IMPLEMENTASI FILOSOFI PENDIDIKAN NASIONAL TUT WURI HANDAYANI DALAM PELAKSANAAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI DI STIPRAM YOGYAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI FILOSOFI PENDIDIKAN NASIONAL TUT WURI HANDAYANI DALAM PELAKSANAAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI DI STIPRAM YOGYAKARTA"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI FILOSOFI PENDIDIKAN NASIONAL TUT WURI HANDAYANI DALAM PELAKSANAAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI DI STIPRAM YOGYAKARTA Suhendroyono Jurusan Hospitality S1 Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (STIPRAM) Yogyakarta, Jl. Laksda Adisucipto Km. 5 Yogyakarta Indonesia, Telp. (0274) , ; Fax. (0274) ABSTRACT The Education Philosophy of Nation Tut Wuri Handayani represent base to process execution learn to teach in school, since age child early (PAUD) education till College. The implementation in mentioned STIPRAM, tread at Threedevotion College concept, that is Education, Research, and Devotion To Society. In the executing the concept, always be guided by at philosophy of Ki Hadjar consept, that is Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Philosophy become tut wuri handayani, in system nation education, representing third philosophy concept from Ki Hadjar Dewantara. But the philosophy in fact have both its next philosophy, which is executed in informal education that is in family, so that in formal education remain to continue, and at Higher Education implementation ladder in Threedevotion College. Keywords: Education Phylosophy, Nation, Threedevotion College, Tut Wuri Handayani PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Implementasi dalam pengertian etimologi, berasal dari bahasa Inggris implementation, yang berarti pelaksanaan; penerapan (Anton M. Moeliono, dkk.,1993). Filosofi dalam pengertian sehari-hari berarti falsafah. Filosofi atau Falsafah menurut M. Sastrapradja (1978) dapat diartikan dalam dua hal : 1. Dasar serta tujuan yang menjadi landasan hidup; 2. Pertimbangan secara filsafat mengenai jalan dan cara hidup yang harus ditempuh. Implementasi Filosofi Tut Wuri Handayani pada Pendidikan Nasional, untuk Stipram (Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo) Yogyakarta, menekankan pengertian kedua-duanya, yaitu menjadi dasar dan tujuan dalam melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi, dan mempertimbangkan secara filsafat dalam melaksanakan proses belajar mengajar secara sistemik, terprogram, terencana, terjadwal yang harus diikuti oleh seluruh 1 mahasiswa tanpa mermbeda-bedakan status, guna menghasilkan out put atau lulusan sebagaimana yang dicantumkan dalam visi, misi, dan renstra (rencana strategis) Stipram. Hal tersebut dirancang secara filosofi sesuai dengan budaya bangsa Indonesia sebagai sebuah konsep dasar dan dituangkan dalam Statuta Stipram, mengenai visi, misi, dan renstra (rencana strategis) Stipram. Filosofi yang berpijak pada budaya dan tradisi hidup bangsa Indonesia tersebut, merupakan ide kreatif yang bersumber dari local jenius (kebijakan lokal) dari seorang tokoh Nasional, yang dipraktekkan secara langsung pada sistem Pendidikan Taman Siswa. Local genius (Kebijakan lokal) tersebut, tidak bisa dinilai secara materi dalam konteks semangat perjuangan untuk merebut dan mendapatkan kemerdekaan dari kaum imperialisme Belanda. Filosofi tersebut, diterapkan di Taman Siswa, dengan penekanan utama, guru harus berperan sebagai pembimbing murid, mampu membawa peserta didik ke arah yang dicita-citakan, sesuai dengan

2 2 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 2 Mei 2014 : 1-14 tingkat perkembangan fisik dan psikis, serta bakat dan minat peserta didik itu sendiri (Ki Hadjar Dewantara, 1977). Filosofi tut wuri handayani Ki Hadjar Dewantara, sesungguhnya diilhami oleh sistem pendidikan modern di Eropa yang berorientasi mempersatukan kembali dan menghidupkan lagi sistem pendidikan yang sudah terpisah dari pengajaran. Sistem ini di Eropa, diilhami oleh sistem pendidikan Pestalozzi yaitu sistem asrama. Selain itu filosofi tut wuri handayani juga diilhami oleh sistem Dalton, Metode Montessori, Humanitaire Methode, dan Pythagoras- School. Implementasi sistem-sistem tersebut tidak lain tujuannya untuk memberikan kemerdekaan atau kebebasan seluas-luasnya kepada peserta didik agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara seimbang antara fisik dan intelek, yang sesuai dengan perkembangan bakat dan minatnya masingmasing. Filosofi tut wuri handayani, dirancang dan diimplementasikan Ki Hadjar Dewantara pada zaman kolonial yang diilhami oleh sistem pendidikan modern di Eropa. Filosofi ini, merupakan suatu model pendidikan yang bercirikan karakteristik bangsa Indonesia, dan sekaligus sebagai suatu upaya untuk menyeimbangkan antara pendidikan gaya barat yaitu kolonial Belanda yang berorientasi kebarat-baratan dengan gaya pendidikan Indonesia. Pendidikan yang berorientasi kebarat-baratan yang diterima rakyat Indonesia ketika itu dinilai sangat kurang dan sangat mengecewakan sebagai alat pendidikan bagi rakyat Indonesia. Misalnya HIS (Hollands Inlands School) sebagai sekolah bumi putra kelas satu, banyak orang yaitu rakyat Indonesia menaruh harapan, karena pendidikan HIS akan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menguasai ilmu pengetahuan sehingga mampu bersaing secara kompetitif dan komparatif dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Namun pada kenyataannya, harapan tinggal harapan, karena harapan tersebut hanya sebuah konsep yang ada di atas kertas dan tanpa implementasi yang jelas kepada peserta didik, seperti sebuah harapan tetapi dalam mimpi disiang bolong. Putra-putri Indonesia, yang lulusan HIS, pada umumnya masih kurang dalam penguasaan ilmu pengetahuan, terutama untuk meneruskan pendidikannya ke sekolah-sekolah yang lebih tinggi, yaitu MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau sama dengan SMP sekarang, AMS (Algemeene Middelbare School) atau sama dengan SMA sekarang, dan Universitas. (Ki Hadjar Dewantara, 1977). Sejak Indonesia merdeka dan menjadi Negara yang berdaulat penuh pada 17 Agustus 1945, maka sejak itu pula filosofi tut wuri handayani ditetapkan secara resmi sebagai headline atau berita utama mass media, yang dicantumkan pada logo Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia ketika itu. Pada Logo tersebut bertuliskan Tut Wuri Handayani, sebagai sebuah tali simpul yang mengikat secara filosofi tentang tugas dan tanggung jawab Pemerintah dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan, sebagaimana yang tercantum pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, alinea ke empat. Cita-cita kemerdekaan tersebut adalah sebagai berikut : Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Cita-cita kemerdekaan tersebut berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia, baik di dalam maupun di luar negeri, tidak hanya ada dalam konsep

3 Suhendroyono : Implementasi Filosofi Pendidikan Nasional Tut Wuri Handayani dalam Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi di Stipram Yogyakarta tetapi juga harus diimplementasikan secara konkret kepada peserta didik. Selain itu filosofi tut wuri handayani yang dicantumkan pada logo Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, sesungguhnya diinspirasi oleh rumusan pada Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945, Bab XIII Pasal 31 dan Pasal 32. Rumusan tali simpul filosofi tut wuri handayani, dirumuskan kembali secara utuh dan lengkap dalam Undang-Undang Dasar 1945, yaitu sebagai berikut : Pasal 31 ayat (1) Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran; dan Pasal 31 ayat (2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang. Rumusan Pasal 32 Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Karena itu filosofi tut wuri handayani Ki Hadjar Dewantara yang diimplementasikan di Taman Siswa sejak zaman Kolonial Belanda, dan setelah kemerdekaan dijadikan sebagai ikon pendidikan nasional, yang diperkuat secara de yure dan dicantumkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat, dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 31 dan Pasal 32. Hal tersebut menunjukkan bahwa ikon filosofi tut wuri handayani meneguhkan tekad Pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia dalam mengisi kemerdekaan, ingin menerapkan sistem pendidikan modern tanpa meninggalkan seni dan budaya bangsa Indonesia, namun tetap memenuhi tuntutan dunia internasional, yang dalam implementasinya selalu berpedoman pada falsafah bangsa Indonesia, yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar Bertitik tolak pada konteks pemikiran tersebut, maka Visi, Misi dan Renstra Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (Stipram) Yogyakarta dalam melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi, selalu berpedoman pada filosofi tut wuri handayani. Filosofi tersebut, dalam implementasinya di Stipram dengan menjadikan motto : tut wuri handayani sebagai dasar atau landasan dan tujuan dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, serta dalam melaksanakan administrasi kemahasiswaan dan keuangan, yang merupakan pertimbangan filosofis dalam melaksanakan proses belajar mengajar di Stipram, dengan berpedoman pada Tricon Taman Siswa. Tricon Taman Siswa Ki Hadjar Dewantara, adalah Kontinuitas yaitu Pendidikan harus kontinyu antara kebudayaan dengan perkembangan zaman dan lingkungan masyarakat; Konvergensi yaitu Pendidikan harus terintegrasi antara kebudayaan dengan kebudayaan lain atau kebudayaan universal; dan Konsentris, yaitu Pendidikan harus sebagai pusat dalam menghasilkan manusia yang humanis, yaitu cerdas, intelek, berbudaya, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan tetap mengakui eksistensi diri atau individualitas masing-masing dalam sifat-sifat Bhineka Tunggal Ika. Selain itu tekad Stipram ingin melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang tentang pendidikan, guna menghasilkan output (lulusan) sebagaimana yang dicita-citakan institusi. Selanjutnya dari output tersebut akan menghasilkan Outcame atau kemampuan kerja, yang dimiliki segenap Civitas Academica Stipram, mereka mampu bersaing secara kompetitif dan komparatif dalam menghadapi dunia kerja yang semakin ketat dan selektif. 2. Perumusan Masalah Bertitik tolak pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana implementasi filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi di Stipram Yogyakarta dengan berpedoman pada Tricon Taman Siswa Ki Hadjar Dewantara, guna mensinergikan amanat Undang-Undang Dasar 1945, yang terdapat pada Pembukaan UUD 1945, alinea keempat terutama mencerdaskan kehidupan bangsa, dan Batang Tubuh Pasal 31 dan Pasal 32, dalam melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, dan 3

