BAB II TRADISI WAYANG KULIT DAN PROBLEMATIKANYA. drama tradisional yang dimainkan oleh seorang dalang. 1 Ada pula walulang ukir

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TRADISI WAYANG KULIT DAN PROBLEMATIKANYA. drama tradisional yang dimainkan oleh seorang dalang. 1 Ada pula walulang ukir"

Transkripsi

1 BAB II TRADISI WAYANG KULIT DAN PROBLEMATIKANYA A. MENGENALI WAYANG 1. Definisi Wayang Pengertian wayang menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah: Boneka tiruan yang dibuat dari kulit yang diukir, kayu yang dipahat, dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dipertunjukan drama tradisional yang dimainkan oleh seorang dalang. 1 Ada pula walulang ukir (kulit yang diukir) dan dilihat dari bayangan pada kelir. Dengan demikian, wayang yang dimaksud tentunya adalah Wayang Kulit seperti yang kita kenal sekarang. Tapi akhirnya makna kata ini meluas menjadi segala bentuk pertunjukan yang menggunkan dalang sebagai penuturnya. Oleh karena itu terdapat wayang golek, wayang beber, dan lain-lain. Pengecualian terhadap wayang orang yang tiap boneka wayang tersebut diperankan oleh aktor dan aktris sehingga menyerupai pertunjukan drama. 2 Wayang merupakan salah satu pertunjukan rakyat yang masih banyak penggemarnya hingga saat ini. Pertunjukan wayang dimainkan oleh seorang dalang yang menggerakkan tokoh-tokoh pewayangan yang dipilih sesuai dengan cerita yang dibawakan. Dalam setiap pagelaran sang dalang dibantu para swarawati atau sindhen dan para penabuh gamelan atau niyaga, sehingga pertunjukan wayang melibatkan banyak orang. Wayang juga dimaknai sebagai bayang-bayang kehidupan. Yang Syarat dengan nilai batin/wondo/katuranggan/karakter (bentuk wayang mencerminkan 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Indonesia Sri Mulyono, Ibid. 154

2 karakter tokoh). Menurut Bambang Harsrinukusumo, wayang bukan hanya permainan bayang- bayang, tetapi lebih dalam dari makna itu, wayang merupakan wewayangane urip atau bayangan hidup manusia dari lahir hingga mati. Wayang bukan cerminan dari sembarang bayangan tetapi merupakan bayangan kehidupan, gambaran kehidupan. 3 Menurut pendapat penulis, bila wayang diartikan sebagai bayangan seperti diuraikan diatas, tentu makna bayangan yang dimaksud tidak sama dengan bayangan sembarang benda. Sebuah gelas bila diterpa cahaya akan membentuk bayangan, tetapi bayang-bayang gelas tidak bisa diartikan sebagai wayang. Yang dimaksud wayang ini adalah bayangan dari benda yang mempunyai alur cerita, dan alur cerita dalam pementasan wayang bisa diartikan sebagai bayangan, cerminan atau gambaran perjalanan hidup manusia dari hidup hingga mati lengkap dengan karakter masing-masing. 2. Jenis-Jenis Wayang Beragam macam wayang yang tumbuh dan berkembang di Indonesia yang mengindikasikan bahwa wayang adalah hasil kreasi kesenian lokal masyarakat Indonesia. Unsur budaya lokal yang melekat didalamnya menempatkan wayang sebagai media interaksi dengan masyarakat. Interaksi yang dibangun melalui pertunjukan wayang dikemas dalam berbagai bentuk dari ritus keagamaan hingga pada komunikasi sosial keagamaan. Wayang di Indonesia, terdiri dari berbagai jenis antara lain: Wayang Kuit Purwa, Wayang Golek Sunda, Wayang Orang, Wayang Betawi, Wayang Bali, Wayang Banjar, Wayang Suluh, Wayang Palembang, Wayang Krucil, Wayang Thengul, Wayang Timplong, Wayang Kancil, Wayang Rumput, Wayang Cepak, 3 Unggul Sudrajat. Wayang Beber Pacitan: Melangkah Menuju Beberologi, (Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan, 2010,). 2.

3 Wayang Jemblung, Wayang Sasak (Lombok), dan Wayang Beber. Dari sekian wayang di indonesia yang masih bertahan hidup adalah: Wayang Kulit Purwa, Wayang Golek Sunda, Wayang Bali dan Wayang Banjar. Sedangkan wayangwayang yang lain hampir punah. 4 Wayang Kulit Purwa adalah salah satu jenis wayang kulit yang paling tua atau paling awal (purwa) yang dimainkan oleh seorang dalang dan didukung oleh sindhen dan niyaga. Jenis wayang ini termasuk salah satu hasil peninggalan kebudayaan yang mampu bertahan hidup hingga hari ini, khususnya di lingkungan masyarakat Jawa, Sunda, dan Bali. 5 Cerita pokoknya (babon) bersumber dari kitab Mahabarata dan Ramayana yang bernafaskan kebudayaan dan filsafat Hindu-India, akan tetapi dalam perkembangannya telah diserap ke dalam kebudayaan Indonesia yang lazimnya melalui proses asimilasi atau akulturasi budaya. Sementara menurut Dr. Th.G.Th Pigeaud wayang kulit adalah produk yang dihasilkan oleh para wali-wali penyebar Islam (Wali Songo). 6 yang isi ceritanya menyesuaikan epos Ramayana dan Mahabarata yang isi ceritanya digubah dan disesuaikan dengan nilai-nilai islami. Ada beberapa jenis wayang kulit yaitu Wayang Kulit Jawa, Wayang Kulit Sunda (dikembangkan di Universitas California Santa Cruz USA, namun di Tanah Air sulit ditemukan), Wayang Kulit Cirebon, Wayang Kulit Betawi, Wayang Kulit Banjar, Wayang Kulit Sasak, Wayang Kulit Bali. Wayang Kulit Purwa berkembang pesat di Yogyakarta, Surakarta, Purwokerto, Surabaya dan Malang. Sesuai dengan perkembangan budaya daerah, 4 Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Wayang sebagai Media komunikasi Tradisional dalam diseminasi informasi. (Direktorat Jenderal Informasi Dan Komunikasi Publik, 2011), 9 5 Ibid Agus Sunyoto, Atlas Wali Songo; Buku Pertama Yang Mengungkap Wali Songo Sebagai Fakata Sejarah. (Jakarta: Pustaka Iman. 2012). 364

