BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK"

Transkripsi

1 BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK Beberapa penelitian menyatakan bahwa kegagalan perawatan endodontik sering terjadi akibat restorasi yang tidak adekuat. Hal ini menyebabkan restorasi yang tepat menjadi lebih penting dibandingkan dengan penutupan apikal (Baumgardneer et al., 1995) 3.1. Dasar Pertimbangan dalam Menetapkan Restorasi Gigi setelah Perawatan Endodontik Perencanaan pemilihan restorasi harus dilakukan dengan beberapa pertimbangan. Ford menyatakan hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan restorasi adalah: 1. Banyaknya jaringan gigi tersisa Banyaknya struktur jaringan gigi tersisa mempengaruhi retensi dan resistensi dari gigi. Pemilihan restorasi untuk menggantikan struktur gigi yang telah hilang sangat dipengaruhi oleh banyaknya struktur gigi tersisa (Garg, 2011). 2. Fungsi gigi Fungsi gigi dalam lengkung rahang akan mempengaruhi beban kunyah yang diterima gigi. Pemilihan restorasi dipengaruhi oleh fungsi dari gigi (Segovic, 2004). 15

2 16 3. Posisi atau lokasi gigi Gigi anterior membutuhkan pertimbangan estetik yang lebih dibandingkan dengan gigi posterior. Restorasi pada gigi anterior harus memiliki niali estetik yang baik (Cheung, 2011). 4. Morfologi atau anatomi saluran akar Morfologi saluran akar berpengaruh dalam pemilihan restorasi. Morfologi akar yang bengkok dapat menjadi pertimbangan jika ingin direstorasi dengan mahkota pasak (Cheung, 2011) Semakin sedikit sisa dari struktur gigi dan semakin besar fungsi gigi dalam lengkung rahang, pemilihan restorasi harus dilakukan dengan lebih hati-hati. Gigi dengan sisa struktur gigi yang sedikit dan beban kunyah yang besar memiliki risiko fraktur yang lebih tinggi, sehingga perencanaan harus dilakukan dengan lebih baik (Ford, 2004) 3.2. Menetapkan Restorasi Gigi setelah Perawatan Endodontik Kegagalan restorasi setelah perawatan endodontik yang sering terjadi diantaranya adalah kebocoran tepi, lepasnya restorasi, fraktur restorasi, atau fraktur dari gigi yang telah direstorasi. Terdapat beberapa dasar pertimbangan dalam memilih restorasi setelah perawatan endodontik agar restorasi dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama (Suprastiwi, 2006).

3 Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh restorasi setelah perawatan endodontik: 1. Menutupi koronal secara menyeluruh Restorasi pada gigi yang telah dirawat endodontik harus dapat menutupi koronal secara menyeluruh agar dapat mencegah terjadinya infeksi berulang (Ford, 2004). 2. Melindungi struktur gigi yang tersisa Gigi yang telah dirawat endodontik seringkali kehilangan jaringan keras dalam jumlah besar, sehingga gigi menjadi rentan terhadap fraktur. Restorasi harus dapat melindungi struktur gigi yang tersisa, agar gigi terhindar dari risiko fraktur (Ford, 2004) 3. Memiliki retensi agar restorasi tidak lepas Bentuk retensi adalah suatu bentuk preparasi kavitas sedemikian rupa sehingga restorasi tidak terlepas dari gigi. Pemilihan restorasi dilakukan dengan mempertimbangkan bentuk retensi dari gigi (Roberson et al., 2006 ; Segovic, 2004). 4. Memiliki resistensi agar mampu menahan daya kunyah Bentuk resistensi adalah suatu bentuk kavitas sedemikian rupa sehingga gigi bersama restorasi dapat menahan beban kunyah (Walmsley et al., 2007). Semakin lebar istmus kavitas oklusoproksimal, resistensi gigi terhadap fraktur semakin rendah. Bentuk resistensi sangat penting, karena bentuk resistensi yang kurang menyebabkan restorasi atau gigi pecah. Masing-

4 18 masing restorasi memiliki bentuk resistensi untuk mencegah pecahnya restorasi. Resistensi gigi terhadap fraktur menurun dengan semakin lebarnya istmus dari kavitas oklusoproksimal (Ford, 2004) 5. Mampu mengembalikan fungsi gigi, yaitu fungsi pengunyahan, estetik, bicara, dan menjaga gigi antagonis dan gigi sebelahnya (Cohen, 2011 ; Segovic et al., 2004 ; Sisthaningsih & Suprastiwi, 2006) Jenis Restorasi untuk Gigi setelah Perawatan Endodontik Macam-macam restorasi setelah perawatan endodontik dapat berdasarkan beberapa pertimbangan. Salah satu pertimbangan adalah berdasarkan lokasi gigi, yaitu anterior dan posterior (Ford, 2004 ; Weine, 2004) Jenis Restorasi setelah Perawatan Endodontik untuk Gigi Anterior Gigi anterior yang telah dirawat endodontik dan memiliki struktur jaringan gigi yang sehat masih banyak, serta retensi yang cukup, dapat direstorasi secara langsung dengan komposit resin atau semen glass ionomer (Garg, 2011). Restorasi komposit dan glass ionomer tedapat pada Gambar 3.1. dan 3.2.

5 19 (a) (b) Gambar 3.1. Restorasi Komposit Resin Gigi Anterior (Brenna et al., 2009) a. Gigi sebelum direstorasi b. Gigi setelah direstorasi dengan komposit resin (a) (b) Gambar 3.2. Restorasi Glass Ionomer pada Gigi Anterior (Brenna et al., 2009) a. Gigi sebelum direstorasi b. Gigi setelah direstorasi dengan semen glass ionomer Gigi anterior dengan pewarnaan yang meliputi lebih dari setengah atau seluruh koronal, dapat direstorasi dengan veneer komposit atau porselen, seperti pada Gambar 3.3. Pilihan perawatan lain untuk pewanaan gigi adalah bleaching (Garg, 2011 ; Segovic, 2004).

6 20 (a) (b) Gambar 3.3. Gigi dengan Pewarnaan yang Direstorasi dengan Veneer (Brenna et al., 2009) a. Gigi dengan pewarnaan b. Gigi yang telah direstorasi dengan veneer Gigi anterior dengan sisa jaringan keras gigi sedikit, retensi dari jaringan gigi yang tersisa tidak adekuat, dan tidak dapat digunakan restorasi lain, maka aspasak dan inti menjadi pilihan. Restorasi komposit menjadi kontraindikasi jika sisa jaringan kurang dari sepertiga koronal (Cheung, 2011 ; Garg, 2011). Restorasi pasak terdapat pada /Gambar 3.4. (a) (b) (c) Gambar 3.4. Gigi setelah Perawatan Endodontik dengan Struktur Gigi Sehat yang Tersisa Sedikit (Brenna et al., 2009) a. Gigi sebelum direstorasi b. Penempatan pasak pada gigi c. Gigi yang telah direstorasi

7 21 Gigi anterior rahang atas harus menahan stress lateral dari gigi rahang bawah, yang akan diteruskan sepanjang pasak sehingga memiliki kecenderungan untuk patah. Hal ini menyebabkan penempatan pasak harus dilakukan dengan tekanan seminimal mungkin (Segovic, 2004). Gigi anterior rahang bawah memiliki anatomi akar yang menyulitkan dalam penempatan pasak. Bentuk akar gigi yang sempit secara dimensi mesiodistal menyebabkan penempatan pasak harus dilakukan dengan hati-hati (Cheung, 2011). Mahkota pasak merupakan suatu restorasi indirek. Restorasi ini terdiri dari dua komponen, yaitu inti dan pasak. Inti dapat dibuat dengan bahan dental amalgam, komposit resin, semen glass ionomer, atau logam cor (Qualthrough, 2005 ; Walmsley, 2007). Restorasi mahkota pasak gigi anterior terdapat pada Gambar 3.5. Gambar 3.5. Restorasi Mahkota Pasak Gigi Anterior (Brenna et al., 2009) Pasak dan inti yang ideal harus memenuhi beberapa sifat, diantaranya modulus elastisitas, compresive strength, dan koefisien ekspansi termal yang sama

