I. PENDAHULUAN. pribadi manusia yaitu memiliki pendidikan. Dalam UU No. 20 tahun 2003

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3. 1 Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

I. PENDAHULUAN. dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup dalam. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34)

BAB 1 PENDAHULUAN. Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang muncul pada kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. Karakteristik abad 21 berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Pada abad 21 ini

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

I. PENDAHULUAN. agar mampu memahami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. individu. Karena dalam pendidikan mengandung transformasi pengetahuan, nilainilai,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran ini. Meskipun dianggap penting, banyak siswa yang mengeluh kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia- manusia unggul dan berkualitas. Undang-undang No 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang secara pesat sehingga cara berpikir

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

I. PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan

BAB I PENDAHULUAN. matematika sebagai pelajaran wajib dikuasai dan dipahami dengan baik oleh

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DI SEKOLAH DASAR

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. pemerintah memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang

I. PENDAHULUAN. dirinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. siswa, pengajar, sarana prasarana, dan juga karena faktor lingkungan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat dalam kurikulum

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum merupakan aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diana Utami, 2014

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi menuntut setiap negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya, antara lain melalui proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah , 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia,karena pendidikan. Dalam pendidikan, terdapat kegiatan yang dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan berlangsungnya kehidupan ini, hal terpenting yang harus dimiliki pribadi manusia yaitu memiliki pendidikan. Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 dinyatakan pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensi diri dan keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Dengan pendidikan yang baik, maka peserta didik akan dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal sehingga menjadi sumber daya manusia berkualitas yang dapat bersaing dalam dunia kerja. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu penentu kemajuan suatu bangsa. Dalam hal ini pendidikan sendiri memiliki arti, makna dan tujuan yang begitu luar biasa, khususnya untuk melancarkan permasalahan hidup setiap manusia. Tersirat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, cerdas, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Dari uraian tersebut, bahwa pendidikan

2 di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang berilmu, cakap, kreatif, mandiri, berakhlak mulia serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Dalam pelaksanaan pendidikan, matematika menjadi mata pelajaran wajib dipelajari di sekolah, baik Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, maupun Sekolah Menegah Atas. Berdasarkan Permendiknas no. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, menuliskan tujuan mata pelajaran matematika untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa mampu: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Sejalan dengan Standar Isi di atas, tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran matematika juga ditetapkan oleh National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). NCTM (2000) menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection), kemampuan penalaran (reasoning), dan kemampuan representasi (representation). Kemudian NCTM (2000) juga mengemukakan bahwa:

Representation is central to the study of mathematics. Students can develop and deepen their understanding of mathematical concepts and relationships as they create, compare, and use various representations. Representations such as physical objects, drawings, charts, graphs, and symbols also help students communicate their thinking. 3 Representasi memiliki peranan penting dalam pembelajaran matematika. Siswa dapat mengembangkan pemahamannya terhadap konsep matematika dan menghubungkannya dengan ide-ide mereka, kemudian mengungkapkannya dalam berbagai bentuk representasi. Representasi matematis yang sesuai dapat membantu siswa menganalisis masalah dan merencanakan pemecahan masalah. Siswa yang memiliki kemampuan representasi matematis yang baik dapat dengan mudah menyelesaikan permasalahan dalam matematika. Selanjutnya, setiap permasalahan yang diselesaikan dengan baik akan menambah keyakinan positif siswa terhadap matematika. Berdasarkan uraian tersebut, kemampuan representasi matematis siswa merupakan suatu hal yang penting dan harus dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Rendahnya kualitas kemampuan matematis siswa Indonesia tercermin dari hasil survei internasional Programme for International Student Assesment (PISA) dan The Third International Mathematics and Science Study (TIMMS). Dalam Thomson, Sue et al (2012:14) ditunjukkan hasil TIMSS tahun 2011 bahwa ratarata skor prestasi siswa Indonesia di bidang matematika yaitu 386, sedangkan standar rata-rata internasional adalah 500. Berdasarkan hasil survey TIMSS ini menunjukkan bahwa kemampuan matematika anak indonesia masih di bawah rata-rata skor internasional yang ditetapkan oleh TIMSS. Hal ini didukung juga oleh hasil survei PISA (OECD,2014:5), Indonesia hanya menduduki rangking 64

