BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ayu Sri Utami, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perubahan tidak akan terjadi dan tujuan tidak akan tercapai. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bellanita Maryadi, 2013

KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Program pemerintah untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah hidup (life is education,

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iis Juati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan. sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Helga Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Astriana Rahma, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1 tentang Sistem. Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agaranak memiliki kesiapan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang UPI Kampus Serang Iis Jamilah, 2016

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi nilai pendidikan dan dengan pendidikan manusia menjadi lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehidupan anak tidak dapat dipisahkan dari tumbuh-kembang. Tumbuhkembang

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indra Dwi Handoko, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan kemanusian untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

2015 PELAKSANAAN PROGRAM BINA KELUARGA BALITA D ALAM PENINGKATAN PERAN PENGASUHAN IBU UNTUK ANAK USIA D INI D I BKB D AHLIA PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuni Gantini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang DwiMurtiningsih,2014

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. pihak, dan ditingkatkan melalui berbagai macam kegiatan, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi Pembelajaran Orang Dewasa Dalam Penyelenggaraan Program Parenting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

Kurikulum Berbasis TIK

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya. emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keunikan dan istimewa. Anak-anak sangat membutuhkan orang tua

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak dini dengan layak. Oleh karena itu, anak memerlukan program

1. PENDAHULUAN. lanjut, pendidikan dimulai dari sejak dini hingga akhir kelak. Dalam hal ini

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia, 2014 (ribu orang)

BAB I PENDAHULUAN. khususnya. Menurut Undang-undang Sisdiknas nomor 20 Tahun 2003 pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Liana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakekatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, dan tidak langsung dapat berdiri sendiri, dapat memelihara dirinya sendiri. Manusia pada saat lahir sepenuhnya memerlukan bantuan orang tuanya. Karena itu pendidikan merupakan bimbingan orang dewasa mutlak diperlukan manusia. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. Pedidikan menurut UNESCO, Education as organized and sustained communication designed to bring about leaning (pendidikan adalah sebagai komunikasi yang terorgnisasi dan berkelanjutan yang dirancang untuk menumbuhkan belajar) Simkins (Djuju Sudjana, 2001:24). Kleis (Djuju Sudjana, 2001:25) memberi batasan umum bahwa pendidikan adalah sejumlah pengalaman yang dengan pengalaman itu, seeorang atau kelompok orang dapat memahami sesuatu yang sebelumnya tidak mereka pahami. Pengalaman itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungannya. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Henderson (Uyoh Sadulloh, 2007:4) mengemukakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

2 keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Abad ke-21 yang baru kita masuki disebut sebagai abad yang dilandasi oleh konsep Universal Giftedness adalah abad yang memiliki kemungkinan menciptakan peradaban yang dihuni oleh masyarakat yang terdiri dari atas individu-individu yang memiliki unlimited capacity dalam mencapai perwujudan sifat yang baik maupun kecerdasan dan ketekunan dalam mengatasi masalah. Bila mengamati sistem pendidikan negara tetangga, maka perlu diakui bahwa tetangga kita jauh lebih siap memasuki milenium ketiga. Peserta didiknya bukan hanya mengalami enjoy dalam pembelajarannya, melainkan juga excited. Enjoyment itu membawa rasa puas, kebaikan, toleransi serta tanggung jawab, sedangkan excitement membawa motivasi belajar, peningkatan rasa ingin tahu. Sistem pendidikan di Indonesia terbagi menjadi tiga jalur, sesuai dengan UU no 20 tahun 2003 pasal 13 ayat 1 yang menjelaskan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, pendidikan non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan formal dilakukan dalam lingkungan persekolahan, peserta didik datang ke sekolah dan melakukan proses kegiatan belajar mengajar sesuai dengan jadwal di sekolah. Pendidikan nonformal mencakup seluruh kegiatan pendidikan di luar ranah persekolahan, seperti pendidikan kesetaraan, kecakapan hidup, kursus, pelatihan, pendidikan anak usia dini, dan satuan PLS lainnya. Sedangkan pendidikan informal adalah pendidikan yang dilaksanakan dalam lingkungan keluarga atau masyarakat. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional no 20 tahun 2003 pasal 10 ayat 4 bahwa pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan.

