Mengembangkan Keterampilan Generik pada matakuliah IPBA (Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Mengembangkan Keterampilan Generik pada matakuliah IPBA (Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa)"

Transkripsi

1 Mengembangkan Keterampilan Generik pada matakuliah IPBA (Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa) Iwan Permana Suwarna, M.Pd Dosen Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Abstrak Sebagian besar matakuliah di perguruan tinggi mengarahkan tujuan perkuliahannya pada kemampuan kognitif saja. Untuk aspek kemampuan lainnya seperti: psikomotorik, dan afektif terkadang dilupakan. Ternyata berdampak banyak seperti keringnya suasana perkuliahan, dan rendahnya kecakapan hidup mahasiswa untuk hidup dilingkungan masyarakat. Salah satu usaha untuk menumbuh kembangkan berbagai aspek kemampuan (kognitif, apektif, dan psikomotorik) adalah melalui keterampilan generik (generic skill). Dengan keterampilan generik diharapkan dapat tercipta suasana yang kondusif dalam merangsang tumbuh kembangnya berbagai kemampuan terutama bagi para calon guru, yang akan mengembangkannya kembali di lingkungan sekolah dikemudian hari setelah lulus. Keterampilan generik yang dapat tumbuhkembangkan dalam matakuliah IPBA menurut Brotosiswoyo (2000) diantaranya, adalah: pengamatan langsung, observasi tidak langsung, kesadaran tentang skala besaran, bahasa simbolik, kerangka konsisten logis, inferensi logika, kausalitas, pemodelan matematika, dan konsep pembangunan. Indikator keterampilan generik tersebut dapat mengacu pada pendapat). Kata kunci : keterampilan generik (generic skill) A. Pendahuluan Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) adalah salah satu cabang ilmu fisika yang mempelajari fenomena kebumian dan benda benda langit. IPBA merupakan matakuliah wajib pada jurusan/program studi pendidikan fisika dan Pendidikan Guru Mandrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar (PGMI/SD). Melalui IPBA diharapkan para mahasiswa dapat memahami fenomena fenomena alam kebumian dan benda benda langit dengan baik. Kemampuan pemahaman yang baik hanya dapat dilakukan jika kemampuan kognitif, apektif, dan psikomotorik terintegrasi dengan baik (Kurikulum Prodi Pendidikan Fisika UIN Jakarta, 2011). 1

2 Fakta yang terjadi di lingkungan kampus, tujuan mata kuliah pada umumnya, lebih banyak mengarah dan diarahkan pada kemampuan kognitif saja. Untuk aspek kemampuan lainnya seperti: psikomotorik, dan afektif jarang sekali disentuh. Demikian juga penelitian di bidang pendidikan fisika di tingkat menengah dan tinggi dalam beberapa tahun terakhir lebih berfokus pada konsep belajar atau pemahaman dari pada keterampilan dan pengembangan nilai-nilai. Aspek psikomotorik akan sedikit tersentuh jika dalam perkuliahan sedikit diselingi dengan kegiatan praktikum, itu pun kalau dilaksanakan. Jika tidak, maka aspek inipun akan terabaikan. Demikian juga kemampuan apektif, padahal kemampuan afektif sangat diperlukan ketika mahasiswa harus hidup dalam lingkungan masyarakat. Salah satu faktor yang penyebabkan proses pembinaan mahasiswa dalam perkuliahan kurang bermutu dan kering adalah proses perkuliahan yang dilakukan oleh para dosen kurang memberikan makna. Perkuliahan akan memiliki makna kalau ada misi/karakter yang sajikan atau ingin disampaikan oleh para dosen. Dosen tidak sekedar menyampaikan materi perkuliahan secara teoretik saja tapi ada nilai kebermaknaan. Salah satu cara untuk mendapatkan kebermaknaan dalam perkuliahan adalah dengan mengajarkan keterampilan generik dalam perkuliahan. Keringnya nuansa perkuliahan di kampus dapat dijadikan sebagai indikasi dari ketidakmampuan dosen dalam mengembangkan berbagai aspek kemampuan. Salah satu contoh rendahnya kemampuan mahasiswa dalam aspek psikomotorik adalah tidak bisa memperkirakan ukuran skala panjang. Contohnya adalah memperkirakan panjang sedotan plastik, mahasiswa tidak bisa memperkirakan panjangnya. Atau memperkirakan besarnya kecepatan angin yang menghembus wajah. Selain itu kemampuan mahasiswa dalam melakukan pengamatan langsung juga rendah. Mahasiswa terbiasa mengisi data percobaan sebelum percobaan itu sendiri dilakukan, atau melihat atau mencari informasi hasil pekerjaan yang sudah dilakukan mahasiswa lainnya. Hal ini menunjukkan rendahnya sikap kejujuran yang dimiliki mahasiswa terhadap hasil pengamatan. Bayangkan apa yang akan dilakukan oleh mahasiswa yang tidak menghargai nilai kejujuran seperti ini, kalau hidup di tengah tengah masyarakat jika kelak telah lulus nanti? 2

3 B. Isi Salah satu usaha untuk menumbuh kembangkan berbagai aspek kemampuan (kognitif, apektif, dan psikomotorik) adalah melalui keterampilan generik (generic skill). Dengan keterampilan generik diharapkan dapat tercipta suasana yang kondusif dalam merangsang tumbuh kembangnya berbagai kemampuan. Kemampuan generik mahasiswa s 1 reguler maupun Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) masih rendah. Mahasiswa terbiasa atau dibiasakan terfokus pada kemampuan pemahaman konsep (teoretik), dan sedikit keterampilan psikomotorik di laboratorium. 1. Pengertian Keterampilan Generik Sains Keterampilan generik adalah keterampilan yang dihasilkan dari kemampuan intelektual yang dipadukan dengan keterampilan psikomotorik sehingga menghasilkan sikap yang akan melekat sepanjang hayat. Keterampilan generik dapat dijadikan sebagai solusi integratif yang berkaitan dengan kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang dapat dipelajari dan ditanamkan pada para mahasiswa. 1. Tujuan Keterampilan Generik Sains Keterampilan generik dapat dijadikan sebagai target utama yang harus ditanamkan sebagai kemampuan dasar untuk hidup dan bekerja di lingkungan masyarakat. Keterampilan ini dapat digunakan pada berbagai bidang dan semua jenis pekerjaan, termasuk kompetensi yang mencakup kemampuan kognitif, personal, dan interpersonal. Keterampilan generik sangat berguna juga untuk melanjutkan pendidikan dan kesuksesan berkarier. Tujuan diajarkannya keterampilan generik dalam matakuliah adalah dibiasakannya disiplin kerja berdasarkan cara keilmuan fisika yang dimiliki. Dengan di latihnya keterampilan tersebut sedini mungkin dilingkungan perguruan tinggi dapat menghasilkan keterampilan generik sains untuk bekerja dalam berbagai profesi yang lebih luas (Brotosiswoyo,2000). Keterampilan generik dikenal sebagai dengan keterampilan inti, keterampilan essensial dan keterampilan dasar serta merupakan sesuatu yang dibutuhkan dalam pekerjaan (Mehralizah et.al, 2008). 3

