RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN"

Transkripsi

1 RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN KOMISI SUMBER DAYA GENETIK UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN

2 RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN D I A D O P S I O L E H D E W A N F A O, R O M A, I T A L I A, 2 9 N O V E M B E R Komisi Sumber Daya Genetik untuk Pangan dan Pertanian Organisasi Pangan dan Pertanian, Perserikatan Bangsa-Bangsa FAO, 2011

3 Judul yang dipergunakan dan penyajian materi dalam produk informasi ini bukan merupakan pernyataan opini apapun dari pihak Organisasi Pangan dan Pertanian, Perserikatan Bangsa-Bangsa (Food and Agriculture Organization of the United Nations/FAO) yang berkenaan dengan status hukum dan pengembangan negara, teritori, kota atau wilayah atau kekuasaannya, atau berkenaan dengan penetapan batas-batas wilayahnya. Penyebutan perusahaan atau produk dari produsen tertentu, baik yang telah dipatenkan ataupun tidak, bukan berarti bahwa perusahaan atau produk tersebut didukung atau direkomendasikan oleh FAO dalam hal preferensi kepada orang lain, yang sifatnya serupa namun tidak disebutkan. Pandangan yang dinyatakan dalam produk informasi ini adalah berasal dari penulis dan tidak mencerminkan pandangan dari FAO. ISBN All rights reserved. FAO mendorong reproduksi dan diseminasi materi dalam produk informasi ini. Penggunaan non-komersial akan diberi wewenang secara gratis, berdasarkan permintaan. Reproduksi untuk penjualan kembali atau tujuan komersial lainnya, mencakup tujuan pendidikan, mungkin dikenakan biaya. Permohonan untuk ijin reproduksi atau mendiseminasikan materi hak cipta FAO, dan seluruh pertanyaan mengenai hak dan lisensi, dapat ditujukan melalui kepada atau kepada the Chief, Publishing Policy and Support Branch, Office of Knowledge Exchange, Research and Extension, FAO, Viale delle Terme di Caracalla, Rome, Italy. FAO 2012

4 KATA PENGANTAR Rancang Tindak Global Kedua untuk Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian, yang disiapkan di bawah pengawasan Komisi Sumber Daya Genetik untuk Pangan dan Pertanian, diadopsi oleh Dewan FAO pada tanggal 29 November Dokumen ini merupakan pemutakhiran dari Rancang Tindak Global untuk Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian yang Berkelanjutan, yang diadopsi pada tahun 1996 pada Konferensi Teknis Internasional Ke-4 mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman. Rancang Tindak Global Kedua ini merupakan respon terhadap kebutuhan dan prioritas yang diidentifikasi dari the Second Report on the State of the World s Plant Genetic Resources for Food and Agriculture, suatu penilaian tingkat global yang dipublikasikan oleh FAO pada tahun Dokumen ini disiapkan melalui serangkaian konsultasi regional, dengan partisipasi 131 negara dan perwakilan dari kelompok penelitian internasional, sektor swasta dan masyarakat umum. Kebutuhan untuk mengkonservasi dan memanfaatkan secara berkelanjutan keanekaragaman tanaman dunia merupakan hal yang semakin penting. Keanekaragaman tanaman merupakan pondasi dari ketahanan pangan, di dunia yang menghadapi banyak tantangan ini. Lebih dari satu milyar orang menderita kelaparan kronis dan kekurangan gizi, sementara populasi dunia diperkirakan mencapai 9.2 milyar pada tahun Untuk memenuhi kecukupan pangan, dibutuhkan peningkatan produksi pertanian sebesar 60%. Pada waktu yang sama, sumber daya utama juga diancam oleh pemanasan global dan perubahan iklim, alih fungsi lahan pertanian dan sumber daya air, dan degradasi lingkungan. Hilangnya dan berkurangnya keanekaragaman genetik tanaman secara terus-menerus, membuat kita dan generasi mendatang mengalami keterbatasan dalam beradaptasi terhadap perubahan tersebut dan dalam menjamin ketahanan pangan, pertumbuhan ekonomi dan perdamaian dunia. Rancang Tindak Global Kedua menjabarkan serangkaian rancang dan tindak prioritas yang disepakati yang dapat melindungi portofolio kekayaan keanekaragaman sumber daya genetik, juga menjamin aliran varietas unggul yang berkelanjutan, dengan memanfaatkan sifat yang telah diperbaiki untuk menghasilkan pangan yang lebih berkualitas, dalam jumlah yang cukup. Hanya dengan cara demikian, kita dapat menghilangkan kerawanan pangan dan kemiskinan. Kerjasama internasional menjadi semakin penting dibandingkan beberapa dekade yang lalu. Sangat penting bagi kita bersama-sama memperluas dan memperdalam upaya dalam mengkonservasi dan memanfaatkan keanekaragaman tanaman secara berkelanjutan. Adopsi Rancang Tindak Global Kedua merupakan cerminan dari konsensus internasional, dan merupakan saksi dari kemauan politik untuk mengidentifikasi dan melaksanakan prioritas yang disepakati untuk mencapai tujuan tersebut. Rancang Tindak ini berperan penting dalam kerangka kebijakan ketahanan pangan global, sebagai komponen pendukung dari Traktat Internasional mengenai Sumber daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian, sebagai kontribusi penting untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium, dan implementasi dari Rencana Strategis Keanekaragaman Hayati Kesulitan dalam situasi ekonomi dunia saat ini, mau tidak mau kita harus melanjutkan dan meningkatkan investasi nasional dan internasional dalam prioritas dan program-program yang telah disepakati Pemerintah dalam Rancang Tindak Global Kedua. Hal ini mengharuskan adanya peningkatan substansi dari aktivitas yang tengah berlangsung, dan keterlibatan aktif dari organisasi regional dan internasional, penyandang dana, peneliti, petani, komunitas lokal dan adat, sektor swasta dan publik, masyarakat umum, dan lembaga pendidikan dan penelitian. Implementasi menyeluruh dari Rancang Tindak Global Kedua akan memerlukan kerjasama antar negara dan regional, dan dukungan yang saling menguntungkan antar sektor pertanian, lingkungan dan pangan. Hal ini bukanlah sesuatu yang dapat kita tunda, atau hanya sebagian saja kita terima, tanpa menempatkan lingkungan bumi dalam resiko, terutama dengan pesatnya perubahan iklim, dan tanpa menggadaikan masa depan anak-anak kita. Sejauh ini, terutama sejak Rancang Tindak Global Pertama diadopsi, beberapa strategi terbukti dapat mengatasi banyak hambatan, saat didukung oleh kemauan politik dan sumber daya keuangan yang mencukupi. Sumber daya genetik tanaman merupakan