4 4 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 2 Mei 2014 : 1-14 ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial? 3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini dilaksanakan adalah : 1). Mengetahui perkembangan raw input (masukan mentah) mahasiswa baru Stipram dari tahun ke tahun, yang selalu mengalami peningkatan secara signifikan. Data menunjukkan selama 2 (dua) tahun terakhir, untuk tahun akademik 20012/2013 jumlah mahasiswa baru untuk 2 Program studi yaitu jenjang D3 Perhotelan dan jenjang S1 Hospitality sebanyak 750 mahasiswa, dan pada tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 850 mahasiswa, dan untuk tahun ajaran 2014/2015 hingga 3 Juni 2014 jumlah pendaftaran yang sudah definitif, yaitu sudah menerima pakaian seragam kuliah, sebanyak 500 mahasiswa. Diperkirakan jumlah tersebut masih akan terus bertambah, karena mulai kuliah pada awal bulan Agustus tahun Hal tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam implementasi filosofi pendidikan nasional Tut Wuri Handayani, dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi, dengan berpedoman pada Tricon Taman Siswa Ki Hadjar Dewantara. Hal tersebut dilakukan guna mensinergikan pendidikan nasional dengan seni dan budaya bangsa Indonesia sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, yang terdapat pada Pembukaan UUD 1945, alinea keempat yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan Batang Tubuh Pasal 31 dan Pasal 32, dalam upaya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta memajukan kesejahteraan umum, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. 2). Mengetahui pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dharma pertama yaitu pendidikan dan pengajaran dapat diketahui melalui pelaksanaan proses belajar-mengajar. Pendidikan dan Pengajaran dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh tiga kekuatan, yaitu ada Raw Input (Masukan mentah) yaitu mahasiswa, ada Proses yaitu jadwal kuliah tersusun secara sistematis, dan ada Output (Lulusan) serta Outcome (Kemampuan Kerja). Dharma kedua, yaitu penelitian, yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa. Dharma ketiga, yaitu pengabdian kepada masyarakat, yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa. Implementasi Proses belajarmengajar, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, tetap berpedoman pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. 3). Mengetahui perkembangan serapan Output (Lulusan) dan Outcome (Kemampuan Kerja) Stipram dari tahun ke tahun ke dunia kerja atau industri. Ketiga tujuan tersebut mengharuskan Stipram tidak mengenal istilah alumni, tetapi Civitas Academica, yaitu semua keluarga besar Stipram, dari raw input hingga output dan outcome adalah Civitas Academica Stipram. b. Manfaat Hasil Penelitian Manfaat dari hasil penelitian ini dapat dilihat dalam tiga konsep atau teori sebagai landasan dalam implementasi filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani, yaitu :

5 Suhendroyono : Implementasi Filosofi Pendidikan Nasional Tut Wuri Handayani dalam Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi di Stipram Yogyakarta 1). Manfaat ontologi atau manfaat realitas konsep, teori. Hasil penelitian tentang implementasi filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani di Stipram, dapat dijadikan sebagai bahan referensi dasar, dalam menerapkan kebijakan sistem Pendidikan Tinggi, terutama pada Pendidikan Tinggi Pariwisata, guna meningkatkan raw input (masukan mentah) mahasiswa baru setiap tahun. Tentu saja dengan semakin meningkatnya jumlah mahasiswa yang masuk ke Stipram, maka kuantitas tetap menjadi prioritas tanpa mengesampingkan kualitas, yaitu kualitas proses belajar mengajar ditingkatkan, agar output (lulusan) dan outcome (kemampuan kerja) juga dapat ditingkatkan. 2). Manfaat epistemologi atau manfaat pengembangan konsep, teori. Hasil penelitian tentang implementasi filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani di Stipram, yang berkaitan dengan penerapan Tridharma Perguruan Tinggi selalu terpantau. a). Pelaksanaan proses belajar mengajar, diatur sedemikian rupa agar tidak terjadi tabrakan jadwal kuliah satu sama lain, mengingat jumlah ruang kuliah baru ada 21 ruang, masih akan ditambah lagi. Ruang kuliah yang ada di Stipram baru 21 ruang, dan mahasiswa baru D3 Perhotelan tahun akademik 2013/2014 ada 13 kelas, mahasiswa baru S1 Hospitality ada 7 kelas, jumlah seluruhnya ada 20 kelas. Belum untuk mahasiswa angkatan sebelumnya. Berdasarkan data pendaftaran mahasiswa baru tahun akademik 2014/2015 diperkirakan akan meningkat dari jumlah tahun 2013/2014, maka perlu menambah beberapa ruang kelas baru. Karena itu kebijakan membuat buku panduan akademik, dan diimplementasikan dengan menyusun jadwal kuliah setiap semester tidak sama, dan jam tatap muka antara 14 x hingga 15 x pertemuan, dan pada pertemuan ke 16 diadakan ujian semester. Karena jadwal awal kuliah tidak sama, maka ujian semester untuk setiap semester juga tidak sama. Pada akhir semester 6 untuk D3, dan pada akhir semester 8 untuk S1 diadakan yudisium dan wisuda. Prosesi wisuda dengan ciri khas Stipram, serta dan budaya bangsa Indonesia (Pasal 32 UUD 1945), tetap berpegang teguh pada filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani. Dalam implementasinya, upacara wisuda adalah suatu prosesi ritual sehingga dipandang sakral. Karena itu upacara wisuda agar benar-benar nampak sakral, perlu dibingkai dengan seni dan budaya bangsa Indonesia. Kesakralan tersebut harus nampak sejak awal prosesi hingga penutupan. Karena itu urutan prosesi wisuda menuju ruang wisuda, barisan paling depan adalah pemandu yang membawakan seni tarian budaya daerah, kemudian diikuti para wisudawan/wati, hal ini identik dengan mengantar pengantin ke tempat pelaminan, kemudian diikuti oleh Ketua senat dan anggota Senat Stipram. Selain itu untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas pendidikan, perlu membangun kerja sama antar Perguruan Tinggi Pariwisata, baik luar negeri maupun dalam negeri yang diwujudkan melalui MOU (Memorandum Of Understanding). Pembuatan MOU (Memorandum Of Understanding) Stipram dengan Perguruan Tinggi luar negeri yang sudah ditanda tangani antara lain : Thailand, Taiwan, Malaysia, dan Australia, dan Perguruan Tinggi dalam negeri yang sudah ditanda tangani antara lain : UPY (Universitas PGRI Yogyakarta). Konsekuensi dari pembuatan MOU, disadari sepenuhnya akan ada pertukaran mahasiswa atau 5