8 22 dengan dentin. Sifat lain yang harus dimiliki adalah ketahanan terhadap korosi dan kemampuan untuk berikatan yang baik (Cheung, 2011). Mahkota pasak digunakan terutama pada gigi dengan kehilangan struktur mahkota dalam jumlah besar. Pembuangan kamar pulpa pada perawatan endodontik menyebabkan gigi membutuhkan dukungan baik, dari internal maupun eksternal, karena itu mahkota pasak menjadi indikasi (Weine, 2004). Mahkota pasak diindikasikan menjadi restorasi setelah perawatan endodontik pada gigi anterior jika jaringan keras gigi yang tersisa tidak memiliki bentuk retensi yang adekuat, yaitu pada gigi dengan sisa kehilangan struktur gigi dalam jumlah besar dan membutuhkan penutupan menyeluruh (Garg, 2011 ; Weine, 2004). Mahkota pasak menjadi kontraindikasi pada keadaan seperti terdapat tanda kegagalan perawatan endodontik, retensi, dan resistensi cukup untuk direstorasi menggunakan bahan plastis, serta jika terdapat lateral stress akibat bruxism atau heavy incisal stress (Garg, 2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi pasak antara lain adalah panjang, diameter, preparasi, bentuk dan tekstur permukaan pasak, serta luting agent atau bahan perekat. Pasak dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu prefabricated dan custom made (Fradani, 2008 ; Paula et al., 2011) 1. Pasak Prefabricated Pasak prefabricated dapat diklasifikasikan menjadi aktif dan pasif. Pasak aktif atau screw type secara mekanik berikatan dengan dinding saluran akar dan memiliki retensi yang baik, namun selama penempatan dan pengunyahan akan

9 23 menimbulkan tekanan pada saluran akar. Pasak pasif atau cemented tidak berikatan dengan dinding saluran akar dan lebih tidak retentif dibandingkan pasak aktif, namun tekanan yang dihasilkan selama penempatan dan pengunyahan juga lebih minimal (Cheung, 2011 ; Garg, 2011). Pilihan bahan untuk pasak prefabricated adalah alloy, stainless steel, titanium, gold plated brass, porselen, dan fiber reinforced polymer. Pasak metal seringkali menyebabkan terjadinya bayangan abu-abu (grey zone) pada daerah servikal gingival dan dalam penggunaannya masih diperlukan pembuangan daerah undercut untuk adaptasi pasak. Pasak fiber banyak dipakai sekarang ini (Cheung, 2011 ; Garg, 2011). Berbagai macam pilihan bahan pasak terdapat pada Gambar 3.6. Gambar 3.6. Pilihan Bahan Pasak (Walmsley, 2007) a. Pasak dan inti custom made logam b. Pasak metal dari bahan titanium dan alloy c. Pasak zirconia d. Pasak fiber Keuntungan penggunaan pasak fiber adalah non galvanis, tidak rentan korosi, dan mencegah risiko kebocoran mikro. Pasak fiber memiliki sifat fisik,

10 24 modulus elastisitas, compressive strength, dan koefisien ekspansi termal yang hampir sama dengan dentin. Kemampuan menyerap dan menyalurkan gaya sama dengan gigi, sehingga mencegah fraktur pada akar. Nilai estetik lebih baik dibandingkan dengan pasak logam, tidak ada risiko korosi dan diskolorasi. Keuntungan lain dari pasak fiber adalah dapat dikerjakan dengan sekali kunjungan. (Adanir, 2007 ; Gaikwad, 2011 ; Uddanwadiker, 2007). Pasak fiber dapat memperbaiki sifat fisik dan mekanis dari komposit. Beberapa tipe fiber diantaranya adalah glass, karbon, Kevlar TM, Vectran TM, dan polyethylene (Barutcigil et al., 2009). Pasak fiber digunakan pada konsep yang tengah berkembang saat ini, yaitu konsep monoblok. Monoblok merupakan konsep menggunakan bahan adhesif sebagai keseluruhan restorasi pada gigi setelah perawatan endodontik, seperti pada Gambar 3.7. Sealer, bahan pengisi adhesif, sistem pasak adhesif yaitu dengan menggunakan pasak fiber, dan inti atau restorasi dari bahan adhesif. Semen yang digunakan merupakan resin dual cure (Belli et al., 2011) Ilustrasi Konsep Monoblok (Brenna et al., 2009) a. Perlekatan pasak dengan inti b. Perlekatan pasak dengan semen luting c. Perlekatan dentin dengan semen luting

11 25 Konsep ini dapat memberi perlindungan yang lebih pada gigi yang telah dirawat endodontik dan dapat memperkuat akar gigi. Hal ini dikarenakan keseluruhan bahan yang digunakan homogen secara mekanis dengan dentin pada akar (Belli et al., 2011 ; Tay et al., 2007). Hasil penelitian yang dilakukan Sonya (2007), didapatkan kekuatan retensi pasak fiber yang disemen dengan semen resin lebih besar dibandingkan dengan pasak fiber yang disemen dengan semen glass ionomer. Baru-baru ini telah banyak dilaporkan bahwa sistem semen resin adhesif menghasilkan retensi yang paling baik untuk desain pasak fiber maupun metal (Buttel et al., 2009 ; Vallittu, 1999). 2. Pasak Custom made Bahan pilihan untuk pasak custom made adalah alloy dan porselen. Mahkota pasak custom made dan inti logam emas sudah digunakan dalam beberapa dekade sebagai restorasi setelah perawatan endodontik. Alloy logam lain juga dapat digunakan sebagai bahan pasak, namun tingkat kekerasannya dapat menyebabkan fraktur akar, sehingga klinisi lebih memilih pasak dan inti emas sebagai restorasi gigi anterior. Kelemahan bahan alloy emas adalah nilai estetiknya yang rendah, sehingga sekarang tengah berkembang penggunaan restorasi all porcelain dan metal porselen (Cheung, 2011 ; Garg, 2011). Custom made diindikasikan untuk gigi dengan akar tunggal terutama pada gigi dengan sisa mahkota yang minimal, karena pada kondisi yang demikian pasak yang digunakan harus mampu menahan terjadinya rotasi pada saat penempatan dan pengunyahan (Garg, 2011).

12 Jenis Restorasi setelah Perawatan Endodontik untuk Gigi Posterior Gigi posterior menerima beban kunyah lebih besar dibandingkan dengan gigi anterior, karena itu pertimbangan dalam pemilihan restorasi juga berbeda. Faktor yang paling utama dalam menentukan restorasi adalah banyaknya jaringan gigi sehat yang tersisa (Garg, 2011). Gigi yang tidak berisiko fraktur dan memiliki sisa jaringan cukup banyak, diindikasikan menggunakan restorasi sederhana. Kavitas yang tidak meliputi proksimal dapat direstorasi dengan komposit high strength untuk gigi posterior (Cheung, 2011 ; Cohen, 2011 ; Garg, 2011), seperti pada Gambar 3.8. (a) (b) Gambar 3.8. Restorasi Direk Komposit setelah Perawatan Endodontik (Brenna et al., 2009) a. Sebelum gigi direstorasi b. Setelah gigi direstorasi dengan komposit resin Logam cor sepeti alloy emas, mahkota emas, makota metal porselen, dan restorasi all porcelain, merupakan restorasi pilihan pada gigi posterior yang telah dirawat endodontik, seperti pada Gambar 3.9 dan Restorasi ini melindungi gigi dengan baik, walaupun membutuhkan pembuangan jaringan dan biayanya cukup besar (Cheung, 2011 ; Garg, 2011).

