BAB 1 : PENDAHULUAN tahun. Kriteria remaja menurut BKKBN adalah usia tahun dan belum

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang berada

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pornografi, didefinisikan bahwa pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia terdiri dari remaja berusia tahun dan sekitar sembilan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia merupakan remaja berumur tahun dan sekitar 900

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas.

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan International Conference on Population and

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan antara masa anak-anak dengan dewasa dan perkembangan terjadi disemua aspek untuk memasuki usia dewasa. (1) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 kategori remaja adalah usia 10-18 tahun. Kriteria remaja menurut BKKBN adalah usia 10-24 tahun dan belum menikah. (2) Menurut WHO 1/5 penduduk dunia terdiri dari remaja berusia 10-19 tahun. Jumlah penduduk Asia Pasifik adalah 60% dari penduduk dunia dan 1/5 adalah remaja berusia 10-19 tahun. (3) Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus tahun 2015 jumlah remaja usia 15-24 tahun adalah 16,5% dari total penduduk Indonesia. (4) Sedangkan prevalensi remaja usia 10-19 tahun di Sumatera Barat pada tahun 2016 adalah 18,6% dari total penduduk Sumatera Barat. (5) Remaja usia 10-24 tahun perlu mendapatkan perhatian yang serius karena termasuk dalam usia sekolah dan usia kerja, mereka berisiko terhadap masalahmasalah kesehatan reproduksi salah satunya adalah perilaku seksual pranikah. (6) Perilaku seksual merupakan segala perilaku yang didorong hasrat seksual, baik sesama jenis maupun berlawanan jenis yang dimulai dengan perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. (7) Kondisi perilaku seksual pranikah remaja dapat dilihat dari laporan SKRRI tahun 2007 dan 2012 yang didapatkan peningkatan pada gaya berpacaran remaja di Indonesia. Peningkatan remaja yang berpegangan tangan pada perempuan 68,3% menjadi 72% dan pada laki-laki 69% menjadi 80%. Peningkatan juga terjadi pada 1

2 remaja yang berciuman, perempuan yaitu 29,3% menjadi 30% dan laki-laki 41,2% menjadi 48%. Peningkatan pada perilaku seksual meraba/merangsang, laki-laki yaitu 26,5% menjadi 30% tetapi terjadi penurunan pada perempuan yaitu 9,1% menjadi 6%. Penuruna pada persepsi bahwa keperawanan itu penting bagi seorang (8, 9) perempuan dibandingkan laki-laki 99% dan 98% menjadi 77% dan 66%. Laporan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Sumatera Barat tahun 2016 terdapat 107 kasus perilaku seksual, sebanyak 17 kasus adalah perilaku seksual pranikah pada remaja yang terdiri dari 41,18% terjadi pada siswa SMP dan 58,82% pada siswa SMA. Tujuh belas kasus perilaku seksual tersebut 80% diantaranya terjadi di Kota Padang. (10) Berbagai kasus pada remaja ditemukan dari laporan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Padang. Tahun 2016 ditemukan 26 remaja yang terjaring di hotel, pondok maksiat, tempat gelap seperti batu grip pantai Padang serta melakukan tindakan asusila atau perilaku seksual berisiko. Tahun 2017 meningkat menjadi 48 remaja yang terjaring di dalam razia. Berdasarkan data bulan Januari-Maret 2018 sudah terjaring 11 remaja dengan kasus yang sama. (11) Berdasarkan penelitian Pratama, dkk (2014) di salah satu SMA favorit di Kota Bandung mendapatkan responden yang berperilaku seksual berisiko yaitu sebesar 14%. (12) Sejalan dengan penelitian Maryatun di SMA Muhammadiyah 3 Surakarta (2012) yang mendapatkan sebagian besar responden (84%) berperilaku seksual berisiko. (13) Perilaku seksual menimbulkan dampak pada kesehatan reproduksi dan seksualitas. Dampak pertama yaitu dapat menyebabkan kehamilan pada remaja. (14) Berdasarkan Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Republik Indonesia (SKRRI)

