PENERAPAN METODE AHP UNTUK PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE TROTOAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 3 METODE PENELITIAN

STUDI PEMILIHAN PENGERJAAN BETON ANTARA PRACETAK DAN KONVENSIONAL PADA PELAKSANAAN KONSTRUKSI GEDUNG DENGAN METODE AHP

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah CV. Bagiyat Mitra Perkasa. Lokasi

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN NILAI EKONOMI LAHAN

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 2 : , September 2016

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

OPTIMASI PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KOTA MANADO DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penentuan Toko Buku Gramedia ter Favorit pilihan Mahasiswa T Di Bogor Dengan Metode AHP (Analytical. Hierarchy Process)

Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Perhitungan Contoh Kasus AHP

2.3.1 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Penetapan Kriteria dan Sub Kriteria Pemilihan Pemasok Analytic Hierarchy Process

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A)

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7

IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

EVALUASI KEANDALAN KESELAMATAN KEBAKARAN PADA GEDUNG FISIP II UNIVERSITAS BRAWIJAYA, MALANG.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang dapat dilihat pada tabel 2.1.

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

PENERAPAN METODE AHP DALAM MENENTUKAN JALUR PENGOBATAN PADA PENDERITA WASIR

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

Analisa Pemilihan Kualitas Android Jelly Bean Dengan Menggunakan Metode AHP Pendekatan MCDM

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN PENENTUAN PEMBOBOTAN EVALUASI TEKNIS JASA KONSULTANSI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN FUZZY

Sistem Penunjang Keputusan Penerimaan Dosen dengan Metode Analytic Hierarchy Process

Penyebaran Kuisioner

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analytic Hierarchy Process

Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kerusakan Jalan Di Kota Bandung Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP)

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

PENGGUNAAN METODE AHP DAN TOPSIS DALAM PENENTUAN PENGAMBILAN SAMPEL UJI PETIK DALAM PELAKSANAAN PEMERIKSAAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT SEPEDA MOTOR UNTUK KONSUMEN PT.FIF CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHI PROCESS (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

Penentuan Skala Prioritas Penanganan Jalan Kabupaten di Kabupaten Kudus Dengan Metode Analytical Hierarchy Process

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN PADA BAYI LIMA TAHUN (BALITA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

Bab II Analytic Hierarchy Process

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

CESS (Journal of Computer Engineering System and Science) p-issn :

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli

PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA

ANALISIS PENENTUAN RATING RISIKO PROYEK PT. XYZ METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROSES (AHP)

ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

Kajian Perencanaan Infrastruktur Ruang Terbuka Hijau pada Perumahan Kota Terpadu Mandiri di Bungku Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah

PENATAAN SISTEM DRAINASE DI PRONA 1 KELURAHAN PEMURUS BARU KOTA BANJARMASIN

Transkripsi:

