BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

CITRA WANITA DALAM CERPEN-CERPEN DI MAJALAH FEMINA TAHUN 1975: Sebuah Pendekatan Feminis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang

I. PENDAHULUAN. perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi yang tinggi, yang terbukti dari karya-karyanya yang menarik dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pujangga besar Yunani, Horatius dalam bukunya Ars Poetica (dalam A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wanita adalah makhluk perasa, sosok yang sensitif dari segi perasaan, mudah

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan pengarang. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebuah imitasi. Karya sastra merupakan bentuk dari hasil sebuah kreativitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya

I. PENDAHULUAN. penelitian dari penelitian mengenai citra perempuan dalam novel Bidadari-

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Novel adalah karya sastra berbentuk prosa dan memiliki rangkaian cerita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan

kemanusiaan, nilai-nilai pendidikan, nilai-nilai kebudayaan dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah kesusastraan. Kata kesusastraan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya Sastra adalah bagian dari seni kehidupan. Seni tersebut muncul sebagai hasil kreativitas manusia dalam menggambarkan atau mencerminkan sebuah kehidupan. Seperti yang dikatakan oleh Wellek dan Warren (1993:3) sastra adalah suatu kajian kreatif, sebuah karya seni. M. Atar Semi menambahkan bahwa sastra bukan merupakan suatu komunikasi praktis melainkan komunikasi yang mengandung unsur seni dan unsur kreativitas (2012:65). Jenis dari karya sastra terdiri dari puisi, prosa, dan drama. Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra berbentuk prosa yang memiliki daya tarik tersendiri. Selain cara penyampaiannya cukup ringkas dan padat, cerpen fokus pada satu atau beberapa tokoh dengan satu plot, tidak ada sub-plot, alurnya pun tidak berbelit-belit sehingga tidak memerlukan waktu yang lama untuk memahami isi cerita. Menurut Henry Guntur Tarigan, ciri-ciri utama cerita pendek adalah (1) singkat, padu, dan intensif (brevity, unity, and intensity); (2) memiliki unsur utama berupa adegan, tokoh, dan gerak (scene, character, and action); (3) bahasa cerita pendek harus tajam, sugestif, dan menarik perhatian (incicive, suggestive, and alert) (1993:177). Kisah yang diangkat dalam cerpen sangat familiar karena diambil dari kisah sehari-hari yang berada pada sekitar kita. Bahkan cerpen dapat dikatakan sebagai karya sastra yang banyak ditulis dalam berbagai media masa bersanding 1

digilib.uns.ac.id 2 dengan puisi. Hal itu terbukti dari banyaknya cerpen yang dimuat dalam majalah, tabloid ataupun dalam surat kabar. Misalnya dalam harian Kompas edisi minggu, tabloid Nova, dan majalah Femina (selanjutnya disebut Femina) yang terbit setiap minggunya. Bahkan munculnya bentuk-bentuk kumpulan cerpen juga menambah pembendaharaan cerpen. Cerpen yang baik adalah cerpen yang mampu dinikmati oleh pembacanya, seakan-akan pembaca ikut masuk dalam alur cerita. Oleh karena itu, pengarang dituntut untuk mampu menghadirkan objek yang menarik. Tujuannya agar pembaca memiliki rasa ketertarikan yang lebih dan jauh dari rasa bosan jika membacanya. Wanita (peneliti tidak membedakan penyebutan wanita dan perempuan) menjadi salah satu objek yang menarik. Setiap kehidupan manusia tidak akan pernah terlepas dari peran seorang wanita, di mana ada kehidupan pasti ada wanita di dalamnya. Namun, pengarang lebih sering menempatkan tokoh wanita sebagai inferior dan pria (peneliti tidak membedakan penyebutan pria dan laki-laki) sebagai superior. Seperti halnya dikatakan oleh Suwardi Endraswara Hampir seluruh karya sastra, baik dihasilkan oleh penulis pria maupun wanita, dominasi pria selalu lebih kuat. Figur pria terus menjadi the authority, sehingga mengasumsikan bahwa wanita adalah impian. Wanita selalu sebagai the second sex, warga kelas dua dan tersubordinasi (2011:143). Di dalam karya sastra, wanita sering digambarkan sebagai tokoh yang lemah, tertindas, teraniaya dan terbelakang. Misalnya seorang ibu yang digambarkan sebagai wanita yang hanya menerima nasib menjadi orang rumahan, menjadi wanita tertindas, pembantu bahkan sebagai pelacur. Seperti dalam cerpen Catatan Seorang Pelacur karya Putu Arya Tirthawirya yang meletakkan tokoh

digilib.uns.ac.id 3 wanita (Neng Sum) sebagai pelacur yang menuliskan kisahnya dalam sebuah catatan harian. Ada pula sebuah antologi cerpen dari Chairil Girbran Ramadhan berjudul Perempuan di Kamar Sebelah menggambarkan potret wanita yang tertindas di negeri ini, seperti kekerasan dari seorang pria terhadap wanita, suami terhadap istri, ayah terhadap anak perempuan, bahkan aparatur negara terhadap rakyat perempuan. Femina hadir membawa sebuah perbedaan dalam dunia sastra Indonesia. Cerpen-cerpen pada Femina yang hadir menyuguhkan hal-hal baru, cerita yang diangkat tidak lagi memposisikan wanita sebagai inferior. Secara keseluruhan cerpen-cerpen dalam Femina memiliki kesamaan yaitu memposisikan wanita sebagai sentral dan menjadi sosok yang kuat, cerdas, mandiri, tanggung jawab dan tangguh. Femina menjadi salah satu wadah gerakan penyetaraan jender di Indonesia. Femina merupakan salah satu majalah wanita yang populer dan memiliki penikmat khusus di Indonesia. Majalah ini terbit sejak tahun 1972, di bawah naungan keluarga Alisyahbana, yang tidak lain adalah keluarga besar dari salah satu sastrawan ternama Indonesia, yaitu Sutan Takdir Alisyahbana. Femina lahir sebagai majalah wanita pertama di Indonesia yang hingga kini masih aktif berproduksi. Kisah dan kasus yang diangkat oleh Femina tetap konsisten hingga saat ini yaitu tentang wanita yang kuat dan tegar. Femina lahir ketika kebanyakan orang menyadari bahwa wanita menjadi penting sebagai khalayak. Wanita mulai menyadari mendesaknya melakukan serangkaian tindakan dan berbicara tentang dan demi dirinya sendiri (Sapardi Joko Damono, 1999:228).

