Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut melalui Metode Debat Aktif dalam Layanan Bimbingan Kelompok

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut melalui Metode Debat Aktif dalam Layanan Bimbingan Kelompok"

Transkripsi

1 Penelitian Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut melalui Metode Debat Aktif dalam Layanan Bimbingan Kelompok Cahyo Purnomo dominggo_coy@yahoo.co.id SMPK BPK PENABUR Gading Serpong Jakarta Abstrak emilih studi lanjut setamat dari jenjang SMP bisa merupakan keadaan yang sulit bagi para siswa yang masih dalam kategori remaja. Keadaan itu semakin dipersulit karena M pemahaman remaja belum terarah dan sangat tergantung oleh pihak luar, yaitu teman bahkan harapan orangtua. Pengalaman menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk membuat keputusan pilihan studi lanjutnya berdasarkan pemahaman yang tepat tentang kualitas diri dan informasi sekolah lanjutan. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling ( PTBK ) yang dilakukan selama empat bulan dalam Tahun Pelajaran ini, dimaksudkan untuk membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman studi lanjutnya melalui metode debat aktif dalam layanan bimbingan kelompok. Setelah melalui dua kali siklus, hasilnya siswa berani membuat keputusan pilihan studi lanjutnya berdasarkan pemahaman diri dan informasi yang tepat tentang pilihan studi lanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian, guru disarankan untuk menggunakan metode pembelajaran yang mengajak siswa lebih aktif dalam menggali informasi tentang pilihan studi lanjut sehingga membuat siswa lebih aktif, mau berbagi informasi dan menyenangkan yang pada akhirnya siswa dapat membuat keputusan berdasarkan pemahaman yang dimilikinya. Kata kata kunci : Studi lanjut, metode debat aktif, bimbingan kelompok. Enhancing the Understanding of Further Study Through Active Debate in Group Consulting Service Abstract Choosing higher education after from junior high school can be the hardest situation for students who are categorized as teenagers. This situation gets more complicated because their lack of understanding of higher education. Peer group and parents expectations are the other things which intricate their decision. Study shows that many students still have the difficulties to make decesion for their higher education based on accurate self quality understanding and information. Guidance and Councelling Action Research (PTBK) been done for 4 months in term, was made to help students develop their understanding of their further study by conducting active debate in group counseling. After 2 cycles of sessions, it shows that the students are able to make decision about their further study based on their self understanding and information. According to the study, teachers are suggested to use a teaching method which makes students to be more active in gaining information about their furtheir education and are willing to share information. At the end, the students are able to make their own decision according to their own understanding. Key words : Further study, active debate method, group consulting service 1

2 Pendahuluan Lembaga pendidikan khususnya sekolah merupakan wadah pembentukan pribadi peserta didik ke arah yang lebih baik. Pembentukan pribadi tersebut mencakup perkembangan dalam aspek fisik, mental dan intelektual. Perkembangan tersebut dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang siap menghadapi kompetisi di dunia kerja. Dalam hal ini sekolah sebagai sarana membentuk lulusan yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang memadai untuk kariernya pada masa yang akan datang. Di Indonesia upaya-upaya dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan kompetitif dapat kita lihat dalam Undang-Undang no. 20 tahun 2003 Pasal 3, BAB II, h.6 yaitu : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Djumhur dan Surya (1975: 9) mengulas tentang sekolah sebagai suatu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal mempunyai peran yang penting dalam usaha mendewasakan anak dan menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang berguna, sekolah turut pula bertanggung jawab atas anggota masyarakat yang dihasilkannya. Berdasarkan asesmen guru BK mengenai pertanyaan setamat SMP para peserta didik mau kemana untuk melanjutkan studi lanjutnya, 60% hingga 80% peserta didik belum mengetahui mau kemana melanjutkan studi mereka. Hal yang sudah dilakukan oleh guru BK adalah memberikan layanan informasi berkaitan dengan informasi SMA dan SMK yang dapat dipilih siswa. Permasalahan yang terjadi di kalangan para peserta didik kelas IX SMPK PENABUR Gading Serpong adalah kesulitan dalam memilih studi lanjut. Hal tersebut ditunjukkan dengan perilaku bingung menentukan mau masuk SMA atau SMK yang akan dipilih. Masih ada perbedaan keinginan antara orang tua dan siswa mengenai sekolah yang akan dipilih, dan belum dapat memutuskan mengenai bidang karir yang akan ditekuni dimasa depan. Untuk mengatasi kesulitan tersebut diperlukan layanan dari seorang guru bimbingan dan konseling dalam usaha memberikan arahan dan petujuk kepada siswa dalam menentukan karir pada masa mendatang. Tanpa bimbingan dan arahan guru bimbingan konseling, siswa tidak akan mendapatkan gambaran tentang masa depannya yang disesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu sangat penting guru pembimbing membantu peserta didik dalam menentukan pilihan studi lanjut. Bimbingan dan konseling memiliki peranan penting dalam membantu permasalahan siswa terutama dalam hal memilih program studi lanjutan. Untuk membantu siswa dalam hal tersebut perlu diberikan layanan bimbingan dan konseling yang lebih terarah, yaitu dengan menerapkan layanan bimbingan kelompok dengan metode debat aktif. Berdasarkan permasalahan yang berkembang di atas, maka penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini memfokuskan pada upaya penerapan layanan bimbingan kelompok dengan metode Debat Aktif, dengan judul : Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif Dalam Layanan Bimbingan Kelompok. Pemahaman yang dimiliki oleh peserta didik tentang pemilihan studi lanjutnya sangat dipengaruhi oleh informasi yang ada pada diri peserta didik itu sendiri berkaitan dengan informasi sekolah lanjutnya. Selain itu, juga faktor harapan orangtua juga menjadi penentu bagi seorang peserta didik dalam mengambil keputusan, karena kerap kali harapan orangtua disertai dengan pemaksaan dengan alasan orangtualah yang membiayai pendidikan. Peneliti pada penelitian tindakan kelas saat ini hanya memfokuskan pada pemahaman peserta didik berkaitan dengan informasi yang dimilikinya. Untuk itu peneliti merumuskan rumusan 2

