BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan Sejak tahun 1978 pemerintah terus berusaha mengembangkan

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN. Pertanyaan wawancara untuk Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul. kelebihannya bila dibandingkan dengan pariwisata di daerah lain?

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanah yang subur, yang merupakan sumber daya alam yang sangat berharga bagi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kepada pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BAB I PENDAHULUAN. daya bagi kesehjateraan manusia yakni pembangunan tersebut. Adapun tujuan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

I. PENDAHULUAN. Menurut Perda Nomor 6 Tahun 2011 tentang kepariwisataan, pengembangan dan

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I LATAR BELAKANG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas, dalam menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara

BAB I PENDAHULUAN. potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa: Negara Indonesia ialah

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi. Ini memberikan implikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. daerah berwenang untuk mengatur sendiri urusan pemerintahan menurut azas otonomi

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990).

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

-1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

BAB I PENDAHULUAN. untuk datang berkunjung dan menikmati semuanya itu. ekonomi suatu negara. Ada beberapa hal yang menjadi potensi dan keunggulan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. fenomena dari era reformasi yang sangat menarik untuk dikaji oleh berbagai kalangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lima pulau besar yang dimiliki serta pulau-pulau kecil yang tersebar dari

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

BAB I PENDAHULUAN. kebijaksanaan yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi khususnya untuk

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat objek wisata itu berada, akan mendapatkan pemasukan dari pendapatan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL - BUTON 2015 PERDAKAB. BUTON NO. 1, LD. 2015/NO

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Dokumen anggaran daerah disebut juga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan tentunya mempunyai masalah dalam menyusun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. tetapi untuk menyediakan layanan dan kemampuan meningkatkan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Tugas Pembantuan.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan reformasi di bidang pemerintahan daerah dan

PERENCANAAN PARIWISATA PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT Sebuah Pendekatan Konsep

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

Oleh : Glory Melisa Mawikere

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kepariwisataan di Indonesia senantiasa membutuhkan

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang prospeknya cerah dan mempunyai potensi dan peluang yang sangat besar untuk dikembangkan Sejak tahun 1978 pemerintah terus berusaha mengembangkan kepariwisataan dalam meningkatkan penerimaan devisa, memperluas lapangan kerja, dan memperkenalkan kebudayaan. Pembinaan serta pengembangan pariwisata dilakukan dengan tetap memperhatikan terpeliharanya kebudayaan dan kepribadian nasional. Untuk itu perlu diambil langkah-langkah dan pengaturan-pengaturan yang lebih terarah berdasarkan kebijaksanaan yang terpadu, antara lain bidang promosi, penyediaan fasilitas serta mutu, dan kelancaran pelayanan. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah BAB I Ketentuan Umum Pasal (1) otonomi daerah adalah bahwa daerah diberikan hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus daerahnya masingmasing sesuai dengan potensi untuk dikembangkan, sesuai wujud dari pelaksanaan Otonomi Daerah. Berdasarkan isi dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pemerintah Daerah Penataan Daerah Bagian Kesatu Umum Pasal 31 ayat (1) Penataan Daerah sebagaimana dimaksud ditujukan untuk mewujudkan efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat, mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik, meningkatkan kualitas tata 1

2 kelola pemerintahan, meningkatkan daya saing nasional dan daya saing Daerah, dan memelihara keunikan adat istiadat, tradisi, dan budaya Daerah. Pemerintahan Daerah yaitu penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut atau berdasarkan asas desentralisasi. Dalam ketentuan ini pemerintahan sekaligus mengandung makna sebagai kegiatan atau aktivitas menyelenggarakan pemerintahan dan lingkungan jabatan, yaitu pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Penyelenggaraan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber kepariwisataan sendiri yang didukung oleh perimbangan kepariwisataan antara pusat dan daerah. Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah, berarti daerah mempunyai hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengatur urusan rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyelenggaraan Otonomi Daerah secara tidak langsung, Kekuasaan yang diberikan bukan diartikan sebagai kebebasan mutlak untuk daerah, karena tujuan otonomi adalah pemberian otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab menuntut adanya pemberdayaan masyarakat dan kemadirian daerah agar mampu berkembang serta kewajiban memikul tanggung jawab yang diberikan untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kulaitas pelayanan publik, meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan, meningkatkan daya saing nasional dan daya saing daerah, dan memelihara keunikan adat istiadat, tradisi, dan budaya daerah yang ada di Kabupaten Sukabumi.

