BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki berbagai fungsi didalam peningkatan produktivitas kerja dan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN

Pedoman Penyusunan Program Kedaruratan PLB3

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN. dan kesimpangsiuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan,

BAB I DEFINISI. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

PEDOMAN KEAMANAN LINGKUNGAN FISIK PUSKESMAS KREBET BAB I PENDAHULUAN

PROGRAM INDUK K3RS( KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ) RUMAH SAKIT TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan usaha pertambangan mempunyai risiko yang tinggi terhadap

PENILAIAN RISIKO PPMK-DEPKES

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

Luwiharsih Komisi Akreditasi RS

BAB I PENDAHULUAN. teknologi sederhana atau tradisional menjadi teknologi maju dan sangat maju. dari segi modal maupun sumber daya manusia.

BAB I. KESELAMATAN KERJA, KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA (K3)

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. setingggi-tingginya. Menurut Depkes RI (2007), rumah sakit sebagai salah satu

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

RENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

KATA PENGANTAR. Akhirnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam mensukseskan jalannya program kerja ini.

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama diterapkan di berbagai sektor industri, kecuali di sektor

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

KERENTANAN (VULNERABILITY)

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta dalam menghadapi bencana, dapat

A. KRITERIA AUDIT SMK3

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, lebih

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Powered by TCPDF (

Disampaikan oleh: Kasubdit Tanggap Darurat dan Non Institusi Jakarta, 23 November 2017

BAB I STANDAR KOMPETENSI

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terkait keselamatan di RS yaitu: keselamatan pasien, keselamatan pekerja atau

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Manajemen Bencana. Suatu proses terencana yang dilakukan untuk mengelola bencana dengan baik dan aman.

PANDUAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK)

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3)

PERENCANAAN PERBAIKAN STRATEGIS POKJA MFK RS BEN MARI MALANG TAHUN 2017

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja...

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 1. Tingkat Organisasi. Skor. Tinggi 1

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER SOETOMO

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB I PENDAHULUAN. Tahun demi tahun negeri ini tidak lepas dari bencana. Indonesia sangat

PENANGANAN KEDARURATAN BENCANA AKIBAT LIMBAH B3. Oleh : Yus Rizal (BNPB)

BAB III LANDASAN TEORI

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

2.4. Penyakit Akibat Kerja Tujuan Tantangan dan Ancaman

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dari proses produksi terkadang mengandung potensi bahaya yang

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 6 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD dr. SLAMET GARUT Nomor : Tentang : PEMBENTUKAN TIM KESELAMATAN KERJA, KEBAKARAN DAN

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ketenagakerjaan, antara lain masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga Kerja

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas.

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu sistem atau program yang berkaitan dengan kesehatan, keselamatan dan kesejahtraan manusia yang berkerja disebuah institusi maupun lokasi proyek. Aturan Kesehatan dan keselamatan kerja dibuat untuk meminimalisir dan mencegah resiko kecelakaan pada saaat berkerja disuatu proyek, dan menjamin keselamatan pekerja dilapangan, baik itu ditempat kerja ruangan, lapangan, maupun tertutup. Tujuan dibuatnya sistem atau program Kesehatan dan keselamatan kerja adalah untuk meminimalisir kerugian disuatu perusahaan atau pun intansi pemerintah yang disebabkan oleh kecelakaan kerja. Keselamatan kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan, kerusakan, dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia, maupun yang berhubungan dengan peralatan, obyek kerja, tempat berkerja, dan lingkungan kerja, secara langsung maupun tidak langsung. kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit adalah suatu sistem yang menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia dirumah sakit melalui upaya pencegahan kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja dirumah sakit. Selanjutnya kesehatan dan keselamatan kerja dirumah sakit masuk kedalam Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (SMK3) dimana sistem ini bertujuan untuk manjamin terselanggaranya Kesehatan dan Keselamatan Kerja dirumah sakit secara optimal, efektif, efisien dan berkesinambungan (Peraturan Menteri Kesehatan No. 66/2016). Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Potensi bahaya di rumah sakit sangat besar, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang 6