4 maka ada gaya (gagrag) wayang kulit Yogyakarta, gaya Surakarta, gaya Banyumasan, gaya Jawa Timuran dan lain-lain. Dalam struktur pagelarannya berbeda satu sama lainnya. 7 Dalam satu pagelaran wayang kulit terdiri dari seorang Dalang, banyak niyaga, karena jumlah gamelan cukup banyak(mencapai 30 orang), banyak sindhen (bisa 10 orang), dan pembantu dalang yang menyiapkan tokoh-tokoh wayang yang akan dikeluarkan oleh dalang. 3. Narasi Pagelaran Wayang Waktu pagelaran wayang lazimnya semalam suntuk atau delapan jam nonstop. Dari jam sembilan malam hingga jam lima pagi. Namun belakangan ini muncul pagelaran padat yang lamanya hanya setengah jam [3o menit], biasanya pagelaran ini dimainkan dihotel-hotel bersamaan dengan acara lain. Ada pula pagelaran satu jam, dua atau tiga jam, tergantung permintaan penanggap. 8 Dalam pagelaran wayang terikat dengan pakem, adalah aturan aturan yang berlaku pada pagelaran wayang, meliputi urutan-urutan gendhing-gendhing yang dipakai, tokoh-tokoh wayang yang digunakan atau dikeluarkan atau yang menjadi lakon sesuai dengan judul lakon [kisah yang dimainkan], adegan termasuk dialog. Meski suatu pagelaran terikat pada pakem, beberapa dalang sengaja melanggar pakem demi mempertahankan minat masyarakat untuk menonton wayang. B. MENGENAL PROFIL DALANG 1. Identifikasi Dalang Dalang selama ini kita ketahui adalah seorang memainkan atau menggerakkan wayang dalam suatu pentas pertunjukan wayang, sekaligus yang 7 Ibid Kemetrian... 84

5 mengucapkan dialog dalam drama pementasan tersebut. Namun jika dilihat secara etimologis, kata dalang berasal dari kata weda dan wulang atau mulang. Weda dalam kitab suci agama Hindu yang memuat peraturan hidup dan kehidupan manusia dalam masyarakat ramai, dalam pergaulan sesama manusia, terutama kesempurnaan di alam baka. Wulang berarti ajaran atau petuah, sedang mulang berarti memberi pelajaran. Dengan demikian yang disebut dalang adalah seorang yang mempunyai kejuruan yang menganggap dirinya mempunyai tugas suci untuk memberikan pelajaran, wejangan, uraian atau tafsiran tentang isi kitab suci Weda beserta maknanya kepada khalayak ramai. 9 Dalang yang dimaksud disini adalah sesuai dengan arti dalang dalam kamus besar bahasa indonesia, dalang ialah orang yang memainkan wayang, yang juga disebut ki; yang mengatur pementasan wayang. 10 Dan ada ungkapan yang telah berkembang dikalangan pe-dalangan yang memberi identitas istimewa juga mengandung tugas berat tapi mulia ialah Dalang diidentikkan dengan sosok memayu hayuning jagad. Di sini menurut mereka bahwa tugas ini tidak terkait dengan persoalan mencari nafkah. Tetapi karena realitas empirisnya adalah mereka bekerja, maka dengan demikian mereka mendapat upah dari penanggap sesuai dengan kesepakatan umum yang berlaku. 9 Seno sastroamidjojo, Renungan Tentang Pertunjukan Wayang Kulit, (Jakarta: Kinta 1964), Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka] ed. 3, cet. 1. Hal. 233

6 2. Pendidikan Pe-Dalangan Untuk seseorang yang ingin menekuni profesi sebagai dalang dapat dilakukan melalui beberapa cara yang dapat ditempuh untuk dapat menjadi dalang, yaitu melalui dua cara; pertama dengan cara tradisional dan kedua melalui pendidikan formal. Cara melalui pendidikan formal yakni melalui sekolah/kuliah di jurusan Pedalangan, seperti; 1) Habiranda yang dikelola oleh keraton Yogyakarta 2) ISI (Institut Seni Indonesia) di Yogyakarta 3) STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia) dikelola oleh Kemendikbud di Solo, Bandung, dan Denpasar, 4) SMSI (Sekolah Menengah Seni Indonesia), yang setingkat dengan sekolah menengah, juga di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 9 Surabaya Program Pedalangan. 5) Dan beberapa lembaga lainnya. Sedangkan cara tradisional dilakukan dengan cara nyantrik atau mengabdi dan belajar dari dalang senior yang telah dianggap sebagai guru yang telah diakui kemampuannya. Prosesnya dimulai dari merawat wayang, memasukkan wayang kedalam kotak, dan membersihkan gamelan. Tak jarang mereka juga tinggal serumah dengan guru/dalang dan membantu pekerjaan rumah tangga sang guru, seperti membersihkan rumah, membantu segala sesuatu yang berkenaan dengan pagelaran/pementasan yang akan dilakukan gurunya. Biasanya seseorang yang menempuh jalur tradisional ini adalah keturunan dalang. Keturunan langsung seperti putra, cucu bahkan famili terdekat. Atau keturunan seorang dalang yang dititipkan pada dalang lain. Dalam hal ini sang guru tidak secara khusus memberikan pelajaran mendalang seperti dalam