3 Hubungan antara Kepariwisataan Kabupaten Sukabumi dengan Pemerintah daerah sangat menentukan kemandirian otonomi. Dinas Pariwisata kabupaten Sukabumi sebagai organisasi yang terdekat dengan daerah dalam pembangunan kepariwisataan merupakan ujung tombak penentu keberhasilan kepariwisataan daerah. Pengembangan dan pembangunan pariwisata yang dijadikan salah satu Rencana terdapat berbagai stakeholders yang terlibat (Pemerintah, lembaga non pemerintah), SDM (Sumber Daya Manusia), program-program, dana dan fasilitas. berdasarkan keterlibatan stakeholders dan berdasarkan kondisi saat ini didapatkan program-program yang diharapkan dapat memberikan arahan yang jelas di dalam upaya pengembangan daerah tujuan wisata di kabupaten Sukabumi kedepannya. Memanfaatkan peluang pariwisata yang secara prospektif dapat menguntungkan, maka diperlukan juga iklim usaha yang kondusif agar dapat menjamin berlangsungnya kegiatan pariwisata, serta membuka peluang investasi guna meningkatkan aktivitas pariwisata, yang selanjutnya melalui pembangunan secara optimal diharapkan akan dapat menarik dunia usaha untuk melakukan kegiatan penanaman modal di Kabupaten Sukabumi dapat dipastikan bahwa aktivitas ekonomi akan meningkat dan pada gilirannya akan memberi dampak secara langsung terutama dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dan menunjang peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).

4 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menjelaskan bahwa kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan, kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global. Berdasarkan isi dari Undang Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan BAB IV Pembangunan Kepariwisataan Pasal 6 Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata. Selanjutnya berdasarkan isi dari Undang Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan Pasal 7 Pembangunan kepariwisataan meliputi: industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran, dan kelembagaan kepariwisataan. Kabupaten Sukabumi mempunyai banyak tempat wisata yang sangat potensial jika dikembangkan dengan baik dan sudah berjalan. Kabupaten Sukabumi juga merupakan destinasi wisata dari luar kota saat Liburan Panjang Banyak Pembangunan wisata alam dan budaya di Sukabumi dapat dilihat dari keadaan sarana dan prasarana wisata di berbagai tempat objek wisata yang belum lengkap dan tidak terawat. Kabupaten Sukabumi memiliki berbagai macam objek wisata alam dan wisata budaya yang apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik dengan tepat maka akan menjadi tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi.

5 Selain itu, dengan meningkatnya wisatawan yang berkunjung maka akan secara langsung akan meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah). Kabupaten Sukabumi memiliki daya tarik tersendiri dan memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan sebagai destinasi objek pariwisata ke depan. Tabel 1.1 KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA DAN WISATAWAN NUSANTARA KE KAB. SUKABUMI No Tahun Wisatawan Wisatawan Jumlah dari Wisatawan Nusantara Mancanegara Nusantara dan mancanegara 1 2010 2.306.519 44.981 2.351.500 2 2011 2.342.735 55.795 2.398.530 3 2012 2.551.807 46.975 2.598.782 4 2013 2.608.546 99.932 2.708.478 5 2014 2.845.079 72.581 2.917.660 6 2015 3.380.193 115.547 3.495.740 7 2016 3.485.006 115.548 3.600.554 (Dinas Parawisata Kab. Sukabumi) Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Sukabumi sampai pada tahun terakhir mengalami peningkatan. dari kunjungan wisatawan. Terlihat bahwa dari data di atas Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu destinasi wisata di Jawa Barat yang didukung oleh berbagai obyek dan daya tarik wisata yang menarik serta khasanah seni budaya yang unik, berupaya untuk meningkatkan citra pariwisata Kabupaten Sukabumi sebagai daerah tujuan wisata yang tetap diminati oleh para wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

