PANDUAN TEKNIS PENGUMPULAN HERBARUM ROTAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PANDUAN TEKNIS PENGUMPULAN HERBARUM ROTAN"

Transkripsi

1 PANDUAN TEKNIS PENGUMPULAN HERBARUM ROTAN Oleh Titi Kolimo ~ BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KONSERVASI DAN REHABILITASI BOGOR, 2014

2 PANDUAN TEKNIS PENGUMPULAN HERBARIUM ROTAN Oleh Titi Kolimo BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KONSERVASI DAN REHABILITASI BOGaR, 2014

3 PANDUAN TEI{NIS PENGUMPUlAN HERBARIUM ROTAN Editor Ir. Hari Setijono, M.Sc ISBN: Diterbitkan oleh : Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi - Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan JI. Gunung Botu No.5 Bogor, Indonesia Telp : +62 (0251) Fox : +62 (0251) e-moil: p3hko_pp@yohoo.co.id Dicetak oleh : ev. Simpoti JI. Nuso Indoh I No. 17, Bogor HP

4 , KATA PENGANTAR Kekayaan hutan Indonesia tercermin dari berbagai produk hasil hutan bukan kayu (HHSK) yang dihasilkannya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Oleh karena itu tidak mengherankan jika ditemukan aneka ragam tumbuhan rotan. Salah satu studi kasus bahwa rotan yang secara alami berlimpah ini dipanen dari hutan kemudian diperdagangkan di pasar lokal dan berbagai penjuru dunia. Pengalaman kamimengikuti para pengumpul rotan di hutan dari berbagai daerah, pada umumnya hanya mengumpulkan batang rotannya saja. Panduan pengenalan spesies rotan ini dibuat berdasarkan hasil-hasil penelitian ditunjang dengan kajian pustaka, yang bertujuan memperkenalkan cara pengenalan spesies dalam kegiatan penelitian tumbuhan rotan baik pada saat ini maupun pada waktu mendatang. Panduan ini akan bermanfaat khususnya untuk mereka yang secara teratur menemukan rotan di hutan, seperti para pelajar, petugas kehutanan, botani kawan, etno botani kawan, ekolog, ahli konservasi dan perlindungan alam serta para pengelola Hutan Tanaman. Penerbitan panduan teknis "Pengenalan Herbarium Rotan" diharapkan dapat menambah dan melengkapi buku-buku tentang rotan yang sudah ada dan dapat membantu memecahkan masalah rotan khususnya yang berkaitan dengan identifikasi nama ilmiah. Kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi (PUSKONSER), penulis mengucapkan terima kasih atas bantuannya untuk menerbitkan pedoman ini. Demikian pula kepada semua staf Sotani dan Ekologi serta staf di lapangan yang membantu terwujudnya buku panduman ini, saya mengucapkan banyak terima kasih. Semoga panduan ini sangat berguna bagi proses belajar dan dapat dijadikan acuan dalam usaha pelestarian tumbuhan rotan di masa depan. Penulis iii

5

6 , SAMBUTAN KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KONSERVASI DAN REHABILITASI Kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, satu lagi hasil Riset Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi (PuskonseR), Badan Litbang Kehutanan telah terbit panduan teknis "Pengenalan Spesies Rotan". Oleh karena itu, saya ucapkan apresiasi atas capaian yang telah dihasilkan oleh para peneliti PuskonseR. Dengan terbitnya panduan teknis ini diharapkan dapat menjadi referensi yang mudah dipahami dan dapat membantu untuk memecahkan permasalahan rotan Indonesia. Khususnya yang berkaitan dengan identifikasi nama ilmiah. Rotan merupakan salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang sangat prospektif, sehingga dapat dikelola secara lestari dan bermanfaat bagi kemandirian perekonomian masyarakat pengelolanya. Akhirnya, feedback para pengguna terhadap Panduan teknis "Pengenalan Spesies Rotan" sangat diharapkan, sehingga panduan teknis ini bisa lebih dapat berfungsi memandu secara teknis para pengguna di lapangan Bogor, Desember 2014 v

7

8 , DAFTAR lsi KATA PENGANTAR... SAMBUTAN KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KONSERVASI DAN REHABILITASI... DAFTAR lsi... DAFTAR GAMBAR... Halaman I. PENDAHULUAN 1 iii v vii viii II. III. PENGUMPULAN HERBARIUM TUMBUHAN ROTAN 3 CARA KERJA PENGUMPULAN HERBARIUM TUMBUHAN ROTAN 4 A. Perlengkapan... 5 B. Pengumpulan tumbuhan rotan dan Catatan lapangan 7 C. Penanganan spesimen di lapangan 12 D. Pengeringan spesimen E. Identifikasi spesimen 20 F. Pembuatan koleksi herbarium 21 IV. PENYIMPANAN DAN PEMELIHARAAN 25 A. Penyusunan spesimen herbarium B. Penyimpanan koleksi spesimen 27 C. Pemeliharaan koleksi herbarium DAFTAR PUSTAKA 29 vii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Alat perlengkapan pengumpulan herbarium 6 2. Eksplorasi tumbuhan rotan di kawasan hutan alam Perawakan tumbuhan rotan Spesimen herbarium dipotong lebih kurang em Potongan spesimen herbarium tertii Potongan spesimen herbarium steril Cara mengikat spesimen herbarium di lapangan Cara mengikat alat panjat di lapangan Karung tempat spesimen herbarium di lapangan Cara menguliti batang rotan dari pelepah daun Cara mengikat batang rotan di lapangan Cara pengangkutan spesimen herbarium dan batang rotan di Lapangan Cara membungkus spesimen herbarium Spesimen dalam kertas koran dan alkohol 70% Cara penggantian pembungkus spesimen herbarium Spesimen herbarium dipres dengan sasak bambu Alat pengering spesimen herbarium Kegiatan identitikasi spesimen herbarium Peralatan pengeplakan spesimen herbarium Cara menjahit spesimen herbarium Cara pengeplakan spesimen herbarium Cara penyusunan spesimen herbarium pada lembar kertas ; Spesimen herbarium telah berlabel Identitikasi Koleksi spesimen herbarium telah dikelompokkan berdasarkan alphabet Spesimen herbarium besar berlabel di susun dan di masukkan dalam kotak Lemari penyimpanan koleksi herbarium rotan Ruang pendingin (Freezer) koleksi spesimen herbarium viii

10 , PANDUAN TEKNIS PENGUMPULAN HERBARIUM ROTAN I. PENDAHULUAN Hutan Indonesia diklasifikasikan ke dalam hutan tropik basah. Dalam hutan semacam ini dijumpai keanekaragaman spesies tumbuhan yang sangat besar. Banyak diantara spesies-spesies tumbuhan tersebut yang menghasilkan rotan yang bernilai niaga, misalnya spesies dari marga Calamus dan Daemonorops (Uhl & Dransfield, 1987). Rotan merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang potensial, banyak dieksploitasi karena memiliki nilai yang tinggi dalam dunia perdagangan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No.35/Menhut-II/2007 telah ditetapkan bahwa spesies tumbuhan rotan menjadi spesies prioritas dalam pengembangannya. Rotan adalah palem memanjat berduri yang terdapat di daerah tropis dan sub tropis. Hasil paling penting dari rotan yaitu batang rotan yang pelepah daunnya telah dihilangkan. Kebanyakan batang rotan yang memasuki perdagangan dunia dikumpulkan dari tumbuhan rotan yang tumbuh liar. Selama berabad-abad para botanist kawan dan penjelajah telah mengumpulkan herbarium dari seluruh Indonesia bahkan dunia. Herbarium atau spesimen herbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Turnefor pada tahun 1700 untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Herbarium Botani dan Ekologi, Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi (PUSKONSER) merupakan salah satu laboratorium herbarium 1

