BAB I PENDAHULUAN. Mukadikmah Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

1

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2006). Menurut WHO MP-ASI harus diberikan setelah anak

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN. KADARZI adalah suatu gerakan yang berhubungan dengan program. Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. keemasan sekaligus dikatakan periode kritis pada anak. Dikatakan periode keemasan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kelenjar mamae

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN. Bayi merupakan kelompok umur yang paling rentan terkena penyakit kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memberikan hasil yang lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan. eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Riksani, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Anak merupakan generasi penerus bangsa untuk melanjutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi yang berkualitas. Modal dasar pembentukan manusia

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar belakang. Air susu ibu (ASI) merupakan air susu yang berasal dari payudara ibu. Di

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

ARIS SETYADI J

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisinya baik dalam segi mutu ataupun jumlahnya. Untuk bayi 0-

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

Bab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. suplemen,vitamin, mineral, dan atau obat obatan untuk keperluan medis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0 6 bulan adalah ASI. Keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mukadikmah Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 telah mengamanatkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana maksud dalam pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Salah satu bentuk upaya pemeliharaan kesehatan dapat diwujudkan melalui upaya perbaiakan gizi masyarakat berupa perbaikan pola makan yang sesuai dengan gizi seimbang sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 141 ayat 1 dan 2 pada poin b. Upaya perbaikan gizi dilakukan pada seluruh siklus kehidupan dengan prioritas pada kelompok rawan yang antaranya adalah bayi dan balita. United Nation Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah itu anak harus diberi makanan padat dan semi padat sebagai makanan tambahan ASI sesudah anak berumur 6 bulan dan pemberian ASI dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun. Berdasarkan Peratuan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif pasal 5 berbunyi Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya (Kemenkes RI, 2013). Menurut World Health Organization (WHO) ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain (WHO, 2013). Sama halnya dengan WHO, Depkes RI (2007) 1

2 memberikan pengertian, ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja, segera setelah bayi lahir sampai umur 6 bulan tanpa makanan atau cairan lain termasuk air putih, kecuali obat dan vitamin. Perkembangan pelaksanaan dilapangan menunjukkan banyaknya pelanggaran yang menyangkut hak bayi atas ASI eksklusif enam bulan tersebut yaitu dengan menjejali bayi yang baru lahir dengan produk makanan pendamping ASI, sehingga ketika akan disusui oleh ibunya si bayi menolak. Pada saat bayi tumbuh dan menjadi lebih aktif, akan mencapai usia tertentu ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Dengan demikian, makanan tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total pada anak dengan jumlah yang didapatkan dari ASI. Pada usia enam bulan pencernaan bayi mulai kuat. Pemberian makanan pendamping ASI harus setelah usia enam bulan (Sentra Laktasi Indonesia, 2010). MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes, 2006). MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI (Depkes RI, 2004). Bertambahnya usia bayi mengakibatkan bertambah pula kebutuhan gizinya. Ketika bayi memasuki usia 6 bulan ke atas, beberapa elemen nutrisi seperti karbohidrat, protein dan beberapa vitamin serta mineral yang terkandung dalam ASI saja tidak lagi cukup, oleh sebab itu setelah usia 6 bulan bayi perlu mulai

3 diberi MP-ASI agar kebutuhan gizi bayi terpenuhi. Dalam pemberian MP-ASI, yang perlu diperhatikan adalah usia pemberian MP-ASI, frekuensi dalam pemberian MP-ASI, jenis MP-ASI, dan cara pemberian MP-ASI pada tahap awal. Pemberian MP-ASI yang tepat diharapkan tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, namun juga merangsang keterampilan makan dan merangsang rasa percaya diri pada bayi (Depkes RI, 2011). Secara teoritis diketahui bahwa pemberian MP-ASI terlalu dini dapat menyebabkan gangguan pencernaan pada bayi seperti diare, kostipasi, muntah, dan alergi. Disamping itu akan memicu terjadinya obesitas, hipertensi dan penyakit jantung koroner (Nadesul, 2005). Penelitian yang dilakukan Anies Irawati dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Departemen Kesehatan, diperoleh data bahwa 50% bayi di Indonesia sudah mendapatkan MP- ASI pada umur kurang dari satu bulan. Bahkan, pada umur 2-3 bulan, bayi sudah mendapatkan makanan padat. Dan bayi-bayi yang mendapatkan MP-ASI dini lebih banyak terserang diare, batuk-pilek, alergi, dan berbagai penyakit infeksi yang menyebabkan mereka menderita kurang gizi (Malnutrisi) (Ayahbunda, 2006). Gizi memang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kurang gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak yang apabila tidak diatasi secara dini akan berlanjut hingga dewasa. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

