BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Institute of Internal Auditors (IIA) dalam Reding, et al. (2013:1-

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance mulai meningkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:9) dan International

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian ini akan membahas lebih mendalam mengenai teori-teori dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

INTERNAL AUDIT CHARTER

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. mengelola serta mengarahkan atau memimpin bisnis atau usaha usaha korporasi dengan

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Institute of Internal Auditors (IIA) audit internal dalam Sawyer s et al

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan milik swasta maupun pemerintah melaksanakan Good Corporate

Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen. pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG)

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

BAB I PENDAHULUAN. mekanisme pengelolaan itu sendiri. Jika kondisi Good Governance dapat dicapai

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero)

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit merupakan suatu proses yang sangat vital dalam dunia bisnis,

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup signifikan pada

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

BAB I PENDAHULUAN. besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Namun demikian, laporan

Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

SEttEN IN00NESiA GRO IPIEDOMAN KERJA(CHARTER) KOMITE AUDI丁. PToSEMEN丁 ONASA

BAB II LANDASAN TEORI

PIAGAM AUDIT INTERNAL

LAPORAN HASIL STUDI INDEKS TRANSPARANSI BUMN 2014 (Berbasis Website)

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

Pedoman Audit Internal (Internal Audit Charter) Lampiran, Surat Keputusan, No:06/FMI-CS/III/2017 Tentang Penetapan Kepala Unit Audit Internal

Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan; dan 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah, di tempat.

PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT

PIAGAM SATUAN PENGAWASAN INTERN (INTERNAL AUDIT CHARTER) PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK. PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

Pedoman Tata Kelola Yang Baik (Good Governance) BPJS Ketenagakerjaan. Good Governance is Commitment and Integrity

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan istilah asing good corporate governance (GCG) tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak dapat dipungkiri lagi, dalam tatanan ekonomi global tuntutan terciptanya

Manajemen Risiko Bagi Perusahaan Perasuransian. disampaikan dalam acara WORKSHOP Manajemen Risiko Perusahaan Perasuransian

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN

PIAGAM SATUAN PENGAWASAN INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

PT. MALINDO FEEDMILL, Tbk. No. Dokumen = 067/CS/XI/13 PIAGAM KOMITE AUDIT. Halaman = 1 dari 10. PIAGAM Komite Audit. PT Malindo Feedmill Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak tuntutan publik agar terciptanya tata kelola yang baik, agar

Batang Tubuh Penjelasan Tanggapan TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENJADI RISK & CONTROL EXPERT : MEMELIHARA PROFESIONALISME DAN KOMPETENSI PENGAWAS INTERN. Oleh : Slamet Susanto, Ak., CRMP.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance yang diterbitkan

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini istilah Good Corporate Governance kian

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penerapan Good Corporate Governance di beberapa negara

PIAGAM AUDIT INTERNAL

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang didirikan pasti memiliki tujuan yang ingin

Self Assessment GCG. Hasil Penilaian Sendiri Pelaksanaan GCG

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Audit Internal 2.1.1.Pengertian Audit Internal Audit internal menurut Tugiman (2001:11) adalah suatu fungsi penilaian yang independen yang ada dalam suatu organisasi dengan tujuan untuk mengkaji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan. Dalam Standar Profesi Audit Internal (SPAI) yang diterbitkan oleh Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:9) dan International Professional Practices Framework (2011:34), pengertian audit internal adalah sebagai berikut: Audit Internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independent dan obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi, Audit Internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis yang teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan proses governance. Berdasarkan pengertian audit internal tersebut, dapat disimpulkan bahwa audit internal merupakan kegiatan yang dilakukan dalam suatu organisasi yang secara sistematis dan teratur dalam membantu manajamen dalam meningkatkan nilai perusahaan melalui penerapan, pengendalian, proses tata kelola dan menjadi konsultan yang objektif, sehingga dapat membantu manajemen dalam memberikan rekomendasi perbaikan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. 9