3 Pendidikan keluarga (orang tua) sebagai salah satu satuan PLS menurut Sudjana (2001:54) mengungkapkan bahwa pendidikan kehidupan keluarga (Family Life Education) muncul dalam dunia pendidikan yang didasarkan atas dua fenomena. Pertama, kehidupan keluarga berpengaruh pada kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Kedua, keadaan dan perubahan yang terjadi di lingkungan mempunyai pengaruh pula terhadap kehidupan keluarga. Kedua fenomena diatas menunjukkan bahwa kehidupan keluarga senantiasa berhadapan dengan berbagai permasalahan yang berkembang di lingkungan sekitar, sehingga kedua hal tersebut saling berkaitan. Orang tua merupakan lingkungan pertama dan utama bagi proses perkembangan seorang individu sekaligus merupakan peletak dasar kepribadian anak. Pendidikan anak diperoleh terutama melalui interaksi antara orang tua dengan anak. Robandi (2007:15) menyatakan bahwa disebut sebagai lembaga pertama karena pada umumnya setiap anak dilahirkan dan kemudian dibesarkan pada awal pertama dalam lingkungan keluarga. Kemudian disebut sebagai lembaga utama bagi anak, karena keberhasilan pendidikan dalam keluarga ketika anak berada dalam usia dini atau sering disebut masa golden age, karena itulah keluarga di pandang sebagai lembaga pertama dan utama bagi anak. Setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi, keunikan dan kecerdasan tersendiri, dari berjuta-juta anak yang telah lahir ke dunia tidak akan ada satupun anak yang memiliki persamaan dengan anak lainnya. Anak yang lahir membawa potensi, keunikan dan kecerdasan yang di turunkan dari kedua orangtuanya, dipengaruhi oleh gen dari orang-orang yang memiliki garis keturunan diatasnya serta dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Namun potensi tersebut tidak akan mencapai perkembangan secara optimal tanpa adanya stimulasi (rangsangan) yang maksimal. Rangsangan yang bersifat fisik/biologis tentunya terkait dengan pemberian gizi yang seimbang, kesehatan dan aspek-aspek lainnya yang terkait dengan hardware (perangkat keras), sedangkan rangsangan nonfisik khususnya rangsangan pendidikan merupakan rangsangan yan g tak kalah pentingnya

4 yang menekankan pada aspek intelektual, emosional, spiritual dan aspekaspek lainnya yang terkait dengan software (perangkat lunak) dalam rangka melejitkan potensi diri. Pendidikan anak usia dini, pada hakekatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribaadian anak. Pendidikan anak usia dini memberi kesempatan untuk mengembangkan kepribadian anak, oleh karena itu pendidikan untuk anak usia dini perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi aspek kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik dan motorik. Anderson (Heny Djoehaeni & Rudiyanto, 2008:2). Pentingnya pendidikan anak usia dini telah menjadi perhatian internasional. Dalam pertemuan Forum Pendidikan Dunia Tahun 2000 di Dakar-senegal, dihasilkan enam kesepakatan sebagai Kerangka Aksi Pendidikan untuk Semua (The Dakar Framework for Action Education for All). Salah satu butir kesepakatan tersebut adalah untuk memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama bagi mereka yang sangat rawan dan kurang beruntung. Bagi anak, bermain adalah suatu kegiatan yang serius, tetapi mengasyikan. Melalui aktivitas bermain, berbagai pekerjaannya terwujud. Bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak, karena menyenangkan bukan karena akan memperoleh hadiah atas pujian. Selama pertumbuhan anak, minat dan permainan anak selalu terkait dengan perkembangan kemampuannya, setelah koordinasi dasar kaki, tangan, dan bagian badan yang terkait sudah agak mantap maka anak sudah mulai mampu merancang berbagai alternatif perbuatan yang lain, demikian pula dengan perkembangan bahasanya. Menurut Mc Carthy (Conny Semiawan, 2008:50) menemukan adanya hubungan yang pararel antara perkembangan bahasa dan perkembangan motorik seseorang. Namun, perkembangan bahasa terutama pembicaraannya, juga sangat dipengaruhi oleh kehidupan emosinya. Seorang anak yang cepat