4 sehingga dapat diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai dengan tumbuh kembang yang optimal. Sebaliknya pada bayi dan anak pada masausia 0-24 bulan tidak memperoleh makanan sesuai dengan kebutuhan gizi, maka periode emas ini akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, saat ini maupun selanjutnya (Asne,2006). Menurut Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan anak Kemenkes RI (2013), bahwa salah satu upaya mendasar untuk menjamin pencapaian kualitas tumbuh kembang anak sekaligus memenuhi hak anak adalah melalui pola pemberian makanan yang terbaik sejak lahir dan pada usia dini, karena pola pemberian makanan yang tepat dapat mendukung pertumbuhan optimal bagi anak. Banyak faktor yang melatar belakangi pemberian MP-ASI dini. Teori yang erat kaitannya dengan prilaku yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI adalah teori yang dikemukakan oleh Green (1993). Greeen mengemukakan analisisnya tentang faktor prilaku (behaviour causes) dan faktor diluar prilaku (non behaviour cause ) yang selanjutnya prilaku itu sendiri terbentuk dari 3 faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Menurut penelitian Yonatan Kristianto (2013) diketahui bahwa 90% ibu yang berpengetahuan kurang memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini (< 6 bulan), sedangkan 77% ibu yang berpengetahuan baik memberikan makanan pendamping ASI tepat pada saat anaknya berumur 6 bulan. Ibu yang memberikan makanan pendamping ASI kurang dari 6 bulan memiliki pengetahuan kurang. Hal

5 ini dikarenakan ibu tersebut tidak paham akan pengertian makanan pendamping ASI dan tidak mengerti waktu pemberian makanan yang tepat. Pengetahuan responden yang kurang dapat disebabkan karena ibu tersebut kurang aktif dalam mencari informasi tentang pemberian makanan pendamping secara benar. Saat ini, cakupan ASI eksklusif yang rendah di Indonesia jauh dari indikator yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan RI. Cakupan ASI eksklusif dipengaruhi beberapa hal, terutama masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI, serta belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi dan kampanye terkait pemberian ASI dan MP ASI, masih kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana KIE ASI dan MP ASI dan belum optimalnya membina kelompok pendukung ASI dan MP ASI. Rendahnya cakupan ASI Eksklusif 0-6 bulan yang terjadi di Indonesia dapat disebabkan masih kurangnya pemahaman masyarakat bahkan petugas kesehatan sekalipun tentang manfaat dan pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi usia 0-6 bulan. Dilain pihak adanya promosi dan pemasaran yang begitu intensif terkait susu formula yang kadang sulit untuk dikendalikan (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 2012, terdapat 9,6% dari 464 bayi berusia 0-1 bulan, 16,7% dari 557 bayi usia 2-3 bulan dan 43,9% dari 593 bayi usia 4-5 bulan sudah menerima makanan tambahan lain. Itu berarti masih cukup banyak bayi usia dibawah 6 bulan yang mengonsumsi MP ASI cukup dini. Hal ini berkaitan dengan cakupan ASI eksklusif yang walaupun meningkat dari 15,3% (RISKESDAS 2010) menjadi 30,2% pada tahun 2013, masih tergolong rendah dibandingkan dengan sasaran keluaran Pembinaan Gizi Masyarakat tahun 2011-2014 yaitu 80%.