3 tahun 2012 didapatkan 10% remaja wanita berumur 15-19 tahun pernah melahirkan atau sedang hamil anak pertama. Remaja adalah kelompok rentan ketika hamil dan melahirkan serta menyumbang peningkatan angka kematian ibu. (15) Proporsi kehamilan remaja berusia 15-19 tahun di Indonesia tahun 2013 adalah 1,97%. (2) Dampak kedua dari perilaku seksual pranikah adalah aborsi. Tahun 2010 BKKBN menyatakan kasus aborsi di Indonesia mencapai 2,4 juta jiwa pertahun, sebanyak 33,3% terjadi pada remaja. Selanjutnya dampak dari perilaku seksual pranikah adalah HIV/AIDS, penularan berbagai penyakit menular seksual, dan tekanan psikologis. (14) Penduduk berusia 13-15 tahun di Amerika Serikat menyumbang sekitar 20% dari semua diagnosis HIV baru dan juga setengah dari 20 juta PMS baru dilaporkan setiap tahun berada pada usia 15-24 tahun. Kasus HIV di Indonesia sampai Desember 2016 yang terjadi pada kelompok umur 15-19 tahun adalah sebesar 3,7% dan kelompok umur 20-24 tahun adalah 17,3%. Sedangkan (16, 17) kasus AIDS pada kelompok umur 15-19 tahun adalah sebesar 2,7%. Menurut Lawrence Green masalah kesehatan dipengaruhi oleh penyebab non prilaku dan perilaku. Penyebab non perilaku adalah berbagai faktor baik perorangan maupun lingkungan yang bisa menimbulkan masalah kesehatan tapi tidak dikendalikan oleh perilaku. Penyeyab perilaku adalah suatu perilaku yang diyakini sebagai penyabab masalah kesehatan. Perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor yang utama yaitu faktor predisposisi (predisposing factor) yang terwujud diantaranya dalam bentuk pengetahun, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan norma; faktor pemungkin (enabling factor) yang terwujud dalam bentuk fisik, ada atau tidaknya fasilitas dan sarana, keterjangkauan, rujukan, dan keterampilan kelompok; faktor

4 penguat (reinforcing factor) terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan dan kelompok lain seperti orang tua, teman sebaya, guru, dan lainya. (18) Perilaku seksual pranikah remaja dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Penelitian yang dilakukan oleh Suharsa di SMA Kabupaten Pandeglang menyebutkan ada hubungan pengetahuan, kepatuhan agama, dan keterpaparan media informasi dengan perilaku seksual remaja. (19) Penelitian Maryatun di SMA Muhammadiyah 3 Surakarta menyatakan adanya hubungan peran teman sebaya dengan perilaku seksual pranikah remaja. (13) Penelitian Umaroh dkk di 33 provinsi di Indonesia menyatakan ada hubungan sikap dengan perilaku seksual pranikah. (20) Penelitian Pontoan di SMK Negeri 1 Atinggola menyatakan adanya hubungan peran media pornografi dengan perilaku seksual. (21) Penelitian Haryani dkk di SMKN 1 Sedayu menemukan adannya hubungan peran orang tua dengan perilaku seksual pranikah remaja. (22) Berdasarkan hasil studi awal yang telah dilakukan di SMAN Y Padang dari 10 responden yang terdiri dari 3 orang perempuan dan 7 orang laki-laki, didapatkan bahwa 7 orang pernah pacaran, tujuh orang pacaran pertama kali umur <15 tahun, delapan orang menganggap pacaran itu hal yang wajar, enam orang menyatakan berpegangan tangan dengan pacar adalah hal yang wajar, enam orang pernah pegangan tangan dengan pacar, tiga orang pernah merangkul pacar dan menyatakan hal tersebut sebagai hal yang wajar, tiga orang menyatakan pelukan dengan pacar itu hal yang wajar, satu orang pernah berpelukan dengan pacar, dua orang menyatakan ciuman dengan pacar merupakan hal yang wajar, satu orang pernah ciuman pipi dengan pacar, dan 9 orang pernah melihat konten-konten yang berbau porno.