6 6 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 2 Mei 2014 : 1-14 akan ada mata kuliah tambahan tanpa menambah atau mengurangi SKS yang sudah ada. b). Penelitian wajib bagi dosen dan mahasiswa Stipram. Hasil penelitian baik yang dilakukan dosen maupun mahasiswa, harus dipublikasikan baik melalui Perpustakaan Stipram, maupun Jurnal Kepariwisataan Stipram. Hasil penelitian dosen dan mahasiswa yang akan dipublikasikan melalui Jurnal Kepariwisataan Stipram, terlebih dahulu diseleksi oleh Litbang (Lembaga Penelitian dan Pengembangan) Stipram. Jurnal Kepariwisataan Stipram, terbit tiga kali setahun, yaitu bulan Januari, Mei dan September, dan hingga saat ini lancar, tidak mengalami hambatan. c). Pengabdian Kepada Masyarakat. Untuk Program Studi D3 Perhotelan, pada semester 3 wajib melakukan DCS (Domestic Case Study) yaitu studi kasus domestik, dan pada semester 5 wajib magang kerja di dunia industri selama satu semester. Untuk Program studi S1 Hospitality, setelah selesai semester 5 wajib mengikuti FCS (Foreign Case Study) yaitu studi kasus mancanegara, setelah itu wajib magang kerja di dunia industri, dan pada semester 8 wajib KKN (Kuliah Kerja Nyata). Bagi mahasiswa S1 Hospitality jika FCS (Foreign Case Study) ditempuh selama 6 bulan, maka tidak perlu magang kerja di dunia industri lagi. 3). Manfaat aksiologi atau manfaat penerapan konsep, teori. Penerapan Tridharma Perguruan Tinggi yang sesuai dengan filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani, dan disana sini diadakan trobosan dengan inovasi baru dalam kerangka menghemat biaya, tenaga dan waktu, namun dalam pelaksanaannya harus benar-benar efektif dan efisien sebagaimana yang telah dilakukan Stipram selama ini. Hal tersebut tentu saja tetap dalam koridor filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani dengan konsep Tricon Ki Hadjar Dewantara. Hal tersebut dilakukan dalam rangka memberi kemerdekaan atau kebebasan yang luas kepada mahasiswa agar dapat tumbuh dan berkembang secara seimbang antara fisik dan intelek. Stipram telah meluluskan mahasiswa baik D3 Perhotelan maupun S1 Hospitality, yang sangat dibutuhkan oleh dunia kerja baik swasta maupun Pemerintah. Oleh karena itu keberadaan Stipram dalam mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi sangat diperlukan, dan untuk itu perlu mendapat support baik dari pihak swasta maupun Pemerintah, dalam memajukan pendidikan tinggi, khususnya Pendidikan Tinggi Pariwisata Stipram. TINJAUAN PUSTAKA Buku Karya Ki Hadjar Dewantara, Bagian Pertama : tentang Pendidikan, cetakan kedua, tahun 1977, menjelaskan bahwa Filosofi tut wuri handayani, merupakan sebuah cita-cita yang fundamental dalam upaya untuk menguasai ilmu pengetahuan. Cita-cita yang dirumuskan secara padat dan mendasar, dalam Filosofi tut wuri handayani, bukan saja menyuruh para pemerhati dunia pendidikan untuk berpikir, tetapi juga mengajak untuk berjuang, dan berbuat mewujudkan cita-cita tersebut secara sadar dan bertanggung jawab, yang diimplementasikan dengan melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi. Perjuangan yang dilakukan Ki Hadjar Dewantara ketika itu, dalam mewujudkan Filosofi tut wuri handayani, yang kemudian diambil dan dijadikan sebagai logo Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Filosofi tersebut, disusun secara kronologis menurut urutan, dan dalam implementasinya ada tiga, yaitu : Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Ketiga konsep tersebut, oleh Pemerintah Republik

7 Suhendroyono : Implementasi Filosofi Pendidikan Nasional Tut Wuri Handayani dalam Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi di Stipram Yogyakarta Indonesia, mengambil konsep yang ketiga sebagaimana yang disosialisasikan oleh Ki Hadjar Dewantara sendiri yang ditulis pada topinya, Tut Wuri Handayani, sebagai landasan fundamental dalam melaksanakan sistem Pendidikan Nasional. Ing Ngarso Sung Tulodo, artinya didepan memberi teladan untuk mencapai perubahan. Misalnya dosen dalam melaksanakan proses belajar mengajar pasti berada di depan ruang kuliah dalam posisi berdiri menghadap dan menatap mahasiswa. Ing Madyo Mangun Karso, artinya ditengah memberi bimbingan, baik koalisi atau oposisi, semua bertanggung jawab untuk mencapai suatu perubahan. Implementasinya, dosen dalam melaksanakan proses belajar mengajar, tanpa mempersoalkan mahasiswa senang atau tidak senang terhadap dirinya, namun ia tetap bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya, guna terwujudnya perubahan dalam cara berpikir dan membangun intelek mahasiswa itu sendiri. Tut Wuri Handayani, artinya dibelakang memberi motivasi. Ketika dosen memberi motivasi, semangat, dan dorongan kepada mahasiswa, maka terlebih dahulu dosen harus mampu memberi contoh dalam hal tersebut, karena akan ditiru oleh mahasiswa. Berarti dosen dalam menerapkan filosofi tut wuri handayani, disini secara implisit terkandung makna ketiga-tiganya, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani. Ketiga konsep tersebut dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, saling berkaitan satu sama lain, dan tidak bisa dipisah-pisahkan, apa lagi hanya memilih Tut Wuri Handayaninya saja. Karena itu untuk menjadi dosen dan tugas utama dosen adalah mengajar, selain untuk meniti karier yang berkaitan dengan pangkat dan jabatan fungsional, juga untuk menghasilkan mahasiswa yang berkualitas. Maka disini tuntutan seorang dosen, ia harus mengajar sesuai dengan disiplin ilmunya, yang didalam bahasa Inggris disebutkan : The right man in the right place. CARA PENELITIAN 1. Metode yang digunakan Peneliti menggunakan metode penelitian Kualitatif Deskriptif Analitis. Penelitian kualitatif digunakan dalam rangka mengolah data dalam bentuk katakata yang ditulis atau bahasa lisan yang diperoleh dari subjek yang sedang diteliti. Penelitian deskriptif digunakan dalam rangka menggambarkan objek yang diteliti sesuai dengan fakta dan kondisi nyata yang dijumpai di lapangan. Analitis digunakan dalam rangka mengetahui hubungan yang saling berkaitan antara ketiga konsep tersebut, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani. Ketika melaksanakan proses belajar mengajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, harus mampu menganalisis implikasi teori tricon Ki Hadjar Dewantara, yaitu Kontinuitas, Konvergensi dan Konsentris. Hal tersebut dilaksanakan guna terwujudnya cita-cita kemerdekaan dan cita-cita pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan umum, mewujudkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. 2. Populasi dan Sampel Penelitian populasi dilakukan, jika seluruh responden dalam suatu wilayah penelitian dijadikan sebagai sampel. Penelitian populasi, misalnya sensus penduduk. Penelilian populasi dilakukan, jika seluruh responden dalam suatu wilayah penelitian bersifat heterogen, artinya keadaan populasi tentang masalah yang diteliti memang beraneka-ragam. Berarti penelitian populasi memerlukan dana banyak, waktu yang cukup lama, dan tenaga untuk mengumpulkan data juga banyak. Terkait dengan dana, suatu penelitian dapat dilakukan dengan tuntas, jika didukung oleh dana yang memadai, dapat mencapai puluhan juta bahkan ratusan juta rupiah. Terkait dengan waktu, suatu penelitian dapat dilakukan berbulan-bulan bahkan bertahuntahun. Terkait dengan tenaga, suatu penelitian 7

8 8 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 2 Mei 2014 : 1-14 sebaiknya dilakukan dengan tenaga lapangan puluhan orang bahkan ratusan orang agar data yang diperoleh benar-benar valid (sahih) dan reliable (handal) (Nicolaus Got, 2011). Karena itu dalam kesempatan ini peneliti tidak melakukan penelitian populasi, tetapi melakukan penelitian sampel. Jadi penelitian sampel dalam hal validitas dan reliabilitasnya, sama dengan penelitian populasi, jika teknik penentuan sampelnya mengikuti teknik-teknik metodologi penelitian yang memenuhi persyaratan ilmiah. Penelitian sampel adalah sebagian responden yang dijadikan sebagai sampel untuk mewakili populasi. Keniscayaan dalam penelitian sampel, jika respondennya benar-benar homogen tentang masalah yang diteliti, cukup dengan mengambil satu orang responden dalam suatu wilayah penelitian, maka hasil dari penelitian tersebut dipandang valid (sahih) dan reliable (handal), karena akan mencerminkan sifat-sifat populasi. Oleh karena itu langkah pertama dalam melaksanakan penelitian sampel, peneliti harus mampu menciptakan kondisi populasi menjadi homogen. Untuk menyakinkan peneliti bahwa responden yang akan diteliti di wilayah penelitian benar-benar homogen atau sejenis, maka sifat-sifat heterogen dapat diatasi dengan cara menyamakan persepsi terhadap suatu masalah sehingga sifat-sifat dari masalah tersebut menjadi homogen. Dengan demikian baik penelitian populasi maupun sampel harus memenuhi syaratsyarat metodologi penelitian yang ilmiah. Penentuan sampel dalam penelitian ini dengan cara : nonrandom sampling purposive sample (Nicolaus Got, 2011), yang dalam implementasinya peneliti menentukan sample tanpa diacak, tetapi langsung tertuju kepada responden kunci yaitu pejabat struktural Lembaga Pendidikan Tinggi Stipram Yogyakarta yang bekerja setiap hari kerja, kecuali hari Minggu dan hari Libur Keagamaan dan hari Libur Nasional di kampus tersebut. Hal tersebut dilakukan, guna mendapatkan data yang autentik, tentang hal-hal yang berkaitan dengan data penelitian. Pejabat Struktural di kampus tersebut, sudah barang tentu memiliki pengetahuan yang signifikan baik yang berdasarkan pengalaman, maupun berdasarkan kemampuan akademis yang berkaitan dengan seluk beluk filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani. 3. Pengumpulan data Cara mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah : a. Dokumentasi dan Kepustakaan. Dokumentasi adalah data yang terdokumen atau tersimpan di Kantor Administrasi Lembaga Pendidikan Tinggi Stipram Yogyakarta, dan Kepustakaan adalah data yang terdapat dalam buku-buku yang tersimpan di Perpustakaan Stipram tentang filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani. b. Observasi dan Partisipasi. Observasi adalah peneliti melakukan pengamatan secara langsung di Stipram, untuk memahami kondisi pada saat ini dalam pelaksanaan filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani. Partisipasi adalah peneliti berbaur dalam kegiatan civitas akademika mahasiswa Stipram, guna mendapatkan data secara konkret tentang implementasi filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani. c. Interview atau Wawancara. Interview atau Wawancara adalah peneliti melakukan tanya jawab secara langsung kepada Ketua Stipram, sebagai penanggung jawab kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi, yang bekerja mengelola pelaksanaan proses belajar mengajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. (Nicolaus Got, 2011). 4. Analisis Data Cara analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Deduktif, yaitu metode yang digunakan peneliti dalam melakukan analisis data dengan bertitik tolak pada pemahaman pelaksanaan tugas-tugas pendidikan tinggi secara umum tentang implementasi filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani, sebagai landasan fundamental dalam mewujudkan tridharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di