10 2.1.2.RuangLingkup Audit Internal Ruang lingkup dari auditor internal dalam International Professional Practices Framework yang dikeluarkan IIA (2011:34) dirumuskan secara singkat bahwa lingkup yang ditetapkan harus cukup memenuhi tujuan penugasan. Lingkup penugasan harus mencakup pertimbangan mengenai sistem catatan, personalia, dan properti fisik yang relevan, termasuk yang dibawah pengendali pihak ketiga. Jika selama penugasan muncul peluang untuk melakukan konsultasi, maka harus dicapai kesepahaman tertulis terlebih dahulu mengenai tujuan, ruang lingkup, tanggung jawab para pihak, serta harapan-harapan lain hasil penugasan, yang kemudian dikomunikasikan sesuai dengan standar. Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui bahwa aktivitas audit internal harus mengevaluasi dan memberikan kontribusi pada perbaikan tata kelola, pengelolaan risiko, dan proses pengendalian dengan menggunakan pengendalian sistematis dan disiplin sehingga sasaran hasil pengendalian manajemen seperti lingkungan kendali, penilaian risiko,aktivitas pengendalian, informasi, komunikasi, dan pengawasan akan terpenuhi. 2.1.3.Profesionalime 2.1.3.1.Pengertian Profesionalisme Pengertian profesionalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:683) adalah: Profesionalisme adalah mutu,kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang professional.

11 Pengertian professional yang disimpulkan oleh (Yuliarta, 2009): Professional merupakan tanggung jawab berperilaku yang lebih dari sekedar tanggung jawab yang dibebankan padanya dan lebih sekedar memenuhi undang-undang dan peraturan masyarakat. Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya. Profesional adalah orang yang menyandang suatu jabatan atau pekerjaan yang dilakukan dengan keahlian atau keterampilan yang tinggi, hal ini juga berpengaruh terhadap penampilan atau performance seseorang dalam melakukan pekerjaan diprofesinya, sedangkan profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuannya secara terus menerus, sehingga profesionalisme secara garis besar dapat kita simpulkan sebagai suatu komitmen yang dilakukan oleh seseorang yang ahli atau memiliki keahlian danketerampilan dalam bidang ditekuninya dalam meningkatkan kemampuanya secar terus menerus. 2.1.4. Satuan Pengawas Intern Satuan pengawasan intern pada hakekatnya sebagai perpanjangan rentang kendali dari tugas manajemen di bidang pengawasan dan berkedudukan langsung dibawah Direktur Utama. 2.1.4.1. Pengertian Satuan Pengawas Intern (SPI) Moh. Wahyudin Zarkasyi (2008:45) menyatakan bahwa : Satuan pengawasan intern sangat besar fungsinya terhadap perusahaan dalam membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan evektifitas pengelolaan risiko, pengendalian dan proses governance.

12 Menurut Undang-undang RI No.19 Tahun 2003 Pasal 67 tentang Badan Usaha Milik Negaramenjelaskan bahwa : Satuan Pengawasan Intern merupakan aparat pengawas intern perusahaan dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Menurut Moh. Wahyudin Zarkasyi (2008:103) menjelaskan sebagai berikut: Satuan Pengawasan Intern merupakan pengawas internal yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama atau Direktur yang membawahi tugas pengawas internal. Satuan Pengawasan Intern mempunyai hubungan fungsional dengan Dewan Komisaris melalui komite audit. Dari beberapa pendapat, penulis mendefinisikan bahwa Satuan pengawasan Intern merupakan unit internal yang bersifat independen dan berkedudukan langsung di bawah Direktur Utama. 2.1.4.2. Fungsi Satuan Pengawas Intern Menurut Moh.Wahyudin Zarkasyi (2008:103) satuan pengawasan intern mempunyai fungsi dalam melakukan bebagai kegiatan operasional di dalam perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program perusahaan. 2. Memperbaiki efektifitas proses pengendalian risiko. 3. Melakukan evaluasi kepatuhan perusahaan terhadap peraturan, 4. melakukan evaluasi kepatuhan GCG. 5. Memfasilitasi kelancaran pelaksanaan audit oleh auditor eksternal. Fungsi dari satuan pengawasan intern dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program perusahaan.

