LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM KESEHATAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

PENYUSUNAN PERENCANAAN SOSIAL DAN BUDAYA Kegiatan Penyusunan Masterplan Kesehatan Kabupaten Banyuwangi

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM KESEHATAN PROVINSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BATU BARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

BUPATI BENER MERIAH RANCANGAN QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI KABUPATEN TANGERANG

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 11 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH KOTA KENDARI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 22

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Administrasi dan Kebijakan Upaya Kesehatan Perorangan. Amal Sjaaf Dep. Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, FKM UI

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR. 4 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM KESEHATAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN BAGI LANJUT USIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

2017, No Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lem

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 15 TAHUN 2011

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS,

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU KABUPATEN BLORA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

NOMOR : 7 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWAKARTA,

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 058 TAHUN 2017 TENTANG TRANSFORMASI PERPUSTAKAAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN DI KABUPATEN BARITO UTARA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan dan pemantapan otonomi daerah, khususnya pelayanan kesehatan perlu diberikan pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya kepada anggota masyarakat dengan suatu sistem yang terkoneksi dengan sistem lainnya sesuai dengan asas-asas pemerintahan yang baik. b. bahwa pelayanan dan penyelenggaraan kesehatan yang baik dan adil kepada masyarakat merupakan bagian dari asas pemerintahan yang baik; c. bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pengembangan sumber daya manusia sebagai modal pelaksanaan pembangunan masyarakat Kabupaten Tangerang; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a, b dan c, perlu dibentuk Sistem Kesehatan Kabupaten Tangerang yang pelaksanaanya ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495); 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); Undang...

-2-3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4272); 4. Undang-undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4427); 5. Undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteren (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 6. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Undangundang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Undangundang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2008 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 7. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 8. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor l4690); 9. Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Tugas Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 02 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Tahun 2008Nomor 02, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 0208); Dengan

-3- Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG dan BUPATI TANGERANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG SISTEM KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Tangerang. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Tangerang. 4. Dinas Kesehatan adalah Satuan Kerja Pemerintah Daerah yang berwenang di bidang kesehatan. 5. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. 6. Swasta adalah setiap komponen penyelenggara upaya kesehatan non-pemerintah di wilayah Kabupaten Tangerang. 7. Lembaga Pendidikan adalah setiap penyelenggaran pendidikan kesehatan formal dan non-formal. 8. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah unsur pembantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Tekhnis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan. 9. Masyarakat adalah setiap orang yang berdomisili di wilayah Kabupaten Tangerang. 10. Sarana kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang. 11. Organisasi profesi adalah organisasi yang bergerak di bidang profesi Tenaga Kesehatan seperti : Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) dan/atau organisasi profesi kesehatan lainnya yang mempunyai struktur organisasi cabang di Kabupaten Tangerang. Lembaga...

-4-12. Lembaga Swadaya Masyarakat yang selanjutnya disingkat LSM adalah lembaga independen milik masyarakat non-pemerintah yang ikut berperan aktif dalam mewujudkan pembangunan kesehatan di Kabupaten Tangerang. 13. Sistem Kesehatan Kabupaten Tangerang yang selanjutnya disingkat SKK Tangerang adalah pedoman penyelenggaraan pembangunan kesehatan di wilayah Kabupaten Tangerang, yang dilaksanakan oleh Pemerintah, swasta, masyarakat, lembaga pendidikan dan pihak terkait lainnya. 14. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan yang selanjutnya disebut SPM Kesehatan adalah tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Kabupaten Tangerang. 15. Upaya kesehatan adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 16. Pelayanan kesehatan adalah rangkaian pelayanan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kesehatan individu, kelompok dan masyarakat. 17. Upaya promotif adalah pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan;. 18. Upaya preventif adalah setiap kegiatan dalam rangka pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit. 19. Upaya kuratif adalah setiap kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit atau pengendalian kecacatan agar kualitas kesehatan penderita dapat terjaga seoptimal mungkin. 20. Upaya rehabilitatif adalah setiap kegiatan dalam rangka pemulihan kesehatan; 21. Upaya kesehatan tingkatan primer adalah adalah pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat dimana terjadi kontak pertama secara perorangan sebagai proses awal pelayanan kesehatan. 22. Upaya kesehatan tingkat sekunder adalah pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat rujukan lanjutan yang terdiri dari pelayanan kesehatan yang meliputi rujukan kasus, dan spesimen, yang tidak sanggup atau tidak memadai dilakukan pada pelayanan tingkat primer. 23. Upaya kesehatan tingkat tersier adalah pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat rujukan lanjutan yang terdiri dari pelayanan kesehatan yang meliputi rujukan kasus, dan spesimen, yang tidak sanggup atau tidak memadai dilakukan pada pelayanan tingkat sekunder. 24. Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat dengan bimbingan petugas kesehatan, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya. 25. Sub-spesialistik adalah upaya kesehatan yang dilayani oleh tenaga dokter yang yang telah mendapatkan pendidikan khusus atau pelatihan dan mempunyai izin praktik yang didukung oleh tenaga kesehatan lainnya. 26. Kejadian Luar Biasa adalah suatu kondisi adanya peningkatan kejadian penyakit/masalah kesehatan secara nyata, yang ditetapkan oleh Bupati. Bencana...