5 perhatian utama dalam kemanusiaan, dan ditinjau dari segi pengelolaan ekonomi maupun moral, perlu untuk mengkonservasi sumber daya baik yang telah melalui proses evolusi selama milyaran tahun ataupun yang telah dikembangkan oleh petani selama ribuan generasi, serta memanfaatkan sumber daya tersebut secara berkelanjutan dan menguntungkan, sehingga menjamin ketercukupan pangan generasi mendatang. FAO berkomitmen dalam implementasi Rancang Tindak Global Kedua. Saya menyerukan kepada seluruh negara, secara bersama-sama, untuk menggunakan waktu saat ini, dan memperkuat investasi kita dalam pengelolaan sumber daya genetik tanaman warisan dunia, dengan melaksanakan Rancang Tindak Global dengan realistis, kebulatan tekad dan komitmen. José Graziano da Silva Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa

6 Ringkasan Eksekutif 1. Sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian merupakan dasar biologis bagi produksi pertanian dan ketahanan pangan dunia. Sumber daya ini merupakan bahan mentah paling penting bagi petani, yang memeliharanya, dan untuk para pemulia tanaman. Keanekaragaman genetik dalam sumber daya ini memungkinkan tanaman dan varietas dapat beradaptasi dalam kondisi yang selalu berubah dan mengatasi masalah yang disebabkan oleh hama, penyakit dan cekaman abiotik. Sumber daya genetik tanaman merupakan hal yang penting bagi keberlanjutan produksi pertanian. Tidak ada inkompatibilitas yang melekat antara konservasi dan pemanfaatan dari sumber daya ini. Pada kenyataannya, akan menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa kedua kegiatan ini saling melengkapi satu sama lain. Konservasi, pemanfaatan yang berkelanjutan dan pembagian keuntungan yang adil dan merata dari pemanfaatan sumber daya genetik merupakan perhatian utama di tingkat internasional. Hal ini merupakan tujuan dari Traktat Internasional mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian, yang juga sejalan dengan Konvensi Keanekaragaman Hayati. Dalam konteks adanya hak kedaulatan suatu negara terhadap sumber daya hayatinya dan ketergantungan antar negara dalam sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian, Rancang Tindak Global Kedua untuk Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian merupakan manifestasi yang sesuai bagi masyarakat internasional untuk terus peduli dan bertanggung jawab terhadap bidang ini. 2. Selama 15 tahun terakhir, Rancang Tindak Global merupakan dokumen referensi utama bagi upaya di tingkat nasional, regional dan global untuk mengkonservasi dan memanfaatkan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian secara berkelanjutan dan untuk berbagi keuntungan secara adil dan merata dari pemanfaatan sumber daya tersebut. Sebagai bagian dari Sistem Global FAO untuk konservasi dan pemanfaatan yang berkelanjutan dari sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian, Rancang Tindak Global telah menjadi kunci utama bagi Komisi Sumber Daya Genetik untuk Pangan dan Pertanian FAO untuk memenuhi mandat terhadap sumber daya genetik tanaman. Rancang Tindak Global juga menyediakan referensi penting bagi sektor sumber daya genetik lainnya. Rancang Tindak Global telah membantu pemerintah dalam memformulasikan strategi dan kebijakan nasional dalam sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian. Rancang Tindak Global juga telah digunakan oleh komunitas internasional untuk menentukan prioritas di tingkat global, untuk meningkatkan upaya koordinasi dan untuk menjalin sinergi antar pemangku kepentingan dalam sumber daya genetik. Rancang Tindak Global telah terbukti dapat menjadi perangkat dalam reorientasi dan penentuan prioritas kegiatan penelitian dan pengembangan bagi organisasi internasional yang bergerak dalam bidang sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian. 3. Adopsi Rancang Tindak Global oleh 150 negara pada tahun 1996 di Liepzig merupakan tonggak dalam pengembangan pengaturan internasional bagi sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian. Hal tersebut merupakan kesuksesan dalam negosisasi bagi Traktat Internasional mengenai Sumber daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian di bawah Komisi Sumber Daya Genetik untuk Pangan dan Pertanian FAO. 4. Sejak diadopsi, telah berkembang beberapa hal utama berkenaan dengan konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian, yang disebut dengan pemutakhiran dari Rancang Tindak Global. Publikasi terkini the Second Report on the State of the World s Plant Genetic Resources for Food and Agriculture telah menjadi pondasi yang kuat bagi proses pemutakhiran ini. Dunia sedang menghadapi kerawanan pangan yang meningkat, tercermin antara lain dari harga pangan yang tinggi dan mudah berubah. Perubahan iklim, peningkatan urbanisasi, kebutuhan dalam pertanian yang lebih berkelanjutan serta kebutuhan untuk menjaga keanekaragaman genetik tanaman dan meminimalisasi erosi genetik, yang semua itu memerlukan perhatian lebih besar dalam konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian. Pada waktu yang sama, ada beberapa kesempatan baru yang penting yang dapat meningkatkan pengelolaan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian, termasuk