7 pendidikan formal. Akan tetapi mereka hanya melihat dan mendengar bagaimana sang guru memainkan wayang pada setiap pagelarannya. 3. Syarat Kecakapan Dalang Seorang dalang tidak serta merta disebut dalang dan laris/banyak permintaan untuk pementasan. Namaun seorang dalang harus memiliki beberapa ketrampilan, diantara ketrampilan tersebut adalah a. Antawacana, adalah ketrampilan seorang dalang dalam menirukan berbagai macam suara tokoh-tokoh wayang yang ditampilkan. b. Renggep, adalah kemampuan seorang dalang dalam membuat suasana pagelaran menjadi menarik tidak membosankan. Hal ini terkait dengan pola penataan panggung, busana sindhen maupun niyaganya dan beberapa hal yang menampilkan suasan pementasan yang menarik. c. Enges, adalah kemampuan seorang dalang untuk membangkitkan emosi penonton. Seperti dialog yang menyentuh hati, ataupun yang menegangkan. d. Sabetan, adalah kemampuan seorang dalang dalam hal tehnik menggerakkan wayang dengan cepat dan indah seolah-olah wayang tersebut menjelma menjadi manusia. e. Banyol, adalah kemampuan seorang dalang untuk memancing tawa penonton. Semisal melawak dan sebagainya supaya variasi pagelaran menarik dan tidak menjemukan supaya tidak ditinggalkan penonton.. f. Kawiradya, adalah kemampuan seorang dalang dalam mengantarkan cerita dengan baik. Ini terkait dengan penguasaan materi cerita/kisah pada lakon yang dimainkan.

8 g. Paramakawi, adalah kemampuan seorang dalang dalam menggunakan bahasa Jawa Kuna atau bahasa Kawi dengan baik. Meskipun pada dasarnya wayang disampaikan menggunakan bahasa tutur atau bahasa yang berlaku pada masyarakat tertentu dan sesuai zamannya, supaya isi cerita dan pesan yang disampaikan dapat diterima dan dipahami penonton. Namun penggunaan bahasa jawa kuno adalah bagian dari pakem yang tidak bisa ditinggalkan oleh dalang. Disamping itu juga merupakan identitas pokok pewayangan jawa. h. Amardi basa, adalah kemampuan seorang dalang dalam mempergunakan bahasa keraton. Bahasa komunikasi baku yang dipakai para raja terhadap tamu kehormatan, berbada dengan keluarga atau dengan para abdi keraton atupun dengan rakyatnya dan sebaliknya bahasa komunikasi seorang abdi kepada raja. Dan di indonesia terdapat organisasi para dalang yang disebut PEPADI (Persatuan Pedalang Indonesia) yang visinya jelas untuk melestarikan budaya wayang di indonesia, termasuk program kerjanya ialah melatih dan membina dalang-dalang muda. C. FUNGSI DAN POTENSI WAYANG TERHADAP MASYARAKAT Sebagai hasil kebudayaan, wayang mempunyai nilai hiburan yang mengandung cerita baku baik untuk tontonan maupun tuntunan. Penyampaian cerita yang menyentuh berbagai aspek kehidupan sehingga juga mempunyai nilai pendidikan. Variasinya dapat meliputi segi kepribadian, kepemimpinan, kebijaksanaan dan kearifan dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat dan bernegara. Dalam hal ini tidak mengherankan jika wayang dapat dijadikan medium komunikasi untuk dimanfaatkan secara positif ataupun disalahgunakan, bergantung

9 pada maksud dan tujuan para pemakai sarana yang bersangkutan. Dan fungsi yang nyata sekali dalam pagelaran atau pertunjukan wayang adalah, wayang sebagai rujukan nilai. Hal ini ditegaskan kembali didalam buku yang diterbitkan oleh Tim Kementrian Komunikasi Dan Informatika Repulik Indonesia, yang memiliki keprihatinan terhadap nasib kesenian tradisional khususnya wayang, yang meyikapi bahwa kesenian wayang dalam prakteknya lebih banyak berfungsi sebagai media hiburan atau tontonan, menurut buku tersebut menilai sesungguhnya kesenian wayang harusnya mampu menjadi tuntunan untuk memelihara identitas masyarakat sebagai pemilik budaya itu sendiri. Melihat kondisi diatas, sebenarnya telah dirasakan oleh para dalang dan pemerintah dengan mendasarkan pada hasil Sarasehan Dalang Pewayangan Seluruh Indonesia bersama pemerintah tahun 1986 yang dikutip oleh Bambang murtiyoso, bahwa ada dua kesepakatan yang diambil; pertama, wayang sebagai media komunikasi harus tetap kita pelihara kedudukannya didalam konteks budaya masa kini dan masa depan, serta peranannya sebagai sarana untuk menyebarluaskan pesan-pesan dan nilainilai yang berguna bagi pembangunan bangsa kita. Kedua para dalang dengan demikian perlu melakukan penyesuaian terhadap tuntutan dinamika dan perkembangan masyarakat yang sedang membangun. 11 Kemudian manfaat atau fungsi yang dapat diambil dari cerita wayang dijabarkan sebagai berikut 12 : a. Cerita wayang dapat dipakai sebagai alat pengajaran b. Cerita wayang dapat menyampaikan informasi c. Cerita wayang dapat mengajarkan nilai-nilai universal 11 Bambang murtiyoso dkk. Pertumbuhan dan perkembangan seni pertunjukan wayang. (surakarta: Citra Etnika, 2oo4] Ibid

