2015 PERAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI BUDAYA SUNDA

dokumen-dokumen yang mirip
2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

PERAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI BUDAYA SUNDA (Studi Deskriptif terhadap Keluarga Sunda di Komplek Perum Riung Bandung)

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratifika Dewi Irianto, 2014

PERAN NILAI BUDAYA SUNDA DALAM POLA ASUH ORANG TUA BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SOSIAL ANAK

2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan negara berkembang lainnya, yaitu terdiri dari banyak. suku, adat, kebiasaan, dan budaya yang sangat beragam.

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2016 KAJIAN PEWARISAN PENGETAHUAN SANITASI LINGKUNGAN PADA MASYARAKAT KAMPUNG ADAT KASEPUHAN CIPTARASA KECAMATAN CIKAKAK KABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT ADAT CIREUNDEU

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

2015 PENGARUH BUDAYA K-POP TERHADAP NASIONALISME REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kompetisi yang ketat. Pengaruh budaya asing juga sangat membentuk kepribadian

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai

PERANCANGAN KOMIK UNGGAH-UNGGUH DI DIY BERJUDUL ORA ILOK!

BAB I PENDAHULUAN. mengubah atau mengembangkan karakter individu. Karakter yang dimaksud

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan

UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA BANGSA LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialisasikan normanorma

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat kita sering mendengar tentang sistem nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jovi Nuriana Putra, 2015 Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

2014 PENGARUH BUDAYA SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK INDIVIDUAL ANGGOTA MASYARAKAT

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

PERAN PROGRAM REBO NYUNDA TERHADAP PARTISIPASI SISWA DALAM MELESTARIKAN BUDAYA LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi telah membuat perubahan yang signifikan, semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

PENINGKATAN MUTU PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING (BIPA) YANG PROFESIONAL

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

UKDW BAB I PENDAHULUAN

2015 PENERAPAN NILAI-NILAI PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejatinya, pendidikan menjadi fondasi dasar yang memiliki peran signifikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Budaya Sunda (dalam Ekadjati, 1993, hlm. 8) merupakan budaya yang hidup, tumbuh, dan berkembang di kalangan orang Sunda yang pada umumnya berdomisili di Jawa Barat. Budaya ini tumbuh dan hidup melalui interaksi yang terjadi terus-menerus pada masyarakat Sunda. Dalam perkembangannya budaya Sunda terdiri atas sistem kepercayaan, mata pencaharian, kesenian, kekerabatan, bahasa, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta adat istiadat. Sistem-sistem tersebut melahirkan sebuah nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat Sunda secara turuntemurun. Budaya Sunda memiliki nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Sunda yang tercermin dalam pameo silih asih (saling mengasihi), silih asah (saling memperbaiki diri), dan silih asuh (saling melindungi). Nilai lainnya yang juga melekat pada budaya Sunda yaitu nilai kesopanan, rendah hati terhadap sesama, hormat kepada yang lebih tua, dan menyayangi kepada yang lebih kecil, kebersamaan, gotong-royong, dan sebagainya. Nilai-nilai ini menjadikan budaya Sunda sebagai suatu budaya yang memiliki ciri khasnya tersendiri diantara budaya-budaya yang lain. Tidak dapat dipungkiri saat ini budaya Sunda tengah dilanda pergeseran akibat perkembangan globalisasi. Banyak nilai-nilai kesundaan yang mengalami pergeseran atau bahkan melemah. Seperti yang diungkapkan Komara (dalam Wahyudin, 2010, hlm. 3) yang berpandangan Kebudayaan Sunda mengisaratkan adanya proses pelemahan secara drastis dalam perannya membangun kepribadian orang Sunda itu sendiri apa lagi dalam membangun karakter bangsa secara luas. Globalisasi membawa pengaruh dan perubahan yang cepat dan mudah sekali dipahami oleh yang menerimanaya. Pengaruh globalisasi ini nota bene mempengaruhi juga orang orang Sunda sendiri. Dengan adanya westernisasi (proses pembaratan) secara otomatis budaya lokal baik itu budaya Sunda ataupun budaya lainnya menjadi termaginilisasi (terpinggirkan).