PENERAPAN METODE AHP UNTUK PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE TROTOAR Widi Ayu Kinanti 1 1 Magister Teknik Sipil, Konsentrasi Manajemen Proyek Kontruksi, Universitas Katolik Parahyangan Bandung Jl. Merdeka No. 30, Bandung 40117 Indonesia widiayukinanti@gmail.com ABSTRAK Rendahnya kemampuan sistem drainase perkotaan menampung aliran air terutama saat musim hujan, dapat menyebabkan timbulnya genangan dan banjir. Permasalahan yang muncul apabila rencana pembangunan drainase ini pada kota padat penduduknya dan memerlukan penanganan yang cepat dalam mengatasi permasalahan banjir. Sehingga diperlukan teknologi yang tepat dalam pembangunan sistem drainase. Mengingat letak geografis kota Bandung yang berada di wilayah pegunungan serta banyak tumbuh pepohonan besar, maka diperlukan teknologi yang tepat dan ramah lingkungan dalam pembangunan saluran drainase trotoar. Diperlukan berbagai pertimbangan untuk menentukan keputusan jenis konstruksi awal dengan bentuk dan tipe/ jenis konstruksi yang kokoh,efisien, hemat biaya dan tetap ramah lingkungan, apakah dengan menggunakan pembetonan setempat (insitu), beton pracetak (precast) atau pasangan batu kali. Kata kunci:drainase, insitu, precast, pasangan batu kali I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat memberikan tekanan terhadap lahan terbuka menjadi lahan terbangun.pemanfaatan lahan yang tidak sesuai konsep tata ruang dapat menyebabkan berkurangnya luas resapan air dan mengakibatkan timbulnya genangan air serta banjir. Sehingga pemerintah perlu memperhatikan sistem pengelolaan air hujan, yaitu dengan pengelolaan sistem drainase.drainase jalan berperan penting untuk menampung air yang jatuh ke permukaan jalan dan membuang air sehingga tidak menggenang di jalan. Untuk penelitian ini, studi kasus yang diambil adalah pembangunan saluran drainase/ gorong-gorong trotoar di Jl. H. Djuandasegmen 1dari Jl. Surapati s/d Jl. Martadinata, Bandung. Mengingat, lokasi trotoar yang strategis di pusat kota Bandung dengan kondisi sekitar trotoar dikelilingi oleh pepohonan yang besar dan rimbun, sehingga diperlukan teknologi yang tepat dalam pembangunan saluran drainase trotoar, yang tetap ramah lingkungan. Diperlukan berbagai pertimbangan untuk menentukan keputusan jenis konstruksi awal dengan bentuk dan tipe/jenis konstruksi yang kokoh,efisien, hemat biaya dan tetap ramah lingkungan, apakah dengan menggunakan Pembetonan Setempat (insitu), beton pracetak atau pasangan batu kali. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk menentukan keputusan jenis konstruksi awal dengan bentuk dan tipe/jenis konstruksi serta metode pelaksanaan apa yang digunakan bagi pengambil kebijakan untuk dipertimbangkan. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan menentukan indikasi pemilihan alternatif teknologi pembangunan drainase di kota Bandung apa yang akan digunakan serta kriteria apa saja yang mempengaruhi pemilihan alternatif tersebut. Pilihan alternatif teknologi pembangunan drainase adalah (1) Pembetonan Setempat (insitu), Pracetak atau pasangan batu dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). II. LANDASAN TEORI A. Pengertian Drainase Drainase memiliki peran dalam suplai air untuk mencegah banjir. Menurut Suripin (2004) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/ atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. 98