4 Keterampilan yang akan lebih bermanfaat ketika seorang mahasiswa berekrja atau berada di lingkungan masyarakat dengan profesi yang linier ataupun non liner. Beberapa keterampilan yang diperlukan untuk belajar IPBA diantaranya kemampuan berpikir rasional, termasuk keterampilan proses sains, keterampilan menggunakan teknologi, kemampuan komunikasi, dan keterampilan interpersonal. Keterampilan generik yang dapat tumbuhkembangkan dalam matakuliah IPBA diantaranya, adalah: a) pengamatan langsung, b) observasi tidak langsung, c) kesadaran tentang skala besaran, d) bahasa simbolik, e) kerangka konsisten logis, f) inferensi logis, g) kausalitas h) pemodelan matematika, dan i) konsep pembangunan. Indikator keterampilan generik tersebut dapat mengacu pada pendapat Brotosiswoyo (2000). 2. Keterampilan generik dalam perkuliahan IPBA Berikut ini beberapa contoh keterampilan generik yang dapat dikembangkan dalam mata kuliah IPBA. a. Melatih kemampuan melakukan pengamatan (observasi) IPBA sebagai salah satu cabang dari imu fisika yang mempelajari fenomena dan perilaku alam akan mengandalkan kemampuan pengamatan (observasi). Kemampuan mengobservasi merupakan kemampuan yang sangat penting dalam fisika. Organ yang difungsikan adalah panca indra, salah satunya adalah mata, hidung dan telinga. 1). Pengamatan Langsung IPBA merupakan ilmu tentang fenomena yang dapat diamati oleh manusia. Hal ini menuntut manusia untuk melakukan pengamatan langsung dan mencari keterkaitan sebab akibat dari pengamatan tersebut. Pengamatan yang dapat dilakukan dengan menggunakan indra mata adalah melakukan pengamatan bintang / benda langit dan fenomena pergerakan benda langit lainnya dengan menggunakan teropong atau melihat spektrum warna pergerakan benda langit. Selain itu materi pengamatan cuaca seperti pengamatan jenis jenis awan, pengamatan derajat keasaman air tanah dan hujan, untuk mendeteksi tingkat pencemaran, jenis batuan dilakukan melalui pengamatan langsung. Hidung dapat 4

5 dioptimalkan untuk melakukan pengamatan pencemaran lingkungan dengan mencium aroma di sekitar lingkungan pengamatan. Telinga dapat dilatih untuk melakukan pengamatan dengan mengamati bunyi pada teleskop radio, selain itu dapat juga digunakan untuk mengamati tingkat pencemaran bunyi yang terjadi di sekitar objek pengamatan. Pengamatan (observasi) merupakan bagian yang amat penting dalam mempelajari sains. Tetapi terkadang kita tidak dapat mengamati semua gejala alam hanya dengan mata kita saja. Ada kalanya kita perlu dibantu oleh alat-alat yang tidak dapat diamati oleh alat indra kita, seperti teleskop optik, teleskop radio, ph meter, sound level meter dan lain-lain. Aspek pendidikan yang ditanamkan dari kegiatan melakukan pengamatan langsung adalah menanamkan nilai kejujuran terhadap hasil pengamatan. Kontrol terhadap nilai kejujuran sangat mudah. Sifat dari ilmu sains adalah dapat diuji oleh siapapun. Kita tidak bisa melakukan manipulasi atau kebohongan, karena akan diketahui oleh orang lain. Alangkah baiknya jika dalam pelaksanaanya sikap kejujuran ini diprioritaskan dibandingkan kesesuaian antara hasil pengamatan dengan teori yang ada. 1). Pengamatan tidak Langsung Adanya keterbatasan panca indra yang kita miliki menuntut dilakukannya pengamatan secara tidak langsung. Untuk konsep konsep IPBA yang sifatnya abstrak tidak dapat dilakukan pengatannya secara langsung. Dalam pengamatan tak langsung alat indra yang digunakan oleh manusia memiliki keterbatasan. Untuk meminimalkan keterbatasan tersebut manusia melengkapi diri dengan berbagai peralatan. Salah satunya contohnya adalah penentuan koordinat benda langit tertutama pada saat siang hari, dimana benda langit tersebut tidak kelihatan tapi dengan menggunakan koordinat benda langit tertentu kita dapat mengetahuinya dengan pasti. Selain itu pengamatan derajat keasaman air tanah harus menggunakan alat ukur seperti ph meter. b. Memberikan kesadaaran tentang skala besaran (Sense of scale) Ukuran skala yang dipelajari dalam ilmu fisika sangat banyak, dimulai dari yang sangat kecil (elektron) sampai ukuran sangat besar (jagat raya) terutama 5