13 27 (a) (b) Gambar 3.9. Restorasi Onlay Logam Cor (Sedyaningsih, 2010) a. Sebelum gigi direstorasi b. Setelah gigi direstorasi dengan onlay logam cor (a) (b) Gambar Restorasi Mahkota Porselen (Aschheim & Dale, 2001) a. Gigi sebelum direstorasi b. Gigi setelah direstorasi dengan mahkota porselen Gigi posterior selalu membutuhkan perlindungan koronal karena beban kunyahnya yang besar. Premolar lebih rentan terhadap fraktur dibandingkan dengan gigi molar dan harus direstorasi minimal dengan onlay pada kedua bonjol (Segovic, 2004), seperti pada Gambar 3.11.

14 28 Gambar Restorasi Onlay Indirek pada Gigi Premolar (Walmsley, 2007). Gigi posterior secara umum tidak menggunakan mahkota pasak sebagai restorasi. Ukuran kamar pulpa yang besar menyebabkan gigi posterior lebih baik direstorasi dengan onlay atau mahkota penuh (Johnson, 2002 ; Stock et al., 2007 ; Weine, 2004). Mahkota pasak, seperti pada Gambar menjadi pilihan jika restorasi yang lain tidak memiliki retensi yang cukup untuk menggantikan struktur gigi yang hilang, karena beberapa penelitian menyatakan bahwa restorasi mahkota pasak dapat meningkatkan risiko fraktur (Cheung, 2005 ; Schwartz, 2004 ; Tronstad, 2003). Gambar Restorasi Mahkota Pasak (Johnson, 2002)

15 Jenis Bahan Restorasi untuk Gigi setelah Perawatan Endodontik Terdapat beberapa jenis restorasi yang dapat digunakan untuk gigi setelah perawatan endodontik. Bahan restorasi tersebut diantaranya adalah komposit resin, semen glass ionomer, porselen, dental amalgam, dan logam cor (Suprastiwi, 2006) Komposit Resin Resin komposit terdiri dari empat komponen utama, yaitu matriks organik, filler anorganik, coupling agent, dan sistem inisiatior-akselerator (Powers and Sakaguchi, 2006). Ukuran dan filler bermacam-macam (Roberson, et al., 2006). Filler jenis hybrid muncul sekitar tahun Ukuran partikel filler ratarata 0,5-1 µm dengan 75%-80% dari berat. Komposit ini kuat dan mempunyai permukaan yang lebih halus dari microfill setelah pemolesan (Gladwin and Bagby, 2009). Filler nanofill terdiri dari zirkonia-silika, nanocluster dan partikel nano silika. Filler ini mempunyai ukuran yang sangat kecil, yaitu kurang dari 20 nm atau berkisar antara 0,05-0,01µm, sehingga komposit ini lebih mudah dipoles (Mitra, et al., 2003; Roberson, et al., 2006). Beberapa sifat bahan komposit resin diantaranya adalah memiliki nilai estetik yang baik, koefisien ekspansi termal tiga kali lebih besar dibandingkan struktur gigi, dan modulus elastisitas rendah, yaitu lbs/in 2 (Roberson et al., 2006 ; Scianamblo, 2002). Restorasi dengan bahan komposit terdapat pada Gambar 3.13.

16 30 Gambar Restorasi Komposit pada Gigi yang telah Dirawat Endodontik (Brenna et al., 2009) Komposit resin merupakan campuran resin polimerisasi yang diperkuat oleh filler anorganik. Memiliki compressive strength sekitar 280 Mpa dengan modulus elastisitas sekitar Gpa, yang mendekati dentin. Ketahanan fraktur dari restorasi bonded sama dengan gigi. Resin komposit dengan penyinaran yang tepat memiliki sifat mekanis baik dan dapat memperkuat stuktur gigi melalui mekanisme bonding (Cohen, 2011). Kekurangan dari komposit adalah penyusutan yang terjadi selama polimerisasi. Penyusutan ini mengakibatkan masalah dalam jangka waktu yang lama. Perkembangan dental komposit resin menyebabkan restorasi ini menjadi bahan alternatif sebagai pengganti dari dental amalgam untuk gigi posterior, yaitu dengan menggunakan komposit hight strength untuk gigi posterior (Cohen, 2011 ; Walmsley, 2007). Bahan ini menjadi pilihan jika pasien tidak mengiginkan pembuangan jaringan gigi yang lebih banyak. Komposit resin ini dapat digunakan sebagai restorasi gigi setelah perawatan endodontik (Walmsley, 2007 ; Garg, 2011 ; Manhart, 2011).

17 31 Restorasi setelah perawatan endodotik dengan menggunakan bahan komposit dapat dibuat secara direk maupun indirek. Restorasi direk menjadi pilihan pada kavitas yang kecil, yaitu kehilangan satu linggir proksimal dan kehilangan satu atau dua bonjol (Brenna et al., 2009 ; Walmsley, 2007). Restorasi indirek menjadi pilihan pada gigi yang kehilangan struktur gigi dalam jumlah besar. Resin komposit indirek dikerjakan di laboraturium dapat meningkatkan conversion rate dari polimer dan sifat fisik dari bahan restorasi. Komposit indirek memiliki kekuatan dan wear resistance yang lebih baik. Keuntungan komposit resin yang dibuat secara indirek diantaranya adalah menurunkan risiko penyusutan polimer, memudahkan dalam insersi, dan hasil estetik yang lebih baik (Settembrini, 1998 ; Walmsley, 2007) Semen Glass Ionomer Semen Glass Ionomer merupakan materi plastis yang terdiri dari glass aluminosilikat dengan kandungan fluor yang tinggi, berinteraksi dengan asam polialkenoic. Semen glass ionomer memberikan estetik yang baik, terutama sebagai restorasi pada gigi anterior (Mount, 1994). Compressive strength dan kekerasan dari Glass Ionomer rendah. Compressive stregth glass ionomer adalah yaitu 150 Mpa atau psi. Tensile strength semen glass ionomer sebesar 6,6 Mpa atau 960 psi. Besarnya kekerasan semen glass ionomer adalah 48 KHN. Semen glass ionomer bersifat rapuh sehingga tidak digunakan untuk tambalan di bagian oklusal yang menahan daya kunyah besar (Suprastiwi, 2006 ; Annusavice, 1996).

18 32 Glass ionomer bersifat biokompatibel, yaitu menunjukkan efek biologis yang baik terhadap struktur gigi. Ketahanan terhadap reaksi pulpa lebih tinggi daripada zinc oxida-eugenol, tetapi lebih rendah daripada semen zinc phospate (Qualtrough, 2005). Kelebihan dari semen glass ionomer adalah bersifat adhesif. Semen glass ionomer mampu berikatan dengan enamel dan dentin secara kimia. Ikatan tersebut bersifat adhesif dan memerlukan ikatan mekanik dengan kavitas yang telah dipreparasi sehingga menghasilkan penutupan yang baik (Suprastiwi, 2006). Keunggulan lain dari semen glass ionomer adalah bersifat antikariogenik, yaitu dapat mencegah terjadinya karies, disebabkan terjadinya pembebasan flouride oleh semen. Demikian halnya dengan enamel yang berkontak dengan restorasi semen tersebut, akan memperoleh flouride sehingga dapat meningkatkan daya tahan terhadap asam (Qualtrough, 2005). Kekurangan dari semen glass ionomer adalah ketahanan terhadap abrasi yang kurang. Semen glass ionomer kurang kuat, tidak dapat menahan gaya mastikasi yang besar. Semen ini juga tidak tahan terhadap keausan penggunaan dibandingkan bahan restorasi estetik lainnya, seperti komposit dan keramik (Roberson, 2006). Restorasi glass ionomer merupakan indikasi pada gigi setelah perawatan endodontik dengan beban kunyah minimal, seperti pada gigi anterior dengan kerusakan jaringan yang tidak terlalu banyak. Restorasi ini merupakan kontraindikasi pada gigi dengan beban kunyah yang besar, seperti pada gigi posterior (Mount, 1994 ; Roberson et al., 2006 ; Suprastiwi, 2006).

