Penyebaran Penyakit Malaria Pasca Bencana Sebelum terjadinya gempa, Lombok merupakan daerah endemis malaria, sehingga vektor

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

PENDEKATAN KESEHATAN MASYARAKAT PASCA KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI KABUPATEN ASMAT PAPUA

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

kematian, terutama pada kelompok yang berisiko tinggi seperti bayi, balita dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kejadian kematian ke dua (16%) di kawasan Asia (WHO, 2015).

Malaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

PERINGATAN HARI MALARIA SEDUNIA

DEFINISI KASUS MALARIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENYELENGGARAAN SURVEILANS DAN SISTEM INFORMASI MALARIA. DAERAH PEMBERANTASAN dan DAERAH ELIMINASI MALARIA

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KOTA LANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi persebaran

BAB. I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever.

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BABf PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit menular tropik yang distribusinya

BAB I LATAR BELAKANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya.

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI PROVINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

BAB I PENDAHULUAN. umum dari kalimat tersebut jelas bahwa seluruh bangsa Indonesia berhak untuk

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

Transkripsi:

Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS Vol. X, No. 18/II/Puslit/September/2018 13 PENYEBARAN PENYAKIT MALARIA PASCA BENCANA DI LOMBOK DAN UPAYA PENANGGULANGAN Nur Sholikah Putri Suni Abstrak Salah satu dampak dari kejadian gempa di Lombok bulan lalu adalah munculnya kasus malaria yang menyerang para pengungsi. Tulisan ini ingin mengulas penyebaran penyakit malaria pasca bencana di Lombok dan upaya penanggulangan yang telah dan akan dilakukan pemerintah. Buruknya kondisi lingkungan menyebabkan vektor penyebab malaria dapat berkembang biak dengan cepat dan penularan penyakit pun cenderung lebih cepat dari kondisi normal. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan penyakit menular tersebut. Upaya preventif yang telah dilakukan adalah mendistribusikan kelambu, lotion anti nyamuk, fogging, dan pemberian obat anti malaria. Pemerintah perlu mewaspadai kemungkinan adanya peningkatan kasus apabila tidak segera ditangani. Mengingat bulan depan mulai memasuki musim penghujan. Dalam hal ini, DPR RI berperan penting untuk terus mengawasi penanganan kasus malaria di Lombok, agar tidak terjadi peningkatan kasus dan kasus yang ada dapat segera ditangani. PUSLIT BKD Pendahuluan Terjadinya bencana gempa di Lombok berdampak pada menurunnya kualitas hidup masyarakat setempat, salah satunya adalah terkait dengan kesehatan. Masalah kesehatan merupakan dampak utama yang muncul pada kondisi pasca bencana. Timbulnya masalah kesehatan antara lain berawal dari minimnya air bersih dan buruknya sanitasi lingkungan, yang merupakan pintu awal penyebab terjadinya berbagai jenis penyakit menular (Widayatun, 2013). Penyakit menular yang sering muncul pasca terjadinya bencana adalah diare, campak, pneumonia, malaria dan penyakit menular lain spesifik lokal (Khambali, 2017: 102). Pada umumnya, penyakit menular yang muncul pasca bencana merupakan penyakit endemis di wilayah itu. Lombok merupakan salah satu daerah endemis malaria. Pasca bencana gempa bumi, kasus