7 ketersediaan komunikasi dan teknologi informasi yang canggih dan luas, seperti halnya adanya kemajuan bioteknologi yang pesat dan pengembangan bioproduk yang berasal dari pertanian. Selanjutnya, kebijakan lingkungan telah berubah pesat selama 15 tahun terakhir, terutama dengan masuknya Traktat Internasional mengenai Sumber daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian, dan yang lain diantaranya Protokol Kartagena dalam Keamanan Hayati serta adopsi Rencana Strategis Keanekaragaman Hayati dan Protokol Nagoya mengenai Akses terhadap Sumber daya Genetik serta Pembagian Keuntungan yang Adil dan Merata dari Pemanfaatannya. Dunia juga telah melihat adanya komitmen baru dalam pertanian dan termasuk kegiatan penelitian dan pengembangan. Pemutakhiran Rancang Tindak Global diperlukan sebagai respon dan cerminan dari perkembangan yang ada. 5. Rancang Tindak Global Kedua membahas tantangan dan peluang baru dalam 18 Kegiatan Prioritas. The Second Report on the State of the World s Plant Genetic Resources for Food and Agriculture, serangkaian pertemuan konsultasi regional, dan masukan dari para ahli dunia merupakan masukan yang diperlukan untuk membuat Rancang Tindak Global saat ini, masa depan dan yang relevan dengan sudut pandang dan prioritas di tingkat global, regional dan nasional. Pemutakhiran Rancang Tindak Global juga memperkuat perannya sebagai komponen pendukung bagi Traktat Internasional mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian. 6. Berdasarkan berbagai masukan di atas, memungkinkan untuk meringkas jumlah Kegiatan Prioritas, dari 20 menjadi 18. Peringkasan tersebut meliputi penggabungan Kegiatan Prioritas 5 dan 8 yang lama (Mempertahankan koleksi ex situ yang ada dan Memperluas kegiatan konservasi ex situ) menjadi Kegiatan Prioritas 6 yang baru, Mempertahankan dan memperluas konservasi ex situ plasma nutfah. Kegiatan prioritas 12 yang lama (Mempromosikan pengembangan dan komersialisasi tanaman dan spesies yang kurang dimanfaatkan) dan 14 yang lama (Pengembangan pasar baru untuk varietas lokal dan produk kaya-diversitas) digabung menjadi Kegiatan Prioritas 11 yang baru, Mempromosikan pengembangan dan komersialisasi semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan. 7. Sebagai tambahan, fokus dari sejumlah Kegiatan Prioritas juga telah disesuaikan sehingga dapat mengakomodasi definisi prioritas baru. Rancang Tindak Global Kedua memberikan penekanan dan visibilitas lebih untuk pemuliaan, seperti yang tercermin dalam Kegiatan Prioritas 9, Mendukung pemuliaan tanaman, pengkayaan genetik dan upaya perluasan latar belakang genetik. Suatu upaya juga telah dilakukan, berdasarkan panduan dari konsultasi regional, untuk menyederhanakan dan memperjelas dokumen ini.

8 DAFTAR ISI Rancang Tindak Global Kedua untuk Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian Pendahuluan 1 23 Perlunya konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian yang berkelanjutan Sejarah Rancang Tindak Global Implementasi Rancang Tindak Global Rasional Rancang Tindak Global Tujuan dan strategi Rancang Tindak Global Kedua Struktur dan organisasi Rancang Tindak Global Kedua Kegiatan Prioritas Paragraf Konservasi In Situ dan Pengelolaannya Survai dan inventori sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian 2. Mendukung pengelolaan dan perbaikan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian secara lekat-lahan 3. Membantu petani dalam situasi bencana untuk memulihkan sistem pertanian 4. Mempromosikan konservasi dan pengelolaan secara in situ kerabat liar tanaman dan tanaman pangan liar Konservasi Ex Situ Mendukung target pengkoleksian sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian 6. Mempertahankan dan memperluas konservasi ex situ plasma nutfah 7. Meregenerasikan dan memperbanyak aksesi secara ex situ Pemanfaatan yang Berkelanjutan Memperluas karakterisasi, evaluasi, dan pengembangan kelompok koleksi khusus untuk memfasilitasi pemanfaatannya 9. Mendukung pemuliaan tanaman, pengkayaan genetik dan upaya

9 perluasan latar belakang genetik 10. Mempromosikan diversifikasi produksi pertanian dan perluasan keanekaragaman tanaman untuk pertanian berkelanjutan 11. Mempromosikan pengembangan dan komersialiasi semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan 12. Mendukung produksi dan distribusi benih Pembangunan Kapasitas Lembaga dan Sumber Daya Manusia yang Berkelanjutan Membangun dan memperkuat program nasional 14. Mempromosikan dan memperkuat jejaring kerja sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian 15. Membangun dan memperkuat sistem informasi yang komprehensif untuk sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian 16. Mengembangkan dan memperkuat sistem pengawasan dan pemeliharaan keanekaragaman genetik dan pengurangan erosi genetik sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian 17. Membangun dan memperkuat kapasitas sumber daya manusia 18. Mempromosikan dan memperkuat kesadaran masyarakat tentang pentingnya sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian Implementasi dan Pendanaan Rancang Tindak Global Kedua Daftar akronim dan singkatan

