analisis laju perpindahan panas pada setiap perlakuan. Diharapkan dari penelitian ini dapat diketahui optimasi pemanfaatan elemen pembangkit bara api tersebut terhadap peningkatan efisiensi kompor gas LPG. Harapan lain hasil penelitian ini dapat ditindak lanjuti untuk pengajuan paten, karena berdasarkan kajian bahwa belum ada penelitian terkait dengan elemen pembangkit bara api untuk kompor gas LPG. Kata kunci: kompor gas LPG, elemen pembangkit bara api, efisiensi iii

4 iv DAFTA ISI HALAMAN UDUL... i DAF POPOSAL DISETASI... ii INGKASAN... iii DAFTA ISI... iv BAB PENDAHULUAN.... Latar Belakang.... Perumusan Masalah.... Tujuan Penelitian.... Manfaat Penelitian... BAB TINAUAN PUSTAKA.... Beberapa Penelitian Sebelumnya.... Pembakaran dan Nyala (api).... Metode Analisis..... Pengujian Efisiensi..... Pengujian Distribusi Temperatur..... Analisis Perpindahan Panas... BAB METODE PENELITIAN.... Model Penelitian.... Model Elemen Pembangkit Bara api Bahan dan Alat Uji.... Prosedur Pengujian..... Pengujian Daya Kompor..... Pengujian konsumsi bahan bakar dan produksi uap..... Pengujian distribusi Temperatur... DAFTA PUSTAKA iv

5 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Akibat kenaikan harga Bahan Bakar Gas (BBG) pada awal tahun 0, pemerintah semakin mendorong semua pihak, selain mengoptimalkan potensi energi alternatif bahan bakar non-migas, dituntut pula adanya upaya-upaya inovasi dalam rangka meningkatkan efisiensi terhadap pemakaian bahan bakar migas itu sendiri. Salah satu implementasinya adalah inovasi terhadap upaya peningkatan efisiensi pada kompor berbahan bakar gas, termasuk didalamnya adalah kompor gas LPG. Upaya ini dilakukan mengingat kompor gas LPG merupakan salah satu alat pemanas yang sudah memasyarakat, karena hampir seluruh masyarakat mulai kelas bawah sampai kelas atas memakainya. Kompor dengan sumber panas dari gas LPG ini telah menggantikan posisi kompor yang berbahan bakar minyak tanah. Hal ini terjadi sesuai dengan program pemerintah yang mengharuskan konversi dari bahan bakar minyak tanah ke gas. ealisasinya pemerintah membagikan secara gratis set kompor gas LPG dan tabung gas berukuran kg kepada seluruh Kepala Keluarga, sehingga secara praktis sebagian besar masyarakat Indonesia mulai kelas atas sampai kelas bawah menggunakan kompor gas LPG sebagai alat pemanas dalam rumah tangga. Dengan demikian penggunaan kompor gas LPG sudah merupakan suatu keharusan dan pilihan karena tidak mungkin lagi beralih ke kompor minyak tanah yang justru lebih mahal dan langka. Untuk itu semua pihak khususnya akademisi dituntut untuk berpikir kreatif menggali terobosan baru dalam pemanfaatan kompor gas LPG yang lebih efisien atau hemat bahan bakar. Mengacu pada SNI -00 bahwa efektivitas kompor ditentukan oleh beberapa hal, yaitu daya (power), efisiensi (efficiency) dan keselamatan ( safety). Daya (power) kompor merupakan gambaran tingkat konsumsi bahan bakar kompor tersebut. Kompor dengan daya tinggi akan mempunyai konsumsi bahan bakar yang tinggi pula, sebaliknya kompor dengan daya rendah akan mempunyai

6 konsumsi bahan bakar yang rendah pula. Efisiensi (efficiency) kompor adalah perbandingan antara panas yang dibutuhkan untuk memasak suatu makanan dalam jumlah tertentu, dari suhu awal sampai masak dengan panas yang diberikan oleh bahan bakar yang digunakan selama memasak tersebut. Efisiensi kompor menunjukkan prosentase panas yang berguna pada kompor tersebut. Kompor yang memiliki efisiensi yang tinggi akan memiliki panas berguna yang tinggi dengan kehilangan panas yang rendah. Panas yang hilang ini merupakan kerugian, sehingga harus diupayakan sekecil mungkin. Keselamatan ( safety), kompor hendaknya aman dipakai dan tidak menimbulkan bahaya kebakaran atau meledak.. Penelitian tentang upaya peningkatan efisiensi pada kompor minyak tanah maupun gas telah banyak dilakukan, baik dengan cara rekayasa konstruksi maupun upaya optimalisasi pemanfaatan api. Nampaknya upaya optimalisasi pemanfaatan api masih berpeluang cukup tinggi dalam peningkatan efisiensi, mengingat selama ini para peneliti sebagian besar berfokus pada rekayasa konstruksi. Upaya dimaksud adalah dengan menambahkan alat, yaitu elemen pembangkit bara api khususnya pada kompor gas LPG yang telah dilengkapi reflektor bersirip. Elemen pembangkit bara api adalah suatu model alat berupa tumpukan anyaman kawat silver hight temperature yang disusun secara berlapis atau bertingkat. Hal ini mengacu pada sifat logam yang jika dibakar, dia akan memijar membentuk bara api bertemperatur tinggi. Bara api yang dihasilkan akan mampu membakar lebih sempurna uap bahan bakar pada daerah sekitar kawat, sehingga akan mampu meningkatkan luas area temperatur tinggi (api dewasa). Diharapkan dengan sempurnanya proses pembakaran maka akan mampu meningkatkan efisiensi dari kompor gas LPG tersebut.. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, dapat diidentifikasi permasalahannya yaitu berupa upaya untuk meningkatkan efisiensi pembakaran. Secara spesifik permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Bagaimana pengaruh lapisan elemen pembangkit bara api terhadap peningkatan efisiensi kompor gas LPG yang dilengkapi reflektor bersirip?

7 b. Bagaimana pengaruh lapisan elemen pembangkit bara api terhadap distribusi temperatur api pada kompor gas LPG yang dilengkapi reflektor bersirip? c. Bagaimana pengaruh lapisan elemen pembangkit bara api terhadap laju perpindahan panas pada kompor gas LPG yang dilengkapi reflektor bersirip? Upaya yang akan dilakukan adalah melakukan pengujian daya kompor, pengujian konsumsi bahan bakar, pengujian produksi uap, dan distribusi temperatur.. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Mengetahui pengaruh lapisan elemen pembangkit bara api terhadap peningkatan efisiensi kompor gas LPG yang dilengkapi reflektor bersirip. b. Mengetahui pengaruh lapisan elemen pembangkit bara api terhadap distribusi temperatur api pada kompor gas LPG yang dilengkapi reflektor bersirip. c. Mengetahui pengaruh lapisan elemen pembangkit bara api terhadap laju perpindahan panas pada kompor gas LPG yang dilengkapi reflektor bersirip. Agar diperoleh hasil penelitian yang optimal maka masalahnya dibatasi dengan asumsi-asumsi sebagai berikut : a. Kompor yang digunakan tetap, yaitu kompor gas LPG dengan kualitas standart SNI -00; b. Tekanan dan suhu diruangan dianggap konstan; c. Handel laju arus gas diatur konstan; d. Temperatur mula air dijaga konstan; e. Laju nyala api biru maksimal yang tetap dan seragam; f. Bejana yang digunakan tetap; g. Volume air pada masing-masing pengujian tetap; h. Body api melingkar simetris; i. Pengujian dilakukan pada saat kompor pada kondisi steady state; j. eflektor terbuat dari bahan Stainless Steel dengan tinggi 0 mm, baris sirip dengan dimensi sirip lebar 0 mm dan tinggi mm; k. Lapisan elemen pembangkit bara api divariasikan, yaitu (satu) lapisan, (dua) lapisan, (tiga) lapisan dan (empat) lapisan.

8 . Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya : a. Penelitian ini merupakan penelitian terapan, sehingga diharapan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas khususnya produsen/ industri kompor gas. b. Dapat dijadikan referensi untuk kepentingan riset dan pengembangan diversifikasi energi yang berkelanjutan. c. Membantu dalam usaha pengembangan kemajuan teknologi energi yang ekonomis dan ramah lingkungan.

