BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang amat mendambakannya. Berbagai harapan hadir ketika anak mulai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang amat mendambakannya. Berbagai harapan hadir ketika anak mulai"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah yang diberikan kepada Allah SWT kepada seluruh keluarga yang amat mendambakannya. Berbagai harapan hadir ketika anak mulai ada dalam kandungan. Pada dasarnya pasangan suami istri mengharapkan anak yang terlahir sempurna tanpa ada kekurangan baik mental maupun fisiknya. Namun harapan itu berbeda menjadi berbagai kekurangan saat mengetahui bahwa anaknya mengalami gangguan salah satunya mereka akan mengalami kesedihan ketika menerima diagnosis autis. Pendapat Chaplin (2011), bahwa anak autis merupakan anak dalam kondisi kecenderungan diam dan suka menyendiri ekstrim. Autisme adalah gangguan perkembangan kompleks yang terjadi yang ditandai oleh terjadinya perbedaan dan ketidakmampuan sesuai bidangnya, contohnya, menurunnya kemampuan motorik kasar, berkurangnya kemampuan komunikasi secara sosial, terkena motorik halus dan ketidakmampuan berinteraksi secara sosial. Autisme terjadi diakibatkan kerusakan saraf otak pada anak tersebut. Autis ini akan tampak sebelum usia anak tiga tahun, penyandang autis ini adanya gangguan komunikasi yang menyimpang dalam bentuk anak tidak bicara, keterlambatan untuk bicara, bahasa tidak dapat dimengerti dan anak bicara dengan dengan meniru kata orang saja. 1

2 2 ya diumur ee.. 2 taun, eh belum ada 2 taun itu dia belum bisa ngomong, susah itu kalo ngomong suka di bolak balik sampe sekarang malah. Trus..punya ketertarikan sama suatu benda yang tidak lazimnya anak umur segitu itu... ee waktu itu dia suka sama galon, wee kalo ke toko liat galon senengnya minta ampun... disitu baru aku sadar, oo ini ada yang beda ini.. Maulana (2007) menyatakan bahwa autis terjadi gangguan komunikasi juga gangguan interaksi dengan orang disekitar anak baik orang dewasa maupun orang seumurannya. Kasus autisme terjadi muncul saat anak lahir atau pada usia 3 tahun pertama. Anak autis mengalami terlambat ataupun tidak mendapat perhatian dari orang tua dan sekitarnya hingga dewasa, sehingga sakit autis tersebut bisa parah. Huzaemah (2010) menyatakan bahwa kasus autis yang gagal dalam pengembangan kemampuan sosial dan komunikasi, sehingga dilakukan terapi secara dini, intensif dan terpadu bertujuan agar anak mampu bergaul layaknya anak tumbuh secara normal. Berdasarkan BPS tahun 2010 menunjukkan bahwa di Indonesia yang mengalami prevalensi autisme anak yang berusia 5-19 tahun sebanyak jiwa, sehingga diperkirakan usia 5-19 tahun rentang penyandang autisme sebanyak lebih dari 112 ribu anak. Penyandang atau penderita anak autis di dunia ini menunjukkan jumlah bervariasi. Berdasarkan UNESCO (2011) menunjukkan penyandang autisme di seluruh dunia sebanyak 35 juta orang. Berdasarkan jumlah 35 juta orang ini menujukkan rata-rata enam dari seribu orang di dunia menyandang penderita autisme. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hongkong Study (2008) menyatakan di Asia kejadian autisme anak berusia di bawah 15 tahun prevalensi 1,68 per anak.

3 3 Menurut Maulana (2007) di Indonesia penyandang anak autis jumlahnya mencapai lebih dari orang. Besarnya penyandang anak autisme akan mengalami peningkatan anak atau 1 per 500 anak selama tiga tahun. Priyatna (2010) menyatakan bahwa di Jawa Tengah tingkat prevalensi anak autis tahun 2009 diperkirakan 1 orang anak mengalami autis per 500 anak kelahiran, begitu juga di Surakarta penyandang anak autis diperkirakan 1 banding 150 anak. Kenyataan yang dihadapkan orangtua terhadap anaknya penyandang anak autis. Kekurangan anak autis memaksa orang tua menerima keadaan anak tersebut. Orang tua menganggap anak penyandang autis sebagai ujian bagi suatu keluarga sehingga menjadi pasrah atau sebaliknya, anggapan orang tua menerima anak autis sebagai aib dalam kehidupan keluarga mereka. Safaria (2005) menyatakan bahwa kenyataan dengan kondisi ini akan berpengaruh dukungan orang tua terhadap anaknya yang menyandang autis, sehingga dengan orang tua akan mengalami kecemasan dalam menghadapi anak penyandang autis. Nurhayati (2003) menyatakan bahwa permasalahan yang dihadapi orang tua yang memiliki penyandang autis menjadi kaget, menjadi bingung, perasaan panik, merasa dirinya bersalah, perasaan menjadi malu dan perasaan menjadi bingung untuk menjelaskan pada orang lain tentang kondisi anaknya, masalah penanggungan biaya perawatan, mengontrol keadaan emosi anaknya dan cara menghadapi anak pada saat anak tantrum, menjadi bingung mencari sekolah, dan menghadapi kekhawatiran masa depan anaknya. Resiliensi disini adalah kemampuan seseorang untuk dapat bertahan dalam menghadapi cobaan serta untuk mempertahankan kehidupan yang baik setelah

