PENERAPAN METODE AHP UNTUK PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE TROTOAR Widi Ayu Kinanti 1 1 Magister Teknik Sipil, Konsentrasi Manajemen Proyek Kontruksi, Universitas Katolik Parahyangan Bandung Jl. Merdeka No. 30, Bandung 40117 Indonesia widiayukinanti@gmail.com ABSTRAK Rendahnya kemampuan sistem drainase perkotaan menampung aliran air terutama saat musim hujan, dapat menyebabkan timbulnya genangan dan banjir. Permasalahan yang muncul apabila rencana pembangunan drainase ini pada kota padat penduduknya dan memerlukan penanganan yang cepat dalam mengatasi permasalahan banjir. Sehingga diperlukan teknologi yang tepat dalam pembangunan sistem drainase. Mengingat letak geografis kota Bandung yang berada di wilayah pegunungan serta banyak tumbuh pepohonan besar, maka diperlukan teknologi yang tepat dan ramah lingkungan dalam pembangunan saluran drainase trotoar. Diperlukan berbagai pertimbangan untuk menentukan keputusan jenis konstruksi awal dengan bentuk dan tipe/ jenis konstruksi yang kokoh,efisien, hemat biaya dan tetap ramah lingkungan, apakah dengan menggunakan pembetonan setempat (insitu), beton pracetak (precast) atau pasangan batu kali. Kata kunci:drainase, insitu, precast, pasangan batu kali I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat memberikan tekanan terhadap lahan terbuka menjadi lahan terbangun.pemanfaatan lahan yang tidak sesuai konsep tata ruang dapat menyebabkan berkurangnya luas resapan air dan mengakibatkan timbulnya genangan air serta banjir. Sehingga pemerintah perlu memperhatikan sistem pengelolaan air hujan, yaitu dengan pengelolaan sistem drainase.drainase jalan berperan penting untuk menampung air yang jatuh ke permukaan jalan dan membuang air sehingga tidak menggenang di jalan. Untuk penelitian ini, studi kasus yang diambil adalah pembangunan saluran drainase/ gorong-gorong trotoar di Jl. H. Djuandasegmen 1dari Jl. Surapati s/d Jl. Martadinata, Bandung. Mengingat, lokasi trotoar yang strategis di pusat kota Bandung dengan kondisi sekitar trotoar dikelilingi oleh pepohonan yang besar dan rimbun, sehingga diperlukan teknologi yang tepat dalam pembangunan saluran drainase trotoar, yang tetap ramah lingkungan. Diperlukan berbagai pertimbangan untuk menentukan keputusan jenis konstruksi awal dengan bentuk dan tipe/jenis konstruksi yang kokoh,efisien, hemat biaya dan tetap ramah lingkungan, apakah dengan menggunakan Pembetonan Setempat (insitu), beton pracetak atau pasangan batu kali. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk menentukan keputusan jenis konstruksi awal dengan bentuk dan tipe/jenis konstruksi serta metode pelaksanaan apa yang digunakan bagi pengambil kebijakan untuk dipertimbangkan. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan menentukan indikasi pemilihan alternatif teknologi pembangunan drainase di kota Bandung apa yang akan digunakan serta kriteria apa saja yang mempengaruhi pemilihan alternatif tersebut. Pilihan alternatif teknologi pembangunan drainase adalah (1) Pembetonan Setempat (insitu), Pracetak atau pasangan batu dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). II. LANDASAN TEORI A. Pengertian Drainase Drainase memiliki peran dalam suplai air untuk mencegah banjir. Menurut Suripin (2004) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/ atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. 98