11 yang mempunyai nilai sejarah penting pada zaman Koloni'al Belanda dan juga merupakan aset Direktorat Kehutanan, Kementerian Kehutanan. Koleksi spesimen herbarium tumbuhan hutan oleh ilmuwan Belanda tercatat pada tahun 1913 dengan nama kolektor Chr. Versteegh, C.J. van der Zwan, T.H. Endert, B. de Yong, Dr den Berger, Ir. C.N.A. de Voogd dan K. Heyne. Pada tahun 1917 koleksi spesimen herbarium Botani Hutan berjumlah nomor merupakan koleksi zaman kolonial Belanda. Spesimen Herbarium Botani Hutan bernama "Proefstation voor het Boswezen" yang telah tercantum dalam "Index Herbariorum " dengan singkatan "BZF" dan sampai saat ini dikenal dikalangan herbarium Internasional dengan kode penomoran "bb" (Boschflora Buitenbezittinge) (Wardani dkk., 2007). Koleksi spesimen herbarium Botani Hutan tersebut merupakan satu-satunya kekayaan keanekaragaman flora hutan Kementerian Kehutanan atau sebagai Scientific Authority Kementerian Kehutanan. Herbarium ini sangat penting untuk digunakan dalam kegiatan taksonomi sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki tingkatan tertentu, sebagai material peraga, material penelitian, acuan identifikasi untuk pengenalan spesies rotan, selain itu berfungsi sebagai bukti autentik perjalanan dunia tumbuh-tumbuhan. Dalam kegiatan pemanfaatan dan pelestarian tumbuhan rotan di Indonesia, pengumpulan herbarium sering tidak dilakukan oleh kebanyakan para peneliti, para usahawan, para jagawana dan lain-lain di lapangan. Oleh karena itu, dirasakan perlunya usaha untuk memperkenalkan.spesies tumbuhan rotan tersebut dalam 2

12 , kegiatan penelitian melakukan pengumpulan material herbarium baik pada saat ini maupun pada waktu mendatang. Meskipun kegiatan pengumpulan herbarium tidaklah sulit, namun dalam beberapa hal caranya perlu diketahui dengan baik sehingga tujuan pembuatan herbarium dapat tercapai. Tujuan pengumpulan herbarium ini, untuk pengenalan atau identifikasi spesies-spesies tumbuhan rotan yang ada di kawasan hutan Indonesia. Dalam tulisan ini diterangkan langkah-iangkah kegiatan pengumpulan herbarium mulai dari penyiapan dan perlengkapan, pengumpulan material, proses pengolahan sampai dengan koleksi herbarium yang bertujuan untuk identifikasi. II. PENGUMPULAN HERBARIUM TUMBUHAN ROTAN Herbarium adalah kumpulan tumbuhan rotan kering yang dipres dan ditempelkan pada lembaran kertas, biasanya kertas manila yang bebas asam (Acid free) dilengkapi label gantung dengan data yang rinci serta disimpan dalam rak-rak atau lemari besi dalam urutan menurut aturan dimana herbarium itu disimpan. Herbarium yang baik adalah yang memuat bagian-bagian tumbuhan rotan yang representatif, yaitu organ-organ yang penting untuk identifikasi. Pengetahuan tentang spesies-spesies tumbuhan rotan yang terdapat di dalam kawasan hutan sangatlah penting. Kegiatan penelitian bidang kehutanan sangat bervariasi dalam mengembangkan spesies rotan tersebut, baik dari segi biologi maupun segi teknologi. Salah satu kegiatan yang biasa dilakukan adalah eksplorasi atau inventarisasi, yang bertujuan untuk : 3

13 1. Mengungkap kekayaan keanekaragaman spesies tumbuhan rotan di suatu kawasan hutan di Indonesia 2. Mengkoleksi material herbarium spesies tumbuhan rotan yang dijumpai dan membuat koleksi herbarium 3. Mendeskripsikan spesies tumbuhan rotan 4. Mengidentifikasi spesies tumbuhan rotan yang dijumpai 5. Menyusun kunci identifikasi spesies tumbuhan rotan yang dijumpai III. CARA KERJA PENGUMPULAN HERBARIUM TUMBUHAN ROTAN Persiapan pengumpulan herbarium rotan yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam praktek pembuatan herbarium. Spesimen herbarium yang baik harus memberikan informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti, pelajar, jagawana dan pengelola hutan lainnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dcilam mengumpulkan tumbuhan rotan antara lain: Perlengkapan Catatan lapangan Pengumpulan tumbuhan rotan Penanganan spesimen di lapangan Pengeringan spesimen Identifikasi spesimen Pembuatan herbarium 4

14 , A. Perlengkapan Perlengkapan yang diperlukan disiapkan sehingga pada waktu pengumpulan material herbarium rotan tidak dijumpai kesulitan. Seringkali pengumpulan herbarium dilakukan di hutan yang jauh dari tempat pemukiman. Perlengkapan yang diperlukan sebagai berikut: Alat untuk mengambil material herbarium rotan, antara lain gunting ranting, gunting kain, parang, gergaji, kater, sarung tangan anti duri. Alat pembungkus material herbarium rotan, antara lain kertas koran, karung plastik besar, kantong plastik transparan (60 x 80 em, 40 x 60 em, 10 x 20 em), tali rafia. Alat pengepres material herbarium, yang berupa sasak (bambu, kayu atau seng/aluminium bergelombang) berukuran 35 x 50 em Alat tulis, yang terdiri atas label gantung (5x3 em) terbuat dari kertas gambar yang kaku, blanko isian untuk setiap material herbarium, buku lapangan (meneatat data lainnya), pensil 2B, penghapus, spidol, peruncing pensil, penggaris, selotip/lakban, dan lain-lain. Alat pelengkap : altimeter, kompas, pita ukur, alat pembesar' (hand lens), GPS (Global position system), kamera, peta lokasi, pengukur suhu dan kelembaban udara, pengukur ph dan kelembaban tanah, perlengkapan camping (sleeping bag, tenda), dan lain-lain. Bahan untuk mengawetkan material herbarium rotan adalah alkohol 70% atau spiritus dengan ukuran lebih kurang 1 liter untuk 5 spesimen (untuk material besar). 5

15 IIJ... ','illi..wj. 'Ilt, j 'rllj.",r Gambar 1. Alat perlengkapan pengumpulan herbarium (FotoT.Kalima) 6

16 , B. Pengumpulan Tumbuhan Rotan dan Catatan Lapangan Dalam eksplorasi atau inventarisasi dilakukan pengumpulan baik material herbarium maupun batang rotan, cara pengumpulannya sebagai berikut : Gambar 2. Eksplorasi tumbuhan rotan di kawasan hutan alam Manokwari, Papua Sarat (Foto T. Kalima) Bukti eksplorasi atau inventarisasi berupa data tumbuhan dan batang rotan yang dirisalah (Steenis,1950). 7