6 Berdasarkan hasil observasi Salah satu program Dinas Pariwisata yakni pengembangan daerah tujuan wisata ternyata tidak efektif dan tidak mampu mengatasi masalah yang hingga kini belum dapat terselesaikan dengan baik. Ada banyak permasalahan yang ditemui, dimana pengembangan dan penyediaaan sarana kepariwisataan belum optimal dan tidak sesuai dengan yang diharapkan, seperti kurang terpeliharanya objek wisata alam, budaya dan infrastruktur seperti jaringan jalan, penyediaan air bersih, listrik dan jarinan telekomunikasi, kondisi ini dikhawatirkan pada masa yang akan datang akan mengalami penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung ke kabupaten sukabumi. Keberadaan dari objek wisata tidak mendapat dukungan sepenuhnya dari masyarakat setempat, Sebagian besar objek pariwisata juga tidak mendapat perhatian dari pemerintah setempat dan dalam proses pembangunannya pun tidak memperhatikan aspirasi dari masyarakat, hal ini kemudian membuat masyarakat kurang memedulikannya, hal ini disebabkan tidak adanya kerjasama antara pemerintah setempat dengan masyarakat karena masyarakat yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan kurangnya pengetahuan juga informasi sehingga masyarakat menjadi apatis dengan perencanaan pembangunan tersebut bahkan tidak mendukung. Disamping itu sistem pemasaran yang kurang luas atau bahkan tidak tepat sasaran keberhasilan pariwisata di kabupaten sukabumi terletak pada promosi yang dilakukan seperti, terkendala dengan dana kerena dalam ilmu pemasaran, promosi adalah hal terpenting dari sebuah produk. Nilai jual beli suatu produk bisa meningkat dengan menerapkan jaringan promosi yang lebih luas dengan cara

7 efektif dan efesien. Sehingga kedepannya pariwisata kabupaten sukabumi mampu menyaingi pariwisata lainnya. Tidak hanya hal tersebut di atas yang menjadi masalah, tetapi juga Sumber Daya Manusia (SDM) yang mengelola kurang berkompeten dalam masalah pariwisata, Hal ini disebabkan masih rendahnya daya saing tersebut dapat dilihat dari ketimpangan antara proporsi, kurangnya tenaga kepariwisataan sehingga peluang pendidikan pariwisata sangat menjanjikan. Seharusnya pihak-pihak yang disebutkan diatas memberikan perhatian yang lebih terhadap Pencapaian Program pembangunan pariwisata, baik itu dukungan fasilitas maupun layanan terhadap pariwisata. Pembangunan pariwisata merupakan program jangka panjang dan tidak lepas dari pelestarian alam dan lingkungan hidup serta budaya masyarakat setempat. Kabupaten Sukabumi memiliki berbagai macam objek wisata alam dan wisata budaya yang apabila dibangun dan dikembangkan dengan baik dengan tepat maka akan menjadi tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi. kabupaten Sukabumi di kenal dengan istilah GURILAPSS, yaitu Gunung, rimba, Laut, Pantai, Sungai dan yang terakhir adalah wisata alam Geopark ciletuh sebagai destinasi baru. Selain itu, dengan meningkatnya wisatawa yang berkunjung maka akan secara langsung akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

