MANUSIA DAN DERAJAT PENURUNAN LINGKUNGAN; Sri Yamti Runtuni. (Dosen Jurusan Geografi FIS UNJ)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANUSIA DAN DERAJAT PENURUNAN LINGKUNGAN; Sri Yamti Runtuni. E-mail: sriyamti@unj.com (Dosen Jurusan Geografi FIS UNJ)"

Transkripsi

1 MANUSIA DAN DERAJAT PENURUNAN LINGKUNGAN Sri Yamti Runtuni (Dosen Jurusan Geografi FIS UNJ) PENDAHULUAN Manusia dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Manusia dengan daya yang dimilikinya dapat mempengaruhi kondisi lingkungan hidup dan begitu pula sebaliknya lingkungan hidup dapat mempengaruhi manusia. Lingkungan hidup menurut Undang-undang No.23 Tahun 1997 adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Lingkungan hidup termasuk sumberdaya alamnya baik secara global, regional maupun nasional dalam sejarah peradaban manusia telah memberikan dua makna bagi manusia. Di satu sisi, makna yang dirasakan adalah meningkatnya kesejahteraan dan kualitas hidup manusia, sedangkan di bagian lain menyebabkan bencana dan sekaligus penurunan kualitas hidup manusia. Di Indonesia bentuk dan jenis menurunnya kualitas dan kerusakan lingkungan sudah sedemikian beragam, bahkan sampai pada taraf yang mengkhawatirkan. Misalnya penggundulan hutan, tanah kritis, pencemaran di darat, udara, sungai, abrasi, dan intrusi air laut. Dalam perkembangannya hingga sekarang tampaknya penurunan kualitas lingkungan dan kerusakan lingkungan bukan berkurang melainkan semakin parah dan membahayakan kehidupan. Oleh karena itu, penurunan mutu lingkungan dan peningkatan kerusakan lingkungan harus segera ditanggulangi. Permasalahan kerusakan lingkungan seperti tersebut diatas telah dilakukan berbagai usaha penanggulangan dan pemecahannya. Upaya-upaya tersebut antara lain adalah reboisasi, penghijauan, pola tebang pilih, dan termasuk AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) untuk setiap proyek terkait dengan lingkungan. Upaya tersebut diatas adalalah bentuk penanggulangan kerusakan lingkungan hidup atau upaya melestarikan komponen-komponen lingkungan hidup beserta fungi yang melekat dan interaksi yang terjadi antara komponen tersebut. Pelestarian lingkungan hidup pada hakikatnya adalah menjalin hubungan yang selaras antara kebutuhan hidup dengan sumberdaya alam yang tersedia. Melestarikan alam tidak berarti alam dibiarkan tidak terusik dimana manusia tidak menarik manfaat apapun. Melestarikan alam lingkungan hidup artinya memanfaatkan terus menerus dengan senantiasa memperhatikan dinamika dan pencemaran juga produktivitas sumberdaya tersebut (Daljoeni dan Sutiyono, 1982 : 140). Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, Pelestarian lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan dampak negatif yang ditimbulkan suatu kegiatan. Upaya ini dilakukan agar kekayaan sumberdaya alam yang ada dapat berlanjut selama ada kehidupan. Kerusakan lingkungan muncul dari rentetan sebab akibat yang bersumber dari landasan pikir dan pandangan tentang eksistensi kita dan alam sekitarnya (Prawiroatmojo : 5). Kerusakan kualitas lingkungan disebabkan terutama oleh sistem pendidikan yang tidak memperhatikan masalah lingkungan (Putrawan, 1990 : 89). Berkaitan dengan hal itu upaya yang strategis dan mendasar MANUSIA DAN DERAJAT PENURUNAN LINGKUNGAN; Sri Yamti Runtuni 1