-5-27. Bencana adalah kejadian yang menyebabkan terjadinya banyak korban, kerugian material dan kerusakan infrastruktur fisik serta terganggunya kegiatan normal masyarakat. 28. Keadaan darurat adalah suatu keadaan yang berada dalam ancaman kematian dan memerlukan pertolongan segera; 29. Sumber Daya Manusia Kesehatan yang selanjutnya disingkat SDM Kesehatan adalah tenaga kesehatan dan tenaga pendukung / penunjang kesehatan baik dinstitusi pemerintah maupun swasta; 30. Unit Pelaksana Tekhnis yang selanjutnya disingkat UPT adalah unit pelaksana tekhnis dinas yang menyelenggarakan upaya kesehatan dan bertanggungjawab kepada kepala Dinas Kesehatan. 31. Sediaan Farmasi adalah obat,bahan obat, obat tradisional dan kosmetika; 32. Daftar Obat Essensial Nasional yang selanjutnya disingkat DOEN adalah daftar obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan, yang diupayakan tersedia pada sarana pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatannya; 33. Kegiatan inti farmasi adalah pengelolaan obat dan produk kesehatan lainnya, menjamin mutu, memberikan informasi dan saran serta memonitor penggunaan obat oleh pasien. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) SKK Tangerang dimaksudkan sebagai pedoman untuk melaksanakan program kesehatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, swasta, masyarakat, lembaga pendidikan dan pihak terkait lainnya. (2) SKK Tangerang bertujuan : a. Memberdayakan dan menata seluruh potensi sumber daya pemerintah, swasta, masyarakat, lembaga pendidikan dan pihak terkait dalam pembangunan kesehatan baik langsung maupun tidak langsung untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat; b. Menanggapi aspirasi masyarakat di bidang kesehatan sesuai dengan hak asasi manusia. BAB...

-6- BAB III ASAS SKK TANGERANG Pasal 3 SKK Tangerang berasaskan : a. Hak Asasi Manusia, b. Nilai Keagamaan; c. Nilai Kultural; d. Demokratis; e. Berkeadilan; f. Ekonomis; dan, g. Tata Kepemerintahan yang Baik. BAB IV SKK TANGERANG Pasal 4 (1) SKK Tangerang diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna. (2) SKK Tangerang diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan semua elemen tanpa terkecuali. (3) SKK Tangerang diselenggarakan dengan dasar perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. (4) SKK Tangerang diselenggarakan dengan memberdayakan semua pemangku kepentingan melalui peranserta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan kesehatan. BAB V PENYELENGGARAAN SKK TANGERANG Bagian Kesatu Umum Pasal 5 SKK Tangerang terdiri atas subsistem; a. Upaya kesehatan; b. Pembiayaan kesehatan; c. Sumber Daya Manusia kesehatan; d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan; e. Manajemen dan Informasi Kesehatan; dan f. Pemberdayaan masyarakat. Bagian...