2 Berdasarkan pandangan di atas dapat dipahami bahwa budaya Sunda saat ini sedang berada pada pusaran globalisasi budaya. Globalisasi budaya merupakan serangkaian fenomena dimana kultur dan budaya di seluruh dunia seakan melebur menjadi satu kesatuan. Seorang antropolog India Arjun Appadurai (1991) (dalam Anastasya, 2011, hlm. 12) mengelompokan ruang pergerakan globalisasi budaya ke dalam lima scape, yang terdiri dari ethnoscape, mediascape, technoscape, financescape, dan ideoscape. Ethnoscape, merupakan ruang pergerakan manusia, termasuk turis, imigran, pengungsi. Sedangkan Mediascape, merupakan ruang pergerakan melalui berbagai media, seperti internet, televisi, koran, majalah, dan sebagainya. Technoscape, yaitu ruang pergerakan imaji melalui berbagai teknologi ke seluruh dunia. Financescape, yaitu ruang pergerakan melintasi batasbatas negara. Dan Ideoscape, yaitu ruang pergerakan melalui ideologi politik yang mendunia. Perkembangan globalisasi budaya yang sangat pesat melalui sarana media massa dan teknologi di dalam menampilkan budaya-budaya asing kepada masyarakat mengakibatkan banyak masyarakat Sunda yang lebih memilih mengadopsi budaya-budaya asing. Sebagai contoh adalah dalam hal penggunaan bahasa Sunda yang saat ini telah mulai tergeser dengan adanya bahasa asing seperti bahasa inggris, bahasa jepang, bahasa korea, dan bahasa asing lainnya. Sikap ramah dan kebiasaan gotong-royong pun telah memudar seiring tingginya sikap individual yang melanda masyarakat Sunda. Menyikapi hal di atas, maka perlu adanya sebuah upaya di dalam mewariskan dan mengembangkan budaya Sunda pada masyarakat Sunda, khususnya kepada generasi muda Sunda. Seperti yang diungkapkan Kurnia (2008, hlm. 2) dalam tulisannya bahwa Generasi muda Sunda sekarang tampak gelagapan dan tertatih-tatih mengenal dan memahami tata nilai kesundaan untuk memperkuat pemahaman generasi muda kepada budaya Sunda, penting sekali mengintensifkan pengajaran bahasa Sunda kepada mereka cara yang bisa ditempuh, misalnya selalu menggunakan bahasa Sunda kepada anakanaknya di rumah. Dalam pandangannya Kurnia memandang bahwa pewarisan budaya Sunda sangat penting bagi generasi muda dan cara yang paling ampuh dalam

3 mewariskan budaya tersebut adalah melalui lingkungan keluarga sebagai lingkungan yang paling dekat. Hal ini didasarkan pada definisi keluarga yang disampaikan oleh Bussard dan Ball (dalam Sudiharto, 2007, hlm. 28) yang mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya dengan seseorang. Keluarga merupakan sarana sosialisasi primer bagi seseorang untuk mengenal dan belajar tentang budaya yang dimilikinya. Hal ini menjadi dasar bagi generasi muda Sunda bahwa pada lingkup keluargalah seseorang belajar untuk dapat mempertahankan identitasnya sebagai generasi Sunda yang menjunjung budaya Sunda. Pandangan ini sejalan dengan apa yang diungkapakan juga oleh Goode (1995, hlm. 8) isi proses pemasyarakatan ialah tradisi kebudayaan dengan meneruskannya pada generasi berikut di mana keluarga berfungsi sebagai saluran penerus yang tetap menghidupkan kebudayaan itu. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hayati (2011, hlm. 5), pada dua tempat yaitu Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya dan Desa Kanekes di Kabupaten Lebak menunjukkan bahwa penanaman nilai budaya pada kedua masyarakat adat tersebut diwariskan dari generasi ke generasi melalui proses belajar budaya (enkulturasi) dan sosialisasi di dalam keluarga. Pada masyarakat Kampung Naga, penanaman nilai budaya papagon hirup tersebut diwariskan dari generasi ke generasi melalui proses belajar dalam keluarga sehingga setiap warga memiliki pola pikir, sikap, dan perilaku yang berorientasi pada keselarasan lingkungan, baik lingkungan sosial budaya maupun lingkungan alam. Melalui proses pewarisan tersebut setiap warga memahami dan melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga masyarakat Kampung Naga yang berpedoman pada budaya papagon hirup. Sedangkan, pada masyarakat Baduy, penanaman nilai-nilai pikukuh dilakukan sejak dini terhadap anak-anak, di mana orang tua merupakan tokoh dan contoh utama dalam keluarga. Sejak anak-anak mengenal lingkungannya, orang tua berkewajiban untuk memberitahukan tentang pikukuh dan pertabuan. Penelitian di atas menunjukkan bahwa di keluarga merupakan tempat seseorang untuk mengenal dan belajar akan nilai-nilai budaya yang dimilikinya sehingga dapat menjadi identitas bagi dirinya yang membedakannya dengan