2 yang perlu dilakukan adalah mengubah paradigma masyarakat dalam memandang lingkungan tersebut, yang sebelumnya tidak pro dengan lingkungan ke arah yang pro dengan lingkungan. Upaya yang tepat dalam memandang lingkungan adalah melalui pendidikan. Tujuan pendidikan pada hakikatnya yang paling azasi merupakan upaya pembentukan kepribadian manusia yang mengacu pada nilai-nilai tertentu PEMBAHASAN Kementrian lingkungan hidup tahun 2009 telah mengeluarkan Undang-undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang tercantum pada pasal 1 ayat yaitu perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan / atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaa, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakkan hukum., pada 5, yaitu ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup, dan pasal 14 yaitu pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy, dan / atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Lima asas lingkungan penting bagi peradaban manusia dalam zaman teknologi modern. Hal ini tak lain, karena kita sudah bertingkah laku seolah-olah kelima asas itu tidak ada gunanya bagi kepentingan dunia dewasa ini. Padahal, kecuali kita mulai bertindak untuk meninjau relevansi kelima asas ini dengan perkembangan peradaban manusia, malapetaka menunggu kita di masa yang akan datang. Lima asas tersebut diantaranya: 1.Asas pertama, mengatakan bahwa materi, energy, ruang, waktu dan keanekaragaman, semuanya adalah kategori sumber alam. Sungguh pun demikian, banyak masalah kemanusiaan dewasa ini timbul (dan akan pula diciptakan lagi secara meningkat dimasa yang akan datang), karena kegagalan manusia untuk menyadari, bahwa ruang, waktu, dan keanekaragaman adalah sama pentingnya dengan materi dan energy sumber alam. Sedemikian rupa pentingnya, sehingga hambatan pembangunan akan timbul kalau manusia melalaikannya. Implikasi prinsip ini adalah, bahwa materi itu beredar atau melakukannya siklus dalam ekosistem; oleh karena itu harus diberikan cukup banyak waktu untuk diubah kembali dari satu bentuk ke bentuk berikutnya pada saat menjalani siklusnya 2.Asas kedua, mengatakan, bahwa dalam setiap proses yang berlaku disuatu lingkungan terdapat tingkat optimum untuk mengadakan sumber alamnya. Asas ini mengingatkan kita kepada adanya batas kejenuhan dan kekurangan yang dapat mempengaruhi berbagai proses, karena memang sumber alam itu terbatas, jumlah atau pengadaannya. Jadi, pencemaran alam menjadi sangat berbahaya kalau kita terlalu memperjenuh kapasitas udara dan air dengan bahan pencemar tersebut. Demikian pula jika kita terlalu memaksakan kemampuan mikroba tanah untuk pembusukan sampah lingkungan. Implikasi penting daripada asas ini untuk manusia menyangkut masalah hasil panen yang optimum. Jelas memang ada batas optimum untuk smeua bentuk ekploitasi hasil panen yang kita lakukan terhadap berbagai organisme itu. 3.Asas ketiga, mengatakan, menyangkut peningkatan efisiensi penggunaan energy pada komunitas yang melampaui tingkat SPATIAL Wahana Komunikasi dan Informasi Geografi Vol. 10 No.1 Maret

