BAB 1 PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian akibat diare. Menurut data United Nations Children s

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Survey Kesehatan Nasional tahun 2001, pada tahun angka

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab timbulnya masalah gizi salah satunya yaitu status gizi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak di dunia. kedua pada anak dibawah 5 tahun. 1

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

1

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

Diterbitkan melalui:

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab. Sementara menurut United Nations Childrens Foundation (UNICEF)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB I PENDAHULUAN. intoleran. Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina,

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2006). Menurut WHO MP-ASI harus diberikan setelah anak

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan bangsa

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: ERIN AFRIANI J.

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia melalui WHO (World Health Organitation) pada tahun 1984 menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta organ-organ tubuh mulai berfungsi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

HUBUNGAN KETEPATAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI PUSKESMAS UMBULHARJO I

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi salah satu endemis dan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. Menurut data United Nations Children s Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare. Di seluruh dunia, diare menyebabkan kematian anak di bawah usia 5 tahun, 2 kali lebih banyak dari malaria. Diare dilaporkan telah membunuh 4 juta anak setiap tahun di negara-negara berkembang (Kemenkes RI, 2010). Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009). Laporan Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa penyakit Diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua umur merupakan penyebab kematian yang ke empat (13,2%). Hasil survei morbiditas diare menunjukan penurunan angka

kesakitan penyakit diare yaitu dari 423 per 1.000 penduduk pada tahun 2006 turun menjadi 411 per 1.000 penduduk pada tahun 2010. Jumlah penderita pada KLB diare tahun 2012 menurun secara signifikan dibandingkan tahun 2011 dari 3.003 kasus menjadi 1.585 kasus pada tahun 2012. KLB diare terjadi di 15 provinsi dengan penderita terbanyak terjadi di Sumatera Selatan, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara masing-masing sebanyak 292, 274 dan 241 penderita (Profil Kesehatan Indonesia, 2012). Angka kejadian dan kematian diare di negara negara berkembang masih tinggi karena permasalahan ini kurang mendapat perhatian selayaknya. Selain itu, kurangnya fasilitas kesehatan di negara berkembang, kurangnya air bersih, infrastruktur kesehatan yang tidak baik, kebersihan pribadi, BAB (buang air besar) tidak pada tempatnya, tidak adanya sarana jamban yang baik, kebersihan lingkungan (lalat di mana-mana), dan para orangtua yang tidak mengetahui cara mengatasi dehidrasi juga memegang peran dalam meningkatkan angka diare. Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkatan volume, keenceran, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari dengan atau tanpa lendir darah (Hidayat, 2008). Diare yang banyak terjadi pada umur dengan pertumbuhan cepat mempunyai efek negatif pada pertumbuhan. Diare memiliki efek negatif terhadap berat dan tinggi badan, serta absorpsi zat gizi berkurang (Suharyono, 2003). Pada dekade tahun 1950

s.d. 1970-an, di negara-negara berkembang (termasuk indonesia) hanya 20% etiologi diare akut dapat diketahui. Pada waktu itu penyakit diare akut di masyarakat Indonesia lebih dikenal dengan istilah Muntaber. Penyakit ini menimbulkan kecemasan dan kepanikan warga masyarakat. Hal itu karena jika tidak diobati dalam waktu singkat (±48 jam) penderita akan meninggal. Diare dapat disebabkan oleh infeksi virus, infeksi bakteri, faktor malabsorbsi, faktor makanan (makanan basi atau beracun), alergi terhadap makanan (Rukiyah, 2010). Salah satu penyebab diare padi bayi dapat disebabkan oleh pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini. MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes, 2006). Menurut WHO bayi harus mendapatkan ASI ekslusif selama 6 bulan untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal. Selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya yang terus meningkat bayi usia 6 bulan harus menerima makanan pendamping ASI yang bernutrisi. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI) untuk memenuhi kebutuhan zat gizi bayi yang meningkat, karena kekurangan gizi pada bayi dan anak dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan, yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa (Yuliarti, 2010). Pemberian MP-ASI dini menyebabkan bayi lebih rentan terkena berbagai penyakit. Saat bayi menerima asupan lain selain ASI, maka imunitas/kekebalan yang diterima bayi akan berkurang. Bila MP-ASI diberikan sebelum sistem pencernaan

