I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. diarahkan untuk dapat sekaligus memecahkan masalah-masalah ekonomi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

I. PENDAHULUAN. baik. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2000 sebesar

I. PENDAHULUAN. Upaya penangulangan kemiskinan di Indonesia merupakan amanah konstitusional

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Historical cakupan lokasi sasaran PNPM Mandiri Perkotaan

2

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. misalkan susu dari hewan ternak, sutera dari ulat sutera, dan madu dari

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Dari lahir sampai mati, cenderung memerlukan bantuan dari orang lain

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN. untuk tanaman pangan salah satunya yaitu ubi kayu (Manihot utilissima). Ubi

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

I. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan

QS PENGENDALIAN PENCAIRAN DANA BLM PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT TA 2015 Update 3 Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

SIMPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN EVALUSI DAN RENCANA TINDAK LANJUT. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan

QS PENGENDALIAN PENCAIRAN DANA BLM PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT TA 2015 Update 21 Januari 2016

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 220/MENKES/SK/VI/2013 TENTANG TIM BINAAN WILAYAH BIDANG KESEHATAN

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah bertujuan untuk meningkatkan

QS PENGENDALIAN PENCAIRAN DANA BLM PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT TA 2015 Update 25 Februari 2016

FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

I. EVALUASI UPSUS 2015

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013

d. Anggota Koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi serta tercatat dalam buku daftar anggota.

ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan.

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI.

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat besar dalam memberikan sumbangan bagi pendapatan nasional. Pembangunan di Indonesia saat ini telah membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek di masyarakat, baik pada kawasan pedesaan maupun perkotaan. Perubahan tersebut membawa dampak tidak hanya terhadap lingkungan fisik, tapi juga sistem nilai dalam tatanan kehidupan sosial bermasyarakat. Namun sayangnya perubahan yang diciptakan oleh pembangunan membawa dampak yang sangat mengerikan dan kompleks, karena ternyata telah melahirkan keterbelakangan dan kemiskinan dalam masyarakat. Bentuk kemiskinan yang terjadi di Indonesia saat ini adalah suatu bentuk yang masih semu atau bentuk yang tidak nyata. Apabila diperhatikan, bahwa kemiskinan yang terjadi di Indonesia adalah bentuk kemiskinan struktural (buatan), karena sebenarnya secara alamiah Indonesia mempunyai potensi dan sumber daya yang cukup untuk tidak mengalami kemiskinan (Pedoman PUAP, 2009).

Provinsi Lampung sebagai provinsi termiskin kedua di Pulau Sumatera juga sangat fokus dengan program-program pengentasan kemiskinan dan kerawanan pangan. Sejauh ini pemerintah Provinsi Lampung telah melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program-program seperti Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), Program Aksi Desa Mandiri Pangan, Program Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT), dan seterusnya. Tujuan utama pembangunan nasional yaitu mencapai struktur perekonomian yang seimbang, baik bidang pertanian maupun non pertanian. Pembangunan nasional yang tidak merata dapat menimbulkan kemiskinan. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan penanganan semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan (Badan Pusat Statistik Bandar Lampung, 2008). Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan kemiskinan buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan buatan terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin. Jumlah penduduk miskin di Indonesia per Provinsi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah penduduk miskin per provinsi di Indonesia tahun 2006-2008 Jumlah Penduduk Miskin Provinsi 2006 2007 2008 (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) NAD 1.149,7 1.083,7 962,3 Sumatera Utara 1.897,1 1.768,5 1.611,5 Sumatera Barat 578,7 529,2 473,7 Riau 564,9 574,5 584,7 Jambi 304,6 281,9 261,2 Sumatera Selatan 1.446,9 1.331,8 1.254,3 Bengkulu 360,0 370,6 328,9 Lampung 1.638,0 1.661,7 1.597,8 Bangka Belitung 117,4 95,1 80,3 Kepulauan Riau 163,0 148,4 131,8 DKI Jakarta 407,1 405,7 342,5 Jawa Barat 5.712,5 5.457,9 5.249,5 Jawa Tengah 7.100,6 6.557,2 6.122,6 DI Yogyakarta 648,7 633,5 608,9 Jawa Timur 7.678,1 7.155,3 6.549,0 Banten 904,3 886,2 830,4 Bali 243,5 229,1 205,7 Nusa Tenggara Barat 1.156,1 1.118,6 1.068,8 Nusa Tenggara Timur 1.273,9 1.163,6 1.105,8 Kalilmantan Barat 626,7 584,3 502,8 Kalimantan Tengah 212,8 210,3 194,3 Kalimantan Selatan 278,5 233,5 211,1 Kalimantan Timur 335,5 324,8 259,5 Sulawesi Utara 249,4 250,1 218,2 Sulawesi Tengah 553,5 557,4 525,2 Sulawesi Selatan 1.112,0 1.083,4 1.042,2 Sulawesi Tenggara 466,8 465,4 437,1 Gorontalo 273,8 241,9 182,9 Sulawesi Barat 205,2 189,9 156,9 Maluku 418,6 404,7 388,8 Maluku Utara 116,8 109,9 107,9 Papua Barat 284,1 266,8 237,3 Papua 816,7 793,4 709,3 Indonesia 39.295,5 37.168,3 34.543,2 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Bandar Lampung, 2008 Tabel 2 menunjukkan jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung pada tahun 2008 sebanyak 1.597.800 jiwa. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya (2006-