B. Metode Pembetonan Setempat Metode pembetonan yang umum digunakan dimana beton dicor langsung pada tempatnya dalam struktur yang telah dibentuk oleh kayu-kayu bekisting. C. Metode Precast Metode pembetonan yang melakukan pengecoran komponen di tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). Keunggulannya, antara lain mutu yang terjamin, produksi cepat dan massal danpengerjaannya tidak tergantung cuaca. D. Pasangan Batu Kali Pasangan batu kali adalah bagian struktur terbuat dari sekumpulan batu alam yang dibuat dengan bentuk dan ukuran tertentu menggunakan bahan pengikat berupa campuran adukan beton. E. Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan teori pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang profesor berkebangsaan Irak. Permasalahan dengan multi kriteria dikelompokkan dalam suatu hierarki.menurut Saaty, hierarki didefenisikan sebagai representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam sebuah struktur multi level, dengan level tertinggi merupakan tujuan. Dibawah level tujuan adalah level faktor, kriteria, sub-kriteria dan seterusnya sampai level terakhir berupa alternatif. III. METODE PENELITIAN I. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara kepada para pemegang kepentingan dalam proyek pembangunan drainase di kota Bandung dan kajian literatur. Pengumpulan data untuk mencari tahu tingkat preferensi responden terhadap faktor-faktor yang berpengaruh dalam penggunaan teknologi pembangunan drainase yang akan digunakan pada pembangunan saluran drainase/ gorong-gorong trotoar di Jl. H. Djuanda segmen 1 dari Jl. Surapati s/d Jl. Martadinata, Bandung apakah menggunakan teknologi precast atau sistem cor setempat (insitu) atau pasangan batu. Faktor faktor alternatif itu antara lain biaya, waktu pelaksanaan, ketersediaan material, kondisi lahan dan ketersediaan alat. II. Analisis Data Setelah melakukan pengumpulan data melalui kuesioner, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan dan analisis data. Matrik hasil tabulasi kemudian dihitung secara manual menggunakan aplikasi Excel. Tahapan Analisis AHP pada penelitian ini meliputi tahap identifikasi kriteria beserta alternatif dari masing-masing kriteria tersebut, dilanjutkan penyusunan hierarki kriteria pemilihan. Kemudian mengukur nilai dari variabel yang diteliti lalu dilakukan analisis prioritas Eigen Vektor. Sintesis model diperoleh rangking bobot kriteria pemilihan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan teknologi pembangunan drainase dan diuji konsistensinya (CR) dengan toleransi < 0,10. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Problem Decomposition Decomposition merupakan proses pemecahan permasalahan kedalam bentuk unsur-unsur permasalahan sampai kepada unsur terkecil yang tidak mungkin dipecah lagi. Tahap pertama yang dilakukan adalah mendefinisikan permasalahan berupa pemilihan faktor-faktor yang berpengaruh dalam teknologi pembangunan drainase kemudian membuat hierarki faktor-faktor tersebut. 99
Gambar 1. Model Hirarki Pemilihan Faktor-Faktor yang Berpengaruh Dalam Penentuan Teknologi Pembangunan Drainase Variabel AHP disusun berdasarkan tingkatan yaitu tujuan pada level 1, kriteria AHP pada level 2 dan alternatif pada level 3. Model hierarki ditunjukkan pada Gambar 1, tujuan pada level 1 adalah pemilihan faktorfaktor yang berpengaruh dalam penentuan teknologi pembangunan drainase. Faktor kriteria yang mempengaruhi tujuan tersebut adalah biaya, waktu pelaksanaan, ketersediaan material, kondisi lahan dan ketersediaan alat. A. Biaya Alokasi dana untuk pembangunan drainase dengan perhitungan estimasi biaya berdasarkan pada SNI dengan harga bahan bangunan serta upah tukang dan tenaga kerja disesuaikan dengan yang berlaku di Kota Bandung. Sumber Pembiayaan