6 dalam perkuliahan IPBA. Sebagai contoh perbandingan ukuran jarak antara matahari terhadap bumi dengan perbandingan jarak antara kota Jakarta dengan Bandung. Jarak Bumi ke matahari km Jarak kota Jakarta ke Bandung 150 km Hal ini menunjukkan jarak matahari ke bumi sebanding dengan perjalanan dari Jakarta ke Bandung sebanyak kali atau kali perjalanan bolak balik. Jika waktu tempuh Jakarta Bandung adalah 2 jam. Maka diperlukan waktu sekitar jam atau 231,48 tahun. Kira kira dengan kendaraan semacam apa yang bisa melakukan perjalanan tanpa henti selama 231,48 tahun seperti itu? Contoh lainnya adalah dengan menampilkan gambar perbandingan ukuran planet dalam tata surya, bintang (matahari) dengan bintang lainnya dalam satu gugus galaksi. Gambar 1 Perbandingan ukuran antar pelanet dalam tata surya dan perbandingan ukuran bintang (matahari) dengan bintang lain dalam satu galaksi Bumi bukanlah sebuah planet yang berukuran besar tetapi tergolong kecil. Kalau kita misalkan, planet bumi hanyalah sebesar kelereng yang diletakkan sejauh 280 m dari Matahari yang berukuran sebesar 2 kali bola sepak. Sedangkan benda langit lainnya ditempatkan berkilo-kilometer jauhnya. Sense of scale dalam hal angka /jumlah benda juga perlu ditanamkan dalam perkuliahan. Dalam hal ini sense of scale berkembang menjadi sense of number. Salah satu coontohnya adalah untuk memahami kecepatan revolusi Bumi yang bergerak dengan kecepatan km/jam. Seberapa cepat sih kecepatan sebesar itu? Cepat mana dengan gerak kecepatan peluru? Kalau kita bandingkan : 6

7 Kecepatan sebuah mobil Kecepatan gerak sebuah peluru 200 km/jam km/jam Dengan data perbandingan tersebut kita bisa memperoleh pemahaman bahwa kecepatan gerak revolusi bumi 540 kali kecepatan mobil atau 60 kali lebih cepat dari kecepatan peluru bergerak. Dengan cara cara seperti itu diharapkan mahasiwa tersadarkan atau diajak untuk sadar dan lebih meleks terhadap ukuran skala dan angka. Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka seseorang yang belajar IPBA akan memiliki kesadaran akan skala besaran dari berbagai objek yang dipelajarinya. c. Memberikan pemahaman dan memaknai bahasa simbolik Bahasa simbolik atau lambang yang dapat digunakan untuk mempersingkat pemakaian bahasa yang terlalu panjang dalam menjelaskan fenomena yang terjadi. Untuk memperjelas gejala alam yang dipelajari oleh setiap rumpun ilmu diperlukan bahasa simbolik, agar terjadi komunikasi dalam bidang ilmu tersebut. Sebagai contoh : Antara dua buah benda bermassa terdapat gaya interaksi yang besarnya sebanding dengan besarnya massa dari benda yang bermasa m 1 dan m 2 yang terpisah sejauh r. Kalimat ini dapat diwakili oleh persamaan yang menggunakan simbol seperti berikut: F = G m. m Simbol F, mewakili gaya interaksi antara dua buah benda bermassa. G mewakili konstanta gravitasi. m untuk mewakili sebuah benda yang memiliki massa. r untuk mewakili jarak pemisah antara dua buah benda bermassa m. 1 r Bahasa simbolik dijadikan sebagai alat untuk mengungkapkan sejumlah hukum atau perangai alam, demikian juga sebaliknya selalu mengaitkan bahasa simbolik dengan fenomena/perangai alamnya. Bahasa simbolik dibuat lebih bermakna tidak hanya menuliskan simbol simbol saja. Kebiasaan buruk yang sering terjadi adalah dosen hanya menuliskan bahasa simbolik saja tanpa disertai oleh pemaknaan dari bahasa simbolik tersebut. Tidak semata mata untuk menunjukan kehebatan materi perkuliahan yang sedang dibahas

8 d. Memberikan kesadaran logika taat asas terhadap hukum alam (logical self consistency) Sebelum terlahirnya teori atau pandangan heliosentris, bangsa Yunani memahami atau menganut pemahaman model tata surya geosentris. Beberapa ahli yang mendukung pemahaman ini: Socrates, Plato, Aristoteles, Tales, Anaximander, dan Pytagoras. Mereka mempercayai bahwa matahari dan benda langit lainnya yang berotasi mengelilingi bumi. Bumi dijadikan sebagai pusat peredaran benda langit lainnya. Pemahaman ini telah dianut ratusan tahun. Terlahirnya model atau pandangan baru mengenai model tata surya (heliosentris) diawali dengan ditemukannya teleskop oleh Galileo Galilie yang digunakan untuk mengamati pergerakan benda langit. Keganjilan teori geosentris dapat terpatahkan setelah data pengamatan melalui teleskop diperoleh sehingga memunculkan adanya teori heliosentris. Dari data pengamatan teleskop tersebut Copernicus mengemukakan pandangan baru bahwa mataharilah yang menjadi pusat peredaran benda langit lainnya. Copernicus mempertahankan teorinya tersebut sampai harus meregang nyawa karena menentang teori yang dipahami kaum gereja yang sedang berkuasa pada saat tersebut. e. Melatih kemampuan inferensi logika Inferensi Logika sangat berperan dalam melahirkan hukum-hukum dalam sains atau memprediksikan suatu gejala yang belum terjadi/sebagai prediksi. Banyak fakta yang tak dapat diamati langsung dapat ditemukan melalui inferensia logika. Hal ini merupakan konsekuensi logis hasil pemikiran dalam sains. Sebagai contoh : hukum Titius-Bode memprediksikan bahwa diantara planet Mars dan jupiter harus ada benda langit lainnya, yang waktu itu belum dapat ditemukan melalui teropong. Setelah ditemukannya teropong yang lebih baik lagi ternyata dapat ditemukan planet yang hilang sebagaimana diramalkannya. Ditemukan sederetan benda langit yang jumlahnya banyak sekali tepat berada di deret antara planet Mars dan Jupiter. Dengan demikian benarlah inferensi yang dilakukan oleh Titius Bode tersebut dan orang meyakini bahwa hal itu benar. Cara untuk menentukan jarak antara planet dan matahari adalah dengan menggunakan hukum Titus-Bode (1766). Bunyi hukum Titus Bode : 8