19 Porselen Komposisi dari porselen konvensional adalah Silika (SiO 2 ), felsdpar potas (K 2 O.Al 2 O 3.6SiO 2 ), feldspar soda (Na 2 O.Al 2 O 3.6SiO 2 ), dan pigmen. Silika terdapat dalam empat bentuk, yaitu quartz kristalin, kristobalit kristalin, trydimite kristalin, dan silika gabungan non kristal (Anusavice, 1996). Porselen dapat diklasifikasikan menurut temperatur pembakaran, aplikasi, teknik pembuatan, dan fase kristalin. Berdasarkan temperatur pembakaran, porselen diklasifikasikan menjadi high fusing, medium fusing, low fusing, dan ultra low fusing (Craig, 2002). High fusing merupakan porselen paling kuat dibandingkan dengan ketiga lainnya, translusensi baik, dan dapat menjaga keakuratan bentuk dalam proses pembakaran berulang. Tipe ini digunakan sebagai elemen gigi tiruan (Craig, 2002). Medium dan low fusing memiliki homogenitas bubuk yang baik, menguntungkan selama proses pembakaran. Tipe ini digunakan untuk restorasi all porcelain dan metal porselen. Ultra low dan low fusing digunakan sebagai restorasi mahkota dan jembatan (Craig, 2002). Berdasarkan aplikasi, porselen dibedakan menjadi porselen untuk mahkota dan jembatan, all porcelain sebagai restorasi inlay, onlay, mahkota, veneer, dan porselen untuk gigi tiruan. Berdasarkan bentuk kristalin, porselen dibedakan menjadi dua fase, yaitu fase glassy dan fase kristalin. Nilai estetika dental porselen sangat tinggi, sehingga menjadi pilihan bahan restorasi untuk gigi anterior. Porselen bersifat rapuh dengan tingkat

20 34 kekerasan yang sangat tinggi, melebihi enamel, sehingga dapat mengikis gigi antagonisnya, dan memiliki tensile strength rendah. Material ini resisten terhadap korosi dan abrasi (Kidd, 2003 ; Qualthrough, 2005 ; Park, 2002 ; Walmsley, 2007). Terdapat dua pilihan dalam penggunaan bahan porselen, yaitu seluruhnya porselen (all porcelain), atau metal porselen. All porcelain digunakan untuk kavitas gigi yang dalam, sehingga restorasi porselen memiliki ketebalan yang cukup untuk menahan tekanan kunyah (Qualthrough, 2005). Salah satu bahan inti dari all porcelain yang sedang berkembang saat ini adalah Zirconia. Zirconia merupakan bahan dengan sifat biokompatibel yang baik dan adhesi bakteri pada bahan minimal. Sifatnya rapuh namun memiliki daya transformation toughening, yang menyebabkan Zirconia memiliki ketahanan terhadap fraktur yang lebih baik sebagai bahan all porcelain dibandingkan dengan porselen lainnya. Bahan ini menjadi salah satu pilihan pada restorasi mahkota all porcelain (Raigrodski et al., 2006). All porcelain digunakan untuk kavitas gigi yang dalam sehingga restorasi porselen memiliki ketebalan yang cukup untuk menahan tekanan kunyah (Qualthrough, 2005). Bahan baru untuk porselen adalah porselen felspathic seperti In-Ceram, Cerec, IPS Empress, atau fabricated dari sistem keramik lain diantaranya alumina, zirconia, atau silika. Bahan yang lebih baru adalah lithium disilicate yang memiliki kekuatan lebih baik, ketahanan terhadap fraktur yang lebih baik, dan tingkat translusensi yang lebih tinggi. Bahan-bahan ini dapat menahan tekanan yang besar sebagai restorasi pada gigi posterior yang telah

21 35 dirawat endodontik (Raigrodski et al., 2006). Restorasi onlay dengan bahan porselen terdapat pada Gambar Gambar Restorasi Onlay Porselen pada Gigi Molar Pertama (Aschheim & Dale, 2001) Metal porselen merupakan restorasi yang menggabungkan sifat baik dari logam dan porselen. Memiliki kekuatan dari logam dan sifat estetik dari porselen (Cohen, 2011 ; Walmsley, 2007). Bahan yang sering digunakan untuk metal porselen adalah emas-porselen. Bentuk restorasi dengan bahan porselen dapat berupa inlay, onlay, dan mahkota prostetik (Brenna et al., 2009 ; Segovic, 2004). Bahan yang dapat digunakan untuk restorasi metal porselen salah satunya adalah emas porselen, pengurangan jaringannya sebanyak 1,8 hingga 2 mm. Metal porselen kuat terhadap fraktur karena didukung oleh logam (Brenna et al., 2009 ; Walmsley, 2007). Indikasi pemilihan bahan porselen disesuaikan dengan kebutuhan gigi dan keinginan pasien. Gigi posterior secara umum tidak membutuhkan restorasi dengan nilai estetika yang tinggi, namun jika pasien mengiginkan restorasi yang estetis maka bahan ini menjadi pilihan (Suprastiwi, 2006).

22 36 Porselen merupakan indikasi pada gigi yang membutuhkan nilai estetika tinggi, sebagai mahkota pada restorasi mahkota pasak, dan gigi dengan pewarnaan. Veneer merupakan pilihan restorasi pada gigi yang mengalami pewarnaan (Brenna et al., 2009). Veneer merupakan restorasi yang meliputi seluruh permukaan labial, incisal edge hingga seluruh kontak proksimal (Chong, 2004). Penggunaan restorasi mahkota setelah perawatan endodontik perlu pertimbangan karena membutuhkan pembuangan dinding, sehingga dinding yang tersisa pada gigi setelah dirawat endodontik cukup tipis. Terdapat beberapa keadaan yang menyebabkan restorasi porselen menjadi kontraindikasi. Gigi dengan oklusi edge to edge dan gigi dengan mahkota klinis yang pendek tidak diindikasikan untuk direstorasi dengan porselen. (Suprastiwi, 2006 ; Walmsley, 2007). Pembuatan porselen dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi CAD/CAM (computer-aided design/ computer-assisted manufacturing). (Raigrodski et al., 2006 ; Rimondini et al., 2002 ; Scarano et al., 2004). CAD/CAM merupakan suatu teknologi dengan membuat gambar gigi yang sudah dipreparasi, untuk kemudian dirancang ukuran serta bentuk restorasi oleh komputer (CAD) dan untuk pembuatan restorasi dengan bantuan komputer (CAM). Teknologi ini dapat digunakan pada restorasi dengan bahan porselen atau logam (Anusavice, 1996).

23 Dental Amalgam Dental amalgam merupakan campuran beberapa logam (alloy) yang dikombinasikan dengan merkuri menjadi satu kesatuan hingga membentuk massa yang plastis dan solid. Campuran logam dan merkuri ini disebut dental amalgam. Hasil campuran ini memiliki kekerasan dan kekuatan yang lebih besar dibandingkan bahan tambal lainnya (Anusavice, 2003; Manappallil, 2003). Alloy yang terdapat pada dental amalgam konvensional yaitu campuran dari silver, tin, cooper, zinc. Silver meningkatkan kekuatan, setting expansion, dan resistensi terhadap tarnis, namun menurunkan creep. Tin mengurangi kekuatan, kekerasan, dan ketahanan terhadap tarnis, namun mengendalikan reaksi antara silver dan merkuri. Tanpa tin reaksi pengerasan akan terlalu cepat terjadi (Anusavice, 1996) Copper meningkatkan ekspansi saat pengerasan, serta meningkatkan kekuatan dan kekerasan. Zinc dapat menyebabkan terjadinya delay expansion bila campuran amalgam terkontaminasi oleh cairan selama proses manipulasi. Zinc dapat mencegah oksidasi dari unsur unsur penting seperti silver, copper ataupun tin. Alloy yang dibuat tanpa zinc akan menjadi lebih rapuh, sedangkan amalgam yang dibuat dengan penambahan zinc akan menjadi kurang palstis (Anusavice, 1996). Sifat penting dari amalgam diantaranya adalah koefisien ekspansi termal 2,5 kali lebih besar dibandingkan struktur gigi. Kekuatan tekan amalgam sangatlah penting karena restorasi amalgam harus dapat menahan daya kunyah dari gigi selama proses pengunyahan berlangsung. Kurangnya kekuatan tekan