untuk adalah melalui APBDKota Bandung B. Waktu Pelaksanaan Kota Bandung sering dilanda hujan sehingga diharapkan waktu pembanguan saluran drainase secepat mungkin dilaksanakan supaya genangan bisa teratasi. C. Ketersediaan Material Merupakan akses dalam mendapatkan material di pasar. Untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan Infrastruktur diperlukan kepastian ketersediaan material. D. Kondisi Lahan Kondisi lahan sangat mempengaruhi jenis teknologi pembangunan drainase. Ketersediaan lahan merupakan luas daerah yang berada di sub sistem jaringan drainase. E. Ketersediaan Alat B. Penilaian Perbandingan Berpasangan Pairwise Comparison adalah pengambilan keputusan dengan membandingkan dua alternatif yang berbeda, menggunakan sebuah skala yang bervariasi dari sama penting sampai dengan jauh lebih penting. Penilaian dilakukan dengan memberikan pembobotan terhadap kriteria pemilihan yaitu memberikan angka numerik dari 1 hingga 9. Angka numerik tersebut berdasarkan angka penilaian yang disusun Thomas L. Saaty sebagai skala untuk penilaian perbandingan berpasangan. Berdasarkan hasil pengumpulan data, diperoleh kriteria dan alternatif penilaian, yang kemudian dihitung bobotnya. Perhitungan bobot kepentingan digunakan rumus rata-rata. (1) Tabel 1. Hasil rata-rata Kriteria Biaya- Waktu Pelaksanaan 2,048 2 Biaya Biaya- Ketersediaan Material 1,966 2 Biaya Biaya- Kondisi Lahan 2,048 2 Biaya Biaya- Ketersediaan Alat 2,011 2 Biaya 100
Waktu Pelaksanaan- Ketersediaan 2,195 2 Waktu Pelaksanaan Material Waktu Pelaksanaan- Kondisi Lahan 2,475 2 Waktu Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan- Ketersediaan Alat 2,475 2 Waktu Pelaksanaan Ketersediaan Material-Kondisi Lahan 0,446 2 Kondisi Lahan Ketersediaan Material - Ketersediaan 3,319 3 Ketersediaan Material Alat Kondisi Lahan - Ketersediaan Alat 3,415 3 Kondisi Lahan Kriteria : Biaya - menggunakan pwaktu Menggunakan Beton Pracetak 2,534 3 Menggunakan Beton Pracetak 5,175 5 Menggunakan PWaktu Pelaksanaanngan Batu 2,996 3 Menggunakan Cor Beton Setempat ( Insitu)\ Kriteria : Waktu Pelaksanaan Menggunakan Beton Pracetak Kriteria : Ketersediaan Material - menggunakan pwaktu Menggunakan Beton Pracetak Kriteria : Kondisi Lahan - menggunakan pwaktu Menggunakan Beton Pracetak 2,011 2 Menggunakan Cor Beton Setempat 2,702 3 Menggunakan Cor Beton Setempat ( Insitu)\ 2,734 3 Menggunakan Beton Pracetak 0,397 3 Menggunakan Beton Pracetak 2,434 2 Menggunakan Cor Beton Setempat 2,612 3 Menggunakan Beton Pracetak 2,390 2 Menggunakan Cor Beton Setempat ( Insitu)\ 2,141 2 Menggunakan Cor Beton Setempat 1,990 2 Menggunakan Beton Pracetak 101
Kriteria : Ketersediaan Alat - menggunakan pwaktu Menggunakan Beton Pracetak 2,829 3 Menggunakan Cor Beton Setempat ( Insitu) 3,557 4 Menggunakan Cor Beton Setempat 2,521 3 Menggunakan Beton Pracetak Biaya Waktu pelaksanaan Tabel 2. Matriks Kriteria Ketersediaan material Kondisi lahan Biaya 1,000 2,000 2,000 2,000 2,000 Waktu pelaksanaan Ketersediaan material 0,500 1,000 2,000 2,000 2,000 0,500 0,500 1,000 0,500 3,000 Kondisi lahan 0,500 0,500 2,000 1,000 3,000 Ketersediaan alat 0,500 0,500 0,333 0,333 1,000 Ketersediaan alat C. Penentuan Prioritas Penentuan Prioritas yaitu menentukan prioritas atas alternatif-alternatif yang telah diperbandingkan pada pairwise comparison. Perhitungan dilakukan dengan metode aproksimasi 2 yaitu melakukan perkalian matriks kriteria sampai 3 kali iterasi sehingga didapatkan bobot masing-masing kriteria. Tabel 3. Pembobotan Alternatif No Kriteria Bobot 1 Biaya 0,3167 2 Waktu Pelaksanaan 0,2415 