BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu sektor yang sangat menunjang kemajuan sebuah negara. Tanpa pendidikan, sebuah negara tidak akan mampu bersaing dengan negara lain. Indonesia sebagai salah satu bagian dari negara di dunia selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Namun, kualitas pendidikan di Indonesia khususnya dalam bidang matematika tampaknya belum terlalu menggembirakan. Fakta yang berasal dari temuan penelitian dan hasil survei yang dilakukan oleh The Third International Mathematics and Science Studies (TIMSS) pada tahun 2007 (Harianto, 2009) untuk siswa sekolah menengah, Indonesia berada pada posisi ke 36 dari 48 negara, (2) Programme for International Student Assesment (PISA) (OECD, 2007) menunjukkan bahwa dalam hal literasi membaca, matematika dan sains, siswa yang berusia 15 tahun sangat rendah. Di dalam tujuan kurikulum yang berlaku di Indonesia pada saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Fauzi, 2009), dijelaskan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan di sekolah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pertanyaan matematika.
2 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan tujuan KTSP tersebut, kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu, kemampuan komunikasi matematis perlu dibangun dalam diri siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Lindquist berdasarkan pada National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (Andriani, 2007:16) kemampuan komunikasi matematis perlu dibangun agar siswa dapat: (1) merefleksi dan mengklarifikasi dalam berpikir mengenai gagasan-gagasan matematika dalam berbagai situasi, (2) memodelkan situasi dengan lisan, tertulis, gambar grafik dan secara aljabar, (3) mengembangkan pemahaman terhadap gagasan matematis termasuk peranan definisi dalam berbagai situasi matematika, (4) menggunakan keterampilan membaca, mendengar dan menulis, menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan matematis, (5) mengkaji gagasan matematis melalui konjektur dan alasan yang meyakinkan, (6) memahami nilai dari notasi dan peran matematika dalam pengembangan gagasan matematis. Komunikasi matematis merupakan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol-simbol, grafik atau diagram untuk menjelaskan keadaan atau masalah (Suyitno,2005b:4). Pada penilaian komunikasi matematis aspek yang dinilai adalah kemampuan siswa menyatakan dan
3 menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, atau demonstrasi. Kemampuan tersebut sangatlah diperlukan, karena kemampuan tersebut berguna untuk kehidupan siswa baik pada saat duduk di bangku sekolah ataupun ketika siswa sudah tidak duduk di bangku sekolah atau sudah bekerja (Shadiq, 2005:21). Oleh karena itu, kemampuan komunikasi matematik siswa perlu terus dikembangkan, sehingga diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi upaya peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa adalah pendekatan investigasi. Menurut Evans (1987), pendekatan pembelajaran investigasi adalah kegiatan yang dilakukan siswa yang sifatnya menyebar (divergent activity). Maksudnya, para siswa lebih diberikan kesempatan untuk memikirkan, mengembangkan, menyelidiki hal-hal menarik yang mengusik rasa keingintahuan mereka. Siswa dihadapkan pada situasi yang penuh pertanyaan yang dapat menimbulkan konfrontasi intelektual dan mendorong terciptanya investigasi. Pendekatan investigasi atau penyeledikan merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasil benar sesuai pengembangan yang dilalui siswa. Kegiatan belajarnya diawali dengan pemecahan soal-soal atau masalah-masalah yang diberikan oleh guru, sedangkan kegiatan belajar selanjutnya cenderung terbuka, artinya tidak
4 terstruktur secara ketat oleh guru, yang dalam pelaksananya mengacu pada berbagai teori investigasi. Height (1989) menyatakan bahwa to investigate berkaitan dengan kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis. Jadi investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pembelajaran investigasi dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan judul Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Investigasi untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan investigasi lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya secara konvensional? 2. Bagaimanakah sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan investigasi?
5 C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penilitian ini, yaitu:: 1. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan investigasi lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya secara konvensional. 2. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan investigasi. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu: 1. Bagi Siswa Melalui pembelajaran ini, kemampuan komunikasi matematis siswa meningkat dan siswa lebih aktif dalam pembelajaran. 2. Bagi Peneliti Lain Menjadi salah satu referensi dalam melakukan penelitian, terutama penelitian yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi matematis atau pembelajaran dengan pendekatan investigasi. 3. Bagi Guru Matematika Pembelajaran dengan pendekatan investigasi menjadi salah satu model pembelajaran dalam menyampaikan materi pada siswa, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi matematis siswa.
6 E. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan salah tafsir atau pemahaman berbeda, maka beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, didefinisikan sebagai berikut: 1. Pembelajaran Investigasi Pembelajaran investigasi adalah kegiatan yang dilakukan siswa yang sifatnya menyebar (divergent activity). Maksudnya, para siswa lebih diberikan kesempatan untuk memikirkan, mengembangkan, menyelidiki hal-hal menarik yang mengusik rasa keingintahuan mereka. Siswa dihadapkan pada situasi yang penuh pertanyaan yang dapat menimbulkan konfrontasi intelektual dan mendorong terciptanya investigasi. 2. Kemampuan komunikasi matematis Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan untuk merepresentasikan permasalahan atau ide dalam matematika baik secara lisan maupun tulisan dengan menggunakan benda nyata, grafik, atau tabel, serta dapat menggunakan simbol-simbol matematika, yang diperoleh melalui pengalaman yang dialami. 3. Pembelajaran Konvensional Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran matematika yang dirancang oleh guru, dengan langkah-langkah tertentu sehingga fokus pembelajaran masih belum terpusat pada siswa.