4 4 mengalami tekanan berat dalam hidupnya (Tugade dan Frederikson, 2004). Artinya setiap orang lahir dengan kemampuan untuk dapat bertahan dari kekecewaan, pennderitaan atau tantangan hidup. Menurut Reivich dan Shatte (2002), resiliensi adalah kapasitas untuk merespon secara sehat dan produktif ketika menghadapi kesulitan atau trauma, di mana hal itu penting untuk mengelola tekanan hidup sehari-hari Resiliensi dibangun dari tujuh kemampuan yang berbeda dan hampir tidak ada individu yang secara keseluruhan memiliki kemampuan tersebut dengan baik. Reivich dan Shatte (2002), mengemukakan ada tujuh aspek dari resiliensi yaitu : Regulasi emosi, Pengendalian impuls, Optimisme, Empati, Analisis penyebab masalah, Efikasi diri dan Peningkatan aspek positif yang ada dalam diri individu. Hendriani (2013) dalam penelitiannya mengemukakan ada beberapa karaktristik yang ditemukan dalam orang-orang yang resilien dalam dirinya. Karakteristik tersebut adalah insight, kemandirian, kreativitas, humor, inisiatif, hubungan yang baik dengan orang lain dan moralitas. Resiliensi sering kali dipandang sebagai sesuatu yang adaptif, atau sebagai tingkat kualitas ketahanan stress yang masih memungkinkan seseorang untuk berkembang meskipun masih berada dalam kesulitan tersebut. Resiliensi juga dapat dicirikan sebagai proses dinamis yang dapat menjadi mediasi antara individu, lingkungan, dan hasilnya, dalam hal ini perilaku. Menurut (Wagnild, 2003) Resiliensi merupakan bentuk karakteristik dalam usaha pengembangan keinginan dan menyesuaikan terhadap kondisi yang berat dalam hidupnya. Orang tua berusaha bertahan dan bangkit kembali dari kondisi buruk menimpanya. Menjadi seseorang yang resilien bukan berarti tidak mengalami sebuah kesulitan

5 5 dan stressfull event. Resiliensi bukanlah suatu sifat yang dimiliki atau tidak dimiliki oleh seseorang, melainakan sebuah perilaku, pikiran, dan tindakan yang dapat dipelajari oleh siapa saja. Menurut Grootberg (1999) resiliensi merupakan kekuatan yang dimiliki seseorang dalam upaya menyelesaikan tekanan dalam kehidupan yang buruk ke kehidupan yang baik sehingga menciptakan kondisi yang positif dalam kehidupannya. Mengatasi keterampilan dan mengatasi masalah, pengetahuan diri, motivasi, optimis, dan hubungan yang kuat dapat dijadikan sebagai guru utama dalam membangun sebuah resiliensi yang baik. Selain itu dibutuhkan pula suatu keterbukaan terhadap diri sendiri untuk menerima stressor yang ada lalu bangkit dari keterpurukan. Kesadaran akan kemampuan diri dan pembelajaran dari masa lalu dapat membantu individu untuk membangun strategi dalam menghadapi stress. Stress yang muncul dapat disebabkan oleh kekuatiran tentang masa depan anak, rasa tidak berdaya, hambatan ekonomi, kurangnya waktu untuk diri sendiri, serta reaksi saudara kandung pada anak autis (Sutadi, 2003). Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap ibu B dari orangtua yang memiliki anak penyandang autis, menyebutkan bahwa reaksi pertama kali ketika mengetahui anak ibu B didiagnosa autis ialah Ibu B merasa kaget dan stres dalam menghadapi kenyataan yang menimpanya. Selain itu dalam mengasuh anak autis seringkali merasa lelah, emosi dan kurang percaya diri dalam beraktifitas, sehingga mengakibatkan ibu B harus berhenti bekerja

6 6 Harapan ibu dalam menghadapi anak penyandang autis supaya anak mendapatkan kasih sayang, perhatian dan juga pendidikan yang memadai, tanpa melihat kondisi anak tersebut. Namun kenyataannya saat ini masih banyak orang tua yang malu karena memiliki anak yang kebutuhan khusus. Banyak diantara mereka yang belum sadar bahwa anak-anak berkebutuhan khusus ini juga berhak mendapatkan pendidikan di masa depan. Bahkan, masih banyak juga orang tua yang menyembunyikan keberadaan anaknya baik secara fisik maupun informasi. Harapan pembentuk resiliensi keluarga dalam penerimaan anak penyandang bagaiman regulasi emosi ibu berupa kemampuan dimilikinya dalam kondisi yang tenang dari tekanan yang dapat memberatkan batin. Semakin tinggi kemampuan mengatur emosi, cenderung tidak mengalami kesulitan dalam membangun dan menjaga hubungan dengan orang lain. Begitu juga control impuls rendah maka akan semakin sering mengalami perubahan emosi yang cepat dan cenderung kurang mengendalikan perilaku dan pikiran. Individu yang seperti itu sering mengalami kehilangan kesabaran. Ibu yang memiliki anak penyandang autis ini menitikberatkan pada pola percaya diri atau yakin menjadi sesuatu yang lebih baik. Aspek ini memiliki harapan seseorang tentang masa depan dan kepercayaan untuk bisa mengontrol kehidupan mereka lebih baik dalam bekerja dan bisa berprestasi berkarya. Kemampuan ibu berhubungan dalam usaha menyelesaikan masalah berdasarkan penyebabnya. Seseorang yang menyelesaikan permasalahan dengan tepat berdasarkan identifikasi masalah yang terjadi, orang yang tidak mampu