3 masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana meningkatkan pemahaman peserta didik dalam pemilihan studi lanjut melalui layanan bimbingan kelompok dengan metode debat aktif? Bertolak dari rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, penelitian tindakan bimbingan konseling dilakukan dengan tujuan berikut. 1. Mencari metode bimbingan yang tepat untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pemilihan studi lanjut sehingga dapat membuat keputusan dengan berdasarkan informasi yang benar dan mempertimbangkan kemampuan diri. 2. Mengujicobakan metode debat aktif dalam bimbingan kelompok untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap pemilihan studi lanjut. 3. Melatih siswa untuk menggali berbagai informasi tentang sekolah lanjutan sehingga dengan informasi itu siswa dapat memutuskan pilihan studi lanjutnya dengan tepat sesuai kemampuan diri. Secara umum peneliti berharap bahwa melalui penelitian ini banyak manfaat yang bisa disimpulkan dan dipelajari baik bagi peneliti sendiri selaku guru pembimbing maupun bagi pihak lain yang peduli dan berkepentingan bagi tumbuh dan kembangnya siswa dalam hal pemilihan studi lanjut. Secara spesifik peneliti merumuskan maanfaat penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagi siswa, memiliki pemahaman menyelesaikan masalah dalam memilih studi lanjut setamat SMP. 2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling, dapat dijadikan bahan masukan dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok untuk membantu peserta didik dalam memilih studi lanjut setamat SMP. 3. Bagi sekolah, dapat dijadikan bahan masukan dalam merencanakan program sekolah khususnya dalam pendampingan dan informasi studi lanjut setamat SMP. 4. Bagi orangtua murid, dapat dijadikan masukan untuk melihat kondisi keinginan anak dengan disesuaikan kemampuannya dalam pemilihan studi lanjut setamat SMP. Kajian Pustaka Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer & Stone dalam Winkel (1981 : 66 ) mengemukakan bahwa guidance is the process of helping individuals to understand themselves and their word. Winkel (1981 : 65) mengemukakan bahwa guidance mempunyai hubungan dengan guiding : showing a way (menunjukkan jalan), leading (memimpin), conducting (menuntun), giving instructions (memberikan petunjuk), regulating (mengatur), governing (mengarahkan) dan giving advice (memberikan nasehat). Bimo ( 2010 : 6 ) mengemukakan bimbingan merupakan suatu pertolongan yang menuntun. Menurut Prayitno dan Erman ( 2004 : 95 ), bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan dan penyesuaian yang bijaksana. Penggunaan istilah bimbingan seperti dikemukakan di atas tampaknya proses bimbingan lebih menekankan kepada peranan pihak pembimbing. Hal ini tentu saja tidak sesuai lagi dengan arah perkembangan dewasa ini, ketika klienlah yang justru dianggap lebih memiliki peranan penting dan aktif dalam proses pengambilan keputusan serta bertanggungjawab sepenuhnya terhadap keputusan yang diambilnya. Kelompok dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2008 : 658 ) adalah kumpulan manusia yang merupakan kesatuan beridentitas dengan adat istiadat dan sistem norma yang mengatur pola interaksi antarmanusia itu. Kelompok yang dimaksud adalah sekumpulan siswa yang berada dalam satu situasi dan memiliki kemiripan dalam masalah yang dihadapi. Kelompok ini merupakan subyek layanan bimbingan dan konseling yang membutuhkan pendampingan dan pengentasan dalam masalah yang dihadapinya, yaitu penentuan pemilihan studi lanjut setamat SMP. Gazda dalam Prayitno dan Erman ( 2004 : 308 ) berpendapat bahwa bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang 3

4 tepat. Winkel menuliskan bahwa bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan yang diberikan kepada lebih dari satu orang pada waktu yang bersamaan. Selanjutnya, Winkel juga berpendapat bahwa dalam bimbingan kelompok para siswa akan menemukan pengalaman yang khas dalam proses yang dialaminya dalam aktifitas layanan. Dalam layanan bimbingan kelompok, masing masing siswa dapat memberikan tambahan informasi dan juga bahkan membantu siswa yang lain dalam pengetasan masalah. Melalui kegiatan sharing semua anggota dalam kelompok dapat memberikan masukan dan pendapatnya. Hal itu akan memperkaya siswa dalam pemahaman dan pengertiannya terhadap topik yang sedang dibahas. Metode Debat Aktif Metode yang diberikan kepada siswa dalam rangka penyampaian materi bimbingan kelompok perlu dipersiapkan dengan baik agar menimbulkan ketertarikan dan mendorong aktifnya para peserta didik. Membuat pembelajaran yang menarik dan sekaligus mengaktifkan siswa banyak caranya, antara lain dengan model debat aktif. Model pembelajaran debat aktif merupakan modifikasi dari modelmodel diskusi terbuka yang terjadi di kalangan kampus. Namun saat ini mulai dikembangkan untuk para peserta didik di sekolah baik siswa SMA maupun SMP. Pelaku debat perlu banyak menguasai konsep atau argumentasi yang kuat agar mampu mempertahankan pendapatnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata debat ( 2008 : 301 ) berarti pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing masing. Aktif dalam Kamus yang sama ( 2008 : 31 ) berati giat berusaha. Kegiatan debat menuntut siswa terlebih dahulu mencari informasi sebanyak mungkin, sehingga dalam proses debat siswa dapat mempertahankan pendapatnya serta mampu memberikan alasan yang bersifat realistik dan mengandung kebenaran. Tiap tiap siswa dalam proses debat dapat memberikan argumentasi masing masing sesuai pengetahuan dan pemahamannya. Maidar dan Mukti ( 1988 : 40 ) mengatakan peserta debat dapat bertukar pikiran secara konstruktif dan kolektif untuk menganalisis data yang fundamental. Model pembelajaran debat aktif tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Membuat sebuah pernyataan yang kontroversi terhadap materi yang telah kita berikan sebelumnya. Misalnya dalam hal ini keuntungan masuk SMA atau masuk SMK. b. Bentuk siswa dalam 2 kelompok besar di dalam kelas. c. Satu kelompok adalah sebagai kelompok PRO atau pendukung pernyataan tersebut, sementara satu kelompok yang lain adalah sebagai kelompok KONTRA atau kelompok yang menolak pernyataan tersebut. d. Silakan tanyakan kepada kelompok PRO, mengapa mereka mendukung pernyataan tersebut. Alasan-alasan apa yang menguatkan pernyataan tersebut? e. Sementara untuk kelompok KONTRA harus mempertahankan pendapatnya tersebut juga disertai dengan argumentasi yang masuk akal. f. Atur lalu-lintas debat agar tidak terjadi debat kusir. Manfaat Peningkatan Pemahaman Studi Lanjut melalui Metode Debat Aktif Metode debat aktif dalam meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap pemilihan studi lanjutnya merupakan pengintegrasian berbagai kemampuan dan kemahiran intelektual peserta didik itu sendiri. Manfaat metode debat aktif dalam peningkatan pemahaman studi lanjut antara lain sebagai berikut. a. Peserta didik dapat mengenal (mendeskripsikan) karakteristik diri (minat, nilai, kemampuan, dan ciri-ciri kepribadian), yang darinya peserta didik dapat mengidentifikasi bidang studi yang sesuai dengan dirinya. b. Peserta didik memperoleh pemahaman tentang berbagai hal terkait dengan dunia (studi) yang akan dimasukinya, seperti tingkat keluasan karier yang ditawarkan, deskripsi tugas dalam berbagai bidang 4