9 BAB II TINAUAN PUSTAKA. Beberapa Penelitian Sebelumnya Tiga faktor penting yang perlu dipertimbangkan di dalam pemilihan kompor, yaitu keselamatan (safety), daya (power) dan efisiensi (efficiency) (Pallawagau La P; ). Peningkatan efisiensi pembakaran pada kompor dapat dilakukan melalui dua tahapan antara lain : Pra-pembakaran (before combustion), misalnya mengatur dan memperbaiki aliran bahan bakar, aliran udara atau memberi pre-heating pada udara sebelum bercampur dengan bahan bakar, hal ini dimaksudkan agar dapat memperoleh pembakaran yang efektif dengan suhu pembakaran yang tinggi; Pada saat pembakaran (in-combustion), misalnya dengan memberi penghalang angin agar tidak banyak terjadi konveksi panas ke udara luar, mengatur tinggi beban agar berada pada daerah distribusi temperatur maksimal (api dewasa) atau memberi reflektor radiasi panas. Cara lain yang ditawarkan adalah dengan menambahkan alat berupa elemen pembangkit bara api. Ide-ide dan upaya-upaya tersebut muncul karena di ilhami oleh hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan perilaku flame, yaitu isothermal distribution dari daerah flame baik flamenya sendiri maupun daerah sekitarnya. Turns (), menyatakan bahwa energi panas api disebarkan kesekelilingnya dan akan membentuk dinding temperatur yang isothermal. Djoko Santoso (00), yang meneliti tentang distribusi temperatur laminer flame. Diperoleh bahwa distribusi temperatur isothermal setelah dinding api (flame wall) masih cukup tinggi sampai pada jarak tertentu dari inti api. Didapatkan pula bahwa temperatur api tertinggi terjadi pada jarak tertentu dari keluaran api. Daerah ini disebut daerah pembakaran dewasa dimana semua bahan bakar yang ada habis terbakar dengan sempurna. Sementara juga ada daerah yang bertemperatur tinggi namun tidak setinggi api dewasa, daerah ini terjadi karena masih ada uap bahan bakar yang tersisakan dan baru dapat terbakar penuh diluar temperatur api tertinggi (dewasa). Oleh karena itu agar semua energi yang dimiliki oleh api dewasa dapat dimanfaatkan maka kita harus meletakkan beban secara tepat yaitu pada api dewasa.

10 Pramuda Agung S (00), meneliti tentang pengaruh sudut reflektor panas terhadap efisiensi kompor sumbu standart (kompor sumbu dan sumbu ). Diperoleh bahwa sudut. o memberikan efisiensi tertinggi baik untuk kompor sumbu maupun sumbu. Sudarno (00 ), meneliti tentang pengaruh baris sirip reflektor radiasi panas terhadap efisiensi kompor minyak tanah bersumbu. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa dengan penggunaan reflektor bersirip efisiensi yang dihasilkan meningkat dibandingkan dengan pernggunaan reflektor tanpa sirip dan tanpa reflektor, besarnya kenaikkan tersebut dibandingkan dengan penggunaan reflektor tanpa sirip adalah untuk kompor sumbu dengan kenaikkan sebesar 0. %,. % dan. %, sedangkan kompor sumbu dengan kenaikkan sebesar. %,. % dan. % masing-masing untuk reflektor dengan satu baris sirip, dua baris sirip dan tiga baris sirip. Dari hasil uji distribusi temperatur terlihat pula bahwa ada daerah yang bertemperatur tinggi namun tidak setinggi api dewasa, daerah ini terjadi karena masih ada uap bahan bakar yang tersisakan dan baru dapat terbakar penuh diluar temperatur api tertinggi (dewasa). Mario Syahrial (0) meneliti tentang pengaruh reflektor berlubang pada kompor biogas. eflektor dengan diameter lubang yang berbeda-beda, yaitu mm, mm dan 0 mm. Dari masing-masing diameter tersebut memberikan kontribusi peningkatan efisiensi yang berbeda-beda pula. Hal ini dikarenakan besarnya lubang tersebut mempengaruhi jumlah udara yang dikonsumsi untuk proses pembakaran. Diperoleh peningkatan efisiensi dari 0, % kompor tanpa reflektor menjadi,0 % untuk reflektor berlubang dengan diameter mm, untuk mm sebesar, %, kenaikan yang signifikan terjadi pada refletor berlubang dengan diameter 0 mm sebesar, %. Model yang diangkat dalam penelitian ini adalah elemen pembangkit bara api dan dipasang pada reflektor bersirip. Alat ini berupa lapisan anyaman kawat silver hight temperature atau nikelin yang disusun secara bertingkat. Sesuai dengan sifat logam yang jika dibakar dia akan memijar membentuk bara api dan dengan bara api tersebut akan mampu membakar lebih sempurna uap bahan bakar pada daerah sekitar kawat sehingga akan mampu meningkatkan luas area temperatur

11 tinggi (api dewasa). Dengan sempurnanya proses pembakaran maka akan mampu mengoptimalkan efisiensi kompor gas LPG tersebut.. Pembakaran dan nyala (api). a. Pembakaran.. Turns Stephen () bahwa pembakaran merupakan oksidasi cepat yang menghasilkan panas, atau api dan panas secara bersama-sama, juga oksidasi perlahan yang disertai panas yang relatip kecil dan tanpa api. Definisi ini pada dasarnya menekankan pentingnya reaksi kimia yang terjadi pada proses pembakaran. Dimana pembakaran pada prinsipnya merupakan proses transformasi energi dalam ikatan kimia menjadi panas dengan berbagai macam cara, dengan kata lain pembakaran dapat menghasilkan api atau tanpa menghasilkan api. b. Nyala (api). Api (flame) menurut. Turns Stephen () didefinisikan sebagai rambatan secara terus-menerus pada daerah pembakaran dengan kecepatan subsonik. Pada definisi tersebut terdapat beberapa kata kunci. Pertama, diharapkan nyala terlokalisasi, yaitu nyala hanya mengambil tempat pada bagian kecil dari campuran yang dapat terbakar pada suatu waktu. Kedua, adanya gelombang pembakaran yang merambat pada kecepatan subsonik yang disebut sebagai deflagration. b. Karakteristik nyala (api). Profil temperatur yang terdapat pada nyala merupakan karakteristik yang penting. Nyala hidrokarbon juga dikarakteristikkan oleh radiasinya yang tampak, dimana dengan adanya udara lebih daerah reaksi kelihatan biru. b. Klasifikasi nyala (api). Menurut cara percampuran dan reaksi (penyalaan) bahan bakar dan oxidizer, api dikategorikan menjadi :. Premixed Flame Bila reaktan tercampur sempurna pada tingkat molekul sebelum terjadinya reaksi kimia yang signifikan. Laju pengembangan

12 api (kecepatan pembakaran) tergantung dari komposisi kimia dan laju reaksi kimia.. Diffusion Flame (Non-premixed) Bila pada awalnya bahan bakar dengan oxidizer terpisah dan reaksi terjadi hanya hubungan antara bahan bakar dan oxidizer, di mana percampuran dan reaksi terjadi secara bersamaan. Pengembangan diffusion flame diatur oleh kecepatan berdifusinya reaktan terhadap lainnya. Nyala juga dikategorikan menurut sifat-sifat mekanika fluidanya yaitu : Api Laminer, jika alirannya juga laminer Api turbulen, jika alirannya turbulen. Pada semua jenis pembakaran, campuran udara dan bahan bakar merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam rangka mendapatkan proses pembakaran yang sempurna dan pembakaran sempurna akan menghasilkan warna biru dan tanpa goyangan.. Metode Analisis.. Pengujian Efisiensi a. Daya Kompor Daya suatu kompor berbanding langsung dengan konsumsi bahan bakar kompor tesebut. Kompor yang mempunyai daya yang besar, memiliki konsumsi bahan bakar yang tinggi dan sebaliknya kompor yang memiliki daya yang rendah konsumsi bahan bakarnya rendah pula. Tingkat daya ini akan menunjukkan kapasitas suatu kompor untuk mentransfer bahan bakar ke ruang bakar. Besarnya daya kompor dihitung dengan persamaan : I m f xe (kw) (. ) t (Sumber : Pallawagau La P ())

13 Dimana : I = Daya kompor (kw) m f = Konsumsi bahan bakar selama pengukuran (kg) E = Nilai kalor netto bahan bakar (k/ kg) t = Waktu pengukuran (dt) b. Pemilihan Ukuran Bejana Untuk pengujian kompor menurut World Bank, Energy Department (), pemilihan ukuran bejana dilakukan menurut VEG Gas Institute di Negeri Belanda. Yang menjelaskan bahwa ukuran bejana dipilih berdasarkan daya maksimum kompor, dengan perbandingan daya maksimum dan luas permukaan W/m. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin umur bejana-bejana aluminium yang tipis agar tidak cepat rusak. Pada tabel dibawah ini diberikan ukuran bejana yang digunakan untuk tingkat daya tertentu, dimana bejana yang digunakan terbuat dari aluminium. Tabel. Diameter Bejana Untuk Tingkat Daya Tertentu Tingkat daya Maksimum (kw) Diameter (cm) (Sumber : Pallawagau La P ()) c. Volume Air Yang Digunakan Berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh Provisional International Standards for Testing Woodstove yang disetujui pada pertemuan di Arlington, Virginia (VITA ; ), jumlah air yang

14 0 digunakan untuk pengujian efisiensi metode air mendidih (Boilling water method) adalah / dari volume bejana. d. Efisiensi Kompor Efiensi kompor adalah perbandingan antara panas berguna, yang diperlukan untuk memasak sesuatu dalam jumlah tertentu dari suhu awal sampai masak dengan panas yang diberikan oleh bahan bakar, yang dipergunakan selama memasak tersebut. Makin tinggi panas yang hilang pada suhu kompor, makin rendah efisiensi kompor tersebut dan sebaliknya, makin sedikit panas yang hilang, makin tinggi efisiensi kompor tersebut. Cara yang paling efektif untuk pengujian efisiensi suatu kompor adalah dengan methode air mendidih (boilling water method). Pada pengujian ini air dipanaskan dari suhu awal (T a ) ke titik didih (T d ), setelah air mendidih pemanasan dilanjutkan hingga mencapai total waktu satu jam (T s ). Cara ini dimaksudkan untuk mendekati penggunaan kompor dirumah tangga ketika digunakan untuk memasak makanan. Dimana makanan dimasak hingga airnya mendidih dan terus dipanaskan hingga makanan tersebut menjadi masak. 00 Td Ts Suhu o C 0 Ta 0 Q sensibel Q laten 0 Waktu (menit) Gambar. Perubahan suhu terhadap waktu selama pengujian