7 7 mengidentifikasikan penyebab dari permasalahan yang sedang dihadapinya secara tepat, maka anak akan terus menerus mengulangi kesalahan yang sama. Kemampuan seseorang berdasarkan saran atau petunjuk dari orang lain. Perilaku aspek ini berhubungan pada kesuksesan dalam pengembangan usaha dan menunjukan aspek tidak resilien. Anak penyandang autis dan ibu yang tidak peka terhadap bahasa non verbal dari pasangan, tidak akan mampu untuk menempatkan dirinya pada posisi pasangan, tidak mampu merasakan apa yang dirasakan pasangan dan memperkirakan maksud pasangan. Komunikasi dan interaksi akan tersekat jika memiliki sikap tidak empati seperti ini. Ibu yang memiliki anak penyandang autis aspek Self efficacy (Efikasi Diri) dengan tujuan mempunyai keyakinan atau kepercayaan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dengan efektif. Orang tersebut yakin bahwa dapat menyelesaikan masalah dengan kemampuan dirinya sendiri. Menghadapi setiap kerumitan, ada keyakinan akan potensi diri dalam menghadapi masalah. Setiap orang tua pasti memiliki sikap emosi dan sikap yang bervariasi menghadapi kondisi tersebut, perasaan hati tidak percaya yang dialami, sedih dan marah menghadapi masalah ini, hati menjadi bingung dan tidak dapat menerima diagnosis tersebut. Priyatna (2010) menyatakan bahwa orang tua menerima kondisi anak penyandang autis dan mengupayakan membantu kesembuhan anaknya. Tetapi masih ada orang tua belum dapat menerima secara ikhlas kenyataan kondisi bahwa anaknya didiagnosis autisme. Fenomena ini akan mempengaruhi peningkatan jumlah prevalensi autisme sehingga akan semakin banyak orang tua mengalami konflik batin keberadaan anak autis. Mansur (2009)

8 8 berpendapat bahwa konflik batin ini terjadi karena kesenjangan disebabkan perbedaan harapan serta keinginan orang tua yang tidak sesuai memiliki anak diharapkan keluarga, sehingga dapat bepengaruh terhadap resiliensi ibu yang memiliki anak autis. Friedman (2010), dukungan keluarga adalah nasehat, sikap, tindakan dan peneriman keluarga terhadap anggota keluarga. Dukungan keluarga berperan penting dalam memelihara keadaan psikologis seseorang yang megalami tekanan dalam kehidupaannya terutama pada anak autis. Melalui dukungan keluarga, kesejahteraan psikologis akan meningkat dengan adanya perhatian dan pengertian sehingga akan menimbulkan perasaan memiliki, meningkatkan harga diri serta memiliki perasaan positif terhadap diri individu. Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat dilakukan untuk keluarga. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan dari suami istri atau dukungan terhadap anak dan saudara kandung, sedangkan dukungan sosial keluarga eksternal meliputi dukungan sosial eksternal bagi keluarga inti (Friedman 2002). Dukungan keluarga merupakan suatu proses hubungan antara anggota keluarga dengan adanya dukungan timbal balik, umpan balik dan keterlibatan emosional. Selain itu dukungan dari dalam keluarga dapat menciptakan suasana saling memiliki, untuk memenuhi kebutuhan pada perkembangan keluarga. Friedman (1998) menyatakan dukungan orang tua khususnya keluarga merupakan suatu tindakan, sikap danresiliensianggota dalam keluarga terhadap penderita atau

9 9 penyandang autis, anggota keluarga harus bisa memandang bersifat memotivasi serta memberikan pertolongan dan bantuanterhadap anak tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan Milyawati dan Hastuti (2009) bahwa pengetahuan keluarga, dan pendapat ibu tentang strategi menghadapi anak dengan gangguan autisme tidak mempunyai hubungan secara signifikan dengan strategi koping digunakan ibu meringankan tekanan merawat anak penyandang autisme. Hasil penelitian Rahmayanti (2007) menunjukkan adanya resiliensi ibu terhadap anak autis faktor dukungan keluarga, agama yang dianut, kondisi keuangan keluarga, status atau kondisi perkawinan, umur serta motivasi para ahli, tingkat pendidikan, dan masyarakat sekitarnya. Orang tua mempunyai peran perkembangan anak mulai diagnosis dokter, membina hubungan yang baik dengan dokter, memperoleh dokter apabila dokter bersangkutan kurang bisa bekerjasama, melakukan konsultasi perkembangan kondisi anak, pendampingan saat anak terapi dan menambah ilmu pengetahuan tentang autisme. Hasil penelitian yang dilakukan Tri Budi Santoso at.all (2015) menunjukkan bahwa ketahanan dalam pekerjaan ibu-ibu dalam mengasuh dan menerima kondisi anak penyandang autis dan mendapat dukungan dari anggota keluargadan sosial. Ibu-ibu yang mempunyai anak autis dengan meningkatkan pengetahuan dalam menangani anaknya dan melakukan terapi secara rutin. Penelitian Puspita (2011) menunjukkan hasil sikap dan pengetahuan kemandirian ibu terhadap anak autis berpengetahuan baik sebanyak 40,4%, sikap yang dimiliki ibu positif sebanyak 53,8%, kemandirian yang dimiliki anak autis dengan bantuan sebanyak 34,6%. Hasil ini menunjukan terdapat hubungan