8 Pada prinsifnya Dinas Pariwisata merupakan lembaga Pemerintah Daerah yang bertugas menangani dan melakukan pembangunan di sektor pariwisata memiliki acuan, pedoman dan penuntun dalam mengembangkan kapasitas kelembagaan bertekad dan berusaha sungguh-sungguh untuk mengelolah dan mengembangkan seluruh potensi yang ada, mengembangkan akuntabilitas publik, mendorong partisipasi masyarakat, merupakan sumber keuangan daerah meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan sebagainya, yang amat diperlukan dalam optimalisasi penyelengaraan desentralisasi dan otonomi daerah. Bedasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan hal tersebut menjadi bahan penelitian Skripsi dengan judul EFEKTIVITAS RENCANA DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA DI KABUPATEN SUKABUMI (STUDI KASUS DINAS PARIWISATA KABUPATEN SUKABUMI) B. Identifikasi Malasah Adapun identifikasi masalah dalam hal ini sebagai berikut : 1. Kurangnya Efektivitas rencana dalam pembangunan pariwisata oleh Dinas Pariwisata di Kabupaten sukabumi 2. Adanya hambatan-hambatan efektivitas rencana dalam pengelolaan, pembangunan objek pariwisata di kabupaten Sukabumi.

9 C. Rumusan Masalah Sehubungan masalah pokok dalam penelitian ini, dapat disusun penelitian (resert question) sebagai berikut : 1. Bagaimana Efektivitas Rencana dalam pembangunan Pariwisata oleh Dinas Pariwisata di kabupaten Sukabumi? 2. Apa yang menjadi faktor Penghambat Efektivitas rencana dalam pembangunan Pariwisata di Kabupaten Sukabumi? 3. Upaya apa untuk mengatasi hambatan hambatan efektivitas rencana dalam pembangunan pariwisata di kabupaten sukabumi? D. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah sebagaimana telah diuraikan diatas, maka maksud dari penelitan ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisi bagaimana efektivitas rencana dalam pembangunan pariwisata di kabupaten Sukabumi 1. Untuk mengetahui bagaimana Efektivitas rencana dalam pembangunan pariwisata oleh Dinas Pariwisata di Kabupaten sukabumi. 2. Untuk mengatahui faktor penghambat efektivitas rencana dalam pembangunan pariwisata di Kabupaten Sukabumi. 3. Untuk mengetahui upaya apa untuk mengatasi hambatan Efektivitas rencana dalam pembangunan pariwisata di kabupaten sukabumi.

10 E. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Akademis (Teoritis) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi aktfitas akademika Universitas Islam Negeri Bandung fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu administrasi publik, khusunya dalam mengkaji Efektivitas rencana dalam pembangunan pariwisata oleh dinas pariwisata kabupaten sukabumi. 2. Kegunan Secara Praktis Tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk mahasiswa/siswi Fisip jurusan Admninstrasi Publik dengan pengeuasaan fungsi keilmuan yang dipelajari selama mengikuti perkuliahan dan juga dapat memberikan masukan saran dan solusi kepada lembaga pemerintah kabupaten sukabumi khususnya pada Dinas pariwisata dalam pelaksanaan pembangunan pariwisata di kabupaten sukabumi. F. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan sebuah bagian atau alur kerja dalam memecahkan permasalahan penelitian. Kerangka kerja tersebut dimulai dari permasalahan sampai pencapaian tujuan. Dalam alur pikir atau alur kerja tersebut, hendaknya terlihat kedudukan dan fungsi landasan teori. Kerangka pemikiran ini disusun dengan berdasarkan pada tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang relevan atau terkait.

11 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana Efektivitas Rencana dalam pembangunan pariwisata oleh Dinas Pariwisata di kabupaten Sukabumi. Dalam penelitian ini peneliti berusaha merangkai pokok pemikiran, Agar nantinya peneliti mampu mendapatkan jalan keluar dengan mudah dalam menganalisis dan menjajawab berbagai persoalan yang terjadi pada proses penelitian, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Pariwisata merupakan kegiatan yang kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh baik-buruknya lingkungan dan terjaganya aset wisata. Tanpa itu semua tidak memungkinkan pariwisata dapat berkembang. Semakin besarnya kepariwisataan di suatu daerah makin besar juga bahaya perusakan dan pencermarannya. dalam pengembangan pariwisata diharapkan dapat memperbesar penerimaan devisa, memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta mendorong pembangunan daerah. Sektor pariwisata juga diharapkan sebagai lokomotif (penggerak) dan magnit (pemicu) dalam memperbaiki kondisi ekonomi. Pencapaian pogram pembangunan pariwisata memerlukan suatu Efektivitas Rencana, sebagaiman diungkapkan Gibson: 1994 (Dalam buku Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses) bahwa pengertian Efektivitas adalah sebagai berikut :