3 pionirnya. Manusia bahkan bertindak sebaliknya. Setelah teknologi makin berkembang, kita bahkan makin kurang cermat dalam menggunakan energy. 4.Asas keempat, system yang mantap mengeksploitasi system yang masih rawan. Karena asas inilah maka kota besar yang dilengkapi dengan berbagai bentuk pelayanan, industry, kebudayaan, administrasi, serta sosio-ekonomi yang sudah mantap dan beranekaragaman, selalu menjadi penyerap kota besar tersebut. Akibatnya kota besar ini selalu hidup sebagai parasit terhadap kota kecil dan wilayah sekitarnya. 5.Asas kelima, mengemukakan ksan perlambatan yang beroperasi dalam sebuah populasi, menghasilkan momentum yang kuat dan pola yang menentukan naik turunnya populasi. Manusia merupakan contoh terakhir yang dikuasai oleh kesan perlambatan ini, dan bahkan populasinya tumbuh diluar batas kemampuan untuk menahannya, kecuali oleh kekuatan yang tersimpan dalam nilai peradaban manusia itu sendiri. Masyarakat telah menggali dan mengelola materi dalam ekosistemnya melebihi kecepatan pembusukan atau dekomposisi bahan buangan, sehingga terjadi pemcemaran alam. Sampah bertumpuk, karena tak sempat diresiklus dalam ekosistem. Masalahnya bertambah parah dengan banyaknya bahan buangan seperti plastik yang tidak dapat dibusukkan secara biologi, seperti halnya sampah alam. Padahal, dalam kenyataan dalam peradaban manusia sekarang ini tidak ada suatu industry yang begitu pesat jalannya seperti industry plastik. Pencemaran alam ini merupakan kesan sampingan yang sangat merugikan, karena adanya penggunaan energy yang besar oleh peradaban modern dewasa ini. Penggunaan energy yang sangat besar ini tidak disebar secara merata di seluruh planet, melainkan hanya terpusat di wilayah tertentu saja (kota besar, pusat industry). Jadi, terkonsentrasi dalam suatu batas ruang tertentu saja, sehingga untuk membuangnya timbullah kesukaran demi kesukaran. Tabel 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Dunia Tahun No. Keterangan Jumlah Penduduk (Per million) Dunia 6,810 6,892 6,987 2 China 1, ,338 1,346 3 India 1,171 1,189 1,241 4 Brasil Indonesia Amerika Serikat Benua Afrika 999 1,030 1,051 8 Benua Amerika Benua Asia 4,117 4,157 4, Benua Eropa Oceania Benua Australia Sumber : Population Reference B ureau (PRB). ( ) World Population Data Sheet Washingthon USA. FSC Kita telah pula melalaikan keanekaragaman sebagai sumber alam yang penting juga. Kita setiap saat menghadapi kesukaran dalam ekonomi, karena kita telah membuat dunia ini terlalu sederhana dan kurang beranekaragam secara biologi. Margalef dalam Soeriaatmadja (1997:81) berpendapat bahwa hasil peradaban manusia itu telah mempercepat aliran energy melalui sistem biologi dengan cara menyederhanakan strukturnya. Tindakan ini telah merusak MANUSIA DAN DERAJAT PENURUNAN LINGKUNGAN; Sri Yamti Runtuni 3