10 10 pengetahuan ibu dengan variabel kemandirian cara merawat diri anak autis dan terdapat hubungan sikap dengan kemandirian cara merawat diri anak penyandang autis. Berdasarkan survei di Sekolah Luar Biasa (SLB) di Surakarta dengan cara wawancara ibu sebanyak 10 orang yang memiliki penyandang anak autis, dari ibu sebanyak 8 orang bahwa anaknya mengalami autis, tetapi orang tuanya tidak mampu merawat anaknya dan merasa hatinya cemas menghadapi permasalahan anaknya tersebut. Begitu juta penelitian ini ada 2 (dua) orang menyatakan sudah mengetahui anaknya menyandang autis dan tetap merawat dengan baik anak dengan kondisi tersebut dan melakukan terapi secara kontinue. Ibu atau orang tua sudah menerima kondisi anaknya penyandang auitis dan kecemasan hatinya dirasakan bisa diatasi tetapi mereka berupaya penyembuhan anaknya. Penerimaan akan kehadiran anak berkebutuhan khusus dalam sebuah keluarga memerlukan waktu yang tidak singkat. Pada tahun tahun awal perkembangan anak, muncul berbagai masalah pada pertumbuhan anak, orangtua merasa bingung, frustrasi dan duka cita (Ferguson, Fortier, & Wallass dalam Koydemir-Ozden & Tosun, 2010). Banyaknya pekerjaan dalam mengelola anak autis membuat orangtua merasakan beban dan stress (Phelps 1990) terkait dengan berbagai macam sumber stres baik itu primer maupun sekunder. Sumber stres primer berkaitan dengan perilaku dan karakteristik anak autis. Terjadi kebingungan akibat kekurangannya pemahaman orangtua mengenai autisme memicu timbulnya stres. Lalu sumber stress sekunder berkaitan dengan dampak memiliki anak autis itu sendiri baik di keluarga, pekerjaan, lingkungan sosial hingga ekonomi.

11 11 Orang tua menghadapi kondisi dengan anak penyandang autis sangat berbeda dengan kondisi anak yang normal. Dukungan ibu atau orang tua diupayakan lebih diprioritaskan kepada anak penyandang autis, diperlukan diskusi secara berkesinambungan, kerja sama secara baik, memberikan teladan atau contoh yang benar terhadap anaknya, rasa kasih sayang dan cinta tulus kepada anaknya. Gordon (2001) menyatakan bahwa ibu dan ayah serta keluarga merupakan kumpulan dari pribadi yang mempunyai perasaan berbeda-beda terhadap anak-anaknya baik menerima kondisi atau tidak mau menerima kondisi tersebut. Ketika tahapan ini dapat diatasi, individu akan mulai memasuki tahap kompromi hingga masuk dalam tahap penerimaan. Orang tua khususnya ibu membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk bisa menerima kondisi anaknya penyandang autis. Ketika orang tua bisa menerima tahapan penerimaan, tetapi juga bisa mengalami fluktuasi atau kondisi yang tidak normal bisa mengalami penurunan ataupun bisa mengalami peningkatan penerimaan tersebut. Kaitannya dengan anak autis, orangtua dalam kondisi stress dapat mengalami ketidakseimbangan kognitif, emosional, sosial dan instrumental (kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat) yang tentunya dapat mempengaruhi fungsi keluarga. Dengan segala perannya, apabila orangtua tidak mampu mengelola stresor dengan cara yang positif, seperti beradaptasi, optimis, meregulasi emosi, maka individu tersebut rentan untuk berada dalam kondisi stress. Andayani dan Koentjoro (2007) bahwa orang tua khususnya Ibu berhubungan secara langsung kontak fisik dan hubungan emosional terhadap anak penyandang autis. Gunarsa dan Gunarsa (2004)