13 Fungsi satuan pengawasan intern (SPI) harus menyelenggarakan suatu proses untuk memonitor efektifitas program perusahaan dan peningkatan kualitas secara keseluruhan dengan cara melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program perusahaan. Evaluasi pelaksanaan program perusahaan diperlukan untuk melihat mana program perusahaan yang berjalan dengan baik dan dipatuhi oleh pegawai dan mana program perusahaan yang belum dilaksanakan dengan baik oleh pegawai jika ada program perusahaan yang belum dilaksanakan dengan baik olehpegawai maka satuan pengawasan akan mengevaluasi program tersebut, dan SPI memberikan masukan atas konsistensi hasil-hasil yang diperoleh dari kegiatan dan program dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan kepada manajemen. 2. Memperbaiki efektifitas proses pengendalian risiko. Fungsi satuan pengawasan intern (SPI) harus membantu organisasi dalam memperbaiki efektifitas proses pengendalian resiko dengan cara memberikan saran kepada bagian yang bersangkutan, saran dapat menjadikan pengendalian intern semakin baik dalam mengidentifikasi perubahan kondisi eksternal dan internal, menganalisis risiko, mengelola risiko yang mempengaruhi tujuan perusahaan. 3. Melakukan evaluasi kepatuhan perusahaan terhadap peraturan, pelaksanaan GCG dan perundang-undangan. Fungsi satuan pengawasan intern harus menilai dan memberrikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses grovernance dalam mencapai tujuan-tujuan berikut:

14 a) Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai didalam organisasi. b) Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan akuntabilitas. c) Secara efektif mengkomunikasikan risiko dan pengendalian kepada unit-unit yang tepat di didalam organisasi. d) Secara efektif mengkoodinasikan kegiatan dan mengkomunikasi informasi di antara, pimpinan, dewan pengawas, auditor internal, dan eksternal serta manajemen. 4. Memfasilitasi kelancaran pelaksanaan audit oleh auditor eksternal. Satuan pengawasan intern harus memfasilitasi kelancaran pelaksanaan audit oleh audit eksternal dikarenakan informasi yang dihasilkan oleh audit eksternal akan menjadi dasar penilaian kondisi perusahaan dan akan diketahui oleh stakeholder. 2.1.4.3. Tugas dan Tanggung Jawab Satuan Pengawasan Intern Menurut Gunadi (2006:24) tugas dan tanggung jawab yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh satuan pengawasan intern sebagai berikut : a. Melakukan kajian dan analisis terhadap rencana investasi perusahaan, khususnya sejauh mana aspek pengkajian dan pengelolan resiko telah dilaksanakan oleh unit yang bersangkutan. b. Melakukan penilaian terhadap sistem pengendalian pengelolaan pemantauan efektifitas dan efisiensi sistem dan prosedur, dalam bidang-bidang : Keuangan, Operasi, Pemasaran, sumber daya manusia, dan pengembangan. c. Melakukan penilaian dan pemantauan mengenai sistem pengendalian informasi dan komunikasi untuk memastikan bahwa :

15 1) Informasi penting perusahaan terjamin keamanannya. 2) Fungsi secretariat perusahaan dalam pengendalian informasi dapat berjalan dengan efektif. 3) Penyajian laporan-laporan perusahaan memenuhi peraturan perundangundangan. d. Melaksanakan tugas khusus dalam lingkungan pengendalian intern yang ditugaskan oleh Direktur Utama. 2.1.5. Profesionalisme Satuan Pengawas Intern 2.1.5.1. Kriteria Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Menurut Sawyers (2005:10) bahwa profesionalisme mempunyai dimensidimensi, yaitu: 1. Pelayanan kepada publik. 2. Pelatihan khusus berjangka panjang. 3. Menaati kode etik. 4. Menjadi anggota asosiasi dan menghadiri pertemuan-pertemuan. 5. Publikasi jurnal yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian praktik. 6. Menguji pengetahuan para kandidat auditor bersartifikat. 7. Lisensi oleh negara atau sertifikasi oleh dewan. Disamping itu menurut Standar Profesionalisme Audit Internal (SPAI) (2004) daninternational Professional Practices Framework (IPPF) (2011) harus menerapkan kecermatan profesionalisme.

