MODIFIKASI SISTEM PEMBAKARAN INSINERATOR TIPE PPF LB 1.50 GUNA PENINGKATAN PERFORMANSI
|
|
- Doddy Dharmawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : MODIFIKASI SISTEM PEMBAKARAN INSINERATOR TIPE PPF LB 1.50 GUNA PENINGKATAN PERFORMANSI Mamat PUSAT PENELITIAN FISIKA LIPI Jln. Sangkuriang ( kompleks LIPI ) No.21/154D, Bandung 4015 Telp : ( 022 ) , Fax : ( 022 ) E mail : irmmt@plasa.com ABSTRAK Semula kapasitas bakar insinerator PPF LB 1.50 hanya mencapai 67 % dari kapasitas spesifikasinya. Ada empat faktor penyebab terjadinya penurunan kapasitas yaitu tekanan bahan bakar terlalu rendah, burner sering terjadi gangguan, suplai udara ke ruang bakar kurang memadai dan griel sering rusak. Pada saat burner ON tekanan input bahan bakar gas tidak kostan, dilihat pada pressure gauge yang dipasang pada booster ada penurunan tekanan bahan bakar dari 5 psig menjadi 1 psig. Kapasitas bakar yang dapat dicapai oleh insinerator ini hanya 1 m /jam pada kadar air sampah 40 %. Supaya performansi insinerator optimum perlu dilakukan modifikasi pada sistem distribusi bahan bakar gas, distribusi udara, sistem suplai udara pada burner dan griel. Setelah dilakukan modifikasi ada kenaikkan performansi kapasitas bakar insinerator dapat mencapai1.5 m pada kandungan air sampah 40 %. Agar umur pakai burner lebih lama blower pada burner selalu ON pada kondisi buner OFF, sehingga ada tiupan udara yang berfungsi sebagai pendingin. Griel menggunakan water cooling, sehingga panasnya tidak terakumulasi pada material griel, sehingga temperatur pada permukaan griel di bawah temperatur lumernya. Kata kunci : sampah, burner, panas, kapasitas, griel 1. PENDAHULUAN Insinerator tipe PPF LB 1.50 telah dioperasikan sejak tahun 2000 di area industri gas dan minyak bumi di Kalimantan timur. Semula insinerator ini mempunyai kapasitas bakar relatif lebih rendah dari spesifikasinya, sehingga target pembakaran sampah secara habis di tempat penampang sampah akhir tidak terpenuhi. Produk sampah rata rata setiap harinya adalah 18 m yang terdiri sampah organik 87 % ( 15 m ) dan anorganik 17 %. Insinerator tersebut setiap harinnya dioperasikan secara efektif 10 jam dan jumlah yang mampu dibakar selama operasi hanya 12 m atau 80 % dari total sampah yang tersedia, sehingga setiap hanrinya sisa sampah yang tidak terbakar sebanyak m dan membentuk timbunan sampah di tempat pembuangan tersebut. Pada saat ini, untuk mengatasi permasalahan timbunan sampah tersebut dilakukan proses pengomposan, sehingga timbunan sampah di tempat pembuangan tidak terlihat lagi. Produk dari proses kompos digunakan untuk tanah perkebunan di area industri tersebut. Ruang bakar insinerator ini mempunyai 4 buah burner dan masing masing burner yang mengkonsumsi bahan bakar LNG ( liquid Nature Gas ) sebanyak 20 Nm /jam dan masing masing burner menghasilkan ouput panas sebanyak 22 kw. Namun kondisi tersebut hanya dapat dicapai bila tekanan maksimal ruang bakar nol dan bahan bakar gas yang masuk ke burner mempunyai tekanan 7.7 mba. Fakta di lapangan bahwa pengumpanan sampah ke ruang bakar insinerator melebihi batas, sehingga mengakibatkan tekanan ruang bakar positif dan terjadi back pressure. Dengan adanya back pressure selama operasi berlangsung menimbulkan suplai udara ke ruang bakar terhambat, sehingga ratio udara dan bahan bakar sampah untuk melaksanakan pembakaran sempurna tidak dapat dipenuhi. Back pressure sering menimbulkan kerusakan pada komponen burner karena gas hasil pembakaran dapat masuk ke dalam burner casing yang dapat merusak modul kontrol burner tersebut. Selain itu, akan banyak terbentuk gas beracun yang dapat membahayakan kesehatan manusia khususnya operator. Dengan demikian, bila dilihat secara fisik asap yang ke luar dari cerobong berwarna hitam, kondisi ini menunjukkan adanya hidrokarbon yang tidak sempat terbakar di ruang bakar kedua, maka harga opacity gas buang tinggi. Temperatur di dalam ruang bakar pada kondisi tersebut relatif lebih rendah. I-7-1