15 Tidak semua panas yang diberikan oleh bahan bakar digunakan untuk memanaskan air namun sebagian akan hilang (loss). Kehilangan panas tersebut meliputi : - Kehilangan panas pada kompor (stove body loss) ke sekeliling. - Kehilangan panas pada permukaan bejana dan tutupnya. - Kehilangan panas pada aliran gas hasil pembakaran. - Kehilangan panas pada uap bahan bakar yang tidak terbakar. - Uap keluar dari bejana karena panas yang berlebihan. Q u Q los Q bb Gambar. Laju energi panas pada kompor Dari beberapa losses yang ada, losses energi pada api merupakan losses yang cukup besar. Oleh karena itu perlu suatu upaya untuk mengembalikan panas yang hilang dari badan api tersebut ke beban menjadi energi berguna. Efisiensi kompor dapat dihitung dengan rumus : ov ov Q u m x Q f Sensibel m f E Q x E Laten m C m. C xt T w. pw b pb m u. H ov.. (. ) m. E (Sumber : Pallawagau La P () f

16 Dimana : ov = efisiensi overall (%). Q u m w = panas berguna (k/ dt). = masa air (kg). C pw m b C pb T T m u m f m f = panas spesifik air (k/ kg K). = masa bejana (kg). = panas spesifik bejana (k/ kg K). = temperatur awal air (K). = temperatur air mendidih (K). = masa uap (kg). = masa bahan bakar terpakai (kg). = masa bahan bakar terpakai persatuan waktu (kg/dt). E = nilai kalor netto minyak tanah (k/ kg). H = panas laten air menguap (k/ kg)... Pengujian Distribusi temperatur a. Pengujian distribusi temperatur api tanpa beban, dengan reflektor tanpa elemen pembangkit bara api Sebagai data pendukung dalam penelitian ini akan diuji pula distribusi temperatur api dengan pemasangan reflektor bersirip, dalam hal ini tidak ada elemen pembangkit bara api dan beban saat pengujian. Dari pengujian ini diharapkan akan mendapatkan suatu gambaran contour distribusi temperatur isothermal dari api. Hasil yang didapat merupakan data awal, yang selanjutnya akan dibandingkan dengan contour distribusi temperatur isothermal api tanpa beban dengan reflektor dan dengan elemen pembangkit bara api. b. Pengujian distribusi temperatur api tanpa beban, dengan reflektor dengan elemen pembangkit bara api Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemasangan elemen pembangkit bara api terhadap contour

17 distribusi temperatur isothermal dari api. Hasil yang didapat akan dibandingkan dengan contour distribusi temperatur isothermal api tanpa beban dengan reflektor dan tanpa elemen pembangkit bara api. c. Pengujian distribusi temperatur api dengan beban, dengan reflektor tanpa elemen pembangkit bara api Pengujian distribusi temperatur pada bagian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran distribusi temperatur api isothermal dengan beban dengan reflektor tanpa elemen pembangkit bara api. Tujuan lainnya adalah mendapatkan temperatur rata-rata api yang akan digunakan untuk menganalisis laju perpindahan panas yang terjadi. Hasil yang didapat akan dibandingkan dengan contour distribusi temperatur isothermal api dengan beban dengan reflektor dan dengan elemen pembangkit bara api. d. Pengujian distribusi temperatur api dengan beban, dengan reflektor dengan elemen pembangkit bara api Pengukuran distribusi temperatur pada bagian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran pengaruh pemasangan elemen pembangkit bara api tersebut terhadap distribusi temperatur yang dihasilkan. Tujuan lainnya adalah mendapatkan temperatur dinding api yang akan digunakan untuk menganalisis pertukaran panas antar dinding api dengan lingkungannya. Hasil yang didapat juga akan dibandingkan dengan contour distribusi temperatur isothermal api dengan beban dengan reflektor tanpa elemen pembangkit bara api... Analisa laju perpindahan panas Konstruksi kompor gas LPG yang diuji dilengkapi reflektor panas bersirip dengan baris sirip, sedangkan analisis laju perpindahan panas akan dikomparasikan antara penambahan elemen pembangkit bara api dan tanpa elemen pembangkit bara api. Panas yang diterima beban sebelum dan setelah dipasang elemen pembangkit bara api, terdiri dari proses perpindahan panas, yaitu perpindahan panas konveksi dan perpindahan panas radiasi. Untuk

18 perpindahan panas radiasi dapat dibagi menjadi bagian, yaitu perpindahan panas radiasi dari api ke beban dan perpindahan panas radiasi dari reflektor radiasi panas ke beban. Yang membedakan adalah distribusi temperatur api sebelum dan setelah dipasang elemen pembangkit bara api. Hal ini karena dengan terbakarnya sisa uap bahan bakar yang belum terbakar pada api dewasa akan terbakar dengan penambahan elemen pembangkit bara api. Kedua laju proses perpindahan panas tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Laju perpindahan panas konveksi Laju perpindahan panas konveksi dari api ke beban dapat dijelaskan sebagai berikut: Ts T Gambar. Konveksi panas api ke bejana Konveksi panas api ke bejana : Nu x hx k q conv "/ T k T s (Sumber: Incropera Frank P. () hal ) x..(. ) Untuk kasus laminer konveksi bebas dengan dinding isothermal, Nuselt Number dapat ditulis : Nu / hx Grx x gpr (. ) k (Sumber: Incropera Frank P. () hal )

19 Dimana : g P r adalah gradien temperatur pada permukaan yang merupakan fungsi Prandtl Number yang dirumuskan : g P r / r 0. P.... (. ) 0.0. P /. P / (Sumber: Incropera Frank P. () hal ) r r Grx adalah Grashof Number yang dirumuskan : Gr x g T v T (Sumber: Incropera Frank P. () hal ) s x...(. ) Dari persamaan diatas besarnya harga rata-rata koefisien konveksi pada permukaan dengan diameter (D) dapat ditulis sebagai berikut : D k g T Ts h hdx D D v 0 / (Sumber: Incropera Frank P. () hal ) g Pr D 0 x dx /... (. ) Integrasi persamaan diatas diperoleh harga Nuselt Number rata-rata sebagai berikut : Nu D / hd GrD gpr. (. ) k (Sumber: Incropera Frank P. () hal ) Substitusi dari persamaan (.) untuk x = D diperoleh : Nu D Nu D...(. ) q conv " Nu D k( T D T ) s...(. 0)

20 q conv Nu " D k( T D T ) (Sumber: Incropera Frank P. () hal ) s (. ) Dengan asumsi sifat-sifat gas udara dan dievaluasi pada T. q conv = laju perpindahan panas konveksi per satuan luas (W/m ). h v k D Pr N u D e D = koefisien konveksi rata-rata (W/ m K). = viskositas kinematik (m / dt). = konduktivitas panas udara (W/ m K). = diameter dasar bejana (m). = bilangan Prandl. = nuselt number rata-rata. = reynold number. = koefisien ekspansi (K - ). T Ts = temperatur api rata-rata (K). = temperatur dasar bejana (K). Untuk mendapatkan nilai propertis terkait berdasarkan temperatur api ditunjukkan pada Apendik D, Dry Air At Atmospheric Pressure (Bejan Adrian, ). b. Laju perpindahan panas radiasi dari api ke beban Besarnya laju perpindahan panas radiasi yang dilepaskan api ke beban dapat dihitung sebagai berikut: q rad Dimana : " ( T Ts ).(. ) q rad = laju perpindahan panas radiasi persatuan luas (W/ m ). Ts T = emisivitas api (black body). = Temperatur dasar bejana (K). = temperatur api rata-rata (K) = konstanta Stefan-Boltzmann.