5 pekerjaan, pengaruh perkembangan teknologi terhadap bidang kerja tertentu, kontribusi yang dapat diberikan dalam bidang pekerjaan tertentu pada masyarakat, dan tuntutan kemampuan kerja dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu di masa depan. c. Peserta didik mampu mengidentifikasi berbagai bidang pendidikan yang tersedia dan relevan dengan berbagai bidang pekerjaan. d. Peserta didik mampu mengambil keputusan karier bagi dirinya sendiri, merencanakan langkah-langkah konkrit untuk mewujudkan perencanaan kelanjutan studinya yang realistik bagi dirinya. e. Peserta didik mampu menyesuaikan diri dalam mengimplementasikan pilihannya dan mampu merencanakan pilihannya sesuai dengan karier yang diharapkannya. Bimbingan dan Konseling di SMP diarahkan untuk membantu peserta didik dalam perencanaan dan pengarahan kegiatan serta dalam pengambilan keputusan yang membentuk pola karier tertentu dan pola hidup yang akan memberikan kepuasan bagi dirinya dan lingkungannya. Bimbingan dan Konseling dapat dimanfaatkan oleh setiap peserta didik yang secara khusus mengalami hambatan dalam menentukan pilihan program studi lanjutannya. Melalui konseling karier, siswa akan lebih mantap dalam melaksanakan proses pembelajaran di jenjang pendidikan selanjutnya. Pemilihan Studi Lanjut setamat SMP a. Pengertian merencanakan studi lanjut Wajib belajar sembilan tahun di Indonesia disosialisasikan tahun 1995dan hanya sampai pada tingkatan menengah pertama atau setelah tamat dan lulus dari sekolah dasar. Akan tetapi bukan tidak mungkin, beberapa siswa yang akan melanjutkan sekolah pada jenjang yang lebih tinggi sehingga mampu menunjang inteligensi dan kompetensi yang dimilikinya. Pada era globalisasi seperti ini tidak menutup kemungkinan bahwa setiap pekerjaan membutuhkan tenaga yang profesional di bidangnya. Untuk mewujudkan semua itu maka individu harus memiliki kompetensi yang cukup. Berbicara tentang pekerjaan tampaknya sulit untuk dipisahkan dari yang namanya persekolahan, sebab sekolah sebagai wadah untuk mempersiapkan diri masuk pada kehidupan di masyarakat. Oleh karena itu, sekolah harus bisa mempersiapkan peserta didiknya sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Bimo (2010 : 204 ) berpendapat bahwa bimbingan karier pada jenjang SMP juga dibutuhkan oleh siswa, baik untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi maupun untuk mencari pekerjaan yang karena alasan tertentu tidak dapat melanjutkan sekolahnya. Jangka panjang bimbingan karier di jenjang SMP diperlukan agar para siswa bisa berpikir runtut untuk jenjang pendidikannya, artinya program pilihan sekolah sejalan dari jenjang SMP sampai ke perguruan tinggi. Pada akhirnya pilihan studi berkaitan dengan pilihan pekerjaan yang nantinya akan digelutinya. b. Langkah-langkah dalam Merencanakan dan Memilih Studi Lanjutan Untuk memilih suatu sekolah tak lepas dari prospek masa depan individu yang dapat mendukung cita-citanya. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa ada perbedaan sekolah lanjutan antara sekolah umum dan sekolah kejuruan. Sekolah umum mempersiapkan siswanya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Sedangkan sekolah kejuruan mempersiapkan siswanya untuk masuk dunia kerja atau siap kerja. Untuk dapat merencanakan studi lanjutan setelah SMP, Winkel ( 1981 : 623 ) menyebutkan perlu adanya pertimbangan serta langkah-langkah yang berkaitan dengan keadaan dirinya dan masa depannya, antara lain :(a) menyesuaikan dengan bakat dan minat siswa, (b) kemampuan fisik, akademis dan sosil ekonomi, (c) keadaan sekolah lanjutan, (d)kesempatan dan peluang yang tersedia, dan (e) prospek karier pada masa depan Ketika individu di lingkungan selalu memandang bahwa pendidikan itu penting dan anak harus sekolah di sekolah yang bermutu, 5

6 individu akan memilih sekolah yang menurut mereka sangat bermutu dan berkua-litas. Sedangkan mereka yang memandang bahwa sekolah hanya sebagai modal untuk bekerja, mereka akan memilih sekolah yang biasa saja, yang penting bisa sekolah. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh impian peserta didik dalam menentukan pilihan karier mereka. Setelah lulus dari jenjang SMP, peserta didik dapat memilih apakah akan melanjutkan ke SMA/MA/SMK atau cukup mengikuti kursus yang ada sesuai dengan pilihan kariernya masing masing. Metode Peneltian Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling (action research) dengan menggunakan model spiral Kemmis dan Taggart. Rochiati ( 2005 : ) mengemukakan salah satu model penelitian tindakan adalah model spiral, terdiri atas empat tahapan, yaitu perencanaan ( plan ), tindakan ( act ), pengamatan ( observe ) dan refleksi (reflect ). Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil penggunaan layanan bimbing-an kelompok dengan metode debat aktif untuk meningkatkan pemaha-man peserta didik dalam memilih program studi lanjut setamat SMP. Metode penelitian tindakan bim-bingan dan konseling diartikan sebagai suatu kajian reflektif yang dilakukan konselor/ guru pembimbing dalam meningkatkan kemam-puannya berpikir secara rasional dan bertindak untuk memperbaiki kualitas bimbingannya terhadap siswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas IX SMPK BPK PENABUR Gading Serpong tahun pelajaran 2012/ 2013 dan setelah proses pengamatan dipilihlah satu kelas sebagai subyek penelitian, yaitu 9 D. Alasan pemilihan subyek penelitian adalah karena setelah guru bimbingan dan konseling mengadakan bimbingan kelas beberapa kali satu kelas ini belum juga bisa merumuskan pilihan studi lanjutnya secara maksimal. Melihat kondisi siswa yang menunjukkan kemampuan yang rendah dalam perencanaan kariernya tersebut, guru pembimbing terpanggil untuk melakukan pendampingan secara khusus melalui layanan bimbingan kelompok dengan metode debat aktif. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling ini dilaksanakan selama empat bulan pada tahun pelajaran 2012/ 2013, dari akhir bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Oktober Waktu yang diperlukan untuk bimbingan dan konseling di dalam kelas adalah 5 jam pelajaran, dan 1 jam pelajaran berlangsung selama 45 menit. Jadwal penelitian untuk merencanakan tahapan penelitian. a. Tahap perencanaan Tahap perencanaan dimulai dari proses asesmen sampai dengan penyusunan materi layanan tindakan. Tahap perencanaan ditampilkan di tabel 1. b. Tahap tindakan Tahap tindakan dimulai dari kegiatan bimbingan kelompok di kelas, yaitu aktifitas pembelajaran melalui metode debat aktif. Tabel 1: Kegiatan Perencanaan No. Kegiatan Waktu 1. Asesmen masalah Awal Juli Analisis hasil asesmen Minggu ke 2 Juli Penyusunan materi layanan tindakan Menentukan jadwal pelaksanaan Minggu ke 3 Juli 2012 Minggu ke 4 Juli 2012 Setiap kelas dari subyek penelitian di bagi kedalam dua kelompok besar, yaitu kelompok kontra dan kelompok yang pro terhadap alternatif pilihan kelanjutan studi. Tiap kelompok akan memberikan argumentasi berdasarkan pengetahuan terhadap suatu pilihan kelanjutan studi. c. Tahap pengamatan Pihak yang melakukan pengamatan adalah guru bimbingan dan konseling sendiri sebagai peneliti dan dibantu oleh satu rekan guru pelajaran yang lain. Pengamatan ini berdasarkan lembar observasi untuk meli- 6