5 berbicara adalah anak yang merasa dirinya aman dan cerdas. Meskipun itu tidak berarti bahwa anak-anak yang perkembangan bicaranya lamban adalah anak tidak cerdas. Gagasan tentang periode sensitif perkembangan bahasa sangat masuk akal dan sangat menarik bagi Maria Montessori (George S. Morrison, 2012:197), yang meyakini adanya dua periode sensitif semacam ini. Yang pertama dimulai pada saat lahir dan berlangsung hingga sekitar tiga tahun. Pada periode ini, anak secara tidak sadar menyerap bahasa dari lingkungan sekitarnya. Periode kedua dimulai pada usia tiga tahun dan berlangsung hingga sekitar delapan tahun. Pada periode ini, anak merupakan partisipan aktif dalam perkembangan bahasa mereka dan mereka belajar menggunakan kekuatan komunikasi mereka. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi, dapat digunakan untuk berfikir, mengekspresikan perasaan dan melalui bahasa dapat menerima pikiran dan perasaan orang lain. Anak belajar bahasa sejak masa bayi sebelum belajar berbicara mereka berkomunikasi melalui tangisan, senyuman dan gerakan badan. Pengembangan kemampuan berbahasa bagi anak usia dini bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan disekitar anak antara lain teman sebaya, teman bermain, orang dewasa, baik yang ada di sekolah, di rumah, maupun dengan tetangga di sekitar tempat tinggalnya. Dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi orang tua dapat memilih berbagai strategi dan metode yang dilakukan. Metode bercakapcakap merupakan salah satu metode yang banyak dipergunakan untuk anak usia dini. Metode bercakap-cakap merupakan komunikasi lisan yang dapat dilakukan antara anak dan orang tua serta antara anak dan anak maupun antara anak dengan gurunya. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan keluarga. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam mengembangkan kemampuan komunikasi anak usia dini adalah kegiatan yang dapat menstimulasi kemampuan mendengarkan, berbicara, bercerita, membaca, dan

6 menulis dini. Metode bercakap-cakap merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak usia dini dengan percakapan secara langsung dengan anak. Masa keemasan ini terjadi sekali dalam seumur hidup, dari anak berusia 0-8 tahun. Usia ini sangat penting karena pertumbuhan otak anak akan mencapai 50% dari kapasitas otak seutuhnya. Pada masa ini pula ada suatu masa dimana anak cerdas berbahasa apabila tidak distimulasi dengan baik kemampuan berbahasa anak tidak akan berkembang secara optimal. Periode usia 0-6 tahun merupakan periode yang menakjubkan bagi anak untuk berkomunikasi. Pada usia ini anak sering mengucapkan kata-kata yang aneh yang kadang tidak diajarkan oleh orang tua atau guru tetapi ia mendapatkan dari lingkungannya. Untuk itu orang tua perlu memahami dan menguasai bagaimana mengembangkan bahasa anak usia dini agar bahasa anak berkembang secara optimal. Tentunya dalam mengembangkan bahasa untuk anak usia dini memerlukan stimulasi yang tepat dan cara belajar yg menyenangkan bagi anak. Orang tua dapat berkomunikasi setiap saat bersama anak dengan menggunakan metode bercakap-cakap, tiga keluarga yang bertempat tinggal di wilayah kelurahan Bojongherang selalu menggunakan metode bercakap-cakap dimana keluarga tersebut memiliki anak usia dini. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Melalui Metode Bercakap-Cakap pada keluarga Anak Usia Dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur, dimana penelitian ini dilakukan khusus pada orang tua yang memiliki anak usia dini. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka di identifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Keinginan anak dalam menyampaikan pendapatnya masih kurang bebas.