9 Jarak antara planet dan matahari memenuhi deret ukur: 0, 3, 6, 12, 24, 48, dan seterusnya (suku pertama dikecualikan) dengan perbandingan dua, dan kemudian tiap-tiap suku ditambah dengan 4 dan dibagi 10 (dalam satuan SA). Persamaan Titus-Bode: D = 0,4 + 0,3 x 2 n SA D = jarak planet dari matahari (SA) n = - untuk merkurius 0 = Venus f. Memberikan kesadaran akan hukum sebab akibat (causality) Sebuah aturan dapat dinyatakan sebagai hukum sebab akibat apabila ada reproducibility dari akibat sebagai fungsi dari penyebabnya, yang dapat dilakukan kapan saja dan oleh siapa saja. Sebagian besar aturan fisika yang disebut hukum bersifat sebab akibat. Contoh nya adalah : hukum hukum yang saling berlelasi pada materi sistem dua benda langit yang selanjutnya akan melahirkan hukum II dan II Keppler. Gambar 2 Relasi antar hukum hukum fisika pada kajian sistem dua benda langit Hubungan antar hukum dalam fisika dari berbagai faktor dan gejala yang diamati selalu membentuk hubungan yang dikenal sebagai hukum sebab akibat. g. Memahami pemodelan matematik Fenomena fenomena/perangai alam dapat digambarkan dalam bentuk rumus rumus, model atau persamaan matematik. Salah satu contoh pemodelan dalam IPBA adalah dimulai dengan model tata surya Ptolomeus, model yang beranggapan bahwa bumi sebagai pusat peredaranbenda langit (geosentris). 9

10 Model ini ternyata Copernicus rasakan kian hari kian tidak akurat, berdasarkan pengamatan terhadap data-data astronomi yang Keppler ukur selama hidupnya. Model geosentris mulai menunjukkan kelemahannya dan ketidak sesuaian dan akhirnya harus tumbang. Model ini tidak lagi tepat dan tidak terpakai lagi dalam meramalkan posisi benda-benda langit. Sehingga munculah model baru yang dikemukakan Copernicus dengan model tata surya heliosentris. Selanjutnya berdasarkan data pengamatan teropongnya, Keppler berhasil mengungkapkan perangai alam tersebut dalam bentuk persamaan matematis dengan menurunkan tiga hukum pergerakan planet. Hukum ini mulai mengubah pandangan orang tentang bentuk tata surya. Kecenderungan hubungan atau perubahan suatu fenomena alam dapat dijelaskan melalui pemodelan matematik. h. Membangun konsep Tidak semua gejala alam dapat dipahami dengan menggunakan bahasa sehari hari. Terkadang kita dibingungkan oleh sebuah konsep yang tidak ada padananya dengan pengertian pengertian yang sudah ada padahal kita berusaha untuk membangun konsep tersebut. Hal inilah yang merupkan tugas yang tidak mudah dalam menanamkan konsep konsep dan materi IPBA ke dalam pemikiran mahasiswa, sehingga mereka benar benar dapat memaknai dengan baik. Tabel 1. Peta kemampuan generik yang dapat ditumbuhkembangkan pada mata kuliah ilmu pengetahuan bumi dan antariksa (IPBA) Topik Pengamatan langsung Pengamatan tidak langsung Keterampilan generik Kesadaran akan skala Pemahaman bahasa simbolik Logika taat azas Sebab akibat Pemodelan matematik Membangun konsep Penciptaan alam semesta Teori pembentukan tata surya Mengenal dan mengidentifikasi Anggota anggota tata surya Hukum hukum peredaran benda langit Koordinaat benda langit Pengamatan benda langit 10

11 Topik Pengamatan langsung Pengamatan tidak langsung Keterampilan generik Kesadaran akan skala Pemahaman bahasa simbolik Logika taat azas Sebab akibat Pemodelan matematik Alat alat klimatologi Atmosfer dan fenomena iklim Pencemaran dan Global warming Lithosfer dan fenomena gempa bumi Hidrosfer dan fenomena Tsunami Membangun konsep C. Penutup Penting sekali untuk mulai mengajarkan keterampilan generik pada suatu perkuliahan mulai dari sekarang, sehingga para mahasiswa dapat sedini mungkin dibekali oleh keterampilan ini. Keterampilan yang dapat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat dan dunia kerja. Dengan dimilikinya keterampilan generik pada diri mahasiswa diharapkan dapat dihasilkan mahasiswa dan manusia Indonesia yang meleks sains yang memiliki karakter. D. Daftar pustaka Brotosiswoyo, Suprapto Hakikat Pembelajaran MIPA di Perguruan Tinggi (Fisika). Buku 3.04 Pekerti MIPA. Dirjen Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Briggs, H. & Hodgson, P. (2002). Generic Skills Development in Undergraduate Engineering Education in Australia. Deakin University.Gay Crebert Developing generic skills at university, during work Placement and in employment: graduates perceptions. Griffith Institute for Higher Education, Griffith University Menteri Pendidikan Nasional. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Mendiknas. 11

12 NN Generic Skills Training For Physics Research Students. Tersedia: Genericskillstrainingforphysicsresearchstudents Pdf V. M. Talisayon, Development Of Scientific Skills And Values In Physics Education, University Of The Philippines Tersedia : Tim penyusun Kurikulum Program Studi Pendidikan Fisika. FITK. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 12

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran reciprocal teaching pertama kali diterapkan oleh Brown

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran reciprocal teaching pertama kali diterapkan oleh Brown II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Model pembelajaran reciprocal teaching pertama kali diterapkan oleh Brown dan Palincsar di tahun 1982. Model pembelajaran reciprocal teaching

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses (perbuatan) yang bertujuan untuk mengembangkan sesuatu. teruji, pengamatan yang seksama dan percobaan yang terkendali.

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses (perbuatan) yang bertujuan untuk mengembangkan sesuatu. teruji, pengamatan yang seksama dan percobaan yang terkendali. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Pengembangan diartikan sebagai proses atau cara perbuatan mengembangkan (Anonim,1991). Jika dibuat suatu pengertian, maka pengembangan adalah suatu proses (perbuatan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan perwujudan dari

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan perwujudan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan perwujudan dari kurikulum berbasis kompetensi. KTSP menuntut agar pembelajaran dilakukan secara konstruktivis, kontekstual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. boleh dikatakan pondasi atau gerbang menuju pendidikan formal yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. boleh dikatakan pondasi atau gerbang menuju pendidikan formal yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah dasar (SD) merupakan salah satu pendidikan formal yang boleh dikatakan pondasi atau gerbang menuju pendidikan formal yang lebih tinggi. Di sekolah dasar inilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilannya mengantarkan siswa mencapai prestasi yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilannya mengantarkan siswa mencapai prestasi yang baik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan sekolah sebagai suatu lembaga pelaksana kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari prestasi siswa yang telah menyelesaikan pendidikannya di sekolah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA SMP SEBAGAI DAMPAK LESSON STUDY