3 Kondisi Lahan 0,1986 4 Ketersediaan Material 0,1515 5 Ketersediaan Alat 0,0917 Jumlah 1 Dari pembobotan di atas diketahui bahwa teknologi pembangunan drainase ditentukan pertama dari biaya yang dianggarkan, kedua dari waktu yang dibutuhkan, selanjutnya kondisi lahan, ketersediaan material dan ketersediaan alat. 1) Bobot Prioritas Masing Masing Kriteria Bobot kriteria didapat dari matriks kriteria maupun matriks alternative pada Tabel 4. Tabel 4.Bobot Kriteria dan Alternatif No. Alternatif Bobot Ranking 1 Cor Beton Setempat 0,5213 1 2 Precast 0,3384 2 3 Pasangan Batu 0,1403 3 Jumlah 1 102
2) Konsistensi Logis Konsistensi logis adalah mengevaluasi tingkat konsistensi penilaian yang diberikan oleh responden pada tahap pairwise comparison. Konsistensi data didapat dari rasio konsistensi (CR) yang merupakan hasil bagi antara indeks konsistensi (CI) dan indeks random (RI) jika menggunakan perhitungan AHP secara manual. Dengan terlebih dahulu diketahui nilai Bilangan Eigen Maksimum (Lambdamaks). max n CI, CR n 1 CI RI 0.10 (2) Random Consistency Index (RI) untuk matriks kriteria dengan n = 3 adalah 0.58. sedangkan untuk matriks alternatif dengan n = 5 adalah 1.12. Tabel 5. Rekapitulasi Consistency Ratio (CR) No. Matriks Lambda Consistency Consistency Max. Index (CI) Ratio (CR) Ket. 1 Kriteria 5,315 0,079 7% Konsisten 2 Biaya 3,070 0,035 7% Konsisten 3 Waktu Pelaksanaan 3,054 0,027 5% Konsisten 4 Ketersediaan Material 3,054 0,027 4,6% Konsisten 5 Kondisi Lahan 3,054 0,027 5% Konsisten 6 Ketersediaan Alat 3,074 0,037 6% Konsisten CRH (Consistency Ratio keseluruhan sistem) adalah 3,08 %, yang berarti bahwa sistem hierarki yang dibangun melalui penilaian responden secara keseluruhan adalah konsisten. V. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisa data maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Adapun urutan kriteria yang paling berpengaruh dalam penentuan pemilihan teknologi pembangunan drainase di Bandung adalah 1) Kriteria biaya merupakan prioritas tertinggi dengan bobot 31,67% 2) Kriteria waktu pelaksanaan merupakan prioritas kedua dengan bobot 24.15% 3) Kriteria kondisi lahan merupakan prioritas ketiga dengan bobot 19.86%. 4) Kriteria Ketersedian material merupakan prioritas keempat dengan bobot 15.15 % 5) Kriteria Ketersediaan alat prioritas kelima dengan bobot 9.17 % 2. Alternatif pilihan teknologi pembangunan drainase yang diperoleh dari hasil pengolahan data adalah pembangunan drainase menggunakan teknologi cor di tempat (in situ) dengan bobot tertinggi 52.13 %. DAFTAR PUSTAKA Auzan, Azkira, N., Faqih, M., & Atmodjo, P. S. (2017). Perencanaan Drainase Kawasan Pagarsih Kota Bandung, Jurnal Karya Teknik Sipil, 6 (4), 280-289. Dachlan, A. Tactang. Metode Pelaksanaan dan Evaluasi Perbaikan Jalan Beton dengan Injeksi Semen, Cor DiTempat dan Beton Pracetak. I Ervianto, Wulfram. (2006).Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Beton Pracetak dan beksiting. Andi Offset, Yogyakarta. Hal 2. Khakim, Zainul, Anwar, M. Ruslin, dan Hasyim, M. Hamzah.(2011). Studi Pemilihan Pengerjaan Beton Antara Pracetak Dan Konvensional Pada Pelaksanaan Konstruksi Gedung Dengan Metode Ahp, Jurnal Rekayasa Sipil / Volume 5, No. 2 2011 ISSN 1978 5658. Pane, Y., F. Hasiholan, F., Sachro, S., S., & S., A., Pranoto. (2016). Perencanaan Drainase Jalan Raya Semarang-Bawen KM. 12+400-KM16+600 (Jamu Jago-Balai Pelatihan Transmigrasi Dan Penyandang Cacat Jateng). Jurnal Karya Teknik Sipil, 5 (1), 179-189. Suripin. (2004).Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. ANDI Offset Yogyakarta. 103