10 d. Cerita wayang dapat memfasilitasi pemecahan masalah e. Cerita wayang dapat mengubah perilaku dan menyembuhkan Menurut R. Firt, pertunjukan wayang mengandung delapan fungsi, yakni: sebagai sarana kepuasan batin, sebagai sarana bersantai dan hiburan, sebagai sarana ungkapan jati diri, sebagai sarana integratif dan pemersatu, sebagai penyembuhan, sebagai sarana pendidikan, sebagai integrasi pada masa lampau dan sebagai lambang penuh makna dan mengandung kekuatan. 13 Seni adalah alat atau sarana untuk mencapai tujuan tertentu. Seni yang bertujuan menyenangkan banyak orang berarti seni dipakai sebagai sarana atau alat untuk menghibur. Dan berikut ini Fungsi pertunjukan wayang bagi masyarakat atau individu yang masih loyal terhadap seni wayang: a. Sebagai sarana ritual b. Sebagai hiburan pribadi c. Sebagai presentasi estetis d. Sebagai komoditi industri pariwisata 14 D. PROBLEMATIKA PERWAYANGAN YANG MUNCUL DITENGAH MASYARAKAT MODERN Meskipun wayang jawa khususnya wayang kulit mampu beradaptasi dengan perubahan zaman, namun tidak sedikit persoalan yang muncul, baik dari sisi pegiat kesenian tradisional ini maupun penikmat atau penontok bahkan masyarakat pada umumnya. Dan berikut ini beberapa persoalan tersebut: 13 Soetarno, Wayang Kulit: Perubahan Makna Ritualdan hiburan, (Surakarta; STSI Press, 2004), RM. Suedarsono, Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi, Dirjen Pend. Tinggi 1998

11 1. Bahasa, pada prinsipnya pagelaran wayang disampaikan menggunakan bahasa tutur atau bahasa yang berlaku pada masyarakat setempat atau menggunakan bahasa daerah setempat. Seperti Wayang Kulit Purwa menggunakan bahasa Jawa, Wayang Golek Sunda menggunakan bahasa Sunda, Wayang Banjar menggunakan bahasa Banjarmasin, wayang Betawi menggunakan bahasa Betawi. Namun meski demikian telah diketahui bahwa bahasa daerah yang digunakan dalam bahasa pewayangan khususnya Wayang Kulit Purwa masih banyak memakai bahasa Jawa Krama bahkan bahasa jawa kuno / kawi. Yang mana dewasa ini anak-anak, remaja dan generasi sekarang sudah banyak yang tidak mengenal bahasa daerah, bahasa jawa. Karena umumnya mereka menggunakan bahasa Indonesia dalam pergaulannya. Dampaknya penonton dari kalangan ini tidak paham akan apa yang disampaikan oleh sang dalang. Dampak lanjutan adalah mereka enggan atau tidak senang dengan pagelaran tradisional milik sendiri dan meninggalkannya. 2. Waktu, Waktu pagelaran wayang lazimnya semalam suntuk atau delapan jam nonstop dari jam sembilan malam hingga jam lima pagi membuat penoton kelelahan. Sebagian penonton bisa tidur dulu dan bangun pada saat acara gara-gara, yang ditunggu-tunggu. Namun pada penonton pemula mereka kan merasa bosan dan capek karen panjangnya waktu. Dan ini mempengaruhi efektitas pemahaman pada pesan yang disampaikan oleh dalang. 3. Pakem, adalah aturan aturan yang berlaku pada pagelaran wayang, meliputi urutanurutan gendhing-gendhing yang dipakai, tokoh-tokoh wayang yang digunakan atau dikeluarkan atau yang menjadi lakon sesuai dengan judul lakon [kisah yang dimainkan], adegan termasuk dialog. Pakem sering dinggap sebagai sesuatu yang baku, sakral dan tidak boleh dilanggar. Oleh karena ini tidak sedikit dalang yang

12 tetap menggelar pertunjukan sesuai dengan pakem yang ada. Ironisnya yang demikian ini malah kurang disukai penonton karena terkesan monoton. 4. Jangkauan penonton, pertunjukan wayang dibeberapa daerah didapati penonton yang terbatas, dari kalangan-kalangan tertentu dan itupun semakin berkurang. Namun pagelaran wayang sudah bekerjasama dengan Radio maupun televisi untuk memperlebar radius penotonnya. E. ELEMEN-ELEMEN PENTING PEWAYANGAN Wayang sebagai media pertunjukan yang dapat memuat segala aspek kehidupan manusia, pemikiran manusia, baik terkait dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum maupun pertahanan keamanan dapat termuat di dalam wayang. dengan kelihaian dalang dapat membahas masalah-masalah aktual dalam masyarakat. Secara konvensional disajikan sistem ideologi yang mengidamidamkan sebuah Negara yang gemah, ripah, loh, jinawi, tata, tentrem, karta, raharja; struktur sosial dalam sistem tata Negara kerajaan sehingga alur cerita menjadi hal lain yang selalu dinantikan. 15 Menurut hemat penulis terdapat tiga hal elemen penting dalam pewayangan yang selalu melekat dan mengalami perkembangan secara dinaminis, diantaranya boneka wayang, iringan musik dan dalang. Boneka wayang merupakan elemen dasar yang menentukan gambaran visual dari sebuah pewayangan. Perbedaan modifikasi pada boneka wayang tidak hanya sebatas untuk eksotisme visual wayang, namun lebih kepada proses transmisi yang akan dikomunikasikan dengan penonton. Wayang golek pada awalnya berkembang dalam berkembangnya agama Hindu-Budha pada aspek visualisasi wayang golek boneka 15 Ibid. 165.

