I.PENDAHULUAN. Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat

dokumen-dokumen yang mirip
V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

INVESTASI DI SEKTOR HOTEL DAN RESTORAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA CIREBON OLEH DANI PRIYO UTOMO H

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

IV. GAMBARAN UMUM SEKTOR HOTEL DAN RESTORAN KOTA CIREBON Kondisi Umum dan Perekonomian Kota Cirebon.

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

Produk Domestik Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam. sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi.

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001

Transkripsi:

1 I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan dan standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya, karena pariwisata sudah menjadi kebutuhan hidup manusia pada umumnya. Semakin sejahtera seseorang maka semakin banyak peluang dan keinginan untuk melakukan kegiatan wisata. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki alam dan pemandangan yang indah serta memiliki berbagai potensi yang dapat diberdayakan, antara lain menyangkut sumber daya alam dan pemanfaatan lahan, sumber daya hutan, sumber daya pesisir dan laut serta sumber daya perekonomian serta keragaman budaya. Letak geografis yang berbatasan dengan DKI Jakarta dan sebelah timur dengan provinsi Jawa Tengah, membuat provinsi Jawa Barat merupakan wilayah strategis untuk mengembangkan terutama sektor pariwisata. Berdasarkan Tabel 1.1. dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 lebih dari 20 juta orang mengunjungi objek wisata di Jawa Barat, tahun 2010 naik menjadi lebih dari 22 juta, meskipun secara keseluruhan jumlah pengunjung objek wisata mengalami kenaikan tahun 2009 jumlah kunjungan wisatawan menunjukkan peningkatan, Kabupaten Subang sebagai kota kunjungan wisatawan terbesar di Jawa Barat sebesar 19,13 persen dari total wisatawan di Jawa Barat diikuti Kota Cirebon sebesar 16,63 persen dari total wisatawan yang mengunjungi provinsi Jawa Barat, dan Kabupaten Bandung menempati urutan ke tiga dengan 12,93 persen dari total wisatawan yang berkunjung di Jawa Barat. dapat dilihat pada Tabel 1.1. Kota Cirebon yang terletak antara perbatasan antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah dan biasa dipakai sebagai kota transit, memiliki berbagai macam wisata dengan berbagai macam jenis wisata yang terdapat di Kota Cirebon seperti

2 wisata budaya dan seni, wisata alam, wisata kuliner: nasi jamblang, nasi lengko, tahu gejrot, empal gentong, dan lain-lain dan Kota Cirebon merupakan kota yang memiliki nilai historis yang tinggi dapat dilihat dari adanya sistem kerajaan di Kota Cirebon terdahulu terbukti dengan adanya keraton-keraton yang ada di kota tersebut seperti keraton kanoman dan keraton kasepuhan. Salah satu sektor yang terkait erat dengan pariwisata adalah sektor hotel dan restoran, imbas dari meningkatnya jumlah pengunjung objek wisata di Kota Cirebon, baik domestik maupun asing adalah meningkatnya tingkat okupansi baik hotel berbintang maupun hotel non berbintang. Sektor hotel dan restoran juga memiliki keterkaitan bukan hanya dengan sektor pariwisata tetapi dengan sektor-sektor lain seperti sektor jasa keuangan dan perdangangan, karena dalam mendukung kegiatan usahanya sektor-sektor ini memerlukan hotel sebagai sarana penunjang untuk tempat menginap maupun tempat meting. Berdasarkan hasil studi sebelumnya menunjukkan bahwa sektor hotel dan restoran memiliki nilai keterkaitan yang tinggi, menurut Putri (2010) sektor hotel dan restoran memiliki nilai keterkaitan tertinggi kedua baik kedepan maupun ke belakang dalam perekonomian Kota Jakarta dan berdasarkan Febriawan (2009) sektor hotel dan restoran memiliki nilai keterkaitan ke depan kedua terbesar di Kota Bandung. Dengan demikian peningkatan investasi di sektor hotel dan restoran yang memiliki nilai keterkaitan tinggi diharapkan mampu meningkatkan perekonomian daerah, sehingga mampu untuk meningkatkan lapangan kerja serta kesempatan berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah Kota Cirebon dan mampu untuk mendorong dan menggerakkan sektor ekonomi lainnya. Dana yang dimiliki pemerintah yang terbatas maka pemberian investasi akan lebih efektif apabila diberikan pada sektor yang merupakan sektor unggulan di daerah atau suatu wilayah.