10 Pendahuluan Perlunya konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian yang berkelanjutan 1. Pertanian di abad 20 akan menghadapi banyak tantangan baru. Produksi dan pangan serat harus ditingkatkan secara drastis untuk dapat memenuhi kebutuhan populasi yang terus tumbuh dan modern dengan proporsi makin sedikit tenaga pedesaan. Perubahan kebiasaan dan pola makan juga akan merubah sistem produksi tanaman dan ternak. Dihadapkan dengan ketahanan pangan global, energi dan kebutuhan pembangunan yang berkelanjutan, negara harus dapat menjawab tantangan dan kesempatan dalam produksi dan pemanfaatan biofuel. Di beberapa tempat di dunia, pengaruh perubahan iklim juga memerlukan perubahan dalam kemampuan adaptasi dari banyak jenis tanaman dan hijauan pakan, juga peningkatan ketergantungan antar negara dalam sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian (SDGTPP)/plant genetic resources for food and agriculture (PGRFA). Perubahan iklim juga menyebabkan perubahan praktek dan areal produksi dan kemunculan hama dan penyakit pada tanaman dan ternak. Pertanian perlu terus mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan dan keanekaragaman hayati serta untuk dapat mengadopsi praktek produksi yang efisien dan berkelanjutan. Alih fungsi lahan akan membatasi area yang tersedia untuk pertanian dan meningkatkan tekanan pada populasi kerabat liar tanaman (KLT)/crop wild relatives (CWR) dan tanaman pangan liar. 2. SDGTPP mendukung kemampuan pertanian untuk mengatasi perubahan, baik lingkungan maupun sosial ekonomi. Oleh karenanya SDGTPP harus berperan makin penting dalam menjamin perbaikan secara berkelanjutan dalam produksi dan produktivitas pertanian, tidak hanya dengan menyediakan gen baru untuk perbaikan varietas tanaman, namun juga berkontribusi dalam fungsi agro ekosistem yang efektif dan pengembangan bioproduk. Di banyak wilayah pedesaan di dunia, SDGTPP merupakan komponen penting sebagai strategi mata pencaharian masyarakat adat dan lokal. Sejarah Rancang Tindak Global 3. Rancang Tindak Global (RTG)/Global Plan of Action (GPA) untuk Konservasi dan Pemanfaatan Berkelanjutan SDGTPP diadopsi secara resmi pada tahun 1996 oleh perwakilan dari 150 negara selama Konferensi Teknis Internasional Keempat mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman di Liepzig, Jerman. Dalam konferensi tersebut juga diadopsi Deklarasi Liepzig, yang menggarisbawahi pentingnya SDGTPP untuk ketahanan pangan dunia dan komitmen seluruh negara untuk mengimplementasikan RTG. Lebih dari 150 negara, juga sektor publik dan swasta, berpartisipasi aktif dalam menyiapkan RTG. FAO sendiri berkomitmen untuk memfasilitasi dan memantau implementasi RTG, di bawah bimbingan Komisi Sumber Daya Genetik untuk Pangan dan Pertanian (Komisi)/the Commission on Genetic Resources for Food and Agriculture (the Commission) antar negara sebagai bagian dari Sistem Global FAO untuk Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Tanaman. 4. Pada Sesi Reguler Kedelapan di tahun 1999, Komisi tersebut menegaskan kembali bahwa FAO seyogyanya menilai secara periodik status SDGTPP dunia untuk memfasilitasi analisis perubahan dalam gap dan kebutuhan serta untuk berkontribusi dalam proses pemutakhiran RTG yang sedang bergulir. Pada Sesi Reguler Kesepuluh di tahun 2004, Komisi sepakat untuk menerapkan pendekatan baru dalam pemantauan implementasi RTG berdasarkan indikator-indikator yang disepakati secara internasional, yang menyebabkan pembentukan Mekanisme Berbagi Informasi Nasional (MBIN)/National Information Sharing Mechanisms (NISMs). Pada Sesi Reguler Keduabelas di tahun 2009, Komisi sebagai otoritas penilai dari sektor tersebut mendukung the Second Report on the State of the World s PGRFA (Second Report) dan meminta FAO untuk melakukan pemutakhiran RTG, terutama berdasarkan Second Report, dan, khususnya, untuk gap dan kebutuhan yang teridentifikasi, mempertimbangkan kontribusi lebih lanjut dari para pemerintah dan juga masukan yang diperoleh dari pertemuan dan konsultasi regional. Komisi memutuskan bahwa RTG Kedua akan dipertimbangkan dalam Sesi Reguler Ketigabelas.

11 5. Pada tahun 2001, Konferensi FAO mengadopsi Traktat Internasional mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian (Traktat Internasional)/the International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (the International Treaty), yang pada Pasal 14 mengakui RTG sebagai komponen pendukung. Pada tahun 2006, Badan Pengatur Traktat Internasional memutuskan bahwa prioritas dalam RTG juga merupakan prioritas dalam Strategi Pendanaan Traktat Internasional. Pada tahun 2009, Badan Pengatur memperhatikan kebutuhan untuk meyakinkan kerjasama yang erat antara dirinya sendiri dan Komisi berkenaan dengan RTG dan meminta Komisi, untuk memperbaiki RTG, dan mempertimbangkan isu khusus yang relevan dengan Traktat Internasional dan untuk menunjukkan secara memadai ketentuan dari Traktat Internasional dalam RTG Kedua. Implementasi Rancang Tindak Global 6. Sejak formulasi RTG pertama, yang berdasarkan banyak informasi yang diperoleh selama proses penyiapan the First Report on the State of the World s Plant Genetic Resources for Food and Agriculture pada awal tahun 1990-an, kemajuan yang cukup besar telah dihasilkan dari implementasi RTG di seluruh dunia. Hampir 20 persen lebih aksesi dikonservasi dalam bank gen yang tersebar di dunia dibandingkan pada tahun 1996, dan mencapai 7.4 milyar di tahun Lebih dari sampel baru telah dikoleksi dan ditambahkan dalam koleksi ex situ. Ada sebanyak bank gen diidentifikasi pada tahun 2010 dibandingkan pada tahun 1996 yang hanya sekitar Jumlah kebun raya juga meningkat dari pada tahun 1996 menjadi lebih dari di tahun Jumlah program SDGTPP nasional juga meningkat, seringkali dengan partisipasi pemangku kepentingan yang lebih luas. Banyak negara sekarang telah mengadopsi atau merevisi peraturan nasional berkenaan dengan SDGTPP dan sistem perbenihan. Aplikasi bioteknologi tanaman modern dalam konservasi dan pemanfaatan SDGTPP juga terus tumbuh. Petani juga meningkat partisipasinya dalam program pemuliaan, dan konservasi serta pemanfaatan KLT dan landrace juga meningkat. Peran penting informasi dalam konservasi dan pemanfaatan SDGTPP serta kemajuan teknologi di bidang ini dicerminkan pada upaya perbaikan pengelolaan informasi di tingkat nasional, regional dan global. 7. Secara keseluruhan, kegiatan internasional dalam konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan SDGTPP telah meningkat. Traktat Internasional telah menyusun Strategi Pendanaan dengan kegiatan RTG yang sedang bergulir sebagai prioritas. Banyak program dan jejaring kerja tanaman regional baru yang terbentuk, yang sebagian besar merupakan respon terhadap kegiatan prioritas dalam RTG. Jejaring kerja memegang peranan penting dalam mempromosikan kerjasama, berbagi pengetahuan, informasi dan ide-ide, pertukaran plasma nutfah dan kolaborasi penelitian dan kegiatan lainnya. Inisiatif, seperti the Global Crop Diversity Trust (the Trust), yang mempromosikan dan mendukung konservasi ex situ secara lebih rasional khususnya untuk tanaman-tanaman yang termasuk dalam Sistem Multilateral dalam Akses dan Pembagian Keuntungan (Sistem Multilateral)/Multilateral System of Access and Benefit Sharing (Multilateral System) dari Traktat Internasional (Lampiran I), dibangun atas dasar tipe jejaring kerja tersebut. Jejaring kerja internasional dalam koleksi ex situ tanaman utama memegang peran penting dalam negoisasi dalam Traktat Internasional. Koleksikoleksi ini terus memperkuat tulang punggung Sistem Global FAO dalam Konservasi dan Pemanfaatan Berkelanjutan SDGTPP. The Svalbard Global Seed Vault sekarang menyediakan pengamanan tambahan bagi koleksi ex situ yang telah ada. selanjutnya, pengembangan portal global mengenai data tingkat aksesi dan peluncuran sistem pengelolaan informasi bank gen yang canggih merupakan tahap tambahan yang penting menuju penguatan dan pengoperasian yang lebih efektif dari sistem global konservasi ex situ. Untuk melengkapi ini semua adalah pembentukan MBIN di lebih dari 65 negara untuk memfasilitasi akses terhadap informasi yang revelan, memonitor implementasi RTG dan memperkuat proses pengambilan keputusan nasional serta kolaborasi antar pemangku kepentingan. The Global Partnership Initiative on Plant Breeding Capacity Building (GIPB) merupakan perwujudan dari upaya untuk mengisi gap yang penting dalam program nasional dengan mengkaitkan konservasi SDGTPP dengan pemanfaatannya dalam perbaikan tanaman. Sebagai tambahan, Mekanisme Fasilitatif RTG mengidentifikasi dan menyebarkan informasi mengenai peluang pendanaan untuk semua kegiatan prioritas. Rasional Rancang Tindak Global Kedua