13 tampak depan hampir mirip dengan manusia pada umumnya. Pada aspek alur cerita dan lakon wayang golek biasanya mengangkat cerita Ramayana dan Mahabarata, namun di era modern mengalami perubahan terlepas transmisi keagaman dengan semangat yang dibangun layaknya hiburan rakyat yang mengandung pesan moral, pendidikan maupun kritik sosial. Cerita yang mengangkat lokal masyarakat Indonesia Seperti wayang Si Unyil dan Cepot dan sebagainya. Sedangangkan wayang kulit menjadi ciri khas pewayang dalam Islam, Sebab modifikasi boneka wayang kulit dilakukan oleh para wali sebagai media penyebaran Islam. Visualisasi wayang kulit tampak samping dan menggunakan alur cerita lokal dari hasil kreasi para wali untuk mendekatkan Islam dengan budaya lokal masyarakat Indonesai. Perkembangan paling mutakhir dalam pewayangan adalah wayang kulit tetap digunakan sebagai media dakwah Islam dalam aspek pembenahan moral dan ritual kebatinan. Lakon cerita dalam sejarah pertunjukan pewayangan akan sangat membekas dalam benak penonton, sebab lakon tidak hanya berupa visualisasi, lebih dari itu penanaman watak pada setiap lakon yang berbeda. Sehingga hal ini memberikan pemahaman tentang perbedaan watak yang biasanya selalu dikotomis antara protagonis dan antagonis. Disisi lain istilah dan sumber lakon yang dimainkan dalam pewayangan semuanya mengandung sastra yang sangat dalam. Elemen selanjutnya adalah iringan musik untuk menghiasi pertunjukan wayang melalui lagu-lagu yang dibawakan oleh sinden (penyanyi dalam pewayangan). Iringan musik dalam pewayangan dalam kebudayaan jawa dikenal dengan gemelan ber-ganre keroncong. Alat tradisional musik seperti gamelan pada pada perkembangannya mengalami pergeseran dengan hadirnya alat musik modern.

14 Lagu yang dibawakan dalam pertunjukan wayang erat dengan bahasa jawa, namun tetap kondisional tergantung dengan alur cerita yang akan disampaikan pada penonoton. Jika pada acara sosial lagu yang diwakan terkait dengan kebangsaan, lain halnya pada acara keagamaan maka lagunya lebih religious. Kemudian Dalang merupakan elemen utama dan memiliki perang yang sangat signifikan dalam dunia pewayangan. Sosok Dalang pada perkembangan wayang selalu dikaitkan dengan sosok yang memiliki karakter menjadi guru pengarah 16 terhadap transmisi baik sosial maupun keagamaan. peranan tersebut menempatkan dalang sebagai seorang yang memiliki kemampuan berinteraksi menggunakan bahasa dengan wawasan keilmuan yang luas. Dalang adalah tokoh utama dalam wayang kulit. Dia adalah penutur kisah, penyanyi lagu (suluk) yang mengajak memahami suasana pada saat tertentu, pemimpin suara gamelan yang mengiringi, dan di atas segalanya itu, adalah pemberi jiwa pada boneka wayang. Fungsinya asal pertunjukkan wayang kulit adalah untuk ritual- termasuk upacara bersih desa, perkawinan, sunatan, kelahiran, ruwatan dan sebagainya. Demikian, karena kepentingan ritual, dalang-dalang dianggap oleh masyrakat pada umumnya mempunyai pengetahuan dan kekuatan khusus dan yang berbeda dari orang biasa, menekankan pesona dalang dalam kebudayaan Jawa. Pesona itu muncul dari kekuatan dalang dan citra bayangan wayang kulit yang sukar ditangkap atau dipahami. Yang berlawanan asas Ruth McVey menggambarkan peran dalang sebagai berikut; "Asalnya, seorang dalang adalah bukan pemain biasa. Seorang dalang menyiapkan diri secara batin dan lahir sebelum sebuah pertunjukkan semalam suntuk dan sering mempertunjukkan dengan tidak sadarkan diri. Seharusnya, dalang itu bermoral tinggi, mempunyai kebijaksanaan dan berhubungan yang 1987) Van Groenendael, Victoria M Clara, Dalang Di Balik Wayang (Jakarta, Pustaka Utama Grafiti.

15 sangat dekat dengan dunia kebatinan; karena itu pendapat dan kata-kata dalangnya dianggap penting" 17 Secara tradisional, pengetahuan pewayangan dan pedalangan diwariskan dari bapak kepada anaknya, termasuk sifat-sifat batin. Sebuah pertunjukkan wayang kulit yang klasik, dinamakan semalam suntuk, lamanya delapan jam atau lebih lama lagi, biasanya mulai jam delapan malam sampai jam empat atau lima pagi. Selama pertunjukkannya, seorang dalang duduk di belakang kelir, menggerakan wayang, menyuarakan wayang, menyanyi bahasa khusus dan memimpin karawitan. Dia tetap di posisi itu, tanpa makan, mungkin rokok dan minum sedikit. Kalau dalam bahasa Indonesia sehari-hari, dalang berarti 'orang dengan kekuasan mutlak atau orang yang menguasai sesuatu. Nama dalang diberi gelar "Ki", misalnya Ki Enthus atau Ki Timbul. Gelar itu mengandung arti hormat dan berkonotasi orang yang mempunyai kekuasan atau pengetahuan khusus. Dalang sering dianggap berhubungan dengan yang supernatural atau kekuatan gaib. Sebuah pertunjukaan wayang kulit biasanya termasuk laku, misalnya puasa dan sesaji. Wayang kulit dan dalang sangat terkait dengan kebatinan dan kejawen. 17 Ibid. Mc Vey. 389.

16

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seni Wayang Jawa sudah ada jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu ke indonesia. Wayang merupakan kreasi budaya masyarakat /kesenian Jawa yang memuat berbagai aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan boneka tiruan rupa manusia yang dimainkan oleh seorang dalang dengan menggabungkan beberapa unsur seni. Wayang Golek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerangan, dakwah, pendidikan, pemahaman filsafat, serta hiburan.