penyebaran penyakit malaria mengalami peningkatan di Lombok, khususnya di Kabupaten Lombok Barat, Kecamatan Gunungsari. Data terakhir menyebutkan bahwa 137 orang terinfeksi malaria, termasuk ibu hamil dan anak-anak (The Jakarta Post, 15 September 2018; msn.com, 16 September 2017). Terkait peningkatan kasus tersebut, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat menetapkan kasus malaria sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di tingkat Kecamatan Gunungsari (Riauone. com, 15 September 2018). Penularan penyakit pada populasi yang terkena bencana biasanya lebih tinggi dibandingkan populasi normal, sehingga menyebabkan jumlah orang yang terinfeksi lebih banyak. Melihat kondisi tersebut, berbagai upaya preventif perlu terus dilakukan, sehingga kasus malaria tidak menyebar ke kabupaten lainnya dan menimbulkan dampak yang lebih besar, terutama pada kelompok rentan seperti ibu hamil dan anak-anak. Patut disadari bahwa penyebaran malaria pasca bencana lebih cepat dibandingkan dengan kondisi normal. Tulisan ini akan mengulas penyebaran penyakit malaria pasca bencana di Lombok serta upaya penanggulangan yang telah dan akan dilakukan pemerintah. Penyakit Malaria dan Dampaknya Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh Plasmodium (parasit) yang ditularkan oleh vektor nyamuk Anopheles. Plasmodium tersebut bermigrasi ke hati orang yang terinfeksi, kemudian masuk ke aliran darah dan menginfeksi sel darah merah. Masa inkubasi penyakit malaria kurang lebih 1-3 minggu setelah seseorang terkena gigitan nyamuk Anopheles. Penyakit malaria merupakan penyakit yang bersifat akut dan laten yang dapat berdampak luas. Secara umum, dampak dari penyakit malaria dapat mengakibatkan menurunnya kualitas sumber daya manusia. Dampak klinisnya, malaria dapat berimbas pada beberapa organ penting, di antaranya: Penyumbatan pembuluh kapiler darah di otak, karena disebabkan oleh kerusakan sel darah merah; pembesaran hati; pembesaran limpa; dan gagal ginjal akut. Dampak lebih lanjut, apabila tidak segera ditangani maka malaria berat dapat menyebabkan kematian (Kemenkes, 2017: 5). Malaria juga menimbulkan dampak yang berat pada kelompok rentan seperti ibu hamil dan anakanak. Ibu hamil yang terinfeksi malaria akan mengalami anemia berat dan memiliki risiko lebih tinggi terhadap kematian janin. Termasuk juga berpotensi mengalami gangguan perkembangan bayi ketika lahir, seperti melahirkan bayi prematur dan berat badan lahir rendah. Kasus malaria pada anak dapat menyebabkan anemia, yang dapat mengganggu pertumbuhan dan mempengaruhi kecerdasan. Dampak jangka panjang apabila kasus malaria pasca bencana Lombok tidak segera ditangani adalah kerugian ekonomi, khususnya dari sisi kepariwisataan. Hal ini disebabkan menurunnya jumlah wisatawan baik lokal maupun mancanegara karena takut terinfeksi malaria. Penyebaran Penyakit Malaria Pasca Bencana Sebelum terjadinya gempa, Lombok merupakan daerah endemis malaria, sehingga vektor 14

15 penyebab malaria sudah ada di sana. Berdasarkan data Kemenkes tahun 2013 disebutkan bahwa prevalensi malaria di wilayah tersebut di atas prevalensi Nasional yaitu sebesar 9%. Menurut laporan profil kesehatan Nusa Tenggara Barat Tahun 2017, kasus malaria terbanyak terdapat di Kabupaten Lombok Barat sebesar 268 kasus. Pasca bencana, Wilayah Lombok menjadi lebih rentan terserang penyakit malaria. Bencana telah menyebabkan kerusakan pada infrastruktur. Pada kondisi pasca bencana di Lombok, kondisi jalanan mengalami kerusakan. Banyak jalan berlubang yang apabila lubang tersebut berisi air, maka dapat menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk. Populasi nyamuk meningkat, lebih banyak dari kondisi biasanya. Selain jalan, fasilitas kesehatan (faskes) juga banyak mengalami kerusakan. Per 14 Agustus 2018, Dinas Kesehatan Provinsi NTB mencatat kerusakan faskes di Lombok akibat bencana gempa, yaitu: sebanyak 37 faskes rusak ringan, 67 faskes rusak sedang, dan 56 faskes rusak berat (dinkes.ntbprov. go.id, 18 September 2018). Kondisi seperti ini menyebabkan buruknya akses terhadap pelayanan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan risiko penularan penyakit malaria. Faktor lain yang ikut meningkatkan risiko penularan penyakit malaria pasca bencana adalah menurunnya daya tahan tubuh seseorang, karena kondisi lingkungan yang buruk serta kurangnya konsumsi minuman dan makanan yang higienis dan bergizi. Daya tahan tubuh yang lemah menyebabkan seseorang mudah terserang penyakit. Kondisi tempat pengungsian yang padat, terisi oleh pengungsi dari beragam latar belakang serta usia, semakin mempermudah penyebaran penyakit menular seperti malaria. Tidak hanya karena kondisi yang padat, aktivitas pengungsi yang lebih banyak di luar ruangan menyebabkan nyamuk malaria lebih mudah menggigit. Kasus malaria pertama pasca bencana terjadi di Kecamatan Gunungsari. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, terdapat 103 orang positif terkena malaria yang wilayah penyebarannya sampai 28 dusun, 10 desa dan 4 wilayah kerja puskesmas (News.okezone.com, 08 September 2018). Kasus tersebut terus meningkat. Per 13 September 2018, tercatat sebanyak 128 orang terinfeksi malaria, termasuk ibu hamil, 2 bayi dan 2 anak di 4 wilayah. Data terakhir menyebutkan, sebanyak 137 orang telah terinfeksi malaria (The Jakarta Post, 15 September 2018; msn.com, 16 September 2018). Upaya Penanggulangan Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 145/Menkes/SK/l/2017 tentang Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan; disebutkan bahwa dalam prinsip penanggulangan bencana di sektor kesehatan tidak ada kebijakan dalam pembentukan sarana dan prasarana secara khusus. Tetapi, dalam bentuk pemanfaatan sarana dan prasarana yang telah ada, dengan meningkatkan semua sumberdaya baik dari pemerintah kabupaten/ kota dan provinsi, serta masyarakat maupun pihak swasta. Penanggulangan penyakit menular seperti malaria lebih mengutamakan aspek promotif dan preventif. Tujuannya adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian, serta membatasi penularan