12 8. Sejak RTG diformulasikan dan diadopsi, sejumlah perubahan mendasar telah terjadi dalam konservasi dan pemanfaatan SDGTPP, menyebabkan adanya tantangan dan kesempatan baru. Pengembangan ini, yang telah diperhatikan dalam Second Report dan menonjol dalam diskusi di konsultasi dan pertemuan regional, memberikan justifikasi dan rasional untuk pemutakhiran RTG. 9. Diantisipasi bahwa beberapa perkembangan dan kecenderungan dalam pertanian berikut ini akan berdampak signifikan bagi konservasi dan pemanfaatan SDGTPP: a) Di banyak negara maju di dunia, sebagian besar pangan dipasok oleh sistem produksi pangan yang terindustrialisasi, yang dikendalikan oleh permintaan kuat dari konsumen akan pangan murah yang seragam dan berkualitas. Varietas tanaman dimuliakan untuk memenuhi permintaan sistem tersebut dengan standar pasar yang ketat, yang seringkali berasal dari tanaman sejenis dan sistem produksi monokultur, namun juga harus memiliki ketahanan biotik, berkualitas nutrisinya dan stabil hasilnya. Pengembangan ini telah mempercepat penurunan keanekaragaman genetik dan spesies di lahan petani. b) Di negara berkembang, sebagian pangan masih diproduksi dengan sedikit, input kimia dan kelebihan produksi pangan dari pertanian subsisten atau pekarangan dijual secara lokal. Jutaan petani gurem di dunia tergantung pada SDGTPP lokal yang tersedia untuk mata pencaharian dan kesejahteraannya. c) Urbanisasi terus meningkat dan diperkirakan akan ada lebih dari 70 persen populasi dunia yang hidup di kota pada tahun 2050 dibandingkan dengan saat ini yang hanya 50 persen. Tingkat pendapatan diperkirakan terus naik sampai beberapa kali dari sekarang. 1 Meskipun demikian, kesenjangan pendapatan antara kaya dan miskin akan tetap sangat tinggi. d) Telah ada peningkatan besar dalam perdagangan benih internasional, yang didominasi oleh sedikit perusahaan benih multinasional yang besar. e) Produksi dan pemasaran yang terus meningkat dari varietas produk rekayasa genetika untuk beberapa tanaman yang terus bertambah, erat terkait dengan poin sebelumnya dan memerlukan pemantauan yang ketat oleh komunitas sumber daya genetik. f) Sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan nasional, akan ada peningkatan implementasi dari Pasal 9 Traktat Internasional yaitu tentang Hak Petani dan pentingnya peran petani dalam konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan dari SDGTPP. 10. Perubahan Iklim adalah ancaman tiba-tiba dan tidak terprediksi sebelumnya bagi mata pencaharian dan ketahanan pangan dan akan menjadi penghalang utama untuk mencapai 70 persen peningkatan produksi pangan global yang diperlukan di tahun Beberapa elemen strategis berikut diperlukan untuk menjaga SDGTPP dan memanfaatkannya secara optimal untuk membantu mengatasi perubahan iklim: Perhatian lebih besar pada konservasi in situ dari populasi yang secara genetik sangat beragam, khususnya KLT, sehingga evolusi tetap berjalan dan menjadikan generasi berikutnya bersifat adaptif; Program perluasan yang signifikan pada konservasi ex situ, khususnya KLT, untuk memastikan pemeliharaan keanekaragaman spesies, populasi dan varietas, termasuk di dalamnya yang adaptif terhadap kondisi ekstrem dan yang berasal dari daerah yang diperkirakan sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim; Peningkatan penelitian dan perbaikan ketersediaan informasi tentang karakteristik material yang dikonservasi secara ex situ yang akan bermanfaat bagi kondisi iklim baru; 1 FAO How to feed the world in