9 Suhendroyono : Implementasi Filosofi Pendidikan Nasional Tut Wuri Handayani dalam Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi di Stipram Yogyakarta Stipram berdasarkan statuta Pendidikan Tinggi Stipram yang telah ditetapkan. b. Induktif, yaitu metode yang digunakan peneliti dalam melakukan analisis dengan bertitik tolak pada : Pertama, menganalisis pelaksanaan tugastugas para dosen dalam bidang pendidikan dan pengajaran, berupa metode mengajar, materi yang diajarkan dosen, kehadiran dosen, kehadiran mahasiswa, tugas-tugas mahasiswa, dan pemberian nilai akhir dosen, guna mengetahui tingkat pencapaian prestasi mahasiswa; Kedua, menganalisis pelaksanaan tugas-tugas para dosen dalam bidang penelitian, berupa hasil penelitian dosen yang telah dipublikasikan, dan mampu membimbing mahasiswa dalam menyelesaikan tugas membuat jurnal, baik jurnal Domestic Case Study (DCS) maupun jurnal Foreign Case Study (FCS), dan membuat Laporan Tugas Akhir mahasiswa untuk D3, serta skripsi untuk S1; Ketiga, menganalisis pelaksanaan tugas-tugas para dosen dalam bidang Pengabdian Kepada Masyarakat dengan melaksanakan TMC (Table Manner Courst) berdasarkan permintaan dari sekolah-sekolah seperti SMA, SMK, dan memberikan ceramah kepada komunitas masyarakat terutama di Desa-Desa Wisata yang berkaitan dengan pengembangan objek-objek wisata yang ada di tempat tersebut. Keempat, menganalisis pelaksanaan tugas-tugas para dosen dalam bidang administrasi kemahasiswaan dan administrasi keuangan, berupa hasil laporan yang telah dibuat dan dikoreksi oleh pihak yang memberi tugas-tugas tersebut sebagai wujud akuntabilitas STIPRAM, baik dimata DIRJEN DIKTI, c.q. Kopertis Wilayah V Yogyakarta maupun dimata masyarakat terutama orang tua mahasiswa, serta pihak Stakeholder dan Yayasan. c. Hemeneutik, yaitu metode yang digunakan peneliti untuk melakukan penafsiran tentang efektivitas penerapan filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani, dalam pelaksanaan Tridharma perguruan tinggi Stipram Yogyakarta, yang diilhami konsep Ki Hadjar Dewantara, dan pengembangannya, mengacu pada teori Tricon Taman Siswa, guna menghasilkan Out put dan Out came Stipram sebagaimana yang dicita-citakan. d. Fenomenologi, yaitu metode yang digunakan peneliti dalam melakukan pengamatan dan menganalisis dengan melakukan reduksi melalui tiga tahap, dalam upaya penerapan filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani di Stipram guna menghasilkan Out put (lulusan) dan Out cames (kemampuan kerja) Stipram sebagaimana yang dicita-citakan. Pertama, reduksi fenomenologis, yaitu peneliti mendeskripsi berbagai fenomena yang berpengaruh dan yang tidak berpengaruh dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi Stipram yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, dengan berpedoman pada konsep Ki Hadjar Dewantara dan teori Tricon Taman Siswa, guna menghasilkan Out put (lulusan) dan Out cames (kemampuan kerja) sebagaimana yang dicita-citakan; Kedua, reduksi eidetis, yaitu peneliti mengklasifikasi secara cermat berbagai fenomena yang berpengaruh pada satu sisi, dan berbagai fenomena yang tidak berpengaruh pada sisi lain, dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi Stipram yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, dengan berpedoman pada konsep Ki Hadjar Dewantara dan teori Tricon Taman Siswa, guna menghasilkan Out put (lulusan) dan Out cames (kemampuan kerja) sebagaimana yang dicita-citakan; dan Ketiga, reduksi transendental, yaitu peneliti menentukan secara cermat fenomena yang paling berpengaruh terhadap pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi Stipram yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, dengan berpedoman pada konsep Ki Hadjar Dewantara dan teori Tricon Taman Siswa, guna menghasilkan Out put (lulusan) dan Out cames (kemampuan kerja) sebagaimana yang dicita-citakan (Nicolaus Got, 2010). 9

10 10 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 2 Mei 2014 : 1-14 e. Komparatif, yaitu metode yang digunakan peneliti untuk melakukan perbandingan, terhadap pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi Stipram yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, dengan berpedoman pada konsep Ki Hadjar Dewantara dan teori Tricon Taman Siswa, guna menghasilkan Out put (lulusan) dan Out cames (kemampuan kerja) sebagaimana yang dicita-citakan, dengan Perguruan Tinggi lain yang sejenis baik di Kopertis Wilayah V Yogyakarta, maupun dengan Perguruan Tinggi sejenis di Kota-kota lain seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Malang, Bali, dan sebagainya (Nicolaus Got, 2010). PEMBAHASAN 1. Filsafat Dalam Pendidikan Kata Filosofi berasal dari bahasa Yunani Philosophy, yang berasal dari dua kata yaitu philos berarti suka, cinta, dan sophia berarti kebijaksanaan. Jadi kata philosophy yang dalam bahasa Indonesianya filosofi berarti kebijaksanaan. Definisi Filosofi atau Filsafat dapat dikemukakan dalam berbagai pandangan (Harold H. Titus, Marilyn S. Smith, Richard T. Nolan, dan dialihabahasakan oleh H. M. Rasjidi, 1984). Hal tersebut menjadi landasan dalam memberi definisi terhadap kata Filosofi atau Filsafat, yang implementasinya dalam pendidikan berkaitan dengan konsep pendidikan nasional tut wuri handayani. Karena itu definisi Filosofi atau Filsafat yang berkaitan dengan konsep pendidikan nasional tut wuri handayani adalah sebagai berikut : a). Filosofi atau Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi ini diterima dalam arti yang informal terhadap apa yang dibicarakan. Misalnya, ketika seseorang ditanya tentang filosofi atau filsafat hidup, maka secara spontan ia akan menjawab, bahwa filosofi atau filsafat hidup saya adalah. Dalam pengertian ini, ia menunjukkan sikap yang informal terhadap sesuatu yang dihadapi. Jika seseorang mengalami suatu krisis atau pengalaman luar biasa, ia akan bertanya : Bagaimana atau apa pengaruh hal tersebut terhadap diri saya? Bagaimana menghadapinya? Kadangkadang jawabannya, menerima saja secara filosofis atau filsafat. Berarti disini seseorang melihat problema tersebut dalam perspektif yang lebih luas, atau sebagai suatu bagian dari sekian problema yang lebih besar. Karena itu dalam situasi tersebut ia menghadapinya dengan tenang dan berpikir secara seimbang sehingga merasa lebih nyaman. b). Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat diyakini benar. Jadi pengertian berfilsafat secara formal mengandung dua implikasi, yaitu memiliki dan melakukan, sehingga tidak dapat dipisahkan sepenuhnya satu sama lain. Karena itu jika tidak memiliki suatu filsafat dalam arti yang formal dan personal, tidak akan dapat melakukan filsafat dalam arti kritik dan reflektif (reflective sense). Memiliki filsafat tidak cukup untuk melakukan filsafat. Suatu sikap filsafati atau falsafi yang benar adalah sikap yang kritis dan mencari. Sikap tersebut sikap terbuka dan toleran, dan mau untuk melihat semua sudut persoalan tanpa prasangka. Berfilsafat tidak hanya berarti membaca dan mengetahui filsafat, tetapi juga memerlukan kepiawaian dalam berargumentasi, memakai teknik analisis dan mengetahui sejumlah bahan pengetahuan, sehingga dapat memikirkan dan merasakan secara filsafati. Ahli filsafat ditandai selalu berpikir kritis. Ia melakukan pemeriksaan terhadap bahan-bahan aktual yang menarik bagi banyak orang dan dapat