12 pencapaian tujuan yang ditetapkan dengan usaha kerja sama pendapat yang mempunyai pertimbangan luas, menyatakan bahwa organisasi sebagaimana halnya individu dan kelompok, harus dievaluasi menurut ukuran pencapaian tujuan. Sesuai dengan pendapat tersebut di atas diketahui tingkat pencapaian tersebut tujuan yang khas manajemen berdasarkan sasaran berbeda menurut kasusnya.dalam beberapa hal, manajer dan bawahan mendiskusikan sasaran sasaran dan mencoba mencapai kesepakatan yang menguntungkan bersama. Sesuai dengan pendapat tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa efektivits rencan adalah suatu cara atau taktik rencana dasar yang menyeluruh dari rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan oleh sebuah organisasi untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa sasaran. Menurut Drs. Malayu S.P. Hasibun ( Dalam Buku Manajemen Dasar, Pengertian dan masalah ) Rencana adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, setiap Rencana mengandung dua unsur yaitu tujuan dan pedoman. Selanjuntanya Pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyaldi dan Dedt Supriyadi Bratakusumah,2005)

13 Pembangunan adalah perubahan perubahan dalam arti mewujudkan suatu kondisi berkehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang. Kondisi yang lebih baik itu harus dilihat dalam cakupan keseluruhan segi kehidupan bernegara dan bermasyarakat, oleh karenanya tidak hanya baik dalam arti peningkatan taraf hidup saja, akan tetapi juga dalam segi-segi kehidupan yang lainnya. Handoko 2003:103 ( Dalam Buku Manajemen) menetapkan beberapa kriteria dapat digunakan untuk menilai Efektivitas Rencana sebagai berikut : 1. Kegunanan. Agar berguna bagi manajemen dalam pelaksanaan fungsi-fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil, berkesinambungan, dan sederhana. 2. Ketepatan dan objektivitas. Rencana-rencana harus dievaluasi untuk mengetahui apakah jelas, ringkas,nyata dan akurat. Berbagai keputusan dan kegiatan manajemen lainya hanya efektif bila didasarkan atas informasi yang tepat. 3. Ruang lingkup. Perencanaan perlu memperhatikan prinsipprinsip kelengkapan, kepaduan, dan konsisten berapa luas cakupan rencana. 4. Efektivitas biaya. Efektivitas biaya perencanaan dalam hal ini adalah menyangkut waktu, usaha dan aliran emosional.

14 5. Akuntabilitas. Ada dua aspek akuntabilitas perencanaan. Tanggungjawab atas pelaksanaan perencanaan, dan tanggungjawab atas implementasi rencana. Suatu rencana harus mencakup keduanya. 6. Ketepatan waktu. Para Perencana harus membuat berbagai perencanaan, berbagai perubahan yang terjadi sangat cepat dan dapat menyebabkan rencana tidak tepat atau sesuai untuk berbagai perbedaan waktu.

15 Dari uraian di atas, model kerangka penelitian sebagai berikut : Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Efektivitas Rencana dalam Pembangunan Pariwisata di Kabupaten Sukabumi Efektivitas rencana Pariwisata: 1. Kegunaan 2. Ketepatan dan obyektivitas 3. Ruang lingkup 4. Efektivitas biaya 5. Akuntabilitas 6. Ketepatan waktu Terwujudnya Pembangunan Pariwisata di Kabupaten Sukabumi (Sumber :Handoko 2003)