12 12 berpendapat bahwa orang tua khususnya ibu yang mempunyai peran utama dalam kehidupan anak penyandang autis. Secara naluri bahwa perhatian dan kasih sayang ibu terhadap anaknya sangat berlebihan, begitu juga hubungan emosional yang kuat antar orang tua atau ibu dengan anaknya. Banyaknya sumber stresor yang dimiliki seorang ibu dengan anak autis seolah mengharuskan ibu untuk tetap dapat menjaga dan merawatnya karena hal ini berkaitan dengan peran ibu sebagai pengasuh utama atau pemberi perawatan utama (Inus, 2005). Peran orang tua memiliki hubungan yang signifikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak autistik karena ibu merupakan seseorang yang pertama dikenal oleh anak sejak dilahirkan. Setiwati (2006) berpendapat bahwa peran keluarga bagi anak anaknya adalah 1) menciptakan keluarga yang sejahtera, menjunjung tinggi moral yang baik, keluarga yang mempunya etika baik dan memiliki nilai budi pekerti bangsa, sehingga menciptakan kepribadian dan kemandirian yang kuat, 2) memenuhi keinginan atau kebutuhan anak (cinta, pengertian, penerimaan,perhatian), 3) mempunyai sifat yang bijaksana dalam menghadapi masalah anak penyandang autis, 4) selalu memperhatikan anak saatbermain, belajar, bergaul dan berinteraksi, 5) Tulus memberikan cinta kasih, 6) Peran serta dalam membantu perkembangan anaknya, 7) dukungan terhadap anak dan mendorong untuk cita-citanya. Seorang individu yang resilien mampu bertahan dan bangkit kembali dari situasi buruk yang menimpanya. Menjadi seseorang yang resilien bukan berarti tidak mengalami sebuah kesulitan. Resiliensi bukanlah suatu sifat yang dimiliki atau tidak dimiliki oleh seseorang, melainakan sebuah perilaku, pikiran, dan

13 13 tindakan yang dapat dipelajari oleh siapa saja. Menurut Grootberg (1999) resiliensi bisa diartikan sebagai sebuah kemampuan manusia untuk menghadapi dan mengatasi tekanan hidup serta dapat menjadikan peristiwa buruk tersebut sebagai pengalamn berharga yang dapat mengubah diri ke arah positif. Terkaitan dengan segala proses dan faktor faktor yang ada pada ibu dalam mengasuh dan membesarkan anaknya, peneliti ingin memahami lebih lanjut bagaimana resiliensi pada orang tua, yaitu ibu yang memiliki anak autis. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa dukungan keluarga dapat mempengaruhi tingkat resiliensi seseorang khususnya pada anak penyandang autis, sehingga keadaan tersebut sangat mempengaruhi resiliensi pada anak penyandang autis. Seseorang yang memiliki dukungan keluarga yang tinggi akan memiliki resiliensi yang tinggi dalam dirinya, begitu pula sebaliknya. Dengan keadaan tersebut penulis menganggap bahwa hubungan dukungan keluarga dengan resiliensi pada anak autis dipandang sangat penting untuk dapat memberikan dukungan dalam resiliensi pada anak penyandang autis. Uraian tersebut menunjukkan bahwa keluarga merupakan salah satu faktor pendukung resiliensi pada seseorang, begitu juga dengan penyandang autis. Penyandang autis yang hidup dengan keterbatasan cenderung melihat kekurangan dalam kenyataan hidupnya. Penyandang autis diperkirakan dapat bertahan dalam keadaan tersebut karena dukungan keluarga yang diterimanya. Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan peneliti diatas, untuk itu peneliti dapat menyampaikan rumusan masalah sebagai berikut Apakah ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Resiliensi Pada Ibu Yang Memiliki Anak Penyandang Autis Kota Surakarta?.

14 14 B. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan peneliti diatas, maka dapat disampaikan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan resiliensi pada ibu yang memiliki penyandang anak autisme di Pusat Layanan Autis Kota Surakarta. 2. Mengetahui tingkat dukungan keluarga anak penyandang autis. 3. Mengetahui resiliensi pada ibu yang memiliki anak penyandang autis. 4. Mengetahui dukungan resiliensi pada ibu yang memiliki anak penyandang autis. 5. Mengetahui sumbangan efektif orang tua yang memiliki anak penyandang autis. C. Manfaat Penelitian Hasil dari pengembangan penelitian dapat memberikan sumbangan dan masukan yang baik bagi para pembaca dan peneliti sendiri. Manfaat penelitian ini dapat memberikan harapan yaitu: 1. Manfaat Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang perluasan wawasan dan memberikan ilmu dalam merawatan anak penyandang autis serta pengetahuan ibu dalam merawat dan membimbinganaknya secara mandiri. 2. Pusat Layanan Autis Surakarta Penelitian ini supaya memberikan masukan kepada Pusat Layanan Autis yang berkaitan dengan pendidikan bertujuan untuk bahan pengembangan dan pertimbangan program pendidikan terhadap masalah anak penderita autis.