11 Suhendroyono : Implementasi Filosofi Pendidikan Nasional Tut Wuri Handayani dalam Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi di Stipram Yogyakarta membawa perubahan. Terhadap bahanbahan tersebut ia mencoba untuk memahami, melakukan evaluasi kritis terhadap fakta-fakta yang memerlukan pertimbangan (judgment), yang bersifat konsisten dan koheren (berhubungan). Evaluasi-evaluasi kritis memang sering berbeda karena sudut pandang, baik pengalaman pribadi maupun latar belakang kebudayaan dan pendidikan, tempat dan waktu, serta dunia yang berubah. Jika manusia berubah, maka masyarakatnya akan berubah dan alamnya juga akan berubah. Manusia berubah ditandai, ia mudah larut dalam perubahan, tetapi juga ada manusia yang teguh mempertahankan tradisi atau status quonya. Disini ahli filsafat harus mampu menyelidiki dan mengevaluasi bahanbahan yang bermanfaat bagi manusia dan mampu membangun prinsip-prinsip yang konsisten dan koheren (berhubungan) dalam kehidupan. c). Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Dalam konteks ini filsafat berupaya untuk mengombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam. Ahli filsafat ingin melihat kehidupan, misalnya dalam pelaksanaan pendidikan, tidak dengan pandangan seorang saintis, seorang pengusaha atau seorang seniman, akan tetapi dengan pandangan yang menyeluruh dari seorang yang memahami hidup sebagai keseluruhan. Ketika membicarakan filsafat spekulatif (Speculative philosophy) yang dibedakan dari filsafat kritis (Critical philosophy), D.C. Broad berkata, Maksud dari filsafat spekulatif adalah untuk mengambil alih hasilhasil sains yang bermacam-macam, dan menambahnya dengan hasil pengalaman 11 dari dunia profesi dan pengalaman praktisnya sendiri. Dengan cara tersebut, diharapkan akan dapat sampai kepada suatu kesimpulan tentang watak dunia profesi yang digelutinya, serta kedudukan dan prospek dunia profesi didalamnya.tidak dipungkiri, banyak kesulitan dan bahaya dalam menentukan pandangan tentang dunia profesi, akan tetapi juga terdapat bahaya dalam membatasi pandangan umum kepada fragmen (bagian-bagian pengalaman kemanusiaan). Tugas dari filsafat adalah memberikan pandangan dari keseluruhan kehidupan dan pandangan tentang dunia profesi, dan untuk mengintegrasikan pengetahuan sains dengan pengetahuan disiplin-disiplin lain, agar mendapatkan suatu keseluruhan yang konsisten dan koheren (berhubungan). Menurut pandangan tersebut, filsafat berupaya membawa hasil penyelidikan manusia dalam dunia profesi, sejarah dan keilmuan, kepada suatu pandangan yang terpadu sehingga dapat memberi pengetahuan dan pandangan mendalam bagi kehidupan manusia. d). Filsafat adalah sebagai analis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. Konsep ini berkaitan dengan fungsi filsafat dalam arti sesungguhnya. Hampir semua ahli filsafat telah memakai metode analis dan berupaya untuk menjelaskan arti istilah-istilah serta pemakaian bahasa. Namun ada juga sekelompok ahli filsafat yang menganggap hal tersebut sebagai tugas pokok dari filsafat bahkan ada segolongan kecil yang menganggap hal tersebut sebagai satu-satunya fungsi yang sah dari filsafat. Orang-orang tersebut menganggap filsafat sebagai suatu bidang khusus yang mengabdi kepada sains dan membantu menjelaskan bahasa, dan bukannya suatu bidang yang luas

12 12 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 2 Mei 2014 : 1-14 yang memikirkan segala pengalaman kehidupan. Pandangan seperti ini adalah baru dan telah memperoleh dukungan yang besar pada abad ke-20. Pandangan tersebut akan membatasi apa yang dinamakan pengetahuan (knowledge) kepada pernyataan (statement) tentang fakta-fakta yang dapat dilihat dan hubungan-hubungan antara keduanya, yakni urusan sains yang beraneka warna. Memang ahli-ahli analisis bahasa (linguistic analysis) tidak membatasi pengetahuan sesempit itu. Memang betul mereka itu menolak dan berusaha untuk membersihkan bermacammacam pernyataan yang non-ilmiah (non-scientific), akan tetapi banyak diantara mereka yang berpendapat bahwa kita dapat memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip etika dan sebagainya, walaupun pengetahuan tersebut dihasilkan oleh pengalaman. Mereka yang memilih pandangan yang lebih sempit, mengabaikan, walaupun tidak mengingkari, semua pandangan yang menyeluruh tentang dunia dan kehidupan, tentang filsafat moral yang tradisional dan teologi. Dari segi pandangan yang lebih sempit ini tujuan filsafat adalah untuk menjelaskan arti dan pemakaian istilah-istilah dalam sains dan urusan sehari-hari. e). Filsafat adalah sekumpulan problemaproblema yang langsung yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. Filsafat mendorong penyelidikannya sampai kepada soal-soal yang paling mendalam dari eksistensi manusia. Sebagian dari soal-soal filsafat pada zaman dahulu telah terjawab dengan jawaban yang memuaskan oleh kebanyakan ahli filsafat. Sebagai contoh, adanya ide bawaan telah diingkari orang sejak zamannya John Locke pada abad ke-17. Walaupun begitu, banyak soal yang sudah terjawab hanya untuk sementara, dan ada juga problemaproblema yang belum terjawab. Bertitik tolak pada pola pemikiran filsafat tersebut di atas dan kaitannya dengan filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani, yang dalam implementasinya berkaitan dengan penerapan Tridharma Perguruan Tinggi di Stipram, maka pertanyaan yang muncul adalah : Apakah pokok-pokok masalah filsafat tersebut menjadi landasan atau sekurangkurangnya berkaitan erat dengan hidup, tumbuh dan berkembangnya suatu institusi pendidikan? Apakah pelaksanaan dalam suatu institusi pendidikan harus terkait dengan kebenaran universal dan kebenaran yang diatur dengan undangundang dan kebenaran yang diadopsi dari local genius personality (kebijakan lokal perorangan) yang secara substansi lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaannya serta dapat mempercepat meningkatkan kecerdasan mahasiswa? Pertanyaanpertanyaan tersebut perlu dijawab dengan melakukan berbagai trobosan baru yang relevan dengan permintaan masyarakat industri dan dunia kerja lainnya, serta adanya keberanian dalam mengambil tindakan dan bertanggung jawab mengambil resiko dari kebijakan tersebut. Semua kebijakan yang terkait dengan pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi di Stipram tetap dalam konteks filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani, dengan berbagai inovasi dalam pelaksanaannya, yang dikalkulasi berdasarkan efektif waktu, efisien biaya dan tenaga, dalam pelaksanaannya. Karena itu trobosan yang dilakukan Stipram tetap dalam koridor filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani. 2. Implementasi Pendidikan di Stipram Bertitik tolak pada konsep filosofi