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA SMP SEBAGAI DAMPAK LESSON STUDY PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA SMP SEBAGAI DAMPAK LESSON STUDY Oleh Liliasari Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI liliasari@ upi.edu Abstrak Lesson study sebagai suatu program

Lebih terperinci

BAB II KMIAN PUSTAKA

BAB II KMIAN PUSTAKA 5 BAB II KMIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Generik. Kemampuan generik merupakan kemampuan intelektual hasil perpaduan atau interaksi kompleks antara pengetahuan dan keterampilan. Kemampuan tersebut tidak tergantung

Lebih terperinci

Astronomi Sabar Nurohman, M.Pd

Astronomi Sabar Nurohman, M.Pd Astronomi Sabar Nurohman, M.Pd Sabar Nurohman Dafatar Isi Bumi dalam Bola Langit Tata Surya Sistem Bumi-Bulan Gerak Planet dan Satelit Fisika Bintang Evolusi Bintang Galaksi Struktur Jagad Raya Bumi dan

Lebih terperinci

ALAM SEMESTA. Pernahkah kamu bayangkan betapa luas alam semesta tempat kita tinggal? Seberapa jauhkah jarak yang dapat kamu bayangkan?

ALAM SEMESTA. Pernahkah kamu bayangkan betapa luas alam semesta tempat kita tinggal? Seberapa jauhkah jarak yang dapat kamu bayangkan? ALAM SEMESTA Pernahkah kamu bayangkan betapa luas alam semesta tempat kita tinggal? Seberapa jauhkah jarak yang dapat kamu bayangkan? bumi hanyalah sebesar debu jika dibandingkan dengan ukuran alam semesta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sains tersebut (Gallagher, 2007). Dengan demikian hasil belajar sains diharapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sains tersebut (Gallagher, 2007). Dengan demikian hasil belajar sains diharapkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Generik Sains Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah pengalaman kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan pengetahuan sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Inkuri terbimbing (guided inquiry) merupakan kegiatan inkuri dimana masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Inkuri terbimbing (guided inquiry) merupakan kegiatan inkuri dimana masalah 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Inkuri terbimbing (guided inquiry) merupakan kegiatan inkuri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku teks kemudian

Lebih terperinci

EKSPLORASI KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA PADA MATA PELAJARAN KIMIA DI SMA NEGERI 9 SEMARANG

EKSPLORASI KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA PADA MATA PELAJARAN KIMIA DI SMA NEGERI 9 SEMARANG http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jpkimia EKSPLORASI KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA PADA MATA PELAJARAN KIMIA DI SMA NEGERI 9 SEMARANG Oleh: Tin Rosidah 1, Andari Puji Astuti 2, VDR Andri Wulandari

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS GURU SAINS MELALUI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI

PENINGKATAN KUALITAS GURU SAINS MELALUI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PENINGKATAN KUALITAS GURU SAINS MELALUI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI Oleh Liliasari Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pasca Sarjana UPI liliasari@ upi.edu Abstrak Selama ini guru

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2015

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2015 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2015 Bidang Astronomi Waktu : 150 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

DINAMIKA BENDA LANGIT

DINAMIKA BENDA LANGIT DINAMIKA BENDA LANGIT CHATIEF KUNJAYA KK A S T R O N O M I, I N S T I T U T T E K N O L O G I B A N D U N G TPOA, Kunjaya 2014 KOMPETENSI DASAR X.3.3 Menganalisis besaran-besaran fisis pada gerak lurus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap atau prosedur ilmiah (Trianto, 2012: 137). Pembelajaran Ilmu

Lebih terperinci

Analisis Materi IPBA dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Analisis Materi IPBA dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Analisis Materi IPBA dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Seminar Nasional Fisika ITB 5 6 Februari 2008 Winny Liliawati, S.Pd, M.Si Mimin Iryanti, M.Si Kurikulum 2004 Profil IPBA Untuk SMP,

Lebih terperinci

PROFIL DAN ANALISIS MATERI IPBA DALAM KTSP

PROFIL DAN ANALISIS MATERI IPBA DALAM KTSP ISSN: 1412-0917 Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 12 No. 2 Desember 2008 PROFIL DAN ANALISIS MATERI IPBA DALAM KTSP Oleh : Winny Liliawati dan Taufik Ramlan Ramalis Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS MATERI IPBA DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

ANALISIS MATERI IPBA DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Prosiding Seminar Nasional Fisika 2008 ISBN : 978-979-98010-3-6 ANALISIS MATERI IPBA DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Winny Liliawati dan Mimin Iryanti Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA

Lebih terperinci

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH KONSEP DASAR BUMI ANTARIKSA UNTUK SD. Disusun Oleh: Hana Yunansah, S.Si., M.Pd.

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH KONSEP DASAR BUMI ANTARIKSA UNTUK SD. Disusun Oleh: Hana Yunansah, S.Si., M.Pd. SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH KONSEP DASAR BUMI ANTARIKSA UNTUK SD Disusun Oleh: Hana Yunansah, S.Si., M.Pd. UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU 2011 UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD

2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya paradigma negatif bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, membingungkan, bahkan terkadang menakutkan masih menjadi polemik panjang hingga saat ini, sehingga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Urutan pemberian materi IPBA pada jenjang SMA dalam kurikulum 1984

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Urutan pemberian materi IPBA pada jenjang SMA dalam kurikulum 1984 80 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa: 1. Urutan pemberian materi IPBA pada jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini berkembang sangat cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini berkembang sangat cepat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini berkembang sangat cepat, hal ini tentunya memerlukan daya dukung sumber daya manusia yang berkualitas agar dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah membawa perubahan hampir di semua aspek kehidupan manusia, dimana berbagai permasalahan hanya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan kehadirannya sangat terkait erat dengan dunia pendidikan adalah Matematika.

Lebih terperinci

Paradigma Pendidikan Sains Fisika Berbasis Nilai (Sunatullah Merupakan Sinonim Ilmu Pengetahuan (Science)).