7 2. Anak yang mendapatkan kebebasan dalam mengungkapkan keinginannya, pendapatnya, anak suka bercerita dari lingkungan keluarga, atau guru cenderung lebih cepat dalam perkembangan komunikasinya. 3. Anak cenderung menjadi pendiam apabila berada di dalam kelas. 4. Anak dapat menyerap seluruh kosakata yang didengarnya baik dari lingkungan rumah, sekolah, maupun lingkungan sekitarnya yang dapat diucapkan oleh anak kapan pun. 5. Terkadang anak belum mengetahui arti kata dari kata yang diucapkannya. C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, peneliti dapat merumuskan masalah yaitu Bagaimana Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Melalui Metode Bercakap- Cakap pada keluarga Anak Usia Dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur. Mengingat luasnya permasalahan tersebut, maka peneliti membatasi masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana kemampuan komunikasi anak pada keluarga anak usia dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur? 2. Bagaimana proses bimbingan yang dilakukan orang tua melalui metode bercakap-cakap dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak pada keluarga anak usia dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur? 3. Bagaimana peningkatan komunikasi anak melalui metode bercakap-cakap pada keluarga anak usia dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur? 4. Apa saja faktor-faktor pendukung serta penghambat kemampuan komunikasi anak melalui metode bercakap-cakap pada keluarga anak usia dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur?

8 D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran orang tua dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak melalui metode bercakapcakap pada keluarga anak usia dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur, serta tujuan yang lainnya diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kemampuan komunikasi anak pada keluarga anak usia dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur. 2. Untuk mengetahui proses yang dilakukan orang tua melalui metode bercakap-cakap dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak pada keluarga anak usia dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur. 3. Untuk mengetahui peningkatan komunikasi anak melalui metode bercakap-cakap pada keluarga anak usia dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur. 4. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung serta penghambat kemampuan komunikasi anak melalui metode bercakap-cakap pada keluarga anak usia dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur. E. Metode penelitian Metode yang akan digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dan observasi. 1. Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikas dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung. Wawancara ini dilakukan kepada orang tua yang memiliki anak usia dini di wilayah kelurahan Bojongherang RW 10 Cianjur. 2. Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.

9 F. Manfaat Penelitian Sesuai dengan permasalahan, pertanyaan dan tujuan penelitian diatas maka dapat dirumuskan kegunaan penelitian ini sebagai berikut : 1. Kegunaan Teoritik a. Memberikan kajian, informasi dan ilmu pengetahuan kepada masyarakat mengenai peran orang tua dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak usia dini melalui metode bercakapcakap. b. Memberikan kajian, informasi dan ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi orang tua khususnya orang tua di kelompok bermain dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak usia dini melalui metode bercakap-cakap. c. Sebagai bahan pemikiran lebih lanjut bagi para praktisi pendidikan khususnya PLS untuk dapat menciptakan suatu bentuk pendidikan yang relevan dalam pendidikan non formal. 2. Kegunaan Praktis a. Sebagai acuan penggunaan metode bercakap-cakap dalam pembelajaran antara anak dengan orang tua, maupun anak dengan anak. b. Sebagai bahan masukan bagi praktisi, khususnya orang tua dan guru dalam meningkatkan perkembangan bahasa anak sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal. G. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN menguraikan Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan penelitian, Metode Penelitian, Manfaat/Signifikasi Penelitian, Struktur Organisasi BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian

10 BAB III Metode Penelitian berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan BAB V Kesimpulan dan Saran.