13 Suhendroyono : Implementasi Filosofi Pendidikan Nasional Tut Wuri Handayani dalam Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi di Stipram Yogyakarta atau filsafat tersebut di atas, maka implementasi hal tersebut dalam pendidikan di Stipram, tetap berpedoman pada buku Panduan Akademik Stipram tahun 2008, dan hingga saat ini masih dipandang relevan kecuali beberapa hal yang perlu diubah sesuai dengan perkembangan situasi pendidikan nasional saat ini. Implementasi dari filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani diwujudkan dalam 2 (dua) program studi, yaitu Program studi, jenjang D3 jurusan Perhotelan, dan Program studi jenjang S1 jurusan Hospitality. Untuk jenjang D3 jurusan Perhotelan, sejak tahun 2012 sudah terakreditasi Ban PT, dengan predikat A, dan untuk jenjang S1 jurusan Hosptality, sejak tahun 2012 juga sudah terakreditasi Ban PT, dengan predikat B. Akreditasi tersebut selain bermakna sebagai wujud legalitas Pengakuan Pemerintah terhadap eksistensi Stipram dalam menyelenggarakan Pendidikan Tinggi di bidang Pariwisata, juga menambah self confidence (percaya diri) bagi seluruh civitas academica Stipram di mata masyarakat baik Indonesia maupun dunia internasional, terutama untuk calon mahasiswa baru yang akan memilih kuliah di Stipram. Dalam rangka mempertahankan akreditasi yang telah dimiliki Stipram sebagai wujud prestasi yang telah diperjuangkan sejak berdiri tahun 2001 dengan nama Akpram, dan pada tahun 2008 beralih nama menjadi Stipram, maka pada tahun 2008, diterbitkan buku Panduan sebagai pedoman dalam menyelenggarakan Tridharma Perguruan Tinggi. Isi buku Panduan Akademik tersebut terdiri atas 10 Bab, dimana BAB I, berisi tentang Ketentuan Umum; BAB II, berisi tentang Kegiatan Pendidikan; BAB III, berisi tentang Sistem Pendidikan; BAB IV, berisi tentang Kurikulum; BAB V, berisi tentang Pembelajaran dan Evaluasi; BAB VI, berisi tentang Identitas Mahasiswa; BAB VII, berisi tentang Kedisiplinan; BAB VIII, berisi tentang Beasiswa; BAB IX, berisi tentang Fasilitas Pembelajaran, dan BAB X, berisi tentang Ketentuan Penutup. KESIMPULAN 13 Implementasi filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani dalam Tridharma Perguruan Tinggi di Stipram Yogyakarta, harus berpijak pada landasan filsafat yang kokoh, agar tidak mudah diterpa issue yang tidak diinginkan, baik internal maupun eksternal Stipram. Berarti landasan filsafat yang kokoh pada institusi pendidikan Stipram adalah suatu keniscayaan, sehingga pelaksanaan pendidikan baik akademik maupun administrasi, selalu kokoh terhadap setiap goncangan yang menerpa eksistensinya. Issue-Issue yang tidak dinginkan, namun selama ini pernah terjadi, antara lain masalah suksesi kepemimpinan, masalah kurikulum, masalah kualitas output (lulusan) dan out came (kemampuan kerja), masalah sdm (Sumber Daya Manusia) dosen, dan masalah rasio dosen. Hal tersebut hingga saat ini dapat diatasi dengan baik tanpa menimbulkan gesekan yang mempengaruhi kinerja dosen dan mahasiswa. Landasan filsafat dalam pelaksanaan Tridharma Pendidikan Tinggi di Stipram ada lima (5), yaitu : Pertama, Filsafat adalah dasar untuk membangun sikap dan kepercayaan kepada mahasiswa, bahwa kuliah di Stipram dipandang sebagai modal akademik yang dapat digunakan, ketika output (lulusan) akan terjun ke dunia kerja atau industri: Kedua, Filsafat adalah suatu proses implementasi Tridharma Perguruan Tinggi, yang diwujudkan melalui tiga darma, yaitu Proses belajar-mengajar, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat; Ketiga, Filsafat adalah seluruh aktivitas baik dosen maupun mahasiswa yang terprogram dikampus Stipram untuk mendapatkan gambaran tentang konsep pariwisata sebagai ilmu mandiri dan mudah dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, untuk kesejahteraan individu itu sendiri, dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; Keempat, Filsafat adalah Kebijakan yang mampu untuk melakukan analisis logis, yang bersumber dari bahasa, penjelasan dan konsep, guna melahirkan sains atau pengetahuan dan statement (pernyataan),

14 14 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 2 Mei 2014 : 1-14 yang sesuai dengan fakta, agar mampu membedakan pengetahuan yang scientific (ilmiah) dan non-scientific (non-ilmiah); Kelima, Filsafat adalah sejumlah persoalan yang membelenggu diri manusia, tetapi juga ia mampu mencarikan solusi terbaik dalam memecahkan persoalan tersebut yang ditandai manusia dapat hidup dalam suasana damai dan sejahtera. Untuk memudahkan dan lebih lancar dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi di Stipram, baik bagi segenap civitas academica Stipram, maupun bagi masyarakat umum yaitu stakeholder atau dunia industri yang sangat membutuhkan jasa pendidikan pariwisata, maka dibuatkan buku panduan. Buku panduan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi secara lengkap baik kepada semua civitas academica Stipram maupun bagi calon mahasiswa yang memilih kuliah di Stipram setiap tahun ajaran baru. Dengan demikian keberadaan Stipram sebagai sebuah institusi Pendidikan Tinggi Pariwisata terkemuka di Yogyakarta, dari tahun ke tahun semakin diminati oleh calon mahasiswa baru, dan semakin banyak mahasiswanya. Masih banyak trobosan yang dilakukan oleh Stipram dalam memperjuangkan keberadaan Stipram sejajar dengan Perguruan Tinggi Pariwisata lainnya, misalnya membuat MOU (Memorandum Of Understanding) dengan Perguruan Tinggi Pariwisata Negara asing, seperti Thailand, Taiwan, Malaysia, dan Australia, serta dalam negeri seperti UPY. DAFTAR PUSTAKA Anton M. Moeliono, dkk.,(1993), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta Harold H, Titus, Marilyn S. Smith, Richard T. Nolan, dan dialihbahasakan H.M. Rasjidi, (1984), Persoalan-Persoalan Filsafat, P.T.Bulan Bintang, Jakarta Ki Hadjar Dewantara, (1977), Bagian Pertama Pendidikan, edisi ke-2, Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, Yogyakarta Nicolaus Got, (2010), Metodologi Penelitian Kualitatif, Kepel Press, Yogyakarta , (2011), Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kepel Press, Yogyakarta Sastrapradja, M., (1978), Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, Usaha Nasional, Surabaya Sekretariat Negara Republik Indonesia, (1985), Undang-Undang Dasar 1945, Pedoman Penghayatan Dan Pengamalan Pancasila (Tap.MPR. No. II/MPR/1978), Garis-Garis Besar Haluan Negara (Tap.MPR. No. II/ MPR/1983), PT. Cicero Indonesia, Jakarta Suhendroyono, (2008), Panduan Akademik (Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo), Stipram, Yogyakarta

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

PENGERTIAN FILSAFAT (1) PENGERTIAN FILSAFAT (1) Jujun S. Suriasumantri, orang yang sedang tengadah memandang bintang-bintang di langit, dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi; atau orang yang berdiri di

Lebih terperinci

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

PENGERTIAN FILSAFAT (1) PENGERTIAN FILSAFAT (1) Jujun S. Suriasumantri, orang yang sedang tengadah memandang bintang-bintang di langit, dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi; atau orang yang berdiri di

Lebih terperinci

BAB I. PENGERTIAN FILSAFAT (Bahan Pertemuan Ke-2)

BAB I. PENGERTIAN FILSAFAT (Bahan Pertemuan Ke-2) BAB I PENGERTIAN FILSAFAT (Bahan Pertemuan Ke-2) Apakah Filsafat itu? Seorang yang berfilsafat digambarkan oleh Jujun S. Suriasumantri seperti orang yang berpijak di bumi sedang tengadah memandang bintang-bintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bagi suatu bangsa, peningkatan kualitas pendidikan sudah seharusnya menjadi prioritas pertama. Kualitas pendidikan sangat penting artinya, sebab hanya manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan perbaikan mutu belajarmengajar

I. PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan perbaikan mutu belajarmengajar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang mencetak seseorang menjadi generasi yang berkualitas dan memiliki daya saing. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan antara

Lebih terperinci

Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari

Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari Sejarah pendidikan Indonesia 1 Dyah Kumalasari PENDAHULUAN Francis Bacon Knowledge is power Pendidikan untuk Manusia.Sumber pokok kekuatan bagi manusia adalah Pengetahuaan. Mengapa...? Karena manusia dgn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam UU no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Profil Lulusan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Tahun dan Relev Ansinya dengan Penyerapan Dunia Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Profil Lulusan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Tahun dan Relev Ansinya dengan Penyerapan Dunia Kerja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, dunia telah memasuki era globalisasi, era dimana persaingan di dunia akan semakin ketat. Perlu banyak upaya untuk mempertahankan suatu bangsa,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 45 mengamanatkan Pemerintah Negara Republik Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penulis. iii

KATA PENGANTAR. Penulis. iii KATA PENGANTAR Pertama-tama, kami panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Terimakasih juga kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah

Lebih terperinci

MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI SAMBUTAN MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI PADA ACARA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2016

MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI SAMBUTAN MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI PADA ACARA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2016 1 MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI SAMBUTAN MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI PADA ACARA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2016 TANGGAL 2 MEI 2016 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Hasil penelitian menunjukkan bahwa filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara merupakan sistem konsep pendidikan yang bersifat kultural nasional. Sekalipun Ki Hadjar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dapat menunjang kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Untuk

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

KODE ETIK DOSEN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG KODE ETIK DOSEN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunianya, buku Kode Etik Dosen Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

Pancasila Sebagai Dasar Negara (dalam hubungannya dengan Pembukaan UUD 1945)