17 1. Mengambil foto setiap bag ian tumbuhan rotan yang penting untuk identifikasi, misal: Habitus tumbuhannya (tunggal atau berumpun), sistem perakaran, pepagan luar, pelepah daun, bunga dan buah, dan sebagainya. Gambar 3. Perawakan tumbuhan rotan, A. tumbuh tunggal, B. tumbuh berumpun, C. perakaran rumpun, D. batang bercabang (Fete T.Kalima) 8

18 , 2. Mengambil material herbarium, dianjurkan seluruh bagian tumbuhan rotan dikoleksi baik pelepah daun yang berbunga dan berbuah lebih diutamakan (herbarium fertil) maupun material herbarium tanpa bunga dan buah (herbarium steril). Koleksi steril ini berguna sebagai catatan kehadiran spesies rotan karena rotan memiliki banyak tampilan yang informatif pada pelepah daun tersebut mempunyai karakter penting untuk identifikasi spesies rotan. 3. Pembuatan herbarium sampai dengan mounting 4. Menyusun deskripsi setiap spesies tumbuhan rotan yang dijumpai 5. Mengidentifikasi spesies tumbuhan rotan yang dijumpai 6. Menyusun kunci identifikasi Apabila pengumpulan material herbarium rotan untuk keperluan dokumentasi ilmiah, dianjurkan agar dibuat material herbarium fertil dan untuk setiap nomor koleksi agar dibuat beberapa spesimen sebagai duplikatnya (3-5 spesimen). Untuk membuat herbarium tumbuhan rotan ini sangat sulit dikumpulkan karena selain berdaun majemuk bersirip yang panjangnya lebih dari 1 m, bahkan ada yang mencapai 4,5 m termasuk sirus, misalnya rotan Manau (Calamus manan Miquel), disertakan pula batang dan pelepah daunnya yang banyak durinya. Sirus adalah organ panjat yang dikembangkan dari perpanjangan daun. Beberapa spesies rotan tidak memiliki sirus pada perpanjangan daun, namun mempunyai sulur berduri pada bag ian pelepah yang dinamakan flagela yang panjangnya dapat mencapai lebih dari 6 m seperti spesies rotan Seuti (Calamus ornatus Blume). Flagela adalah alat panjat yang dikembangkan dari perbungaan yang termodifikasi, tumbuh pada pelepah daun. 9

19 Selain material herbarium rotan harus lengkap, juga batang rotan dikumpulkan guna keperluan analisis sifat dasar untuk pemanfaatan rotan yang berkelanjutan dan dikoleksi di laboratorium anatomi Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah). Disamping itu, perlu diperhatikan pula pada saat pengumpulan material herbarium dan batang harus dilakukan pencatatan data habitus tumbuhan rotannya, lokasi, tempat tumbuh, ketinggian tempat, dan sebagainya. Apabila material herbarium tanpa catatan tumbuhannya dianggap sangat tidak ada artinya. Bersamaan dengan pencatatan identitas tumbuhan, perlu dibuat label gantung yang. diikatkan pada material herbarium. Satu label untuk satu spesimen. Pada setiap label gantung ditulis : 1. Kolektor (pengumpul) : diisi Kode (singkatan nama) 2. Nomor koleksi 3. Nama lokal (nama daerah) tumbuhan yang dikumpulkan 4. Lokasi pengumpulan 5. Tanggal pengumpulan Dalam penulisan label gantung dianjurkan menggunakan pensil 2B, supaya tulisan tidak larut bila kena siraman alkohol ataupun spiritus. Selain itu, keterangan lain tentang tumbuhan rotan yang dikumpulkan berisi keterangan tentang ciri-ciri tumbuhan tersebut, misalnya warna pelepah daun, warna duri dll, dicatat pada buku catatan khusus atau pada blangko isian yang telah disiapkan dan disesuaikan dengan nomor material herbarium, dapat dilihat pada blangko dibawah. 10

20 , Blanko pengenalan spesies rotan di lapangan Kolektor Nomor Kolektor: Tanggal:. Nama daerah : Lokasi:. 1. Satang: Tunggal / berumpun Diameter dengan pelepah : bercabang / tidak... Diameter tanpa pelepah:... Panjang ruas:... Permukaan : licin / kasar Warna permukaan: 2. Pelepah daun: warna:... Duri ada/ tidak Kerapatan duri :... Bentuk duri:... Panjang duri: Warna duri:. Susunan duri:. Permukaan pelepah daun : indumentum ada/tidak, warna:. berusuk ada/tidak, warna: Panjang daun : Panjang sirus:. Tangkai daun ada I tidak. Panjang tangkai daun:. Duri tangkai ada I tidak. Ukuran duri tunggall kelompok Bentuk anak daun:... Pinggir anak daun :rata I srip ikan Susunan anak daun : menyirip teratur I berkelompok Panjang anak daun : Lebar anak daun:. Urat memanjang : jelas I tidak. Jumlah urat daun:. Permukaan anak daun: berbulu/berambut/indumentum Ilicini berduri Rakis: berduri I tidak Susunan duri : tunggal/kelompok 3. Lutut: Jelas I tidak jelas I sangat jelas Duri : ada I ~idak Susunan duri : tersebarl kelompok Bentuk duri :. Ukuran duri :. 4. Okrea: jelas I tidak jelas Isangat jelas Panjang okrea: Bentuk okrea:. 5. Organ panjat : sirus I flagela Panjang sirus: Susunan duri pada sirus :. Panjang flagela: Susunan duri pada flagela:. 6. Perbungaan: ada I tidak. Jantan I betina Panjang perbungaan: Jumlah braktea:. 11

21 7. Buah: ada I tidak Buah masak / belum masak Perintah ada / tidak Ukuran panjang buah:... Warna sisik :... Catatan lain: Diameter buah:. c. Penanganan Spesimen di Lapangan Penanganan spesimen di lapangan (Iokasi pengumpulan) disebut penanganan seeara basah. Setelah spesimen herbarium dipotong-potong berukuran lebih kurang em, helaian anak daun dipotong pada salah satu sisi rakis, diberi label (etiket gantung) dan diikat, kemudian spesimen herbarium dimasukkan ke dalam karung plastik, untuk selanjutnya dilakukan pengumpulan lagi dan seterusnya. Gambar 4. A. Spesimen herbarium setelah ditebang, B. Spesimen herbarium dipotong lebih kurang em (Foto T. Kalima) 12

22 ,

23 Gambar 5. Pengumpulan spesimen herbarium fertil (Fata T. Kalima) Gambar 6. Pengumpulan spesimen herbarium steril (Fata T. Kalima) Gambar 7. Cara mengikat spesimen herbarium di lapangan: A. Helaian anak daun pada satu sisi rakis dipatang, 8. Spesimen herbarium diberi label dan diikat (Fata T. Kalima) 13

24 Gambar 8. Cara mengikat alat panjat di lapangan: A. alat panjat sirus, B. Buah dilipat sekecil mungkin, C. Mengikat alat panjat flagela (Fete T. Kalima) Gambar 9. Spesimen herbarium sudah diikat dimasukkan ke dalam karung plastik (Fete T. Kalima) 14