Paradigma Pendidikan Sains Fisika Berbasis Nilai (Sunatullah Merupakan Sinonim Ilmu Pengetahuan (Science)). Paradigma Pendidikan Sains Fisika Berbasis Nilai (Sunatullah Merupakan Sinonim Ilmu Pengetahuan (Science)). Oleh : Kardiawarman, Ph. D Disajikan Dalam Seminar Kajian Islam dari sudut Pandang Sains oleh

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.3

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.3 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.3 1. Dua planet A dan B mengorbit matahari. Perbandingan antara jarak planet A dan B ke matahari RA: RB = 1 : 4. Apabila periode planet A mengelilingi

Lebih terperinci

Galileo and the Science of Mechanics

Galileo and the Science of Mechanics Galileo and the Science of Mechanics Galileo and the Science of Mechanics http://www.google.co.id/imgres?q=galileo+and+the+science+of+mechanic/ ILMU astronomi dikaitkan dengan imamat dan tradisi ilmiah

Lebih terperinci

BAB 2 GRAVITASI PLANET DALAM SISTEM TATA SURYA

BAB 2 GRAVITASI PLANET DALAM SISTEM TATA SURYA BAB 2 GRAVITASI PLANET DALAM SISTEM TATA SURYA PET AK ONSEP PETA KONSEP Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya Gravitasi Gravitasi planet Hukum Gravitasi Newton Menentukan massa bumi! Fisika XI

Lebih terperinci

PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES.

PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES. PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES readonee@yahoo.com IPA terbentuk & berkembang melalui suatu proses ilmiah, yang juga harus dikembangkan pada peserta didik sebagai pengalaman bermakna yang dapat digunakan

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA

ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa I. DESKRIPSI Mata kuliah ini adalah Mata Kuliah Keahlian Program Studi (MKKPS) yang merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa prodi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya mempunyai akhlak mulia, tetapi juga mempunyai kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya mempunyai akhlak mulia, tetapi juga mempunyai kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bertujuan untuk menyiapkan sumber daya manusia, yang tidak hanya mempunyai akhlak mulia, tetapi juga mempunyai kemampuan bernalar yang tinggi. Dengan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses penemuan (Depdiknas, 2003(a)). Oleh karena itu, tuntutan untuk terus. melakukan aktivitas ilmiah (Hidayat, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. proses penemuan (Depdiknas, 2003(a)). Oleh karena itu, tuntutan untuk terus. melakukan aktivitas ilmiah (Hidayat, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sains merupakan sekumpulan ilmu Biologi, Fisika, Geologi dan Astronomi yang berupaya menjelaskan setiap fenomena yang terjadi di alam. Di dalam proses pembelajarannya

Lebih terperinci

FISIKA HAKIKAT FISIKA

FISIKA HAKIKAT FISIKA K-13 Kelas X FISIKA HAKIKAT FISIKA TuJuAN PEmBElAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Memahami pengertian fisika. 2. Memahami hakikat fisika sebagai produk, fisika

Lebih terperinci

BAB II KAMAN PUSTAKA

BAB II KAMAN PUSTAKA BAB II KAMAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Peta Pikir dan Peta Konsep dengan Kemampuan Generik Peta Pikir atau Mind Mapping merupakan teknik pencatat yang dikembangkan oleh Tony Buzan dan didasarkan pada riset

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan, fakta, hukum, prinsip, dan teori, juga kimia sebagai proses kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan, fakta, hukum, prinsip, dan teori, juga kimia sebagai proses kerja 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada awalnya kimia merupakan ilmu yang dikembangkan melalui percobaan, sehingga konsep-konsep

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP ALAM (3)

PERSEPSI TERHADAP ALAM (3) PERSEPSI TERHADAP ALAM (3) Suyoso suyoso@uny.ac.id UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Persepsi terhadap Alam Orang Babylonia Puncak pemikiran Mitos adalah Zaman Babylonia (700 600 SM). Mereka menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, terakhir kurikulum berbasis kompetensi (KBK) pada tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, terakhir kurikulum berbasis kompetensi (KBK) pada tahun 2004 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mutu dan kualitas pendidikan Indonesia diusahakan oleh pemerintah meningkat dari tahun ke tahun. Berbagai cara telah ditempuh oleh pemerintah mulai penyempurnaan

Lebih terperinci

ALAM SEMESTA BUKTI NYATA CIPTAAN ALLAH

ALAM SEMESTA BUKTI NYATA CIPTAAN ALLAH ALAM SEMESTA BUKTI NYATA CIPTAAN ALLAH ع ل يم ع ز يز ال له ا ذ ل ك ت ق د ير ال س ت ق ر وال شم س ت ج ر ي لم Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha

Lebih terperinci

BIDANG STUDI FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI

BIDANG STUDI FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI BIDANG STUDI FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI KETERAMPILAN PROSES SAINS (IPA) Anggapan: IPA terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah, yang juga harus dikembangkan pada peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fisika adalah cabang dari sains yang mempelajari tentang fenomena atau gejala-gejala yang terjadi di alam, dan tidak dapat dipungkiri bahwa sains berdampingan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, diantaranya adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara

Lebih terperinci

ANALISIS PEMAHAMAN ARTI FISIS KONSEP HUKUM NEWTON MAHASISWA CALON GURU

ANALISIS PEMAHAMAN ARTI FISIS KONSEP HUKUM NEWTON MAHASISWA CALON GURU ANALISIS PEMAHAMAN ARTI FISIS KONSEP HUKUM NEWTON MAHASISWA CALON GURU Hamidah, I wayan Darmadi dan Darsikin hamihamida15@gmail.com Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. : Mahasiswa memiliki gambaran umum perkuliahan terkait konsep-konsep dan materi subjek yang akan dibelajarkan.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. : Mahasiswa memiliki gambaran umum perkuliahan terkait konsep-konsep dan materi subjek yang akan dibelajarkan. Topik/Pokok Bahasan 1 Pertem Materi Pokok 1 Apersepsi konsep kebumian dan antariksa Bintang terdekat Tata surya Bumi Geosfer Pentingnya ilmu kebumian Bencana alam kebumian Topik/Pokok Bahasan 2 Pertem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengkontruksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sains berasal dari natural science atau science saja yang sering disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sains berasal dari natural science atau science saja yang sering disebut 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Generik Sains Sains berasal dari natural science atau science saja yang sering disebut dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Sains meliputi Kimia, Biologi, Fisika, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan sains memiliki potensi dan peranan strategis dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan sains memiliki potensi dan peranan strategis dalam usaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan sains memiliki potensi dan peranan strategis dalam usaha mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam menghadapi tuntutan globalisasi dan industrialisasi.