4 mekanisme homeostatis yang terdapat dalam sistem biologi. Banyak wilayah daratan dipermukaan bumi ini dicoba untuk dibuat seragam menjadi daerah pertanian dengan jalan menanam jenis pertanian yang serupa, sejenis, sevaritas, seklon untuk wilayah yang sangat luas. Minyak bumi dibakar, hutan ditebang, keanekaragaman tumbuhan dan hewan dikurangi oleh manusia untuk membentuk daerah yang monokultur. Bagaimanakan akibat semua ini? Ada empat macam mekanisme yang akan terpengaruh dalam penurunan keanekaragaman biologi dalam ekosistem manusia itu: 1.Pengaruh penyederhanaan keanekeragaman biologi terhadap hama dan penyakit 2.Pengaruh monokultur terhadap kemantapan ekonomi 3.Pengaruh penyerhanaan keanekaragaman biologi terhadap habitat yang tidak subur atau terlalaikan 4.Pengaruh kurangnya keanekaragaman ekonomi terhadap stagnansi ekonomi di kota Dimana saja, bila suatu kawasan yang luas ditanami sejenis tanaman saja, jumlah spesies serangga disitu akan berkurang, tetapi rata-rata kepadatan tiap spesiesnya akan naik. Jadi, dengan demikian, kemungkinan dengan salah satu spesies mencapai kepadatan sebagai hama akan meningkat hal ini disebabkan oleh karena serangga itu lebih memerlukan sedikit waktu dan energy untuk menyebar dan mencari makanan. Sebagai contoh, Bey Bienko (1961) melaporkan tentang padang rumput steppe di Rusia ketika dirubah menjadi pertanian gandum. Jumlah spesies serangga turun dari 340 spesies menjadi hanya 142 spesies saja. Tetapi rata-rata kepadatannya naik dari 199 ekor menjadi 351 ekor per m 2. Bahkan terdapat spesies serangga yang asalnya hanya mempunyai kepadatan 16,48 ekor/m 2 naik menjadi 300,40 ekor/m 2. Terlalu menyederhanakan keanekaragaman spesies di tanah yang tidak subur dan tidak digunakan, akan seperti padang pasir dan daerah kering yang lain, akan menaikkan kerawanan daerah itu terhadap gangguan serangga dan herbivore. Binatang ini kemudian dapat menjadi hama terhadap tetumbuhan di daerah itu. Keanekaragaman spesies mengurangi resiko bagi tiap spesies tumbuhan mana saja. Asas yang serupa berlaku bagi kehidupan ekonomi di kota. Seperti pernah dikemukakan oleh Jacob Soeriaatmadja (1997:83), sebuah kota yang menggantungkan kehidupan ekonominya pada beberapa industri besar saja, luar biasa rawannya terhadap stagnansi ekonomi. Kalau satu hal saja terjadi terhadap kelancaran pemasaran industri besar itu, lumpuhlah kota itu. Hal ini benar bagi Detroit dengan industri mobilnya dan Seatle dengan industri kapal terbangnya. Keanekaragaman kelas umur dalam populasi manusia juga sangat penting untuk mencapai fungsi kegiatan manusia yang optimum. Dalam masyarakat manusia, seperti juga dalam masyarakat makhluk lain, efisiensi penggunaan energy adalah maksimum, kalau variasi kelas umur itu besar. Artinya kalau terlalu banyak kelas umur anak-anak dan kelas umur dewasa terlalu sedikit (variasi kecil), maka energy akan jauh lebih banyak terbuang untuk kepentingan reproduksi dan mengurus anak-anak serta keperluan pendidikan. Pada hewan, terlalu banyak umur kelas muda menyebabkan populasi itu peka terhadap persaingan, pemasanga, kanibalisme, parasitisme dan kelaparan. Pencemaran alam dapat merupakan faktor pembatas pada populasi manusia. Artinya pengaruh sampingan daripada pencemaran alam terhadap udara, kesehatan manusia, dan pertumbuhan tanaman dapat sedemikian rupa besarnya, sehingga dapat menghambat dan membatasi perkembangan populasi SPATIAL Wahana Komunikasi dan Informasi Geografi Vol. 10 No.1 Maret