4 dari 65 negara peserta dengan rata-rata skor 375, padahal rata-rata skor internasional yang ditetapkan oleh PISA adalah 494. Rata-rata skor 375 menunjukkan bahwa kemampuan matematis siswa Indonesia masih berada di bawah skor internasional yang ditetapkan. Selain itu, laporan hasil TIMSS dan PISA menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam mempresentasikan ide atau konsep matematis dalam beberapa materi termasuk rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII SMP N 1 Gadingrejo menyatakan kemampuan representasi matematis siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah. Mereka terbiasa dengan mengerjakan soal rutin atau soal yang sudah biasa diberikan guru. Ketika dihadapkan dengan soal yang menuntut kemampuan berfikir matematis dan menyajikan ulang ke dalam bentuk gambar, grafik, atau persamaan mereka kesulitan dalam mengerjakan. Hal ini dapat dilihat dengan pembelajaran yang umumnya diterapkan oleh guru. Pada pelaksanaan pembelajaran, kenyataannya hanya terjadi komunikasi satu arah yang memberikan sedikit kesempatan kepada siswa untuk berfikir matematis dan berdiskusi dengan siswa lain, sehingga hanya sedikit bentuk representasi matematika yang diketahui dan dikuasai siswa. Ini mengakibatkan apabila siswa diberikan masalah matematis yang berbeda dengan contoh soal atau latihan, siswa tidak dapat merepresentasikan masalah matematis tersebut kedalam ekspresi matematis atau gambar sehingga siswa tidak bisa menyelesaikan soal tersebut. Kemampuan representasi matematis siswa yang rendah pada sebagian siswa SMP Negeri 1 Gadingrejo disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah

5 keyakinan siswa terhadap matematika dan sistem pembelajaran yang diterapkan. Bertitik tolak dari pemaparan di atas, diperlukan suatu alternatif model pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa. Kemampuan representasi siswa dapat dibangun dengan keterlibatan siswa secara langsung dalam proses membaca, berpikir, berdialog, berbicara, membagi ide (sharing) serta mengembangkan tulisan dengan lancar. Dalam setiap tahapan proses pembelajaran diperlukan suatu model pembelajaran yang mampu mendorong siswa untuk mempengaruhi proses berpikir siswa dalam upaya mengembangkan ide-ide kreatif siswa. Hal ini tentunya tidak terlepas dari peran guru yang menjadi monitoring dan menilai partisipasi siswa, sehingga guru harus dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat supaya berjalan sesuai skenario yang diharapkan. Adapun model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe TTW. Dalam Huda (2011:118) menyatakan: TTW adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dibangun melalui kegiatan berpikir (think), berbicara (talk) dan menulis (write) yang melibatkan pemecahan masalah dalam kelompok kecil. Pembelajaran dengan model TTW merangsang aktivitas siswa untuk berfikir dan mendiskusikan hasil pemikirannya dengan teman, serta merangsang keberanian siswa untuk mengemukakan pendapatnya di depan kelas. Pembelajaran kooperatif tipe TTW menekankan kepada siswa untuk bekerjasama dengan kelompoknya dan saling membantu dalam memecahkan masalah bersama. Dalam TTW, siswa akan melaksanakan tahap berpikir secara mandiri sebelum berdiskusi dengan kelompoknya sehingga siswa lebih siap dengan hal yang akan didiskusikan, selanjutnya beberapa siswa menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas, setelah itu setiap siswa harus melengkapi dan memperbaiki jawaban