4 budaya yang lainnya. Penelitian di atas juga menunjukkan salah satu fungsi dari sebuah keluarga yakni sebagai sarana pewaris nilai-nilai budaya. Pewarisan budaya ini bertujuan untuk mengenalkan nilai, norma dan adat istiadat dalam hidup kepada seorang individu agar terciptanya keadaan yang tertib, tentram dan harmonis dalam masyarakat. Pewarisan budaya pada keluarga dilakukan oleh anggota keluarga melalui proses sosialisasi (proses mempelajari nilai-nilai, norma, peranan, dan pola tindakan dalam interaksi sosial yang dilakukan), dan enkulturasi (proses belajar budaya melalui pembelajaran norma-norma sosial budaya serta pola-pola tindakan dalam interaksi sosial agar menjadi milik pribadinya). Riung Bandung sebagai salah satu perumahan besar tidak dapat dipungkiri juga terkena arus globalisasi budaya yang kini tengah melanda budaya Sunda. Letaknya yang tidak jauh dari pusat kota dan juga mobilitas masyarakatnya yang tinggi mengakibatkan mudahnya budaya asing masuk dalam kehidupan masyarakat, tidak terkecuali pada keluarga Sunda. Keluarga Sunda di riung bandung kini tengah menghadapi sebuah tantangan yang besar dalam melestarikan budaya Sunda kepada generasi muda Sunda sebagai genarasi penerus. Dalam observasi awal yang peneliti lakukan pada masyarakat di Riung Bandung melalui pengamatan dan juga wawancara sederhana didapatkan informasi bahwa saat ini memang tidak sedikit generasi muda riung bandung yang telah terkena pengaruh globalisasi budaya, diantaranya adalah mulai melunturnya nilai kesopanan terhadap orang yang lebih tua, mulai lunturnya sifat ramah yang selama ini menjadi ciri khas dari budaya Sunda, selain itu penggunaan bahasa Sunda juga mulai tergerus oleh penggunaan bahasa asing. Namun, tidak semua menunjukkan hal yang sama. Masih ada keluarga Sunda yang tetap mengenalkan dan menanamkan nilai-nilai budaya Sunda kepada anggota keluarga mereka. Salah satunya adalah keluarga HN, keluarga ini masih menanamkan nilai-nilai budaya Sunda di dalam keluarganya terutama kepada anak-anak mereka, diantaranya setiap anggota diajarkan untuk menjunjung tinggi sikap hormat dan patuh, selain itu juga anggota keluarga masih dibiasakan untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Sunda sejak kecil baik dengan anggota keluarga ataupun dengan tetangga sekitar. Keluarga ini berharap dengan demikian generasi muda di

5 dalam keluarganya dapat mengenal dan tetap mewariskan budaya Sunda kepada generasi selanjutnya. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian ini yang memiliki fokus terhadap bagaimana Keluarga Sunda di Riung Bandung dapat menjalankan perannya sebagai sarana pewarisan budaya serta dalam mengembangkan nilai budaya Sunda di tengah perkembangan zaman saat ini melalui sebuah proses sosialisasi dan enkulturasi di dalam keluarga dengan judul : PERAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI BUDAYA SUNDA (Studi Deskriptif terhadap Keluarga Sunda di Komplek Perum Riung Bandung). 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan, maka peneliti merumuskan masalah penelitian kedalam beberapa rumusan, yaitu : 1. Nilai-nilai budaya Sunda apa saja yang senantiasa masih dikembangkan oleh keluarga Sunda di Komplek Perum Riung Bandung di tengah globalisasi budaya saat ini? 2. Bagaimanakah bentuk proses internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi budaya Sunda di keluarga dalam mengembangkan nilai budaya Sunda di tengah globalisasi budaya? 3. Model-model sosiologis apa saja yang dapat diterapkan di masyarakat yang berlandaskan pada keluarga dalam upaya mengembangkan nilai budaya Sunda? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Secara Umum Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran bagaimana sebuah lingkup keluarga yang merupakan sumber sosialisasi primer bagi seorang individu dapat menjalankan fungsi dan perannya sebagai sarana pewarisan budaya dan mengembangkan nilai budaya Sunda.