15 15 3. Ibu Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi ibu dalam merawat dan membimbing anaknya dengan sabar dan penuh kasih sayang serta dapat menambah pengetahuan tentang penyakit autis untuk dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Peneliti Dari penelitian ini supaya memberikan masukan dalam pengembangan ilmu psikologi secara klinis dan keluarga khususnya berkaitan resiliensi pada orang tua yang memiliki penyandang anak autis. 5. Peneliti yang lain Dari penelitian ini supaya dapat memberikan masukan kepada oleh orang tua, khususnya ibu atau keluarga yang salah satu anggotanya menyandang autisme, untuk psikolog, terapis, konselor, layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus, serta masyarakat sosial yang hidup di sekitar keluarga yang memiliki anak penyandang autis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autisme merupakan suatu kumpulan gejala yang diakibatkan oleh kerusakan saraf. Gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Penyandang autisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme merupakan suatu kumpulan gejala (sindrom) yang diakibatkan oleh kerusakan saraf. Gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Penyandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menerima bahwa anaknya didiagnosa mengalami autisme.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menerima bahwa anaknya didiagnosa mengalami autisme. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap keluarga yang amat mendambakannya. Berbagai harapan hadir ketika anak mulai ada di dalam perut Ibu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perkembangan dan pertumbuhan yang dialami oleh anak adalah peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perkembangan dan pertumbuhan yang dialami oleh anak adalah peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perkembangan dan pertumbuhan yang dialami oleh anak adalah peristiwa penting yang harus diperhatikan oleh orang tua sebagai pihak yang paling dekat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya terlahir sempurna tanpa ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya terlahir sempurna tanpa ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya terlahir sempurna tanpa ada kekurangan baik fisik maupun mentalnya. Akan tetapi, terkadang terjadi keadaan dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang menyangkut masalah komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi. Istilah autis hingga kini masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah dambaan dalam setiap keluarga dan setiap orang tua pasti memiliki keinginan untuk mempunyai anak yang sempurna, tanpa cacat. Bagi ibu yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

2016 PROSES PEMBENTUKAN RESILIENSI PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK PENYANDANG DOWN SYNDROME

2016 PROSES PEMBENTUKAN RESILIENSI PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK PENYANDANG DOWN SYNDROME BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang tua pasti berharap memiliki anak yang dapat bertumbuh kembang normal sebagaimana anak-anak lainnya, baik dari segi fisik, kognitif, maupun emosional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuanya,keberadaannya diharapkan dan ditunggu-tunggu serta disambut

BAB I PENDAHULUAN. tuanya,keberadaannya diharapkan dan ditunggu-tunggu serta disambut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang tuanya,keberadaannya diharapkan dan ditunggu-tunggu serta disambut dengan penuh bahagia. Semua orang tua mengharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap individu pasti mengalami kesulitan karena individu tidak akan terlepas dari berbagai kesulitan dalam kehidupannya. Kesulitan dapat terjadi pada

Lebih terperinci

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah Nama : Gemi Arthati NPM : 13513674 Pembimbing : Mimi Wahyuni. Jurusan Psikologi 2016 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah terbesar nan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia adalah salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada fase ini seorang individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia, aspek paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan setiap orang tua. Namun kebahagiaan dan harapan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap keluarga memiliki cara tersendiri untuk menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap keluarga memiliki cara tersendiri untuk menghadapi berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap keluarga memiliki cara tersendiri untuk menghadapi berbagai situasi selama rentang kehidupannya, begitu pula pada keluarga yang memiliki anak dengan hidrosefalus.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar biasa. Setiap orang tua mengharapkan anak yang dilahirkan kelak tumbuh menjadi anak yang menyenangkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara suami istri saja melainkan juga melibatkan anak. retardasi mental termasuk salah satu dari kategori tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. antara suami istri saja melainkan juga melibatkan anak. retardasi mental termasuk salah satu dari kategori tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam kehidupan berumah tangga, setiap pasangan tentu mendambakan kehadiran seorang anak sebagai pelengkap kebahagiaan serta puncak pemenuhan dari kebutuhan pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran anak merupakan dambaan setiap keluarga yang tidak ternilai harganya. Anak adalah anugerah yang diberikan Tuhan, yang harus dijaga, dirawat, dan diberi bekal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepribadian seorang anak merupakan gabungan dari fungsi secara nyata maupun fungsi potensial pola organisme yang ditentukan oleh faktor keturunan dan penguatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kehadiran anak memberikan kebahagiaan yang lebih di tengah tengah keluarga dan membawa berbagai perubahan yang berdampak positif pada keluarga. Perubahan yang mendasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua mempunyai harapan untuk memiliki anak yang normal, sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir dengan kondisi fisik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi orang tua dari anak-anak mereka. Orang tua merupakan individu yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi orang tua dari anak-anak mereka. Orang tua merupakan individu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan anugrah yang sangat berarti bagi orang tua karena setelah pasangan menikah, peran selanjutnya yang di dambakan adalah menjadi orang tua dari anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat diukur secara kuantitas dari waktu ke waktu, dari satu tahap ke tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat diukur secara kuantitas dari waktu ke waktu, dari satu tahap ke tahap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang anak dikatakan tumbuh dapat dilihat dari perubahan fisik yang dapat diukur secara kuantitas dari waktu ke waktu, dari satu tahap ke tahap berikutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat dan memelihara anak-anak yatim atau yatim piatu. Pengertian yatim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat dan memelihara anak-anak yatim atau yatim piatu. Pengertian yatim BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panti Asuhan merupakan lembaga yang bergerak di bidang sosial untuk membantu anak-anak yang sudah tidak memiliki orang tua. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini menggambarkan tentang latar belakang masalah, perumusan penelitian, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian serta manfaat yang diperoleh dari penelitian ini. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyeluruh dalam menjalankan fungsi-fungsinya, karena keluarga