24 38 amalgam berpengaruh terhadap kerusakan marginal dari restorasi ataupun terjadinya fraktur. Hal ini dapat meningkatkan resiko korosi, terjadinya karies sekunder dan kegagalan klinis yang lain (Roberson et al., 2006). Kekuatan amalgam dapat dipengaruhi dari tipe amalgam itu sendiri dan juga fase yang terjadi pada reaksi pengerasan. Dental amalgam memiliki kekuatan tekan yang lebih besar dibandingkan dengan kekuatan tariknya. Oleh karena itu bentuk kavitas harus dapat meminimalisir tensile stress yang terjadi (Van Noort, 2007; Gladwin and Bagby, 2009; Anusavice, 2003; Powers, 2006). Compressive strength dari high-copper amalgam sama dengan gigi, dan tensile strength lebih rendah dari struktur gigi (Garg, 2011 ; Roberson et al., 2006). Aliran amalgam dipengaruhi oleh perubahan beban selama restorasi berada dalam gigi. Amalgam merupakan konduktor suhu yang baik (Roberson et al., 2006). Modulus elastisitas dari amalgam adalah lbs/in 2 (Scianamblo, 2002). Amalgam merupakan restorasi kontroversial, karena kandungan merkuri yang terdapat di dalamnya. Suatu penelitian menemukan bahwa hasil evaluasi restorasi amalgam setelah tiga tahun pemakaian terbukti baik, namun setelah lima tahun ditemukan lebih banyak terjadi fraktur pada gigi yang direstorasi dengan amalgam setelah perawatan endodontik dibandingkan dengan restorasi komposit resin dan pasak fiber (Manocci et al., 2005). Amalgam digunakan sebagai bahan tambal direk karena mudah ditempatkan pada kavitas dan setelah mengeras akan mengembalikan bentuk dan fungsi gigi seperti semula. Preparasi gigi tidak hanya membuang bagian yang rusak dan

25 39 struktur yang lemah pada gigi, tetapi harus membuat tambalan amalgam tersebut berfungsi secara baik (Roberson, 2006). Amalgam menjadi pilihan restorasi karena memiliki kekuatan yang baik, harga terjangkau, dan mudah dalam proses manipulasi (Andrew & McCoy, 1993). Indikasi dari dental amalgam diantaranya adalah pada gigi yang tidak membutuhkan pertimbangan estetika seperti pada gigi posterior (Garg 2011 ; Roberson et al., 2006). Kontraindikasi dari dental amalgam adalah gigi yang membutuhkan nilai estetika yang tinggi seperti pada gigi anterior, dan gigi dengan retensi yang rendah. Hal ini menyebabkan amalgam tidak menjadi pilihan utama sebagai restorasi gigi setelah perawatan endodontik, karena sisa jaringan keras gigi yang tersisa seringkali tidak memiliki retensi yang dibutuhkan oleh restorasi amalgam (Suprastiwi, 2006). Amalgam bukan pilihan terbaik dalam merestorasi gigi setelah perawatan endodontik, hilangnya bonjol dalam preparasi kavitas perawatan endodontik menyebabkan gigi rentan terhadap fraktur vertikal, restorasi intrakoronal seperti amalgam tidak dapat melindungi gigi dari risiko ini (Brenna et al., 2009 ; Weine, 2004). Fraktur mahkota akibat restorasi yang tidak adekuat terdapat pada Gambar 3.15.

26 40 Gambar Fraktur Mahkota dan Akar akibat Bonjol yang Tidak Terlindung ( 2010) Logam Cor Logam cor merupakan campuran dari dua atau lebih dari logam. Bahan yang dapat digunakan pada logam cor, yaitu alloy emas, alloy cobalt-chromium, alloy perak-palladium, alloy alumnium-tembaga, stainless steel, alloy nickelchromium, dan alloy nikel-titanium (Anusavice, 1996). Beberapa penelitian menyatakan bahwa logam cor yang mengandung alloy emas lebih rendah dari 65% hingga 75% rentan terhadap korosi. Alloy emas sendiri memiliki sifat lunak, karena itu harus diperkuat dengan tembaga, perak, atau platinum. Palladium juga dapat ditambahkan untuk mencegah potensi karat dari perak. Penambahan platinum dan palladium dalam emas akan menurunkan koefisien akspansi termal (Anusavice, 1996). Sifat yang diharapkan logam cor adalah biokompatibel, mudah dicairkan, dicor, dan dipoles. Sifat lainnya adalah mengalami penyusutan yang sedikit ketika memadat, mempunyai ketahanan abrasi yang baik, kekuatannya tinggi, tahan terhadap tekanan dan korosi (Anusavice, 1996).

27 41 Bahan logam cor diindikasikan untuk gigi posterior karena kekuatannya yang baik. Logam cor merupakan pilihan bahan restorasi untuk gigi setelah perawatan endodontik. Bentuk restorasinya dapat berupa inlay, onlay, dan mahkota penuh. Inlay merupakan restorasi indirek intra koronal yang tidak melindungi bonjol gigi (Qualtrough, 2005). Inlay sebagai restorasi indirek, merupakan restorasi yang dapat menahan beban kunyah yang lebih besar dibandingkan dengan restorasi yang dibuat secara direk. Inlay bukan restorasi pilihan pada gigi setelah perawatan endodontik, karena daya dukung intrakoronalnya tidak dapat melindungi gigi dari risiko fraktur (Heasman, 2003 ; Suprastiwi, 2006 ; Weine, 2004). Onlay merupakan restorasi indirek yang menutupi sebagian permukaan ekstra koronal gigi dan tetap mengikuti kontur dari gigi. Onlay merupakan pilihan restorasi pada perawatan endodontik (Qualtrough, 2005). Onlay digunakan secara luas pada gigi setelah perawatan endodontik, terutama pada gigi posterior karena menyatukan dinding-dinding gigi dan melindungi bonjol. Pembuangan kamar pulpa pada perawatan endodontik menyebabkan gigi membutuhkan dukungan, baik dari intrakoronal maupun ekstrakoronal, karena itu restorasi onlay menjadi pilihan (Stock et al., 2007 ; Suprastiwi, 2006 ; Weine, 2004). Restorasi mahkota penuh logam, seperti pada Gambar 3.16 merupakan restorasi indirek ekstra koronal yang meliputi permukaan luar gigi dan membentuk kembali kontur anatomi gigi secara menyeluruh. Restorasi mahkota

28 42 merupakan restorasi yang meliputi seluruh permukaan gigi (Qualtrough, 2005 ; Walmsley, 2007). Gambar Restorasi Mahkota Penuh Logam (Johnson, 2005) Restorasi ini diindikasikan pada kavitas yang meliputi permukaan proksimal dan gigi dengan beban oklusal yang tinggi, untuk mengurangi tekanan pada gigi, seperti pada gigi posterior. Hal ini akan mencegah gigi dari risiko fraktur (Johnson, 2002). Prosedur pembuatan logam cor membutuhkan waktu pengerjaan yang panjang dan kunjungan berulang (Walmsley, 2007).