-7- Bagian Kedua Subsistem Upaya Kesehatan Pasal 6 (1) Subsistem upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a, di selenggarakan secara paripurna, terpadu, berkualitas, adil, merata, terjangkau dan bermutu. (2) Unsur subsistem upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi; a. pelayanan kesehatan; b. pembinaan dan pengawasan; c. penelitian dan pengembangan. (3) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), meliputi: a. Pelayanan kesehatan konvensional; b. Pelayanan kesehatan tradisional; (4) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat dilakukan dengan cara : a. upaya peningkatan (promotif); b. upaya pencegahan (preventif); c. upaya pengobatan (kuratif); dan, c. upaya pemulihan (rehabilitatif). Pasal 7 (1) Pelaksanaan pelayanan kesehatan mencakup kesehatan perorangan dan masyarakat. (2) Pelayanan kesehatan sebagaimana diselenggarakan melalui tingkatan: a. Primer; b. Sekunder; dan, c. Tersier. dimaksud pada ayat (1), dapat (3) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,b dan c diselenggarakan oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat dengan sasaran individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Pasal..

-8- Pasal 8 (1) Pelayanan kesehatan perorangan primer sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) huruf a, diselenggarakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi dapat dilaksanakan di rumah, tempat kerja maupun UPT. (2) Pelayanan kesehatan masyarakat primer sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) huruf a, yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan yang pelaksanaan operasionalnya didelegasikan kepada UPT. (3) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dimaksud pada ayat (2) dapat dilaksanakan oleh masyarakat dan swasta sesuai dengan peraturan perundangundangan. Pasal 9 (1) Pelayanan kesehatan perorangan sekunder sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) huruf b, diselenggarakan oleh Rumah Sakit setara kelas C dan sarana kesehatan lainnya yang setara baik milik pemerintah maupun swata. (2) Pelayanan kesehatan masyarakat sekunder sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) huruf b, diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan. Pasal 10 Pelayanan kesehatan perorangan tersier sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) huruf c, merupakan rujukan sub-spesialistik dari pelayanan kesehatan dibawahnya, dan diselenggarakan di Rumah Sakit Umum dan/atau kelas A dan B. Rumah Sakit Khusus setara Pasal 11 (1) Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh Pemerintah Daerah menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan. (2) Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh swasta dapat dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh masyarakat dapat diselenggarakan dalam bentuk UKBM. (4) Pelayanan kesehatan primer dan sekunder sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) huruf a dan huruf b, dapat dijadikan wahana pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan. Pasal...

Dalam -9- Pasal 12 hal keadaan darurat semua sarana pelayanan kesehatan wajib memberikan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa. Pasal 13 Penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Pasal 14 Pemerintah Daerah melakukan pembinaan terhadap semua fasilitas pelayanan kesehatan di daerah. Pasal 15 Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Bagian Ketiga Subsistem Pembiayaan Kesehatan Pasal 16 (1) Pembiayaan urusan bidang kesehatan bersumber dari; a. Pemerintah; b. Pemerintah daerah; c. Swasta; d. Masyarakat; dan, e. sumber lainnya yang sah. (2) Subsistem pembiayaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b, dilakukan melalui upaya penggalian, pengalokasian, dan pembelanjaan dana kesehatan. Pasal 17 Pembiayaan urusan bidang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf b, dialokasikan minimal 7 % (tujuh persen) dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Bagian

-10- Bagian Keempat Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan Pasal 18 Subsistem SDM Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf c, diselenggarakan dalam bentuk pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan. Pasal 19 (1) Pengembangan dan pemberdayaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 18, dilaksanakan untuk tersedianya SDM kesehatan yang kompeten sesuai kebutuhan, terdistribusi secara adil dan merata, serta didayagunakan secara optimal. (2) Penyelenggaraan pengembangan dan pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melalui perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, dan pembinaan dan pengawasan. (3) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi penetapan jenis, jumlah dan kualifikasi serta distribusi. (4) Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui rekrutmen, dan pendidikan dan pelatihan. (5) Pendayagunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanaan oleh Pemerintah Daerah dan swasta melalui penempatan. (6) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (7) Dalam hal pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Pemerintah Daerah dan swasta menerapkan sistem karier, penggajian dan insentif. Bagian Kelima Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan Makanan Pasal 20 (1) Subsistem Sediaan Farmasi diselenggarakan untuk menjamin keamanan, khasiat/manfaat dan mutu sediaan farmasi. (2) Sediaan farmasi yang berbentuk obat dan bahan obat harus terjamin ketersediaan dan keterjangkauannya. Dalam hal...