BAB I PENDAHULUAN. yang menyeluruh dalam menjalankan fungsi-fungsinya, karena keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga menjadi unit terkecil dalam lingkup masyarakat yang memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap suatu kondisi. Dalam ruang lingkup keluarga terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memiliki anak merupakan hal yang ditunggu-tunggu dan sangat. menggembirakan bagi pasangan suami istri. Kehdiran anak bukan saja

BAB I PENDAHULUAN. Memiliki anak merupakan hal yang ditunggu-tunggu dan sangat. menggembirakan bagi pasangan suami istri. Kehdiran anak bukan saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memiliki anak merupakan hal yang ditunggu-tunggu dan sangat menggembirakan bagi pasangan suami istri. Kehdiran anak bukan saja mempererat tali cinta pasangan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang- BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kanker adalah penyakit yang sangat berbahaya bahkan dapat mengakibatkan kematian. Sampai saat ini kanker masih menjadi momok bagi semua orang, hal ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki atribut fisik dan/atau kemampuan belajar yang berbeda dari anak normal, sehingga membutuhkan program individual dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seorang wanita dalam kehidupan berkeluarga memiliki peran sebagai seorang istri dan sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis adalah suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering disebut Sindrom Kanner yang dicirikan dengan ekspresi wajah yang kosong

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya autis merupakan gangguan perkembangan yang meluas (pervasive) di berbagai bidang (Mash & Wolfe, 2005). Dalam DSM IV-TR, gangguan ini dicirikan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah anugrah, kehadirannya mengubah hidup menjadi lebih berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena kehadirannya juga orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri (Mangunsong, 1998). Survei yang dilakukan Wallis (2005) terhadap 900

BAB I PENDAHULUAN. istri (Mangunsong, 1998). Survei yang dilakukan Wallis (2005) terhadap 900 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Umumnya setiap pasangan perkawinan menginginkan anak sebagai penerus keturunan. Anak merupakan sumber kebahagiaan bagi pasangan suami istri (Mangunsong, 1998).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita. Di beberapa negara menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita. Di beberapa negara menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker serviks menempati terbanyak kedua di seluruh dunia yang mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita. Di beberapa negara menjadi penyebab kanker terbanyak

Lebih terperinci

STRATEGI COPING ORANG TUA MENGHADAPI ANAK AUTIS

STRATEGI COPING ORANG TUA MENGHADAPI ANAK AUTIS STRATEGI COPING ORANG TUA MENGHADAPI ANAK AUTIS Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : DESI SULISTYO WARDANI F 100 050 031 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang tuanya. Kehadiran anak diharapkan dan ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan yang terikat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Gangguan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Autisme dipandang sebagai kelainan perkembangan sosial dan mental yang disebabkan oleh gangguan perkembangan otak akibat kerusakan selama pertumbuhan fetus, atau saat

Lebih terperinci

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1 POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi Disusun Oleh : YULI TRI ASTUTI F 100 030

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syndrome, hyperactive, cacat fisik dan lain-lain. Anak dengan kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. syndrome, hyperactive, cacat fisik dan lain-lain. Anak dengan kondisi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan kondisi yang berbedabeda. Ada anak yang lahir dengan kondisi yang normal, namun ada juga anak yang lahir dengan membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu secara fisik maupun secara psikologis, itu biasanya tidak hanya berasal

BAB I PENDAHULUAN. itu secara fisik maupun secara psikologis, itu biasanya tidak hanya berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini beragam sekali masalah yang dihadapi manusia, baik itu secara fisik maupun secara psikologis, itu biasanya tidak hanya berasal dari dalam dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua. Kelahiran anak adalah saat-saat yang sangat di tunggu-tunggu oleh setiap pasangan suami istri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak adalah karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada umatnya. Setiap orang yang telah terikat dalam sebuah institusi perkawinan pasti ingin dianugerahi seorang anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia dan pekerjaan merupakan dua sisi yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan; keduanya saling mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Remaja adalah generasi penerus bangsa, oleh karena itu para remaja harus memiliki bekal yang baik dalam masa perkembangannya. Proses pencarian identitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu ikatan resmi antara laki-laki dan perempuan secara sah di mata hukum. Bagi setiap pasangan yang telah menikah, memiliki keturunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyalahguna narkoba saat ini sudah mencapai 3.256.000 jiwa dengan estimasi 1,5 % penduduk Indonesia adalah penyalahguna narkoba. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dapat diartikan sebagai tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang pengasuh, orang tua, atau pasangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN,

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti menginginkan memiliki keluarga yang bahagia. Menurut Sigmund Freud, pada dasarnya keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk membantu anak-anak yang tidak memiliki orang tua. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara normal terutama anak, namun itu semua tidak didapatkan

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara normal terutama anak, namun itu semua tidak didapatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap keluarga menginginkan semua anggota keluarganya dapat tumbuh dan berkembang secara normal terutama anak, namun itu semua tidak didapatkan oleh keluarga