25 Penanganan spesimen batang rotan di lapangan (Iokasi pengumpulan) disebut penanganan secara basah. Setelah spesimen batang ditebang dan dikupas atau dikuliti pelepah daunnya, kemudian dipotong-potong berukuran lebih kurang 400 cm (diameter besar) sebanyak 10 batang atau lebih, untuk yang berdiameter kecil cukup digulung, diberi label (etiket gantung), diikat dan disimpan, untuk selanjutnya dilakukan pengumpulan lagi dan seterusnya. Setelah selesai diangkut ke tempat base camp. Gambar 10.Menguliti batang rotan dari pelepah daun (Foto 1. Kalima) Gambar 11. Cara mengikat batang rotan : A. Satang rotan keeil digulung; S. Satang rotan besar di ikat (Foto 1. Kalima) 15

26 Gambar 12. Pengangkutan specimen herbarium dan batang rotan (Foto T. Kalima) Spesimen harbarium di dalam karung plastik dikeluarkan, kemudian dibungkus satu persatu ke dalam lipatan kertas koran. Dianjurkan agar satu spesimen herbarium terdiri atas beberapa lipatan kertas karena spesimen herbarium rotan terlalu besar dan berduri. Gambar 13. Cara membungkus spesimen harbarium ke dalam Iipatan Kertas Koran (Foto T. Kalima) 16

27 , Selanjutnya, lipatan kertas koran berisi spesimen herbarium tersebut dimasukkan ke kantong plastik (40 x 60 em) dan disiram dengan alkohol 70% atau spiritus hingga seluruh bag ian spesimen tersiram seeara merata, kemudian kantong plastik ditutup rapat dengan hekter atau selotif supaya alkohol atau spiritus tidak menguap ke luar kantong. Spesimen harbarium di dalam kantong plastik yang sudah disiram alkohol atau spiritus tersebut dapat disimpan selama beberapa hari, menunggu pekerjaan di lapangan selesai, atau siap dikirim ke tempat tujuan identifikasi atau dokumentasi. Gambar 14. Spesimen herbarium dalam kertas koran: A. Tumpukan spesimen herbarium didalam lipatan kertas koran, B. Spesimen herbarium telah diberi alkohol/spiritus (Foto T. Kalir:'a) D. Pengeringan Spesimen di Tempat Koleksi Herbarium (Laboratorium) Proses pengeringan spesimen dapat dilakukan dengan beberapa eara yaitu: panas matahari, menggunakan kayu bakar, arang dan dengan listrikloven. 17

28 Proses pengeringan adalah sebagai berikut: 1. Seluruh spesimen dari lapangan dikeluarkan dari kantong plastik (telah diberi alkohol) dan bila perlu kertas korannya diganti dengan kertas koran baru, kemudian dirapikan. Gambar 15. Cara penggantian pembungkus spesirnen herbarium rotan: A dan B. Spesimen pelapah daun, C. Spesimen perbungaan, D. Spesimen buah rotan (Foto T. Kalima) Selanjutnya, tumpukan 2-5 spesimen dipres bagian atas dan bawah dengan penekan karton atau aluminium bergelombang di dalam sasak ukuran 35 x 50 em. Kemudian sasak berisi 18

29 , spesimen herbarium rotan tersebut dimasukkan ke dalam oven dengan suhu ± 70 e 0 selama ± selama 7-10 hari (sampai betulbetul kering) atau tungku pengering atau dijemur dibawah sinar matahari sampai spesimen herbarium menjadi kering. Gambar 16. Spesimen herbarium dipres dengan sasak bambu (Foto T. Kalima) Gambar 17. Alat pengering spesimen herbarium: A. Oven pengering spesimen herbarium, B. Sasak berisi spesimen herbarium rotan masuk dalam oven pengering (Foto T. Kalima) 19

30 2. Spesimen herbarium yang sudah kering diidentifikasi nama botani atau nama ilmiahnya. Hasil identifikasi ini ditulis pada label identifikasi yang telah disiapkan. Dalam hal ini, perlu diperhatikan agar nomor koleksi yang ditulis pada label identifikasi sesuai dengan nomor koleksi pada label gantung. E. Identifikasi Spesimen Herbarium 1. Bertanya kepada seorang ahli identifikasi tumbuhan rotan 2. Membandingkan contoh tumbuhan rotan yang dijumpai di lapangan dengan contoh spesimen yang tersedia di Herbarium yang telah diberi nama dengan tepat oleh ahli taksonomi tumbuhan 3. Membandingkan atau menyamakan tumbuhan yang ingin diketahui (deskripsi) dengan gambar-gambar yang ada dalam buku pustaka. 4. Dengan pertolongan kunci identifikasi yang terdapat dalam buku Manual, misalnya Semenanjung Malaya (Dransfield, 1979), Sabah (Dransfield, 1984b), Sarawak (Dransfield, 1992), Papua Nugini (John & Taurereko, 1989a, 1989b; Johns & Zibe, 1989), India (Basu, 1992), Sulawesi (Rustiami, 2011). 20

31 , Gambar 18. Kegiatan identifikasi (Fata T. Kalima) F. Pembuatan Koleksi Herbarium Terkumpulnya cantoh spesimen tumbuhan beserta informasi penting lainnya yang berkaitan dengan spesies rotan tersebut,. yang nantinya dapat digunakan sebagai database guna memonitor kondisinya secara periodik dari waktu ke waktu. Koleksi herbarium memiliki beberapa manfaat/kegunaan diantaranya adalah : 1. Sebagai database yang dapat digunakan untuk acuan identifikasi. 2. Sebagai bahan informasi baik bagi petugas maupun pengunjung dan pihak lain yang memerlukan. 3. Merupakan salah satu bahan interpretasi ekowisata dan pendidikan lingkungan terutama untuk pengenalan spesiesspesies tumbuhan. 21

32 F.1. Bahan dan peralatan : Kertas putih tidak mengkilap berat 300 gr/m 2 atau 600 gr/m 2, bebas asam (acid free paper) berukuran 40 x 30 em atau 43 x 30 em, Kertas sampul spesies, bebas asam (acid free paper), lebih tipis berukuran 40 x 62 em Kertas berwarna untuk sampul marga, bebas asam (acid free paper), lebih tebal berukuran 40 x 64 em Kertas putih tipis untuk amplap, bebas asam (acid free paper) Katak dari kardus berukuran 50 x 30 em Selatip, lem, alat pensil dan tinta (tidak luntur), jarum layar dan benang sepatu, peralatan plak (gunting, pinset, seapel, jarum penusuk, kwas, dan lain-lain) Gambar 19. Peralatan pengeplakan spesimen herbarium (Fata M. Wardani dalam Wardani et al., 2004) 22

33 , F.2. Peletakan spesimen herbarium pada kertas plak Material di letakkan di tengah kertas, seimbang pelepah daun - anak daun - sirus - flagela - bunga buah Helaian anak daun menghadap kearah dua permukaan Material yang ukurannya melebihi kertas -7 dipotong atau dilipat Material yang besar dipotong menjadi beberapa bagian (3 bagian) : dalam pengeplakan ditulis -7 Sheet 1 of 3, Sheet 2 of 3, Sheet 3 of 3, dan seterusnya. F.3. Pengeplakan dengan cara menjahit (Djarwaningsih et.a/., 1999 da/am Wardani et a/., 2004) ~ ~enallg,...,=1:}1 ill _K"'" pi" // r:i Ikat kc SISI bal8l1g ~ Gambar 20. Cara menjahit spesimen herbarium A.Teknik menjahit, B.. Tali simpul F.4. Pengeplakan spesimen herbarium (Mounting) Spesimen yang sudah kering dijahit atau dilem di atas kertas yang kuat atau tidak cepat rusak (untuk pelepah daun yang kecil), pelepah daun besar (kertas karton/kotak) 23