dan penyebaran penyakit agar tidak meluas ke daerah lain. Upaya penanggulangan mencakup upaya pengendalian dan pemberantasan secara efektif, efisien, dan terpadu. Penyakit endemis di daerah bencana harus dimasukkan dalam sistem surveilans penilaian risiko penyakit menular; supaya ancaman penyakit bisa teridentifikasi dan terprioritaskan, sehingga dapat dilakukan tindakan pengamanan jika diperlukan. Kasus malaria di Lombok telah menjadi prioritas masalah untuk segera ditangani. Berdasarkan penyelidikan epidemiologi secara cepat sampai minggu ke-36, Kabupaten Lombok Barat memenuhi kriteria KLB. Khususnya Kecamatan Gunungsari dimana peningkatan kasus tersebut terkonfirmasi lebih dari tiga kali lipat. Penetapan KLB di kecamatan tersebut telah sesuai dengan Permenkes RI Nomor 949 tahun 2014 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa. Upaya-upaya pencegahan dan penanganan kasus tersebut menjadi fokus pemerintah saat ini (Antaranews, 17 September 2018). Meningkatnya kasus malaria di Lombok, khususnya Kabupaten Lombok Barat, pasca bencana menjadikan tantangan pemerintah untuk menangani hal tersebut. Pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan setempat, telah melalukan berbagai upaya pencegahan seperti melakukan fogging, mendistribusikan lotion anti nyamuk serta kelambu berinsektisida. Hingga saat ini, telah didistribusikan sebanyak 2.600 kelambu. Upaya pemerintah membagikan kelambu pada daerah endemi malaria, dapat dianggap sebagai langkah yang tepat. Akan tetapi, jumlah tersebut masih kurang dari yang rencana seharusnya, yaitu sekitar 10.000. Pemerintah terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan kelambu tersebut. Penggunaan kelambu berinsektisida diklaim cukup efektif dalam mencegah terjadinya malaria, apabila cakupan pengunaan kelambu mencapai 80% (Kompas. com, 13 September 2018; Msn.com, 16 September 2018). Selain itu, pemerintah juga akan mengadakan Mass Blood Survey (MBS) ke daerah yang terjangkit malaria. MBS atau pemeriksaan darah secara masal merupakan suatu prosedur yang harus dilakukan selama KLB malaria. Hal ini sesuai dengan Buku Panduan Tata Laksana Kasus Malaria yang dikeluarkan oleh Kemenkes; bahwa setiap individu yang tinggal di daerah endemi atau memiliki riwayat demam 48 terakhir, maka wajib diduga malaria dan harus melakukan tes pemeriksaan darah dengan Rapid Diagnostic Test (RDT). MBS menggunakan RDT mampu mendeteksi orang yang terinfeksi walaupun tidak menunjukan gejala klinis. Cara tersebut sangat efektif untuk mengetahui seberapa banyak orang yang terinfeksi malaria secara cepat dan real. Meskipun demikian, biaya yang dibutuhkan untuk melakukan MBS cukup tinggi, yaitu sekitar 996 juta dan belum termasuk biaya operasional (Republika.com, 14 September 2018). Pada orang yang terinfeksi malaria dengan hasil pemeriksaan darah malaria positif, maka pengobatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan Artemisininbased Combination Therapy (ACT). Pemberian kombinasi pada pengobatan malaria ini untuk meningkatkan efektifitas serta 16