2 Untuk meningkatkan performansi dari insinerator ini perlu dilakukan modifikasi sistem pembakaran yang meliputi sistem distribusi bahan bakar, sistem suplai udara pada burner dan sistem distribusi udara pada ruang bakar utama dan ruang bakar kedua. Namun masih ada yang perlu diperhatikan untuk menunjang pembakaran sempurna yaitu pengumpanan sampah ke ruang bakar harus sesuai prosudur pengoperasian. Dengan demikian, ratio udara dan bahan bakar sampah dapat tercampur secara homogen, sehingga pembakaran sampah secara sempurna dapat dilaksanakan dengan baik. Dengan pembakaran sampah secara sempurna temperatur operasi ralatif lebih tinggi, relatif lebih kecil hidrokarbon yang lolos ke luar cerobong, opacity relatif lebih kecil dan asap berwana bening, sehingga emisi dari gas buang tersebut ramah terhadap lingkungan. 2. DISTRIBUSI SISTEM BAHAN BAKAR Bahan bakar gas pada pipa sumbernya mempunyai tekanan 150 sampai 200 psig dan kualitas bahan bahan bakar gas tersebut basah, agar gas yang masuk ke gas header relatif lebih kering dipasang gas scrubber yang dilengkapi mechanical trap. Pada sistem pemipaan bahan bakar gas dilingkapi bolt valve dan gas regulator. Suplai bahan bakar gas ke gas header dipasang dua jalur masing masing dilengkapi suatu bolt valve dan suatu gas regulator yang bertujuan yaitu satu jalur bahan bakar gas untuk cadangan bila ada gangguan pada jalur yang dioperasikan, sehingga pengoperasian tidak terganggu. Agar tekanan bahan bakar pada gas header 6 psig, sehingga dipasang gas regulator yang mempunyai ratiao 1 : 50, maka tekanan input gas ke gas header dapat diatur dengan gas regulator sesuai kebutuhan. Sistem distribusi bahan bakar pada insinerator ini dilengkapi suatu booster, semula hanya dipasang dua booster, namun pada dimodifikasi distribusi bahan bakar gas dipasang tiga unit booster. Khusus pada ruang bakar utama masing masing dilayani oleh suatu booster dengan tujuan agar teknan bahan bakar gas masuk ke burner stabil selama operasi berlangsung. Instalasi booster pada insinerator dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Instalasi booster pada insinerator Pressure setting pada masing masing booster 4 psig atau 288 mba, karena tekanan maksimum bahan bakar yang masuk ke multi block adalah 60 mba. Multi block yang digunakan pada sistem distribusi bahan bakar ke burner adalah tipe MB DLE 405/407 B01 dan konstruksinya dapat dilihat pada Gambar 2. I-7-2
3 Keterangan gambar: 1. Pressure regulator 9. Solenoid V1 Setting: 2. Microfilter 10. Gas pressure switch 17. Gas pressure p a. Valve V1 11. Electrical connection 18. Main volume 4. Conection flange 12. Valve V2 19. Fast stroke 5. Closing spring V1 1. Closing spring V2 20. Hydraulic barake 6. Housing 14. Armature V2 21. Working diaphragm 7. Armature V1 15. Solenoid V2 22. Compensation diaphragm 8. Regulating spring 16. Solenoid housing Gambar 2. Konstruksi multi block tipe MB DLE 405/407 B01 Dengan digunakan multi blok ini laju dan tekanan bahan bakar yang ke burner relatif lebih konstan, pressure output dari multi block ini 4 sampai 20 mba dan tekanan bahan bakar gas ke burner maksimum 20 mba. Jaringan distribusi bahan bakar dari sumber dari gas header, gas scrubber, gas header dan ke gas booster dapat dilihat pada Gambar. I-7-
4 Ø/4" gas pipe 160 psi gas supply gas scrubber Ø/4" bolt valve Ø /4" gas pipe automatic drain valve regulator pressure :200 to 0 psi pressure gauge Ø /4" gas pipe regulator pressure switch selonoid valve Ø /4" gas pipe Ø /4" gas pipe pressure test point micro filter pressure switch relief valve regulator multi block 4 adjusting valve pressure setting :5.1 psi main booster vessel capacity : 0.5 mcu secondary booster vessel 5 psi 2 burner drain 1 Gambar. Jaringan distribusi bahan bakar gas setelah dimodifikasi Dengan memasang tiga buah booster dan burner nomor satu dan dua masing masing dilayani oleh satu buah booster, sehingga pada kondisi burner ON tekanan relatif konstan. Namun burner nomor tiga dan empat hanya dilayani oleh satu buah booster, sehingga pada kondisi kedua burner tersebut ON tekanan pada booster turun dari 5 psig menjadi 1 psig. Dengan demikian, output panas dari burner nomor 1 dan 2 relatif lebih besar dari burner nomor dan 4. Kondisi ini tidak menurunkan kinerja dari proses pembakaran sampah di dalam bakar karena output panas burner nomor 1 dan 2 yang digunakan untuk membakar sampah, maka output panas dari burner nomor 1 dan 2 harus dijaga kestabilannya. Selain itu, tekanan di dalam ruang bakar harus jaga negatif agar performensi burner dan proses pembakaran sampah dapat mencapai harga optimum.. SISTEM DISTRIBUSI UDARA Insinerator ini dilengkapi air header dan air booster supaya mempunyai tekanan dan laju udara yang sama ke luar dari nozel udara pada ruang bakar utama dan kedua. Ruang bakar utama mempunyai dua unit air booster dan ruang bakar kedua mempunyai satu unit air booster. Air Booster yang dipasang pada ruang bakar utama masing masing tujuh nozel berdiameter ½. Nomun air booster yang dipasang pada ruang bakar kedua hanya mempunyai tiga nozel berdiameter ½. Pengaturan laju udara pada air header ke air booster menggunakan bolt valve, sehingga dapat dipenuhi sesuai kebutuhan untuk melakukan pembakaran I-7-4