7 hat keaktifan setiap siswa dalam proses debat. Tahap pengamatan juga dilanjutkan dengan kegiatan survei untuk mengetahui apakah siswa sudah bisa memutuskan pilihan studi lanjut dari berbagai alternatif pilihan yang ada. Hal tersebut dilakukan setelah proses debat dianggap sudah menggali banyak informasi tentang alternatif pilihan sekolah lanjutan diungkapkan oleh siswa. d. Tahap refleksi Tahapan ini ingin melihat efektifitas dari proses secara keseluruhan bimbingan kelompok dengan metode debat aktif dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap pemilihan studi lanjut. Proses ini melihat secara teknis maupun praktis kegiatan debat yang dilakukan. Secara teknis maksudnya langkah langkah kegiatan debat dan secara praktis artinya siswa dapat memutuskan alternatif pilihan studi lanjut. Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil metode debat dalam meningkatkan pemahaman siswa serta menyusun rencana tindakan selanjutnya jika masih diperlukan. Tahapan di atas merupakan satu siklus dalam PTK bimbingan dan konseling. Dalam penelitian kali ini peneliti melakukan dua kali siklus untuk memaksimalkan hasil dan pencapaian tujuan penelitian. Untuk medapatkan data yang diperlukan peneliti dalam penelitian ini digunakan instrument pengumpulan data sebagai berikut. 1. Angket, untuk siswa kelas IX SMPK BPK PENABUR Gading Serpong tahun pelajaran 2012/ Lembar observasi yang disusun untuk memperoleh gambaran langsung tentang proses kegiatan. Observasi tindakan dilakukan oleh rekan guru lain yang bertindak sebagai observer. Analisis data yang digunakan penelitian ini adalah teknik kuantitatif yang berupa perhitungan sederhana dan teknik kualitatif yang berupa uraian. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menjawab masalah penelitian ini, yaitu: Bagaimana meningkatkan pemaha-man peserta didik dalam pemilihan studi lanjut melalui layanan bimbingan kelompok dengan metode debat aktif?. Hasil penelitian disusun berdasarkan hasil pengamatan, catatan kejadian selama kegiatan bimbingan kelompok dengan metode debat aktif berlangsung dan beberapa komentar tanggapan rekan guru yang ikut dalam proses observasi di kelas. Kerangka bimbingan kelompok dengan metode debat aktif untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap pilihan studi lanjut. 1. Pembukaan Guru Bimbingan dan Konseling memimpin jalannya bimbingan kelompok dengan metode debat. Guru BK menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilakukan dan memberikan norma yang berlaku selama kegiatan debat berlangsung. Kelas dibagi dua, yaitu separoh kelas sebagai kelompok pro dan yang lain kelompok kontra. Kemudia guru BK membuka debat dengan membacakan topik debat yaitu setuju masuk SMA atau masuk SMK. Setiap kelompok diminta menunjuk satu teman sebagai juru bicara untuk membacakan argumentasi awal mereka. 2. Penyampaian Gagasan Moderator memberikan kesempatan kepada perwakilan tiap kelompok untuk menyampaikan gagasan atau pendapat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Waktu yang disediakan untuk pemaparan pendapat adalah lima sampai tujuh menit. Setelah pemaparan pendapat selesai dilanjutkan dengan tanggapan dari pendapat kelompok lawan. Proses tersebut diatur oleh moderator sehingga bisa berjalan dengan tertib dan teratur. Tiap kelompok bisa memberikan argumentasi dan penolakannya terhadap pendapat dari kelompok lawan dengan memberikan informasi informasi yang akurat untuk mempertahankakan pendapatnya dan mempengaruhi pendapat kelompok lawan. 3. Partisipasi siswa Moderator membagi proses debat ke dalam tiga bagian. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk memberikan pendapat dan informasi yang dimilikinya, sehingga 7