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa BAB IV PEMBAHASAN Menurut Roberson (2006) tujuan dari restorasi adalah membentuk gigi seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa restorasi setelah perawatan endodontik yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar lebih mudah mengalami

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar lebih mudah mengalami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar lebih mudah mengalami fraktur dibandingkan gigi dengan pulpa yang masih vital. Hal ini terutama disebabkan

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK Dokter gigi saat merawat endodontik membutuhkan pengetahuan tentang anatomi dari gigi yang akan dirawat dan kondisi jaringan gigi setelah perawatan

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS FIBER PADA PASAK FABRICATED FIBER REINFORCED COMPOSITE TERHADAP KETAHANAN FRAKTUR AKAR

PENGARUH JENIS FIBER PADA PASAK FABRICATED FIBER REINFORCED COMPOSITE TERHADAP KETAHANAN FRAKTUR AKAR TESIS PENGARUH JENIS FIBER PADA PASAK FABRICATED FIBER REINFORCED COMPOSITE TERHADAP KETAHANAN FRAKTUR AKAR PROGRAM STUDI ILMU KONSERVASI Diajukan oleh ; drg. Pradnya Widyo Septodika (12 / 338285 / PKG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawatan restorasi gigi ada dua macam, yaitu restorasi langsung dan restorasi tidak langsung. Restorasi langsung adalah restorasi gigi yang dapat dibuat langsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100

BAB 1 PENDAHULUAN. akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100 akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Restorasi gigi pada perawatan endodonti yang mengabaikan integritas dari struktur

Lebih terperinci

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasien dan dokter gigi mempunyai berbagai pilihan dalam memilih bahan material dan prosedur dalam merawat lesi karies atau gigi yang hilang.perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahkota gigi tiruan cekat merupakan suatu restorasi tetap yang menutupi permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi, kontur, serta melindungi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI II.1 Tinjauan Pustaka Bahan tumpat gigi merupakan material kedokteran gigi yang digunakan untuk menumpat gigi yang telah berlubang. Bahan tumpat gigi yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan merupakan warna gigi normal manusia. Warna gigi ini ditentukan oleh warna dentin yang melapisi di

Lebih terperinci

BAB 2 DENTAL AMALGAM. Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang

BAB 2 DENTAL AMALGAM. Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang BAB 2 DENTAL AMALGAM 2.1 Pengertian Dental Amalgam Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang salah satunya adalah merkuri. Kata amalgam juga didefenisikan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigi Tiruan Cekat Gigi tiruan cekat, yang terdiri dari mahkota tiruan dan GTJ, adalah restorasi yang direkatkan dengan semen secara permanen pada gigi asli yang telah dipersiapkan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemakaian sistem pasak dan inti sebagai retensi intra-radikular merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemakaian sistem pasak dan inti sebagai retensi intra-radikular merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian sistem pasak dan inti sebagai retensi intra-radikular merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk memberikan kekuatan tambahan pada rekontruksi mahkota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi yang membutuhkan perawatan saluran akar pada umumnya mengalami kerusakan pada jaringan pulpa dan mahkota, baik karena proses karies, restorasi sebelumnya atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggantikan gigi hilang. Restorasi ini dapat menggantikan satu atau lebih gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggantikan gigi hilang. Restorasi ini dapat menggantikan satu atau lebih gigi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi tiruan cekat adalah restorasi yang kuat dan retentif berguna untuk menggantikan gigi hilang. Restorasi ini dapat menggantikan satu atau lebih gigi hilang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada gigi yang umumnya berakibat pada kehilangan gigi dan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. pada gigi yang umumnya berakibat pada kehilangan gigi dan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karies gigi yang tidak dirawat dapat menyebabkan infeksi pulpa dan abses pada gigi yang umumnya berakibat pada kehilangan gigi dan dapat menimbulkan beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tambahan dengan menggunakan sistem pasak dan inti untuk retorasi akhirnya. Pasak

BAB 1 PENDAHULUAN. tambahan dengan menggunakan sistem pasak dan inti untuk retorasi akhirnya. Pasak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi yang telah dilakukan perawatan endodonti sering membutuhkan retensi tambahan dengan menggunakan sistem pasak dan inti untuk retorasi akhirnya. Pasak digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan bahan restorasi gigi yang telah lama digunakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan bahan restorasi gigi yang telah lama digunakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Resin komposit merupakan bahan restorasi gigi yang telah lama digunakan untuk menggantikan jaringan gigi yang hilang dan mampu memodifikasi warna serta kontur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan meningkatnya ekspektasi pasien, seorang dokter gigi dalam mengambil keputusan untuk merestorasi gigi tidak hanya mempertimbangkan masalah estetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan karena adanya aktivitas suatu jasad renik yang ditandai dengan demineralisasi atau hilangnya mineral

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi tiruan cekat merupakan protesa permanen yang melekat pada gigi yang masih tersisa untuk menggantikan satu atau lebih kehilangan gigi (Shilingburg dkk., 1997).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Gigi desidui berada pada rongga mulut dalam waktu yang singkat tetapi ketika terjadi karies, gigi desidui perlu mendapatkan perhatian khusus terutama dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer digunakan oleh dokter gigi, terutama untuk merestorasi gigi anterior karena memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan zaman, keinginan pasien untuk meningkatkan estetika semakin tinggi. Bagi kebanyakan orang, gigi yang putih dan bersih menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Restorasi gigi adalah hasil prosedur kedokteran gigi yang memiliki tujuan mengembalikan bentuk, fungsi, dan penampilan gigi (Harty dan Ogston, 1995). Restorasi

Lebih terperinci

BAB 2 RESIN KOMPOSIT. yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari

BAB 2 RESIN KOMPOSIT. yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari BAB 2 RESIN KOMPOSIT Pencapaian estetik dan tidak dipakainya merkuri merupakan karakteristik yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari dan terkenal diantara para

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis bahan restorasi di bidang kedokteran gigi semakin banyak tersedia dengan berbagai macam karakteristik, yaitu komposisi, sifat, struktur, kelebihan dan kekurangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Resin komposit merupakan salah satu bahan restorasi yang sering digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena memiliki nilai estetis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihubungkan dengan jumlah kehilangan gigi yang semakin tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. dihubungkan dengan jumlah kehilangan gigi yang semakin tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehilangan gigi antara lain dapat disebabkan oleh karies, penyakit periodontal, trauma dan atrisi berat. Selain itu, meningkatnya usia sering dihubungkan dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini resin komposit banyak digunakan dalam kedokteran gigi khususnya dalam ilmu konservasi gigi untuk dijadikan bahan restorasi gigi anterior dan posterior yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desain kavitas Kelas II konvensional berbentuk box dan bahan restorasi resin komposit tidak selalu kompatibel karena (1) kebocoran tepi gingival (gingival marginal),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut yang sering dialami oleh masyarakat adalah gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resin komposit merupakan material restorasi sewarna gigi yang pada awalnya hanya digunakan sebagai bahan restorasi gigi anterior. Sampai saat ini resin komposit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warna gigi baik karena faktor intrinsik ataupun ekstrinsik dapat

BAB I PENDAHULUAN. warna gigi baik karena faktor intrinsik ataupun ekstrinsik dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi dan warna pada gigi merupakan salah satu faktor penting bagi pasien. Di Amerika Serikat telah dilaporkan bahwa sekitar 34% populasi orang dewasa kurang puas terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi adalah proses penghancuran atau perlunakan dari email maupun dentin. Proses tersebut terjadi karena demineralisasi yang progresif pada jaringan keras dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan restorasi resin komposit pertama sekali diperkenalkan oleh Bowen pada tahun 1962. 1 Resin komposit merupakan suatu bahan restorasi yang memiliki banyak kelebihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehilangan gigi memerlukan gigi tiruan untuk mengembalikan estetik dan fungsi menjadi salah satu yang paling penting bagi pasien untuk datang ke dokter gigi. Gigi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin komposit mulai banyak digunakan sebagai bahan restorasi anterior maupun posterior karena permintaan

Lebih terperinci

IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat

IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat Kegagalan gigi tiruan cekat dapat terjadi karena A. Kegagalan sementasi. B. Kegagalan mekanis C. Iritasi dan resesi gingiva D. Kerusakan jaringan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi), I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehilangan satu gigi atau lebih dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan fungsional gigi yang masih ada. Hilangnya keseimbangan fungsional gigi dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 2 RESIN KOMPOSIT YANG DIGUNAKAN DALAM RESTORASI RIGID

BAB 2 RESIN KOMPOSIT YANG DIGUNAKAN DALAM RESTORASI RIGID BAB 2 RESIN KOMPOSIT YANG DIGUNAKAN DALAM RESTORASI RIGID Resin komposit adalah suatu bahan pengembangan dari polimer-polimer resin akrilik yang ditambahkan bahan pengisi anorganik yang keras seperti gelas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan bahan restorasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kekuatan mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan gigi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah penyakit infeksi gigi dan mulut yang paling sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai kelompok