6 2. Secara Khusus Adapun secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) Mengidentifikasi nilai-nilai budaya Sunda yang senantiasa masih dikembangkan oleh keluarga Sunda di Komp. Perum Riung Bandung di tengah globalisasi budaya saat ini. 2) Mengidentifikasi bentuk proses sosialisasi dan enkulturasi budaya Sunda di keluarga dalam mengembangkan nilai budaya Sunda di tengah globalisasi budaya. 3) Mengidentifikasi model-model sosiologis yang dapat diterapkan di masyarakat yang berlandaskan pada keluarga dalam upaya mengembangkan nilai budaya Sunda 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat yang Bersifat Teoritis Manfaat teoretik pada penelitian ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai bagaimana sebuah keluarga yang merupakan sarana sosialisasi primer pada individu untuk mewujudkan salah satu fungsinya yakni mempertahankan dan mewariskan budaya kepada generasi penerusnya melalui proses sosialisasi dan juga enkulturasi dalam keluarga. Budaya pada penelitian ini dikhususkan pada budaya Sunda. Selain itu juga untuk dapat menambah pengetahuan peneliti terutama untuk masa depan dalam hal peran dan fungsi keluarga sebagai salah satu sarana pewarisan budaya. 2. Manfaat yang Bersifat Praktis a. Bagi Peneliti Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti terhadap Budaya Sunda, menambah kesadaran peneliti di dalam melestarikan budaya Sunda. b. Bagi Keluarga Menambah wawasan, dan meningkatkan kesadaran keluarga mengenai fungsi dan perannya di dalam upaya pewarisan budaya Sunda kepada

7 anak-anaknya sebagai generasi penerus kebudayaannya serta untuk menanamkan dan mengembangkan nilai budaya Sunda yang dimilikinya sebagai identitas keluarganya.. c. Bagi Generasi Muda dan Masyarakat Kota Bandung pada umumnya Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat kota Bandung mengenai kebudayaan Sunda, sehingga budaya Sunda dapat terus lestari ditengah perkembangan globalisasi. Serta meningkatkan kepedulian terhadap pelestarian budaya. d. Bagi Program Studi Pendidikan Sosiologi Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa Prodi Pendidikan Sosiologi mengenai budaya Sunda, khususnya pada proses pewarisan dan penerapan nilai-nilai budaya yang dilaksanakan oleh keluarga. 1.5 Struktur Organisasi Skripsi Untuk memahami alur pikir dalam penulisan, maka diperlukannya sebuah struktur organisasi yang berfumgsi sebagai pedoman penyusunan laporan penelitian ini (UPI, 2011, hlm. 21) yang disusun sebagai berikut : BAB I berisi mengenai Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang penelitian masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang masalah berisikan alasan peneliti mengambil permasalahan yang diangkat beserta hasil dari studi pendahuluan dan penelitian terdahulu yang relevan. Rumusan masalah berisikan mengenai hal-hal yang akan diungkapkan melalui proses penelitian. Tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah dilakukannya penelitian. Manfaat penelitian berisi hal-hal yang dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian setelah dilakukannya penelitian. BAB II berisi landasan teori atau tinjauan pustaka, kerangka pemikiran. Landasan teori berfungsi sebagai landasan konsep dalam merumuskan

8 permasalahan dan juga memberikan konteks yang jelas terhadap topik atau permasalahan yang diangkat dalam penelitian. BAB III berisi mengenai alur bagaimana peneliti merancang alur penelitiannya yang terdiri dari desain penelitian yang berisi pendekatan dan metode penelitian, partisipan/subjek penelitian dan tempat penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan data dan analisis data. BAB IV berisi hasil penelitian dari pengolahan dan analisis data yang membahas temuan penelitian yang menjawab rumusan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Dalam bagian pembahasan, hasil temuan penelitian dikaitkan dengan dasar teori yang telah dibahas dalam bab landasan teori. BAB V berisi mengenai kesimpulan dan saran (rekomendasi) yang menyajikan tentang penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut. Rekomendasi berfungsi untuk memberikan arahan bagi peneliti lainnya yang akan mengambil masalah penelitian yang sama. Daftar pustaka memuat semua sumber yang dikutip dan digunakan oleh peneliti dalam penulisan skripsi. Keseluruhan sumber baik yang tercetak ataupun dikutip tercantum dalam daftar pustaka.