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui

Lebih terperinci

SILABUS DAN SAP MATA KULIAH KONSEP DASAR BUMI ANTARIKSA UNTUK SD

SILABUS DAN SAP MATA KULIAH KONSEP DASAR BUMI ANTARIKSA UNTUK SD SILABUS DAN SAP MATA KULIAH KONSEP DASAR BUMI ANTARIKSA UNTUK SD Disusun Oleh: Hana Yunansah, S.Si., M.Pd. UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU 2012 CM.PRD-01-04 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa

Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa I. DESKRIPSI Mata kuliah ini adalah Mata Kuliah ahlian Program Studi (MKKPS) yang merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa prodi Pendidikan Fisika, pilihan bagi mahasiswa

Lebih terperinci

Info Astronomy JELAJAH SEMESTA. Penerbit Info Astronomy

Info Astronomy JELAJAH SEMESTA. Penerbit Info Astronomy Info Astronomy JELAJAH SEMESTA Penerbit Info Astronomy JELAJAH SEMESTA Oleh: Info Astronomy Hak Cipta 2013 by Info Astronomy Penerbit Info Astronomy www.infoastronomy.uni.me info.astronomy@gmail.com Desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup maupun benda tak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru kimia SMA Surya

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru kimia SMA Surya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru kimia SMA Surya Dharma 2 Bandar Lampung diketahui bahwa rata-rata nilai tes formatif mata pelajaran kimia

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah : Konsep Dasar Bumi Antariksa Kompetensi : Mahasiswa mampu menjelaskan konsep kebumian dan antariksa serta mengaplikasikannya di sekolah dasar. Pertemuan : 1-16 Pertem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak Sumber Daya Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bertanah air. Pendidikan merupakan wadah kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari gejala-gejala alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan berupa fakta, konsep,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus-menerus, bahkan dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus-menerus, bahkan dewasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus-menerus, bahkan dewasa ini berlangsung dengan pesat. Pengaruhnya meluas ke berbagai bidang kehidupan termasuk bidang

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SEKOLAH : SMP N 1 Sukorame KELAS / SEMESTER : IX (sembilan) / 2 MATA PELAJARAN : I P A

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SEKOLAH : SMP N 1 Sukorame KELAS / SEMESTER : IX (sembilan) / 2 MATA PELAJARAN : I P A RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SEKOLAH : SMP N 1 Sukorame KELAS / SEMESTER : IX (sembilan) / 2 MATA PELAJARAN : I P A STANDAR KOMPETENSI 5. Memahami sistem tata surya dan proses yang terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing

Lebih terperinci

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 55. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang positif.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada jenjang SMP merupakan mata pelajaran

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada jenjang SMP merupakan mata pelajaran I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada jenjang SMP merupakan mata pelajaran terpadu yang mencakup aspek biologis (biologi), aspek fisis (fisika), dan aspek kimiawi (kimia). Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan kemampuan literasi sains siswa, uraian tersebut berdasarkan pada informasi diagnostik

Lebih terperinci

Nurun Fatonah, Muslimin dan Haeruddin Abstrak Kata Kunci:

Nurun Fatonah, Muslimin dan Haeruddin Abstrak Kata Kunci: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAHIRAN GENERIK SAINS PADA SISWA SMP NEGERI 1 DOLO Nurun Fatonah, Muslimin dan Haeruddin e-mail: Fatonahnurun@gmail.com Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN FISIKA DASAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIKA CALON GURU. Ida Kaniawati

PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN FISIKA DASAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIKA CALON GURU. Ida Kaniawati PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN FISIKA DASAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIKA CALON GURU Ida Kaniawati Latar Belakang Masalah Kualitas Pendidikan IPA (Fisika) di Sekolah 1. Nilai EBTANAS IPA lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan merupakan suatu hal yang memiliki

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. A. Latar Belakang

10. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. A. Latar Belakang 10. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam A. Latar Belakang Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dimana objeknya adalah benda benda alam. Ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dimana objeknya adalah benda benda alam. Ilmu pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan dimana objeknya adalah benda benda alam. Ilmu pengetahuan alam lahir dari pengamatan terhadap

Lebih terperinci

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning A. Kusdiwelirawan 1, Tri Isti Hartini 2, Aniq Rif atun Najihah 3 1,2,3 Program

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.1. (1) Yupiter Berupa gas dan massanya terbesar diantara planet tata surya

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.1. (1) Yupiter Berupa gas dan massanya terbesar diantara planet tata surya 1. Perhatikan ciri-ciri planet pada tabel berikut. SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.1 Nama Planet Ciri Ciri (1) Yupiter Berupa gas dan massanya terbesar diantara planet tata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika adalah pondasi penting dalam pengembangan sains dan teknologi. Tanpa adanya pondasi fisika yang kuat, keruntuhan akan perkembangan sains dan teknologi

Lebih terperinci

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM Tes Seleksi Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2004 Materi Uji : ASTRONOMI Waktu :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) dirasakan penting untuk dipelajari karena materi-materi tersebut sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

Satuan Besaran dalam Astronomi. Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB

Satuan Besaran dalam Astronomi. Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Satuan Besaran dalam Astronomi Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Kompetensi Dasar X.3.1 Memahami hakikat fisika dan prinsipprinsip pengukuran (ketepatan, ketelitian dan aturan angka penting) X.4.1 Menyajikan

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 Anggi Juliansa ( ) Reza AlFajri ( )

KELOMPOK 1 Anggi Juliansa ( ) Reza AlFajri ( ) BUMI DAN TATA SURYA KELOMPOK 1 Anggi Juliansa (121020220001) Reza AlFajri (121020220008) Alam semesta ini terdiri dari semua materi termasuk tenaga dan radiasi serta hal yang telah diketahui dan baru dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran ditingkat perguruan tinggi (universitas) merupakan kegiatan pembelajaran yang sangat menentukan perkembangan sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa.