5 sempurna. Udara untuk memenuhi proses pembakaran pada ruang bakar utama dan kedua disuplai oleh suatu centrifugal blower berkapasitas 28 m /menit atau 1680 m /jam dengan daya motor penggerak 2. HP pada putaran 2800 rpm. Namun untuk melaksanakan pembakaran sampah secara sempurna diperlukan udara sebanyak 2025 m /jam, maka blower yang terpasang pada insinerator ini perlu diganti dengan blower yang mempunyai kapasitas lebih besar yaitu 2080 m /jam. Selain itu, header yang telah terpasang pada insinerator tersebut terlu kecil yaitu φ 6, sehingga terjadi back pressure, dan menimbulkan laju udara yang masuk ke ruang bakar relatif lebih rendah dari kapasitasnya. Agar tidak terjadi back pressure pada blower dan laju udara masuk ke ruang bakar optimum, header tersebut diganti dengan ukuran yang lebih besar yaitu berdiameter 85 mm dan panjangnya 1200 mm, sehingga laju udara masuk ke ruang bakar stabil. 4. BURNER Burner yang dipasang pada insinerator tersebut menggunakan sistim ON dan OFF, blower hanya ON bila burner ON, sehingga pada saat burner OFF, maka blower juga OFF, kondisi ini burner cepat rusak karena bila terjadi back pressure gas panas dari hasil pembakaran akan masuk ke dalam burner casing dan masuk ke dalam modul kontrol yang tidak dilengkapi alat pendinginan. Supaya burner mempunyai umur pakai relatif lebih lama, maka burner tersebut perlu dilakukan dimodifikasi khususnya pada bagian blower. Burner pada kondisi OFF blower tetap pada kondisi ON, sehingga ada tiupan udara di dalam burner casing yang berfungsi sebagai pendingin, maka modul kontrol tetap dingin karena gas panas tidak ada masuk ke burner casing pada saat back pressure. Selain itu posisi nozel bahan bakar gas perlu dilakukan setting lagi agar semburan api realtif lebih panjang, sehingga kemampuan jangkau lidah api pada tumpukan sampah optimum. 5. ANALISIS DAN DISKUSI Berdasarkan hasil pengujian kinerja insinerator setelah dimodifikasi ada peningkatan yang signifikan antara lain adalah tekanan bahan bakar pada booster untuk burner nomor 1 dan 2 relatif lebih stabil, udara di dalam air header tidak back pressure dan plenum burner dingin. Dengan adanya modifikasi pada jaringan distribusi bahan bakar gas, dengan tekan bahan bakar gas pada kondisi stabil menunjukkan bahwa laju bahan bakar yang mengalir dapat mencapai optimum. Bila dilihat secara fisik semburan api yang ke luar dari lubang plenum burner sangat besar dan lidah api relatif lebih panjang serta warna api biru. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa ratio udara dan bahan bakar gas memenuhi persyaratan stoichiometric burning, sehingga terbentuk pembakaran sempurna. Pada kondisi pengumpanan sampah ke ruang bakar mengikuti ketentuan prosudur operasi insinerator, tidak terjadi back pressure dan warna asap dari gas buang yang ke luar cerobong bening. Hal tersebut menunjukkan bahwa ratio udara dan sampah yang dibakar memenuhi ketentuan stoichiometric burning, sehingga temperatur yang terjadi di dalam ruang bakar utama relatif lebih tinggi dari temperature setting ( 600 C ). Dari hasil pengamatan selama uji coba operasi insinerator, sampah yang disediakan tiga truk yang mempubyai kapasitas masing masing truk sebesar 6 m dan total sampag tertumpuk di tempat penampungan sampah sebanyak 18 m. Proses pembakaran sampah tersebut dapat dihabiskan selama 10 jam efektif. 6. KESIMPULAN Dengan memodifikasi sistem pembakaran pada insinetor PPF LB1.50 dapat meningkatkan kapasitas bakar sebesar 12.5 %, sehingga insinerator ini mampu membakar sampah sebanyak 15 m /jam pada waktu operasi selama 10 jam. Dengan demikian, tidak terlihat lagi tumpukan sampah di tempat pembuangan sampah akhir, maka area pembuangan sampah tersebut bersih dan bebas dari polisi. UCAPAN TERIMA KASH Penulis ucapkan terima kasih kepada Kepala Pusat Penelitian Fisika LIPI yang telah memberikan pasilitas untuk kegiatan riset ini dan juga Kepada PT.VICO Indonesia sebagai penyandang dan tak lupa juga kepada rekan rekan seprofesi di LIPI Bandung dan Serpong. I-7-5