-11- (3) Dalam hal menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penyediaan dan pelayanan obat berpedoman pada DOEN. Pasal 21 (1) Pemerintah Daerah menjamin tersedianya obat bagi masyarakat miskin, dan wilayah kejadian luar biasa dan bencana. (2) Pemerintah mendorong pengembangan dan pemanfaatan obat tradisional, untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan ekonomi. Pasal 22 Subsistem Alat Kesehatan diselenggarakan untuk menjamin keamanan, manfaat dan mutu alat kesehatan. Pasal 23 Subsistem Makanan diselenggarakan untuk menjamin keamanan, khasiat/manfaat dan mutu sediaan makanan. Pasal 24 Dalam hal menjamin penyelenggaran sedíaan farmasi, alat kesehatan dan makanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21,pasal 22 dan pasal 23, serta perlindungan masyarakat dari penggunaan obat yang salah dan penyalahgunaannya: a. Pemerintah Daerah melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap pengadaan, penyimpanan, promosi serta penyaluran sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; b. Sarana pelayanan kefarmasian melaksanakan kegiatan inti farmasi; c. Setiap orang yang memproduksi, mengolah, mendistribusikan makanan harus menjamin laik higiene. Bagian...

-12- Bagian Keenam Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan Pasal 25 (1) Penyelenggaraan subsistem manajemen dan informasi kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf e, ditujukan untuk terwujudnya kebijakan kesehatan. (2) Penyelenggaraan subsistem manajemen dan informasi kesehatan sebagaimana dimaksud, pada ayat (1) dilaksanakan dengan menghimpun upaya kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, pengaturan hukum kesehatan, pengelolaan data dan informasi kesehatan. Bagian Ketujuh Subsistem Pemberdayaan Masyarakat Pasal 26 (1) Subsistem pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf f, dilakukan oleh perorangan, kelompok, maupun masyarakat secara terencana, terpadu dan berkesinambungan. (2) Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melalui penggerakkan masyarakat, pengorganisasian dalam pemberdayaan, advokasi, kemitraan dan peningkatan sumber daya. Pasal 27 Pelaksanaan Pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 26, ditujukan agar masyarakat; a. mampu berperilaku hidup bersih sehat; b. mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri; c. berperan aktif dalam setiap pembangunan kesehatan; d. menjadi penggerak dalam mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan. BAB...

-13- BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Bagian Pertama Pembinaan Pasal 28 (1) Pemerintah Daerah bertanggungjawab atas pembinaan penyelenggaraan SKK Tangerang. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan. (3) Pembinaan penyelenggaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diarahkan untuk: a. terciptanya pembangunan kesehatan yang menyeluruh; b. berkembangnya peranserta swasta, masyarakat dan LSM; c. meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan serta meningkatnya kesadaran untuk berperilaku hidup sehat secara bertanggung jawab. Bagian Kedua Pengawasan Pasal 30 (1) Pengawasan terhadap penyelenggaraan SKK Tangerang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat. (2) Pengawasan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan (3) Pengawasan oleh Dinas Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan terhadap mutu sarana dan tenaga kesehatan. (4) Ketentuan pelaksanaan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Bupati. BAB VII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 31 (1) Penyelenggaraan Subsistem SKK Tangerang yang tidak sesuai dengan Peraturan Daerah ini dapat dikenakan sanksi administrasi. Sanksi...

-14- (2) Sanksi administrasi dilakukan oleh Bupati. (3) Penerapan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa : a. Peringatan tertulis b. Pembatalan atau pembekuan izin dari sarana kesehatan maupun tenaga kesehatan c. Pencabutan izin pendirian sarana pelayanan kesehatan. Ketentuan lebih lanjut mengenai Peraturan Bupati. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 32 pelaksanaan SKK Tangerang diatur dengan Pasal 33 Peraturan Daerah ini mulai berlaku setelah pengundangan. 6 (enam) bulan sejak tanggal Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah. Ditetapkan di : Tigaraksa Pada tanggal : 12 Agustus 2009 BUPATI TANGERANG, ttd. H. ISMET ISKANDAR Diundangkan di : Tigaraksa Pada tanggal : 12 Agustus 2009 SEKRETARIS DAERAH, ttd. H.HERMANSYAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 08 TAHUN 2009