5 manusia. Pencemaran udara dapat membuat bumi menjadi berkabut suram dapat menghalangi banyaknya cahay matahari yang sampai ke bumi sampai pada tingkat yang mempengaruhi naik turunnya energy matahari yang diserap tumbuhan dari tahun ke tahun. Bryson dan Wendland dalam Soeriaatmadja (1997:83). Melaporkan, bahwa sejak tahun 1950 suhu udara bumi meningkat kurang lebih 1/2 o C, yang diperkirakan oleh makin meningkatnya konsentrasi CO 2 sebagai akibatnya banyaknya asap industri dan kendaraan yang mengeluarkan CO 2 yang dikepulkan ke udara. Naiknya suhu udara bumi rata-rata 4 o C sudah cukup banyak dapat membawa akibat yang gawat kepada pertumbuhan tanaman diseluruh muka bumi. Pada dasarnya, memang penurunan nilai ekosistem manusia karena pencemaran alam ini juga ada hubungannya dengan faktor yang menyangkut kepadatan manusia sendiri. Pada hewan kepadatan populasi itu didukung oleh sumber alam yang terbatas dan tertentu jumlahnya di alam. Oleh sebab itu kalau populasi meningkat di luar batas kemampuan sumber alam untuk menyokong, terjadilah kelaparan, kelahiran menurun dan kematian naik; maka populasinya pun akan segera dikembalikan kepada keseimbangannya dengan alam. Lain halnya dengan manusia, populasi manusia tidak bergantung pada suatu sumber energy tertentu sejauh ini. Kita dapat menambah terus jumlah penduduk semala sumber energy seperti gas dan minyak bumi dapat menaikkan daya dukung daripada ekosistemn manusia lebih daripada itu manusia termasuk spesies yang paling mampu menyaingi spesies lain di muka bumi ini, dan merupaka spesies omnivora yang dapat memakan segala jenis spesies tumbuhan dan hewan dimanapun mereka itu berada. Kita akan menghabiskan banyak sekali jenis organisme hidup, sebelum ia dapat musnah dari muka bumi ini. Kalau kita ambil kenyataan di Jakarta, dalam unit produksi nasional kotor memang efisiensi penggunaan energy ini meningkat, tetapi per-unit orang efisiensi menurun; artinya tiap warga Negara Indonesia khususnya di Jakarta itu ternyata memboroskan energy bagi kepentingan hidupnya. Yang menarik dalam hal ini ialah penghamburan energy itu seperempatnya habis dalam pengangkutan. Pengangkutan boleh dikatakan suatu pengangkutan unit tunggal daripada energy yang terbesar dalam kehidupan di Jakarta. Pendeknya, kita hdiup di dalam masyarakat yang tak pernah menyadari dan menaruh perhatian akan pentingnya menghemat energy, karena teurtama banyak orang yang kurang paham, bahwa sumber alam dalam bentuk energy ini suatu hari dapat habis. Juga bahwa penggunaan energi yang berlebih-lebihan dapat menimbulkan pencemaran alam. Ditinjau dari segi serupa itu, istilah yang dikenal dengan sebutan Brain Drain, yaitu mengalirnya tenaga ahli dari Negara yang sedang berkembang ke Negara yang sudah maju. Sepintas lalu seolah-olah tenaga ahli yang sedang berkembang, dibantu dengan penghidupan yang lebih layak oleh Negara yang sudah maju. Tetapi kenyataan yang sebenarnya adalah terbalik. PENUTUP Manusia dan lingkungan hidup merupakan suatu kesatuan yang tdaik dapat dipisahkan. Manusia dengan daya yang dimilikinya dapat mempengaruhi kondisi lingkungan hidup dan begitu juga sebaliknya. Lima asas lingkungan penting bagi peradaban manusia dalam zaman teknologi modern. Asas pertama, mengatakan bahwa materi, energy, ruang, waktu dan keanekaragaman, semuanya adalah kategori sumber alam. Asas kedua, mengatakan, bahwa dalam setiap proses yang berlaku disuatu lingkungan terdapat MANUSIA DAN DERAJAT PENURUNAN LINGKUNGAN; Sri Yamti Runtuni 5