21 =. x 0 - W/m K. Karena api kompor gas LPG hanya berada pada panjang gelombang = 0. 0 m sedangkan konstanta Stefan-Boltzmann =. x 0 - W/m K berlaku untuk panjang gelombang = 0 -, maka perlu dicari nilai faktor koreksi untuk konstanta Stefan-Boltzmann tersebut. Untuk mendapatkan nilai faktor koreksi tersebut diatas maka digunakan asumsi-asumsi sebagai berikut : - Kondisi stedy-state. - Api sebagai benda hitam (black body) yang berdinding solid. - Perpindahan panas radiasi terjadi pada rentang panjang gelombang = 0. 0 m. - Emisi radiasi terjadi secara difusi. - Dinding api vertikal. - Perpindahan panas konveksi konstan. Gambar. Emisi dari elemen luas da dalam bentuk hypotectical hemisherical - Besarnya spectral hemispherical emissive power E () atau spectral heat flux q (), yaitu laju radiasi yang diemisikan pada panjang gelombang dari suatu permukaan per unit panjang gelombang d dan per unit luas permukaan, dirumuskan : E ( ) I, b (,, ) cos sin dd (W/m.m)...(. ) 0 0 /

22 I,b = projected area. (Sumber: Incropera Frank P. () hal 0) - Besarnya total hemispherical emissive power (E) atau total heat flux (q rad ) pada panjang gelombang = 0. 0 sebagai berikut : E E ( ) d (W/m ) (. ) 0 0. Substitusi persamaan (. ) ke dalam persamaan (. ) diperoleh : E / I, b 0 E I b E E (,, ) cos sin ddd (W/m )...(. ) /, cos sin dd sin / I, b d 0 I d d, b (W/m ) (. ) Karena I, b = E,b maka persamaan (. ) dapat ditulis menjadi: E E, b d (. ) E 0 0, E 0 b 0. E E, b b d (. ) Dari persamaan (. ) (Incropera Frank P, ) bahwa : F E d E d, b, b 0 0 ( ) F ( 0 ) F ( 0 ) E b (Sumber: Incropera Frank P. () hal 0) Dengan demikian persamaan (. ) dapat ditulis : 0 E b d 0 E E b E b 0., E, b d 0 ( 00) (00.) atau...(. ) E Eb F F (W/m).(. 0)

23 Untuk mendapatkan nilai F dan ( 00) F dicari pada tabel ( 00.). (Incropera Frank P, ) dengan mengetahui terlebih dahulu nilai T dan T. Dimana : T = Temperatur api rata-rata (K). = Panjang gelombang (m) = 0. 0 m. E b = Daya emisi api sebagai black body (W/m ) = T = Konstanta Stefan-Boltzmann =. x 0 - W/m K Setelah didapatkan nilai faktor koreksi konstanta Stefan-Boltzmann tersebut, maka besarnya laju perpindahan panas radiasi yang dilepaskan api ke beban dapat dihitung sebagaimana yang ditunjukkan pada persamaan (. 0), yaitu: q rad " ( F( 00) F(0 0.) )( T Ts ) (. ) c. Laju perpindahan panas radiasi dari reflektor panas bersirip ke beban Sesuai dengan sifat panas radiasi, jika panas radiasi mengenai suatu benda maka ada tiga kemungkinan yang terjadi, yaitu panas radiasi tersebut akan di serap, dipantulkan dan/ atau akan ditransmisikan oleh benda tersebut. Dalam penelitian ini, reflektor yang berbentuk kerucut terpotong dengan diameter atas lebih besar dibandingkan diameter bawah dipasang diantara keluaran api dengan beban. Diameter reflektor lebih besar dari diameter dinding api, sehingga reflektor tidak tersentuh oleh api secara langsung. eflektor dikondisikan mempunyai sifat reflektif yang baik, yaitu terbuat dari plat steinlesstell sehingga sebagian besar panas radiasi yang datang akan direfleksikan kembali ke beban menjadi energi berguna. eflektor yang dipilih adalah reflektor dengan tiga baris sirip, sebagaimana tersebut dalam batasan masalah. Perpindahan panas antara api, beban ( bejana) dan reflektor dapat diskematisasikan sebagai berikut:

24 0 Sebelum dimodifikasi Selubung Sarangan Setelah modifikasi Selubung luar eflektor Sarangan Gambar. Pemasangan reflektor bersirip Dari gambar diatas yang menjadi fokus penelitian terletak pada ruang yang dibatasi oleh dinding api bagian luar, dasar bejana bagian luar dan reflektor bagian dalam, secara detail bagian tersebut digambarkan sebagai berikut : Gambar. Penyederhanaan penelitian Dengan asumsi hanya memperhatikan proses perpindahan panas antar muka (mengabaikan panas yang hilang melalui celah).

25 Maka laju perpindahan panas radiasi yang dilepaskan api ke sekeliling (pertukaran panas radiasi antar api, bejana dan reflektor) dapat dijelaskan sebagai berikut : Untuk reflektor dengan tiga baris sirip dasar bejana. dinding api reflektor. Gambar. Posisi api, bejana dan reflektor bersirip untuk tiga baris sirip

26 Dari gambar diatas dapat dibuat perisai radiasi sebagai berikut : Q Q E b = Q E b E b Q E b E b Q E b Q E b Q E b E b Q Q Gambar. aringan radiasi thermal antar api, bejana dan reflektor bersirip untuk tiga baris sirip

27 Dari gambar diatas terdapat titik akhir potensial E b, E b, E b, E b, E b, E b, E b, E b, E b yang dapat diketahui, karena temperatur pada tiap tiap permukaan dapat di ukur. Yang akan dicari adalah nilai-nilai dari radiositas,,,,,,,,. Karena api merupakan black body yang bersifat memancarkan seluruh energi radiasi yang dimilikinya maka = E b. Sehingga tinggal delapan persamaan dengan delapan unknowns. Untuk menyelesaikannya dibuat suatu persamaan penjumlahan aljabar dari laju perpindahan panas radiasi pada setiap titik yang harus sama dengan nol. Maka digunakan persamaan : 0 E b.(.) 0 E b...(.) 0 E b...(.) 0 E b...(.) 0 E b...(.) 0 E b...(.) = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0

28 0 E b...(. ) 0 E b...(. ) Dimana : E b = Daya emisi benda hitam (W/m ) = adiositas, yaitu total radiasi yang meninggalkan permukaan persatuan luas (W/m ). i = Tahanan permukaan i (surface resistence i) (m - ). ij = Tahanan antara (surface reistence) permukaan i dan j (m - ) Daya emisi benda hitam pada setiap permukaan (E b ) : E b = T E b = T E b = T E b = T E b = T E b = T E b = T E b = T E b = T Tahanan pada setiap permukaan ( i) : 0 A A A A A A A A A Tahanan antar permukaan ( ij ) : F A F A F A F A = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0 = 0

29 Untuk mendapatkan nilai Fraksi radiasi ( F ij ) yaitu fraksi radiasi yang meninggalkan permukaan i menimpa permukaan j, digunakan metode Crossed-strings (Modest, M. F. () hal ): L L.. L L L L Gambar. Metode crossed strings untuk fraksi radiasi

30 F ij = (crossed strings) - (uncrossed strings) x (string on surface i) F l l l l l....(. 0) Kecuali untuk fraksi radiasi antar permukaan - dan. Untuk fraksi radiasi pada permukaan tersebut digunakan persamaan pada tabel. (Incropera Frank P, ). Substitusi E b, i dan ij yang telah diketahui kedalam persamaan (. ) sampai (. ) maka akan diperoleh nilai. Setelah nilai tersebut diperoleh selanjutnya dapat dicari nilai laju aliran panas radiasi pada masing-masing permukaan : Q Q Q Q Eb.(. ) Eb.(. ) Eb.(. ) Eb.(. ) Q Eb.(. ) Q Q Eb.(. ) Eb..(. ) Q Eb.(. ) Q.(. )

31 d. Total laju aliran panas ke beban Total laju aliran panas ke beban merupakan jumlah dari laju aliran panas konveksi dari api ke beban, laju aliran panas radiasi dari api ke beban dan laju aliran panas radiasi dari reflektor ke beban, yaitu (persamaan (. ) dan (. ) dan persamaan (. ). Q tot = Q conv + Q rad + Q Q tot Nu Dk( T Ts ) A D b b Ab ( F( 00) F(00.) )( T Ts ).(. ) E

32 BAB III METODE PENELITIAN. Model Penelitian Untuk mencapai tujuan maka digunakan model penelitian eksperimental yang dilaksanakan di laboratorium Pembakaran Fakultas Teknik urusan Mesin Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Secara umum urutan penelitian dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini :

33 STAT IDE PENELITIAN Meningkatkan efesiensi kompor gas LPG menggunakan lapisan elemen pembangkit bara api Hasil Studi Literatur Studi Literatur Observasi Survey tinggi beban optimal Uji daya kompor Survey penggunaan reflektor tanpa sirip Uji efisiensi dengan variasi lapisan elemen pembangkit bara api Survey penggunaan reflektor bersirip Uji distribusi temperatur dengan variasi lapisan elemen pembangkit bara api Data Data Analisa data Kesimpulan END Gambar. Flow chart urutan penelitian

34 0. Model Elemen Pembangkit Bara Api Elemen pembangkit bara api dibuat dari kawat Silver hight temperature dengan diameter 0. mm. Dipilihnya bahan Silver hight temperature tersebut dengan pertimbangan disamping harganya murah juga mampu menahan panas sampai 00 o C, sehingga kawat Silver hight temperature ini tidak akan terdeformasi jika terkena panas api kompor gas LPG yang besarnya maksimum 00 o C. Sedangkan pemilihan bahan dengan diameter yang kecil yaitu 0. mm dimaksudkan agar tidak mengganggu aliran api pembakaran. Kawat tersebut di anyam pada sebuah pola berbentuk lingkaran, dengan diameter lingkaran mengikuti pola diameter reflektor. Pola anyaman kawat berbentuk segitiga-segitiga dengan ujung-ujungnya diikat pada sekeliling pola berbentuk lingkaran dan dianyam secara berurutan. Dengan model anyaman tersebut pada bagian tengah elemen pembangkit bara api terdapat lubang tanpa anyaman berbentuk lingkaran. Lapisan elemen pembangkit bara api divariasikan yaitu lapisan, lapisan, lapisan dan lapisan Kawat yang telah dianyam pada pola lingkaran dipasang pada reflektor bersirip, dengan model lapisan elemen pembangkit bara api ditunjukkan pada gambar dibawah ini. bejana Dudukan bejana Api kompor eflektor bersirip Pemasangan elemen pembangkit bara api Gambar. Setting pemasangan elemen pembangkit bara api pada kompor gas LPG