3 Tabel 1.1. Kunjungan Wisatawan Domestik dan Mancanegara di Jawa Barat Tahun 2008-2010 Kabupaten/Kota Kabupaten Jumlah Wisatawan Menurut Asal 2008 2009 2010 Domestik Mancanegara Total Persen Domestik Mancanegara Total Persen Domestik Mancanegara Total Persen Bogor 15.629 1.890.733 1.906.362 11,00 17.529 2.106.108 2.123.637 9,94 17.739 2.156.198 2.173.937 9,24 Sukabumi 10.800 802.502 813.302 4,69 15.400 1.100.234 1.115.634 5,22 18.827 1.080.589 1.099.416 4,67 Cianjur 80.926 974.672 1.055.598 6,09 105.922 900.765 1.006.687 4,71 105.926 1.044.852 1.150.778 4,89 Bandung 64.400 2.467.652 2.532.052 14,61 70.421 2.852.241 2.922.662 13,68 77.200 2.965.258 3.042.458 12,93 Garut 3.189 409.825 413.014 2,38 4.241 789.241 793.482 3,71 5.189 824.825 830.014 3,52 Tasikmalaya 2.457 502.820 505.277 2,91 2.921 718.121 721.042 3,37 3.457 728.209 731.666 3,11 Ciamis 5.153 90.958 96.111 0,55 6.521 102.242 108.763 0,50 8.253 105.958 114.211 0,48 Sumedang 10.621 397.732 408.353 2,35 11.642 479.214 490.856 2,29 12.621 477.732 490.353 2,08 Subang 44.240 3.430.314 3.474.554 20,05 80.125 4.400.421 4.480.546 20,98 69.140 4.430.314 4.499.454 19,13 Puwakarta 854 49.666 50.520 0,29 1.050 64.890 65.940 0,30 1.072 65.666 66.738 0,28 Karawang 0 106.750 106.750 0,61 0 167.421 167.421 0,78 0 176.750 176.750 0,75 Bekasi 222 8.334 8.556 0,04 398 9.872 10.270 0,04 403 10.334 10.737 0,04 Kota Bogor 40.242 1.024.423 1.064.665 6,14 42.478 1.242.985 1.285.463 6,02 42.812 1.524.044 1.566.856 6,66 Sukabumi 154 4.776 4.930 0,03 134 8.890 9.024 0,04 174 10.776 10.950 0,04 Bandung 20.071 1.076.589 1.096.660 6,33 24.856 1.284.842 1.309.698 6,13 25.071 1.376.589 1.401.660 5,96 Cirebon 10.068 2.041.597 2.051.665 11,84 10.189 2.515.408 2.525.597 11,82 1.329 3.908.472 3.909.801 16,62 Bekasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Depok 5.515 1.464.273 1.469.788 8,48 6.421 1.789.241 1.795.662 8,41 7.812 1.864.273 1.872.085 7,96 Cimahi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Tasikmalaya 0 254.886 254.886 1,47 0 408.567 408.567 1,91 0 354.886 354.886 1,50 Banjar 0 8.000 8.000 0,04 0 9.674 9.674 0,04 0 11.000 11.000 0,046 Total 314.541 17.006.502 17.321.043 100 400.248 20.950.377 21.350.625 100 397.025 23.116.725 23.513.750 100 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2010.

4 1.2. Perumusan Masalah Perekonomian Kota Cirebon masih harus ditingkatkan, karena jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi Kota Cirebon masih relatif rendah, dengan rata-rata sebesar 5,38 persen selama periode 2006-2008 dibandingkan dengan kota lain di Jawa Barat pada tahun yang sama seperti Kota Bogor, Kota Sukabumi dan Kota Bandung dengan nilai rata-rata masing-masing sebesar 6,06, 6,11 dan 7,85 dan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi nasional yaitu sebesar 5,64 persen (Lampiran 24). Demikian pula dalam hal pendapatan per kapita, pendapatan perkapita Kota Cirebon juga relatif rendah yaitu sebesar Rp.18.052.010 juta-rp.20.631.977 selama periode 2006-2009 dibandingkan dengan pendapatan perkapita nasional pada tahun yang sama yaitu sebesar Rp.15.033.443-Rp.24.261.805 (Tabel 1.2 dan Tabel 4.2). Jumlah pengangguran Kota Cirebon juga masih relatif tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Jawa Barat (Tabel 1.3). Dalam hal ini peningkatan investasi di sektor hotel dan restoran yang diharapkan mampu memecahkan masalah mendasar yaitu perannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Pendapatan Perkapita Tahun 2006-2009 Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) PDRB perkapita (juta rupiah) 2006 5,50 15.033.443 2007 6,35 17.509.564 2008 6,01 21.666.747 2009 4,55 24.261.805 Rata-Rata 5,64 19.617.890 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2010.