7 memepengaruhi situasi dan kondisi rumash sakit, yaitu kecelakaan (ledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik dan sumbersumber cedera lainnya), radiasi, bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikososial, dan ergonomi. Semua potensi-potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan bagi para karyawan di rumah sakit, para pasien maupun para pengunjung yang ada dilingkungan rumah sakit. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan multidisiplin ilmu yang terfokus pada penerapan prinsip ilmiah dalam memahami adanya resiko yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia dalam lingkungan industri maupun diluar lingkungan industri, selain itu kesehatan dan keselamatan kerja merupakan profesionalisme dari berbagai disiplin ilmu yaitu fisika, kimia, biologi dan ilmu perilaku yang diaplikasikan dalam manufaktur, transportasi, penyimpanan dan penanganan bahan berbahaya (Permatasari, 2009). 2.2 Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit 2.2.1 Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah sakit (SMK3RS) Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dirumah sakit merupakan salah satu aturan dan sistem yang harus ada di rumah sakit modern pada masa ini, karena sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dirumah sakit merupakan element penting guna terwujudnya lingkungan rumah sakit yang mempunyai resiko kecelakaan kerja sekecil mungkin, baik bagi pasien, pekerja/karyawan maupun untuk pengunjung rumah sakit. Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit (SMK3RS) meliputi beberapa aspek anatara lain: a. Penetapan Kebijakan K3RS b. Perencanaan K3RS c. Pelaksanaan rencana K3RS d. Pemantauan dan evaluasi kenerja K3RS e. Penijauan dan peningkatan kinerja K3RS

8 Perencanaan K3RS dibuat berdasarkan manajemen risiko K3RS, peraturan perundang-undangan, dan persyaratan lainya. Dimana perencanaan ini diresmikan oleh kepala atau direktur rumah sakit sebagai pimpinan tertinggi institusi tersebut, penyusunanan dan penetapan K3RS disusun berdasarkan tingkatan faktor resiko dan dengan sistem pertinjauan rutin selama 1 (satu) tahun tergantung jika adanya perubahan sarana dan prasarana serta proses kerja di rumah sakit (Peraturan Menteri Kesehatan No. 66/2016) 2.2.2 Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit Setiap instansi atau perusahaan wajib memiliki standard dan peraturan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja dan karyawannya agar tidak terjadi kecelakaan kerja dan menimbulkan kerugian finansial dan kerugian materi. Adapun standard kesehatan dan keselamatan kerja dirumah sakit meliputi: 1. Manajemen resiko K3RS Manajemen risiko dirumah sakit bertujuan untuk meminimalkan resiko keselamatan dan kesehatan dirumah sakit sehingga tidak menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan dan keselamatan SDM dirumah sakit, pasien, pendamping pasien, dan pengunjung. Manajemen resiko dirumah sakit harus dilakukan secara menyeluruh dan meliputi beberapa hal antara lain: a) Persiapan/ penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola resikonya. b) Identifikasi bahaya potensial c) Analisis resiko d) Evaluasi resiko e) Pengendalian resiko f) Komunikasi dan konsultasi g) Pemantauan dan telaah ulang 2. Keselamatan dan keamanan di rumah sakit. Keselamatan dan keamanan di rumah sakit bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan cedera serta mempertahankan kondisi yang aman bagi seluruh pengunjung pasien dan karyawan yang ada. Adapun keselamatan dan keamanan dilakukan melalui beberapa hal antara lain identifikasi dan penilaian resiko, pemetaan area resiko, upaya pengendalian resiko, upaya

9 pengendalian yang dimaksud dilakukan dengan cara inspeksi rutin K3RS diarea rumah sakit. 3. Pelayanan Kesehatan Kerja Pelayanan kesehatan kerja dirumah sakit adalah pelayanan yang dilakukan secara komprehensif melalui kegiatan yang bersifat promotif, presentatif, kreatif dan rehabilitatif. a) Kegiatan promotif meliputi kegiatan pemenuhan gizi kerja, kebugaran, dan pembinaan mental dan rohani. b) Kegiatan yang bersifat prevetatif adalah kegiatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaaan kesehatan. c) Kegiatan kuratif adalah kegiatan yang berupa pelayanan tata cara menangani penyakit menular, penyakit tidak menular, dan penyakit akibat kerja. d) Kegiatan program rehabilitatif adalah kegiatan yang meliputi rehabilitasi medis akibat kecelakaan kerja/penyakit akibat kerja dan program kembali berkerja (back to work) 4. Pengolahan bahan berbahaya dan beracun (B3) Pengolahan bahan berbahaya dan beracun dirumah sakit merupakan syarat guna terciptanya lingkungan rumah sakit berstandar K3 yang baik guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah bahan berbahaya beracun. Setiap rumah sakit harus juga memiliki standard pengolahan libah B3 yang mencakup sistem K3RS antara lain: a) Indentifikasi dan inventarisasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) b) Menyiapkan dan memiliki lembar data keselamatan bahan (material sefty data sheet) c) Menyiapkan saran keselamatan Bahan Berbahaya dan Beracun d) Pembuatan pedoman dan standar prosedur oprasional pengolahan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang aman. e) Penanganan keadaan darurat Bahan Berbahaya dan Beracun