35 Satu lapisan elemen Dua lapisan elemen Tiga lapisan elemen Empat lapisan elemen Gambar. Model lapisan elemen pembangkit bara api

36 . Bahan dan Alat Uji. Bahan dan peralatan yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain : a. Satu unit kompor gas LPG dengan kualitas standart SNI -00; b. eflektor bersirip, yaitu dengan baris sirip; c. Elemen pembangkit bara api, dengan variasi lapisan; d. Kawat Silver hight temperature; e. Tabung gs LPG kg; f. Bejana dengan diameter disesuaikan dengan daya kompor; g. Stopwatch h. Thermometer air; i. Timbangan digital; j. Thermometer digital; k. Thermocouple; l. Gelas ukur. Prosedur Pengujian. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu pengujian daya kompor, pengujian efisiensi, dan pengujian distribusi temperatur. Pengujian efisiensi dilakukan dengan cara memvariasikan jumlah lapisan elemen pembangkit bara api, yaitu dengan jumlah lapisan (satu) lapisan, (dua) lapisan, (tiga) lapisan dan (empat) lapisan. Sebagai pembanding diuji pula efisiensi kompor tanpa menggunakan elemen pembangkit bara api. Pengujian distribusi temperatur api dilakukan dengan (empat) tahapan, yaitu: a) Pengujian distribusi temperatur api tanpa beban, dengan reflektor tanpa elemen pembangkit bara api; b) Pengujian distribusi temperatur api tanpa beban, dengan reflektor dengan elemen pembangkit bara api; c) Pengujian distribusi temperatur api dengan beban, dengan reflektor tanpa elemen pembangkit bara api; d) Pengujian distribusi temperatur api dengan beban, dengan reflektor dengan elemen pembangkit bara api;

37 .. Pengujian daya kompor Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya laju bahan bakar, dari laju bahan bakar dapat diketahui daya kompor, dan dari daya kompor akan dapat diketahui besarnya diameter bejana yang digunakan. Adapun prosedur pengujian sebagai berikut :. Menyiapkan kompor gas LPG beserta perangkatnya yang sesuai dengan SNI -00;. Menimbang dan mencatat berat Gas LPG sebelum digunakan;. Menyalakan dan menyetel kompor selama beberapa waktu hingga didapat nyala api yang stabil. Setelah nyalala api biru maksimal,pengujian dimulai. Bersamaan dengan itu stopwatch dijalankan. Untuk pengujian daya tidak ada bejana yang ditaruh diatas kompor dan pengujian dilakukan selama jam;. Menimbang dan mencatat kembali pemakaian bahan bakar. Selisih antara berat awal dan berat setelah pemakaian merupakan jumlah konsumsi bahan bakar;. Dengan cara yang sama pengujian diulangi sebanyak 0 kali, rata-rata pemakaian bahan bakar yang didapat digunakan untuk menentukan daya kompor. Tabel. Data Konsumsi Bahan Bakar Data ke Waktu (menit) Temperatur uang 0 C Massa Gas Terpakai (gram/jam) Daya (kw).. Pengujian konsumsi bahan bakar dan produksi uap Data yang diperoleh dari pengujian konsumsi bahan bakar dan produksi uap akan dipergunakan untuk menghitung besarnya efisiensi kompor. Pengujian efisiensi dilakukan dengan cara mengkomparasikan antara tanpa menggunakan elemen pembangkit bara api dan dengan

38 menggunakan elemen pembangkit bara api. Lapisan elemen pembangkit bara api di variasikan, yaitu (satu) lapisan, (dua) lapisan, (tiga) lapisan, dan (empat) lapisan. Pengujian untuk menentukan efisiensi kompor dilakukan dengan metode air mendidih (boilling water method). Adapun prosedur pengujian konsumsi bahan bakar dan produksi uap sebagai berikut:. Menyiapkan kompor gas LPG beserta perangkatnya yang sesuai dengan SNI -00;. Menimbang Gas LPG sebelum digunakan;. Menimbang bejana, dengan diameter disesuaikan dengan daya kompor;. Bejana diisi air / volume bejana, ditimbang beserta tutup dan thermometer;. Mencatat temperatur awal air dan ruangan;. Menyalakan dan menyetel kompor selama beberapa waktu hingga didapat nyala api yang stabil;. Bejana diletakkan diatas kompor dan bersamaan dengan itu stopwatch dijalankan;. Mencatat temperatur air dan ruang setiap menit, sampai air mulai mendidih;. Pemanasan dilanjutkan sampai total waktu selama 0 menit, dimulai sejak bejana diletakkan diatas kompor; 0. Setelah 0 menit kompor dimatikan, masa bahan bakar dan masa uap yang hilang diukur. Proses pengukuran dilakukan dengan cara menimbang, yaitu selisih antara berat awal dan berat setelah perlakuan;. Dengan cara yang sama pengujian diulangi sebanyak 0 kali, rata-rata pemakaian bahan bakar dan produksi uap yang diperoleh digunakan untuk menentukan efisiensi kompor.

39 Tabel :. Data pengujian dengan metode air mendidih Tanggal uji Percobaan Percobaan Waktu (menit) Masa uap (gr) Masa Gas terpakai (gr) Efisiensi Keterangan : TA = temperatur air ( o C) T = Temperatur ruang ( o C) TA ( o C) T ( o C) Waktu (menit) TA ( o C) T ( o C) Waktu (menit) TA ( o C) T ( o C).. Pengujian distribusi temperatur api Pengujian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran contour distribusi temperatur isothermal dari api. Melalui visualisasi contour distribusi temperatur isothermal tersbut akan diperoleh kesimpulan yang lebih kuat tentang pengaruh penggunaan elemen pembangkit bara api terhadap peningkatan efisiensi pada kompor gas LPG. Pengujian distribusi temperatur api dilakukan dengan (empat) tahapan, yaitu: a) Pengujian distribusi temperatur api tanpa beban, dengan reflektor tanpa elemen pembangkit bara api; b) Pengujian distribusi temperatur api tanpa beban, dengan reflektor dengan elemen pembangkit bara api; c) Pengujian distribusi temperatur api dengan beban, dengan reflektor tanpa elemen pembangkit bara api; d) Pengujian distribusi temperatur api dengan beban, dengan reflektor dengan elemen pembangkit bara api; Proses pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan program matlab. Adapun prosedur pengujian distribusi temperatur dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Pengujian distribusi temperatur tanpa beban : Sebagai data awal dalam penelitian ini akan diukur distribusi temperatur api tanpa beban dengan reflektor, baik tanpa elemen

40 pembangkit bara api dan dengan elemen pembangkit bara api. Dari pengukuran ini diharapkan akan mendapatkan suatu gambaran contour distribusi temperatur isothermal, sehingga dapat diketahui pengaruh pemasangan elemen pembangkit bara api tersebut terhadap distribusi temperatur api yang dihasilkan. Pengujian distribusi temperatur isothermal ini, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:. Mempersiapkan alat, meliputi kompor, reflektor, elemen pembangkit bara api, thermometer, thermocouple, alat ukur, stopwatch dan peralatan pendukung lainnya;. Masing-masing alat ukur tersebut diseting sesuai dengan alur penelitian dan dilakukan pengecekan ulang fungsi masing-masing alat tersebut;. Letak thermocouple diatur mulai dari garis tengah kompor sampai diameter luar api dengan jarak cm. arak pengukuran mm sehingga dalam satu garis horisontal terdapat titik pengukuran. Posisi thermocouple ditunjukkan pada gambar dibawah ini: Gerak thermokopel keatas dengan interval 0 mm y Titik posisi Pengukuran thermokopel dengan interval mm x Gambar. Seting pengujian distribusi temperatur api tanpa beban. Setelah posisi thermocouple di seting sesuai dengan gambar diatas kemudian digeser dengan maksud agar tidak tersentuh panas api kompor. Berikutnya kompor dinyalakan hingga tercapai kondisi

41 steady (- menit), setelah kondisi steady state tercapai kemudian pengukuran dimulai dengan seting thermocouple seperti gambar diatas.. Pengambilan data dimulai dengan mengatur waktu pencatatan data pada thermometer digital, untuk setiap posisi (terdiri atas channel thermocouple) dengan interval waktu pengambilan data detik. Masing-masing titik dibaca 0 kali.. Pengambilan data berikutnya dilakukan masing-masing dengan menggeser setting thermocouple 0 mm keatas hingga diperoleh data berjumlah posisi, dengan demikian jumlah total titik yang diukur x = titik.. Sebagai upaya antisipasi ketidak-simetrisan bentuk api maka pengambilan data pada point dengan cara yang sama diulang pada tempat yang berbeda.. Data yang didapat kemudian digunakan untuk mendapatkan gambar distribusi temperatur api (dengan menggunakan program matlab). Tabel :. Distribusi temperatur tanpa beban Y (cm) Temperatur pada tiap Thermocouple ( o C) 0..