5 Namun demikian sektor hotel dan restoran di Kota Cirebon, disatu pihak laju pertumbuhan ekonominya relatif tinggi, menempati urutan kelima dari total sepuluh sektor yang ada di Kota Cirebon yaitu sebesar 4,37-6,10 persen dari tahun 2006-2009, sementara kontribusinya di Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor hotel dan restoran meskipun meningkat terus dari tahun ke tahun yaitu sebesar 2,27-2,8 persen dari tahun 2006-2009, namun memiliki kontribusi yang relatif kecil (Tabel 1.5). Disisi lain investasi di sektor hotel dan restoran berfluktuasi dan relatif kecil (Tabel 5.14). Tabel 1.3. Angka Pengangguran di Provinsi Jawa Barat Tahun 2006-2009 Kota/ Kabupaten Kabupaten Angka Pengangguran (Orang) Jumlah Pengangguran Menurut Asal 2006 2007 2008 2009 Angka Angka Pengangguran Pengangguran (Orang) (Orang) Angka Pengangguran (Orang) Bogor 194.902 204.858 193.244 194.221 Sukabumi 117.451 132.795 126.968 77.405 Cianjur 94.797 83.072 78.523 99.888 Bandung 293.148 308.760 298.918 172.899 Garut 84.975 70.140 69.741 75.813 Tasikmalaya 78.955 67.735 60.272 54.444 Ciamis 57.480 48.408 43.592 49.009 Sumedang 38.320 37.665 34.915 50.866 Subang 51.224 48.218 38.941 53.581 Puwakarta 32.485 30.916 28.413 39.096 Karawang 123.830 134.873 121.800 136.572 Bekasi 82.280 77.484 76.390 105.493 Kota Bogor 51.012 53.251 47.285 90.638 Sukabumi 21.609 19.838 17.638 25.283 Bandung 143.154 148.422 134.992 152.953 Cirebon 118.963 129.336 176.675 221.723 Bekasi 123.304 99.944 97.680 147.410 Depok 75.843 73.000 70.336 71.182 Cimahi 40.454 41.409 38.885 41.723 Tasikmalaya 32.486 37.352 35.132 22.356 Banjar 10.904 11.494 8.614 4.939 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2010.

6 Dengan demikian menjadi pertanyaan apakah sektor hotel dan restoran dapat menjadi leading sektor dan dengan adanya peningkatan investasi di sektor hotel dan restoran, dapatkah memecahkan masalah ekonomi mendasar yaitu perannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi mengatasi masalah pengangguran di Kota Cirebon. Peningkatan investasi di sektor yang merupakan sektor unggulan atau leading sektor dimaksudkan agar dana pemerintah yang terbatas akan lebih efisien. Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Cirebon Atas Dasar Harga Konstan 2006-2009 (%) Sektor 2006 2007 2008 2009 Pertanian 0,18 3,88 4,39 1,88 Pertambangan 0 0 0 0 Industri 3,83 3,45 3,45 0,09 Listrik, Gas dan Air Bersih 4,11 8,52 8,52 9,46 Bangunan 9,84 8,30 8,30 9,32 Perdagangan 2,60 3,00 3,30 3,10 Hotel dan Restoran 4,37 5,15 7,10 6,01 Pengangkutan 4,72 5,01 5,01 2,36 Keuangan 7,96 12,39 12,39 10,96 Jasa 7,81 9,31 9,31 9,40 TOTAL 5,54 6,17 5,64 5,04 Sumber: BPS Kota Cirebon, 2010. Sehubungan dengan permasalahan di atas, secara detail pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana keterkaitan sektor hotel dan restoran dengan sektor lainnya dalam perekonomian kota Cirebon? 2. Bagaimana multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja sektor hotel dan restoran dalam perekonomian Kota Cirebon? 3. Berapa besar dampak investasi sektor hotel dan restoran terhadap sektor-sektor lain dan perekonomian keseluruhan di Kota Cirebon?