16 Berikut adalah penjelasan dari kriteria-kriteria profesionalisme auditor internal di atas: 1. Pelayanan Kepada Publik. Auditor internal memberikan jasa untuk meningkatkan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif. Kode etik profesi ini mensyaratkan anggota IIA menghindari terlibat dalam kegiatan ilegal. Auditor internal juga melayani publik melalui hubungan kerja mereka dengan komite audit, dewan direksi, dan badan pengelola lainnya. 2. Pelatihan khusus jangka panjang Dalam beberapa kasus dan beberapa negara didunia, departemen audit internal menerima orang yang memiliki pendidikan atau pelatihan yang bervariasi. Hanya orang-orang yang menunjukan keahlian, lulus tes, dan mendapatkan sertifikat yang dapat menyebut dirinya profesional. 3. Menaati kode etik Anggota IIA harus menaati Kode Etik IIA. Mereka juga harus menaati Standar Isi kode etik dan standar ini dicetak ulang pada bab ini atau pada bagian lain di buku ini. 4. Menjadi anggota asosiasi da menghadiri pertemuan-pertemuan IIA memang sebuah asosiasi profesional. Di beberapa negara, termasuk di Amerika Serikat, IIA menerima anggota-anggota yang bekerja sebagai auditor internal, tetapi belum memiliki sertifikat. Di negara-negara lainnya, seperti Irlandia dan Inggris, lulus ujian tertentu merupakan syarat untuk menjadi anggota penuh. IIA mungkin suatu saat membentk cabang terpisah, yang

17 dibatasi hanya untuk Auditor Internar Bersertifikat (Certified Internal Auditor- CIA), yang harus mengikuti program pendidikan berkelanjutan. 5. Publikasi jurnal yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian praktik IIA mempublikasikan jurnal teknis yang bernama Internal Auditor, serta buku teknis, jurnal penelitian, monografi, penyajian secara audiovisual, dan bahanbahan instruksional lainnya. Kontribusi tulisan diberikan oleh para ahli lainnya. 6. Pengujian pengetahuan terhadap kandidat auditor bersartifikat IIA memulai sertifikasi di tahun 1974. Kandidat harus lulus ujian yang diselenggarakan selama dua hari yang mencakup beberapa materi. Kandidat yang lolos berhak mendapatkan gelar Certified Internal Auditor (CIA). Sebagai dasar penyelenggaraan ujian IIA menerbitkan Common Body of Knowledge (dasar-dasar pengetahuan) untuk orang-orang yang ingin mempersiapkan diri menghadapi ujian. Pada tahun 1999 Competency Framework for Internal Auditors (CFIA) diterbitkan sebagai pengganti edisi ketiga Common Body of Knowledge. 7. Lisensi oleh negara atau sertifikasi oleh dewan Profesi auditor internal tidak dibatasi oleh izin, siapa pun yang meyakinkan pemberi kerja mengenai kemampuannya dibidang audit internal bisa direkrut, dan dibeberapa organisasi tidak adanya sertifikasi tidak terlalu menjadi masalah. Siapa pun yang bekerja sebabai auditor internal dapat menandatangani laporan audit internal dan menyerahkan opini audit internal.

18 Menurut International Professional Practices Framework(IPPF)untuk menilai kriteria profesional berdasarkan Standar Kinerja No. 1220 tentang kecermatan profesionalisme yang dikeluarkan IIA (2011) yaitu: 1220.A1- Auditor internal harus melatih kecermatan profesionalisme dengan mempertimbangkan: a. Cakupan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan penugasan. b. Kompleksitas relatif,materialitas, atau signifikan permasalahan pada prosedur-prosedur assurance yang digunakan. c. Kecukupan dan efektivitas proses manajemen risiko, kontrol, dan tata kelola d. Kemungkinan adanya berbagai kesalahan, ketidakteraturan, atau ketidakpatuhan yang signifikan. e. Biaya jasa assurance yang terkait dengan manfaat-manfaat. 1220.A2- Auditor internal harus waspada terhadap risiko-risiko yang signifikan yang dapat mempengaruhi objektivitas, operasi, atau sumber daya. Namun, prosedur assurance sendiri, bahkan jika dilakukan dengan kecermatan profesional yang tepat, tidak menjamin bahwa semua risiko signifikan dapat didentifikasi.