42 b. Pengujian distribusi temperatur dengan beban :. Mempersiapkan alat, meliputi kompor, reflektor, elemen pembangkit bara api, bejana, thermometer, thermocouple, alat ukur, stopwatch dan peralatan pendukung lainnya;. Masing-masing alat ukur tersebut diseting sesuai dengan alur penelitian dan dilakukan pengecekan ulang fungsi masing-masing alat tersebut;. Letak thermocouple diatur mulai dari garis tengah kompor, yaitu dengan menggeser setting thermocouple mm kekanan hingga diperoleh data pada satu tempat berjumlah x titik ( cm) = titik. Posisi dan arah gerak thermocouple ditunjukkan pada gambar dibawah ini : bejana arah gerak thermocouple dengan interval mm mm Posisi thermocouple kompor Gambar. Seting pengujian distribusi temperatur api dengan beban. Setelah posisi thermocouple di setting sesuai dengan gambar diatas kemudian digeser dengan maksud agar tidak tersentuh panas api kompor. Berikutnya kompor dinyalakan, setelah kondisi steady state tercapai kemudian pengukuran dimulai dengan setting thermocouple seperti gambar diatas.. Pengambilan data dimulai dengan mengatur waktu pencatatan data pada alat, untuk setiap posisi (terdiri atas channel thermocouple) dengan

43 interval waktu pengambilan data detik. Masing-masing titik dibaca 0 kali.. Pengambilan data berikutnya dilakukan masing-masing dengan menggeser setting thermocouple mm kekanan hingga diperoleh data berjumlah x titik ( cm) = titik.. Data yang didapat kemudian digunakan untuk mendapatkan contour distribusi temperatur isothermal dari api (dengan m enggunakan program matlab). Tabel :. Distribusi temperatur dengan beban X (cm) 0 0,,, Temperatur pada tiap Thermocouple ( o C)

44 0 DAFTA PUSTAKA Adrian Bejan [], Heat Transfer, ohn Wiley & Son, Inc, New York. Holman. P. [], Perpindahan Kalor, Edisi ke enam, Penerbit Erlangga, akarta. Incropera Frank P. [], Fundamentals of Heat and Mass Transfer, Wiley, New York. Modest, M. F. [], adiative Heat Transfer, Mc Graw-Hill Co. Singapore. Marrio Syahrial [0], "Unjuk Kerja Kompor Berbahan bakar Biogas Efisiensi Tinggi Dengan Penambahan eflektor", Tugas akhir, Teknik Mesin ITS Surabaya. Nieuwnehout frans D. [], "Selecting The Pan Size for Different Stoves in Urban Household", Energy Strategy Study stove, akarta. Pallawagau La P [], "Pengujian Daya dan Efisiensi Kompor Minyak Tanah Bersumbu", ournal LEMIGAS. Pramuda Agung S [00], "Pengaruh Sudut eflektor Panas Terhdap Efisiensi Kompor Sumbu Standart", Thesis, Teknik Mesin ITS Surabaya.. Turns Stephen [], An Introduction To Combustion, Concepts And Aplication, Mc. Graw-Hill. Sudarno [00], "Peningkatan efisiensi kompor minyak tanah bersumbu dengan menggunakan reflektor radiasi panas bersirip ", urnal Pengembangan dan Penerapan Teknologi (PPT) DPM Ditjen Dikti DEPDIKNAS, Volume III, No., uli 00, ISSN 0-. World Bank, Energy Departement [], "Test esult on Kerosene and Others Stoves for Developping Countries", Washington.

45

PENGARUH VARIASI TINGGI BEBAN TERHADAP EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU

PENGARUH VARIASI TINGGI BEBAN TERHADAP EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU PENGARUH VARIASI TINGGI BEBAN TERHADAP EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU Sudarno i 1 Abstract : Pengaturan tinggi beban yang kurang tepat merupakan salah satu penyebab rendahnya efisiensi pada kompor

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU DENGAN CARA MENINGKATKAN LUAS AREA API SEKUNDER

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU DENGAN CARA MENINGKATKAN LUAS AREA API SEKUNDER PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU DENGAN CARA MENINGKATKAN LUAS AREA API SEKUNDER Sudarno Fakultas Teknik Jurusan Mesin Universitas Muhammadiyah Ponorogo Jl. Budi Utomo No. 10 Telp. (0352)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan masyarakat menengah ke bawah. Sebagai akibat kenaikan harga. Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Bahan Bakar Gas (BBG)

BAB I PENDAHULUAN. kalangan masyarakat menengah ke bawah. Sebagai akibat kenaikan harga. Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Bahan Bakar Gas (BBG) BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Bahan Bakar Gas (BBG) dan pengurangan jatah BBM bersubsidi khususnya minyak tanah, membawa dampak yang sangat signifikan di

Lebih terperinci

Unjuk Kerja Reflektor Radiasi Panas Bersirip Terhadap Peningkatan Efisiensi Kompor LPG

Unjuk Kerja Reflektor Radiasi Panas Bersirip Terhadap Peningkatan Efisiensi Kompor LPG Unjuk Kerja Reflektor Radiasi Panas Bersirip Terhadap Peningkatan Efisiensi Kompor LPG Sudarno 1,*, Fadelan 1 1 Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik,Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Jl. Budi Utomo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disegala aspek kehidupan manusia. Untuk itu pengaplikasian ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. disegala aspek kehidupan manusia. Untuk itu pengaplikasian ilmu pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah merambah disegala aspek kehidupan manusia. Untuk itu pengaplikasian ilmu pengetahuan termasuk rekayasa enginering,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap individu untuk ikut serta di dalamnya, sehingga sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap individu untuk ikut serta di dalamnya, sehingga sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang disertai oleh perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat menciptakan era globalisasi dan keterbukaan yang menuntut setiap individu untuk ikut serta

Lebih terperinci

Laju Pendidihan. Grafik kecepatan Pendidihan. M.Sumbu 18. M.Sumbu 24. Temperatur ( C) E.Sebaris 3 inch. E.Susun 3 inch. E.Sususn 2 inch.

Laju Pendidihan. Grafik kecepatan Pendidihan. M.Sumbu 18. M.Sumbu 24. Temperatur ( C) E.Sebaris 3 inch. E.Susun 3 inch. E.Sususn 2 inch. Temperatur ( C) Laju Pendidihan Grafik kecepatan Pendidihan 120 100 80 60 40 M.Sumbu 18 M.Sumbu 24 E.Sebaris 3 inch E.Susun 3 inch 20 0 0 20 40 60 80 E.Sususn 2 inch Waktu (menit) Kesimpulan 1. Penggunaan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BIDANG API ISOTHERMAL KOMPOR ENGKEL DINDING API TUNGGAL DAN DINDING API GANDA BERBAHAN BAKAR BIOETHANOL

PERBANDINGAN BIDANG API ISOTHERMAL KOMPOR ENGKEL DINDING API TUNGGAL DAN DINDING API GANDA BERBAHAN BAKAR BIOETHANOL PERBANDINGAN BIDANG API ISOTHERMAL KOMPOR ENGKEL DINDING API TUNGGAL DAN DINDING API GANDA BERBAHAN BAKAR BIOETHANOL Yusufa Anis Silmi (2108 100 022) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono

Lebih terperinci

PENGARUH DIAMETER ELEMEN BARA API TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR LPG

PENGARUH DIAMETER ELEMEN BARA API TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR LPG PENGARUH DIAMETER ELEMEN BARA API TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR LPG Fadelan, Sudarno ABSTRAK Penambahan elemen bara api merupakan upaya meningkatkan efisiensi kompor LPG. Elemen bara api berbentuk

Lebih terperinci

Perbandingan Bidang Api Isothermal Kompor Engkel Dinding Api Tunggal Dan Dinding Api Ganda Berbahan Bakar Bioetanol

Perbandingan Bidang Api Isothermal Kompor Engkel Dinding Api Tunggal Dan Dinding Api Ganda Berbahan Bakar Bioetanol JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Perbandingan Bidang Api Isothermal Kompor Engkel Dinding Api Tunggal Dan Dinding Api Ganda Berbahan Bakar Bioetanol Yusufa Anis Silmi, Djoko Sungkono Teknik

Lebih terperinci

R.R. Vienna Sona Saputri Soetadi Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M.Eng. Sc

R.R. Vienna Sona Saputri Soetadi Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M.Eng. Sc Studi Eksperimen Distribusi Temperatur Nyala Api pada Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan variasi diameter firewall R.R. Vienna Sona Saputri Soetadi 2108 090 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. H. Djoko

Lebih terperinci

Peningkatan Efisiensi Kompor LPG dengan Menggunakan Elemen Bara Api

Peningkatan Efisiensi Kompor LPG dengan Menggunakan Elemen Bara Api JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 19 No. 2, 165-175, November 2016 165 Peningkatan Efisiensi Kompor LPG dengan Menggunakan Elemen Bara Api (The Improvement of The Efficiency of LPG Stoves Using Flames

Lebih terperinci

Peningkatan Efisiensi Kompor LPG Dengan Menggunakan Reflektor Radiasi Panas Bersirip

Peningkatan Efisiensi Kompor LPG Dengan Menggunakan Reflektor Radiasi Panas Bersirip 94 JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 18, No.1, 94-105, Mei 2015 Peningkatan Efisiensi Kompor LPG Dengan Menggunakan Reflektor Radiasi Panas Bersirip (The Improvement of The Efficiency of LPG Stoves Using

Lebih terperinci

UNJUK KERJA KOMPOR BERBAHAN BAKAR BIOGAS EFISIENSI TINGGI DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR

UNJUK KERJA KOMPOR BERBAHAN BAKAR BIOGAS EFISIENSI TINGGI DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR UNJUK KERJA KOMPOR BERBAHAN BAKAR BIOGAS EFISIENSI TINGGI DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR B Y. M A R R I O S Y A H R I A L D O S E N P E M B I M B I N G : D R. B A M B A N G S U D A R M A N T A, S T. M T.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Distribusi Temperatur Nyala Api Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan Variasi Diameter Firewall