5 Penelitian dilakukan di SMA favorit Kota Padang karena belum ada penelitian sebelumnya, dan siswa-siswi di SMA favorit dikenal unggul dalam bidang akademiknya serta lebih disiplin dan mempunyai perilaku yang baik. Pemilihan sebagai SMA favorit didasarkan pada banyaknya minat siswa yang mendaftar ke SMA tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada siswa SMA Negeri Y Padang tahun 2018 yang merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada siswa SMA favorit di Kota Padang tahun 2018. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah apa faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada siswa SMA Negeri Y Padang tahun 2018. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada siswa SMA Negeri Y Padang tahun 2018.

6 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui distribusi frekuensi perilaku seksual pranikah pada siswa di SMAN Y Padang tahun 2018. 2. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan siswa di SMAN Y Padang tahun 2018. 3. Mengetahui distribusi frekuensi sikap siswa di SMAN Y Padang tahun 2018. 4. Mengetahui distribusi frekuensi religiositas siswa di SMAN Y Padang tahun 2018. 5. Mengetahui distribusi frekuensi paparan media pornografi cetak dan elektronik pada siswa di SMAN Y Padang tahun 2018. 6. Mengetahui distribusi frekuensi peran orang tua pada siswa di SMAN Y Padang tahun 2018. 7. Mengetahui distribusi frekuensi peran teman sebaya pada siswa di SMAN Y Padang tahun 2018. 8. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku seksual pranikah pada siswa SMAN Y Padang tahun 2018. 9. Menganalisis hubungan sikap dengan perilaku seksual pranikah pada siswa SMAN Y Padang tahun 2018. 10. Menganalisis hubungan religiositas dengan perilaku seksual pranikah pada siswa SMAN Y Padang tahun 2018. 11. Mengetahui hubungan paparan media pornografi cetak dan elektronik dengan perilaku seksual pranikah pada siswa SMAN Y Padang tahun 2018.

7 12. Menganalisis hubungan peran orang tua dengan perilaku seksual pranikah pada siswa SMAN Y Padang tahun 2018. 13. Menganalisis hubungan teman sebaya dengan perilaku seksual pranikah pada siswa SMAN Y Padang tahun 2018. 14. Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja pada siswa SMAN Y Padang tahun 2018 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan memperkaya keilmuan tentang kesehatan reproduksi dan perilaku seksual pranikah remaja. 2. Manfaat Praktis 1. Bagi Sekolah Sebagai informasi gambaran perilaku seksual pranikah remaja, sehingga menjadi langkah awal dalam pembinaan kesehatan reproduksi dan konseling remaja di sekolah, dan sebagai dasar dalam upaya pencegahan perilaku seksual berisiko untuk meminimalisir akibat yang ditimbulkan. 2. Bagi Program Pendidikan Kesehatan Masyarakat Diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan masukan dalam menunjang proses belajar mengajar dan pengembangan penelitian selanjutnya.

8 3. Bagi Peneliti Bagi peneliti diharapkan akan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam melaksanakan penelitian, serta menjadi bahan acuan ilmiah bagi peneliti selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan uraian di atas dan sesuai dengan kemampuan serta keterbatasan waktu yang tersedia, maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian ini mengenai faktor-faktor yang herhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada siswa SMA Negeri Y Padang tahun 2018. Variabel independen yang diteliti pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, sikap, religiositas, paparan media pornografi cetak dan elektronik, peran orang tua, dan peran teman sebaya. Penelitian ini lakukan dari bulan Januari hingga bulan Juli 2018. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan cara pengumpulan data melalui angket yang diisi oleh responden.