Pancasila Sebagai Dasar Negara (dalam hubungannya dengan Pembukaan UUD 1945) Mata Kuliah Pancasila Modul ke: Pancasila Sebagai Dasar Negara (dalam hubungannya dengan Pembukaan UUD 1945) Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Panti Rahayu, SH, MH Program Studi MANAJEMEN Pancasila Sebagai Dasar2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER RENCANA STRATEGIS 2012-2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JEMBER 2012 RENSTRA PS PENDIDIKAN BIOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia, khususnya siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis (Renstra) Depdiknas

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KELAS KHUSUS INTERNASIONAL DI UNIVERSITAS INDONESIA REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA,

PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KELAS KHUSUS INTERNASIONAL DI UNIVERSITAS INDONESIA REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA, Menimbang KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA Nomor : 547/SK/R/UI/2005 Tentang PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KELAS KHUSUS INTERNASIONAL DI UNIVERSITAS INDONESIA REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA,

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

Rasional. Visi, Misi, dan Tujuan

Rasional. Visi, Misi, dan Tujuan Rasional Program Magister Pendidikan Fisika Pascasarjana UM diselenggarakan dengan beberapa dasar pemikiran. Di antara pemikiran tersebut adalah untuk 1) memenuhi minat dan memfasilitasi peningkatan karir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meina Nurpratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meina Nurpratiwi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pengamatan orang tentang sekolah sebagai lembaga pendidikan berkisar pada permasalahan yang nampak secara fisik terlihat mata, seperti gedung,

Lebih terperinci

BUKU SAKU PEGAWAI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG KATA PENGANTAR

BUKU SAKU PEGAWAI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG KATA PENGANTAR BUKU SAKU PEGAWAI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunianya, Buku Saku Pegawai Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA

LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA PENDIDIKAN PANCASILA LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA Rowland Bismark Fernando Pasaribu 9/9/2013 Penyajian perkuliahan Pendidikan Pancasila dimimbar Perguruan tinggi berdasarkan peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA YOGYAKARTA 2015 STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap orang, terutama warga negara Indonesia memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang

Lebih terperinci

STANDAR MUTU. Program Studi S1 Teknik Elektro. Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI)

STANDAR MUTU. Program Studi S1 Teknik Elektro. Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung STANDAR MUTU Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Program Studi S1 Teknik Elektro Halaman : 1 dari 10 Penanggung Jawab Proses Nama Jabatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Siaran Pers Kemendikbud: Hardiknas 2017, Percepat Pendidikan yang Merata dan Berkualitas Selasa, 02 Mei 2017

Siaran Pers Kemendikbud: Hardiknas 2017, Percepat Pendidikan yang Merata dan Berkualitas Selasa, 02 Mei 2017 Siaran Pers Kemendikbud: Hardiknas 2017, Percepat Pendidikan yang Merata dan Berkualitas Selasa, 02 Mei 2017 Mendikbud: Pembentukan Karakter Harus Menjadi Prioritas     Jakarta, Kemendikbud â Peringatan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA NAMA : GATOT AGUNG NUGROHO NIM : 11.11.4677 KELOMPOK : C PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN PANCASILA JURUSAN : TEKNIK

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PIDATO MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI PADA UPACARA HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2017 2 MEI 2017 ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH. SALAM SEJAHTERA DAN BAHAGIA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI PADANG TAHUN

KEBIJAKAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI PADANG TAHUN KEBIJAKAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI PADANG TAHUN 2014-2019 A. Pendahuluan A.1 Latar Belakang Sesuai dengan visi dan misi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang terus berupaya berperan

Lebih terperinci

S1 Manajemen. Visi. Misi

S1 Manajemen. Visi. Misi PAGE 1 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TRISAKTI S1 Manajemen Visi Menuju Program Studi Sarjana yang berstandar internasional dengan tetap memperhatikan nilai-nilai lokal dalam mengembangkan ilmu

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA - 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA I. UMUM Salah satu tujuan bernegara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

STANDAR ISI PENDIDIKAN TINGGI BSNP

STANDAR ISI PENDIDIKAN TINGGI BSNP STANDAR ISI PENDIDIKAN TINGGI BSNP 2010 0 DAFTAR ISI Hal BAB I PENDAHULUAN... 3 BAB II ACUAN DASAR A. Pendidikan Tinggi dan Perguruan Tinggi... 6 1. Pengertian Pendidikan Tinggi dan Perguruan Tinggi 2.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sumber daya manusia berhubungan dengan upaya peningkatan disemua lembaga pendidikan. Untuk itu diperlukan upaya pengkajian semua unsur pada dunia pendidikan

Lebih terperinci

PLEASE BE PATIENT!!!

PLEASE BE PATIENT!!! PLEASE BE PATIENT!!! CREATED BY: HIKMAT H. SYAWALI FIRMANSYAH SUHERLAN YUSEP UTOMO 4 PILAR KEBANGSAAN UNTUK MEMBANGUN KARAKTER BANGSA PANCASILA NKRI BHINEKA TUNGGAL IKA UUD 1945 PANCASILA MERUPAKAN DASAR

Lebih terperinci

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister a. Profil Lulusan Profil utama lulusan Program Magister Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

B A D A N P E N J A M I N A N M U T U

B A D A N P E N J A M I N A N M U T U STANDAR ISI Universitas Respati Yogyakarta Jln. Laksda Adi Sucipto KM 6.3 Depok Sleman Yogyakarta Telp : 0274-488 781 ; 489-780 Fax : 0274-489780 Standar Isi Universitas Respati Yogyakarta Page 0 B A D

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG I. UMUM Institut Teknologi Bandung, pertama kali dideklarasikan oleh pemerintahan

Lebih terperinci

Pendidikan Pancasila. PENDAHULUAN (Dasar-Dasar, Tujuan Penyelenggaraan, Capaian Dan Metode Pembelajaran Pendidikan Pancasila) Dr. Saepudin S.Ag. M.Si.

Pendidikan Pancasila. PENDAHULUAN (Dasar-Dasar, Tujuan Penyelenggaraan, Capaian Dan Metode Pembelajaran Pendidikan Pancasila) Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Modul ke: Pendidikan Pancasila PENDAHULUAN (Dasar-Dasar, Tujuan Penyelenggaraan, Capaian Dan Metode Pembelajaran Pendidikan Pancasila) Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5510 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENDIDIKAN. Pendidikan Tinggi. Universitas Sumatera Utara. Statuta. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 42) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi

Lebih terperinci

PANCASILA. Pancasila Merupakan Bagian Matakuliah Pengembangan Kepribadian. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PANCASILA. Pancasila Merupakan Bagian Matakuliah Pengembangan Kepribadian. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis PANCASILA Modul ke: Pancasila Merupakan Bagian Matakuliah Pengembangan Kepribadian Fakultas Ekonomi dan Bisnis Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pendahuluan

Lebih terperinci

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM TATA KELOLA PENYELENGGARAAAN DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA YANG BERBASIS PELAYANAN Oleh Dr. I Nyoman Gede Remaja, S.H., M.H. 3 Abstrak: Dalam era globalisasi yang

Lebih terperinci

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental Bab III Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental Sumber: http://www.leimena.org/id/page/v/654/membumikan-pancasila-di-bumi-pancasila. Gambar 3.1 Tekad Kuat Mempertahankan Pancasila Kalian telah

Lebih terperinci

Revisi Ke : Tanggal : 10 Oktober 2014 Dikaji ulang : Ketua Prodi D3 Keperawatan Dikendalikan : Badan Penjaminan Mutu Disetujui Oleh : Dekan

Revisi Ke : Tanggal : 10 Oktober 2014 Dikaji ulang : Ketua Prodi D3 Keperawatan Dikendalikan : Badan Penjaminan Mutu Disetujui Oleh : Dekan MANUAL MUTU AKADEMIK PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN & KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG Revisi Ke : Tanggal : 10 Oktober 2014 Dikaji ulang : Ketua Prodi D3 Keperawatan

Lebih terperinci

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. 1. Visi, Misi, Strategi dan Tujuan Universitas Dhyana Pura Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. Misi Bertolak dari visi tersebut, maka misi universitas adalah

Lebih terperinci

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK A. SD/MI KELAS: I STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK Kompetensi Dasar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 1. Menerima

Lebih terperinci

BEBERAPA CATATAN YANG PERLU DIPERHATIKAN ISI UNDANG-UNDANG PENDIDIKAN TINGGI SEBAGAI PIJAKAN PELAKSANAAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI

BEBERAPA CATATAN YANG PERLU DIPERHATIKAN ISI UNDANG-UNDANG PENDIDIKAN TINGGI SEBAGAI PIJAKAN PELAKSANAAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI BEBERAPA CATATAN YANG PERLU DIPERHATIKAN ISI UNDANG-UNDANG PENDIDIKAN TINGGI SEBAGAI PIJAKAN PELAKSANAAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI Oleh: Anang Priyanto * Tujuan dikeluarkannya UU Pendidkan Tinggi Meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak akan terlepas dari hakikat manusia, sebab subjek utama pendidikan adalah manusia untuk itu dalam membangun bangsa dan negara Indonesia yang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN

KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN 2007-2012 Jakarta 2007 DAFTAR ISI Hal Judul i Daftar Isi.. ii Kata Pengantar.. iii Keputusan Senat Unika Atma Jaya... iv A. Pendahuluan

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A. PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROFESIONALITAS GURU DAN MOTIVASI UNTUK MENJADI GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN YANG PROFESIONAL TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan sebagai hak asasi manusia telah dilindungi oleh undangundang dan hukum, sehingga setiap individu memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia sudah merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang apalagi diera globalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi : 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai salah satu lembaga yang membantu pemerintah dalam menyiapkan generasi penerus bangsa bertanggung jawab dalam menangani masalah pendidikan melalui

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA

PANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA PANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA Di susun oleh : Nama : Adam Putra Bakti NIM : 11.02.8089 Kelompok : A P. Studi : Pendidikan Pancasila Jurusan : D3-MI Dosen : Drs. M. Khalis Purwanto, MM

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA BAB I LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA A. Landasan Pendidikan Pancasila Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, setiap

Lebih terperinci

PENGUATAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGUATAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014 PENGUATAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna

Lebih terperinci

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pada Modul ini kita akan mempelajari tentang arti penting serta manfaat pendidikan kewarganegaraan sebagai mata kuliah

Lebih terperinci

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa 1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjungnya

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Berdasarkan : Permendikbud no. 22/2016 Tentang Standar Proses endidikan Dasar &

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah tetapi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan kini sedang dalam kondisi kritis dan memprihatinkan. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah tetapi juga ketiadaan visi serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan dengan sengaja, sadar dan berencana yang membiasakan para warga masyarakat sedini mungkin untuk menggali,

Lebih terperinci

PERTEMUAN ORANG TUA MAHASISWA BARU TAHUN AGUSTUS 2017

PERTEMUAN ORANG TUA MAHASISWA BARU TAHUN AGUSTUS 2017 PERTEMUAN ORANG TUA MAHASISWA BARU TAHUN 2017 28 AGUSTUS 2017 DASAR HUKUM Peraturan Rektor Universitas Mulawarman Nomor 08 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Universitas Mulawarman Peraturan

Lebih terperinci

2 pengaruhnya. Pola baru ini melahirkan penyelenggaraan perguruan tinggi yang mengandalkan pengambilan keputusan berbasis kebijakan strategis, standar

2 pengaruhnya. Pola baru ini melahirkan penyelenggaraan perguruan tinggi yang mengandalkan pengambilan keputusan berbasis kebijakan strategis, standar TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENDIDIKAN. Pendidikan Tinggi. Institut Teknologi Sepuluh November. Statuta. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 172). PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada prinsipnya, sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Undang-Undang,

Lebih terperinci

PRAKTIK KERJA LAPANG PEMBIMBING

PRAKTIK KERJA LAPANG PEMBIMBING 1 PRAKTIK KERJA LAPANG PEMBIMBING FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2016 2 PRAKTIK KERJA LAPANG PEMBIMBING Cetakan ke 3 Diterbitkan oleh : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 95 Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BADAN PENJAMINAN MUTU (BAJAMTU) UNIVERSITAS GUNADARMA 2017 Deskripsi Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di sekolah adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan formal yang terstruktur dan membentuk sebuah sistem yang saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Siti Azizah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Semua orang tua tentunya menginginkan buah hatinya tumbuh menjadi pribadi yang baik, cerdas dan berkualitas. Hal itu, dalam prosesnya tidak bisa lepas dari

Lebih terperinci

III. PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN IPA. A. Identitas Program Studi

III. PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN IPA. A. Identitas Program Studi III. PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN IPA A. Identitas Program Studi 1. NamaProgram Studi : Pendidikan IPA 2. Izin Pendirian : 359/E/O/2014, TGL. 27-8-2014 3. Status Akreditasi : C 4. Visi : Menjadi Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya akan sangat dibutuhkan peran serta

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL SEKOLAH TIINGGI ILMU ADMINISTRASI-YPIAMI TAHUN

RENCANA OPERASIONAL SEKOLAH TIINGGI ILMU ADMINISTRASI-YPIAMI TAHUN 1 RENCANA OPERASIONAL SEKOLAH TIINGGI ILMU ADMINISTRASI-YPIAMI TAHUN 2015-2020 Jl. Ancol Selatan II No.17 Sunter Agung Jakarta Utara 14350 Telp. 021-6411116 www.stiaypiami.com 2 RENCANA OPERASIONAL STIA-YPIAMI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... i ii iv vi BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN STMIK PRABUMULIH... 4 2.1 Visi STMIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah dunia menunjukkan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah dunia menunjukkan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah dunia menunjukkan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) memegang peranan penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa disegala bidang, ekonomi, politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi/universitas dihadapkan pada situasi dimana universitas harus mengedepankan lulusan mahasiswa yang berkualitas (memiliki kompetensi). Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi kehidupan manusia; demikian pula bagi kehidupan suatu bangsa. Untuk mencapai tujuan suatu

Lebih terperinci

IV. PROGRAM STUDI: PELATIHAN OLAHRAGA PARIWISATA (POPARI) A. Identitas Jurusan/Program Studi 1. Nama Program Studi : Pelatihan Olahraga Pariwisata

IV. PROGRAM STUDI: PELATIHAN OLAHRAGA PARIWISATA (POPARI) A. Identitas Jurusan/Program Studi 1. Nama Program Studi : Pelatihan Olahraga Pariwisata IV. PROGRAM STUDI: PELATIHAN OLAHRAGA PARIWISATA (POPARI) A. Identitas Jurusan/Program Studi 1. Nama Program Studi : Pelatihan Olahraga Pariwisata (DIII) 2. Ijin Pendirian : SK DIRJEN DIKTI No. 2808/D/T/2001,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, oleh sebab itu hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah tertuang dalam fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional, yaitu Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB VI PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB VI PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA BAB VI PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA A. PENGANTAR Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat

Lebih terperinci

KANTOR PENJAMINAN MUTU INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

KANTOR PENJAMINAN MUTU INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER KANTOR PENJAMINAN MUTU INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2017 INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Kampus ITS Sukolilo-Surabaya 60111 Telp: 031-5994418 http://www.its.ac.id STANDAR MUTU SPMI (Quality

Lebih terperinci

MATERI LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN OSIS ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH ( OSIS )

MATERI LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN OSIS ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH ( OSIS ) MATERI LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN OSIS ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH ( OSIS ) A. Pendahuluan Tujuan nasional Indonesia, seperti yang tercantum pada Pembukaan Undangundang Dasar 1945, adalah melindungi

Lebih terperinci

PANDUAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PANDUAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PANDUAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT GUGUS PENELITIAN DAN PENGABDIAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNNES 2015 KATA PENGANTAR Panduan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat oleh gugus Penelitian

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA BAKAL CALON REKTOR ITS Menuju. Kemandirian, Keunggulan dan Kesejahteraan by : Triwikantoro

PROGRAM KERJA BAKAL CALON REKTOR ITS Menuju. Kemandirian, Keunggulan dan Kesejahteraan by : Triwikantoro PROGRAM KERJA BAKAL CALON REKTOR ITS 2015 2019 Menuju Kemandirian, Keunggulan dan Kesejahteraan by : Triwikantoro Latar Belakang Visi ITS menjadi perguruan tinggi dengan reputasi internasional dalam ilmu

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2010 PENDIDIKAN. Kepramukaan. Kelembagaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5169) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12

Lebih terperinci

1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup)

1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup) 1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup) Pengertian pandangan hidup adalah suatu hal yang dijadikan sebagai pedoman hidup, dimana dengan aturan aturan yang di buat untuk mencapai yang di

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

KODE ETIK DOSEN MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Lampiran : SURAT KEPUTUSAN SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YASA ANGGANA GARUT Nomor : 001.A / STIE-YA.K/I/2007 Tentang Kode Etik Dosen STIE Yasa Anggana Garut KODE ETIK DOSEN MUKADIMAH STIE Yasa Anggana Garut

Lebih terperinci

FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN

FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN Dosen Nama : Dr. Abidarin Rosyidi, MMA :Ratna Suryaningsih Nomor Mahasiswa : 11.11.5435 Kelompok : E Program Studi dan Jurusan : S1 Sistem Informatika STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN

LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN Disampaikan pada Diklat Pengembangan Kompetensi Gadik Secapa POLRI SUKABUMI 210110 Oleh BABANG ROBANDI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JANUARI 2010 LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan UU tentang Pendidikan Nasional yang sudah ditetapkan pada Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. bangsa. Peran pendidikan adalah menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM)

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. bangsa. Peran pendidikan adalah menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu wadah dalam meningkatkan kemajuan suatu bangsa. Peran pendidikan adalah menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menghadapi persaingan global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta rasa dan karsa sehingga dalam tingkah laku dapat membedakan benar atau salah, baik atau buruk, menerima atau menolak

Lebih terperinci