Studi Eksperimen Distribusi Temperatur Nyala Api Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan Variasi Diameter Firewall JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 212) ISSN: 231-9271 F-2 Studi Eksperimen Distribusi Temperatur Nyala Api Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan Variasi Diameter Firewall R.R. Vienna Sona Saputri Soetadi

Lebih terperinci

PENGUJIAN EFFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU

PENGUJIAN EFFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU PENGUJIAN EFFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU Budi Santoso 1 Abstract: This research explained the influence number of hole in flame holder at kerosene wick stoves. The object of research was product

Lebih terperinci

PENGARUH MEDAN MAGNET DENGAN JARAK PEMASANGAN PADA SELANG BAHAN BAKAR TERHADAP EFISIENSI KOMPOR GAS LPG

PENGARUH MEDAN MAGNET DENGAN JARAK PEMASANGAN PADA SELANG BAHAN BAKAR TERHADAP EFISIENSI KOMPOR GAS LPG INFO TEKNIK Volume 17 No. 2 Desember 2016 (137-146) PENGARUH MEDAN MAGNET DENGAN JARAK PEMASANGAN PADA SELANG BAHAN BAKAR TERHADAP EFISIENSI KOMPOR GAS LPG Agus Harianto 1), Makinun 2), Heri Santoso 3)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN KOMPOR BRIKET BIOMASS UNTUK LIMBAH KOPI

TUGAS AKHIR PERANCANGAN KOMPOR BRIKET BIOMASS UNTUK LIMBAH KOPI TUGAS AKHIR PERANCANGAN KOMPOR BRIKET BIOMASS UNTUK LIMBAH KOPI Arga Setia Tama NRP. 2408 100 018 PEMBIMBING I Ir. Sarwono, M.MT NIP : 19580530198303 1 002 PEMBIMBING II Ir. Ronny Dwi Noriyati, M Kes NIP

Lebih terperinci

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data 4.1 Data Percobaan Parameter yang selalu tetap pada tiap percobaan dilakukan adalah: P O = 1 atm Panci tertutup penuh Bukaan gas terbuka penuh Massa air pada panci

Lebih terperinci

Modifikasi Ruang Panggang Oven

Modifikasi Ruang Panggang Oven Modifikasi Ruang Panggang Oven Ekadewi A. Handoyo, Fandi D. Suprianto, Jexfry Pariyanto Prodi Teknik Mesin - Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121 131 Surabaya 60236 ekadewi@petra.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Distribusi Temperatur Nyala Api Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan Variasi Diameter Firewall

Studi Eksperimen Distribusi Temperatur Nyala Api Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan Variasi Diameter Firewall JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (212) 1-1 Studi Eksperimen Distribusi Temperatur Nyala Api Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan Variasi Diameter Firewall R.R. Vienna Sona Saputri Soetadi dan Djoko

Lebih terperinci

UJI COBA REKAYASA KOMPOR BERBAHAN BAKAR BIJI JARAK

UJI COBA REKAYASA KOMPOR BERBAHAN BAKAR BIJI JARAK SIDANG TUGAS AKHIR UJI COBA REKAYASA KOMPOR BERBAHAN BAKAR BIJI JARAK DOSEN PEMBIMBING : PROF. DR.IR. H.D.SUNGKONO, M.ENG.SC Sri.suhartini NRP. 2104.109.401 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI DIAMETER BURNER

PERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI DIAMETER BURNER PERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI DIAMETER BURNER Subroto Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan 134 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan Prinsip dasar proses pengeringan adalah terjadinya pengurangan kadar air atau penguapan kadar air oleh

Lebih terperinci

PENGHEMAT BAHAN BAKAR PADA KOMPOR GAS RUMAH TANGGA

PENGHEMAT BAHAN BAKAR PADA KOMPOR GAS RUMAH TANGGA Jurnal Teknik Mesin, Vol. 24, No.1, April 2009 57 PENGHEMAT BAHAN BAKAR PADA KOMPOR GAS RUMAH TANGGA Abdurrachim, D. Wardani & T. Yudi Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP Disusun oleh : SULARTO NIM : D200 08 0081 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar BAB NJAUAN PUSAKA Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar 150.000.000 km, sangatlah alami jika hanya pancaran energi matahari yang mempengaruhi dinamika atmosfer

Lebih terperinci

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK 112 MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK Dalam bidang pertanian dan perkebunan selain persiapan lahan dan

Lebih terperinci

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN Ekoyanto Pudjiono, Gunowo Djojowasito, Ismail Jurusan Keteknikan Pertanian FTP, Universitas Brawijaya Jl. Veteran

Lebih terperinci

PENGARUH KEDALAMAN ALUR PADA DASAR PANCI TERHADAP EFISIENSI PANAS PEMBAKARAN KOMPOR LPG

PENGARUH KEDALAMAN ALUR PADA DASAR PANCI TERHADAP EFISIENSI PANAS PEMBAKARAN KOMPOR LPG PENGARUH KEDALAMAN ALUR PADA DASAR PANCI TERHADAP EFISIENSI PANAS PEMBAKARAN KOMPOR LPG SKRIPSI Diajukan Dan Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jenjang Strata Satu (S1) Pada

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG Ringkasan Tugas Akhir ini disusun Untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh derajat sarjana S1 Pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIOMASSA KERING (KAYU) SEBAGAI BAHAN BAKAR UNTUK MENGUJI KERJA PROTOTYPE KOMPOR BIOMASSA

PEMANFAATAN BIOMASSA KERING (KAYU) SEBAGAI BAHAN BAKAR UNTUK MENGUJI KERJA PROTOTYPE KOMPOR BIOMASSA Buana Sains Vol 12 No 1: 75-82, 2012 75 PEMANFAATAN BIOMASSA KERING (KAYU) SEBAGAI BAHAN BAKAR UNTUK MENGUJI KERJA PROTOTYPE KOMPOR BIOMASSA C. F. Mamuaja dan L. Y. Hunta Universitas Sam Ratulangi, Manado

Lebih terperinci

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER Rianto, W. Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Gondangmanis PO.Box 53-Bae, Kudus, telp 0291 4438229-443844, fax 0291 437198

Lebih terperinci

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan Mahasiswa Program S1 Fisika Bidang Fisika Energi Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP Putro S., Sumarwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Muhamadiyah Surakarta Jalan Ahmad Yani Tromol Pos I Pebelan,

Lebih terperinci

Bab III Rancangan dan Prosedur Percobaan

Bab III Rancangan dan Prosedur Percobaan Bab III Rancangan dan Prosedur Percobaan Seperti yang telah ditentukan dalam bab sebelumnya, penghematan dilakukan dengan menggunakan selubung pengumpul aliran gas hasil pembakaran di sekitar panci. Percobaan

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator

Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator Nur Robbi Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Islam Malang Jl. MT Haryono 193 Malang 65145 E-mail: nurrobbift@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI II DSR TEORI 2. Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 82 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua

Lebih terperinci

Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap

Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 5 No.1. April 2011 (98-102) Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap Made Sucipta, Ketut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai langkah untuk memenuhi kebutuhan energi menjadi topik penting seiring dengan semakin berkurangnya sumber energi fosil yang ada. Sistem energi yang ada sekarang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN OVEN UNTUK MENGERINGKAN TOKEK DENGAN SUMBER PANAS UDARA YANG DIPANASKAN KOMPOR LPG

RANCANG BANGUN OVEN UNTUK MENGERINGKAN TOKEK DENGAN SUMBER PANAS UDARA YANG DIPANASKAN KOMPOR LPG RANCANG BANGUN OVEN UNTUK MENGERINGKAN TOKEK DENGAN SUMBER PANAS UDARA YANG DIPANASKAN KOMPOR LPG Oleh: ANANTA KURNIA PUTRA 107.030.047 Dosen Pembimbing: Ir. JOKO SASETYANTO, MT D III TEKNIK MESIN FTI-ITS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CakraM Vol. 4 No.1. April 2010 (7-15) Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap I Gst.Ketut Sukadana, Made Sucipta & I Made Dhanu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat BAB II DASAR TEORI 2.. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah proses berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat tersebut. Perpindahan

Lebih terperinci

PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA

PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA Rasyid Atmodigdo 1, Muhammad Nadjib 2, TitoHadji Agung Santoso 3 Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C NASKAH PUBLIKASI PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C Makalah Seminar Tugas Akhir ini disusun sebagai

Lebih terperinci

POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA

POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3 POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA KMT-8 Marwani Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Palembang Prabumulih

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIK KOMPOR GAS BAHAN BAKAR LPG SATU TUNGKU DENGAN SISTEM PEMANTIK MEKANIK KHUSUS UNTUK USAHA MIKRO

SPESIFIKASI TEKNIK KOMPOR GAS BAHAN BAKAR LPG SATU TUNGKU DENGAN SISTEM PEMANTIK MEKANIK KHUSUS UNTUK USAHA MIKRO LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 56/M-IND/PER/5/2009 TANGGAL : 28 Mei 2009 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Perbandingan Distribusi Temperatur Pada Drum Brakes Standar dan Modifikasi