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 22 BAB 5 HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kebocoran mikro pada tumpatan GIC Fuji IX, GIC Fuji II, dan GIC Fuji II LC. Kebocoran mikro tersebut dapat terdeteksi dengan terlihatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. modifikasi polyacid), kompomer, giomer (komposit modifikasi glass filler),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. modifikasi polyacid), kompomer, giomer (komposit modifikasi glass filler), I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Restorasi gigi dapat dilakukan dengan beberapa macam bahan. Bahan restorasi di kedokteran gigi sangat beragam dan terus mengalami perkembangan, diantaranya amalgam, resin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering dilakukan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu jenis perawatan endodontik yang bertujuan

Lebih terperinci

Walaupun begitu, banyak juga pasien yang setelah diberi nasihat tidak melaksanakan apa yang dokter gigi katakan, oleh karena faktor-faktor :

Walaupun begitu, banyak juga pasien yang setelah diberi nasihat tidak melaksanakan apa yang dokter gigi katakan, oleh karena faktor-faktor : BAB I PENDAHULUAN Teknologi produksi bahan tambalan saat ini berkembang cukup pesat dibandingkan 50 tahun yang lampau. Hal ini membuat para dokter gigi mempunyai banyak pilihan untuk merestorasi gigi berlubang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pengunyahan, meningkatkan pengucapan dan memperbaiki estetika

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pengunyahan, meningkatkan pengucapan dan memperbaiki estetika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama perawatan kedokteran gigi adalah untuk mempertahankan atau meningkatkan mutu kehidupan pasien kedokteran gigi. Tujuan ini dapat dicapai dengan mencegah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran masyarakat akan penampilan terus meningkat saat ini, tuntutan pasien akan penampilan gigi yang baik juga sangat tinggi. Salah satu perawatan gigi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal utama yang harus dimiliki seorang dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan restorasi yang sesuai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. restorasi resin komposit tersebut. Material pengisi resin komposit dengan ukuran

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. restorasi resin komposit tersebut. Material pengisi resin komposit dengan ukuran BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bahan restorasi di bidang kedokteran gigi yang saat ini banyak digunakan adalah resin komposit. Hal ini berhubungan dengan estetik yang didapatkan dari restorasi resin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang memuaskan serta memiliki kekuatan (Farga-Ninoles dkk., 2013). Mahkota

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang memuaskan serta memiliki kekuatan (Farga-Ninoles dkk., 2013). Mahkota I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahkota gigi tiruan merupakan suatu restorasi tetap yang menutupi permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang harus dapat memperbaiki morfologi, kontur, serta melindungi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi mempunyai banyak fungsi antara lain fonetik, mastikasi, estetis dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi mempunyai banyak fungsi antara lain fonetik, mastikasi, estetis dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Gigi mempunyai banyak fungsi antara lain fonetik, mastikasi, estetis dan perlindungan jaringan pendukung yang sehat. Kehilangan gigi satu atau lebih merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan warna yang terjadi pada gigi sering menimbulkan masalah estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan karena banyak orang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. yang paling sering digunakan dibidang kedokteran gigi restoratif. Selain segi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. yang paling sering digunakan dibidang kedokteran gigi restoratif. Selain segi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Material komposit sudah digunakan dibidang kedokteran gigi untuk merestorasi gigi sejak Bowen memperkenalkannya pada awal tahun 1960an (Joshi, 2008). Sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigi pada satu lengkung rahang atau gigi antagonis. Maloklusi dapat dikoreksi

BAB I PENDAHULUAN. gigi pada satu lengkung rahang atau gigi antagonis. Maloklusi dapat dikoreksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Maloklusi adalah suatu penyimpangan oklusi dari relasi normal, baik antara gigi pada satu lengkung rahang atau gigi antagonis. Maloklusi dapat dikoreksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai Negara berkembang memiliki berbagai macam masalah kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T Indonesia pada Riset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehilangan struktur mahkota gigi dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti

BAB I PENDAHULUAN. Kehilangan struktur mahkota gigi dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehilangan struktur mahkota gigi dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti karies, keausan, trauma, dan defek perkembangan. Restorasi perlu dilakukan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari gigi dan mencegah kerusakan selanjutnya (Tylman, 1970).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari gigi dan mencegah kerusakan selanjutnya (Tylman, 1970). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi tiruan cekat adalah suatu gigi tiruan sebagian yang dilekatkan secara tetap pada satu atau lebih gigi penyangga untuk mengganti satu atau lebih gigi yang hilang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melindungi jaringan periodontal dan fungsi estetik. Gigi yang mengalami karies,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melindungi jaringan periodontal dan fungsi estetik. Gigi yang mengalami karies, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi merupakan suatu jaringan yang tersusun atas email, dentin, sementum, dan pulpa (Scheid, 2012). Fungsi utama dari gigi adalah fungsi mastikasi, fonasi, melindungi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan warna gigi dapat diperbaiki dengan dua cara yaitu dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan warna gigi dapat diperbaiki dengan dua cara yaitu dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan warna gigi dapat diperbaiki dengan dua cara yaitu dengan pemutihan gigi (bleaching) dan cara restoratif yaitu pembuatan mahkota jaket / pelapisan (veneer).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Karies gigi, trauma dan kegagalan restorasi menyebabkan kerusakan dan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Karies gigi, trauma dan kegagalan restorasi menyebabkan kerusakan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Karies gigi, trauma dan kegagalan restorasi menyebabkan kerusakan dan hilangnya sebagian besar jaringan keras gigi.kehilangan jaringan keras gigi yang terlalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan baru di berbagai bidang tak terkecuali bidang kedokteran gigi. Terobosan baru senantiasa dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu tindakan restorasi gigi tidak hanya meliputi pembuangan karies

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu tindakan restorasi gigi tidak hanya meliputi pembuangan karies BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu tindakan restorasi gigi tidak hanya meliputi pembuangan karies kemudian memperbaiki fungsi gigi tersebut, tetapi juga bertujuan untuk mencegah terjadinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Veneer a. Definisi Veneer adalah bahan lapisan sewarna gigi untuk mengembalikan kerusakan lokal atau umum dan perubahan warna instrinsik. Biasanya, veneer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Adhesif semen konvensional (Fuji I merk GIC).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Adhesif semen konvensional (Fuji I merk GIC). BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni B. Identifikasi Variabel 1. Variabel pengaruh a. Adhesif semen (RelyX TM U200, 3M ESPE, USA) b.

Lebih terperinci

BAB 3 KONDENSASI PADA DENTAL AMALGAM. 3.1 Pengertian Kondensasi Amalgam. yang sudah dipreparasi dengan menggunakan alat yang disebut condenser.