B. Metode Pembetonan Setempat Metode pembetonan yang umum digunakan dimana beton dicor langsung pada tempatnya dalam struktur yang telah dibentuk oleh kayu-kayu bekisting. C. Metode Precast Metode pembetonan yang melakukan pengecoran komponen di tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). Keunggulannya, antara lain mutu yang terjamin, produksi cepat dan massal danpengerjaannya tidak tergantung cuaca. D. Pasangan Batu Kali Pasangan batu kali adalah bagian struktur terbuat dari sekumpulan batu alam yang dibuat dengan bentuk dan ukuran tertentu menggunakan bahan pengikat berupa campuran adukan beton. E. Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan teori pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang profesor berkebangsaan Irak. Permasalahan dengan multi kriteria dikelompokkan dalam suatu hierarki.menurut Saaty, hierarki didefenisikan sebagai representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam sebuah struktur multi level, dengan level tertinggi merupakan tujuan. Dibawah level tujuan adalah level faktor, kriteria, sub-kriteria dan seterusnya sampai level terakhir berupa alternatif. III. METODE PENELITIAN I. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara kepada para pemegang kepentingan dalam proyek pembangunan drainase di kota Bandung dan kajian literatur. Pengumpulan data untuk mencari tahu tingkat preferensi responden terhadap faktor-faktor yang berpengaruh dalam penggunaan teknologi pembangunan drainase yang akan digunakan pada pembangunan saluran drainase/ gorong-gorong trotoar di Jl. H. Djuanda segmen 1 dari Jl. Surapati s/d Jl. Martadinata, Bandung apakah menggunakan teknologi precast atau sistem cor setempat (insitu) atau pasangan batu. Faktor faktor alternatif itu antara lain biaya, waktu pelaksanaan, ketersediaan material, kondisi lahan dan ketersediaan alat. II. Analisis Data Setelah melakukan pengumpulan data melalui kuesioner, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan dan analisis data. Matrik hasil tabulasi kemudian dihitung secara manual menggunakan aplikasi Excel. Tahapan Analisis AHP pada penelitian ini meliputi tahap identifikasi kriteria beserta alternatif dari masing-masing kriteria tersebut, dilanjutkan penyusunan hierarki kriteria pemilihan. Kemudian mengukur nilai dari variabel yang diteliti lalu dilakukan analisis prioritas Eigen Vektor. Sintesis model diperoleh rangking bobot kriteria pemilihan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan teknologi pembangunan drainase dan diuji konsistensinya (CR) dengan toleransi < 0,10. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Problem Decomposition Decomposition merupakan proses pemecahan permasalahan kedalam bentuk unsur-unsur permasalahan sampai kepada unsur terkecil yang tidak mungkin dipecah lagi. Tahap pertama yang dilakukan adalah mendefinisikan permasalahan berupa pemilihan faktor-faktor yang berpengaruh dalam teknologi pembangunan drainase kemudian membuat hierarki faktor-faktor tersebut. 99

Gambar 1. Model Hirarki Pemilihan Faktor-Faktor yang Berpengaruh Dalam Penentuan Teknologi Pembangunan Drainase Variabel AHP disusun berdasarkan tingkatan yaitu tujuan pada level 1, kriteria AHP pada level 2 dan alternatif pada level 3. Model hierarki ditunjukkan pada Gambar 1, tujuan pada level 1 adalah pemilihan faktorfaktor yang berpengaruh dalam penentuan teknologi pembangunan drainase. Faktor kriteria yang mempengaruhi tujuan tersebut adalah biaya, waktu pelaksanaan, ketersediaan material, kondisi lahan dan ketersediaan alat. A. Biaya Alokasi dana untuk pembangunan drainase dengan perhitungan estimasi biaya berdasarkan pada SNI dengan harga bahan bangunan serta upah tukang dan tenaga kerja disesuaikan dengan yang berlaku di Kota Bandung. Sumber Pembiayaan untuk adalah melalui APBDKota Bandung B. Waktu Pelaksanaan Kota Bandung sering dilanda hujan sehingga diharapkan waktu pembanguan saluran drainase secepat mungkin dilaksanakan supaya genangan bisa teratasi. C. Ketersediaan Material Merupakan akses dalam mendapatkan material di pasar. Untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan Infrastruktur diperlukan kepastian ketersediaan material. D. Kondisi Lahan Kondisi lahan sangat mempengaruhi jenis teknologi pembangunan drainase. Ketersediaan lahan merupakan luas daerah yang berada di sub sistem jaringan drainase. E. Ketersediaan Alat B. Penilaian Perbandingan Berpasangan Pairwise Comparison adalah pengambilan keputusan dengan membandingkan dua alternatif yang berbeda, menggunakan sebuah skala yang bervariasi dari sama penting sampai dengan jauh lebih penting. Penilaian dilakukan dengan memberikan pembobotan terhadap kriteria pemilihan yaitu memberikan angka numerik dari 1 hingga 9. Angka numerik tersebut berdasarkan angka penilaian yang disusun Thomas L. Saaty sebagai skala untuk penilaian perbandingan berpasangan. Berdasarkan hasil pengumpulan data, diperoleh kriteria dan alternatif penilaian, yang kemudian dihitung bobotnya. Perhitungan bobot kepentingan digunakan rumus rata-rata. (1) Tabel 1. Hasil rata-rata Kriteria Biaya- Waktu Pelaksanaan 2,048 2 Biaya Biaya- Ketersediaan Material 1,966 2 Biaya Biaya- Kondisi Lahan 2,048 2 Biaya Biaya- Ketersediaan Alat 2,011 2 Biaya 100