bayi siap untuk menerimanya, maka makanan tersebut tidak dapat dicerna dengan baik dan bisa menimbulkan berbagai reaksi seperti diare, sembelit/kontsipasi, timbulnya gas, dll. Hasil riset menunjukkan pengenalan MP-ASI sebelum bayi berusia 6 bulan menyebabkan bayi lebih sering mengalami masalah kesehatan seperti infeksi dan kelebihan berat badan. Hal ini disebabkan pemberian ASI saja mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi sampai usia 6 bulan tanpa pemberian makanan tambahan. Pengenalan MP-ASI yang terlambat pada bayi menyebabkan pertumbuhan yang terganggu karena tidak terpenuhinya gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi (Riksani, 2012). Pemberian makan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan sistem imun bayi berumur kurang dari 6 bulan belum sempurna. Pemberian makanan pendamping ASI dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman, belum lagi jika tidak disajikan secara higienis. Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan MP-ASI sebelum berumur 6 bulan, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif (Pedriatri, 2008). Saat bayi berusia 6 bulan atau lebih, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap menerima MP-ASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, amilase baru akan diproduksi sempurna. Saat bayi berusia kurang dari 6 bulan, sel-sel disekitar usus belum siap menerima kandungan dalam makanan, sehingga makanan yang masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi

alergi. Menunda pemberian MP-ASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari. Bahkan pada kasus ekstrim pemberian MP-ASI dini dapat menyebabkan penyumbatan saluran cerna dan harus dilakukan pembedahan (Gibney, 2009). Saat ini masih banyak ditemukan orang tua yang memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) lebih dini yaitu kurang dari 6 bulan bahkan ada yang memberi makanan pendamping sejak lahir (Riksani, 2012). Data mengenai insiden diare dari Dinas Kesehatan Sumatera Utara yang terjadi di Sumatera Utara cenderung mengalami peningkatan. Sepanjang tahun 2011, kasus diare di provinsi Sumatera Utara sebanyak 215.651 kasus, sedangkan tahun 2012, kasus diare sebanyak 222.682 kasus. Jumlah kematian akibat diare di tahun 2011 terjadi sebanyak 26 kasus kematian, sedangkan di tahun 2012 sebanyak 36 kasus atau sekitar 10 persen peningkatan jumlah kasus kematian diare. Tahun 2012, Kota Medan menjadi peringkat pertama kasus diare sebanyak 29.769 kasus, diikuti Deli Serdang sebanyak 20.535 kasus, Langkat sebanyak 15.477 kasus, Simalungun sebanyak 27.943 kasus (1 korban meninggal) dan Labuhan Batu Utara sebanyak 12.253 kasus. Insiden diare yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah pada tahun 2013, yaitu yaitu pada bulan Januari (70 bayi), Februari (78 bayi), Maret (63 bayi), April (70 bayi), Mei (79 bayi), Juni (85 bayi), Juli (63 bayi), Agustus (81 bayi), September (99 bayi), Oktober (104 bayi), November (84 bayi), Desenber (93 bayi). Jadi, rata-rata bayi berusia 0-6 bulan yang menderita penyakit diare pada tahun 2013 adalah 80 bayi dengan jumlah bayi adalah 3819 bayi. Sedangkan pada tahun

2014, Januari (78 bayi), Februari (64 bayi), Maret (60 bayi), April (88 bayi), Mei (81 bayi), Juni (84 bayi). Jadi, rata-rata bayi berusia 0-6 bulan yang menderita penyakit diare pada tahun 2014 sampai Bulan Juni adalah 76 bayi dengan jumlah bayi 3912. Cakupan ASI di wilayah kerja Puskesmas tersebut adalah 75% dari sasaran. Rata-rata ibu yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah memberikan makanan pendamping ASI dini sejak bayinya berumur satu atau 2 bulan. Alasan ibu memberi MP-ASI terlalu dini karena banyak ibu yang beranggapan kalau anaknya kelaparan dan akan tidur nyenyak jika diberi makan, si ibu juga beranggapan kalau memberi makan pada bayi maka si bayi akan lebih kenyang. Belum lagi masih banyak anggapan di masyarakat kita seperti orang tua terdahulu bahwa anaknya tidak apa-apa diberi makanan pendamping ASI seperti pisang sewaktu anaknya berumur 2 bulan, tetapi tidak mengalami masalah. Penyebab masih adanya angka insiden diare pada anak disebabkan oleh beberapa faktor salah satu diantaranya adalah memberikan makanan pendamping ASI dini. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare, khususnya pada anak usia 1-6 bulan di Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare pada bayi usia 1-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. 1.3. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemberian makanan pendamping ASI dini dan kejadian diare pada bayi 1-6 bulan di Puskesmas Bandar Khalipah, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. b. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pemberian makanan pendamping ASI berdasarkan waktu pertama kali diberikan kepada bayi berumur 1-6 bulan. 2. Untuk mengetahui pemberian makanan pendamping ASI berdasarkan jumlah yang diberikan kepada bayi berumur 1-6 bulan. 3. Untuk mengetahui jenis makanan pendamping ASI yang diberikan kepada bayi berumur 1-6 bulan. 4. Untuk mengetahui frekuensi pemberian makanan pendamping ASI kepada bayi berumur 1-6 bulan. 5. Untuk mengetahui kejadian diare pada bayi berumur 1-6 bulan.

1.4. Manfaat Penelitian Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan memberikan informasi pemberian MP-ASI yang tepat..