BAB I PENDAHULUAN. penerangan, dakwah, pendidikan, pemahaman filsafat, serta hiburan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wayang salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang terus berkembang dari zaman ke zaman,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesenian wayang golek merupakan salah satu kesenian khas masyarakat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesenian wayang golek merupakan salah satu kesenian khas masyarakat 143 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesenian wayang golek merupakan salah satu kesenian khas masyarakat Sunda yang sangat digemari bukan saja di daerah Jawa Barat, melainkan juga di daerah lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu dalam rangka membentuk generasi bangsa yang memiliki karakter dengan kualitas akhlak mulia, kreatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai budaya masyarakat, adat istiadat dan kebiasaan yang dilakukan turun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai budaya masyarakat, adat istiadat dan kebiasaan yang dilakukan turun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia eksotisme penuh dengan berbagai macam seni budaya, dari pulau Sabang sampai Merauke berbeda budaya yang dimiliki oleh setiap daerahnya. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Manusia adalah makhluk budaya, dan penuh simbol-simbol. Dapat dikatakan bahwa budaya manusia diwarnai simbolisme, yaitu suatu tata pemikiran atau paham yang menekankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman kesenian tradidisional adalah salah satu potensi budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman kesenian tradidisional adalah salah satu potensi budaya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagaman kesenian tradidisional adalah salah satu potensi budaya yang perlu dibina dan dikembangkan agar tetap terjaga kelestariannya. Perkembangan kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan istilah seniman. Pada umumnya, seorang seniman dalam menuangkan idenya menjadi sebuah karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu tonggak utama pembangun bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengedepankan pendidikan bagi warga negaranya, karena dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULULAN. sebenarnya ada makna yang terkandung di dalamnya yang diharapkan dimengerti oleh sasaran

BAB I PENDAHULULAN. sebenarnya ada makna yang terkandung di dalamnya yang diharapkan dimengerti oleh sasaran BAB I PENDAHULULAN A. Latar Belakang Komunikasi tidak hanya sekedar alat untuk menyampaikan pesan yang ditujukan pada sasaran, tetapi komunikasi juga berarti makna dan proses. Ketika seseorang mengirimkan

Lebih terperinci

Hasil Wawancara Dengan Ki Kasim Kesdo Lamono dan Paguyuban Cinde

Hasil Wawancara Dengan Ki Kasim Kesdo Lamono dan Paguyuban Cinde Hasil Wawancara Dengan Ki Kasim Kesdo Lamono dan Paguyuban Cinde Laras - Bagaimana perkembangan kesenian wayang kulit saat ini ditengahtengah perkembangan teknologi yang sangat maju, sebenarnya semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayang merupakan representasi kehidupan manusia yang memuat nilai, norma, etika, estetika, serta aturan-aturan dalam berbuat dan bertingkah laku yang baik. Wayang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Seni Pertunjukan dalam Tradisi Masyarakat Seni pertunjukan yang terdapat dalam tradisi masyarakat, umumnya masih banyak ditemui ritual-ritual yang berkenaan dengan sebuah prosesi

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN Sebuah konsep adalah ide utama suatu desain untuk mengkomunikasikan suatu strategi desain secara visual (Marianne & Sandra, 2007: 194). Konsep akan menggambarkan perspektif segar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih tersebar diseluruh Nusantara. Menurut Kodirun (dalam Koentjaranigrat,

BAB I PENDAHULUAN. masih tersebar diseluruh Nusantara. Menurut Kodirun (dalam Koentjaranigrat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wayang adalah suatu kebudayaan yang ada di Indonesia sejak ajaran Hindu masih tersebar diseluruh Nusantara. Menurut Kodirun (dalam Koentjaranigrat, 1990:329). Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan aneka ragam kebudayaan dan tradisi. Potensi merupakan model sebagai sebuah bangsa yang besar. Kesenian wayang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, tidak hanya suku yang berasal dari nusantara saja, tetapi juga suku yang berasal dari luar nusantara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari wayang adalah salah satu genre atau rumpun tari yang terdapat di Jawa Barat. Tari wayang sendiri merupakan tari yang menceritakan tokoh atau peristiwa yang terdapat

Lebih terperinci

BAB V MENGANALISA PEMIKIRAN REKONSTRUKSI TRADISI PEWAYANGAN. Setelah memperhatkan secara seksama atas data-data yang penulis dapatkan

BAB V MENGANALISA PEMIKIRAN REKONSTRUKSI TRADISI PEWAYANGAN. Setelah memperhatkan secara seksama atas data-data yang penulis dapatkan BAB V MENGANALISA PEMIKIRAN REKONSTRUKSI TRADISI PEWAYANGAN Setelah memperhatkan secara seksama atas data-data yang penulis dapatkan dilapangan, ada beberapa catatan mendasar atas fenomena kemunculan komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebuah pulau kecil dengan beribu keajaiban di dalamnya. Memiliki keanekaragaman yang tak terhitung jumlahnya. Juga merupakan sebuah pulau dengan beribu kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya tersebut terbagi dalam beberapa daerah di Indonesia dan salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Budaya tersebut terbagi dalam beberapa daerah di Indonesia dan salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki budaya yang sangat banyak. Budaya tersebut terbagi dalam beberapa daerah di Indonesia dan salah satunya adalah Bandung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai di dalam Tugas Akhir ini adalah menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai di dalam Tugas Akhir ini adalah menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penciptaan Tujuan yang ingin dicapai di dalam Tugas Akhir ini adalah menghasilkan film dokumenter yang mengenalkan kebudayaan Wayang Krucil dari Desa Gondowangi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni 147 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni tradisional wayang kulit purwa di Kabupaten Tegal, maka terdapat empat hal yang ingin penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara Etimologi istilah seni berasal

Lebih terperinci

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk BAB I Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk 1.1 Bagaimana Kabar Seni Pertunjukan Dulmuluk Dewasa Ini? Seni adalah bagian dari kebudayaan. Sebagai bagian dari kebudayaan, sebagai perwujudan keberakalan manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ludruk merupakan seni kesenian tradisional khas daerah Jawa Timur. Ludruk digolongkan sebagai kesenian rakyat setengah lisan yang diekspresikan dalam bentuk gerak dan