Waktu Pelaksanaan- Ketersediaan 2,195 2 Waktu Pelaksanaan Material Waktu Pelaksanaan- Kondisi Lahan 2,475 2 Waktu Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan- Ketersediaan Alat 2,475 2 Waktu Pelaksanaan Ketersediaan Material-Kondisi Lahan 0,446 2 Kondisi Lahan Ketersediaan Material - Ketersediaan 3,319 3 Ketersediaan Material Alat Kondisi Lahan - Ketersediaan Alat 3,415 3 Kondisi Lahan Kriteria : Biaya - menggunakan pwaktu Menggunakan Beton Pracetak 2,534 3 Menggunakan Beton Pracetak 5,175 5 Menggunakan PWaktu Pelaksanaanngan Batu 2,996 3 Menggunakan Cor Beton Setempat ( Insitu)\ Kriteria : Waktu Pelaksanaan Menggunakan Beton Pracetak Kriteria : Ketersediaan Material - menggunakan pwaktu Menggunakan Beton Pracetak Kriteria : Kondisi Lahan - menggunakan pwaktu Menggunakan Beton Pracetak 2,011 2 Menggunakan Cor Beton Setempat 2,702 3 Menggunakan Cor Beton Setempat ( Insitu)\ 2,734 3 Menggunakan Beton Pracetak 0,397 3 Menggunakan Beton Pracetak 2,434 2 Menggunakan Cor Beton Setempat 2,612 3 Menggunakan Beton Pracetak 2,390 2 Menggunakan Cor Beton Setempat ( Insitu)\ 2,141 2 Menggunakan Cor Beton Setempat 1,990 2 Menggunakan Beton Pracetak 101

Kriteria : Ketersediaan Alat - menggunakan pwaktu Menggunakan Beton Pracetak 2,829 3 Menggunakan Cor Beton Setempat ( Insitu) 3,557 4 Menggunakan Cor Beton Setempat 2,521 3 Menggunakan Beton Pracetak Biaya Waktu pelaksanaan Tabel 2. Matriks Kriteria Ketersediaan material Kondisi lahan Biaya 1,000 2,000 2,000 2,000 2,000 Waktu pelaksanaan Ketersediaan material 0,500 1,000 2,000 2,000 2,000 0,500 0,500 1,000 0,500 3,000 Kondisi lahan 0,500 0,500 2,000 1,000 3,000 Ketersediaan alat 0,500 0,500 0,333 0,333 1,000 Ketersediaan alat C. Penentuan Prioritas Penentuan Prioritas yaitu menentukan prioritas atas alternatif-alternatif yang telah diperbandingkan pada pairwise comparison. Perhitungan dilakukan dengan metode aproksimasi 2 yaitu melakukan perkalian matriks kriteria sampai 3 kali iterasi sehingga didapatkan bobot masing-masing kriteria. Tabel 3. Pembobotan Alternatif No Kriteria Bobot 1 Biaya 0,3167 2 Waktu Pelaksanaan 0,2415 3 Kondisi Lahan 0,1986 4 Ketersediaan Material 0,1515 5 Ketersediaan Alat 0,0917 Jumlah 1 Dari pembobotan di atas diketahui bahwa teknologi pembangunan drainase ditentukan pertama dari biaya yang dianggarkan, kedua dari waktu yang dibutuhkan, selanjutnya kondisi lahan, ketersediaan material dan ketersediaan alat. 1) Bobot Prioritas Masing Masing Kriteria Bobot kriteria didapat dari matriks kriteria maupun matriks alternative pada Tabel 4. Tabel 4.Bobot Kriteria dan Alternatif No. Alternatif Bobot Ranking 1 Cor Beton Setempat 0,5213 1 2 Precast 0,3384 2 3 Pasangan Batu 0,1403 3 Jumlah 1 102