17 mencegah resistensi (Kemenkes, 2017: 9). Terutama pada kelompok rentan, pengobatan profilaksis diperlukan. Pemberian profilaksis juga harus diberikan kepada orang yang akan masuk di daerah endemi. Mekanisme pemberian obat anti malaria di Lombok langsung diberikan kepada masyarakat ketika dinyatakan positif malaria. Hal ini sesuai dengan program pengendalian malaria, dimana pemberian ACT pada 24 jam pertama. Upaya pemerintah dalam menanggulangi kasus malaria di Lombok sejauh ini sudah tepat, meski belum sepenuhnya optimal. Pemerintah telah berupaya mengantisipasi penyebaran malaria ke daerah lain. Upaya seperti pengendalian sumber penularan dan diagnosis klinik sudah sesuai dengan penanggulangan bencana bidang kesehatan ketika terjadi letupan penyakit. Supaya lebih optimal, tampaknya pemerintah masih perlu meningkatkan deteksi dini kasus. Penutup Perubahan lingkungan pasca bencana merupakan ancaman untuk beberapa bulan ke depan. Peningkatan penyakit malaria di Kecamatan Gunungsari menjadi salah satu ancaman yang serius sehingga harus segera ditangani. Pemerintah telah berupaya menanggulanginya, namun upaya pencegahan yang meluas masih perlu dilakukan. Deteksi dini kasus malaria dapat ditingkatkan melalui monitoring terhadap kasus mingguan dan harus menjadi bagian dari pengawasan. Risiko timbulnya kasus malaria juga harus dievaluasi secara sistematis. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengendalian penyakit menular, seperti air bersih, sanitasi yang efektif, pengendalian vektor serta kemampuan tenaga kesehatan dalam mendiagnosis dini suatu penyakit, perlu menjadi perhatian. Kunci dari keberhasilan pengendalian penyakit menular adalah respon yang cepat sebelum kasus meluas menjadi epidemi. Penanganan harus dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan lintas sektor. DPR RI perlu mengawasi bagaimana penanganan kasus malaria, sehingga tidak terjadi penambahan kasus yang mengakibatkan dampak yang lebih besar lagi. Proses pengawasan perlu dilakukan bersama dengan pihak terkait seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial dan BNPB. Referensi Data Sementara Kerusakan Fasilitas Kesehatan Akibat Gempa Bumi Lombok, https://dinkes.ntbprov. go.id/berita/data-sementarakerusakan-fasilitas-kesehatanakibat-gempa-bumi-lombok/, diakses 18 September 2018. Indonesia s Quake-Hit Lombok Battles With Malaria, 137 Infected, https://www.msn.com/en-xl/ asia/top-stories/indonesias-quake- hit-lombok-battles-with-malaria- 137-infected/ar-BBNoxOa, diakses 17 September 2018. Kementerian Kesehatan. (2017). Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Jakarta: Kemenkes. Kemenko PMK Ajak Tangani Malaria di Lombok, https://www. antaranews.com/berita/749179/ kemenko-pmk-ajaktanganimalaria-di-lombok, diakses 18 September 2018. Khambali. (2017). Manajemen Penanggulangan Bencana. Yogyakarta: Penerbit Andi. Malaria Mewabah di Lombok Barat Pasca Gempa, Ibu Hamil hingga Bayi Ikut Terserang,

https://news.okezone.com/ read/2018/09/08/340/1947787/ malaria-mewabah-di-lombokbarat-pasca-gempa-ibu-hamilhingga-bayi-ikut-terserang, diakses 13 September 2018. Pasca Gempa Lombok, Pemerintah Beri Kelambu Berinsektisida untuk Cegah Malaria, https:// regional.kompas.com/ read/2018/09/13/2056231/ pasca-gempa-lombok-pemerintahberi-kelambu-berinsektisidauntuk-cegah-malaria, diakses 14 September 2018. Quake Survivor Face Malaria Outbreak, The Jakarta Post, 15 Agustus 2018, hal. 1. Satu Kecamatan di Lombok Barat Ditetapkan KLB Malaria. https:// www.republika.co.id/berita/ nasional/daerah/18/09/14/ pf190w382-satu-kecamatan-dilombok-barat-ditetapkan-klbmalaria, diakses 16 September 2018. Setelah Gempa, kini Lombok KLB Malaria, TGB: Langkah Preventif Terus Dilakukan, https://riauone. com/nusantara/setelah-gempa kinilombok-klb-malaria-- TGB--Langkah-Preventif-Terus- Dilakukan, diakses 16 September 2018. Widayatun. (2013). Permasalahan Kesehatan dalam Kondisi Bencana: Peran Petugas Kesehatan dan Partisipasi Masyarakat. Jurnal Kependudukan Indonesia, Vol. 8, No. 1, hal. 37-52. 18 Nur Sholikah Putri Suni nur.suni@dpr.go.id Nur Sholikah Putri Suni, S.Gz., M.Epid, menyelesaikan Pendidikan S1 Gizi Kesehatan di Universitas Gadjah Mada pada tahun 2013 dan pendidikan S2 Epidemiologi di Universitas Indonesia pada tahun 2016. Saat ini menjabat sebagai Calon Peneliti di Pusat Penelitian-Badan Keahlian DPR RI. Info Singkat 2009, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI http://puslit.dpr.go.id ISSN 2088-2351 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi tulisan ini tanpa izin penerbit.