34 Untuk tumbuhan rotan yang organnya besar, 1 spesimen dimounting pada beberapa lembar kertas Gambar 21. Cara pengeplakan spesimen herbarium : A. Pengeplakan pelepah daun, B. Pengeplakan pelepah & buah (Foto T. Kalima) Gambar 22. Penyusunan' spesimen mounting pada beberapa lembar kertas: A. Sheet 1, B. Sheet 2 (Foto T. Kalima) 24

35 , F.5. Labeling. Label yang berisi keterangan-keterangan tentang tumbuhan tersebut diletakkan di sudut kiri bawah atau sudut kanan bawah Gambar 23. Spesimen herbarium telah diplak dan berlabelldentifikasi (Fata T. Kalima) IV. PENYIMPANAN DAN PEMELIHARAAN Pembuatan herbarium bertujuan selain untuk keperluan identifikasi juga untuk dakumentasi. Nilai suatu koleksi akan semakin tinggi apabila penyimpanan dan pemeliharaannya semakin sempurna. Tempat penyimpanan koleksi herbarium harus diatur sedemikian rupa sehingga keadaan ruangan tidak pengap, terang dan menyenangkan bagi petugas atau bagi para 25

36 ahli botani yang bekerja dengan spesimen herbarium. Tempat penyimpanan koleksi herbarium dapat berupa kotak (tromol) yang terbuat dari seng, aluminium, triplek atau karton tebal, lemari yang dilengkapi dengan rak-rak (Sutisna dkk., 1998). A. Penyusunan Spesimen Herbarium Spesimen herbarium yang telah diplak dan berlabel identifikasi, dikelompokkan secara alfabetik famili, marga, species, sehingga memudahkan bagi pengguna. Setiap kelompok spesimen dalam tiap spesies tersebut dibungkus dengan kertas karton manila atau stop map kemudian dimasukkan dalam kantong plastik. Pada setiap bungkusan dicantumkan nama spesies dan nomor-nomor koleksi yang ada di dalamnya (Sutisna dkk., 1998). Gambar 24. Koleksi spesimen herbarium telah dikelompokkan berdasarkan alphabet (Foto T. Kalima) 26

37 , Gambar 25. Spesimen herbarium besar berlabel disusun dan dimasukkan dalam kotak (Foto T. Kalima) B. Penyimpanan Koleksi Spesimen Setelah spesimen koleksi dibungkus dengan stop map (genus folder) yang sudah dilengkapi dengan nama famili, nama marga dan nama spesies. Selanjutnya dimasukkan lagi ke dalam kantong plastik atau kotak kemudian disimpan di tempat penyimpan yaitu lemari yang tidak mudah terserang hama atau jamur, rapi, bersih, udara dalam ruangan tidak lembab dan tidak langsung berhubungan dengan luar ruangan. Gambar 26. Lemari penyimpanan kotak koleksi disusun secara alfabetik famili, marga, dan spesies (Foto T. Kalima) 27

38 C. Pemeliharaan koleksi herbarium Pemeliharaan koleksi herbarium dilakukan dengan 2 cara: 1. Pencegahan hama: 1.1. Pencegahan dilakukan dengan kapur barus, sublimat Pengasapan atau peracunan (fumigasi): Sebelum memasukkan spesimen ke herbarium terlebih dahulu harus diasap dengan carbon bisulfida dalam ruangan tertentu. Metode lain dapat dilakukan dengan menambahkan kristal paradi- klorobenzen. Umumnya koleksi-koleksi herbarium melakukan fumigasi dengan interval 1, 2, 3 tahun. Umumnya spesimen disusun ke dalam kotak atau lemari khusus berdasarkan alphabet Spesimen herbarium yang terbungkus dimasukkan ke dalam ruang pendingin (freezer) pada suhu -30 C selama 72 jam dilakukan setiap 6 bulan sekali. Pemeliharaan cara ini sampai sekarang belum dilakukan karena kurangnya SOM. 28

39 , Gambar 27. Ruang pendingin (Freezer) koleksi spesimen herbarium (Foto T. Kalima) 2. Pengeplakan ulang (Remounting): Memperbaiki koleksi spesimen herbarium yang sudah rusak, kertas alasnya sudah usang atau lapuk DAFTAR PUSTAKA Dransfield, J A manual of the rattans of the Malay Peninsula. Malayan Forest Records NO.29. Forest Department, Kuala Lumpur. Dransfield, J. 1984b. The rattans of Sabah. Sabah Forest Records 13. Forest Department, Sabah, Sandakan. Dransfield, J The rattans of Sarawak. Royal Botanic Gardens, Kew & Sarawak Forest Department, Kucing, Sarawak. John, R& Taurereko, R 1989a. A preliminary checklist of the collections of Calamus and Daemonorops from the Papuasian region. Rattan Research Report 1989/2. John, R & Taurereko,R 1989b. A guide to the collection and field description of Calamus (Palmae) from Papuasia. Rattan Research Report 1989/3. 29

40 Johns, R. & Zibe, S A checklist of the species of Calamus and Korthalsia in Papuasia. Rattan Research Report 1989/1. Basu, S.K Rattans (Canes) in India. A. monographic revision. Rattan Information Centre, Kepong, Malaysia. Rustiami, H Revision of Calamus and Oaermonorops (Arecaceae) in Sulawesi. School of postgraduate study. Bogor Agricultural University. Tidak diterbitkan. Sutisna, U; T Kalima; dan Purnadjaja Pedoman Pengenalan Pohon Hutan di Indonesia. Yayasan PROSEA Bogor. Pusat Oiklat Pegawai dan SOM kehutanan, Bogor. Wardani, M; U. Sutisna dan T Kalima Panduan teknik koleksi herbarium flora pohon hutan. Info Hutan, Vol 1 No.1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor. Wardani, M; T Kalima, dan TSetyawati Pengelolaan Koleksi Herbarium. Proposal Kegiatan Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Bogor. Uhl, N.W. & J.Oransfield, Genera palmarum: a classification of palms based on the work of H.E. Moore, Jr.L.H. Bailey Hortorium & The International Palm Sociaty, Lawrence, Kansas, United States. Van Steenis, C.G.G.J Malaysian plant collectors and collections Flora Malesiana Vol. 1. Noordhoff-Kolff, Djakarta. 30

Tujuan. Eksplorasi Botani Hutan [Fieldwork] Tujuan. Cara Kerja

Tujuan. Eksplorasi Botani Hutan [Fieldwork] Tujuan. Cara Kerja http://botit.botany.wisc.edu/images/402/reference_images/physiocarpus_opulifolius/herbarium_specimen_mc Tujuan Eksplorasi Botani Hutan [Fieldwork] Onrizal Departemen Kehutanan USU Mengungkap kekayaan jenis

Lebih terperinci

Pembuatan Herbarium. Pembuatan Herbarium dan Pengenalan Jenis Pohon. Onrizal Departemen Kehutanan USU. Onrizal 2

Pembuatan Herbarium. Pembuatan Herbarium dan Pengenalan Jenis Pohon. Onrizal Departemen Kehutanan USU. Onrizal 2 Pembuatan Herbarium dan Pengenalan Jenis Pohon Onrizal Departemen Kehutanan USU http://www.uwo.ca/biology/images/facilities/herbarium/mounting-specimens.gif http://botit.botany.wisc.edu/images/402/reference_images/physiocarpus_opulifolius/herbarium_specimen_mc