6 DAFTAR PUSTAKA 1. Mamat, 200, Pengujian Performansi Insinerator Tipe PPF LB 0.50 Berbahan Bakar Gas di Mutiara Asset PT.VICO Indonesia, Kalimantan Timur,Bandung 29 0 Juli 200, Prosiding Pemaparan Hasil Litbang IPT 200, Kediputian Ilmu Pengetahuan Teknik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, hal Mamat, 200, Rancang Bangun Suatu Insinerator Berbahan Bakar Gas Yang Ramah Lingkungan, Jogyakarta 1 Mei 200, Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri, Universitas Gajah Mada, halaman Bruner Calvin R, ( 1991 ) Handbook of Incineration System, MicGraw Hill, Inc. 4. Holman J.P, ( 1981 ), Heat Transfer Fith edition McGraw Hill International Company 5. Nagaratnam, ( 1984 ), Fluid Mechanic, Khanna Publisher Delhi Perry.Robert H, 1984, Perry s Chemical Engineers Handbook, Sixth Edition,McGraw Hill International Edition. I-7-6
EVALUASI DARI MODIFIKASI INSINERATOR TIPE PPF LB DI MUARA BADAK KALIMANTAN TIMUR
PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 004 ISSN : 1411-416 EVALUASI DARI MODIFIKASI INSINERATOR TIPE PPF LB. 1.50 DI MUARA BADAK KALIMANTAN TIMUR Mamat PUSAT PENELITIAN FISIKA LIPI Jln. Cisitu
Lebih terperinciFABRIKASI INSINERATOR PORTABEL UNTUK KEBUTUHAN PUSKESMAS
FABRIKASI INSINERATOR PORTABEL UNTUK KEBUTUHAN PUSKESMAS Zulfahmi Jurusan Teknik Mesin, Universitas Malikussaleh Jln. Cot Teungku Nie Reuleut Aceh Utara- INDONESIA Phone/Fax.: +62-813-236899 E-mail: fahmigam@gmail.com
Lebih terperinciUNIVERSITAS GADJAH MADA PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI
Halaman : 1 dari 7 INCINERATOR Pasokan sampah organik dari kampus UGM ke PIAT UGM masih terdapat sampah anorganik sekitar 20%. Dari sisa sampah anorganik yang tidak bisa diolah menggunakan pirilosis, dibakar
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN
BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya
Lebih terperinciSelenoid valve 12 volt, suhu, torsi maksimum, daya maksimum, dan emisi gas buang
SELENOID VALVE 12 VOLT SEBAGAI PENGAMAN PADA SEPEDA MOTOR BERBAHAN BAKAR GAS SEBAGAI KONVERSI ENERGI ALTERNATIF YANG RAMAH LINGKUNGAN 1 Jusnita, Arifin 2, Suwandi 2 1 Dosen Fakultas Teknik Jurusan Teknik
Lebih terperinciPengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller
JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 1, April 1999 : 8-13 Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknik,
Lebih terperinci3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN
44 3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Industri susu adalah perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang mempunyai usaha di bidang industri
Lebih terperinciCOOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan )
COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan ) Adalah sistim dalam engine diesel yang berfungsi: 1. Mendinginkan engine untuk mencegah Over Heating.. 2. Memelihara suhu kerja engine. 3. Mempercepat dan meratakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA
BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.
Lebih terperinciStudi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid
Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid Darwin Rio Budi Syaka, Furqon Bastian dan Ahmad Kholil Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan pada mesin boiler satu burner dengan dua bahan bakar natural gas dan solar bekapasitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENGUJIAN
BAB III METODOLOGI PENGUJIAN Percobaan yang dilakukan adalah percobaan dengan kondisi bukan gas penuh dan pengeraman dilakukan bertahap sehingga menyebabkan putaran mesin menjadi berkurang, sehingga nilai
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. bahan dan alat uji yang digunakan untuk pengumpulan data, pengujian, diagram
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Deskripsi Penelitian Metode penelitian menjelaskan tentang tempat dan waktu pelaksanaan, bahan dan alat uji yang digunakan untuk pengumpulan data, pengujian, diagram
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT
BAB III SPESIFIKASI ALAT 1. Tangki Penyimpanan Spesifikasi Tangki Stirena Tangki Air Tangki Asam Klorida Kode T-01 T-02 T-03 Menyimpan Menyimpan air Menyimpan bahan baku stirena monomer proses untuk 15
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.