6 mereka. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe TTW ini maka siswa akan lebih banyak berfikir, baik secara mandiri atau kelompok sehingga diharapkan akan banyak ide penyajian soal dan jawaban atau dengan kata lain dapat mengembangkan kemampuan representasi matematis siswa. Efektivitas menunjukkan ukuran atau tingkat keberhasilan pencapaian suatu tujuan. Suatu tujuan dari pembelajaran sendiri adalah ketercapaian kompetensi. Dalam konteks kurikulum dan pembelajaran suatu program pembelajaran dikatakan memiliki tingkat efektivitas yang tinggi manakala program tersebut dapat mencapai tujuan seperti yang diharapkan. Hal ini terkait ketuntasan belajar dalam Sanjaya (2012:162) menyatakan ketuntasan belajar ideal untuk setiap indikator pembelajaran adalah 0-100% dengan batas kriteria ideal minimum 75%, dan sekolah dapat menetapkan KKM dibawah batas kriteria ideal, tetapi secara bertahap harus dapat mencapai kriteria ketuntasan ideal. Dalam menilai efektivitas pembelajaran, Wicaksono dalam Wijayanti (2013:23) mengemukakan pembelajaran dikatakan efektif apabila sekurang-kurangnya 70% dari banyak siswa memperoleh nilai minimal 70 dalam peningkatan hasil belajar. Dalam penelitian ini, pembelajaran dikatakan efektif apabila persentase siswa yang memiliki kemampuan representasi matematis dengan baik (mempunyai nilai serendah-rendahnya 70) lebih dari 60% dari banyak siswa. Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TTW ditinjau dari kemampuan representasi matematis siswa.

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah pembelajaran dengan model kooperatif tipe TTW efektif ditinjau dari kemampuan representasi matematis siswa SMP Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2014/2015? Pertanyaan penelitian yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari rumusan masalah tersebut adalah Apakah persentase siswa yang memiliki kemampuan representasi matematis dengan baik (mempunyai nilai serendah-rendahnya 70) lebih dari 60% dari banyak siswa? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW ditinjau dari kemampuan representasi matematis siswa kelas VIII SMP N 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2014/2015. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran serta landasarn teoritis terhadap pembelajaran matematika terkait model pembelajaran kooperatif tipe TTW serta hubungannya dengan kemampuan representasi matematis siswa.

8 2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya mengadakan perbaikan mutu pembelajaran matematika. b. Bagi guru dan calon guru, sebagai bahan masukan mengenai pembelajaran matematika yang melibatkan peserta didik secara aktif. c. Bagi siswa, memberikan suasana baru dalam pembelajaran yang terkait kemampuan representasi siswa. d. Bagi peneliti lain, dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri, menambah pengalaman, wawasan/informasi baru dan pengetahuan peneliti terkait dengan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW serta sebagai referensi untuk penelitian lain yang sejenis. E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini antara lain: 1. Efektivitas pembelajaran adalah ukuran atau tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran yang diharapkan berhasil dalam penelitian ini apabila persentase siswa yang memiliki kemampuan representasi matematis dengan baik (mempunyai nilai serendah-rendahnya 70) lebih dari 60% dari banyak siswa. 2. Model pembelajaran TTW dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah yaitu think, talk dan write. Tahap pertama yaitu think, dimana siswa secara individu membaca Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan mencoba menyelesaikan permasalahan yang diberikan, kemudian membuat catatan kecil berupa hal-hal yang diketahui dan tidak diketahui. Tahap kedua yaitu

talk, dimana siswa berdiskusi dalam kelompok untuk membahas catatan kecil 9 tersebut dan mencari solusinya. Setelah selesai berdiskusi, lalu beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusinya kedepan kelas. Kemudian kelompok lain menanggapinya dan tahap terakhir yaitu write, dimana siswa setelah berdiskusi maka harus melengkapi, memperbaiki, dan merapihkan jawaban mereka masing-masing, kemudian membuat refleksi dari kesimpulan atas materi yang dipelajari. 3. Representasi matematis merupakan kemampuan mengungkapkan ide matematika dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi dari masalah yang sedang dihadapinya sebagai hasil interpretasi pikirannya melalui visual (gambar), ekspresi matematis, dan verbal (kata-kata atau teks tertulis). 4. Materi pembelajaran dalam penelitian ini adalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).