Lebih terperinci

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Oleh: Dyah Kustiyanti Tradisi biasanya didefinisikan sebagai cara mewariskan pemikiran, pandangan hidup, kebiasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku etnis dan bangsa yang memiliki ciri khas masing-masing. Dari berbagai suku dan etnis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN

1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN 1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cirebon adalah sebuah kota yang berada di pesisir utara pulau Jawa, berbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Karena letak geografisnya yang strategis membuat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Hasil dari penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka ini, menghasilkan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai suku bangsa dan budaya yang beraneka ragam. Budaya maupun kesenian di setiap daerah tentunya berbeda beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan di negara manapun di dunia ini. Kebudayaan apapun dapat

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan di negara manapun di dunia ini. Kebudayaan apapun dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi tidak ada lagi sekat yang membatasi ruang kebudayaan di negara manapun di dunia ini. Kebudayaan apapun dapat dengan mudah di konsumsi dan di adaptasi

Lebih terperinci

Pagelaran Wayang Ringkas

Pagelaran Wayang Ringkas LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT NASIONAL XIV Jakarta, 12 16 Juni 2006 KODE : 33 NAS Bidang Lomba Keahlian Seni Pedalangan Pagelaran Wayang Ringkas Test Project DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan arus informasi yang menyajikan kebudayaan barat sudah mulai banyak. Sehingga masyarakat pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia adalah Suku Sunda. Dengan populasi yang tersebar di seluruh Indonesia dan peranannya di masyarakat serta ciri khasnya

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya di dunia manusia mengalami banyak peristiwa baik itu yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Terkadang beberapa

Lebih terperinci

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Seni merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia dan bagian dari kebudayaan yang diciptakan dari hubungan manusia dalam lingkungan sosialnya, seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional, estetis dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan panca inderanya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun di bumi Indonesia. Berbagai bentuk kesenian, upacara keagamaan, ritual, dan

BAB I PENDAHULUAN. tahun di bumi Indonesia. Berbagai bentuk kesenian, upacara keagamaan, ritual, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa Indonesia tak terlepas dari seni dan budaya yang lahir dari 300 lebih suku bangsa maupun dari pengaruh asing yang telah berakar selama ribuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal

BAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu hal yang begitu lekat dengan masyarakat Indonesia. Pada dasarnya kebudayaan di Indonesia merupakan hasil dari kelakuan masyarakat yang sudah

Lebih terperinci

Pewayangan Pada Desain Undangan. Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar.

Pewayangan Pada Desain Undangan. Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar. Pewayangan Pada Desain Undangan Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Sesuatu yang diciptakan oleh manusia yang mengandung unsur keindahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sandiwara Radio Profesor. Dr. Herman J. Waluyo menyebutkan bahwa dalam Bahasa Indonesia terdapat istilah sandiwara. Sandiwara diambil dari bahasa jawa sandi dan warah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian skripsi yang telah penulis bahas tersebut maka dapat diambil kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus menjadi inti sari daripada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wayang merupakan salah satu seni budaya yang cukup populer di antara banyak karya seni budaya yang lainnya. Seni budaya wayang dinilai cukup kompleks, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk sebagai kesenian tradisional Jawa Timur semakin terkikis. Kepopuleran di masa lampau seakan hilang seiring

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa BAB V KESIMPULAN Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa topeng (meski sebagian tokoh mengenakan topeng, terminologi ini digunakan untuk membedakannya dengan wayang topeng) yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai suku bangsa dan warisan budaya yang sungguh kaya, hingga tahun 2014 terdapat 4.156 warisan budaya tak benda yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Seni tradisi Gaok di Majalengka, khususnya di Dusun Dukuh Asem Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di wilayah tersebut. Berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan wayang sebagai salah satu aset berharga budaya Indonesia yang perlu dijaga kelestariannya. Wayang sudah diakui oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara maju dan modern, tetapi negara Jepang tidak pernah meninggalkan tradisi dan budaya mereka serta mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bercerita memang mengasyikkan untuk semua orang. Kegiatan bercerita dapat dijadikan sebagai wahana untuk membangun karakter seseorang terutama anak kecil. Bercerita

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebudayaan. Perkembangan seni dan budaya didalamnya terdapat kesenian

I. PENDAHULUAN. kebudayaan. Perkembangan seni dan budaya didalamnya terdapat kesenian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni dan kebudayaan Indonesia memiliki kearifan lokal yang berkembang di setiap daerah di Indonesia bahkan mempunyai ciri khas dalam bentuk kebudayaan. Perkembangan seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prastyca Ries Navy Triesnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prastyca Ries Navy Triesnawati, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seni tidak bisa lepas dari produknya yaitu karya seni, karena kita baru bisa menikmati seni setelah seni tersebut diwujudkan dalam suatu karya konkrit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan serta pengembangan suatu kesenian apapun jenis dan bentuk kesenian tersebut. Hal itu disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts. 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Dan Literatur Metode penelitian yang digunakan: Literatur : - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts. - Buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat kental kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat kental kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat kental kehidupannya dengan seni. Salah satu seni yang cukup berkembang saat ini adalah seni teater. Perkembangan ini terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan dengan berbagai kesibukan menyimak. Dialog di keluarga, baik antara anak dan orang tua, antara orang tua, antar

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ujian mata kuliah Proyek Akhir yang bertema The Futuristic Of. Ramayana. Yang bertujuan untuk memperkenalkan suatu budaya

BAB I PENDAHULUAN. ujian mata kuliah Proyek Akhir yang bertema The Futuristic Of. Ramayana. Yang bertujuan untuk memperkenalkan suatu budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Pagelaran Tata Rias dan Kecantikan ini menyelenggarakan ujian mata kuliah Proyek Akhir yang bertema The Futuristic Of Ramayana. Yang bertujuan untuk memperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat game bergenre rhythm bertema