2007) jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung mengalami sedikit penurunan yang cukup signifikan. Hal ini merupakan sesuatu yang cukup menggembirakan karena data tahun 2007 menunjukkan bahwa jumlah keluarga miskin di Provinsi Lampung menurun mencapai 63.900 kepala keluarga. Jika satu keluarga bejumlah 4 orang, maka penduduk Provinsi Lampung yang miskin dapat mencapai 2,55 juta orang. Angka kemiskinan tersebut cukup tinggi apalagi 45% desa atau 765 desa di Provinsi Lampung termasuk juga kategori desa miskin (Badan Pusat Statistik Bandar Lampung, 2008). Penduduk miskin yang ada di Indonesia saat ini sebagian besar tinggal di daerah pedesaan dan memiliki mata pencaharian utama di sektor pertanian. Pada umumnya penduduk miskin tersebut adalah para petani yang berlahan sempit dan buruh tani yang tidak mempunyai lahan pertanian. Sebagian besar pendapatan rumah tangga miskin di pedesaan berasal dari kegiatan pertanian atau sumber usaha agribisnis. Pada umumnya mereka memiliki kemampuan yang lemah terhadap sumber permodalan, teknologi pertanian, pasar input pertanian dan kesempatan kerja diluar pertanian. Sementara itu, kelembagaan pedesaan seperti organisasi kelompok tani yang cukup berperan dalam memberdayakan petani cenderung semakin lemah. Seluruh kondisi tersebut menyebabkan rumah tangga miskin di pedesaan mengalami kesulitan untuk mengembangkan usaha agribisnisnya dan meningkatkan pendapatan rumah tangga mereka untuk keluar dari masalah kemiskinan (Pedoman PUAP, 2008). Berdasarkan angka di atas, Badan Pusat Statistik Lampung tahun 2008 menyebutkan Provinsi Lampung kini menjadi propinsi termiskin kedua di Indonesia bagian barat setelah Sumatera Utara. Sungguh ironis jika dilihat bahwa potensi-potensi yang ada

di Provinsi Lampung belum tergali secara optimal, salah satu potensi yang ada yaitu bahwa Provinsi Lampung terletak di pintu gerbang Pulau Sumatera dan dekat dengan pusat kekuasaan seharusnya menjadi sebuah provinsi yang berkembang dan maju disegala bidang, termasuk kesejahteraan masyarakatnya, namun tidak dalam kenyataannya. Adapun jumlah penduduk miskin menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah penduduk miskin menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2008 Tahapan Keluarga Sejahtera Jumlah No. Kabupaten Pra Keluarga Sejahtera Sejahtera I Miskin (KK) (KK) (KK) 1. Lampung Selatan 102.999 49.698 152.697 2. Lampung Tengah 85.350 77.555 162.905 3. Lampung Utara 63.458 40.039 103.497 4. Bandar Lampung 61.480 39.494 100.974 5. Lampung Barat 36.328 27.897 64.225 6. Tulang Bawang 83.987 86.426 170.413 7. Tanggamus 90.838 51.324 142.162 8. Metro 5.503 5.313 10.816 9. Lampung Timur 89.079 62.108 151.187 10. Way Kanan 55.748 24.873 80.621 11. Pesawaran 44.321 19.369 63.690 Jumlah 719.091 484.096 1.203.187 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Bandar Lampung, 2009 Tabel 2 menujukkan bahwa Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk miskin paling sedikit setelah Metro, dimana Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten yang baru terbentuk namun sudah memiliki angka kemiskinan yang tidak termasuk tinggi yaitu 63.690. Angka tersebut didapatkan dari

penjumlahan antara Keluarga Pra Sejahtera yaitu 44.321 KK dan Sejahtera I yaitu 19.369 KK. Penanggulangan kemiskinan pada saat ini adalah dengan mengupayakan kebijakan atau program anti kemiskinan yang akan dapat berhasil apabila kaum miskin menjadi aktor utama dalam perang melawan kemiskinan. Untuk membantu kaum miskin keluar dari lingkaran kemiskinan dibutuhkan kepedulian, komitmen, kebijakan, pengorganisasian, dan program yang tepat. Untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di pedesaan Presiden RI pada tanggal 30 April 2007 di Palu, Sulawesi Tengah telah mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M). Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang dilaksanakan oleh Departemen Pertanian pada tahun 2008 dilakukan secara terintegrasi dengan program PNPM-M. PUAP adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui bantuan modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran. Pelaksanaan penyaluran dana BLM-PUAP dilakukan melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Namun hal ini bukan berarti bahwa dana tersebut ditujukan untuk Gapoktan dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan organisasi Gapoktan. Dana tersebut tetap harus disalurkan kepada Rumah Tangga Miskin (RTM) yang merupakan rumah tangga sasaran program PUAP. Gapoktan hanya berperan sebagai pengelola dana BLM-PUAP yaitu sebagai penyalur dana tersebut kepada RTM dan mengendalikan pemanfaatannya yaitu untuk usaha agribisnis (Pedoman Puap, 2008). Program PUAP tersebut memiliki 4 tujuan yaitu : 1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran.