10 Sarana Keselamatan kerja untuk penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun meliputi beberapa standard agar penanganan limbah B3 dapat berjalan secara maksimal antara lain: a) Lemari Bahan Berbahaya dan Beracun b) Penyiram Badan (body wash) c) Pencuci mata (eyewash) d) Alat pelindung diri e) Rambu dan simbol Bahan Berbahaya dan Beracun f) Spill kit 5. Pecegahan dan Pengendalian Kebakaran Pecegahan dan pengendalian kebakaran bertujuan untuk seluruh pengunjung baik itu pasien, karyawan, pendamping pasien dan aset Rumah sakit aman dari bahaya api, asap dan bahaya lainya. Adapun tata cara pengendalian dan pencegahan dilakukan dengan beberapa tahapan antar lain: a) Identifikasi area beresiko bahaya kebakaran dan ledakan b) Pemetaan area beresiko bahaya kebakaran dan ledakan c) Pengurangan resiko bahaya kebakaran dan ledakan d) Pengendalian kebakaran e) Simulasi kebakaran Untuk mempersiapkan setiap petugas rumah sakit akan keadaan darurat kebakaran maka pelatihan simulasi kebakaran minimal dilakukan 1 (satu) kali dalam satu tahun. 6. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana. Kesiapsiagaan dalam menghadapi keadaan darurat bertujuan untuk meminimalkan dampak terjadinya kejadian akibat kondisi darurat dan bencana yang dapat menimbulkan kerugian fisik, material, dan jiwa. Kerugian yang didapat dari kondisi pasca bencana berupa terganggunya operasional, mengancam finansial, dan juga turunnya citra rumah sakit. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana meliputi beberapa tahapan: a) Identifikasi resiko kondisi darurat atau bencana b) Penilaian analisa resiko kerentanan bencana

11 c) Pemetaan resiko kondisi darurat atau bencana d) Pengedalian kondisi darurat atau bencan e) Simulasi kondisi darurat atau bencana. 2.3 Sistem Tanggap Darurat Bencana di Rumah Sakit Sistem tanggap darurat bencana merupaka salah satu rangkaian yang dirancang untuk meminimalkan dampak kerugian atau kerusakan yang mungkin terjadi akibat keadaan darurat oleh karena kegagalan penanganan oleh teknologi, ulah manusia, atau bencana yang dapat terjadi setiap saat dan dimana saja (internal dan eksternal). Keadaan darurat adalah suatu keadaan tidak normal atau tidak diinginkan yang terjadi pada suatu tempat/kegiatan yang cenderung membahayakan bagi manusia, merusak peralatan/harta benda atau merusak lingkungan sekitarnya (PP No 66 2016). Penanggulangan keadaan darurat dirumah sakit ditangani dengan beberapa langkah kerja yang sesuai prosedur di UU No 66 2016 Tentang kesehatan dan keselamatan kerja dirumah sakit antara lain: 1. Identifikasi risiko kondisi darurat atau bencana Mengidentifikasi potensi keadaan darurat di area kerja yang berasal dari aktivitas (proses, oprasional, peralatan), produk dan jasa. 2. Penilaian analisis resiko kerentanan bencana Menilai resiko keadaan darurat diarea kerja yang berasal dari aktivitas (proses, oprasional, peralatan) produk dan jasa. 3. Pemetaan resiko kondisi darurat atau bencana. Analisis resiko darurat atau bencana untuk menentukan skala prioritas 4. Pengendalian kondisi darurat atau bencana a. Menyusun pedoman tanggap darurat b. Membentuk tim tanggap darurat bencana c. Menyusun SPO tanggap darurat atau bencana d. Menyediakan alat/sarana dan prosedur keadaan darurat berdasarkan hasil identifikasi.

12 e. Menilai kesesuaian, penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan alat keadaan darurat oleh petugas yang berkompeten dan berwenang f. Memasang rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat sesuai dengan standard dan pedoman teknis g. Simulasi kondisi darurat atau bencana a) Simulasi kondisi darurat atau bencana berdasarkan penilaian analisa risiko kerentanan bencana dilakukan terhadap keadaan, antara lain: 1) Darurat Air 2) Darurat Listrik 3) Penculikan bayi 4) Ancaman Bom 5) Tumpahan Bahan Berbahaya dan Beracun 6) Kebocoran Radiasi 7) Gangguan keamanan 8) Banjir 9) Gempa Bumi 10) Gunung Meletus b) Memberikan Pelatihan Tanggap darurat bencana c) Melakukan Uji coba (simulasi) kesiapan petugas yang bertanggung jawab menangani keadaan darurat yang dilakukan minimal 1 tahun sekali disetiap gedung.