6 tingkat optimum untuk mengadakan sumber alamnya. Asas ketiga, mengatakan, menyangkut peningkatan efisiensi penggunaan energy pada komunitas yang melampaui tingkat pionirnya. Asas keempat, system yang mantap mengeksploitasi system yang masih rawan. Asas kelima, mengemukakan ksan perlambatan yang beroperasi dalam sebuah populasi, menghasilkan momentum yang kuat dan pola yang menentukan naik turunnya populasi. Kelima asas diatas sangat relevan untuk manusia dalam ekosistemnya, seperti halnya bagi organisme hidup di dalam ekosistem lain. Masa depan masyarakat kita bergantung pada pengertian dan penghargaan kita akan pentingnya materi, energy, ruang, waktu dan keanekaragaman sebagai sumber alam. Selain itu juga kesadaran akan adanya tingkat optimum daripada pengadaan semua sumber alam tersebut untuk kita, untuk tumbuhan dan hewan yang kita manfaatkan hasilnya bagi keperluan hidup kita. Efisiensi penggunaan energy oleh masyarakat merupakan pusat berbagai masalah yang menimpa kita, dari mulai pencemaran alam sampai kepada pengannguran jumlah sumber ala yang ada disekitar kita. Sistem yang mantap mengekploitasi sistem yang rawan, berlaku pula bagi masyarakat manusia seperti halnya dalam komunitas tumbuhan dan hewan. Dan akhirnya, memang ternyata ada suatu mekanisme demografi yang akan terus menerus meningkatkan populasi manusia, kecuali kalau ada faktor ekonomi yang menentang kecenderungan ini. DAFTAR PUSTAKA Anonim, Data Profil Desa Ambarketawang Tahun Yogyakarta: Pemerintah Desa Ambarketawang. Esmara, Hendra, Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia. Gunardo, Teknologi Usaha Tani, Pendapatan Petani dan Diversifikasi Mata Pencaharian Di Kabupaten Kulon Progo. Yogyakarta: Tesis Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Hernanto, Fadholi, Ilmu Usaha Tani. Jakarta: Penerbit Swadaya. Mantra, I.B, Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Mubyarto, Membahas Pembangunan Desa. Yogyakarta: Aditya Media. Prayitno, Hadi dan Lincolin Arsyad, Petani Desa dan Kemiskinan. Yogyakarta: BPFE. Prodjopangarso, Hardjoso, Teknologi Pedesaan. Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Masyarakat Universitas Gadjah Mada. Smith, Harris Pearson dan Lambert Herry Wilkes, Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press SPATIAL Wahana Komunikasi dan Informasi Geografi Vol. 10 No.1 Maret

PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH DI DESA AMBARKETAWANG KECAMATAN GAMPING, SLEMAN D.I. YOGYAKARTA

PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH DI DESA AMBARKETAWANG KECAMATAN GAMPING, SLEMAN D.I. YOGYAKARTA PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH DI DESA AMBARKETAWANG KECAMATAN GAMPING, SLEMAN D.I. YOGYAKARTA Warnadi dan Irma Lusi Nugraheni E-mail: warnadi_andi@yahoo.co.id (Dosen Jurusan Geografi

Lebih terperinci

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP ii PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP Buku Ajar MKU By Tim MKU PLH Editor: Dewi Liesnoor Setyowati Sunarko Rudatin Sri Mantini Rahayu Sedyawati UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FEBRUARI 2014 iii Kata Pengantar Saat

Lebih terperinci

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal : 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber : LN 1997/68; TLN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka konservasi sungai, pengembangan

Lebih terperinci

Peran dan Arti AMDAL DR. IR. RIRIEN PRIHANDARINI, MS

Peran dan Arti AMDAL DR. IR. RIRIEN PRIHANDARINI, MS Peran dan Arti AMDAL DR. IR. RIRIEN PRIHANDARINI, MS Konsep AMDAL di Indonesia AMDAL secara formal berasal dr US National Environmental Policy Act (NEPA) th 1969; Dalam UU ini AMDAL dimaksudkan sbg alat

Lebih terperinci

KEPEDULIAN NELAYAN DALAM IKUT SERTA MELESTARIKAN LINGKUNGAN PESISIR

KEPEDULIAN NELAYAN DALAM IKUT SERTA MELESTARIKAN LINGKUNGAN PESISIR KEPEDULIAN NELAYAN DALAM IKUT SERTA MELESTARIKAN LINGKUNGAN PESISIR (Studi Kasus: Di Desa Purworejo, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak) SKRIPSI Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi dan Antropologi