19 2.2. CoporateGovernance 2.2.1. Pengertian Corporate Governance Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001:1)Coporate Governance adalah: Seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate governance ialah untuk menciptakan pertambahan nilai bagi pihak pemegang kepentingan Sedangkan definisi Corporate Governance menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER 01/MBU/2011 memperbarui dari Keputusan Menteri Nomor 117/M-MBU/2002 adalah: Suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berdasarkan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan, corporate governance secara umum diartikan sebagai suatu proses, aturan, ataupun alat yang diigunakn perusahaan dalam mengelola perusahaan melalui cara yang sehat dan benar, serta digunakan untuk menjaga hubungan antara perusahaan dengan seluruh stakeholder baik yang pemegang saham maupun yang non-pemegang saham berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban semua pihak yang terkait. 2.2.2. Tujuan Corporate Governance Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara NomorPER 01/MBU/2011 tujuan penerapan GCG di BUMN, dijelaskan bahwapenerapan good corporae governance pada BUMN, bertujuan untuk :

20 1. Mengoptimalkan nilai BUMN agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional, sehingga mampu mempertahankan keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk mencapai maksud dan tujuan BUMN; 2. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, efisien, dan efektif, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Organ Persero/Organ Perum; 3. Mendorong agar Organ Persero/Organ Perum dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadap Pemangku Kepentingan maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN; 4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional; 5. Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi nasional. 2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Good Corporate Governance Untuk menciptakan keberhasilan dalam penerapan Good Corporate Governance, maka diperlukan faktor atau syarat tertentu. Hal ini dikemukakan oleh Daniri (2005:15) yaitu: Keberhasilan penerapan good corporate governance juga memiliki persyaratan sendiri. Ada yang memegang peranan, faktor eksternal dan faktor internal. 1. Faktor Eksternal

21 Faktor eksternal adalah berbagai faktor yang berasal dari luar perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan Good Corporate Governance, antara lain: a. Terdapatnya sistem yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan efektif. b. Terdapatnya contoh pelaksanaan Good Corporate Governance yang tepat (best practice) yang dapat menjadi standar pelaksanaan Good Corporate Governanceyang efektif dan profesional. c. Terbangunnnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan Good Corporate Governance. d. Adanya semangat anti korupsi yang berkembang dilingkungan publik dimana perusahaan beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan peluasan peluang kerja. 2. Faktor Internal Faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek Good Corporate Governanceyang berasal dari dalam perusahaan. Faktor-faktor tersebut adalah: a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan Good Corporate Governance dalam mekanisme dan sistem kerja manajemen di perusahaan. b. Adanya berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada penerapan nilai-nilai Good Corporate Governance.

22 c. Adanya manajemen pengendalian resiko perusahaan yang didasarkan pada kaidah-kaidah standar Good Corporate Governance. d. Terdapatnya system yang efektif dalam perusahaan untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi. e. Kualitas, skill, kredibilitas dan integritas berbagai pihak yang menggerakan perusahaan. Menurut pedoman GCG yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG,2006) pada dasarnya ada sembilan pihak yang terlibat di dalam penerapan GCG, yaitu: 1. Pemegang saham 2. Dewan komisaris 3. Direksi 4. Komite Audit 5. Auditor Eksternal 6. Internal Auditor 7. Sekretaris Perusahaan 8. Manajer dan karyawan 9. Pihak pihak yang berkepentingan 2.2.4. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Corporate Governancemenjalankan prinsip GCG yang dilaksanakan menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER 01/MBU/2011 yaitu meliputi:

23 1. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan; 2. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif; 3. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat; 4. Kemandirian (independency), yaitu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsipprinsip korporasi yang sehat; 5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hakhak Pemangku Kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan uraian diatas, bahwa pengaruh good corporate governance bukan hanya untuk saat ini saja, tetapi juga dalam jangka panjang dapat menjadi pilar utama pendukung tumbuh kembangnya perusahaan sekaligus sebagai alat untuk mencapai kemenangan dalam persaingan global.