13 Peningkatan dukungan untuk akses dan perpindahan SDGTPP untuk memenuhi ketergantungan yang makin besar antar negara akibat adanya kondisi lingkungan yang baru; Dukungan yang lebih untuk pembangunan kapasitas dalam pemuliaan tanaman dan pengelolaan sistem perbenihan yang akan membuat pemanfaatan SDGTPP menjadi efektif dan berkelanjutan; Peningkatan keterlibatan yang terencana dari petani dan kelompok tani di tingkat nasional dan kegiatan perbaikan tanaman lokal, termasuk dukungan untuk penelitian dan pemuliaan tanaman secara partisipatif. 11. Selama 15 tahun terakhir, telah tersedia banyak informasi mengenai tingkat dan sifat dari erosi dan kerapuhan genetik SDGTPP. Erosi genetik dilaporkan terus berlanjut di banyak wilayah di dunia dan kerapuhan genetik dari beberapa tanaman terus bertambah. Penyebab utama erosi diantaranya adalah penggantian varietas petani/landrace, pembukaan lahan, eksploitasi yang berlebihan, berkurangnya ketersediaan air, tekanan populasi, perubahan pola makan, degradasi lingkungan, perubahan sistem pertanian, penggembalaan ternak yang berlebihan, kebijakan dan perundang-undangan, hama, penyakit dan gulma. Perubahan dalam sektor perbenihan dan metode produksi juga berdampak pada kerapuhan tanaman. Kerapuhan ini terjadi khususnya pada spesies yang kurang termanfaatkan yang tidak banyak didukung penelitiannya, pemuliaannya dan/atau pengembangan pasarnya, dan juga secara signifikan terus diabaikan oleh petani. Padahal spesies ini memiliki potensi yang besar dalam konteks perubahan iklim, eko-pertanian, keanekaragaman pangan dan keberlanjutan sistem produksi pertanian. 12. Banyak kemajuan dalam beberapa bidang ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi selama 15 tahun terakhir yang berkaitan dengan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP. Kemajuan paling penting adalah pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)/Information and Communication Technologies (ICT), mencakup Internet dan telepon seluler, pengelolaan dan analisis informasi dan perkembangan dalam biologi molekuler. a) Pengelolaan informasi dan pertukaran teknologi telah berkembang pesat selama 15 tahun terakhir. Akses terhadap informasi terbuka lebih besar sama halnya dengan meningkatnya kemampuan analisis bagi para pekerja sumber daya genetik. Perkembangan selanjutnya mencakup sistem informasi geografis (SIG)/Geographic Information System (GIS) dan metode berbasis satelit seperti Global Positioning System (GPS) dan pengideraan jauh, yang memungkinkan data SDGTPP dapat digabungkan dengan berbagai data lainnya dalam rangka untuk menentukan lokasi spesifik dari keanekaragaman atau untuk mengidentifikasi materi dari habitat tertentu. b) Kemajuan terkini dalam molekuler dan metode genomik saat ini telah memiliki dampak besar pada bidang utama implementasi RTG. Metode ini memungkinkan diperolehnya informasi tambahan dan jauh lebih detail mengenai tingkat dan distribusi keanekaragaman genetik, yang dapat digunakan dalam pengembangan strategi konservasi dan pemanfaatan SDGTPP. Di samping itu, teknologi yang telah diperbaiki untuk identifikasi dan transfer gen antara yang terkait maupun tidak terkait spesiesnya, membuka cakrawala baru dalam eksploitasi keragaman genetik. c) Sementara selama dekade terakhir, perkembangan yang relatif sedikit terjadi pada praktek dan prosedur konservasi ex situ, informasi dan perangkat molekuler baru berpotensi dalam menjadikan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP lebih efektif dan efisien. Banyak kegiatan konservasi telah dilakukan secara in situ, baik untuk KLT dan tanaman pangan liar, dan pada tingkat yang lebih besar, konservasi lekat-lahan. Pengalaman yang terkumpul dan pengetahuan yang tercipta menghasilkan pengakuan pentingnya integrasi, pendekatan multidisiplin, di mana petani dan masyarakat lokal dan adat menjadi bagian utamanya dan mata pencaharian serta prespektif kesejahteraan tercermin penuh. 13. Telah ada pengembangan kebijakan utama terkait dengan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP. Hal ini mencakup diadopsinya Program Kerja Keanekaragaman Pertanian oleh Konferensi Pihak-

Perlukah Dibentuk Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Sumber Daya Genetik? oleh: Meirina Fajarwati *

Perlukah Dibentuk Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Sumber Daya Genetik? oleh: Meirina Fajarwati * Perlukah Dibentuk Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Sumber Daya Genetik? oleh: Meirina Fajarwati * Naskah diterima: 19 Januari 2016; disetujui: 26 Januari 2016 Indonesia merupakan negara yang kaya

Lebih terperinci

ACTION PLAN IMPLEMENTASI PERJANJIAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN

ACTION PLAN IMPLEMENTASI PERJANJIAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN ACTION PLAN IMPLEMENTASI PERJANJIAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN Oleh DR (IPB) H. BOMER PASARIBU, SH,SE,MS.* SOSIALISASI UU NO 4 TH 2006 Tentang Pengesahan Perjanjian Mengenai

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGESAHAN NAGOYA PROTOCOL ON ACCESS TO GENETIC RESOURCES AND THE FAIR AND EQUITABLE SHARING OF BENEFITS ARISING FROM THEIR UTILIZATION TO THE

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGESAHAN NAGOYA PROTOCOL ON ACCESS TO GENETIC RESOURCES AND THE FAIR AND EQUITABLE SHARING OF BENEFITS ARISING FROM THEIR UTILIZATION TO THE

Lebih terperinci

Dalam upaya pemuliaan tanaman, tidak jarang varietas modern hasil pemuliaan akan menggeser varietas lama. Perkembangan pembuatan

Dalam upaya pemuliaan tanaman, tidak jarang varietas modern hasil pemuliaan akan menggeser varietas lama. Perkembangan pembuatan PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL TREATY ON PLANT GENETIC RESOURCES FOR FOOD AND AGRICULTURE (PERJANJIAN MENGENAI SUMBER DAYA GENETIK

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang dan Tujuan

1.1. Latar Belakang dan Tujuan PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL TREATY ON PLANT GENETIC RESOURCES FOR FOOD AND AGRICULTURE (PERJANJIAN MENGENAI SUMBER DAYA GENETIK

Lebih terperinci

Terjemahan Naskah International Treaty on Plant GeneticResources for Food and Agriculture

Terjemahan Naskah International Treaty on Plant GeneticResources for Food and Agriculture TERJEMAHAN: INTERNATIONAL TREATY on PLANT GENETIC RESOURCES for FOOD and AGRICULTURE PERJANJIAN mengenai SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN untuk PANGAN dan PERTANIAN Para Pihak, PEMBUKAAN Yakin akan sifat khusus

Lebih terperinci

TERJEMAHAN: INTERNATIONAL TREATY ON PLANT GENETIC RESOURCES FOR FOOD AND AGRICULTURE

TERJEMAHAN: INTERNATIONAL TREATY ON PLANT GENETIC RESOURCES FOR FOOD AND AGRICULTURE TERJEMAHAN: INTERNATIONAL TREATY ON PLANT GENETIC RESOURCES FOR FOOD AND AGRICULTURE PERJANJIAN MENGENAI SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN PEMBUKAAN Para Pihak, Yakin akan sifat khusus