Lebih terperinci

MANAJEMEN EKOREGION MELALUI PEMBERDAYAAN DAN PEMELIHARAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM RANGKA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

MANAJEMEN EKOREGION MELALUI PEMBERDAYAAN DAN PEMELIHARAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM RANGKA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MANAJEMEN EKOREGION MELALUI PEMBERDAYAAN DAN PEMELIHARAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM RANGKA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (Suatu Tinjauan Tentang Green Economic) IAN NURPATRIA SURYAWAN STIE TRISAKTI

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DAN TEKANAN PENDUDUK

ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DAN TEKANAN PENDUDUK 1 ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DAN TEKANAN PENDUDUK (STUDI KASUS KABUPATEN PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2003) Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, Copyright 2002 BPHN UU 24/1992, PENATAAN RUANG *8375 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 24 TAHUN 1992 (24/1992) Tanggal: 13 OKTOBER 1992 (JAKARTA) Sumber: LN 1992/115;

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

Melindungi Sumberdaya Alam untuk Semua Orang

Melindungi Sumberdaya Alam untuk Semua Orang 20 3 Melindungi Sumberdaya Alam untuk Semua Orang Dalam bab ini: halaman Berbagai penyebab masalah kesehatan lingkungan... 22 Kontrol perusahaan buruk bagi kesehatan kita... 24 Membangun lembaga-lembaga

Lebih terperinci

Undang Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang : Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya

Undang Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang : Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya Undang Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang : Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 5 TAHUN 1990 (5/1990) Tanggal : 10 AGUSTUS 1990 (JAKARTA) Sumber :

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH 2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH 2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH 2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

MANUSIA DAN AIR. Oleh Eva Novaria. Abstract

MANUSIA DAN AIR. Oleh Eva Novaria. Abstract MANUSIA DAN AIR Oleh Eva Novaria Abstract Pada hakekatnya manusia tidak akan bertahan hidup tanpa air, manusia memilih tempat tinggal dan beraktifitas yang tidak jauh dari sumber air. Beberapa fakta tentang

Lebih terperinci

BAB 32 PERBAIKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

BAB 32 PERBAIKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM BAB 32 PERBAIKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN PELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN HIDUP Sumber daya alam dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS HUKUM

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS HUKUM DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS HUKUM BAHAN AJAR HUKUM LINGKUNGAN Mata Kuliah Prasyarat Wajib Program Sarjana HKU 1123 Koordinator: Abdullah Abdul Patah, S.H., LL.M. Pengampu:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Kondisi Ekonomi dan Kebijakan Sektor Pertanian. menjadi krisis multi dimensi yang dialami bangsa Indonesia ternyata sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Kondisi Ekonomi dan Kebijakan Sektor Pertanian. menjadi krisis multi dimensi yang dialami bangsa Indonesia ternyata sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Kondisi Ekonomi dan Kebijakan Sektor Pertanian Sejak terjadinya krisis ekonomi pada bulan Juli 1977 yang berlanjut menjadi krisis multi dimensi yang dialami bangsa

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAMBI

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAMBI GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan Dr.Gatot Hari Priowirjanto

KATA PENGANTAR. Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan Dr.Gatot Hari Priowirjanto KATA PENGANTAR Modul ini merupakan salah satu modul yang membahas tentang demokrasi. Sub kompetensi yang harus dicapai siswa dengan mempelajari modul Menjunjung tinggi mekanisme dan hasil keputusan dengan

Lebih terperinci

RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN

RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN KOMISI SUMBER DAYA GENETIK UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

Lebih terperinci

Menghadapi masa depan yang tak pasti

Menghadapi masa depan yang tak pasti PERSPEKTIF KEHUTANAN Menghadapi masa depan yang tak pasti Bagaimana hutan dan manusia beradaptasi terhadap perubahan iklim Bruno Locatelli Markku Kanninen Maria Brockhaus Carol J. Pierce Colfer Daniel

Lebih terperinci