PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 23 TAHUN 2001 TENTANG IJIN USAHA INDUSTRI, TANDA DAFTAR INDUSTRI DAN IJIN PERLUASAN

Transkripsi

1 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 23 TAHUN 2001 TENTANG IJIN USAHA INDUSTRI, TANDA DAFTAR INDUSTRI DAN IJIN PERLUASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah dan guna mempercepat pelaksanaan pembangunan, maka industri yang merupakan salah satu sektor ekonomi yang dapat meningkatkan kemakmuran melalui proses nilai tambah, perlu terus dibina dan dikembangkan; b. bahwa dalam setiap kegiatan industri berupa usaha industri perlu diarahkan dan ditata agar tertib dan dapat memberi manfaat sebesar-besarnya bagi pembangunan Kota Tarakan; c. bahwa untuk maksud pada huruf a dan b diatas, perlu mengatur Ijin Usaha Industri, Tanda Daftar Industri dan Ijin Usaha Perluasan dengan Peraturan Daerah Kota Tarakan. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3214); 3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274); 4. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3679); 5. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Hak Paten (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3680); 6. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Hak Merek (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3681) 7. Undang-undang Nomor 29 Tahun 1997 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tarakan (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3711); 8. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 9. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1995 tentang Izin Usaha Industri; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom; 13. Peraturan..

2 13. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TARAKAN, MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN TENTANG IJIN USAHA INDUSTRI, TANDA DAFTAR INDUSTRI DAN IJIN PERLUASAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Tarakan; 2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah; 3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disebut DPRD adalah badan legislatif daerah; 4. Kepala Daerah adalah Walikota Tarakan; 5. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi adalah Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tarakan; 6. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Kota Tarakan; 7. Perusahaan Industri adalah Perusahaan yang melakukan kegiatan di bidang usaha industri yang dapat berbentuk perorangan, perusahaan, persekutuan, atau badan hukum; 8. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri; 9. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kota Tarakan; 10. Bendaharawan Khusus Penerima, yang selanjutnya disingkat BKP adalah Bendahrawan Khusus Penerima pada Dinas Pendapatan Kota Tarakan; 11. Ijin Usaha Industri adalah ijin yang diberikan kepada Perusahaan Industri yang nilai investasi seluruhnya di atas Rp ,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; 12. Tanda Daftar Industri adalah ijin yang diberikan kepada Perusahaan Industri yang nilai investasi seluruhnya sampai dengan Rp ,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; 13. Ijin Perluasan adalah ijin yang diberikan kepada Perusahaan Industri yang melakukan penambahan kapasitas produksi melebihi 25 % (dua puluh lima perseratus) dari kapasitas produksi yang telah diijinkan sesuai dengan Ijin Usaha Industri yang dimiliki. BAB II P E R I J I N A N Pasal 2 (1) Setiap perusahaan industri di wilayah Daerah yang melakukan kegiatan di bidang usaha industri yang berbentuk perorangan, perusahaan, persekutuan, atau badan hukum wajib memiliki Ijin Usaha Industri, Tanda Daftar Industri dan Ijin Perluasan dari Kepala Derah atau Pejabat yang ditunjuk; (2) Tata..

3 (2) Tata cara dan syarat-syarat untuk memperoleh ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk; (3) Masa berlakunya Ijin Usaha Industri, Tanda Daftar Industri dan Ijin Perluasan adalah 5 (lima) tahun dengan ketentuan apabila telah habis masa berlakunya wajib didaftar ulang. Pasal 3 Ijin sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku apabila : 1. Masa berlakunya telah jatuh tempo; 2. Dicabut karena melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB III K E W A J I B A N Pasal 4 (1) Setiap Perusahaan Industri baik yang berbentuk perorangan, perusahaan, persekutuan, atau badan hukum wajib memberikan kontribusi kepada Pemerintah Daerah yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah atas persetujuan DPRD; (2) Kontribusi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, dipungut oleh juru pungut Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi dan selanjutnya disetor ke Kas Daerah melalui BKP pada Dinas Pendapatan Kota Tarakan; (3) Setiap Perusahaan Industri yang telah mendapatkan Ijin Usaha Industri diwajibkan membuat dan menyampaikan laporan secara berkala kepada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi; (4) Setiap Perusahaan Industri wajib melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri yang dilakukannya. BAB IV L A R A N G A N Pasal 5 (1) Setiap Perusahaan Industri dilarang menjalankan kegiatan usaha industri tanpa seijin Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk; (2) Dilarang memindahkan Ijin Usaha Industri, Tanda Daftar Industri dan Ijin Perluasan kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis dari Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk. BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 6 (1) Pembinaan Usaha Industri dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi dan Instansi terkait; (2) Pengawasan kegiatan Usaha Industri dilakukan secara instansional dibawah koordinasi Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk; (3) Bila.

4 (3) Bila dipandang perlu Kepala Daerah dapat membentuk Tim Pengawas Terpadu. BAB VI KETENTUAN PIDANA Pasal 7 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 2, Pasal 4 dan Pasal 5 Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan atau denda paling banyak Rp ,- (lima juta rupiah); (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah Pelanggaran; BAB VII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 8 (1) Selain oleh Penyidik POLRI, penyidikan atas tindak pidana pelanggaran dalam Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota yang pengangkatannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang usaha industri agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi dan atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang usaha industri; c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi dan atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang usaha industri; d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang usaha industri; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang usaha industri; g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang usaha industri; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang usaha industri menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 9..

5 Pasal 9 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan Kepala Daerah dengan pesetujuan DPRD Pasal 10 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Tarakan. Ditetapkan di Tarakan, pada tanggal 9 Oktober 2001 WALIKOTA TARAKAN ttd. dr. H. JUSUF S.K Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun 2001 Nomor 23 Seri C-11 Tanggal 17 Oktober 2001 SEKRETARIS DAERAH, ttd H. SAUKANI DAIK, SE. MM Pembina Utama Muda NIP