2) Konsistensi Logis Konsistensi logis adalah mengevaluasi tingkat konsistensi penilaian yang diberikan oleh responden pada tahap pairwise comparison. Konsistensi data didapat dari rasio konsistensi (CR) yang merupakan hasil bagi antara indeks konsistensi (CI) dan indeks random (RI) jika menggunakan perhitungan AHP secara manual. Dengan terlebih dahulu diketahui nilai Bilangan Eigen Maksimum (Lambdamaks). max n CI, CR n 1 CI RI 0.10 (2) Random Consistency Index (RI) untuk matriks kriteria dengan n = 3 adalah 0.58. sedangkan untuk matriks alternatif dengan n = 5 adalah 1.12. Tabel 5. Rekapitulasi Consistency Ratio (CR) No. Matriks Lambda Consistency Consistency Max. Index (CI) Ratio (CR) Ket. 1 Kriteria 5,315 0,079 7% Konsisten 2 Biaya 3,070 0,035 7% Konsisten 3 Waktu Pelaksanaan 3,054 0,027 5% Konsisten 4 Ketersediaan Material 3,054 0,027 4,6% Konsisten 5 Kondisi Lahan 3,054 0,027 5% Konsisten 6 Ketersediaan Alat 3,074 0,037 6% Konsisten CRH (Consistency Ratio keseluruhan sistem) adalah 3,08 %, yang berarti bahwa sistem hierarki yang dibangun melalui penilaian responden secara keseluruhan adalah konsisten. V. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisa data maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Adapun urutan kriteria yang paling berpengaruh dalam penentuan pemilihan teknologi pembangunan drainase di Bandung adalah 1) Kriteria biaya merupakan prioritas tertinggi dengan bobot 31,67% 2) Kriteria waktu pelaksanaan merupakan prioritas kedua dengan bobot 24.15% 3) Kriteria kondisi lahan merupakan prioritas ketiga dengan bobot 19.86%. 4) Kriteria Ketersedian material merupakan prioritas keempat dengan bobot 15.15 % 5) Kriteria Ketersediaan alat prioritas kelima dengan bobot 9.17 % 2. Alternatif pilihan teknologi pembangunan drainase yang diperoleh dari hasil pengolahan data adalah pembangunan drainase menggunakan teknologi cor di tempat (in situ) dengan bobot tertinggi 52.13 %. DAFTAR PUSTAKA Auzan, Azkira, N., Faqih, M., & Atmodjo, P. S. (2017). Perencanaan Drainase Kawasan Pagarsih Kota Bandung, Jurnal Karya Teknik Sipil, 6 (4), 280-289. Dachlan, A. Tactang. Metode Pelaksanaan dan Evaluasi Perbaikan Jalan Beton dengan Injeksi Semen, Cor DiTempat dan Beton Pracetak. I Ervianto, Wulfram. (2006).Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Beton Pracetak dan beksiting. Andi Offset, Yogyakarta. Hal 2. Khakim, Zainul, Anwar, M. Ruslin, dan Hasyim, M. Hamzah.(2011). Studi Pemilihan Pengerjaan Beton Antara Pracetak Dan Konvensional Pada Pelaksanaan Konstruksi Gedung Dengan Metode Ahp, Jurnal Rekayasa Sipil / Volume 5, No. 2 2011 ISSN 1978 5658. Pane, Y., F. Hasiholan, F., Sachro, S., S., & S., A., Pranoto. (2016). Perencanaan Drainase Jalan Raya Semarang-Bawen KM. 12+400-KM16+600 (Jamu Jago-Balai Pelatihan Transmigrasi Dan Penyandang Cacat Jateng). Jurnal Karya Teknik Sipil, 5 (1), 179-189. Suripin. (2004).Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. ANDI Offset Yogyakarta. 103