8 suasana bisa berjalan dengan aktif dan menyenangkan. Tiap siswa dihargai pendapat dan informasi yang diberikannya karena tiap informasi yang diberikan akan berdampak terhadap peningkatan pemahaman seluruh siswa dalam pemilihan studi lanjut. 4. Penutupan Debat Moderator merangkum hasil debat dengan membacakan hal yang disepakati bersama yaitu keuntungan dan kerugian masuk SMA dan kerugiannya serta keuntungan masuk SMK. Moderator juga memberikan catatan berkaitan dengan informasi yang belum jelas atau masih samar untuk bisa ditindaklanjuti diperte-muan berikutnya. Hasil kegiatan debat aktif dalam layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang studi lanjut Siklus pertama, dilaksanakan pada hari senin, 03 September Topik : setuju masuk SMA atau masuk SMK 2. Guru sebagai moderator membagi kelas ke dalam dua kelompok pro dan kelompok kontra yaitu kelompok yang setuju masuk SMA dan kelompok yang tidak setuju masuk SMA demikian juga dengan yang pro masuk SMK dan yang kontra masuk SMK. Guru menentukan satu siswa sebagai juru bicara awal untuk membacakan pernyataan kelompok mereka, untuk merangsang konfrontasi dari kelompok lawan. Posisi duduk diatur sedemikian rupa sehingga setiap kelompok bisa saling berhadapan dengan tujuan semua siswa dapat fokus dan memperhatikan jalannya debat dan juga memperhatikan informasi yang diberikan oleh teman yang lain. 3. Pelaksanaan kegiatan debat : a. Moderator memberikan kesempatan kepada juru bicara untuk membacakan argumentasi kelompok mereka dalam waktu lima sampai tujuh menit. b. Setelah setiap kelompok menyampaikan pendapat dan argumentasinya, moderator mengatur jalannya debat antar kelompok yang pro dan kontra sehingga baik kelompok pro dan kelompok kontra masing masing memiliki kesempatan untuk memberikan argumentasi dan pendapatnya dengan leluasa dan bersemangat. c. Sekalipun jawaban atau argumentasi dari peserta debat terkadang kurang tepat, guru berusaha tidak menyela karena bisa mematikan proses debat. Untuk itu guru membuat catatan yang dibacakan pada akhir proses debat sebagai rangkuman jalannya debat. d. Pada tahap akhir debat, moderator merangkum hasil debat dengan membacakan keuntungan dan kerugian masuk SMA serta keuntungan dan kerugian masuk SMK. Masuk SMA keuntungannya adalah temannya banyak, melatih siswa dalam pengembangan nalar, jenjang pendidikan bisa dilanjutkan ke PT, dan kerugiannya adalah siswa tidak terampil jika akan langsung bekerja; keuntungannya masuk SMK adalah siswa sudah terampil jika langsung bekerja, siswa dapat melanjutkan ke PT, lebih fokus karena langsung kepeminatan, dan kerugiannya adalah jika salah jurusan siswa akan rugi waktu dan biaya serta menjadi tidak termotivasi belajarnya. 4. Observasi a. Juru bicara nampak bersemangat ketika membacakan pendapat dan argumentasi awal kelompoknya masing masing, sehingga bisa menghidupkan suasana pada awal proses debat. b. Siswa peserta debat beberapa nampak masih binggung dan tidak memberikan pendapat ketika moderator memberikan kesempatan untuk berbicara. c. Informasi yang disampaikan oleh peserta kurang didukung dengan data dan fakta yang menguatkan pendapat mereka. Pendapat mereka hanya sebatas asumsi dan perkiraan saja. 5. Refleksi a. Dari 34 siswa di satu kelas subyek penelitian ini nampak 10 anak yang aktif dalam memberikan tanggapan dan argumentasi beserta informasi yang mendukung. b. Dari hasil agket, hanya 12 siswa yang sudah bisa memutuskan pilihan studi 8

9 lanjut setamat SMP, baik ke SMA maupun ke SMK. c. Catatan : untuk pelaksanaan putaran berikutnya perlu dicari upaya agar siswa bisa lebih aktif lagi dalam memberikan argumentasi dan pendapatnya. Oleh sebab itu pada akhir debat guru bimbingan dan konseling memberikan informasi bahwa kegiatan debat akan dilanjutkan di pertemuan berikutnya. Untuk itu, siswa diberi tugas untuk mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan SMA dan SMK. Siklus kedua, dilaksanakan pada hari senin, 10 September Topik : setuju masuk SMA atau masuk SMK 2. Guru sebagai moderator membacakan kembali hasil debat mingu lalu untuk mengingatkan semua siswa apa saja yang sudah diungkapkan dalam proses debat saat itu. Moderator juga mengingatkan kembali norma dalam proses debat sehingga proses bisa berjalan dengan tertib dan lancar. 3. Pelaksanaan kegiatan debat yang kedua : a. Moderator memberikan kesempatan kepada juru bicara yang lain untuk membacakan argumentasi kelompok mereka dalam waktu lima sampai tujuh menit. Pembacaan argumentasi kali ini terlihat ada penambahan informasi berkaitan dengan lapangan pekerjaan yang berkaitan dengan pilihan studi mereka dan juga informasi tentang jurusan di PT yang bisa diambil sesuai pilihan studinya. b. Setelah juru bicara membacakan pendapat dan argumentasinya, banyak siswa yang langsung mengangkat tangan untuk segera menanggapi pernyataan kelompok lawan. Situasi tersebut memancing kelompok lawan juga memberikan penolakan dengan informasi mereka. c. Terlihat pendapat dan argumentasi yang disampaikan kali ini tidak hanya sekedar asumsi tetapi sudah disertai dengan fakta dan data yang mereka dapat dari berbagai sumber baik itu artikel, informasi dari alumni maupun pengalaman orangtua yang sudah melalui proses pembelajaran sampai mereka bekerja. d. Pada tahap akhir debat, moderator membacakan kembali keuntungan dan kerugian masuk SMA dan keuntungan dan kerugian masuk SMK serta menambahkan dengan informasi informasi baru yang muncul selama debat pada tahap ke dua ini. Seperti informasi lapangan pekerjaan yang bisa digeluti siswa sesuai pilihan studinya sampai pada pilihan jurusan ketika di Peguruan Tinggi. 4. Observasi a. Juru bicara memberikan penambahan dengan data dan informasi baru yang segera direspon oleh kelompok lawan sehingga jalannya debat nampak bersemangat. b. Suasana debat begitu aktif karena secara keseluruhan siswa terlibat dalam proses debat itu sendiri baik menolak, memberikan informasi bahkan memberikan penilaian terhadap tanggapan kelompok lawan jika data dan informasinya tidak akurat. c. Debat dalam tahap dua ini menunjukkan argumentasi juga disertai dengan fakta dan informasi yang akurat, sehingga proses debat nampak tidak sekedar menolak atau tidak setuju tetapi juga memberikan penambahan wawasan dan pengertian bagi seluruh peserta baik yang pro maupun yang kontra. 5. Refleksi a. Secara keseluruhan dari 34 siswa di satu kelas subyek penelitian ini nampak suasana yang aktif dalam memberikan tanggapan dan argumentasi berserta informasi yang mendukung. b. Dari hasil angket ada 33 siswa yang sudah bisa memutuskan pilihan studi lanjut setamat SMP, baik ke SMA maupun ke SMK dan hanya 1 siswa yang belum bisa memutuskan pilihannya. c. Catatan : Ketika angket diberikan seorang siswa masih menjawab belum 9