Lebih terperinci

PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA AUTIS DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA AUTIS DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA AUTIS DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Diajukan oleh : PITTARI MASHITA PURNOMO F. 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai alasan. Terlebih lagi alasan malu sehingga tidak sedikit yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai alasan. Terlebih lagi alasan malu sehingga tidak sedikit yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pasangan suami istri pasti menginginkan kehadiran seorang anak. Anak yang terlahir sempurna merupakan harapan semua orang tua. Orang tua mendambakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. familiar dikehidupan masyarakat adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

BAB 1 PENDAHULUAN. familiar dikehidupan masyarakat adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Setiap orang selalu mengharapkan kehidupan yang bahagia. Tak terkecuali orang tua. Salah satu bentuk kebahagiaan itu adalah memiliki anak yang sehat dan normal, baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. emosional yang positif karena telah terpenuhinya kondisi-kondisi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. emosional yang positif karena telah terpenuhinya kondisi-kondisi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Spot (2004) menjelaskan kebahagiaan adalah penghayatan dari perasaan emosional yang positif karena telah terpenuhinya kondisi-kondisi yang diinginkan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008). BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak 2.1.1. Pengertian Hospitalisasi Hospitalisasi adalah suatu keadaan dimana seseorang yang sakit yang membutuhkan perawatan secara intensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, tidak semua orang berada pada kondisi fisik yang sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan ada

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dari hasil pembahasan yang berkaitan dengan upaya menjawab tujuan penelitian serta saran yang berkaitan dengan simpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak sehat, baik fisik maupun mental adalah harapan bagi semua orang tua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikaruniai anak yang normal. Melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua

BAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang tumbuh dan berkembang sehat sebagaimana anak pada umumnya memiliki kecerdasan, perilaku yang baik, serta dapat bersosialisasi dengan orang lain dan kelak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan merupakan suatu hal

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil. Usia anak pada saat didiagnosis memiliki epilepsi berbeda-beda.

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil. Usia anak pada saat didiagnosis memiliki epilepsi berbeda-beda. BAB V PEMBAHASAN A. Rangkuman Hasil Usia anak pada saat didiagnosis memiliki epilepsi berbeda-beda. Anak subyek 1 didiagnosis epilepsi pada saat usia empat tahun, anak subyek 2 pada usia lima tahun, dan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Semua orangtua menginginkan anak lahir dengan keadaan fisik yang

BABI PENDAHULUAN. Semua orangtua menginginkan anak lahir dengan keadaan fisik yang BAB I PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah penelitian Semua orangtua menginginkan anak lahir dengan keadaan fisik yang sempurna, tetapi terkadang keinginan tersebut bertolak belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan. Bahkan di dalam Undang-Undang Dasar Negara di sebutkan bahwa setiap warga Negara berhak dan wajib mendapat pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga kesehatan yang sangat vital dan secara terus-menerus selama 24 jam berinteraksi dan berhubungan

Lebih terperinci

KEBAHAGIAAN SAUDARA KANDUNG ANAK AUTIS. Skripsi

KEBAHAGIAAN SAUDARA KANDUNG ANAK AUTIS. Skripsi i KEBAHAGIAAN SAUDARA KANDUNG ANAK AUTIS Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh: RONA MARISCA TANJUNG F 100 060 062 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang selalu mengharapkan kehidupan yang bahagia. Salah satu bentuk kebahagiaan itu adalah memiliki anak yang sehat dan normal, baik secara fisik maupun mental.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu maupun Ayah memiliki hak yang sama dalam merawat dan membesarkan anak. Membesarkan anak bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan partisipasi wanita dalam dunia kerja telah menjadi fenomena yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti Indonesia. Kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harapan tersebut bisa menjadi kenyataan. Sebagian keluarga memiliki anak yang

BAB I PENDAHULUAN. harapan tersebut bisa menjadi kenyataan. Sebagian keluarga memiliki anak yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Memiliki anak yang sehat secara fisik dan psikologis menjadi impian dan harapan yang sangat didambakan oleh setiap keluarga. Namun tidak semua harapan tersebut bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tua. Anak bisa menjadi pengikat cinta kasih yang kuat bagi kedua orang

BAB I PENDAHULUAN. orang tua. Anak bisa menjadi pengikat cinta kasih yang kuat bagi kedua orang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua pasti sangat mendambakan hadirnya seorang anak dalam pernikahannya karena anak merupakan anugerah yang sangat berarti bagi kedua orang tua. Anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu, sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu, sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi perkembangan individu, sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga. secara Psikologis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi setiap orang yang telah menikah, memiliki anak adalah suatu anugerah dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya, tumbuh dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permulaan masa pertengahan dan akhir anak-anak ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu sekolah dasar, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupannya.

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin. membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin. membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi kehidupan abad 21 yang penuh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang

BAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada umumnya memiliki harapan dengan memiliki tubuh yang selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada masa globalisasi saat ini dengan kehidupan modern yang semakin kompleks, manusia cenderung akan mengalami stress apabila ia tidak mampu mengadaptasikan keinginan-keinginan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan mutlak manusia untuk berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia

BABI PENDAHULUAN. Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia dan perhiasan dunia bagi para orangtua. Banyak pasangan muda yang baru

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada bab ini terdapat empat kesimpulan berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan. Kesimpulan pertama berkaitan dengan kenyataan yang dialami keluarga,

Lebih terperinci