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER DAYA GENETIK DAN PENGETAHUAN TRADISIONAL DI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER DAYA GENETIK DAN PENGETAHUAN TRADISIONAL DI JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER DAYA GENETIK DAN PENGETAHUAN TRADISIONAL DI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Mengingat ketentuan-ketentuan yang relevan dari Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Hukum Laut tanggal 10 Desember 1982,

Mengingat ketentuan-ketentuan yang relevan dari Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Hukum Laut tanggal 10 Desember 1982, PERSETUJUAN PELAKSANAAN KETENTUAN-KETENTUAN KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG HUKUM LAUT TANGGAL 10 DESEMBER 1982 YANG BERKAITAN DENGAN KONSERVASI DAN PENGELOLAAN SEDIAAN IKAN YANG BERUAYA TERBATAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL TREATY ON PLANT GENETIC RESOURCES FOR FOOD AND AGRICULTURE (PERJANJIAN MENGENAI SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK

Lebih terperinci

2013, No.73.

2013, No.73. 5 2013, No.73 2013, No.73 6 7 2013, No.73 2013, No.73 8 9 2013, No.73 2013, No.73 10 11 2013, No.73 2013, No.73 12 13 2013, No.73 2013, No.73 14 15 2013, No.73 2013, No.73 16 17 2013, No.73 2013, No.73

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK Tim Peneliti : Dr. Bambang Sayaka PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

PANDUAN PERMOHONAN IZIN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PENELITIAN

PANDUAN PERMOHONAN IZIN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PENELITIAN PANDUAN PERMOHONAN IZIN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PENELITIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN JL. RAGUNAN 29, PASAR MINGGU JAKARTA SELATAN 2011 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI

PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI Para Pihak pada Protokol ini, Menjadi Para Pihak pada Konvensi Tentang Keanekaragaman Hayati, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah,

Lebih terperinci

Deklarasi Dhaka tentang

Deklarasi Dhaka tentang Pembukaan Konferensi Dhaka tentang Disabilitas & Manajemen Risiko Bencana 12-14 Desember 2015, Dhaka, Bangladesh Deklarasi Dhaka tentang Disabilitas dan Manajemen Risiko Bencana, 14 Desember 2015 diadopsi

Lebih terperinci

7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 84, Tambahan Lembara Negara Republik

7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 84, Tambahan Lembara Negara Republik 7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 84, Tambahan Lembara Negara Republik Indonesia Nomor 4411); 8. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2006

Lebih terperinci

Deklarasi Interlaken Tentang Sumber Daya Genetik Ternak (SDGT)

Deklarasi Interlaken Tentang Sumber Daya Genetik Ternak (SDGT) Deklarasi Interlaken Tentang Sumber Daya Genetik Ternak (SDGT) 1 Guna menghargai arti penting dan nilai sumber daya genetik ternak (SDGT) untuk pangan dan pertanian, khususnya sumbangan untuk keamanan

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL TREATY ON PLANT GENETIC RESOURCES FOR FOOD AND AGRICULTURE (PERJANJIAN MENGENAI SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cagar Biosfer Cagar biosfer adalah suatu kawasan meliputi berbagai tipe ekosistem yang ditetapkan oleh program MAB-UNESCO untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.34/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2017 TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi POLICY BRIEF VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi Tim Peneliti: Ening Ariningsih Pantjar Simatupang Putu Wardana M. Suryadi Yonas Hangga Saputra PUSAT SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

Permintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Knowledge Sector Initiative. Untuk. Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal

Permintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Knowledge Sector Initiative. Untuk. Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal Permintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Untuk Knowledge Sector Initiative Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal Nomor Permintaan Aplikasi: 01/KSI/SG-S/Des/2014 Tanggal Mulai dan Penutupan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. TENTANG

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. TENTANG PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. TENTANG AKSES PADA SUMBER DAYA GENETIK SPESIES LIAR DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN ATAS PEMANFAATANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KebijakanKeanekaragamanHayati. FakultasPertaniandanPeternakan

KebijakanKeanekaragamanHayati. FakultasPertaniandanPeternakan KebijakanKeanekaragamanHayati Zulfahmi FakultasPertaniandanPeternakan Sebelum Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD) Sumber daya hayati sebagai common heritage mankind Belum ada kesadaran akan pentingnya

Lebih terperinci

PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya)

PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya) PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya) I. PENDAHULUAN Plasma nutfah merupakan sumber daya alam keempat selain

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN DIBIDANG PENANGKAPAN IKAN UNTUK PERAIRAN UMUM DARATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1919, 2014 LIPI. Perjanjian. Pengalihan. Material. Pedoman PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERJANJIAN PENGALIHAN

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 228) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KONGRES INTERNASIONAL KE-6 ISPAH (KONGRES KESEHATAN MASYARAKAT DAN AKTIVITAS FISIK Bangkok, Thailand 16-19

Lebih terperinci

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional 1 2 5 6 Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional mengikuti peraturan pemerintah dan konvensi/persetujuan internasional yang diratifikasi secara nasional mengikuti, dan

Lebih terperinci

KULIAH KSDH-1: PENGGOLONGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI. Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

KULIAH KSDH-1: PENGGOLONGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI. Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY KULIAH KSDH-1: PENGGOLONGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Penggolongan Keanekaragaman Hayati 1. Keanekaragaman genetik. Variasi genetik dalam satu sp, baik diantara

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.228, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Indikator Perkuliahan Menjelaskan kawasan yang dilindungi Menjelaskan klasifikasi kawasan yang dilindungi Menjelaskan pendekatan spesies Menjelaskan

Lebih terperinci

Perlindungan Terhadap Biodiversitas

Perlindungan Terhadap Biodiversitas Perlindungan Terhadap Biodiversitas Pendahuluan Oleh karena kehidupan di dunia tergantung kepada berfungsinya biosfer secara baik, maka tujuan utama konservasi dan perlindungan adalah menjaga biosfer dalam