10 bisa memutuskan pilihan studi lanjutnya. Dilakukan konseling individual oleh guru BK agar diketahui penyebabnya dan ditemukan solusinya. Berdasarkan lembar pengamatan dan observasi terlihat siswa yang sudah bisa memutuskan alternatif pilihan studi lanjut setamat SMP dari siklus debat yang pertama sampai siklus debat yang kedua terus mengalami peningkatan, yaitu dari 12 siswa yang bisa memutuskan alternatif pilihan studi lanjut pada siklus debat yang pertama menjadi 33 siswa pada siklus debat yang kedua baik pada pilihan masuk SMA maupun pilihan masuk SMK. Sedangkan dari aspek keaktifan dan kualitas debat juga mengalami peningkatan. Pada siklus debat yang pertama masih sedikit siswa yang aktif bahkan argumentasi yang diberikan masih pada tahap asumsi. Akan tetapi, pada siklus debat yang kedua secara keseluruhan suasana debat berlangsung aktif dan bersemangat, bahkan agumentasi yang diberikan tidak sekedar asumsi tetapi sudah disertai dengan data dan fakta yang menguatkan pendapat mereka. Dengan demikian, peneliti berpendapat bahwa tujuan bimbingan kelompok melalui metode debat aktif untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang pilihan studi lanjut setamat SMP mencapai hasil yang memuaskan. Selain itu, hasil ini juga didukung oleh komentar dan kesan rekan guru yang terlibat dalam proses observasi. Proses debat begitu seru dan menggali begitu banyak informasi yang secara umum dapat digunakan siswa dalam memutuskan alternatif pilihan studi lanjut setamat SMP. Bukti pendukung lain adalah pada akhir Oktober 2012 siswa ketika mengisi angket tentang pilihan studi lanjut setamat SMP 100 % siswa sudah bisa memutuskan bahkan menuliskan nama sekolah yang akan menjadi pilihannya setamat SMP. Simpulan Kesimpulan Melihat proses pendampingan yang dilakukan kepada siswa yang mengalami kesulitan khususnya dalam merencanakan karier masa depannya, ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan oleh guru pembimbing dalam membantu siswa. Pendekatan tersebut perlu dipahami dengan baik agar proses yang akan dijalani tidak saja mendapatkan hasil akan tetapi lebih dari itu, siswa bertumbuh dalam kesadaran pentingnya mengadakan sebuah perencanaan studi lanjut dimasa depannya demi pencapaian profesi pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitas individu tersebut. Masalah merencanakan masa depan berkaitan dengan pemilihan program studi lanjut setamat SMP akan terus menjadi pergumulan bagi siswa-siswi dan tentunya membutuhkan ketrampilan yang baik dari pihak sekolah, khususnya tenaga layanan bimbingan. Karena secara tidak langsung guru pembimbing memiliki tanggung jawab moral sekaligus tanggung jawab institusi untuk mendampingi siswa dalam merencanakan pilihan studinya. Upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang pilihan studi lanjut dalam layanan bimbingan kelompok melalui metode debat aktif ternyata sungguh dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang pilihan studi lanjut, yang pada akhirnya siswa berani membuat alternatif keputusan terhadap pilihan studi lanjut setamat SMP. Berdasarkan hasil pengamatan dan catatan kejadian selama tindakan kelas dalam layanan bimbingan kelompok berlangsung dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Pertama, kurangnya pemahaman siswa tentang informasi studi lanjut menyebabkan siswa tidak bisa membuat keputusan studi lanjut setamat SMP secara tepat, bahkan cenderung terbawa arus baik oleh teman maupun oleh ketetapan orangtua. Oleh karena itu pilihan studi lanjut setamat SMP tidak didasarkan kepada pemahaman akan diri, tetapi karena harapan orang lain. Kedua, penyebab kurangnya pemahaman siswa tentang pilihan studi lanjut adalah karena minimnya informasi yang dimiliki oleh siswa, sehingga ketika dihadapkan pada situasi membuat keputusan siswa cenderung bergantung pada orang lain. Hal tersebut juga karena metode yang dipakai oleh guru dalam pemberian informasi tentang studi lanjut cenderung hanya satu arah saja yaitu ceramah guru. Hal itu menyebabkan kurangnya siswa menggali dari berbagai sumber yang bahkan mungkin tidak disampaikan ketika ceramah guru. Ketiga, penerapan layanan bimbingan kelompok dengan metode debat aktif 10

11 untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang pilihan studi lanjut dalam proses pendampingan siswa dapat mendorong keaktifan siswa untuk menggali berbagai sumber informasi tentang pilihan studi lanjut setamat SMP. Pada akhirnya, informasi itu bisa menjadi bahan pertimbangan dalam membuat alternatif keputusan pilihan studi lanjutnya. Pelaksanaan upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang studi lanjut layanan bimbingan kelompok melalui metode debat aktif tidak seluruhnya dapat berjalan dengan lancar. Adapun hambatan yang dialami antara lain : 1. Kurangnya data dan informasi yang akurat menyebabkan siswa tidak dapat berargumentasi dengan benar, hanya memberikan asumsi asumsi. Hal itu sangat berpengaruh terhadap peningkatan pemahaman siswa yang dalam kondisi bimbang membuat keputusan. 2. Bagi siswa yang kurang senang berbicara atau siswa yang dalam zona nyaman akan cenderung pasif dan hanya menerima informasi tanpa mau terlibat aktif. Sementara siswa yang senang berbicara akan cenderung lebih dominan dalam mempertahankan pendapatnya. 3. Dalam proses debat bukan mencari siapa yang benar dan siapa yang salah, tetapi menggali begitu banyak data dan informasi yang pada akhirnya digunakan sebagai pertimbangan membuat keputusan pilihan studi lanjut. Akan tetapi ada siswa yang cenderung menyalahkan dan merendahkan pendapat teman. Saran Dari hasil penelitian dalam layanan bimbingan kelompok melalui metode debat aktif untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap studi lanjut setamat SMP, ada beberapa hal yang baik untuk dipertimbangkan oleh teman teman guru BK, yaitu sebagai berikut. Pertama, ketidakmampuan siswa dalam membuat keputusan pilihan studi lanjut sesungguhnya karena mereka belum memiliki informasi yang memadai. Oleh sebab itu peran guru pembimbing sangat diperlukan dalam pemberian layanan kepada siswa untuk menjawab kebutuhan mereka. Kedua, bentuk layanan informasi dalam layanan bimbingan kelompok harus dikemas sekreatif mungkin oleh guru pembimbing agar informasi yang disampaikan tidak hanya sekedarnya saja, akan tetapi juga mempertimbangkan keaktifan siswa, suasana yang menyenangkan dan yang terpenting adalah menjawab kebutuhan siswa. Ketiga, metode debat aktif dalam layanan bimbingan kelompok sangat jarang dilakukan oleh guru pembimbing, akan tetapi berdasarkan pengalaman peneliti metode ini sangat tepat bagi siswa karena menggali informasi tidak hanya dari guru tetapi siswa juga menggali dari berbagai sumber. Dalam proses debat siswa juga diajarkan untuk berbagi informasi, sehingga semua siswa bisa menggunakan informasi itu sebagai bahan pertimbangan dalam memutuskan pilihan studi lanjutnya. Keempat, bagi guru yang akan menerapkan metode debat aktif dalam layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap pilihan studi lanjut perlu memperhatikan kelamahan kelemahan yang ada seperti yang disampaikan pada tiga kendala di atas agar pelaksanaannya bisa berjalan dengan maksimal. Daftar Pustaka Sunarya (2008). Konsep dan aplikasi bimbingan dan konseling. Jurusan Ilmu Pendidikan dan Bimbingan: Universitas Pendidikan Indonesia Winkel, W.S,. (1997) Bimbingan dan konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia Hidayat dan Badrujaman. (2009) Cara mudah melakukan penelitian tindakan kelas. Jakarta: Trans Info Media Maidar dan Mukti. (1988) Pembinaan kemampuan berbicara bahasa Indonesia. Jakarta. Erlangga Suyadi. (2012) Buku panduan guru profesional penelitian tindakan kelas (PTK) dan penelitian tindakan sekolah (PTS). Yogyakarta: ANDI Prayitno dan Erman. (2004) Dasar dasar bimbingan dan konseling. Jakarta: Pusat Perbukuan DEDIKNAS dan Rineka Cipta Walgito, Bimo. (2010) Bimbingan dan konseling (studi dan kasus). Yogyakarta: ANDI Wiriaatmadja, Rochiati. (2005) Metode penelitian tindakan kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya 11