Lebih terperinci

Indonesia: Mega Biodiversity Country

Indonesia: Mega Biodiversity Country ONRIZAL Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara Indonesia: Mega Biodiversity Country Diperkirakan 38.000 spesies tumbuhan (55% endemik) Memiliki 10% tumbuhan berbunga yang ada di dunia 12% binatang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan BAB III METODOLOGI PEELITIA 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan ketinggian 700-1000 m dpl,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Tempat Dan Waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Barat Danau Limboto Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Tempat Dan Waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Barat Danau Limboto Kecamatan 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Barat Danau Limboto Kecamatan Batudaa Kabupaten Gorontalo, yang terbagi 7 stasiun pengambilan sampel yakni

Lebih terperinci

BAB III KOLEKSI TUMBUHAN DAN METODE HERBARIUM

BAB III KOLEKSI TUMBUHAN DAN METODE HERBARIUM KOLEKSI TUMBUHAN DAN METODE HERBARIUM Semua orang yang melakukan aktivitas dalam kajian taksonomi mempunyai kesempatan untuk mengkaji objek penelitiannya baik yang hidup di lapangan ataupun di kebun botani

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM. Herbarium

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM. Herbarium LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM I. II. NOMOR PERCOBAAN NAMA PERCOBAAN : : I (Satu) Pengumpulan Contoh Tumbuhan dan Herbarium III. TUJUAN PERCOBAAN : IV. DASAR TEORI Mengumpulkan beberapa contoh tumbuhan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM I. NOMOR PERCOBAAN : I (Satu) II. NAMA PERCOBAAN : Herbarium III. TUJUAN PERCOBAAN : Mengumpulkan beberapa contoh tumbuhan dan dilakukan proses Herbarium. IV. DASAR TEORI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Rotan adalah salah satu jenis tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) yang memiliki peranan ekonomi yang sangat penting (FAO 1997). Sampai saat ini rotan telah dimanfaatkan sebagai

Lebih terperinci

LOKAKARYA PEMBUATAN HERBARIUM UNTUK PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI MAN CENDIKIA MUARO JAMBI

LOKAKARYA PEMBUATAN HERBARIUM UNTUK PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI MAN CENDIKIA MUARO JAMBI LOKAKARYA PEMBUATAN HERBARIUM UNTUK PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI MAN CENDIKIA MUARO JAMBI Pinta Murni, Muswita, Harlis, Upik Yelianti, Winda Dwi Kartika Staf Pengajar Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dibagi menjadi 7 strata ketinggian. Strata IV ( m dpl) Karakter morfologi bambu tali dicatat (lampiran 2).

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dibagi menjadi 7 strata ketinggian. Strata IV ( m dpl) Karakter morfologi bambu tali dicatat (lampiran 2). A. Bagan Alir Penelitian III. METODE PENELITIAN Lokasi dibagi menjadi 7 strata ketinggian Strata I (100-199 m ) Strata VII (700-799 m ) Strata II (200-299 m ) Strata VI (600-699 m ) Strata III (300-399

Lebih terperinci

CARA MENGKOLEKSI TUMBUHAN Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam praktek pembuatan herbarium. Spesimen herbarium yang b

CARA MENGKOLEKSI TUMBUHAN Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam praktek pembuatan herbarium. Spesimen herbarium yang b TEKNIK PEMBUATAN HERBARIUM DEFENISI DAN FUNGSI HERBARIUM Herbarium berasal dari kata hortus dan botanicus, artinya kebun botani yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi

Lebih terperinci

HERBARIUM. Purwanti widhy H 2012

HERBARIUM. Purwanti widhy H 2012 HERBARIUM Purwanti widhy H 2012 Agar suatu tumbuhan dapat terus dilihat keberadaannya, maka pengawetan tumbuhan menjadi alternative cara untuk melindungi keberadaan tumbuhan Salah satu pengawetan tumbuhan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 1. PENGAMATAN OBJEKLatihan Soal 1.3

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 1. PENGAMATAN OBJEKLatihan Soal 1.3 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 1. PENGAMATAN OBJEKLatihan Soal 1.3 1. Serangga yang sudah dikoleksi dapat diawetkandengan cara dikeringkan yang disebut dengan... Preparat Herbarium Insektarium Terrarium Serangga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kampung Adat Dukuh Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasim wilayah bagian Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Minas Kabupaten Siak pada bulan

Lebih terperinci

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Pembuatan Herbarium BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Nasional Baluran sebagai salah satu kawasan konservasi sudah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang, sub

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang, sub 26 BAB III ETODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang, sub kawasan Kabupaten Bolaang ongondow Timur. Dilaksanakan selama 3 bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.

Lebih terperinci

PENYULUHAN DAN PELATIHAN EKSPLORASI BOTANI HUTAN DALAM UPAYA KOSERVASI HUTAN

PENYULUHAN DAN PELATIHAN EKSPLORASI BOTANI HUTAN DALAM UPAYA KOSERVASI HUTAN PENYULUHAN DAN PELATIHAN EKSPLORASI BOTANI HUTAN DALAM UPAYA KOSERVASI HUTAN Rike Puspitasari Tamin, Riana Anggraini dan Maria Ulfa Fakultas Kehutanan Universitas Jambi Email : rikepuspitasari_unja@yahoo.co.id;riana@yahoo.co.id;mariaulfa@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu 44 BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di tiga tipe hutan kerangas di Kabupaten Belitung Timur yaitu hutan kerangas primer (Rimba), hutan kerangas sekunder (Bebak)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 s.d 20 September 2011 di Taman hutan raya R. Soerjo yang terletak di Kota Batu, Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasisitusi atau

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi dan kejadian. 1 Atau

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi dan kejadian. 1 Atau 32 BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi dan kejadian. 1

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan Desa Aur Kuning, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Provinsi Riau. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2012.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Long Alango, Kecamatan Bahau Hulu, SPTN Wilayah II Taman Nasional Kayan Mentarang, Kabupaten Malinau, Kalimantan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan Oktober tahun

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan Oktober tahun BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan Oktober tahun 2015. Penelitian ini dilakukan di kawasan ekowisata jalur pendakian Cemoro

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan metode deskriptif. Bertujuan untuk membuat deskripsi, atau gambaran mengenai kelimpahan dan keragaman anggrek di

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama dua bulan pengamatan dari bulan Juli hingga Agustus 2009 di Pondok Ambung, Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan

Lebih terperinci

MODUL-09 PEMBUATAN HERBARIUM BASAH DAN HERBARIUM KERING IX. PEMBUATAN HERBARIUM BASAH DAN HERBARIUM KERING

MODUL-09 PEMBUATAN HERBARIUM BASAH DAN HERBARIUM KERING IX. PEMBUATAN HERBARIUM BASAH DAN HERBARIUM KERING IX. PEMBUATAN HERBARIUM BASAH DAN HERBARIUM KERING PEMBUATAN HERBARIUM BASAH DAN HERBARIUM KERING Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP MODUL-09 Department of Dryland Agriculture Management,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia. 1

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia. 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif ekploratif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keputih-putihan atau kekuning-kuningan serta kehitam-hitaman. Batang tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. keputih-putihan atau kekuning-kuningan serta kehitam-hitaman. Batang tanaman TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Rotan Akar tanaman rotan mempunyai sistem perakaran serabut, berwarna keputih-putihan atau kekuning-kuningan serta kehitam-hitaman. Batang tanaman rotan berbentuk memanjang dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 12 BAB III METODOLOGI PENELIT TIAN 31 Waktu dan Tempat Penelitian inii dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010 yang berlokasi di TAHURA Inten Dewata dimana terdapat dua lokasi yaitu Gunung Kunci dan

Lebih terperinci

3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan?