-15- PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG I. Penjelasan Umum Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pengembangan sumber daya manusia sebagai modal pelaksanaan pembangunan. Dalam rangka penyelenggaraan dan pemantapan otonomi daerah, khususnya pelayanan kesehatan perlu diberikan pelayanan dan perlindungan yang sebaikbaiknya kepada anggota masyarakat dengan suatu sistem yang terkoneksi dengan sistem lainnya sesuai dengan asas-asas pemerintahan yang baik. Pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang baik dan adil kepada masyarakat merupakan bagian dari asas pemerintahan yang baik. Berkaitan dengan hal di atas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2004 telah menerbitkan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) sebagai pengganti dan penyesuaian terhadap SKN 1982 berkaitan dengan penyelenggaraan negara yang bersifat desentralistis serta sebagai antisipasi terhadap perubahan global. Di dalam dokumen SKN 2004 dikatakan bahwa Sistem Kesehatan Nasional (SKN) didefinisikan sebagai suatu tatanan yang menghimpun upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945. Pada dokumen SKN tersebut dikatakan pula bahwa untuk menjamin keberhasilan pembangunan kesehatan di daerah perlu dikembangkan Sistem Kesehatan Daerah (SKD). Dalam kaitan ini kedudukan SKN merupakan supra sistem dari SKD. SKD terdiri dari Sistem Kesehatan Propinsi (SKP) dan Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota (SKK). SKK menguraikan secara spesifik unsur-unsur subsistem upaya kesehatan, subsistem pembiayaan kesehatan, subsistem sumberdaya manusia kesehatan, subsistem sumberdaya obat dan perbekalan kesehatan, subsistem pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan sesuai dengan potensi dan kondisi daerah. Kabupaten...

-16- Kabupaten Tangerang sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia membutuhkan suatu Sistem Kesehatan yang memungkinkan terwujudnya ketangguhan dalam ketahanan di bidang kesehatan dan mampu menyediakan kondisi yang menguntungkan guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat di wilayahnya. Sistem Kesehatan Kabupaten Tangerang merupakan pedoman bagi individu dan/atau masyarakat serta pemerintah Kabupaten dalam menyelenggarakan berbagai aktivitasnya, dimana pedoman ini tidak terbatas bagi sektor kesehatan saja. Sistem Kesehatan Kabupaten Tangerang disusun sesuai dengan kondisi dan potensi yang ada. Kabupaten Tangerang terletak di Propinsi Banten yang mempunyai berbagai kelebihan, salah satunya adalah sebagai kawasan pemukiman, perindustrian, dan religius. II. Penjelasan Pasal Demi Pasal Pasal 1 Pasal 2 Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud dengan sumber daya adalah dana sumber daya manusia dan teknologi dalam pembangunan kesehatan, baik yang terkait langsung maupun tidak langsung dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pasal 3 a. Yang dimaksud dengan hak asasi manusia adalah derajat kesehatan yang setingi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan,agama dan status sosial ekonomi serta setiap oang berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. b. Yang dimaksud dengan nilai keagamaan adalah makna keagamaan merupakan pencerminan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan sehari-hari ssuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Yang...

-17- c. Yang dimaksud dengan nilai kultural adalah SKK Tangerang diselenggarakan dengan mempertimbangkan nilai-nilai budaya setempat. d. Yang dimaksud dengan demokratis adalah semua elemen didalam SKK Tangerang diberikan hak untuk berkontribusi sesuai dengan perannya. e. Yang dimaksud dengan berkeadilan adalah dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya perlu diselenggarakan upaya kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat baik secara geografis maupun ekonomis. f. Yang dimaksud dengan ekonomis adalah SKK Tangerang diselenggarakan dengan mempertimbangkan pembiayaan yang berhasil guna dan berdaya guna. g. Yang dimaksud dengan Tata Kepemerintahan yang Baik adalah pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis, berkepastian hukum, terbuka, rasional / profesional, serta bertanggung jawab dan bertanggung gugat. Pasal 4 Ayat 1 Yang dimaksud dengan sistem terbuka dan multimakna adalah SKK Tangerang harus beriteraksi secara harmonis dengan berbagai sistem nasional dan sistem lainnya serta dapat mendorong pembangunan berwawasan kesehatan. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Pasal 5 Pasal 6 Ayat...