3.1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2. Bahan Penelitian Pada penelitian
Lebih terperinciModifikasi Ruang Panggang Oven
Modifikasi Ruang Panggang Oven Ekadewi A. Handoyo, Fandi D. Suprianto, Jexfry Pariyanto Prodi Teknik Mesin - Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121 131 Surabaya 60236 ekadewi@petra.ac.id ABSTRAK
Lebih terperinciMesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi
Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi Darwin Rio Budi Syaka a *, Umeir Fata Amaly b dan Ahmad Kholil c Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Lebih terperinciUNJUK KERJA MESIN BENSIN 4 SILINDER TYPE 4G63 SOHC 2000 CC MPI
2002 Dianta Mustofa Posted 2 November, 2002 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Oktober 2002 Dosen : Prof Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data
26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Instalasi Pengujian Pengujian dengan memanfaatkan penurunan temperatur sisa gas buang pada knalpot di motor bakar dengan pendinginan luar menggunakan beberapa alat dan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PERALATAN PENELITIAN 3.1.1 Bunsen Burner Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu Bunsen burner Flame Propagation and Stability Unit P.A. Hilton Ltd C551, yang dilengkapi
Lebih terperinci1. Bagian Utama Boiler
1. Bagian Utama Boiler Boiler atau ketel uap terdiri dari berbagai komponen yang membentuk satu kesatuan sehingga dapat menjalankan operasinya, diantaranya: 1. Furnace Komponen ini merupakan tempat pembakaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Motor Bakar Motor bakar adalah mesin atau peswat tenaga yang merupakan mesin kalor dengan menggunakan energi thermal dan potensial untuk melakukan kerja mekanik dengan
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal
NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB 3 DATA DAN PEMBAHASAN
BAB 3 DATA DAN PEMBAHASAN III.1 DATA III.1.1 Pipeline and Instrument Diagram (P&ID) Untuk menggambarkan letak dari probe dan coupon yang akan ditempatkan maka dibutuhkan suatu gambar teknik yang menggambarkan
Lebih terperinciSession 11 Steam Turbine Protection
Session 11 Steam Turbine Protection Pendahuluan Kesalahan dan kondisi tidak normal pada turbin dapat menyebabkan kerusakan pada plant ataupun komponen lain dari pembangkit. Dibutuhkan sistem pengaman untuk
Lebih terperinciPENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH
PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH Pradana Aditya *), Ir. Arijanto, MT *), Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl.
Lebih terperinciDengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.
SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER TANPA SIRIP
NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER TANPA SIRIP Disusun oleh : SUMARWAN NIM : D200 080 060 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciUJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS
UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS Rio Arinedo Sembiring 1, Himsar Ambarita 2. Email: rio_gurky@yahoo.com 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Sumatera
Lebih terperinciMODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG. Oleh : Hari Budianto
MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG Oleh : Hari Budianto 2105 030 057 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan energi setiap tahun terus bertambah, selaras dengan perkembangan
Lebih terperinciOLEH : DADANG HIDAYAT ( ) DOSEN PEMBIMBING : Dr. Bambang Sudarmanta, ST., MT.
TUGAS AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN COOLANT PADA RADIATOR TERHADAP UNJUK KERJA DAN EMISI GAS BUANG MESIN SINJAI BERBAHAN BAKAR BI-FUEL ( PREMIUM - COMPRESSED NATURAL GAS (CNG) ) OLEH :
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Dasar-dasar Pompa Sentrifugal Pada industri minyak bumi, sebagian besar pompa yang digunakan ialah pompa bertipe sentrifugal. Gaya sentrifugal ialah sebuah gaya yang timbul akibat
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Identifikasi Kendaraan Gambar 4.1 Yamaha RX Z Spesifikasi Yamaha RX Z Mesin : - Tipe : 2 Langkah, satu silinder - Jenis karburator : karburator jenis piston - Sistem Pelumasan
Lebih terperinciTEKNOLOGI PELEBURAN PERAK CAMPURAN DENGAN BAHAN BAKAR GAS
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 TEKNOLOGI PELEBURAN PERAK CAMPURAN DENGAN BAHAN BAKAR GAS Dwi Suheryanto
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PERALATAN PENELITIAN 3.1.1 Bunsen Burner Alat utama yang digunakan pada penelitian ini yaitu Bunsen burner Flame Propagation and Stability Unit P.A. Hilton Ltd C551, yang
Lebih terperinciSPESIFIKASI TEKNIK KOMPOR GAS BAHAN BAKAR LPG SATU TUNGKU DENGAN SISTEM PEMANTIK MEKANIK KHUSUS UNTUK USAHA MIKRO
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 56/M-IND/PER/5/2009 TANGGAL : 28 Mei 2009 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciMEMBUAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA UNIT WATER TRUCK
BAB III MEMBUAT STANDAR OPERA SIONA L PR OSEDUR PADA UNIT WA TER TRUC K MEMBUAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA UNIT WATER TRUCK 1.1 Bagian-Bagian Utama water truck. Pada bagian ini dijelaskan nama-nama
Lebih terperinciEVALUASI KEKUATAN CEROBONG DARI BEBAN TERMAL DAN ANGIN PADA INSINERATOR TIPE CCB 200 DI VICO INDONESIA BADAK 58 KALIMANTAN TIMUR
EVALUASI KEKUATAN CEROBONG DARI BEBAN TERMAL DAN ANGIN PADA INSINERATOR TIPE CCB 200 DI VICO INDONESIA BADAK 58 KALIMANTAN TIMUR Mamat Pusat Penelitian Fisika LIPI Jln. Sangkuriang (komplek LIPI) No. 21/154D,Bandung
Lebih terperinciBAB III DESAIN DAN FABRIKASI
BAB III DESAIN DAN FABRIKASI III. 1 DESAIN Objektifitas dari perancangan ini adalah: 1) modifikasi sistim feeding bahan bakar yang lebih optimal. Sebelumnya, setiap kali penambahan bahan bakar solid (batubara),
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PRODUKSI Dalam perkitan hydraulic power unit ada beberapa proses dari mulai sampai selesai, dan berikut adalah alur dari proses produksi Gambar 4.1
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Peralatan Penelitian Alat percobaan yang digunakan pada percobaan ini bertujuan untuk mengukur temperatur ring pada saat terjadi fenomena flame lift-up maupun blow off, yaitu
Lebih terperinciBIOGAS DARI KOTORAN SAPI
ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI Bambang Susilo Retno Damayanti PENDAHULUAN PERMASALAHAN Energi Lingkungan Hidup Pembangunan Pertanian Berkelanjutan PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BIOGAS Dapat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENGUJIAN
BAB III METODOLOGI PENGUJIAN Dalam melakukan penelitian dan pengujian, maka dibutuhkan tahapantahapan yang harus dijalani agar percobaan dan pengujian yang dilakukan sesuai dengan standar yang ada. Dengan
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PENGUJIAN PANJANG FLAME BABINGTON BURNER
PERANCANGAN DAN PENGUJIAN PANJANG FLAME BABINGTON BURNER Dwinanto 1), Hijrachaer W. 2) 1) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa E-mail: dwinanto@ft-untirta.ac.id 2) Mahasiswa
Lebih terperinciSTUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE
STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE Darwin R.B Syaka 1*, Ragil Sukarno 1, Mohammad Waritsu 1 1 Program Studi Pendidikan Teknik Mesin,
Lebih terperinciPengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing,
Pengoperasian pltu PERSIAPAN COLD START PLTU 1. SISTEM AUXILIARY STEAM (UAP BANTU) FUNGSI : a. Menyuplai uap ke sistem bahan bakar minyak pada igniter untuk mengabutkan bahan bakar minyak (Atomizing sistem).
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Mulai Studi Literatur, Persiapan alat dan bahan modifikasi Cylinder Head 2 lubang busi Pengujian performa Engine 2 busi Pengujian dengan peng. std
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. : Motor Bensin 4 langkah, 1 silinder Volume Langkah Torak : 199,6 cm3
III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Dalam pengambilan data untuk laporan ini penulis menggunakan mesin motor baker 4 langkah dengan spesifikasi sebagai berikut : Merek/ Type : Tecumseh TD110 Jenis
Lebih terperinciJurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 5 No. 3, September 2016 (1-6)
Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 5 No. 3, September 2016 (1-6) Studi eksperimental performansi pendingin ice bunker menggunakan media ice dengan variasi massa berbeda Richardus I G.N. Dima D.,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi otomotif saat ini semakin pesat, hal ini didasari atas
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi otomotif saat ini semakin pesat, hal ini didasari atas pemikiran dan kebutuhan manusia yang juga berkembang pesat. Atas dasar itulah penerapan teknologi
Lebih terperinciBab I Pendahuluan Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sistem pemanas dengan prinsip perpindahan panas konveksi, konduksi dan radiasi adalah teknologi yang umum kita jumpai dalam kehidupan seharihari, baik alat pemanas
Lebih terperinciLATAR BELAKANG. Alternatif pengganti bahan bakar minyak. Nilai Emisi LPG. Converter Kit Manual yg Brebet. Converter Kit
LATAR BELAKANG Alternatif pengganti bahan bakar minyak Nilai Emisi LPG Converter Kit Manual yg Brebet Converter Kit dengan APR LATAR BELAKANG Sumber : Indonesia Energy Statistic 2009 Kementrian Energi
Lebih terperinciUNJUK KERJA TUNGKU GASIFIKASI DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI MELALUI PENGATURAN KECEPATAN UDARA PEMBAKARAN
UNJUK KERJA TUNGKU GASIFIKASI DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI MELALUI PENGATURAN KECEPATAN UDARA PEMBAKARAN Subroto, Dwi Prastiyo Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1
Lebih terperinciSIFAT, KEUNTUNGAN, DAN KERUGIAN UDARA BERTEKANAN
MATERI DEFINISI PNEUMATIK SIFAT, KEUNTUNGAN, DAN KERUGIAN UDARA BERTEKANAN HUKUM-HUKUM FISIKA DALAM PNEUMATIK PEMAHAMAN DAN PENGGAMBARAN SIMBOL KOMPONEN PNEUMATIK SESUAI DENGAN STANDARISASI ISO 1219 PENGENALAN
Lebih terperinciGambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selanjutnya jumlah dan kualitas dari udara yang dikondisikan tersebut dikontrol.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan kondisi udara yang nyaman pada saat ini sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, terutama pada kendaraan seperti