3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan? 3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan? 3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan? Mengukur jumlah C tersimpan di hutan dan lahan pertanian cukup mudah dan dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri

Lebih terperinci

*) Diterima : 16 April 2008; Disetujui : 13 Juni 2008

*) Diterima : 16 April 2008; Disetujui : 13 Juni 2008 Keragaman Spesies Rotan yang Belum Dimanfaatkan (Titi Kalima) KERAGAMAN SPESIES ROTAN YANG BELUM DIMANFAATKAN DI HUTAN TUMBANG HIRAN, KATINGAN, KALIMANTAN TENGAH (The Diversity of Lesser Used Species of

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 8 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1.1 Materi Penelitian 1.1.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang bertubuh buah, serasah daun, batang/ranting

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi 12 Gymnospermae lebih efisien pada intensitas cahaya tinggi (Kramer & Kozlowski 1979). Sudomo (2007) menyatakan bahwa intensitas cahaya yang berlebihan akan menyebabkan laju transpirasi tinggi, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Katingan Hulu Kelurahan Tumbang Senamang, penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Katingan Hulu Kelurahan Tumbang Senamang, penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode wawancara dengan masyarakat Kecamatan Katingan Hulu Kelurahan Tumbang Senamang, penelitian ini termasuk penelitian kualitatif

Lebih terperinci

No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Alkohol 70% Mencegah kerusakan akibat jamur dan serangga

No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Alkohol 70% Mencegah kerusakan akibat jamur dan serangga Lampiran 1. Spesifikasi bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bambu tali (G. apus (Schult.f.) Kurz) yang terdapat di pinggiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan arteri primer

Lebih terperinci

TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN JAMUR KARAT PADA RUMPUT-RUMPUTAN. Ole h. DORlY. JURUSAN BIOlOGI. FAKUl TAS MATEMATIKA DAN IlMU PENGETAHUAN AlAM

TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN JAMUR KARAT PADA RUMPUT-RUMPUTAN. Ole h. DORlY. JURUSAN BIOlOGI. FAKUl TAS MATEMATIKA DAN IlMU PENGETAHUAN AlAM pl.r$z. if 1: TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN JAMUR KARAT PADA RUMPUT-RUMPUTAN Ole h DORlY JURUSAN BIOlOGI FAKUl TAS MATEMATIKA DAN IlMU PENGETAHUAN AlAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 198 9 TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN

Lebih terperinci

TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN JAMUR KARAT PADA RUMPUT-RUMPUTAN. Ole h. DORlY. JURUSAN BIOlOGI. FAKUl TAS MATEMATIKA DAN IlMU PENGETAHUAN AlAM

TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN JAMUR KARAT PADA RUMPUT-RUMPUTAN. Ole h. DORlY. JURUSAN BIOlOGI. FAKUl TAS MATEMATIKA DAN IlMU PENGETAHUAN AlAM pl.r$z. if 1: TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN JAMUR KARAT PADA RUMPUT-RUMPUTAN Ole h DORlY JURUSAN BIOlOGI FAKUl TAS MATEMATIKA DAN IlMU PENGETAHUAN AlAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 198 9 TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif eksploratif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di areal KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

PEMBUATAN HERBARIUM TUMBUHAN PAKU PADA MATA KULIAH TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH. Oleh: Desti Indriyanti.

PEMBUATAN HERBARIUM TUMBUHAN PAKU PADA MATA KULIAH TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH. Oleh: Desti Indriyanti. PEMBUATAN HERBARIUM TUMBUHAN PAKU PADA MATA KULIAH TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH Oleh: Desti Indriyanti Destiindriyanti11@gmail.com FKIP UMRAH, Kepulauan Riau Abstrak Tumbuhan paku atau pterydophyta merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Menurut Suryana (2010, hlm 18) Metode deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BUNGA KERING DARI KULIT JAGUNG Menyulap Limbah Menjadi Hiasan Bernilai

BUNGA KERING DARI KULIT JAGUNG Menyulap Limbah Menjadi Hiasan Bernilai BUNGA KERING DARI KULIT JAGUNG Menyulap Limbah Menjadi Hiasan Bernilai Oleh : Widyabakti Sabatari, M.Sn Staf Pengajar di Jurusan PTBB Prodi Teknik Busana FT UNY Materi yang disampaikan dalam rangka memberi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tabel 1 Jenis-jenis pohon sebagai bahan penelitian. Asal Tempat Tumbuh. Nama Daerah Setempat

III. METODOLOGI. Tabel 1 Jenis-jenis pohon sebagai bahan penelitian. Asal Tempat Tumbuh. Nama Daerah Setempat III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung dari bulan Pebruari hingga Juni 2009. Identifikasi herbarium dilakukan di Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor, sementara pengamatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PE ELITIA

III. METODOLOGI PE ELITIA 10 III. METODOLOGI PE ELITIA 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal IUPHHK PT. DRT, Riau. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan pada bulan Agustus sampai November 2011 yang berada di dua tempat yaitu, daerah hutan mangrove Wonorejo

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. dan Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Fakultas Pertanian dan Peternakan

III. MATERI DAN METODE. dan Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Fakultas Pertanian dan Peternakan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Kerumutan Kabupaten Pelalawan dan Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam

Lebih terperinci

Floribunda 5(1) VARIASI MORFOLOGI DAEMONOROPS FISSA KOMPLEKS DI MALESIA BARAT

Floribunda 5(1) VARIASI MORFOLOGI DAEMONOROPS FISSA KOMPLEKS DI MALESIA BARAT Floribunda 5(1) 2014 11 VARIASI MORFOLOGI DAEMONOROPS FISSA KOMPLEKS DI MALESIA BARAT Dwi Putri Ramadhani 1, Tatik Chikmawati 2 & Himmah Rustiami 3 1 Program Pasca Sarjana, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan waktu Penelitian lapangan dilaksanakan di areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Propinsi Kalimantan Tengah. Areal penelitian merupakan areal hutan yang dikelola dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 3.1 Lokasi dan Waktu BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kawasan Lindung Sungai Lesan. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 31 Juli sampai 19 Agustus 2010 di Kawasan Lindung Sungai

Lebih terperinci

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012 KEANEKARAGAMAN DAN POPULASI BAMBU DI DESA TALANG PAUH BENGKULU TENGAH

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012 KEANEKARAGAMAN DAN POPULASI BAMBU DI DESA TALANG PAUH BENGKULU TENGAH KEANEKARAGAMAN DAN POPULASI BAMBU DI DESA TALANG PAUH BENGKULU TENGAH Ariefa Primair Yani Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung. DAS ini memiliki panjang sungai utama sepanjang 124,1 km, dengan luas total area sebesar