24 2.3. Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu terkait dengan variabel satuan pengawas intern dan implementasi good corporate governance seperti penelitian yang dilakukan oleh Adiesty (2008) yang berjudul Peranan Satuan Intern terhadap Efektivitas Rekomendasi Audit. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah efektivitas dan variabel independennya adalah satuan pengawas intern. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Satuan Pengawas Internal di PT Pos Indonesia berperan cukup baik terhadap efektivitas rekomendasi audit. Selanjutnya terdapat penelitian Verawati (2010) yang berjudul Pengaruh Penerapan Prinsip-prinsip GoodCorporate Governance Terhadap Keandalan Laporan Keuangan. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah keandalan laporan keuangan dan variabel independennya adalah prinsip-prinsip good corporate governance.hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan prinsipprinsip Good Corporate Governance sangat berpengaruh pada Keandalan Laporan Keuangan. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Nur Fadilah (2011) yang berjudul Pengaruh Audit Internal Terhadap Peningkatan Good Corporate Governance. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah peningkatan Good Corporate Governance dan variabel independennya adalah audit internal. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh audit internal terhadap peningkatan good corporate governance berpengaruh positif dan signifikan. Berikut ringkasan penelitian terdahulu:

25 Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No Judul penelitian Peneliti Variabel Hasil Penelitian 1 Peranan Satuan Pengawas Intern terhadap efektivitas rekomendasi audit Adiesty Amelia Novtarin (2008) 2 Pengaruh Penerapan Prinsipprinsip Good Corporate Governance Terhadap Keandalan Laporan Keuangan 3 Pengaruh Audit Internal Terhadap Peningkatan Good Corporate Governance Verawati (2010) Nur Fadillah (2011) Variabel Dependen: Efektivitas Rekomendasi Audit Variabel Independen: Satuan Pengawas Intern Variabel Dependen: Keandalan laporan keuangan Independen: Prinsip-prinsip Good Corporate Governance Variabel Dependen: Good Corporate Governance Variabel Independen: Audit Internal Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Satuan Pengawas Internal di PT Pos Indonesia berperan cukup baik terhadap efektivitas rekomendasi audit Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance sangat berpengaruh pada Keandalan Laporan Keuangan Hasil penelitian menunjukan pengaruh audit internal terhadap peningkatan good corporate governance berpengaruh positif dan signifikan.

26 2.4. Kerangka Pemikiran Di Indonesia,isu corporate governance muncul setelah krisis tahun 1997 yang mengakibatkan operasi perusahaan tersendat, nilai hutang swasta dan pemerintah membengkak dan investor asing maupun perusahaan asing enggan masuk ke Indonesia, dan banyaknya perusahaan yang mengalami kebangkrutan. Penyebab terbesar kebangkrutan tersebut adalah pengelolaan perusahaan yang buruk.krisis yang melanda Indonesia ini tidak lepas dari pengaruh lemahnya penerapan good corporate governance. Minimnya perlindungan pemegang saham minoritas menyebabkan hilangnya kepercayaan investor, terutama investor asing untuk tetap memegang saham-saham perusahaan publik di Indonesia. Hal ini ditandai dengan kurangnya transparansi suatu perusahaan dalam mengelola sehingga kontrol publik menjadi sangat lemah dan terkonsentrasi, pemegang saham besar pada beberapa keluarga menyebabkan campur tangan pemegang mayoritas pada manajemen perusahaan sangat terasa dan menimbulkan konflik berkepentingan yang sangat menyimpang dari norma-norma tata kelola perusahaan yang baik(hendra,2013). Perusahaan yang memiliki SPI yang profesional bertujuan untuk mewujudkan Good Corporate Governance,Profesionalisme pada SPI merupakan suatu kredibilitas dan kunci sukses dalam menjalankan fungsinya dalam perusahaan. Berbagai kalangan diantaranya para ekonom berharap banyak dari Profesionalisme SPI atau auditor internal. Karena auditor internal merupakan salah satu fungsi kunci dalam manajemen mencapai kesuksesan (Ratliff,2002:41).