BAB 3 KONDENSASI PADA DENTAL AMALGAM. 3.1 Pengertian Kondensasi Amalgam. yang sudah dipreparasi dengan menggunakan alat yang disebut condenser. BAB 3 KONDENSASI PADA DENTAL AMALGAM 3.1 Pengertian Kondensasi Amalgam Kondensasi merupakan penekanan amalgam setelah triturasi pada kavitas gigi yang sudah dipreparasi dengan menggunakan alat yang disebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama restorasi pada daerah yang tidak mendapat tekanan besar (Zoergibel dan Illie, 2012). Terlepas dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemakaian tumpatan sementara sangat diperlukan dalam bidang kedokteran gigi. Tujuan tumpatan sementara adalah menutup rongga jalan masuk saluran akar, mencegah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan merestorasi gigi tidak hanya untuk menghilangkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya (Ford, 1993).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Komposit Istilah bahan komposit dapat didefinisikan sebagai gabungan dua atau lebih bahan berbeda dengan sifat-sifat yang unggul atau lebih baik dari bahan itu sendiri.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit

PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan restorasi yang baik dan dapat mengembalikan estetik merupakan kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit sangat populer

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama beberapa tahun terakhir, ketertarikan pasien meningkat terhadap perawatan gigi estetik termasuk pemutihan gigi yang mengalami perubahan warna. Perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Senyum yang sehat adalah senyum yang terbentuk dari jaringan mulut yang sehat. Setiap orang mendambakan memiliki gigi yang sehat dan putih berseri karena selain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat beberapa tahun terakhir. Teknologi bahan restorasi berkembang dari aspek kualitas dan

Lebih terperinci

STAINLESS STEEL CROWN (S. S. C)

STAINLESS STEEL CROWN (S. S. C) 1. Pengertian S. S. C STAINLESS STEEL CROWN (S. S. C) S. S. C adalah mahkota logam yang dibuat oleh pabrik dalam berbagai ukuran dan mempunyai bentuk anatomis sesuai gigi asli. Materialnya mengandung 18%

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk mempertahankan gigi dalam rongga mulut serta mengembalikan keadaan gigi agar dapat diterima secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah servikal gigi sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah servikal gigi sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resin komposit secara luas telah digunakan untuk merestorasi lesi karies di daerah servikal gigi sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut untuk berikatan

Lebih terperinci

BAB 2 RESIN KOMPOSIT SEBAGAI BAHAN TAMBALAN. seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit.

BAB 2 RESIN KOMPOSIT SEBAGAI BAHAN TAMBALAN. seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit. BAB 2 RESIN KOMPOSIT SEBAGAI BAHAN TAMBALAN Resin komposit merupakan resin akrilik yang telah ditambah dengan bahan lain seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit. 2.1 Komposisi Resin Komposit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem stomatognasi dalam kedokteran gigi merupakan ilmu yang di

BAB I PENDAHULUAN. Sistem stomatognasi dalam kedokteran gigi merupakan ilmu yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem stomatognasi dalam kedokteran gigi merupakan ilmu yang di dalamnya mempertimbangkan hubungan antara gigi geligi, rahang, persendian temporomandibula, kraniofasial,

Lebih terperinci

VI. PREPARASI GIGI PEGANGAN (ABUTMENT)

VI. PREPARASI GIGI PEGANGAN (ABUTMENT) VI. PREPARASI GIGI PEGANGAN (ABUTMENT) Untuk dapat memahami dan mengerjakan preparasi pada gigi pegangan / pilar / abutment dengan benar, perlu kiranya pemahaman terlebih dahulu mengenai beberapa macam

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1 BAB V HASIL PENELITIAN Survei ini berlangsung selama periode bulan April hingga Juli 2008. Keseluruhan pengambilan data sekunder dari kartu status pasien dilakukan di RSGMP FKG UI dengan subyek survei

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pemutihan gigi adalah prosedur yang telah digunakan pada bidang kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin banyak dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi episodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyempitan saluran pernapasan. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Semen ionomer kaca tipe 1 (Fuji I, GC, Japan)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Semen ionomer kaca tipe 1 (Fuji I, GC, Japan) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. B. Identifikasi Variabel 1. Variabel Pengaruh a. Self adhesif semen (RelyX TM U200, 3M ESPE,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik restorasi indirek maupun pasak. Dibandingkan semen konvensional, semen

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik restorasi indirek maupun pasak. Dibandingkan semen konvensional, semen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan semen resin semakin berkembang luas sebagai bahan sementasi baik restorasi indirek maupun pasak. Dibandingkan semen konvensional, semen resin mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara bahan restorasi dengan jaringan gigi merupakan hal yang penting

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara bahan restorasi dengan jaringan gigi merupakan hal yang penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu kedokteran gigi restoratif memiliki tujuan utama untuk mengembalikan dan mempertahankan kesehatan gigi melalui perawatan restoratif yang adekuat guna melindungi

Lebih terperinci

Peran bahan restorasi kedokteran gigi dalam keberhasilan pembuatan restorasi

Peran bahan restorasi kedokteran gigi dalam keberhasilan pembuatan restorasi Peran bahan restorasi kedokteran gigi dalam keberhasilan pembuatan restorasi Bambang Irawan Departemen Ilmu Material Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Jakarta ABSTRACT Dentists

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang hilang serta jaringan sekitarnya (Zweemer, 1993). Penggunaan gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang hilang serta jaringan sekitarnya (Zweemer, 1993). Penggunaan gigi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi tiruan merupakan suatu alat yang dibuat untuk menggantikan gigigigi yang hilang serta jaringan sekitarnya (Zweemer, 1993). Penggunaan gigi tiruan dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin Semen ionomer kaca telah digunakan secara luas dibidang kedokteran gigi. Sejak diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971. Ionomer

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Powers dan Sakaguchi (2006) resin komposit adalah salah satu

I. PENDAHULUAN. Menurut Powers dan Sakaguchi (2006) resin komposit adalah salah satu I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Resin komposit merupakan salah satu material yang paling populer dalam dunia kedokteran gigi karena sifat estetisnya yang sangat baik, kekuatan yang adekuat, dan kemampuannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies merupakan masalah di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan oleh bakteri, jaringan host, substrat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tumpatan warna gigi yang lain (Winanto,1997). Istilah resin komposit dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tumpatan warna gigi yang lain (Winanto,1997). Istilah resin komposit dapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resin komposit merupakan salah satu bahan restorasi sewarna gigi yang banyak digunakan saat ini karena memiliki nilai estetis yang tinggi dibandingkan dengan bahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Restorasi pada gigi pasca perawatan endodonti sangat penting untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Restorasi pada gigi pasca perawatan endodonti sangat penting untuk BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Restorasi pada gigi pasca perawatan endodonti sangat penting untuk keberhasilan perawatan. Restorasi tidak boleh bocor dan harus dapat melindungi sisa jaringan gigi dan mengembalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abrasi merupakan suatu lesi servikal pada gigi dan keadaan ausnya

BAB I PENDAHULUAN. Abrasi merupakan suatu lesi servikal pada gigi dan keadaan ausnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abrasi merupakan suatu lesi servikal pada gigi dan keadaan ausnya jaringan gigi (Conway, 2008). Kavitas abrasi disebabkan karena tekanan pada saat menyikat gigi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dilakukan pada masa kini. Setiap tahap perawatan saluran akar sangat menentukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dilakukan pada masa kini. Setiap tahap perawatan saluran akar sangat menentukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawatan saluran akar merupakan perawatan endodontik yang paling banyak dilakukan pada masa kini. Setiap tahap perawatan saluran akar sangat menentukan keberhasilannya

Lebih terperinci

MACAM-MACAM RESTORASI RIGID PASCA PERAWATAN ENDODONTIA

MACAM-MACAM RESTORASI RIGID PASCA PERAWATAN ENDODONTIA MACAM-MACAM RESTORASI RIGID PASCA PERAWATAN ENDODONTIA Dwi Warna Aju Fatmawati Bagian Ilmu Konservasi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember ABSTRAK Restorative materials is one of materials that

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Estetik gigi geligi dewasa ini sangat diperhatikan dalam menunjang penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek yang diperhatikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memuaskan. Meningkatnya penggunaan resin komposit untuk restorasi gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memuaskan. Meningkatnya penggunaan resin komposit untuk restorasi gigi xv I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer digunakan oleh dokter gigi, karena memiliki warna yang sangat estetis dan memuaskan.

Lebih terperinci

MAKALAH DISKUSIINTEGRASI MODUL 3.11 SEMINAR BAHAN KEDOKTERAN GIGI

MAKALAH DISKUSIINTEGRASI MODUL 3.11 SEMINAR BAHAN KEDOKTERAN GIGI E MAKALAH DISKUSIINTEGRASI MODUL 3.11 SEMINAR BAHAN KEDOKTERAN GIGI Disusun oleh: KELOMPOK E (040001500082) IgaEldita (040001500093) Jonathan Morgan (040001500083) Imammuddin (040001500094) Josephine Kartika

Lebih terperinci