Ayat (1) -18- Ayat (2) Ayat (3) Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan konvensional adalah pelayanan kesehatan kedokteran dan kesehatan lain. Kesehatan lain misalnya keperawatan, kesehatan masyarakat. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tradisional adalah cara pengobatan atau perawatan yang dilenggarakan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran dan keperawatan, mengacu kepada pengetahuan, pengalamam dan keterampilan yang diperoleh secara turun temurun, atau melalui melalui pendidikan dan/atau pelatihan, baik asli Indonesia maupun yang berasal dari luar Indonesia dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat Ayat (4) Pasal 7 Ayat (1) Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan kesehatan yang memberikan penekanan pada pelayanan pengobatan, pemulihan tanpa mengabaikan pelayanan peningkatan dan pencegahan. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang lebih menekankan pada pelayanan peningkatan dan pencegahan tanpa mengabaikan pelayanan pengobatan dan pemulihan. Ayat (2) Ayat (3) Pasal 8 Pasal 9 Pasal...

-19- Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud dengan penggalian dana bersumber dari swasta adalah dana yang dihimpun dari swasta dengan menerapkan prinsip kemitraan. Penggalian dana yang bersumber dari masyarakat dihimpun oleh masyarakat sendiri. Penggalian dana untuk pelayanan kesehatan perorangan didorong pada bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan. Yang dimaksud dengan pengalokasian dana bersumber dari Pemerintah Daerah adalah pengalokasian dana yang dilakukan melalui perencanaan anggaran yang mengutamakan upaya kesehatan prioritas, dan diarahkan untuk membiayai upaya kesehatan primer, sekunder dan tertier dengan mengutamakan masyarakat rentan dan miskin. Yang dimaksud dengan pembelanjaan dana adalah pembelanjaan yang sesuai dengan peruntukannya secara efisien dan efektif dengan pengelolaan yang transparan dan ankutabel. Pasal...

-20- Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Yang dimaksud dengan pendayagunaan oleh Pemerintah Daerah adalah pendayagunaan terhadap tenaga kesehatan, tenaga pendukung kesehatan dan tenaga penunjang yang diperlukan sesuai kebutuhan pembangunan kesehatan. Tenaga penunjang merupakan tenaga masyarakat yang diperlukan untuk mendukung UKBM. Yang dimaksud dengan pendayagunaan oleh swasta adalah pendayagunaan terhadap tenaga kesehatan dan tenaga pendukung kesehatan yang diperlukan sesuai kebutuhan dan atau untuk menjalankan tugas dan fungsi institusinya. Ayat (6) Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan bahwa pembinaan praktik profesi bagi tenaga kesehatan profesi dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan organisasi profesi. Pengawasan praktik profesi dilakukan melalui pemberian lisensi/perizinan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ayat...

Ayat (7) -21- Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan bahwa penerapan sistem karier, penggajian dan insentif diarahkan untuk hidup layak sesuai dengan tata nilai dimasyarakat dan beban tugas SDM Kesehatan agar dapat bekerja secara profesional. Penerapan sistem karier, penggajian dan insentif berpedoman pada peraturan yang berlaku. Pasal 20 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Yang dimaksud dengan pelayanan obat berpedoman pada DOEN adalah mencakup juga penggunaan obat secara rasional sebagai langkah untuk mengefisienkan biaya pengobatan. Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Yang dimaksud dengan sarana pelayanan farmasi: adalah tempat yang digunakan untuk memberikan pelayanan obat dan produk kesehatan. Pelayanan kefarmasian yang diberikan harus mengutamakan kesejahteraan pasien. Pasal 25 Ayat (1) Yang dimaksud dengan terwujudnya kebijakan kesehatan adalah kebijakan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan, berbasis bukti dan operasional, terselenggaranya fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang berhasil guna, berdaya guna, dan akuntabel, serta didukung oleh hukum kesehatan dan sistem informasi kesehatan. Ayat...

-22- Ayat (2) Yang dimaksud dengan penyelenggaraan manajemen dan informasi kesehatan adalah mensinergikan unsur kebijakan, administrasi, hukum, dan informasi kesehatan. Kebijakan kesehatan mengacu pada kebijakan pembangunan nasional dan berorientasi pada kepentingan masyarakat. Pelaksanaan administrasi kesehatan meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan urusan wajib bidang kesehatan. Pengaturan hukum kesehatan dilaksanakan dalam bentuk penyusunan peraturan/regulasi, peningkatan kesadaran hukum SDM kesehatan serta masyarakat, dan pelayanan advokasi. Pelaksanaan informasi kesehatan meliputi pengumpulan, pengolahan dan analisis data, dan manajemen informasi kesehatan. Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33