Lebih terperinci

SCIENTIFIC CONCEPTS AND GENERIC SCIENCE SKILLS RELATIONSHIP IN THE 21 st CENTURY SCIENCE EDUCATION

SCIENTIFIC CONCEPTS AND GENERIC SCIENCE SKILLS RELATIONSHIP IN THE 21 st CENTURY SCIENCE EDUCATION SCIENTIFIC CONCEPTS AND GENERIC SCIENCE SKILLS RELATIONSHIP IN THE 21 st CENTURY SCIENCE EDUCATION Liliasari Science Education Program Graduate School Indonesia University of Education Abstract Most of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan pembelajaran yakni membentuk peserta didik sebagai pebelajar

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan pembelajaran yakni membentuk peserta didik sebagai pebelajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan paradigma pembelajaran menuntut langkah kreatif guru sebagai fasilitator pembelajaran. Esensi perubahan tersebut berorientasi pada usaha pencapaian tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmuwan untuk melakukan proses penyelidikan ilmiah, atau doing science (Hodson,

BAB I PENDAHULUAN. ilmuwan untuk melakukan proses penyelidikan ilmiah, atau doing science (Hodson, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi dewasa ini kehidupan masyarakat banyak dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi. Banyak permasalahan yang muncul dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan Allah SWT semaksimal mungkin. Mempunyai akal pikiran yang cerdas

BAB I PENDAHULUAN. diberikan Allah SWT semaksimal mungkin. Mempunyai akal pikiran yang cerdas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menjadi sebuah keperluan oleh setiap manusia sejak zaman dahulu. Pendidikan membuat manusia mampu memanfaatkan akal yang telah diberikan Allah SWT semaksimal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mengetahui derajat kualitas (Arifin, 2009). Sedangkan menurut. komponen, hubungan satu sama lain, dan fungsi masing-masing dalam

BAB II KAJIAN TEORI. mengetahui derajat kualitas (Arifin, 2009). Sedangkan menurut. komponen, hubungan satu sama lain, dan fungsi masing-masing dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Analisis merupakan suatu tahap yang harus ditempuh untuk mengetahui derajat kualitas (Arifin, 2009). Sedangkan menurut Komaruddin (2002), analisis adalah kegiatan berpikir

Lebih terperinci

Pengembangan Penilaian Kinerja Praktikum Berbasis Generik Sains untuk Mengukur Keterampilan Peserta Didik SMA Kelas X

Pengembangan Penilaian Kinerja Praktikum Berbasis Generik Sains untuk Mengukur Keterampilan Peserta Didik SMA Kelas X Pengembangan Penilaian Kinerja Praktikum Berbasis Generik Sains untuk Mengukur Keterampilan Peserta Didik SMA Kelas X Tri Sumarni, Sriyono, Nur Ngazizah Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar. menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.

BAB I PENDAHULUAN. dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar. menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berkaitan erat dengan istilah belajar dan mengajar. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar (Sudjana, 2013 : 28) menunjuk

Lebih terperinci

KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG) Kompetensi Kompetensi Inti Guru (Standar Kompetensi) Kompetensi Guru Mapel (Kompetensi Dasar)

KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG) Kompetensi Kompetensi Inti Guru (Standar Kompetensi) Kompetensi Guru Mapel (Kompetensi Dasar) KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG) MATA PELAJARAN JENJANG : IPA : SMP Kompetensi Kompetensi Inti Guru (Standar Kompetensi) Kompetensi Guru Mapel (Kompetensi Pedagogik 1. Menguasai karakteristik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (a) pandangan dari samping (wajah orang), (b) lukisan (gambar) orang dr

TINJAUAN PUSTAKA. (a) pandangan dari samping (wajah orang), (b) lukisan (gambar) orang dr 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Profil Keterampilan Proses Sains Profil dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki empat pengertian yaitu: (a) pandangan dari samping (wajah orang), (b) lukisan (gambar) orang

Lebih terperinci

... BAB I PENDAHULUAN

... BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang sangat pesat serta perubahan masyarakat yang dinamis, maka perlu dipersiapkan anak didik yang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembelajaran. Penilaian Pembelajaran. Proses Pembelajaran. Gambar 1.1 Komponen Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembelajaran. Penilaian Pembelajaran. Proses Pembelajaran. Gambar 1.1 Komponen Pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran menurut Oemar Hamalik (Hernawan, 2007, hlm.3) adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet BumiLATIHAN SOAL BAB 3. big bang. steady state. proto planet. kondensasi

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet BumiLATIHAN SOAL BAB 3. big bang. steady state. proto planet. kondensasi SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet BumiLATIHAN SOAL BAB 3 1. Hipotesis yang mengaggap bahwa dari awal sampai akhir kondisi dan keadaan alam semesta tidak ada perubahan atau keadaannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran merupakan suatu proses sistemik yang meliputi banyak komponen. Sumber belajar menurut Rohani (2004: 161) adalah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran merupakan suatu proses sistemik yang meliputi banyak komponen. Sumber belajar menurut Rohani (2004: 161) adalah: 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sumber Belajar Pengajaran merupakan suatu proses sistemik yang meliputi banyak komponen. Salah satu dari komponen sistem pengajaran adalah sumber belajar. Pengertian Sumber belajar

Lebih terperinci

Deskripsi, Silabus dan Satuan Acara Perkuliahan Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa

Deskripsi, Silabus dan Satuan Acara Perkuliahan Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa Deskripsi, Silabus dan Satuan Acara Perkuliahan Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa I. DESKRIPSI Mata kuliah ini adalah Mata Kuliah ahlian Program Studi (MKKPS) yang merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. calon guru kimia ditengarai memiliki keterbatasan kecakapan generik biokimia

BAB I PENDAHULUAN. calon guru kimia ditengarai memiliki keterbatasan kecakapan generik biokimia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelemahan mendasar dalam pembelajaran kimia di SMA adalah konsepkonsep biokimia kurang terungkap dalam mata pelajaran kimia di SMA/MA, dan calon guru kimia ditengarai

Lebih terperinci

GENERIC SKILLS TRAINING IN SCIENCE WITH CONTEXTUAL LEARNING IN LIGHT AT GRADE VIII.2 MTs N ANDALAN PEKANBARU

GENERIC SKILLS TRAINING IN SCIENCE WITH CONTEXTUAL LEARNING IN LIGHT AT GRADE VIII.2 MTs N ANDALAN PEKANBARU 1 GENERIC SKILLS TRAINING IN SCIENCE WITH CONTEXTUAL LEARNING IN LIGHT AT GRADE VIII.2 MTs N ANDALAN PEKANBARU Dila Rizki Aryani, Zuhdi Ma uf, Zulhelmi Email: dila.rizki95@gmail.com, HP: 0852778256506,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas

BAB I PENDAHULUAN. yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Politeknik sebagai perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Politeknik sebagai perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Politeknik sebagai perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan tingkat diploma III dan diploma IV merupakan satu bagian dari Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan penting terutama dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan ini telah memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci