BAB II KERANGKA TEORITIS
|
|
- Hendra Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Kepemimpinan Dalam Konteks Kekristenan Menurut George Barna sebagaimana dikutip dalam Alex (2011) mengatakan ; a chirstiani leader as someone who is called by God to lead with christlike character an effectively, motivates, mobilizes resources and direct people toward fulfillment of a jointly embraced vision for God. Menurut Robert Clinton (1989) dalam tulisan Eddie Gibbs (2005) berpendapat tugas utama pemimpin adalah mempengaruhi umat Allah untuk melaksanakan rencana Allah. Demikian juga Henry dan Richard Blackaby dalam tulisan Eddie Gibbs (2005) mengatakan kemepmimpinan bahwa kemepimpinan kristen bukan suatu pekerjaan tetapi sebuah panggilan. Dimana pemimpin menggerakan orangorang berdasarkan agenda Allah. Menggerakan orang lain menurut Walter Wright (2004) seorang pemimpin yang masuk ke dalam hubungan dengan orang lain untuk mempengaruhi. Melalui perilaku, nilai-nilai, atau sikap pemimpin akan menyarankan bahwa semua orang Kristen mampu melakukannya. Atau lebih tepatnya bahwa semua
2 orang kristen seharusnya menjalankan kepemimpinan, dan berusaha membuat sebuah perbedaan dalam kehidupan sekitar. Perbedaan rumusan kepemimpinan secara umum dan kepemimpinan kristen, bukan terletak pada metode, jabatan atau kedudukan melainkan pada panggilan nilai dari filosofinya. Pola kepemimpinan kristen yang diangap efektif dan efisien bukankah harus mendayagunakan pola servant leadership (kepemimpinan melayani). Pola kepemimpinan seperti Yesus bukanlah perkara yang mudah tetapi sekaligus juga bukan sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Modalnya cuma satu yakni hati. Yesus mengajarkan servant leadership (kepemimpinan melayani), pada intinya, terpusat pada apa yang ada di dalam hati seorang pemimpin. Hati akan menentukan apa yang terlihat keluar ( 2.2 Servant Leadership (Kepemimpinan Melayani) Beberapa literature menyebutkan dan mengakui tokoh pertama yang menekuni gagasan Servant leadership secara serius yaitu Robert K Greenleaf. Gagasan mengenai servant leadership (kepemimpinan
3 melayani) ini sebenarnya telah menjadi perhatian sejak tahun Konsep servant leadership terutama berasal dari pengalaman Greenleaf bekerja di sebuah perusahaan besar (AT & T). Walaupun demikian kristalisasi ide ini terjadi setelah Greenleaf membaca novel singkat berjudul "Journey to the East' yang ditulis oleh Hermann Hesse, yang menceritakan panggilan sekelompok orang spiritual. Greenleaf mendefinisikan Servant leadership If one is a servant, either leader of follower, one is always searching, listening, and expecting that a better wheel for these times is in the making. Pada tahun 1970, Greenleaf menerbitkan sebuah esay berjudul The Servant as Leader : yang menerangkan bahwa servant leadership (kepemimpinan melayani) adalah orang yang mula-mula menjadi pelayan, dalam pernyataannya Greenleaf mengatakan Servant leadership (kepemimpinan melayani) dimulai dengan perasaan alami bahwa orang lain ingin melayani lebih dulu, kemudian pilihan sadar membawa orang untuk berkeinginan memimpin. Lebih lanjut menurut Greenleaf kepemimpinan yang secara alami adalah orang yang mengerti bahwa memimpin itu adalah menjadi pelayan terlebih dahulu yang menempatkan kepentingan orang lain sebagai prioritas tertinggi. Servant leadership (kepemimpinan melayani)
4 ini dimulai dari kesadaran seorang pemimpin sebagai pelayan yang muncul dari prinsip yang dianut oleh pemimpin, nilai-nilai dan kepercayaan. Melalui tulisan Greenleaf Servant leadership dipandang sebagai salah satu pelopor revolusi baru dalam pemikiran kepemimpinan, khususnya servant leadership (kepemimpinan melayani). Servant leadership (kepemimpinan melayani) memberikan filosofi baru dalam konsep kepemimpinan. Penelitian Laub (1999) menyatakan pandangan dari Greenleaf tentang konsep Servant leadership mempengaruhi beberapa kepemimpinan dari komunitas Kristen yang paling menonjol yakni : Steven Covey, John Gardner, Peter Senge, M. Scott Peck (Spears) and Margaret Wheatley. Dijelaskan tulisannya berpendapat bahwa servant leadership (kepemimpinan melayani) adalah suatu cara dalam memimpin dan mengelola organisasi yang lebih baik. Tulisan Greenleaf dengan judul Servant leadership telah membantu dimulainya gerakan dan pandangannya yang telah memberi dampak yang mendalam dan mengembangkan banyak orang. Ide mengenai Servant leadership, yang dicetuskan Greenleaf sejak tahun 1970, telah berlangsung selama 40 tahun dan telah menciptakan perubahan bagi organisasi di seluruh dunia (Spears: 2004).
5 Jadi servant leadership (kepemimpinan melayani) muncul dari prinsip yang dianut oleh pemimpin timbul dari nilai-nilai dan kepercayaan (Greenleaf: 1977). Melayani pihak lain berarti di mana pemimpin menfasilitasi bahwannya atau anggotanya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Di sisi lain Senjaya (1997) mengutip tulisan Covey yang mengatakan bahwa servant leadership (kepemimpinan melayani) sematamata bukan hanya melayani untuk mendapatkan hasil, tetapi perilaku untuk melayani adalah hasilnya. Pemimpin haruslah mengetahui bahwa tugas dan kewajiban utama dari pemimpin adalah melayani kebutuhan dan kepentingan dari pihak lain, Akuchie dalam tulisan Laub (2004). Selanjutnya dijelaskan bahwa, bagaimanapun juga melayani pihak lain merupakan kepercayaan yang diberikan oleh organisasi kepada pemimpin atau memberikan pelayanan kepada pihak lain merupakan ide, realisasi dan aktualisasi dari melayani pihak lain. Dalam hal ini merupakan panggilan tertinggi dari kepemimpinan yang dapat melayani sebagai fungsi penting di dalam memimpin pihak lain. Tulisan Greenleaf, fokus pada perilaku dari servant leadership (kepemimpinan melayani) dan perilaku kepemiminannya telah mempengaruhi pengikut atau anggota (Smith, Montagno dan
6 Kuzmenko: 2004). Selanjutnya dijelaskan bahwa, servant leadership (kepemimpinan melayani) memandang kepemimpinan bukan posisi atau status, tetapi sebagai kesempatan untuk melayani sebagai bentuk dalam mengembangkan orang lain dengan sepenuhnya. Namun tulisan Spears (2010) sebagaimana mengutip pendapat Greenleaf (1977) menyatakan bahwa kepamimpinan melayani, pelayan sebagai pemimpin yang dimulai dengan perasaan alami ingin melayani yang menjadi faktor utama. Dan menurut Millard (1995) mengutip pendapat yang dikemukakan oleh Laub (1999) menunjukan bahwa servant leadership (kepemimpinan melayani) bukanlah sebagai gaya kepemimpinan tetapi sebagai, suatu falsafa dan pendekatan kepemiminan melalui cara hidup dan cara berpikir. Untuk itu orientasi servant leadership (kepemimpinan melayani) akan tercemin dari dimensi iman Kristen yang berhubungan dengan, sikap kerendahan hati dan pelayanan kepada Tuhan bahwa kekuatan kepemimpinan selalu di bawah pengawasan Allah, (Irving: 2004). Sejalan dengan itu Menurut Senjaya (1997) mengutip tulisan dari Steven Covey yang berpendapat, servant leadership (kepemimpinan
7 melayani) muncul dari prinsip yang dianut oleh pemimpin melalui nilai-nilai dan kepercayaan. Servant leadership (kepemimpinan melayani) adalah seseorang yang memiliki perasaan secara alami dengan kerelaan hati, ingin melayani lebih dulu, menciptakan perubahan dan dapat memberdayakan anggota dalam organisasi, dan itu terwujud dari sikap dan nilai-nilai kepercayaan. Konsep servant leadership (kepemimpinan melayani) lebih mengutamakan kepentingan dari bawahannya tidak sekedar itu namun, pemimpin dituntut melakukan tugas tanggung jawab dalam sikap, tutur kata, perilaku memberikan nilai yang baik dan dapat di teladani oleh anggota organisasi. Blanchard dan Hodges (2006) menulis bahwa menjadi seorang servant leadership (kepemimpinan melayani) bagi orang Kristen bukan lagi merupakan pilihan tapi merupakan mandat yang diperintahkan Tuhan sendiri. Secara sempurna Tuhan telah menggambarkan ajaran-nya sendiri dengan teladan; Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan melayani. Tetapi aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan (Luk 22:27). Sanders (1974) dalam tulisan Oktavian (2004) menulis bahwa setiap kali seseorang akan mulai mempelajari
8 kepemimpinan rohani, perlu agar prinsip ilahi yang utama ini dipahami dengan jelas dan dipegang dengan teguh. Kebesaran sejati, kepemimpinan sejati dicapai bukan dengan cara menurunkan orang-orang untuk melayani, melainkan dengan memberikan diri sendiri untuk melayani orang lain tanpa memperdulikan diri sendiri. Dijelaskan lebih lanjut bahwa, pemimpin rohani yang sejati senantiasa lebih memperhatikan pelayanan yang dilakukannya untuk Tuhan dan sesamanya, daripada memikirkan keuntungan dan kesenangan yang diperolehnya dalam hidup. Dan Yesus adalah pemimpin sejati bagi orang percaya orang-orang yang mengenal Yesus. Tulisan Robert Kysar (2003) mengalegorikan Yesus sebagai Gembala Baik (Yohanes pasal 10 ayat 11-17). Dalam penjelasannya Yesus amat memperhatikan orang-orang percaya kepunyaan-nya sehingga Yesus bersedia mengorbankan hidup-nya bagi mereka. Gemabala baik akan melindungi orang-orang kepunyaan-nya, sekalipun itu berarti Ia harus mengorbankan dan menyerahkan hidup-nya (Kysar: 2003). Salah satu sifat kepemimpinan rohani dalam melakukan pekerjaannya dilakukan secara efektif dengan menggunakan hati seorang gembala. Pemimpin harus menunjukan satu contoh yang layak bagi
9 kawanan dombanya. Hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. Jadilah teladan bagi anggota yang di pimpinnya dalam perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan, dan dalam kesucian. Tidak hanya itu saja bahwa seorang pemimpin harus diliputi sifat rendah hati, disini lebih rendah hati dalam hubungan dengan orang lain. Dijelaskan bahwa, bersikap rendah diri terhadap disiplin Allah atau ajaran Allah (Oktavian: 2004). Penjelasan dari beberapa ahli mengenai Servant leadership menjadi patokan bagi setiap pemimpin lebih khusus menjadi ciri, sikap atau pola hidup bagi setiap pemimpin. 2.3 Karakteristik Servant leadership menurut beberapa Ahli Karakteristik Servant leadership Menurut Spears Dalam tulisan Spears (2004) diungkapkan bahwa setelah beberapa tahun mempelajari tulisan asli Greenleaf dengan seksama, Spears menyusun karakteristik yang dianggap penting untuk pengembangan servant leadership (kepemimpinan melayani). Menurut tulisan Spears ada 10 karakteristik servant leadership (kepemimpinan melayani) yaitu: mendengar, empati, menyembuhkan, memiliki kesadaran, persuasi, konseptualisasi, melihat ke masa
10 depan, mempercayakan pengaturan, memiliki komitmen terhadap pengembangan manusia, dan membangun komunitas (Spears: 2004). Berikut ini adalah penjelasan mengenai masing-masing karakteristik tersebut. (1) Mendengarkan (Listening) servant leadership (kepemimpinan melayani) bersedia mendengarkan keinginan orang lain atau kelompoknya. Secara terbuka dan membantu merefleksikan keinginan tersebut secara periodik. (2) Empati (Empathy) servant leadership (kepemimpinan melayani) berusaha mengerti dan memahami kekhususan dan keunikan orang lain, mengenal dan menerima orang lain apa adanya, memiliki asumsi bahwa orang yang bekerja sama dengannya mempunyai itikad yang baik. (3) Menyembuhkan (Healing) servant leadership (kepemimpinan melayani) memiliki kemampuan untuk menyembuhkan orang lain maupun dirinya sendiri dari perasaan kehilangan semangat akibat perasaan sakit hati atau masalah emosi lainnya. (4) Kesadaran (Awareness), Seorang Pemimpin melayani memiliki kesadaran yang tinggi terhadap masalah etika dan nilai. la mampu membantu orang lain memahami masalahmasalah etika dan nilai-nilai, memandang banyak hal secara integral atau menyeluruh, menyadarkan dan
11 mengubah orang lain dengan memberikan alasan yang rasional. (5) Persuasi (Persuasion). Servant leadership (kepemimpinan melayani) mengutamakan dan mengandalkan diri pada persuasi (pembujukan), bukan pada posisi atau kekuasaannya. Pemimpin akan berusaha meyakinkan orang lain, serta mampu membangun kesepakatan didalam kelompoknya. (6) Konseptualisasi (Conceptualization). Servant leadership (kepemimpinan melayani) memiliki kemampuan untuk menyusun atau membuat suatu tujuan yang hebat atau besar, bukan hanya berfokus pada kegiatan rutin harian, namun juga jangka panjang. (7) Melihat ke masa depan (Foresight). Servant leadership (kepemimpinan melayani) berfokus pada tujuan memiliki kemampuan melihat kebutuhan pada masa yang akan datang. Pemimpin belajar dari masa lalu, memahami kenyataan atau keadaan saat ini, dan akibat dari suatu keputusan terhadap masa yang akan datang. Pemimpin yang memiliki intuisi atau kemampuan memprediksi hal-hal yang dibutuhkan untuk masa yang akan datang. (8) Mempercayakan (Stewardship), didefinisikan stewardship sebagai holding something in trust for another, yaitu mempercayakan sesuatu kepada orang lain. Seorang Pemimpin Pelayan menganggap komitmen untuk
12 melayani kebutuhan orang lain adalah hal yang utama, dan ia percaya bahwa bawahannya juga mau dan mampu melayani orang lain dengan baik. (9) Komitmen terhadap pengembangan manusia (Commitment to the growth of people). Servant leadership (kepemimpinan melayani) memiliki komitmen dan memahami tanggung-jawabnya untuk mengembangkan semua individu atau anggota yang ada di dalam organisasi. (10) Membangun komunitas (Building community). Servant leadership (kepemimpinan melayani) terjadinya pergeseran dari komunitas lokal kepada lembagalembaga atau organisasi, telah menyadarkan Servant leadership (kepemimpinan melayani) untuk membangun komunitas diantara orang-orang yang bekerja dalam suatu lembaga tertentu. Komunitas sejati dapat diciptakan diantara orang-orang yang bekerja pada suatu organisasi atau lembaga demi kebaikan bersama. Kesepuluh karakteristik dari servant leadership (kepemimpinan melayani) tersebut tidaklah saling terpisah satu dengan yang lainnya, tetapi keseluruhannya menunjukkan suatu kesatuan yang saling mendukung, dan konsep ini baik untuk dilakukan oleh pemimpin yang merasa terpanggil dan
13 bersedia untuk memenuhinya (Spears: 2004); (Calvin et al 2009 ) serta (Marianti: 2011) Karakteristik Servant leadership Menurut Patterson Dalam tulisan Patterson (2003) telah mengembangkan teori servant leadership (kepemimpinan melayani) dimana Patterson menciptakan sebuah landasan yang lebih pada spesifik dengan mendefenisikan nilai-nilai yang ada pada servant leadership (kepemimpinan melayani). Dan didasarkan pada nilai-nilai yang Patterson sebutkan komponen constructs dari servant leadership (kepemimpinan melayani). Menurut Patterson dan Russel (2004), servant leadership (kepemimpinan melayani), yang mana adalah terfokus pada pengikut, menjelaskan perilaku tersebut. Menurut Whetstone (2001) dalam tulisan Patterson (2003) kebajikan atau moral yang menunjuka kepada karakteristik kualitatif yang merupakan bagian dari karakter seseorang, sesuatu yang bersifat internal yang lebih tertuju pada spiritual. Kualitas ini mencirikan servant leadership (kepemimpinan melayani), yang dipandu oleh kebijakan didalamnya, selanjutnya disebut constructs.
14 Konstruksi ini berbudi luhur yang mendefenisikan keepmimpinan melayani tersebut, membentuk sikap, karakteristik, dan perilaku setiap orang. Jadi intinya menurut Patterson servant leadership (kepemimpinan melayani) ialah seseorang yang melayani dengan berfokus pada pengikut, dimana para pengikut menjadi perhatian utama dan masalah organisasi adalah selanjutnya. Konstruksi servant leadership (kepemimpinan melayani) adalah kebajikan, yang didefinisikan sebagai kualitas moral yang baik dalam diri seseorang, atau secara umum sebagai kualitas kebaikan atau keunggulan moral. Patterson (2003) melihat Servant leadership (kepemimpinan melayani) adalah suatu teori mengenai kebajikan atau kesalehan (Virtuous Theory). Kebajikan atau kesalehan adalah karakteristik kualitatif yang merupakan bagian dari karakter seseorang, sesuatu yang ada di dalam diri seseorang yang bersifat internal, atau yang lebih ditekankan disini yakni bersifat spritual atau rohaniah atau batiniah. Teori Kebijakan atau Kesalehan (Virtue Theory) menunjukan ide dalam melakukan hal-hal yang tepat dengan fokus pada karakter moral, dan mencari hal-hal yang tepat dilakukan dalam situasi tertentu. Kesalehan atau kebajikan berharga bagi kepemimpinan karena
15 berfokus pada kebaikan bersama, bukan pada maksimal keuntungan, karena itu mendapat tempat dalam kepemimpinan. Model teoritis yang dibuat oleh Patterson (2003) mengenai servant leadership (kepemimpinan melayani), terdiri dari tujuh konstruk kebijakan atau kesalehan, yaitu: (1) Kasih yang murni atau Agape (Agape Love), menurut Patterson merupakan landasan hubungnan kepemimpinan dan pengikut adalah Kasih Agape. Menurut Dennis dan Bocarnea (2006) kasih agape artinya mengasihi dalam arti sosial atau moral. Menurutnya Kasih ini menyebabkan pemimpin untuk menggap setiap orang tidak hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan, tetapi sebagai orang pelengkap antara kebutuhan dan keinginan. Lebih lanjut menurutnya lakukan kepada orang lain seperti yang anda inginkan kepada orang tersebut lakukan kepadamu terapkan untuk semua. Servant leadership (kepemimpinan melayani) benar-benar peduli untuk orang lain dan tertarik dalam kehidupan pengikutnya. (2) Kerendahan Hati (Humility), menurut Sandage dan Wiens (2001) dalam tulisan Dennis dan Bocarnea (2006) berpendapat bahwa kemampuan untuk menjaga sebuah sebuah prestsi dan talenta dalam prespektif. Ini berarti berlatih penerimaan diri, tetapi selanjutnya
16 meliputi praktek kerendahan hati yang sejati, yang berarti tidak menjadi berfokus pada diri sendiri melainkan berfokus pada orang lain. Swindoll (1981) dalam tulisan Dennis dan Bocarnea (2006) berpendapat bahwa kerendahan pelayan tidak boleh disamakan dengan miskin harga diri, melainkan bahwa kerendahan hati adalah sejalan dengan ego yang sehat. Dengan kata lain, kerendahan hati bukan berarti memiliki rendahnya pandangan terhadap diri sendiri atau nilai diri seseorang, melainkan berarti melihat sesorang tidak lebih baik atau buru daripada yang lainnya. Servant leadership (kepemimpinan melayani) melihat kerendahan hati sebagai cerminan akurat dari penilain diri dan karena itu, memelihara fokus pada rendah diri (Tangney: 2000). (3) Mengutamakan orang lain (altruism), tulisan Kaplan (2000) menyatakan bahwa altruism adalah membantu orang lain tanpa pamrih, yang melibatkan pengorbanan pribadi, meskipun tidak ada keuntungan pribadi. sementara Dennis dan Bocarnea (2006) mengutip tulisan Eisenberg (1986) mendefenisikan perilaku altruistik sebagai perilaku sukarela yang dimaksudkan untuk menguntungkan pihak lain dan tidak dimotivasi oleh harapan eksternal yakni penerimaan imbalan atau pahala. Bagi Johnson (2001) dalam tulisan Dennis dan
17 Bocarnea (2006) yang berpendapat bahwa altruism merupakan perspektif etika. Menerapkan teori kognisi sosial untuk menjelaskan altruism, yang berfokus pada faktor-faktor identitas, persepi diri, cara pandangan, dan empati. Lebih lanjut Monroe (1994) mengutip pendapat yang dikemukakan oleh Dennis dan Bocarnea (2006) mendefenisikannya sebagai perilaku yang dimaksukan untuk mendatangkan keuntungan yang lain, bahkan melakukannya mungkin beresiko atau memerlukan pengorbanan untuk kesejahteraan orang lain. (4) Visi (Vision), Blanchard (2000) mendefinisikan visi sebagai Gambaran masa depan yang menghasilkan gairah, selanjutnya dijelaskan bahwa visi diperlukan untuk kepemimpinan yang baik. Demikian Laub (1999) menemukan bahwa visi bersama membangun orang lain (memberdayakan mereka) dan melayani kebutuhan orang lain (melayani mereka). Menurut Dennis dan Bocarnea (2006) berpendapat bahwa servant leadership (kepemimpinan melayani) harus bermimpi sambil tetap berada di masa lalu dan fokus pada masa depan, karena ini memungkinkan pemimpin untuk mengambil keuntungan dari peluang masa kini. Berkaitan visi dan kerendahan hati Dennis dan Bocarnea (2006) mengutip pendapat yang dikemukakan oleh Buchan (2002)
18 menyatakan bahwa kepemimpinan yang melayani tidak mementingkan diri sendiri, memungkinkan ego pemimpin dengan mendapatkan cara kemampuannya dalam membayangkan masa depan organisasi. (5) Percaya (Trust), kepercayaan adalah karakteristik penting dari servant leadership (kepemimpinan melayani). Model tersebut kebenaran servant leadership (kepemimpinan melayani) dalam cara melatih, memberdayakan dan mempengaruhi. Kepercayaan ini ada sebagai elemen dasar untuk suatu kepemimpinan sejati. Menurut Russell (2001) dalam tulisan Dennis dan Bocarnea (2006) dinyatakan bahwa nilai-nilai integritas dan kejujuran membangun kepercayaan interpersonal, organisasi dan menyebabkan kredibilitas; kepercayaan ini sangat penting dalam servant leadership (kepemimpinan melayani), dan selalu hadir sebagai faktor penting yang merupakan pusat kepemimpinan. Selain itu Melrose (1998) sebagaimana dikutip dalam Dennis dan Bocarnea (2006) menyatakan bahwa para pemimpin melakukan apa yang dikatakan, yang menimbulkan kepercayaan. Keterbukaan seorang pemimpin untuk menerima masukan dari orang lain meningkatkan kepercayaan pada seorang pemimpin. Pengikut lebih cenderung mengikuti pemimpin dengan perilaku yang konsisten,
19 dapat dipercaya dan dapat langsung terhubung dengan aspirasi pengikutnya. (6) Pemberdayanaan (Empowerment), Pemberdayaan adalah mempercayakan kekuasaan kepada orang lain, dan untuk servant leadership (kepemimpinan melayani) menyangkut mendengarkan secara efektif, membuat orang merasa penting, menempatkan penekanan pada kerja sama tim, menghargai cinta dan kesetaraan (Russell dan Stone, 2002). Covey (2002) berpendapat bahwa pemimpin berfungsi sebagai contoh untuk memberdayakan orang lain dan untuk menilai perbedaan pengikutnya. Mcgee-Cooper dan Trammell (2002) sebagaimana dikutip dalam Dennis dan Bocarnea (2006) berpendapat bahwa memahami asumsi dasar dan latar belakang informasi tentang isuisu penting pemberdayakan masyarakat untuk menemukan makna lebih dalam pekerjaan dan untuk berpartisipasi lebih lengkap dalam pengambilan keputusan yang efektif. Bass (1990) sebagaimana dikutip dalam Dennis dan Bocarnea (2006) mengemukakan bahwa pemberdayaan adalah pembagian kekuasaan dengan pengikut dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. (7) Pelayanan (Service). Tindakan melayani meliputi misi tanggung jawab kepada orang lain (Dennis dan
20 Bocarnea: 2006). Pemimpin memahami bahwa pelayanan adalah pusat servant leadership (kepemimpinan melayani). Model servant leadership (kepemimpinan melayani), melayani sesamanya dalam perilaku, sikap, dan nilai-nilai. Menurut Block (1993) sebagaimana dikutip dalam tulisan Dennis dan Bocarnea (2006), pelayanan adalah segalanya. Orangorang bertanggung jawab kepada siapa yang dilayani apakah itu bawahan atau pengikutnya. Greenleaf (1996) mengemukakan bahwa bagi para pemimpin untuk melayani orang lain, harus memiliki rasa tanggungjawab. Patterson (2003) menjadikan kasih sebagai karakteristik dari Servant leadership (kepemimpinan melayani) yang paling mendasar atau utama, dan diakhiri dengan pelayanan (Patterson: 2003). Model yang dibuat Patterson, sesuai dengan ajaran Yesus, yaitu hukum yang kedua, yang sama pentingnya dengan hukum yang terutama, adalah mengasihi sesama manusia. Sebagai orang yang mengasihi sesama manusia dengan baik dan penuh kasih. Dalam kerangka karakteristik ini diawali dengan Kasih sebagai karakteristik dasar servant leadership (kepemimpinan melayani), dan diakhiri dengan motivasi untuk
21 melayani sesama, sebagai akibat yang timbul dari sikap mengasihi tersebut. Patterson memakai teori Maslow bahwa, salah satu kebutuhan manusia adalah dikasihi atau dicintai. Kasih dapat memberikan dorongan yang kuat pada diri sesorang untuk berbuat sesuatu. Jadi servant leadership (kepemimpinan melayani) juga perlu memimpin bahwahannya dengan Kasih atau cinta. Menurut Rome sebagaimana dikutip dalam tulisan Anne dan Deprez (2008) Kasih atau cinta sejati (Real Love) adalah memperhatikan kebahagiaan orang lain tanpa memikirkan apa yang akan didapatkan untuk diri sendiri, sedangkan kasih atau cinta yang palsu (Imitation Love), adalah mencari pujian, kekuasaan, kesenanagan, dan keamanan pribadi atau diri sendiri. Sebetulnya dasar dari konsep servant leadership (kepemimpinan melayani), adalah konsep kasih atau cinta kepada sesama, khususnya kepada para bawahannya. Hal ini perlu ditumbuhkan pada para pemimpin, agar seorang pemimpin menumbuhkan potensi yang ada pada bawahannya dengan lebih baik lagi, yaitu dengan mengasihi, mengembangkan dan melayani bawahan-nya, serta mengajar bawahannya untuk kembali mengasihi orang lain dan mau
22 mengembangkan serta melayani orang lain dengan lebih baik lagi. Karakteristi servant leadership dari Spears dan Patterson dapat disumpulkan melalui tabel berikut ini. Karakteristik servant leadership (kepemimpinan melayani)) Spear (2004) Patterson (2003) Nilai dasar dari karakteristik servant leadership (kepemimpinan melayani) kasih diantara lain : Mendengarkan, Empati, Kerendahan hati, menyembuhkan, dan mengutamakan kesadaran orang lain, pelayanan Tindakan dari karakteristik servant leadership Persuasasi, konseptualisasi, Visi, mempercayakan, komitmen, dan membangun komunitas (kepemimpinan melayani) Memiliki Visi, pemberdayaan, dan percaya 2.4 Nilai-nilai Kristiani Dalam Teori Servant leadership (kepemimpinan melayani) Walaupun konsep servant leadership (kepemimpinan melayani) merupakan sesuatu yang baru dalam teori kepemimpinan, namun sebenarnya hal ini bukanlah suatu ide yang benar-benar baru karena ide ini sebenarnya sudah lama ada. Sebetulnya yang mula-mula menggunakan istilah ini adalah seorang pemimpin besar agama Kristen yakni Yesus. Servant leadership (kepemimpinan melayani) diajarkan
23 oleh Yesus lebih dari 2000 tahun lalu melalui ajaran maupun telada perbuatan-nya. Sebenarnya Yesus adalah pemimpin sejati bagi orang-orang percaya, hal ini tercatat dalam Alkitab (kitab suci agama Kristen), yaitu pada Kitab Inji (Perjanjian Baru), Matius 20 ayat 28 dan Markus pasal 10 ayat 45 (Russel dan College: 2003). Dimana tertulis bahwa : Anak manusia datang, bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Yesus melakukan pelayanan-nya yaitu keinginan untuk melayani sesama menusia. Hal ini sesuai dengan dimensi servant leadership (kepemimpinan melayani) yang dinyatakan Barbout dan Wheeler sebagaimana dikutip dalam tulisan Maria (2011) yakni mengenai Panggilan (Calling) berarti keinginan alami yang ada dalam diri indivudu untuk melayani sesama manusia dan kesedian mengorbankan kepentingan pribadinya untuk memberikan manfaat atau keuntungan kepada orang lain. Servant leadership (kepemimpinan melayani) juga dilakukan oleh Yesus dengan teladan kepada para murid-nya, yaitu dengan membasuh kaki para murid-nya satu persatu (Yohanes pasal 13), padahal Yesus merupakan pemimpin dari para murid. Dalam tradisi membasuh kaki biasanya dilakukan oleh seorang pelayan atau seorang yang dianggap tingkat
24 atau pangkatnya paling rendah diantara orang yang hadir. Namun dalam kenyataannya, Yesus secara sadar dan tanpa diminta tiba-tiba melakukannya. Disinilah Yesus memberikan teladan kepada para murid-nya mengenai sikap seorang pemimpin yang melayani (Russel,et al., 2003). Pada Kitab Injil Yohanes 13 ayat 14-15, dinyatakan bahwa sesudah Yesus membasuh satu persatu kaki murid-murid-nya (12 orang), Yesus berkata kepada murid-muridnya (Russel,et al., 2003) jadi sekarang, karena Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, telah mmbasuh kakimu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu. Aku tela memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Aku perbuat kepadamu. Sebagai servant leadership (kepemimpinan melayani), Yesus memberikan keteladanan dalam sifat maupun perilaku, yaitu sifat rendah hati (humillity), sesuai dengan dimensi servant leadership (kepemimpinan melayani) pendapat (Patterson: 2003), dimensi yang lain dari servant leadership (kepemimpinan melayani) disebutkan oleh Russel dan Stone (Patterson: 2003) yakni perilaku teladan (modeling) sesuai dengan teladan Yesus.
25 Yesus juga mengajarkan bahwa hukum yang terutama ada dua hal (Matius 22 ayat 37-39; Markus 12 ayat 30-31; dan Lukas 10 ayat 27) yaitu: Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua yang sama itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Dalam ungkapan ayat ini Yesus bemaksud bahwa kedua hukum ini sama pentingnya, yaitu hukum yang sama pentingnya dengan hukum yang pertama, karena mengasihi Allah berarti menuruti perintah Allah, yaitu mengsihi sesam manusia. Hal ini sesuai dengan yang tertulis dalam Kitab Injil, di mana diungkapkan : Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah Ku (Yohanes 14 ayat 15). Barangsiapa memegang perintah Ku dan melakukannya dilah yang mengasihi Aku (Yohanes 14 ayat 21). Hal ini berrti bahwa orang yang mengasihi Tuhan, juga wajib mengasihi sesamanya. Untuk itu Patterson (2003) menjadikan Kasih sebagai karakteristik dari servant leadership (kepemimpinan melayani), hal ini berarti (Yohanes pasal 14, ayat 15 & ayat 21) dalam penelitiannya menekankan melihat bahwa orang yang mengasihi Tuhan, juga wajib
26 mengasihi sesamanya. Lebih lanjut Kasih sebagai karakteristik dari servant leadership (kepemimpinan melayani) yang mendasar atau paling utama, dan diakhiri dengan Pelayanan (Patterson: 2003). Jadi dari dimensi-dimensi tersebut Patterson menjadikan model yang sesuai dengan nila-nilai yang diajarkan oleh Yesus (nilai-nilai Kristiani), yaitu hukum yang terutama adalah mengasihi sesama manusia. Terkandung dalam nilai-nilai kecerdasan spritual yang oleh Suyanto (2005) sebagimana dikutip dalam Maria (2006) menyebutkan seperti : kebenaran, kejujuran, kesederhanaan, kepedulian, kerjasama, kebebasan, pengertian, tanggung jawab, tenggangrasa, integritas, rasa percaya, kerendahan hati, kesetiaan, keadilan, dan keseimbangan. Kepemimpinan bukanlah posisi, melainkan kombinasi antara karakter dan semua yang dilakukan atau kemampuan. 2.5 Motivasi Pelayanan Makna Pelayanan menurut Alkitab Secara etimologi, kata pelayanan memiliki makna yang amat kompleks. Istilah pelayanan yang dipakai gereja dapat diterima dalam kehidupan bergereja. Kata pelayanan digunakan oleh perjanjian
27 baru dalam bahasa yunani ada empat macam kata yang digunakan yakni ; diakoneo, douleo, leitourgeo, dan latreuo. Diakone (diakonia) secara harafia istilah ini digunakan untuk menyediakan makanan di meja untuk majikan. Namun di Lukas 22: 26 & 27 memberi arti baru bahwa diakone, yaitu melayani orang yang justru lebih rendah kedudukannya. Lebih lanjut dijelaskan 1 Petrus 4: 10 memberikan pemaknaan bahwa, kata diakone berarti menggunakan karisma yang dimiliki untuk melayani kepentingan dan kebaikan orang lain (Andar Ismail, 2012). Diakone digunakan untuk pemaknaan pelayanan gereja, (Patison: 1998). Douleo (dulos = budak) dalam artian melayani sebagai hamba. Berarti sama sekali tidak memiliki kepentingan sendiri. Dijelaskan dalam suatu pernyataan yang tajam diperlihatkan di (Filipi 2:5-7). Diartikan bahwa Yesus yang walaupun mempunyai rupa Allah namun, telah mengosongkan diri-nya dan mengambil rupa seorang budak atau menjadi sama dengan manusia. Yesus mau merendahkan diri-nya dan menjadi sama dengan manusia. Leitourgeo diartikan bekerja untuk kepentingan orang banyak atau kepentingan umum, sebgai lawan dari bekerja untuk kepentingan diri sendiri. Untuk itu
28 seluruh kehidupan ini patut menjadi pribadi yang lebih rendah diri (filipi 2), dengan demikian membawa orang percaya menjadi murid Tuhan. Latreuo dalam perjanjian baru (Matius 4:10; Kisah Para Rasul 7:7) kata digunakan dalam arti menyembah atau beribadah pada Tuhan. Penggunaan yang mencolok terdapat (Roma 12: 1) di mana Paulus berpesan supaya agar setiap orang dapat mempersembahkan tubuhnya kepada Tuhan sebagai persembahan yang berkenan kepada-nya. Berbagai kata yang digunakan oleh gereja dengan arti pelayanan, mengabdi atau menghamba kepada Tuhan dan bukan kepada orang lain. Pola hidup yang bukan lagi hidup untuk diri sendiri melainkan hidup untuk Tuhan dan untuk orang lain. Dorongan untuk melayani Tuhan dan orang lain darinya adalah karena Yesus sendiri sudah melayani kita. Tujuan hidup-nya bukanlah untuk mendapatkan pelayanan, melainkan untuk memberi pelayanan. Isi hidup-nya bukanlah dilayani, melainkan melayani. Menurut Calvin sebagaimana dikutip dalam tulisan dalam Ismail (2012) melihat bahwa setiap pelayanan adalah penetapan dan panggilan dari Allah. Dalam bukunya, institutio pengajaran agam kristen, menulis bahwa, Tuhan menetapkan tugas-tugas bagi
29 setiap orang yang menurut jalan hidupnya masing-masing. Dan masing-masing jalan hidup itu dinamakan-nya panggilan. Pengakuan bahwa pelayanan adalah panggilan dari Tuhan mengandung beberapa implikasi. Calvin menulis, setiap orang diberi jalan oleh Tuhan jalan hidup sendiri-sendiri artinya, Tuhan menempatkan setiap orang pada suatu tanggung jawab tertentu. Artinya setiap pribadi harus setia, berakar dan bertumbuh dalam setiap panggilannya. Calvin juga menulis tidak sembrono, melampaui batas, melebih panggilannya, artinya setiap pribadi tahu betul apa deskripsi dan defenisi tugasnya. Selanjutnya Calvin berpendapat bahwa setiap pribadi mengaku pelayanan sebagai panggilan dan penugasan dari Tuhan. Dengan demikian pimpinan dan kekuatan untuk pelayanan itu, bagi setiap orang kesusahan, kesulitan dan beban-beban berat lainnya akan lebih ringan bila Tuhan menjadi pembimbing bagi semua proses pelayanan. Yang terpenting panggilan itu dijalankan dengan taat dan sukacita. Kepelbagaian panggilan bukanlah soal tinggi dan rendah, melainkan soal saling membutuhkan dan saling melengkapi sebagai mitra Allah.
30 2.5.2 Definisi Motivasi Pelayanan Secara umum motivasi diartikan sebagai faktor yang timbul dalam diri seseorang, sehingga hal itu mendorong dan menggerakkannya untuk melakukan sesuatu perbuatan atau tindakan, untuk mencapai satu tujuan tertentu. Kini dan Hobson (2002) berpendapat motivasi sebagai suatu kesatuan proses yang membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku kearah pencapaian tujuan. Dalam penelitian Lucia (2009), motivasi berfungsi sebagai pendorong timbulnya suatu tindakan. Pengarah yakni mengarahkan perbuatan dalam pencapaian tujuan yang diinginkan. Dan sebagai penggerak yakni menentukan semangat seseorang untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. Berdasarkan paparan pengertian pelayanan dan motivasi dapat disimpulkan bahwa, motivasi pelayanan merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri induvidu secara internal, untuk melakukan panggilan pelayanan demi melayani pelayanan-nya. Hal ini dilakukan atas dasar pengakuan Tuhan Yesus lebih dulu melayani kita dan merendahkan diri-nya menjadi sama dengan manusia. Dengan demikian Tuhan Yesus menempatkan masing-masing pribadi untuk bertanggung jawab dalam pelayanannya. Dalam
31 dorongan pribadi itulah sesorang mampu setia, berakar dan bertumbuh sesuai dengan amanat-nya. Agar mampu mengarahkan setiap pribadi hidup dalam kasih Yesus Kristus. Berarti lebih mengorbankan kepentingan pribadi dan mengutamakan kepentingan pelayanan. Menurut penelitian Tulus (2011) motivasi pelayanan memiliki sikap yang tercermin oleh perkataan tidak hanya perkataan tetapi juga perbuatan. Hendaklah engkau menjadi teladan (1 Timotius 4:12). Teladan yang mampu menunjukan perbuatan kasih terhadap orang lain, karena pelayanan yang berkualitas serta hidup yang menghadirkan dan berpadanan dengan Injil Kristus. Selain itu menurut (Sitompul: 20011) menambahkan proses keteladanan dapat diwujudkan melalui, mengahargai waktu, dengan bijak memanfaatkan waktu yang ada demi melakukan pelayanan tanpa mengorbankan orang lain Karakteristik dalam mengembangkan Motivasi Karakteristik individu untuk mengembangkan motivasi seperti dikemukakan McClelland sebagaimana dikutip dalam Mangkunegara (2005) adalah sebagai berikut : (1) memiliki tingkat tanggung jawab individu yang tinggi, (2) berani mengambil resiko, (3) memiliki tujuan yang realistik, (4) memiliki rencana kerja yang
32 menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan, (5) memanfaatkan umpan balik yang dilakukan, dan (6) mempunyai peluang untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan. Bahwa karakteritik ini dibutuhkan agar setiap individu memiliki hubungan baik dan dapat membangun relasi denga semua orang. Artinya relasi dengan yang menjadi patner individu bekerja tapi juga orang yang dilayaninya. 2.6 Komitmen Pelayanan Dalam tulisan Bobby (2008) melihat komitmen yang diartikannya pada nats alkitab (Kolose 3: 23-24) dan (1 Korintus 15:58). Untuk itu menurutnya komitmen adalah janji setia, tekad atau ketetapan yang kuat untuk melakukan sesuatu yang disertai dengan tanggung jawab. Artinya komitmen akan membuat suatu janji dapat dipercaya karena adanya rasa tanggung jawab dan tekad untuk melakukannya. Menurutnya dalam arti yang luas, komitmen menunjuk pada adanya tekad untuk setia pada sesuatu (organisasi, perusahaan atau juga gereja dsb). Tetapi Sutisna (2009), berpendapat bahwa secara sederhana melihat komitmen ini berarti perjanjian untuk melakukan sesuatu baik dengan diri sendiri,
33 orang lain, atau juga suatu organisasi (gereja), maupun dengan Tuhan. Komitmen juga dapat diartikan sebagai pernyataan kehendak atau janji untuk dengan setia melakukan sesuatu yang telah diputuskan. Dengan demikian berkomitmen jelas membutuhkan pengorbanan dan pengabdian. Dalam pengertian ini menurutnya Rasul Paulus adalah contoh yang paling sederhana untuk menjadi teladan dan panutan dalam pelayanannya. Lebih lanjut dijelaskan mengacu pada Rasul Paulus maka komitmen dalam pelayanan adalah suatu keharusan atau wajib hukumnya karena sejatinya, (1) komitmen adalah dasar bagi seseorang untuk terlibat dalam pelayanan dan (2) kesetiaan seseorang dalam pelayanan tergantung bagaimana orang tersebut memegang komitmennya di hadapan Allah. Menurut Barna (2010) yang menyatakan bahwa komitmen merupakan kebergantungan setiap manusia kepada Allah, dikarenakan manusia harus bersandar sepenuhnya pada firman dan penyertaan-nya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa, komitmen merupakan kebulatan hati mengabdikan diri untuk melayani-nya, dengan segenap hati, pikiran, kekuatan, demi kecintaannya terhadap pelayanan. Sedangkan menurut Sitompul (2011) pelayanan bukan untuk melayani
34 Tuhan, melainkan melayani sesama manusia karena Tuhan telah menugaskan manusia. Sikap menerima tugas berarti bertanggung jawab, yakin menjalankannya sesuai dengan perintah atau petunjuk disampaikan. Dapat disimpulkan komitmen pelayanan mengandung unsur janji, kesetiaan, bahwa apa yang diputuskan itu merupakan tekat atau kebulatan hati seseorang dalam melakukan pelayanan. Hal lain yang perlu diperhatikan bertanggung jawab kepada apa yang lakukan, berpadanan dengan apa yang dikehendaki-nya. 2.7 Komponen Dan Tiga Aspek Terdapat Dalam Komitmen Menurut Steer (1985) menyatakan bahwa komitmen terhadap organisasi memiliki dua komponen yaitu sikap dan kehendak untuk berperilaku. Komponen sikap mencakup: (a) identifikasi dengan organisasi yaitu penerimaan tujuan organisasi; (b) keterlibatan dalam peran dan tanggung jawab pekerjaan dalam organisasi; dan (c) kehangatan, dan loyalitas terhadap organisasi. sedangkan yang termaksud kehendak untuk berperilaku adalah kesediaan untuk menampilkan usaha, yang meliput :
35 (1) kesediaan untuk bekerja melebihi yang diharapkan agar organisasi dapat maju, sehingga individu akan ikut memperhatikan nasib organisasi; dan (2) adanya keinginan untuk tetap berada dalam organisasi, yaitu individu hanya memiliki sedikit alasan untuk keluar dari organisasi dan berkeinginan untuk bergabung dengan organisasi dalam waktu yang lama. Selanjutnya Mowday,et al., dalam tulisan Lucia, (2009) menyatakan bahwa terdapat tiga aspek utama dari komitmen organisasi yaitu : (1) Identifikasi dimaksudkan, terwujud dalam bentuk kepercayaan anggota terhadap organisasi. identifikasi mencakup kepercayaan yang penuh atas nilai-nilai dan tujuan organisasi yang membuat anggota dengan rela menyumbangkan sesuatu bagi tercapainya tujuan organisasi karena anggota menerima tujuan organisasi yang dipercayai telah disusun demi memenuhi kebutuhan pribadi anggota organisasi. Hal ini terlihat dari sikap menyetujui kebijakan-kebijakan organisasi, serta adanya kebanggaan menjadi bagian organisasi. (2) Keterlibatan, keterlibatan atau partisipasi anggota dalam aktivitas-aktivitas organisasi. adanya keterlibatan menyebabkan anggota akan mau dan senang bekerja sama dengan teman kerja dalam melakukan tugas. Keterlibatan yang tinggi
36 menyebabkan tingkat kehadiran yang semakin tinggi juga. (3) Loyalitas bahwa, individu dengan komitmen organisasi yang tinggi merasakan adanya rasa adanya rasa setia dan memiliki organisasi. Loyalitas terhadap organisasi memiliki makna kesediaan individu untuk melanggengkan hubungan dengan organisasi, perlu pengorbanan kepentingan pribadinya tanpa apapun. Hal ini berarti adanya kesediaan anggota untuk mempertahankan dan memelihara keanggotaan dalam organisasi. 2.8 Pengembangan Hipotesis Pengaruh Servant leadership (kepemimpinan melayani) terhadap Motivasi Pelayanan. Menurut Anoggara (2001) berpendapat bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang bekerja adalah faktor motivasi. Dalam artian dengan memotivasi bawahan, maka pemimpin dapat membimbing dan mendorong anggotanya untuk bekerja lebih baik. Tugas seorang pemimpin meliputi memotivasi pengikutnya dan menciptakan kondisi yang menyenangkan dalam melaksanakan pekerjaan (Yulk: 2010).
37 Hasil penelitian mengenai kepemimpinan berpengaruh terhadap motivasi. Dilakukan oleh, Bront Kark,et al., (2007); Anderson,et al., (2009). Mengemukakan bahwa kepemimpinan mempunyai pengaruh dan memainkan peran penting terhadap motivasi diri dari pengikutnya. Begitupun dengan penelitian Smith, Monlango, Kuzmenko (2004) menunjukan bahwa, servant leadership (kepemimpinan melayani) diarahkan untuk memotivasi pertumbuhan pribadi pengikut atau anggotanya. Pendapat selanjutnya menurut Patterson (2003) servant leadership (kepemimpinan melayani) dengan menanamkan nilai cinta-kasih terhadap pengikutnya, maka akan berpengaruh terhadap motivasi yang muncul dalam diri pengikutnya untuk melayani. Diduga kuat bahwa servant leadership (kepemimpinan melayani) itu juga merupakan sebagai salah satu bagian dari kepmimpinan, yang dapat memotivasi para penatua dan diaken dalam melakukan pelayanannya. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis satu yang dikemukakan adalah; H1 : Servant leadership (kepemimpinan melayani) berpengaruh signifikan terhadap motivasi pelayanan dari Majelis Jemaat.
38 2.8.2 Pengaruh Motivasi pelayanan terhadap Komitmen Pelayanan Menurut Siagian (2007) bahwa motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk menggerakkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktunya. Untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran organisasi yang telah ditentukan. Namun menurut McNeese Smith, et al., (1995) menyatakan bahwa, dengan motivasi yang tinggi akan menciptakan sebuah komitmen terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya dalam menyelesaikan setiap pekerjaan atau tugas. Pendapat ini didukung oleh beberapa penelitian antara lain, Jae (2000) serta Burton, et al., (2002) hasil menunjukan bahwa terdapat motivasi anggota organisasi berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi. Pendapat selanjutnya penelitian Bard (2006) sebagimana mengutip Furthermore, Ganesan and Weitz, berpendapat bahwa ada hubungan positif antara motivasi dan komitmen yang lebih terikat dengan induvidu yang timbul dari dalam dirinya.
39 Motivasi pelayanan merupakan proses melayani tanpa pamrih dengan resiko yang harus diterima. Akibat dari berkomitmen dalam pelayanan terkadang menimbulkan perasaan bersalah atau rasa berdosa karena lalai dalam melakukan tugas pelayanan pada diri individu yang melayani. Motivasi pelayanan merupakan sebuah panggilan atau kerja rohani atau spiritual yang dapat membuat induvidu berkomitmen. Berbeda dengan motivasi kerja dimana ada aturanaturan kerja organisasi atau perusahaan, ada sangsisangsi yang akan membuat anggota organisasi harus berkomitmen. Selain itu, ada pula perlakuan-perlakuan atas peraturan yang dibuat oleh organisasi salah satu contoh yakni, kenaikan gaji atau gaji dipotong akibat tidak masuk kerja atau terkenal sanksi-sanksi mental. Tetapi berbeda dengan gereja, tidak ada yang memuat peraturan (sanksi-sanksi dll), yang mengikat individu dalam melakukan pelayanan. Harus dipahami bahwa motivasi pelayanan berarti melayani karena terpanggil atau melakukan pertanggung jawaban imannya kepada Tuhan. Agar hidup yang di jalani lebih baik dan mampu membangun relasi dengan sesama dan juga dengan Tuhan. Jika motivasi pelayanan tinggi, maka akan memiliki kesadaran tentang sebuah
40 panggilan untuk melayani, yang diduga akan berakibat mempunyai komitmen yang tinggi pula. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis kedua yang dikemukakan adalah ; H2 : Motivasi pelayanan berpengaruh signifikan terhadap komitmen pelayanan dari Majelis jemaat Peranan Motivasi sebagai variabel pemediasi antara Servant leadership (kepemimpinan melayani) dan komitmen. Motivasi pelayanan setiap individu harus jelas dan tidak bisa diukur dengan materi, karena motivasi pelayanan merupakan pengabdian individu. Ini merupakan arti pentingnya variabel motivasi pelayanan sebagai faktor pemediasi. Bahwa kepemimpinan secara umum akan mempengaruhi komitmen, namun akan mempengaruhi motivasi. Konteks dalam gereja, motivasi pelayanan lebih banyak muncul dari kesadaran induvidu secara internal. Sebab hal ini akan meningkatkan kehidupan rohani seseorang sebagai wujud suatu panggilan yakni melayani. Dengan demikian, motivasi pelayanan yang seperti itu akan menjadi perantara pengaruh antara gaya
41 kepemimpinan pendeta terhadap komitmen pelayanan individu. Jadi yang terpenting dalam konteks ini adalah motivasi pelayanan harus ada dulu, baik dari dalam diri individu maupun termotivasi oleh servant leadership (kepemimpinan melayani) pendeta. Jadi motivasi pelayanan akan lebih kuat karena, motivasi pelayanan lebih memberi diri melayani dengan setia tanpa harus memikirkan resiko apa yang akan diterima. Hal tersebut akan berbeda bila, individu tidak bisa berkomitmen kalau tidak memiliki motivasi pelayanan yang muncul dari pemahaman yang baik. Diduga kuat bahwa servant leadership (kepemimpinan melayani) terhadap komitmen tidak berpengaruh secara langsung namun harus melalui motivasi pelayanan. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis ketiga yang dikemukakan adalah: H3 : Peranan Motivasi pelayanan sebagai variabel mediasi antara Servant leadership (kepemimpinan melayani) dan komitmen pelayanan.
42 2.9 Model Penelitian Gambar 2.1 Kerangka Model Penelitian
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Gereja Protestan Maluku secara institusi mengenal adanya jabatan organisasi dan jabatan pelayanan fungsional gereja. Jabatan secara organisasi gereja yaitu Ketua Majelis,
Lebih terperinciPertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?
Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini. 1. Servant leadership (Kepemimpinan melayani) pendeta berpengaruh terhadap motivasi pelayanan majelis
Lebih terperinciSiapakah Yesus Kristus? (3/6)
Siapakah Yesus Kristus? (3/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Allah Sejati dan Manusia Sejati Tanpa Dosa Kode Pelajaran : SYK-P03 Pelajaran 03 - YESUS ADALAH ALLAH SEJATI
Lebih terperinciDikutip dari ALKITAB Terjemahan Baru (TB) LAI 1974
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Lukas 10:27)
Lebih terperinciJika Allah hanya peduli pada kegiatan keagamaan,
L. E. V. E. L O. N. E BAGIAN PERTAMA: HIDUP YANG MEMURIDKAN ORANG LAIN (DISCIPLE MAKER) 3: Hidup Sebagai Pembuat Murid Mengapa Anda ingin menjadikan seseorang murid? Apakah Anda menanyakan pertanyaan ini
Lebih terperinciHIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia
HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia Tujuan: Jemaat memahami bahwa Allah menghendaki umat-nya hidup dalam kekudusan Jemaat bertekad untuk hidup dalam kekudusan Jemaat menerapkan kehidupan
Lebih terperinciDalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Mengikuti Teladan Kristus Memperkembangkan Karunia Saudara
Menjadi Pekerja Kim bersukacita. Dia telah menemukan bahwa dia dapat menjadi pekerja Tuhan. Pada waktu ia mempelajari Alkitab, dan meluangkan waktu untuk berdoa dan mencari Tuhan, Roh Kudus menunjukkan
Lebih terperinciSiapakah orang Kristen Baptis dan Apa yang mereka percayai?
Siapakah orang Kristen Baptis dan Apa yang mereka percayai? Buku ini menjelaskan mengenai dua belas ajaran dasar dari umat Kristen Baptis. Dasar kepercayaan ini tidak hanya khusus untuk orang Kristen Baptis,
Lebih terperinciApa yang dimulai dengan ketaatan sederhana pada panggilan Yesus akhirnya mengubah hidup mereka, dan pada puncaknya, mengubah dunia.
L. E. V. E. L O. N. E BAGIAN PERTAMA: HIDUP YANG MEMURIDKAN ORANG LAIN (DISCIPLE MAKER) 1: Apakah itu seorang Murid? Dua ribu tahun yang lalu, Yesus berjalan ke segelintir orang dan berkata, "Ikutlah Aku."
Lebih terperinciLIMA TINGKAT KEPEMIMPINAN
LIMA TINGKAT KEPEMIMPINAN LIMA LEVEL KEPEMIMPINAN Perhatikan dengan seksama, mengapa mereka mengikuti mereka sebagai Pemimpin Personhood/Kepribadian People Development/Mengembangkan Orang Production/Produksi
Lebih terperinciRENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order
RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order HARI 1 JEJAK-JEJAK PEMURIDAN DALAM SURAT 1-2 TIMOTIUS Pendahuluan Surat 1-2 Timotius dikenal sebagai bagian dari kategori Surat Penggembalaan. Latar belakang
Lebih terperinciPEMBERIAN SEBAGAI WUJUD PELAYANAN KASIH 2 Korintus 8:1-15 I Gede Puji Arysantosa
PEMBERIAN SEBAGAI WUJUD PELAYANAN KASIH 2 Korintus 8:1-15 I Gede Puji Arysantosa Tujuan: Jemaat memahami bahwa pemberian (sumber daya, ide, waktu, dana, dan materi) merupakan salah satu wujud perbuatan
Lebih terperinciIkutilah Yesus! Pelayanan Orang Kristen. Bagian. Sastra Hidup Indonesia
Pertanyaan-pertanyaan Pelajaran Ikutilah Yesus! Sastra Hidup Indonesia 5 Bagian Pelayanan Orang Kristen Edisi yang Pertama 2013 (C01) Penerbit: Editor: Sastra Hidup Indonesia, http://www.sastra-hidup.net
Lebih terperinciSetiap Orang Bisa Menjadi Pengajar
Setiap Orang Bisa Menjadi Pengajar Beberapa berkat yang terbesar dalam hidup ini datang kepada orang Kristen yang mengajar. Ketika saudara melihat sukacita yang dialami seseorang karena menerima Yesus
Lebih terperinciPELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak
PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PENDAHULUAN Allah tertarik pada anak-anak. Haruskah gereja berusaha untuk menjangkau anak-anak? Apakah Allah menyuruh kita bertanggung jawab terhadap anak-anak?
Lebih terperinciGEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN
GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN I Allah Tritunggal Kami percaya kepada satu Allah yang tidak terbatas, yang keberadaan-nya kekal, Pencipta dan Penopang alam semesta yang berdaulat; bahwa
Lebih terperinciTRAINING BERTEMPAT DI GEREJA SESI 1 - Model Untuk Training Pelayanan
TRAINING BERTEMPAT DI GEREJA SESI 1 - Model Untuk Training Pelayanan PENDAHULUAN Ketika Yesus memulai pelayanan-nya di muka bumi ini, Ia memulai sebagai seorang guru yang diutus Allah. (Yohanes 3:1-2).
Lebih terperinciPembaptisan Air. Pengenalan
Pembaptisan Air Pengenalan Penting sekali bagi kita membaca Alkitab dan mempelajari apa yang Tuhan katakan kepada umatnya. Saya percaya kita perlu meneliti Kitab Suci secara menyeluruh untuk mengetahui
Lebih terperinciM1 (Menerima) Bacalah Injil Yohanes 11: 1-44 dengan hati yang haus sambil berdoa.
MENJALANI HIDUP SEPERTI KRISTUS Kita telah mempraktekkan gaya hidup Kristus selama dua minggu berturut-turut. Kita percaya bahwa dengan mempraktekkan apa yang telah kita pelajari akan menjadikan kita menjadi
Lebih terperinciMemberi dengan Murah Hati. Di Jemaat Makedonia
Memberi dengan Murah Hati Di Jemaat Makedonia Orang-orang percaya di Yerusalem sedang menderita. Mungkin karena dikucilkan, sebagian dari mereka kehilangan pekerjaan setelah menjadi orang Kristen. Mungkin
Lebih terperinciKEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)
KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA (Pertanyaan dan Jawaban) 1 TUHAN, MANUSIA DAN DOSA * Q. 1 Siapakah yang membuat anda? A. Tuhan yang membuat kita. Kejadian 1:26,27; Kejadian 2:7 Q. 2 Apa lagi
Lebih terperinciOrdinary Love. Timothy Athanasios
Ordinary Love Timothy Athanasios Bab I Gereja dan Pelayanan Konsep menciptakan berhala, hanya rasa ingin tahu yang bisa memahami. (Gregory Nyssa) Jika Kerajaan Allah hendak direalisasikan dalam rupa dua
Lebih terperinciLANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI
LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat pribadi,
Lebih terperinciKEPEMIMPINAN KRISTIANI SEBAGAI PELAYAN DI BIARA Rohani, Juni 2013, hal Paul Suparno, S.J.
1 KEPEMIMPINAN KRISTIANI SEBAGAI PELAYAN DI BIARA Rohani, Juni 2013, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Serviana saat ini menjadi pimpinan suatu kongregasi. Ia termasuk pimpinan yang disenangi banyak
Lebih terperinciPekerja Dalam Gereja Tuhan
Pekerja Dalam Gereja Tuhan Kim, seorang yang baru beberapa bulan menjadi Kristen, senang sekali dengan kebenaran-kebenaran indah yang ditemukannya ketika ia mempelajari Firman Tuhan. Ia membaca bagaimana
Lebih terperinciAlkitab. Persiapan untuk Penelaahan
Persiapan untuk Penelaahan Alkitab Sekarang setelah kita membicarakan alasan-alasan untuk penelaahan Alkitab dan dengan singkat menguraikan tentang Alkitab, kita perlu membicarakan bagaimana menelaah Alkitab.
Lebih terperinciBuku buku Perjanjian Baru
Buku buku Perjanjian Baru Pada saat Perjanjian Baru mulai dituliskan, gambaran Perjanjian Lama sudah banyak berubah. Zaman para nabi sudah berlalu dan banyak orang bersikap acuh tak acuh terhadap hal-hal
Lebih terperinciBagaimana Saya Menjadi Sebagian dari Gereja Tuhan
Bagaimana Saya Menjadi Sebagian dari Gereja Tuhan Kita telah banyak mempelajari masa lampau gereja Tuhan. Kita telah melihat bagaimana Allah mengerjakan rencananya. Kita juga telah mempelajari arti kata
Lebih terperinciHubungann Kita Dengan Orang Lain
Hubungann Dengan Orang Lain Kita Pada hari Senin pagi dalam ibadah pagi di Sekolah Alkitab ada bagian kesaksian. Seorang gadis bernama Olga berdiri untuk bersaksi. Sehari sebelumnya ia bersama seorang
Lebih terperincioleh Gereja Iuhan Apayang Dilakukan untuk Allah
Apayang Dilakukan oleh Gereja Iuhan untuk Allah Dalam pelajaran 6, kita telah belajar bagaimana orang Kristen saling menolong dalam tubuh Kristus. Dalam Pelajaran 7, kita melihat beberapa kewajiban kita
Lebih terperinciLANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI
LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peran seorang pemimpin penting untuk mencapai tujuan organisasi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peran seorang pemimpin penting untuk mencapai tujuan organisasi yang diinginkan termasuk organisasi pemerintahan, terutama berkaitan dengan peningkatan kinerja
Lebih terperinciKarunia Karunia Pelayanan Lainnya: 1 Melayani Mengajar Menasihati
Karunia Karunia Pelayanan Lainnya: 1 Melayani Mengajar Menasihati Kita telah menyelesaikan penelaahan mengenai keempat karunia yang kita sebut karunia pelayanan. Walaupun daftar karunia-dalam Efesus 4
Lebih terperinciApa yang Seharusnya Kita Doakan?