Perbandingan Distribusi Temperatur Pada Drum Brakes Standar dan Modifikasi Perbandingan Distribusi Temperatur Pada Drum Brakes Standar dan Modifikasi Djoko Sungkono, Feri Fatkur Rizal Jurusan Teknik Mesin FTI- ITS surabaya Abstrak Cepatnya keausan kampas rem pada kendaraan bus

Lebih terperinci

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci

9/17/ KALOR 1

9/17/ KALOR 1 9. KALOR 1 1 KALOR SEBAGAI TRANSFER ENERGI Satuan kalor adalah kalori (kal) Definisi kalori: Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Satuan yang lebih sering

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Pemanfaatan energi surya memakai teknologi kolektor adalah usaha yang paling banyak dilakukan. Kolektor berfungsi sebagai pengkonversi energi surya untuk menaikan

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Lebih terperinci

PENGANTAR PINDAH PANAS

PENGANTAR PINDAH PANAS 1 PENGANTAR PINDAH PANAS Oleh : Prof. Dr. Ir. Santosa, MP Guru Besar pada Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Padang, September 2009 Pindah Panas Konduksi (Hantaran)

Lebih terperinci

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap BAB III METODE PENELETIAN Metode yang digunakan dalam pengujian ini dalah pengujian eksperimental terhadap alat destilasi surya dengan memvariasikan plat penyerap dengan bahan dasar plastik yang bertujuan

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Temperatur Air Terhadap Aliran fluida dan laju Pemanasan Pada Alat Pemanas Air

Analisa Pengaruh Temperatur Air Terhadap Aliran fluida dan laju Pemanasan Pada Alat Pemanas Air Analisa Pengaruh Temperatur Air Terhadap Aliran fluida dan laju Pemanasan Pada Alat Pemanas Air Anang Subardi Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH Sampah adalah sisa-sisa atau residu yang dihasilkan dari suatu kegiatan atau aktivitas. kegiatan yang menghasilkan sampah adalah bisnis, rumah tangga pertanian dan pertambangan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR BIOETANOL TIPE SIDE BURNER DENGAN VARIASI DIAMETER FIREWALL 3 INCI DAN 2.5 INCI

PERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR BIOETANOL TIPE SIDE BURNER DENGAN VARIASI DIAMETER FIREWALL 3 INCI DAN 2.5 INCI Tugas Akhir : PERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR BIOETANOL TIPE SIDE BURNER DENGAN VARIASI DIAMETER FIREWALL 3 INCI DAN 2.5 INCI Dosen Pembimbing : Prof.DR.Ir.H.D.Sungkono Kawano, M.Eng.Sc Oleh : Rizka Andika

Lebih terperinci

ANALISA BAHAN ISOLASI PIPA SALURAN UAP PANAS PADA BOILER UNTUK MEMINIMALISASI HEAT LOSS. Muntolib**) dan Rusdiyantoro*)

ANALISA BAHAN ISOLASI PIPA SALURAN UAP PANAS PADA BOILER UNTUK MEMINIMALISASI HEAT LOSS. Muntolib**) dan Rusdiyantoro*) ANALISA BAHAN ISOLASI PIPA SALURAN UAP PANAS PADA BOILER UNTUK MEMINIMALISASI HEAT LOSS Muntolib**) dan Rusdiyantoro*) Abstrak Uap panas merupakan sumber utama dalam mengolah produksi, aliran pipa uap

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN OVEN BERKAPASITAS 0,5 KG BAHAN BASAH DENGAN PENAMBAHAN BUFFLE UNTUK MENGARAHKAN SIRKULASI UDARA PANAS DI DALAM OVEN

RANCANG BANGUN OVEN BERKAPASITAS 0,5 KG BAHAN BASAH DENGAN PENAMBAHAN BUFFLE UNTUK MENGARAHKAN SIRKULASI UDARA PANAS DI DALAM OVEN RANCANG BANGUN OVEN BERKAPASITAS 0,5 KG BAHAN BASAH DENGAN PENAMBAHAN BUFFLE UNTUK MENGARAHKAN SIRKULASI UDARA PANAS DI DALAM OVEN Oleh : FARIZ HIDAYAT 2107 030 011 Pembimbing : Ir. Joko Sarsetyanto, MT.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,

Lebih terperinci

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger Pengaruh Tebal Isolasi Thermal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen

Lebih terperinci

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja Ketut Astawa1, Nengah Suarnadwipa2, Widya Putra3 1.2,3

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 009 DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48 PENGARUH SIRIP CINCIN INNER TUBE TERHADAP KINERJA PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER Sujawi Sholeh Sadiawan 1), Nova Risdiyanto Ismail 2), Agus suyatno 3) ABSTRAK Bagian terpenting dari Heat excanger

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR Alexander Clifford, Abrar Riza dan Steven Darmawan Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara e-mail: Alexander.clifford@hotmail.co.id Abstract:

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BB III METODOLOGI PENELITIN Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah pengujian eksperimental terhadap lat Distilasi Surya dengan menvariasi penyerapnya dengan plastik hitam dan aluminium foil.

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-91 Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Performa Heat Exchanger Jenis Compact Heat Exchanger (Radiator)

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE NON FIN SATU PASS, SHELL TIGA PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE NON FIN SATU PASS, SHELL TIGA PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE NON FIN SATU PASS, SHELL TIGA PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON Disusun Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Progam Studi Strara 1 Pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI SISTEM PEMANAS AIR KAMAR MANDI MENGGUNAKAN INJEKSI GELEMBUNG UDARA

PENINGKATAN EFISIENSI SISTEM PEMANAS AIR KAMAR MANDI MENGGUNAKAN INJEKSI GELEMBUNG UDARA REKAYASA LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENINGKATAN EFISIENSI SISTEM PEMANAS AIR KAMAR MANDI MENGGUNAKAN INJEKSI GELEMBUNG UDARA Oleh : Ir. Sartono Putro, M.T. Ir. Jatmiko, M.T. DIBIAYAI DIREKTORAT

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric) BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Modul termoelektrik adalah sebuah pendingin termoelektrik atau sebagai sebuah pompa panas tanpa menggunakan komponen bergerak (Ge dkk, 2015, Kaushik dkk, 2016). Sistem pendingin

Lebih terperinci

PENGUJIAN EFFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU. Budi Santoso *)

PENGUJIAN EFFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU. Budi Santoso *) PEGUJIA EFFISIESI KOMPOR MIYAK TAAH BERSUMBU Bi Santoso *) ABSTRACT: This research explained the influence number of hole in flame holder at kerosene wick stoves. The object of research was product from

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas/Kalor Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konversi dari energi kimia menjadi energi mekanik saat ini sangat luas digunakan. Salah satunya adalah melalui proses pembakaran. Proses pembakaran ini baik berupa

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE

BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE Setelah selesai pembuatan prototipe, maka dilakukan evaluasi prototipe, apakah prototipe tersebut telah sesuai dengan SNI atau tidak, setelah itu baru

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara 1 Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara Afrizal Tegar Oktianto dan Prabowo Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL & ANALISIS

BAB 4 HASIL & ANALISIS BAB 4 HASIL & ANALISIS 4.1 PENGUJIAN KARAKTERISTIK WATER MIST UNTUK PEMADAMAN DARI SISI SAMPING BAWAH (CO-FLOW) Untuk mengetahui kemampuan pemadaman api menggunakan sistem water mist terlebih dahulu perlu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Solar Menurut Syarifuddin (2012), solar sebagai bahan bakar yang berasal dari minyak bumi yang diproses di tempat pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Desember 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pemanasan atau pendinginan fluida sering digunakan dan merupakan kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang elektronika. Sifat

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK 3.1. Flowchart Pengolahan dan Pengujian Minyak Biji Jarak 3.2. Proses Pengolahan Minyak Biji Jarak Proses pengolahan minyak biji jarak dari biji buah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Wire Cut adalah Suatu mesin potong dengan cara menggunakan tembaga untuk pembakaran. Tembaga tersebut dialirkan panas untuk memotong baja sehingga. Air adalah media yang berguna sebagai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridhonya kami bisa menyelesaikan makalah yang kami beri judul suhu dan kalor ini tepat pada waktu yang

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR

PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR Nafisha Amelya Razak 1, Maksi Ginting 2, Riad Syech 2 1 Mahasiswa Program S1 Fisika 2 Dosen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii SURAT PERNYATAAN... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xii

Lebih terperinci

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar Bab II Ruang Bakar Sebelum berangkat menuju pelaksanaan eksperimen dalam laboratorium, perlu dilakukan sejumlah persiapan pra-eksperimen yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan pedoman

Lebih terperinci

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN RINI YULIANINGSIH APA ITU PINDAH PANAS? Pindah panas adalah ilmu yang mempelajari transfer energi diantara benda yang disebabkan karena perbedaan suhu Termodinamika digunakan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) ISSN:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) ISSN: JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) ISSN: 2301-9271 1 Studi Eksperimen Pengaruh Penambahan Gas HHO Pada Bahan Bakar Kerosene Terhadap Distribusi Temperatur Nyala Api Kompor Tekan (Blowtorch) Menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dengan topik Desain Cetakan Tapioca Based Puffed Snack Panggang Dengan Bahan Dasar Stainless Steel dan Aluminium dilakukan di Laboratorium Teknik

Lebih terperinci