6 Berdasarkan Riskesdas pada tahun 2010 pemberian zat gizi atau jenis makanan prelakteal yang diberikan kepada bayi baru lahir di wilayah Indonesia sebanyak 43,6% yang terdiri dari susu formula 71,1%,madu 19,8%, air putih 14,6%, sedangkan untuk daerah Sumatera Utara sebanyak 53,7% antara lain susu formula 73,5%, air putih 30,7%, madu 20,2%, nasi/bubur 7,8% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2010). Cakupan ASI Eksklusif sangat fluktuatif dari tahun ke tahun. Di Indonesia, cakupan ASI Eksklusif sebesar 60,2% (2013) kemudian meningkat sampai 64,4% (2014) dan menurun kembali sebesar 60,6% (2015). Sasaran keluaran Pembinaan Gizi Masyarakat program ASI Eksklusif adalah 80% berdasarkan Rencana Aksi Pembinaan Gizi masyarakat tahun (RAPGM) tahun 2010-2014, sedangkan pada tahun 2015 menurun menjadi 50% berdasarkan Rencana Strategi Kementrian Kesehatan RI. Namun data cakupan ASI Eksklusif di Sumatera Utara tergolong cukup rendah yaitu sebesar 33,4% (2014) dan sedikit meningkat sebesar 34,9% (2015). Sementara di Kabupaten Karo berdasarkan data Pencapaian Indikator Kinerja Pembinaan Gizi Enam Bulanan Kementrian Kesehatan RI, cakupan ASI eksklusif meningkat dari 46,7% (2014) menjadi sebesar 48,5% (2015) atau sekitar 1679 bayi dari 3459 bayi yang mendapat ASI ekslusif. Dan di Kecamatan Tiga Panah sendiri meningkat dari 74,7% (Februari 2014) menjadi sebesar 80,2% (2015) sedangkan berdasarkan Formulir Pencatatan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 0-6 Bulan di Posyandu Puskesmas Tiga Panah bulan Desember 2015 hanya terdapat 3,62% bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Artinya secara

7 keseluruhan, masih terdapat bayi yang diberikan MP ASI yang tidak tepat, terutama pada usia pertama pemberian MP ASI di Kabupaten Karo khususnya Kecamatan Tiga Panah. Cakupan ASI Ekslusif cukup baik di Kecamatan Tiga Panah yaitu sebesar 80,2%, dibandingkan dengan kecematan lain di Kabupaten Karo seperti Kecamatan Mardinding dan Kecamatan Juhar yang cakupan ASI ekslusifnya 0% atau Kecamatan Korpri sebesar 9,5%. Namun berdasarkan pendataan yang dilakukan selama Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) di Dusun 1-4 Desa Bunuraya kecamatan Tiga Panah bulan September-November 2015, masih ditemukan pemberian MP ASI terlalu dini. Dari 100 KK yang didata dari 59 bayi berusia 0-12 bulan terdapat 5 bayi yang mendapat ASI segera setelah dilahirkan sampai usia 3 bulan dan hanya ada 2 (3,39%) bayi yang mendapat ASI eksklusif sampai 6 bulan. berdasarkan Formulir Pencatatan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 0-6 Bulan di Posyandu Puskesmas Tiga Panah bulan Januari 2016. Sementara di dusun 5 Bunuraya Baru Desa Bunuraya berdasarkan data tersebut juga, terdapat 11 bayi berusia 0-12 bulan, hanya ada 3 bayi atau 27,27% yang memperoleh ASI saja dan hanya ada 1 (9%) bayi yang mendapatakan ASI eksklusif sampai 6 bulan. Cakupan ASI ekslusif Desa Bunuraya tidak jauh berbeda apabila dibandingkan dengan cakupan ASI ekslusif di desa lain di Kecamatan Tiga Panah. Rata-rata dari 22 Posyandu yang melaporkan pemberian ASI ekslusif, hanya ada 2 bayi yang mendapatkan ASI saja sampai usia 6 bulan, bahkan terdapat 4 desa yang tidak satupun bayi lahir mendapat ASI segera setelah lahir sampai usia 6

8 bulan, seperti Desa Bertah, Desa Kuta Bale, Desa Kuta Julu dan Desa Manuk Mulia. Sehingga sampai bulan Desember 2015, hanya terdapat 25 dari 690 bayi yang mendapat ASI saja sampai usia 6 bulan atau sekitar 3,63%. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang diangkat adalah apakah ada hubungan perilaku ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini diwilayah kerja Puskesmas Tiga Panah Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan perilaku ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini diwilayah kerja Puskesmas Tiga Panah Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahuai gambaran pemberian makanan pendamping ASI (MP- ASI) dini pada bayi diwilayah kerja Puskesmas Tiga Panah. 2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini. 3. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan praktik pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini. 4. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan praktik pemberian pakanan pendamping ASi (MP-ASI) dini.

9 5. Untuk mengetahui hubungan tindakan/perilaku ibu dengan praktik pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi tenaga kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada tenaga kesehatan khususnya Sarjana Kesehatan Masyarakat untuk meningkatkan penyuluhan tentang makanan pendamping ASI di masyarakat. 2. Bagi Kader Kesehatan dan Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi kader kesehatan dan masyarakat tentang manfaat pemberian makanan pendamping ASI yang baik dan benar. 3. Sebagai bahan referensi Mahasiswa FKM USU untuk penelitian selanjutnya.