2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis pedesaan. 3. Memberdayakan kelembagaan petani dalam mengembangkan usaha agribisnis. 4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani. Program PUAP dilaksanakan oleh petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani miskin di pedesaan melalui koordinasi gapoktan sebagai lembaga yang dimiliki dan dikelola petani. Untuk kelancaran program ini sangat perlu mengoptimalkan dana BLM-PUAP sesuai dengan tujuan PUAP. Adapun jumlah gapoktan penerima PUAP per kabupaten di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah gapoktan penerima PUAP per kabupaten di Provinsi Lampung tahun 2008 dan 2009. No Kabupaten 2008 Jumlah Gapoktan 2009 1 Lampung Barat 20 34 2 Lampung Selatan 25 20 3 Lampung Tengah 35 35 4 Lampung Timur 35 34 5 Lampung Utara 35 10 6 Pesawaran 10 18 7 Tanggamus 35 26 8 Tulang Bawang 35 17 9 Way Kanan 35 33 10 Metro 4 0 Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, 2010 Tabel 3 menunjukan jumlah gapoktan penerima PUAP di Provinsi Lampung. Penerima PUAP pada tahun 2008 dan 2009. Terdapat peningkatan dan penurunan penerima dana PUAP pada tahun ke II yaitu tahun 2009. Pada tahun 2009 diadakan

pemilihan gapoktan berprestasi untuk tahun anggaran 2008 yang diraih oleh Kabupaten Pesawaran. Gapoktan PUAP berprestasi adalah Gapoktan PUAP yang berkualitas, andal, produktif, berkemampuan manajerial, mampu mengelola dan meningkatkan nilai asset yang diterima dari pemerintah melalui pengembangan unit usaha ekonomi produktif, pengembangan unit usaha otonom dan dapat melaksanakan fungsi organisasi Gapoktan serta berdaya guna bagi petani khususnya petani anggota. Adapun penerima PUAP di Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Penerima PUAP tahun 2008 di Kabupaten Pesawaran No Kecamatan Desa 1 Kedondong Tempel Rejo 2 Kedondong Kota Jawa 3 Negeri Katon Kagungan Ratu 4 Negeri Katon Bangun Sari 5 Negeri Katon Tri Rahayu 6 Negeri Katon Trisno Maju 7 Padang Cermin Tambangan 8 Padang Cermin Way Urang 9 Padang Cermin Way Ratai 10 Tegineneng Tri Mulyo Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, 2009 Gapoktan penerima PUAP berprestasi se-provinsi Lampung diraih oleh gapoktan Sumber Rejeki yang berada di Desa Trisno Maju Kecamatan Negeri Katon. Gapoktan Sumber Rejeki berdiri pada tanggal 29 November 2006 diprakarsai oleh tujuh kelompok tani, dengan jumlah anggota 178 orang petani. Pada tahun 2008 gapoktan Sumber Rejeki mengikuti pemilihan gapoktan penerima Program PUAP. Setelah dilakukan seleksi ternyata gapoktan Sumber Rejeki masuk dalam kriteria Gapoktan penerima dana BLM PUAP, Gapoktan Sumber Rejeki Menerima dana BLM PUAP sebesar Rp.100.000.000 yang digunakan untuk keperluan sesuai dengan

Rencana Usaha Bersama (RUB) yang telah di tetapkan oleh gapoktan dan dibagikan kepada tujuh kelompok tani sebanyak 178 orang. Dalam perkembangan saat ini jumlah kelompok tani yang bergabung sebanyak 15 kelompok tani, dengan jumlah anggota 406 orang petani. Program PUAP pada dasarnya dilaksanakan dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan peningkatan lapangan kerja di daerah pedesaan. Dapat dilihat bahwasanya gapoktan Sumber Rejeki merupakan gapoktan terbaik pengelola dana PUAP dibandingkan dengan gapoktan penerima dana PUAP yang lain. Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan, yaitu: 1. Bagaimana efektivitas program PUAP dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Trisno Maju Kecamatan Negeri Katon? 2. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan efektivitas program PUAP dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Trisno Maju Kecamatan Negeri Katon? 3. Faktor apa yang paling berhubungan dengan efektivitas program PUAP dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Trisno Maju Kecamatan Negeri Katon? B. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Efektivitas program PUAP dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Trisno Maju Kecamatan Negeri Katon. 2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas program PUAP dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Trisno Maju Kecamatan Negeri Katon.

3. Faktor yang paling berhubungan dengan efektivitas program PUAP dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Trisno Maju Kecamatan Negeri Katon. C. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai : 1. Bahan pertimbangan bagi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam penyelenggaraan program PUAP selanjutnya. 2. Bahan informasi bagi Poktan/Gapoktan penerima program PUAP di Desa Trisno Maju Kecamatan Negeri Katon. 3. Bahan informasi bagi penelitian sejenis.