Apa yang Seharusnya Kita Doakan? Oleh John Piper Desiring God. Website: www.desiringgod.org Apa yang harus kita doakan? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita bisa merenungkan semua pokok yang didoakan oleh
Lebih terperinciMARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN
MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN Dari Kisah 2 kita tahu bahwa ketika seseorang dibaptis, Tuhan menambahkan dia kepada gereja-nya. Nas lain yang mengajarkan
Lebih terperinciLesson 7 for May 13, 2017 KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI
Lesson 7 for May 13, 2017 KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI Dalam 1 Petrus 5: 1-10, Petrus menjelaskan peran para penatua di Gereja. Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama
Lebih terperinciSeri Kedewasaan Kristen (6/6)
Seri Kedewasaan Kristen (6/6) Nama Kursus : ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) Nama Pelajaran : Bertanggung Jawab dalam Hal Bersaksi dan Memuridkan Orang Lain Kode Pelajaran : OKB-T06 DAFTAR ISI
Lebih terperinciTAHUN AYIN ALEPH. Minggu I. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
TAHUN AYIN ALEPH Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Matius 6:33) Minggu I Pada tanggal 8 September 2010, kalender orang Yahudi berubah
Lebih terperinciPROFESIONALISME GURU PAK DALAM PERSPEKTIF ALKITAB PERJANJIAN BARU. Yulia Citra
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PAK II DAN CALL FOR PAPERS, Tema: Profesionalisme dan Revolusi Mental Pendidik Kristen. Ungaran, 5 Mei 2017. ISBN: 978-602-60350-4-2 PROFESIONALISME GURU PAK DALAM PERSPEKTIF
Lebih terperinciBasuh Kaki. Mendapat Bagian dalam Tuhan HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS
HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS Basuh Kaki Mendapat Bagian dalam Tuhan GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150,
Lebih terperinciMARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB. Kasih Allah Untuk Orang Berdosa
MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB Kasih Allah Untuk Orang Berdosa Hari ini kita mau belajar tentang kasih Allah. Untuk menghargai kasih Allah kepada kita, kita harus pertama-tama
Lebih terperinciAllah dan Pelayan-Pelayan-Nya 1Tim.3:1-13 Ev. Calvin Renata
Allah dan Pelayan-Pelayan-Nya 1Tim.3:1-13 Ev. Calvin Renata Tatkala Allah membuat satu perjanjian (covenant) dengan manusia, kita melihat ada semacam satu paradoks yang sering dilupakan sekaligus sering
Lebih terperinciBab Sembilan-Belas (Chapter Nineteen) Realitas dalam Kristus (In-Christ Realities)
Bab Sembilan-Belas (Chapter Nineteen) Realitas dalam Kristus (In-Christ Realities) Di seluruh suratan-suratan dalam Perjanjian Baru, kita temukan frase-frase seperti dalam Kristus, bersama Kristus, melalui
Lebih terperinciPertanyaan Alkitab (24-26)
Pertanyaan Alkitab (24-26) Bagaimanakah orang Kristen Bisa Menentukan Dia Tidak Jatuh Dari Iman/Berpaling Dari Tuhan? Menurut Alkitab seorang Kristen bisa jatuh dari kasih karunia, imannya bisa hilang.
Lebih terperinciANTROPOLOGI ALKITAB (Pelajaran 12) By Dr. Erastus Sabdono. Pemulihan Gambar Diri (Bagian 4)
ANTROPOLOGI ALKITAB (Pelajaran 12) By Dr. Erastus Sabdono Pemulihan Gambar Diri (Bagian 4) Proses keselamatan dalam Yesus Kristus pada dasarnya adalah proses menjadikan manusia unggul bagi Tuhan. Manusia
Lebih terperinciINJIL YESUS KRISTUS BAGI DUNIA. melainkan beroleh hidup yang kekal Yohanes 3:16. (Bahasa Indonesian)
(Bahasa Indonesian) INJIL BAGI DUNIA Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-nya tidak binasa, melainkan
Lebih terperinciAllah Adalah Pola Bagi Hidup Kita
Allah Adalah Pola Bagi Hidup Kita Banyak negara yang memiliki peribahasa seperti "Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga." Suatu hal yang menarik tentang keluarga ialah kemiripan antara anggotaanggota
Lebih terperinciSeri Kedewasaan Kristen (2/6)
Seri Kedewasaan Kristen (2/6) Nama Kursus : ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) Nama Pelajaran : Bertanggung Jawab dalam Hal Ibadah dan Persekutuan Kode Pelajaran : OKB-P02 DAFTAR ISI A. BERTANGGUNG
Lebih terperinciPara Pekerja Saling Memerlukan
Para Pekerja Saling Memerlukan Kim masih terus mengajar kelasnya yang terdiri dari anak laki-laki. Dia telah memperkembangkan karunianya untuk mengajar dengan jalan memakai karunia itu. Pada suatu hari
Lebih terperinciDari Perjanjian Baru kita dapat belajar tentang baptisan Roh Kudus dan bagaimana orang-orang percaya dipenuhi Roh Kudus. Syarat-syarat apakah yang
Lesson 5 for February 4, 2017 Dari Perjanjian Baru kita dapat belajar tentang baptisan Roh Kudus dan bagaimana orang-orang percaya dipenuhi Roh Kudus. Syarat-syarat apakah yang harus kita penuhi untuk
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus
BAB V KESIMPULAN 5.1. Refleksi Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus hadir dalam tiga kesempatan yang berbeda: (1) Yesus membangkitkan anak Yairus (Matius 9:18-26, Markus
Lebih terperinciLevel 2 Pelajaran 4. PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow
Level 2 Pelajaran 4 PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow Hari ini kita akan bahas mengenai pentingnya gereja Kristus. Saya ingin bacakan ayat dari Ibrani 10:25. Ayat itu berkata, Janganlah kita menjauhkan
Lebih terperinciINJIL YESUS KRISTUS. Bagi Dunia
Alkitab mengatakan bahwa kita harus MEMILIH: untuk beribadah kepada Tuhan, atau untuk menolak-nya. Yosua 24:14-15 berbunyi, Oleh sebab itu, takutlah akan Tuhan dan beribadahlah kepada-nya dengan tulus
Lebih terperinciGereja Membaptis Orang Percaya
Gereja Membaptis Orang Percaya Beberapa tahun lalu di daratan Cina ada beberapa orang Kristen yang sedang membicarakan pandangan berbagai gereja tentang baptisan. Salah seorang pemimpin awam mengatakannya
Lebih terperinciSetiap Orang Membutuhkan Pengajaran
Setiap Orang Membutuhkan Pengajaran Pernahkah saudara melihat seekor induk burung yang mendesak anaknya keluar dari sarangnya? Induk burung itu memulai proses pengajaran yang akan berlangsung terus sampai
Lebih terperinciMatematika Pernikahan
Matematika Pernikahan Pernikahan adalah karunia terpenting yang diberikan kepada umat manusia selama seminggu masa Penciptaan. Setelah menciptakan dunia yang sempurna, dilengkapi dengan segala yang diperlukan
Lebih terperinciTujuan langsung dari penatalyanan adalah untuk memenuhi misi Allah dan menebus dunia. Allah ingin membuat prinsip penatalayanan menjadi suatu
Lesson 13 for 31 March 2018 Tujuan langsung dari penatalyanan adalah untuk memenuhi misi Allah dan menebus dunia. Allah ingin membuat prinsip penatalayanan menjadi suatu kenyataan dalam hidup kita. Hal
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI 2.1. Hakikat Kepemimpinan
II. LANDASAN TEORI 2.1. Hakikat Kepemimpinan 2.1.1. Definisi kepemimpinan Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda pada orang-orang yang berbeda. Sebagai konsekuensinya para peneliti biasanya mendefinisikan
Lebih terperinciPelajaran Enam. Yesus Adalah Kebenaran. mendengar kepalsuan, kesalahan, atau kebohongan; kita tidak mau hidup atau
Pelajaran Enam Yesus Adalah Kebenaran Kebenaran dalam agama adalah sangat penting. Sebenarnya kebenaran adalah penting dalam bidang apapun. Manusia ingin mengetahui kebenaran dalam bidang pengobatan, dalam
Lebih terperinciUntuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya.
Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya. Sesungguhnya tujuan pembaruan karismatik bukan lain daripada tujuan hidup Kristiani pada umumnya, yaitu
Lebih terperinciTATA GEREJA PEMBUKAAN
TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke
Lebih terperinciPerjamuan Kudus. Memperingati Kematian Tuhan HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS
HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150, 65304151 Faks. (021) 65304149 E-mail:
Lebih terperinci1Pet.5:1-4; Yeh.34:1-6; Yoh.10:11. Pdt. DR. Stephen Tong
1Pet.5:1-4; Yeh.34:1-6; Yoh.10:11 Pdt. DR. Stephen Tong Yesus mengatakan ada dua macam orang yang melayani Tuhan, yang semacam adalah gembala yang lainnya adalah orang upahan. Gembala mengasihi domba-domba
Lebih terperinciMENDENGAR SUARA TUHAN
Minggu I; Bulan: Mei 2011 MENDENGAR SUARA TUHAN Apakah kamu punya pengalaman mendengar suara Tuhan? Seperti apakah itu? Bagaimana kamu meyakini bahwa yang kamu dengar adalah suara Tuhan? Sesungguhnya mendengar
Lebih terperinciKEBEBASAN DARI KEKUATIRAN DAN KEGELISAHAN Bagian ke-2
KEBEBASAN DARI KEKUATIRAN DAN KEGELISAHAN Bagian ke-2 Pengantar Umat manusia dipenuhi dengan orang-orang yang kuatir, gelisah. Bagaimana hal ini bisa terjadi padahal Yesus berjanji bahwa kehidupan yang
Lebih terperinciPenelaahan yang Bersifat Ibadah
Penelaahan yang Bersifat Ibadah Penelaahan yang bersifat ibadah adalah sangat pribadi. Tujuannya ialah mendekatkan saudara dengan Allah. Penelaahan itu akan menghubungkan saudara dengan kebenaran rohani
Lebih terperinciBagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-2
Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-2 Pengantar Dalam bagian pertama dari pelajaran ini, kita melihat pentingnya menerima baptisan Roh Kudus. Dalam bagian ini kita akan melihat pentingnya mempelajari
Lebih terperinciPENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL
PENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL 1. Visi dan Misi Penginjilan dalam gereja lokal a. Visi: Terlaksananya Amanat Agung Yesus Kristus (Matius 28: 19 20) b. Misi: (1)
Lebih terperinciMENJADI PEMIMPIN SEL Sesi 1: DASAR ALKITAB
MENJADI PEMIMPIN SEL Sesi 1: DASAR ALKITAB PENDAHULUAN Pelajaran ini adalah tentang dasar Alkitab dari kelompok sel. Anda akan mendengar banyak ayat-ayat Firman Tuhan selama kita mempelajari pelajaran
Lebih terperinciKalender Doa Oktober 2016
Kalender Doa Oktober 2016 Berdoa Bagi Wanita Yang Merindukan Tuhan Pada Banyak budaya wanita dan anak anak gadis diberi tahu bahwa mereka tidak terlalu berharga dan merupakan beban bagi keluarga. Pada
Lebih terperinciRevelation 11, Study No. 38 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No.38, oleh Chris McCann
Revelation 11, Study No. 38 in Indonesian Language Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No.38, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.
Lebih terperinciMencari Keterangan Tentang Yesus
Mencari Keterangan Tentang Yesus Perkenankan saya mengajukan suatu pertanyaan. Pada hemat saudara siapakah Yesus itu? Ada orang yang mengatakan, "Ia guru yang termasyhur." Orang lain menyebut Dia nabi,
Lebih terperinciBaptisan. Mencuci Bersih Dosa HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS
HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS Baptisan Mencuci Bersih Dosa GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150, 65304151
Lebih terperinciAllah Ingin Agar Saudara Mencintai Gereja
Allah Ingin Agar Saudara Mencintai Gereja Gereja adalah tubuh Kristus dan Yesus sendirilah yang menjadi kepalanya. Kita, orang Kristen, adalah anggota atau bagian dari tubuh tersebut. Rasul Paulus menguraikan
Lebih terperinciSeri Kedewasaan Kristen (3/6)
Seri Kedewasaan Kristen (3/6) Nama Kursus   : ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) Nama Pelajaran : Bertanggung Jawab untuk Hidup Benar dan Menggunakan                 Karunia-karunia
Lebih terperinciDalam Hal-hal Apa Gereja Tuhan Itu Seperti Satu Tubuh
Dalam Hal-hal Apa Gereja Tuhan Itu Seperti Satu Tubuh Hanya orang percayalah yang menjadi anggota-anggota yang sebenamya dari gereja Allah. Dalam pelajaran 4 kita telah melihat bahwa ada berbagai sebutan
Lebih terperinci2. "Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. " Kolose 4:5.
1. "Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus
Lebih terperinciPelajaran ini akan menolong saudara.. Menghargai keanggotaan dalam suatu gereja setempat. Mengerti bagaimana suatu gereja mencukupi kebutuhannya
Gereja Bertumbuh Sebuah hutan besar di Eropa Tengah terkenal, karena keindahannya pada musim semi dan musim gugur. Jalan setapak,jalan sepeda, dan jalan kuda menyusup di antara pohonpohon tinggi, yang
Lebih terperinciINJIL YESUS KRISTUS BAGI DUNIA
INJIL YESUS KRISTUS BAGI DUNIA Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-nya tidak binasa, melainkan
Lebih terperinciKEPEMIMPINAN SEBAGAI GEMBALA DAN PENGURUS DI BIARA Rohani, Juli 2013, hal Paul Suparno, S.J.
1 KEPEMIMPINAN SEBAGAI GEMBALA DAN PENGURUS DI BIARA Rohani, Juli 2013, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Peduliata oleh kongregasinya diberi tugas menjadi pimpinan asrama siswi-siswi SMA. Suster Peduliata
Lebih terperinciHidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean
Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean Dalam hidup ini mungkinkah kita sebagai anak-anak Tuhan memiliki kebanggaan-kebanggaan yang tidak bernilai kekal? Mungkinkah orang Kristen
Lebih terperinciSeri Iman Kristen (10/10)
Seri Iman Kristen (10/10) Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN Nama Pelajaran : Menang Atas Keinginan Daging Kode Pelajaran : DIK-P10 Pelajaran 10 - MENANG ATAS KEINGINAN DAGING DAFTAR ISI Teks Ayat
Lebih terperinciKEBENARAN SEDERHANA untuk ORANG PERCAYA BARU (Pertanyaan dan Jawaban)
KEBENARAN SEDERHANA untuk ORANG PERCAYA BARU (Pertanyaan dan Jawaban) EDISI KEDUA VERSI 2.0 Kata Pengantar Selama bertahun-tahun, umat Allah telah menggunakan sekumpulan pertanyaan dan jawaban untuk membantu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan arus globalisasi, maka muncul pula persoalan-persoalan baru yang harus dihadapi oleh sumber daya manusia yang ada di dalam Gereja. Oleh
Lebih terperinciSiapakah Yesus Kristus? (4/6)
Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Juru Selamat dan Tuhan Kode Pelajaran : SYK-P04 Pelajaran 04 - YESUS ADALAH JURU SELAMAT DAN TUHAN DAFTAR
Lebih terperinciKeterangan Dasar Tentang Alkitab
Keterangan Dasar Tentang Alkitab Alkitab ditulis untuk segala macam manusia - muda dan tua, tidak terpelajar dan terpelajar, kaya dan miskin. Alkitab adalah pedoman rohani untuk mengajar orang bagaimana
Lebih terperinciGereja Menyediakan Persekutuan
Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang
Lebih terperinciRENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order
RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order Bacaan Alkitab hari ini: 1Tesalonika 1 HARI 1 MENJADI TELADAN Mengingat waktu pelayanan Rasul Paulus di Tesalonika amat singkat, mungkin kita heran saat
Lebih terperinciDOA. Prinsip: Doa dimulai dengan hubungan kita dengan Tuhan.
DOA Pengantar Apakah Anda pernah kagum akan sesuatu yang dikatakan oleh seorang anak kecil? Mungkin caranya menerangkan bagaimana cara kerja sebuah mainan. Atau mungkin ia menceriterakan tentang suatu
Lebih terperinciMENGHAKIMI ATAU TIDAK MENGHAKIMI?
MENGHAKIMI ATAU TIDAK MENGHAKIMI? Dr. Steven E. Liauw Salah satu hal yang sering saya dengar dari orang-orang Kristen, ketika saya sedang berdiskusi Alkitab dengan mereka, terutama ketika saya menunjukkan
Lebih terperinciGereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS
HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS Gereja Tubuh Kristus GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150, 65304151 Faks.
Lebih terperinciMenyelesaikan Pekerjaan Dengan Sukacita
Menyelesaikan Pekerjaan Dengan Sukacita Gereja penuh sesak. Masa panen telah tiba. Tiap-tiap orang membawa sesuatu dari hasil panennya untuk dibagikan bersama orang lain di dalam gereja. Ada sukacita pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) memiliki 44 wilayah klasis, 2.504 jemaat, dengan jumlah warga mencapai 1.050.411 jiwa yang dilayani oleh 1.072 pendeta, (Lap. MS-
Lebih terperinciLevel 2 Pelajaran 11
Level 2 Pelajaran 11 PERNIKAHAN (Bagian 2) Oleh Don Krow Hari ini kita akan kembali membahas mengenai pernikahan, dan satu pertanyaan yang muncul adalah, Apakah itu pernikahan? Apakah anda pernah memikirkan
Lebih terperinciLevel 2 Pelajaran 14
Level 2 Pelajaran 14 KEUANGAN (Bagian 1) Oleh Andrew Wommack Hari ini saya ingin bagikan pada anda bagaimana Yesus ingin anda mengalami kemakmuran dalam hal keuangan. Ini merupakan sesuatu yang sangat
Lebih terperinci2: Perintah untuk Memuridkan Orang Lain BAGIAN PERTAMA: HIDUP YANG MEMURIDKAN ORANG LAIN (DISCIPLE MAKER)
L. E. V. E. L O. N. E BAGIAN PERTAMA: HIDUP YANG MEMURIDKAN ORANG LAIN (DISCIPLE MAKER) 2: Perintah untuk Memuridkan Orang Lain Bayangkan reaksimu jika seseorang datang kembali dari kematian untuk berbicara
Lebih terperinciTujuan 1. Mengenali keempat masyarakat dalam Kisah 1:8.
Masyarakat Kristen Seorang lurah adalah kepala desanya. Seorang walikota adalah pemimpin sebuah kota. Seorang polisi memelihara hukum dan tata tertib di suatu lingkungan tertentu. Lurah dan walikota itu
Lebih terperinciBekerja Dengan Para Pemimpin
Bekerja Dengan Para Pemimpin Sudah lebih dari setahun Kim menjadi anggota gerejanya. Dia telah belajar banyak sekali! Ia mulai memikirkan pemimpin-pemimpin di gereja yang telah menolongnya. Ia berpikir
Lebih terperinciPertentangan Akhir antara Kristus dan Setan adalah latar belakang di seluruh Alkitab. Hal ini terutama muncul dalam kitab Ayub. Pertentangan Akhir.
Lesson 2 for October 8, 2016 Pertentangan Akhir antara Kristus dan Setan adalah latar belakang di seluruh Alkitab. Hal ini terutama muncul dalam kitab Ayub. Pertentangan Akhir. Pertentangan dimulai. Pertentangan
Lebih terperinci