Lebih terperinci

o a t n Ind , a K yu hon Rot n d ne anat hineb salta

o a t n Ind , a K yu hon Rot n d ne anat hineb salta e n Atlas Rotan Indonesia rm B i s a e n i h, Kayu, J e n is P o ho fo n I r b m u S 5 n d a R o t a n Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Herbarium Wanariset Xylarium Bogoriense 1915 16 Atlas Benih Tanaman

Lebih terperinci

B. Kontemplasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013, hlm. 728) kontemplasi

B. Kontemplasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013, hlm. 728) kontemplasi 36 BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Uraian Menurut Humardani (dalam Kartika, 2004, hlm. 3) mengemukakan bahwa memahami kesenian itu berarti menemukan sesuatu gagasan atau pembatasan yang berlaku

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang Penentuan Kuota Panenan dan Ukuran Populasi Awal Rusa Timor di Penangkaran Hutan Penelitian Dramaga ini dilakukan di Hutan Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 19 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada remnant forest (hutan sisa) Kawasan Konservasi Hutan Duri PT. Caltex Pacifik Indonesia dengan luas 255 hektar di dalam kawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang memiliki tubuh buah, serasah daun, ranting, kayu

Lebih terperinci

VII. HERBARIUM. Modul ketujuh pada pelajaran Dendrologi ini membahas mengenai herbarium yang meliputi

VII. HERBARIUM. Modul ketujuh pada pelajaran Dendrologi ini membahas mengenai herbarium yang meliputi MODUL VII. HERBARIUM Modul ketujuh pada pelajaran Dendrologi ini membahas mengenai herbarium yang meliputi pengertian dan sejarah singkat mengenai herbarium, nilai suatu herbarium, prinsip pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian yang dilaksanakan ini merupakan penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi dan kejadian. 1 Penelitian

Lebih terperinci

Pemetaan Pandan (Pandanus Parkins.) di Kabupaten dan Kota Malang

Pemetaan Pandan (Pandanus Parkins.) di Kabupaten dan Kota Malang Pemetaan Pandan (Pandanus Parkins.) di Kabupaten dan Kota Malang Apriyono Rahadiantoro, Rodliyati Azrianingsih, Brian Rahardi Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya, Malang the_reddishsky@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif, yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif, yang menggunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif, yang menggunakan tehnik pengambilan sampel dengan cara menjelajah keberadaan jamur yang terdapat

Lebih terperinci

PENYEDIAAN SPESIMEN AWETAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI Oleh : Satino, M.Si

PENYEDIAAN SPESIMEN AWETAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI Oleh : Satino, M.Si PENYEDIAAN SPESIMEN AWETAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI Oleh : Satino, M.Si Penyajian spesimen objek biologi sebagai media pembelajaran Biologi dapat mengembangkan ketrampilan anak antara lain dalam

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 28 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, dimulai dari bulan November- Desember 2011. Lokasi pengamatan disesuaikan dengan tipe habitat yang terdapat di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi

III. METODE PENELITIAN. Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi 12 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel buah kopi dilakukan pada perkebunan kopi rakyat di Desa Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi

Lebih terperinci

PEMBUATAN SPESIMEN HEWAN DAN TUMBUHAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI SMP SEKOTA JAMBI

PEMBUATAN SPESIMEN HEWAN DAN TUMBUHAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI SMP SEKOTA JAMBI PEMBUATAN SPESIMEN HEWAN DAN TUMBUHAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI SMP SEKOTA JAMBI Upik Yelianti, Afreni Hamidah, Muswita, dan Tedjo Sukmono Staf Pengajar FKIP Universitas Jambi ABSTRAK Pembuatan Spesimen

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam Kamojang, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan pengambilan data di

Lebih terperinci

PENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1

PENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1 1 PENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1 Oleh : Drs. Suyitno Al, MS 2 PENDAHULUAN Biologi berkembang dari hasil kerja para peneliti biologi, menggali pengetahuan dari objek-objek biologi. Sebagai Objeknya

Lebih terperinci

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 63 /Dik-1/2010 T e n t a n g

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia bersama sejumlah negara tropis lain seperti Brazil, Zaire dan Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiversity).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan lima kali

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah bersifat deskriptif (Nazir, 1988), karena penelitian ini hanya memberikan deskripsi mengenai vegetasi pada daerah ekoton

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No.: BAK/TBB/SBG313 Revisi: 00 Tgl: 1 Januari 2013 Hal. 1 dari 14 I. KOMPETENSI A. Menyiapkan bahan dan peralatan samir B. Melapisi styrofoam dengan daun pisang C. Menyiapkan hiasan tepi samir D. Merangkai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Biologi merupakan Ilmu pengetahuan yang mempelajari seluk beluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Biologi merupakan Ilmu pengetahuan yang mempelajari seluk beluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan Ilmu pengetahuan yang mempelajari seluk beluk makhluk hidup beserta lingkungan tempat hidupnya. Agar tujuan pembelajaran dapat terwujud dan tercapai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami.

Lebih terperinci

Perkembangbiakan Tanaman

Perkembangbiakan Tanaman SERI LEMBARAN FAKTA TENTANG Penyimpanan Benih & Perkembangbiakan Tanaman Dikembangkan oleh Yayasan IDEP Dengan dukungan dari the Seed Savers Network Apakah Anda ingin menanam tanaman yang lebih sehat sambil

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konservasi naskah..., Yeni Budi Rachman, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Konservasi naskah..., Yeni Budi Rachman, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konservasi (conservation) bermakna pengawetan atau perlindungan. Feather (1991, p. 2) mendefinisikan konservasi sebagai upaya pencegahan atau perbaikan materi atau

Lebih terperinci

III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2009 - Maret 2010. Penelitian dilakukan di rumah kaca Departemen Silvikultur dan Laboratorium Penyakit Hutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Januari 2016 di kebun salak Tapansari, Candibinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Luas

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Bagian-bagian Tumbuhan SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Mars Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Bagian-bagian Tumbuhan Tumbuh-tumbuhan banyak ditemui di lingkungan sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA

ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA Oleh : AUFA IMILIYANA (1508100020) Dosen Pembimbing: Mukhammad Muryono, S.Si.,M.Si. Drs. Hery Purnobasuki,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus 2013 sampai Oktober

Lebih terperinci

MORFOLOGI DAN TINGKAT KELIMPAHAN JENIS ROTAN DI HUTAN LINDUNG PAPALIA KABUPATEN KONAWE SELATAN

MORFOLOGI DAN TINGKAT KELIMPAHAN JENIS ROTAN DI HUTAN LINDUNG PAPALIA KABUPATEN KONAWE SELATAN Uslinawaty, Z., et. al., Biowallacea, Vol. 1 (2). Hal. 90-96, Oktober, 2014. 90 MORFOLOGI DAN TINGKAT KELIMPAHAN JENIS ROTAN DI HUTAN LINDUNG PAPALIA KABUPATEN KONAWE SELATAN Morphology And Level Of Abundance

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung pada bulan Desember 2013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan di kawasan Tambling Wildlife Nature Conservation, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan untuk kegiatan pengamatan dan pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data-data awal tentang. angka-angka, dengan menggunakan metode survey.

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data-data awal tentang. angka-angka, dengan menggunakan metode survey. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data-data awal tentang sesuatu.

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dengan menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang kearah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan banyak sumber kekayaan alam. Sebagai salah satu negara yang dilewati oleh garis khatulistiwa, Indonesia termasuk dalam wilayah yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau suatu fenomena. 1 Dengan menggunakan

Lebih terperinci