7 Tabel 1.5. Produk Domestik Regional Bruto Kota Cirebon Atas Dasar Harga Konstan 2000, Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2010 (juta rupiah) Sektor Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 (juta rupiah) 2005 2006 Jumlah % Jumlah % Jumlah 2007 2008 2009 % Jumlah % Jumlah % 1 16.251 0,35 17.118 0,33 17.782 0,32 18.546 0,32 18.895 0,31 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1.881.356 40,6 1.969.304 37,93 2.037.319 36,96 2.109.737 36,23 2,111,556.34 34,52 4 78.990 1,71 88.141 1,7 95.652 1,74 104.856 1,8 114.774 1,88 5 167.806 3,63 197.669 3,81 214.082 3,88 233.172 4 254.896 4,17 6 1.183.503 25,5 1.387.188 26,72 1.510.089 27,39 1.663.773 28,57 1.814.646 29,67 7 104.866 2,27 121.919 2,35 138.428 2,51 156.267 2,68 171.126 2,8 8 733.615 15,8 814.698 15,69 839.266 15,22 796.246 13,67 815.063 13,32 9 178.060 3,85 273.217 5,26 307.061 5,57 346.648 5,95 384.649 6,29 10 284.252 6,14 323.099 6,22 353.188 6,41 394.281 6,77 431.326 7,05 Total 4.628.702 100 5.192.354 100 5.512.869 100 5.823.528 100 6.116.933 100 Sumber: BPS Kota Cirebon, 2010. Keterangan: 1 = Pertanian 6 = Perdagangan 2 = Pertambangan dan Penggalian 7 = Hotel dan Restoran 3 = Industri Pengolahan 8 = Transportasi dan Komunikasi 4 = Listrik, Gas dan Air bersih 9 = Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5 = Bangunan 10 = Jasa-jasa 1.3 Tujuan Penelitian 1. Menganalisis peran sektor hotel dan restoran ditinjau dari keterkaitan dan struktur permintaan akhir. 2. Menganalisis multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja sektor hotel dan restoran dalam perekonomian Kota Cirebon. 3. Menganalisis dampak investasi di sektor hotel dan restoran terhadap perekonomian Kota Cirebon.

8 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Sebagai bahan masukkan dan informasi bagi para pengambil kebijakan di tingkat daerah kota Cirebon dalam merencanakan dan mengembangkan pariwisata khususnya sektor hotel dan restoran di kota Cirebon. 2. Bagi para pembaca umumnya, dapat memberikan dan membuka wawasan mengenai dampak hotel dan restoran dalam perekonomian kota Cirebon. 3. Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan serta sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis terhadap data pada Tabel Input-Output Kota Cirebon tahun 2005 dikarenakan belum tersedianya data terbaru sehingga dipakai tabel Input Output Kota Cirebon Tahun 2005. Data yang digunakan berupa data dari Tabel Input-Output Kota Cirebon Tahun 2005 klasifikasi 22 sektor yang kemudian diagregasi sembilan sektor dilakukan untuk melihat keterkaitan sektor hotel dan restoran secara keseluruhan terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya. Data yang dianalisis dari Tabel Input-Output tersebut adalah data transaksi domestik atas dasar harga produsen, agar dapat memberikan kestabilan pada koefisien input yang dihasilkan karena hubungan langsung antarsektor tidak dipengaruhi oleh unsur margin perdagangan dan pengangkutan. Hasil analisis perhitungan penelitian dengan menggunakan software aplikasi I-O Analysis for Practitioners dan Microsoft Excell 2007. Penelitian ini, ditujukan untuk menganalisis peranan sektor hotel dan restoran dalam pembentukan output, peningkatan pendapatan, serta peningkatan tenaga kerja

9 sektor-sektor lain dalam perekonomian dan juga dampak investasi sektor hotel dan restoran terhadap perekonomian Kota Cirebon. Perhitungan dampak investasi tersebut berdasarkan data total investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) rata-rata per tahun, yakni tahun 2009-2014 yang sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Cirebon (RPJMD). Pengambilan tahun tersebut didasarkan untuk mengetahui besarnya dampak dari investasi di masa depan sebagai salah satu langkah dalam penentuan prioritas suatu sektor.