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Pendidikan adalah suatu proses sadar tujuan, artinya bahwa kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi, sosial, budaya masyarakat dewasa ini semakin pesat. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun BAB I PENDUHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun 2003 tentang sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini bangsa Indonesia terus berusaha untuk meningkatkan masyarakatnya menjadi masyarakat yang berbudaya demokrasi, berkeadilan dan menghormati hak-hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan hidup individu. Hal tersebut diungkapkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Rupublik

Lebih terperinci

PEROLEHAN SISWA SETELAH MENGIKUTI LAYANAN KONSELING PERORANGAN

PEROLEHAN SISWA SETELAH MENGIKUTI LAYANAN KONSELING PERORANGAN Volume 1 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Halaman 62-70 Info Artikel: Diterima21/02/2013 Direvisi25/02/2013 Dipublikasikan 01/03/2013 PEROLEHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 BAB II pasal 3 Undang- Undang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dewasa ini memiliki andil penting dalam kemajuan bangsa. Andil tersebut tentunya menuntun manusia sebagai pelaku pendidikan menuju peradaban yang

Lebih terperinci

PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ISBN: 978-602-70471-1-2 365 PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Yulia Maftuhah Hidayati dan Susilo Adi Prasetyo PGSD FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional. Melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia yang berkualitas, berakhlak

Lebih terperinci

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu menyesuaikan dengan perubahan lingkungan. Pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 PONTIANAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 PONTIANAK SOSIAL HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial ISSN 2407-5299 UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 PONTIANAK Rustam Program Studi Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional, pendidikan merupakan usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tinta hitam tergantung yang menuliskannya. No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tinta hitam tergantung yang menuliskannya. No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan landasan utama dalam kehidupan manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat membentuk kehidupan dan jati diri seutuhnya. Anak adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini semakin mendapat perhatian dari Pemerintah Indonesia. Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai Pancasila

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER Zainal Abidin SMP Negeri 1 Meranti, kab. Asahan Abstract: This study uses classroom action research Application

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dari buaian hingga liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar,

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar, Fungsi dan Tujuan Sistim Pendidikan Nasional Tahun 2003 pada pasal 3 yang dikatakan

Lebih terperinci

Pendapat Siswa Tentang Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

Pendapat Siswa Tentang Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok Konselor Volume 2 Number 4 December 2013 ISSN: Print 1412-9760 Received October 11, 2013; Revised Nopember 11, 2013; Accepted December 30, 2013 Pendapat Siswa Tentang Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah menjadi salah satu sorotan utama dalam peningkatan mutu pendidikan. Upaya peningkatan mutu pendidikan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana manusia menghadapi tantangan dalam berkembang pesatnya globalisasi. Indonesia sebagai salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA Pasundan 1 Cianjur yang beralamat di Jalan Pasundan No. 31 Telp (0263) 271602 Cianjur 43281. Adapun subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seharusnya dicapai melalui proses pendidikan dan latihan. mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan peserta didik guna

I. PENDAHULUAN. seharusnya dicapai melalui proses pendidikan dan latihan. mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan peserta didik guna I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang utama bagi setiap bangsa, bahkan dapat dikatakan bahwa kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari kemajuan pendidikan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembelajaran untuk menunjang kelancaran jalannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja dengan melibatkan siswa secara aktif mengembangkan potensi yang dimiliki, mengubah sikap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akhir-akhir ini telah menjadi trend untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akhir-akhir ini telah menjadi trend untuk BAB I PENDAHULUAN Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akhir-akhir ini telah menjadi trend untuk dilakukan oleh guru sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan kualitas pembelajaran. Penelitian Tindakan

Lebih terperinci

Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo. PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII SMP MA ARIF 2 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 1, Januari 2016 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA Arni Murnita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Demikan halnya dengan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian keseluruhan dalam pembangunan. Perkembangan dan meningkatnya kemampuan siswa selalu muncul bersamaan dengan situasi dan kondisi lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia. Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia. Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia. Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun pihak swasta

Lebih terperinci

UPAYA GURU BK DALAM MEMPERBAIKI CARA BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DI SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL

UPAYA GURU BK DALAM MEMPERBAIKI CARA BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DI SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL UPAYA GURU BK DALAM MEMPERBAIKI CARA BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DI SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL Oleh: DONI HERIANTO NPM: 12060106 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA GURU PEMBIMBING DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

ANALISIS KINERJA GURU PEMBIMBING DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING ANALISIS KINERJA GURU PEMBIMBING DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING Aan Purwanto (purwanto.aan29@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Yusmansyah 3 ABSTRACT The purpose of this study is to describe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air selalu dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di era globalisasi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk karakter suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk karakter suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk karakter suatu bangsa. Kemajuan pendidikan di suatu Negara selalu berkorelasi positif terhadap kemajuan peradaban