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1721, 2017 KEMENTAN. Pelepasan Varietas Tanaman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMENTAN/TP.010/11/2017 TENTANG PELEPASAN VARIETAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Alam (SDA) adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pada umumnya, sumber daya alam

Lebih terperinci

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN CARTAGENA PROTOCOL ON BIOSAFETY TO THE CONVENTION ON BIOLOGICAL DIVERSITY (PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN

Lebih terperinci

INDONESIA NEW URBAN ACTION

INDONESIA NEW URBAN ACTION KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI GLOBAL SUMBER DAYA GENETIK TERNAK dan DEKLARASI INTERLAKEN

RENCANA AKSI GLOBAL SUMBER DAYA GENETIK TERNAK dan DEKLARASI INTERLAKEN RENCANA AKSI GLOBAL SUMBER DAYA GENETIK TERNAK dan DEKLARASI INTERLAKEN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Kementerian Pertanian 2011 COMMISSION ON

Lebih terperinci

RUU RANCANGAN UNDANG-UNDANG KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN EKOSISTEM

RUU RANCANGAN UNDANG-UNDANG KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN EKOSISTEM RUU RANCANGAN UNDANG-UNDANG KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN EKOSISTEM Diskusi Pakar 2016 www.kehati.or.id RUMUSAN DISKUSI PAKAR TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN

Lebih terperinci

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK BATANG TUBUH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan INDONESIA VISI 2050 Latar belakang Anggota Dewan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (IBCSD) dan Indonesia Kamar Dagang dan Industri (KADIN Indonesia) mengorganisir Indonesia Visi 2050 proyek

Lebih terperinci

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Peta Jalan Lahan Gambut APRIL-IPEWG Versi 3.2, Juni 2017 Kelompok Ahli Gambut Independen (Independent Peatland Expert Working Group/IPEWG) dibentuk untuk membantu

Lebih terperinci

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial 2 Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS)

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS) KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS) I. Pernyataan Tujuan A. Perubahan iklim menimbulkan tantangan dan resiko global terhadap lingkungan dan ekonomi, membawa dampak bagi kesehatan manusia,

Lebih terperinci

REVITALISASI KEHUTANAN

REVITALISASI KEHUTANAN REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL UU NO 7 TH 1996: Pangan = Makanan Dan Minuman Dari Hasil Pertanian, Ternak, Ikan, sbg produk primer atau olahan Ketersediaan Pangan Nasional (2003)=

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) Dr. Wartanto (Sekretaris Ditjen PAUD dan Dikmas) DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TUJUAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa ketahanan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN DI BIDANG PENANGKAPAN IKAN UNTUK PERAIRAN DARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 GAMBARAN SEKILAS Praktek-Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBANGUN DASAR KERANGKA PENGAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI INDONESIA Apa» Kemitraan dengan Ratah

Lebih terperinci

SEJAUH MANA KEAMANAN PRODUK BIOTEKNOLOGI INDONESIA?

SEJAUH MANA KEAMANAN PRODUK BIOTEKNOLOGI INDONESIA? SEJAUH MANA KEAMANAN PRODUK BIOTEKNOLOGI INDONESIA? Sekretariat Balai Kliring Keamanan Hayati Indonesia Puslit Bioteknologi LIPI Jl. Raya Bogor Km 46 Cibinong Science Center http://www.indonesiabch.org/

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 44 TAHUN 1995 (44/1995) Tanggal : 30 DESEMBER 1995 (JAKARTA) Sumber : LN 1995/85; TLN NO.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Platform Bersama Masyarakat Sipil Untuk Penyelamatan Hutan Indonesia dan Iklim Global Kami adalah Koalisi Masyarakat Sipil untuk Penyelamatan Hutan

Lebih terperinci

R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA

R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA 1 R-198 Rekomendasi Mengenai Hubungan Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K187 Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1 K187 - Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ISBN 978-92-2-xxxxxx-x Cetakan Pertama, 2010

Lebih terperinci

KONVENSI STOCKHOLM TENTANG BAHAN PENCEMAR ORGANIK YANG PERSISTEN

KONVENSI STOCKHOLM TENTANG BAHAN PENCEMAR ORGANIK YANG PERSISTEN KONVENSI STOCKHOLM TENTANG BAHAN PENCEMAR ORGANIK YANG PERSISTEN Para Pihak atas Konvensi ini, mengakui bahwa bahan pencemar organik yang persisten memiliki sifat beracun, sulit terurai, bersifat bioakumulasi

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Masalah utama dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan lahan pertanian adalah penurunan kualitas lahan dan air. Lahan dan air merupakan sumber daya pertanian yang memiliki peran

Lebih terperinci

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Proyek yang berfokus pada pemulihan masyarakat adalah yang paling awal dijalankan MDF dan pekerjaan di sektor ini kini sudah hampir

Lebih terperinci

2017, No Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia secara menyeluruh dan terpadu; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

2017, No Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia secara menyeluruh dan terpadu; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur No.104, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DIKBUD. Kebudayaan. Pemajuan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6055) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017

Lebih terperinci

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017 LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017 A. Dasar Pemikiran Tanggal 10 Juli 2017, Pemerintah Indonesia telah mengundangkan Peraturan Presiden

Lebih terperinci

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 51 /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK I. UMUM Untuk mewujudkan perekonomian

Lebih terperinci

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Menimbang berbagai faktor utama yang menghambat pengelolaan hutan lindung secara efektif, maka pengelolaan hutan

Lebih terperinci

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan merupakan komitmen pemerintah yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan Pangan nasional yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN JUDUL REKOMENDASI Strategi Optimalisasi Unsur Unsur Positif Lokal untuk Mendukung Penerapan Prinsip Prinsip Blue Economy di Wilayah Coral Triangle SASARAN REKOMENDASI Kebijakan

Lebih terperinci

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

Bahan Kuliah Ke-10 Undang-undang dan Kebijakan Pembangunan Peternakan KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN KARANTINA

Bahan Kuliah Ke-10 Undang-undang dan Kebijakan Pembangunan Peternakan KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN KARANTINA Bahan Kuliah Ke-10 Undang-undang dan Kebijakan Pembangunan Peternakan KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN KARANTINA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI Penilaian perlindungan keanekaragaman hayati dalam peringkat hijau dan emas ini meliputi: 1) Konservasi insitu, meliputi metode dan

Lebih terperinci