Lebih terperinciANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN
Flywheel: Jurnal Teknik Mesin Untirta Vol. IV, No., April 208, hal. 34-38 FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepagejurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PEMBUATAN FILTER ASAP PADA INCINERATOR SAMPAH (RJ01)
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN FILTER ASAP PADA INCINERATOR SAMPAH (RJ01) Nama : Rico Eka Arfiansyah NPM : 26411131 Jurusan : Teknik Mesin Dosen Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT Latar Belakang Sampah merupakan
Lebih terperinciAku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger
Pengertian Turbocharger Turbocharger merupakan sebuah peralatan, untuk menambah jumlah udara yang masuk kedalam slinder dengan memanfaatkan energi gas buang. Turbocharger merupakan perlatan untuk mengubah
Lebih terperinciPRARANCANGAN SISTEM LOADING DAN UNLOADING PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF
PRARANCANGAN SISTEM LOADING DAN UNLOADING PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF Husen Zamroni, R. Sumarbagiono, Subiarto, Wasito Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PRARANCANGAN SISTEM
Lebih terperinciBAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI
BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI Waste-to-energy (WTE) merupakan konsep pemanfaatan sampah menjadi sumber energi. Teknologi WTE itu sendiri sudah dikenal di dunia sejak
Lebih terperinciKAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN
KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN Riccy Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Unika Atma Jaya, Jakarta Jalan Jenderal Sudirman 51 Jakarta 12930
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar yang berasal dari fosil dari tahun ke tahun semakin meningkat, sedangkan ketersediaannya semakin berkurang
Lebih terperinciPROSES PRODUKSI ASAM SULFAT
PRODU KSI A SAM SU LFAT BAB III PROSES PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT 3.1 Flow Chart Proses Produksi Untuk mempermudah pembahasan dan urutan dalam menguraikan proses produksi, penulis merangkum dalam bentuk
Lebih terperinciOPTIMASI DESAIN SISTEM PENDINGIN PADA MOBIL BERBAHAN BAKAR ETANOL BERKAPASITAS MESIN 1100 CC
OPTIMASI DESAIN SISTEM PENDINGIN PADA MOBIL BERBAHAN BAKAR ETANOL BERKAPASITAS MESIN 1100 CC Tunggal Ajining Prasetiadi* SMK Pusponegoro Jatibarang, Tegal, Jawa Tengah ABSTRACT Development and use of new
Lebih terperinciKONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT
KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI, 2009 POTENSI ENERGI PANAS BUMI Indonesia dilewati 20% panjang dari sabuk api "ring of fire 50.000 MW potensi panas bumi dunia, 27.000 MW
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan gas bumi di Indonesia adalah sangat penting mengingat hasil pengolahan gas bumi digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, industri maupun transportasi.
Lebih terperinciPERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET
PERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET ABSTRAK Muhammad Awwaluddin, Puji Santosa, Suwardiyono Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir BATAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN
Lebih terperinciPenggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :
SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI TINGGI BEBAN TERHADAP EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU
PENGARUH VARIASI TINGGI BEBAN TERHADAP EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU Sudarno i 1 Abstract : Pengaturan tinggi beban yang kurang tepat merupakan salah satu penyebab rendahnya efisiensi pada kompor
Lebih terperinciPROPOSAL. PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw. Waste to Energy Commercial Aplications
PROPOSAL PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw Waste to Energy Commercial Aplications PT. ARTECH Jalan Raya Narogong KM 9.3 Bekasi HP.0811815750 FAX.8250028 www.artech.co.id Pendahuluan
Lebih terperinciPERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI)
PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI) Rizky Rachman 1,a, Novi Caroko 1,b, Wahyudi 1,c Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Lebih terperinciSimposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X
ANALISIS KARAKTERISTIK MESIN REFRIGERASI MOBIL MENGGUNAKAN MOTOR LISTRIK SEBAGAI ALAT UJI Annisa Wulan Sari 1* Sunaryo 1** 1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Riau Jl. K.H.
Lebih terperinciANALISA PERBANDINGAN EMISI GAS BUANG BAHAN BAKAR LGV DENGAN PREMIUM PADA DAIHATSU GRAND MAX STANDAR
ANALISA PERBANDINGAN EMISI GAS BUANG BAHAN BAKAR LGV DENGAN PREMIUM PADA DAIHATSU GRAND MAX STANDAR Munzir Qadri 1, Fadwah Maghfurah 2, Sulis Yulianto 3 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciTURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA
TURBOCHARGER URAIAN Dalam merancang suatu mesin, harus diperhatikan keseimbangan antara besarnya tenaga dengan ukuran berat mesin, salah satu caranya adalah melengkapi mesin dengan turbocharger yang memungkinkan
Lebih terperinciProses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah.