Lebih terperinci

Judul BAB I PENDAHULUAN

Judul BAB I PENDAHULUAN 1 Nama Judul : Ita Wulan Septina : Hubungan antara kepribadian dan lingkungan pergaulan dengan prestasi belajar siswa kelas II program Keahlian Pemesinan SMK Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2006/2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis, sistematis, intensional dan kreatif dimana peserta didik mengembangkan potensi diri, kecerdasan, pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Pasal 3 menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PROSES DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS III SDN 019 BONANDOLOK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PROSES DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS III SDN 019 BONANDOLOK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PROSES DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS III SDN 019 BONANDOLOK PAISAH PANGGABEAN Guru SDN 019 Bonandolok Email : paisah@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan merupakan wadah kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena pendidikan adalah upaya manusia untuk memperluas dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan dalam menyerap ilmu dalam jumlah yang banyak.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan dalam menyerap ilmu dalam jumlah yang banyak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dapat mendatangkan perubahan di dalam diri manusia. Perubahan tersebut nampak dalam bentuk peningkatan pengetahuan, pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan utnuk menciptakan kualitas individu yang memiliki karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang diharapkan. Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui pendidikan, setiap insan diharapkan mampu menghadapi tantangan kehidupan yang semakin berat. Terlebih

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI. Oleh : Aditya Surya Pratama K PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

JURNAL SKRIPSI TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI. Oleh : Aditya Surya Pratama K PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI JURNAL SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X-3 SMA NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan tercantum dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen program bimbingan dan konseling merupakan siklus yang meliputi perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi. Siklus tersebut senantiasa saling berkaitan

Lebih terperinci

JURNAL RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL INTERACTION WITH INDEPENDENCE PEERS TEENS ON STUDENTS CLASS X IN SMK MUHAMMADIYAH 2 KEDIRI LESSON YEAR 2016/2017

JURNAL RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL INTERACTION WITH INDEPENDENCE PEERS TEENS ON STUDENTS CLASS X IN SMK MUHAMMADIYAH 2 KEDIRI LESSON YEAR 2016/2017 JURNAL HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN REMAJA PADA PESERTA DIDIK KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH 2 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL INTERACTION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting. Melalui pendidikan, seseorang akan belajar untuk mengetahui, memahami dan akan berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan serta memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan manusia menuju kedewasaan (KH. Dewantara dalam Djumali dkk, 2011: 2). Perkembangan

Lebih terperinci

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 164519 KOTA TEBING TINGGI Syarigfah Guru SD Negeri 164519 Kota Tebing Tinggi Surel : syarigfah16@gmail.com

Lebih terperinci

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 2, April 2016 ISSN 0854-2172 PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN SD Negeri 02 Wuluh

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN ORIENTASI KARIER MELALUI LAYANAN INFORMASI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

UPAYA MENINGKATKAN ORIENTASI KARIER MELALUI LAYANAN INFORMASI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SOSIAL HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial ISSN 2407-5299 UPAYA MENINGKATKAN ORIENTASI KARIER MELALUI LAYANAN INFORMASI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING Kamaruzzaman 1, Aliwanto 2, Ema

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM BELAJAR GROUP COUNSELING FOR IMPROVING CONFIDENCE IN STUDENT LEARNING

PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM BELAJAR GROUP COUNSELING FOR IMPROVING CONFIDENCE IN STUDENT LEARNING 1 PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM BELAJAR GROUP COUNSELING FOR IMPROVING CONFIDENCE IN STUDENT LEARNING Shella Rahmi Putri (shellarahmi@yahoo.co.id) Dibawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS XI IPS MAN II KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS XI IPS MAN II KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Artikel Skripsi HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS XI IPS MAN II KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pembangunan nasional pada dasarnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Membangun dan membentuk masyarakat Indonesia untuk menjadi manusia yang

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA Ramtia Darma Putri tyadhuarrma27@gmail.com Universitas PGRI Palembang Erfan Ramadhani erfankonselor@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan teori-teori pendidikan pada masa ini adalah hal yang marak dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk peserta didik sebagai generasi penerus bangsa yang lebih berkualitas. Hal ini bertujuan untuk membentuk kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik dan banyak pula orang yang menganggur. Maka semakin dirasakan pentingnya dunia usaha. Salah satu

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN KELISTRIKAN

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN KELISTRIKAN 73 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN KELISTRIKAN Hasim Bisri 1, Dedi Supriawan 2, Tatang Permana 3 Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu proses kegiatan berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keberhasilan dalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Aktivitas matematika seperti problem solving dan looking for

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Aktivitas matematika seperti problem solving dan looking for 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Aktivitas matematika seperti problem solving dan looking for problems (Gravemeijer,

Lebih terperinci

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A PENGARUH KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia dan mengembangkan kepribadian dan potensi (bakat, minat

Lebih terperinci

Oleh : ARIE KHURNIAWAN NPM SKRIPSI

Oleh : ARIE KHURNIAWAN NPM SKRIPSI 0 UPAYA MENINGKATKAN KECAKAPAN HIDUP MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK PERMAINAN SIMULASI PADA SISWA SMK NEGERI 1 KLEGO KABUPATREN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : ARIE KHURNIAWAN NPM.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan oleh penulis di kelas XII-A SMK 45 Lembang, baik wawancara dengan guru maupun siswa, diketahui bahwa

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MURID DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI IMPROVING STUDENT LEARNING OUTCOMES USING DISCUSSION

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MURID DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI IMPROVING STUDENT LEARNING OUTCOMES USING DISCUSSION MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MURID DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI IMPROVING STUDENT LEARNING OUTCOMES USING DISCUSSION Muhktar M SD Inpres Bukkangraki Kab. Gowa Muhktarm90@gmail.com Abstract The purpose

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu kegiatan antara peserta didik dengan pendidik, antar peserta didik, ataupun peserta didik dengan berbagai sumber belajar guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mendengarkan adalah salah satu komponen kecakapan yang dimiliki oleh seseorang ketika mereka memiliki kecakapan interpersonal skills yang baik. Sebuah komunikasi yang

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Gina Rosarina 1, Ali Sudin, Atep Sujana 3 123 Program

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh: PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA AL - ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009-2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN AJARAN 2009/2010

PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN AJARAN 2009/2010 PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN AJARAN 2009/2010 Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan dengan sengaja, sadar dan berencana yang membiasakan para warga masyarakat sedini mungkin untuk menggali,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

Noorhafizah dan Rahmiliya Apriyani

Noorhafizah dan Rahmiliya Apriyani MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) KOMBINASI MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SDN SUNGAI MIAI 5 BANJARMASIN Noorhafizah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Roslince Hutagaol Guru SMP Negeri 5 Tebing Tinggi

PENDAHULUAN. Roslince Hutagaol Guru SMP Negeri 5 Tebing Tinggi PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX MERESPON MAKNA DALAM PERCAKAPAN TRANSAKSIONAL TENTANG UNGKAPAN KEPASTIAN MELALUI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DI SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI Roslince

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa. Periode ini dianggap sangat penting dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam pembentukan

Lebih terperinci

RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LAMONGAN

RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LAMONGAN RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LAMONGAN BIDANG KEGIATAN : PKM GT Diusulkan oleh : Okky Wicaksono 09 / 282652 / SA / 14854 English Department UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai

Lebih terperinci