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat game bergenre rhythm bertema BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penciptaan Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat game bergenre rhythm bertema cerita wayang Ramayana yang diperuntukkan bagi remaja usia 15-18 tahun. Hal ini dilatar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan kebudayaan adalah hasil dari karya manusia. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Peranan Panakawan dan Denawa (Buta) pada pertunjukan seni tradisi Wayang

BAB V PENUTUP. Peranan Panakawan dan Denawa (Buta) pada pertunjukan seni tradisi Wayang BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Peranan Panakawan dan Denawa (Buta) pada pertunjukan seni tradisi Wayang Golek sebagai salah satu Kebudayaan dan Kesenian daerah Indonesia sangat penting bagi kelangsungan Pendidikan

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Lakon Antaséna Rabi sajian Ki Anom Suroto merupakan. salah satu jenis lakon rabèn dan karangan yang mengambil satu

BAB VI KESIMPULAN. Lakon Antaséna Rabi sajian Ki Anom Suroto merupakan. salah satu jenis lakon rabèn dan karangan yang mengambil satu BAB VI KESIMPULAN Lakon Antaséna Rabi sajian Ki Anom Suroto merupakan salah satu jenis lakon rabèn dan karangan yang mengambil satu tokoh pokok Antasena kemudian ditambah tokoh-tokoh baru seperti Manuwati,

Lebih terperinci

TONTONAN, TATANAN, DAN TUNTUNAN ASPEK PENTING DALAM AKSIOLOGI WAYANG

TONTONAN, TATANAN, DAN TUNTUNAN ASPEK PENTING DALAM AKSIOLOGI WAYANG TONTONAN, TATANAN, DAN TUNTUNAN ASPEK PENTING DALAM AKSIOLOGI WAYANG Oleh: Kasidi Hp. Disampaikan dalam Sarasehan Senawangi Dalam Rangka Kongres IX Senawangi 25-26 April 2017 Jakarta PENGERTIAN AKSIOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adat istiadat, agama dan kesenian. Namun di era globalisasi ini banyak budayabudaya

BAB I PENDAHULUAN. adat istiadat, agama dan kesenian. Namun di era globalisasi ini banyak budayabudaya BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman suku, budaya, adat istiadat, agama dan kesenian. Namun di era globalisasi ini banyak budayabudaya asing yang

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan bangsa dengan warisan kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan aset tidak ternilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan banyak suku dan budaya yang berbeda menjadikan Indonesia sebagai bangsa

Lebih terperinci

menganggap bahwa bahasa tutur dalang masih diperlukan untuk membantu mendapatkan cerita gerak yang lebih jelas.

menganggap bahwa bahasa tutur dalang masih diperlukan untuk membantu mendapatkan cerita gerak yang lebih jelas. Bab. VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Teori bahasa rupa dapat menjelaskan gerak/sebetan wayang kulit purwa dengan cara menggunakan rangkaian gambar gerak dari satu gambar gerak ke gambar gerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional daerah dengan kekhasannya masing-masing senantiasa mengungkapkan alam pikiran dan kehidupan kultural daerah yang bersangkutan. Adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia yang dijadikan milik diri manusia dan diperoleh melalui proses belajar (Koentjaraningrat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat dikenal sebagai Kota Parahyangan/Tatar Sunda, yang berarti tempat para Rahyang/Hyang bersemayam. Menurut cerita cerita masyarakat kuno, Tatar Parahyangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah homo pluralis yang memiliki cipta, rasa, karsa, dan karya sehingga dengan jelas membedakan eksistensinya terhadap makhluk lain. Karena memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang kaya dalam berbagai hal, termasuk dalam segi kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang kaya dalam berbagai hal, termasuk dalam segi kebudayaan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang besar dan luas. Dengan kondisi geografis yang demikian, membuat Indonesia menjadi negara yang

Lebih terperinci

3. Karakteristik tari

3. Karakteristik tari 3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN BAHASA UNTUK MASYARAKAT DAERAH

PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN BAHASA UNTUK MASYARAKAT DAERAH PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN BAHASA UNTUK MASYARAKAT DAERAH Hetty Purnamasari FKIP Universitas Dr. Soetomo Surabaya hettypurnamasari@unitomo.ac.id Abstrak: Pendidikan di Indonesia saat ini menghadapi masalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan. garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês

BAB V KESIMPULAN. Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan. garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês BAB V KESIMPULAN Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês yang diimplementasikan untuk mengubah bentuk pertunjukan Jêmblungan di atas

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman seni dan budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena proses akulturasi.

Lebih terperinci

Bab VI Simpulan & Saran

Bab VI Simpulan & Saran Bab VI Simpulan & Saran VI.1. Simpulan Berdasarkan analisis pada perupaan sampel artefak yang saling diperbandingkan, maka sesuai hipotesis, memang terbukti adanya pemaknaan Tasawuf yang termanifestasikan

Lebih terperinci

BAB VI P E N U T U P. A. Kesimpulan. purwa lakon Subali Lena sajian dalang Enthus Susmono dalam acara Tirakatan

BAB VI P E N U T U P. A. Kesimpulan. purwa lakon Subali Lena sajian dalang Enthus Susmono dalam acara Tirakatan 224 BAB VI P E N U T U P A. Kesimpulan 1. Bentuk apa yang bisa dilihat dan apa yang bisa dicatat pertunjukan wayang kulit purwa lakon Subali Lena sajian dalang Enthus Susmono dalam acara Tirakatan Malem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembagian tersebut. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. pembagian tersebut. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena dalam pembahasan pembuatan sebuah karya sastra selalu mengaitkan

Lebih terperinci