Proses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah. Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, telah diciptakan suatu alat yang bisa menampung,
Lebih terperinciPENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET Suriansyah Sabaruddin 1)
Widya Teknika Vol.18 No.2; Oktober 2010 ISSN 1411 0660 : 50-54 PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET 1000 Suriansyah Sabaruddin
Lebih terperinciKonservasi Energi di Kilang Gas Alam Cair/LNG Melalui Peningkatan Efisiensi Pembakaran pada Boiler
159 Iriany / Jurnal Teknologi Proses 5( Juli 006: 151 155 Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia 5( Juli 006: 156 16 ISSN 141-7814 Konservasi Energi di Kilang Gas Alam Cair/LNG
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Eksperimen dilakukan untuk mengetahui proses pembakaran spontan batubara menggunakan suatu sistem alat uji yang dapat menciptakan suatu kondisi yang mendukung terjadinya pembakaran
Lebih terperinciPratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS
Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP Putro S., Sumarwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Muhamadiyah Surakarta Jalan Ahmad Yani Tromol Pos I Pebelan,
Lebih terperinciMEMBUAT TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS DAN ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
MEMBUAT TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS DAN ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Media Pembelajaran yang dibimbing oleh Bapak Drs. Ganti Depari, ST.M.Pd Disusun oleh
Lebih terperinciPERFORMANSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 18 TON/JAM DI PKS MERBAUJAYA INDAHRAYA
PERFORMANSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 18 TON/JAM DI PKS MERBAUJAYA INDAHRAYA LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III PROGRAM
Lebih terperinciGambar struktur fungsi solenoid valve pneumatic
A. PNEUMATIK 1. Prinsip Kerja Peralatan Pneumatik Prinsip kerja dari solenoid valve/katup (valve) solenoida yaitu katup listrik yang mempunyai koil sebagai penggeraknya dimana ketika koil mendapat supply
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 MOTOR DIESEL Motor diesel adalah motor pembakaran dalam (internal combustion engine) yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat sebagai bahan bakar dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi Tulen yang berperan dalam proses pengeringan biji kopi untuk menghasilkan kopi bubuk TULEN. Biji
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Skema Oraganic Rankine Cycle Pada penelitian ini sistem Organic Rankine Cycle secara umum dibutuhkan sebuah alat uji sistem ORC yang terdiri dari pompa, boiler, turbin dan
Lebih terperinciANALISIS DAN KRITERIA PENERIMAAN
SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN PROTEKSI BAHAYA INTERNAL SELAIN KEBAKARAN DAN
Lebih terperinciBAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU
BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Perencanaan Ulang Sumur Gas Lift pada Sumur X
Perencanaan Ulang Sumur Gas Lift pada Sumur X Amanu Pinandito, Sisworini, Sisworini, Djunaedi Agus Wibowo Abstrak Sumur X yang sudah beroperasi sejak 2004 merupakan sumur yang menggunakan gas lift sejak
Lebih terperinciUji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS
Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS ANDITYA YUDISTIRA 2107100124 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H D Sungkono K, M.Eng.Sc Kemajuan
Lebih terperinciBAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI
BAB II DASAR TEORI 2. 1 Sistem Pengapian Sistem pengapian sangat berpengaruh pada suatu kendaraan bermotor, karena berfungsi untuk mengatur proses pembakaran campuran antara bensin dan udara di dalam ruang
Lebih terperinciLATAR BELAKANG. Peran EBT secara significan semakin ditunggu
LATAR BELAKANG Peran EBT secara significan semakin ditunggu 1 LATAR BELAKANG Peran EBT untuk mengurangi ketergantungan BBM, terutama di transportasi 2 LATAR BELAKANG Peran EBT untuk mengurangi ketergantungan
Lebih terperinciPENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG
PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG Bambang Yunianto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI
S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP; Menimbang : Mengingat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PERALATAN PENELITIAN 3.1.1 Peralatan Utama Peralatan utama dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Bunsen Burner Flame Propagation and Stability Unit P.A Hilton LTD C551. Dilengkapi
Lebih terperinciPEMINAR PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT. Oleh: Ir. Harman, M.T.
PEMINAR PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT Oleh: Ir. Harman, M.T. AKADEMI TEKNIK SOROAKO 14 Desember 2016 Publikasi karya Ilmiah Biodata Penulis Nama : Ir. Harman, M.T. NIDN : 0928087502 Tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Dalam industri minyak dan gas bumi, peningkatan pemanfaatan gas bumi domestik membutuhkan terobosan nasional dalam sinkronisasi perencanaan produksi, pengembangan
Lebih terperinciLUBRICATING SYSTEM. Fungsi Pelumas Pada Engine: 1. Sebagai Pelumas ( Lubricant )
LUBRICATING SYSTEM Adalah sistim pada engine diesel yang dapat merawat kerja diesel engine agar dapat berumur panjang, dengan memberikan pelumasan pada bagian-bagian engine yang saling bergerak/mengalami
Lebih terperinci