27 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adiesty Amelia Novtarin (2008:4) menyimpulkan bahwa Satuan Pengawas Internal di PT Pos Indonesia berperan cukup baik terhadap efektivitas rekomendasi audit. Perbedaan yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya yaitu terletak pada variabel dependen, pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Adiesty Novtarin variabel dependennya mengenai efektivitas rekomendasi audit, sedangkan penelitian yang penulis lakukan saat ini berhubungan dengan tata kelola perusahaan berdasarkan dengan prinsip pelaksanaannya. Alasan penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu sebagai bahan perbandingan mengenai Pengaruh Profesionalisme Satuan Pengawas Internal. Disamping itu perusahaan juga melayani stakeholder dengaan memenuhi keinginan stakeholder.untuk mengimplementasikan GCG maka prusahaan menggunakan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (PER 01/MBU/2011), yaitu meliputi: transparasi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran. Prinsip-prinsip GCG merupakan upaya agar tercipatanya keseimbangan antar kepentingan dari para stakeholder, karyawan perusahaan, pemasok, pemerintah, konsumen yang merupakan indikator tercapainya keseimbangan kepentingan, sehingga benturan kepentingan yang terjadi dapat diarahkan dan dikontrol serta tidak menimbulkan kerugian pada masing-masing pihak. (Wardoyo, dkk.,:2010) Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang

28 dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika (PER 01 /MBU/2011). Implementasi Good Corporate Governance (GCG) dalam perusahaan memerlukan partisipasi dari berbagai pihak yang bertindak sebagai pelaksana dan pengawas dari implementasi GCG itu sendiri. Dalam hal ini Satuan Pengawas Intern (SPI) sbagai auditor internal dalam perusahaan diyakini sebagai pihak yang efektif mampu memberikan kontribusi penting dalam meningkatkan proses Good Corporate Governance, pengelolaan risiko, dan pengendalian manajemen. Untuk menjaga profesionalisme Satuan Pengawas Intern (SPI) sebagai auditor internal dalam perusahaan. Diperlukan suatu standar bagi profesi bagi auditor internal itu sendiri. Dalam Standar Profesi Auditor Internal dijelaskan secara detail tentang Kode Etik dan Standar Profesi bagi profesi auditor internal. Dalam skripsi ini, penulis menggunakan1.pelayanan kepada publik, 2.Pelatihan khusus berjangka panjang, 3.Menaati kode etik, 4.Menjadi anggota asosiasi dan menghadiri pertemuan-pertemuan,5.menguji pengetahuan para kandidat auditor bersartifikat, 6.Lisensi oleh negara atau sertifikasi oleh dewan yang diambil dari Sawyer s dan Kecermatan Profesional yang diambil dari SPAI dan IPPF yang mewakili profesionalisme dari Satuan Pengawas Intern (SPI), karena Standar Profesi dalam SPAI danippf memuat aturan standar tentang tindakan-tindakan minimum yang harus dipenuhi oleh SPI dalam menjalankan fungsinya dalam perusahaan. Sehingga Standar Profesi dalam SPAI dan IPPF tepat digunakan dalam menilai profesionalisme anggota SPI. Sedangkan Kode Etik dalam SPAI dan IPPF merupakan batasan-batasan tindakan mengenai apa

29 yang boleh, harus dan tidak boleh dilakukan oleh setiap anggota SPI dalam tugasnya. Penulis tidak menggunakan Kode Etikdalam SPAI danippf, karena objek dalam penelitian ini adalah SPI sebagai suatu lembaga, sedangkan kode etik yang dimuat dalam SPAI dan IPFF merupakan aturan standar yang berlaku bagi setiap anggota SPI dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara individu. Penjelasan diatas dituangkan dalam gambar 2.1. Perusahaan Melayani Stakeholder Satuan Pengawas Intern (SPI) Keinginan Stakeholder Profesionalisme SPI : 1. Pelayanan kepada publik 2. Pelatihan khusus 3. Menaati kode etik 4. Menjadi anggota asosiasi 5. Publikan jurnal 6. Menguji pengetahuan 7. Lisensi yang diakui oleh negara 8. Keahlian dan Kecermatan profesional Good Corporate Governance dan Prinsipprinsip GCG Sumber : Kementrian BUMN 2011 Sumber : SPAI (2004),Sawyer s (2005,) dan IPFF (2011) Hipotesis Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

30 2.5. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran 2.1, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: Ho : Profesionalisme Satuan Pengawas Internal tidak berpengaruh terhadap implementasi Good Corporate Governance. Ha : Profesionalisme Satuan Pengawas Internal berpengaruh terhadap implementasi Good Corporate Governance.