digilib.uns.ac.id 4 Wanita yang tergambar dalam Femina adalah wanita yang kuat, cerdas dan memiliki kesetaraan jender dengan pria. Kuat yang dilihat bukanlah kuat dalam hal fisik semata, tetapi wanita juga mampu memiliki hati yang kuat, baik kuat dalam menjalani kehidupan, kuat dalam menghadapi problematika serta kuat dalam mengatasi tekanan-tekanan hidup. Femina juga menyuguhkan wanita yang terdidik dan cerdas. Cerdas yang dimaksud bukan hanya dari segi akademis, tetapi cerdas dalam segala bidang. Wanita memiliki kecerdasan serta prestasi yang sama, bahkan dalam profesi atau kedudukan di masyarakat wanita terkadang memiliki posisi yang lebih tinggi dari pria. Misalnya kepala pemerintahan daerah (camat, bupati, gubernur), kepala sekolah, direktur bahkan presiden pun kini tidak lagi memandang jender. Selain itu kecerdasan kaum wanita bisa diperlihatkan melalui keberhasilan wanita dalam mengurus rumah tangga dan mendidik anakanaknya hingga menjadikannya tumbuh dewasa dan menjadi orang yang sukses. Wanita yang demikianlah yang digambarkan dalam cerpen-cerpen Femina pada tahun 1975. Cerpen-cerpen tersebut dirasa dapat mewakili citra wanita pada saat itu. Masalah-masalah apa saja yang dihadapi wanita saat itu juga dapat diketahui melalui cerpen-cerpen yang ada, karena pada dasarnya karya sastra itu merupakan cerminan dari kehidupan manusia. Seperti sudah diungkapkan sebelumnya, wanita biasanya dalam karya sastra hanya dijadikan sebagai tokoh inferior. Namun, dalam Femina tokoh wanita dijadikan sebagai sentral dengan berbagai konflik yang dimunculkan. Selama kurun waktu satu tahun (1975) ada 24 judul cerpen yang diterbitkan oleh Femina. Namun, hanya sepuluh judul cerpen akan dikupas dalam penelitian karena kesepuluh cerpen memiliki karakter cerita yang kuat dalam menggambarkan citra wanita dalam

digilib.uns.ac.id 5 penyetaraan jender. Cerpen tersebut meliputi Hadiah Ulang Tahun, Bila Sedang Bercinta, Biarkan Ia Berkembang, Benteng Kasih, Menanti Putusan Hakim, Katakan bahwa Aku Cemburu, Gempa di Hatiku, Nyonya Karina, Jalan itu Licin dan Berbahaya, dan Kekasih Ayah. Namun, dari kesepuluh cerpen tersebut hanya diketahui tiga nama pengarang saja, sisanya tidak diketahui dengan jelas nama pengarangnya. Hal itu bisa jadi dikarenakan pada masa awal 70-an pengarang yang memasukkan karyanya dalam media hanyalah orang-orang yang sama, sehingga nama tidak dicantumkan. Dipilihnya cerpen Femina edisi tahun 1975 dikarenakan, perkembangan sastra pada tahun 70-an juga mengalami peningkatan, terutama sastra yang mengangkat objek wanita maupun pengarang wanita. Misalnya nama Marga T lewat karyanya Karmila muncul pertama kali di harian Kompas sebagai cerita bersambung. Kompas ikut menjadi wadah awal penyalur hasil karya sastra, dengan melahirkan sebuah penerbitan bernama PT Gramedia Pustaka Utama dengan novel andalan pertamanya Karmila yang sukses di pasaran. Femina pada tahun 1975 memunculkan nama Mira Wijaya dengan cerpen pertamanya yang berhasil dimuat yaitu Benteng Kasih pada Femina edisi no. 57, 15 April 1975. Ibarat manusia pada tahun 1975 Femina telah memasuki umurnya yang ketiga, seorang anak berusia tiga tahun secara umum ia sudah dapat berkomunikasi jauh lebih baik. Begitu pula Femina tiga tahun berdirinya dirasa cukup mampu mewakili untuk mengungkapkan visi dan misi Femina dalam kehidupan sastra, khususnya untuk mengetahui citra wanita pada tahun 1975. Berdasarkan pemaparan di atas, maka penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan sastra feminis serta konsep citra wanita dan

digilib.uns.ac.id 6 kesetaraan jender. Seperti yang diutarakan oleh Soenarjati Djajanegara mengenai konsep feminis yang mengangkat tentang penyetaraan gender perempuan dengan laki-laki. Dasar pemikiran feminis adalah pemahaman kedudukan dan peranan perempuan, yang juga ingin didudukkan pada posisi semestinya (2000:4). Permasalahan yang ada akan dikupas melalui kacamata feminis, penggunaan pendekatan ini dikarenakan pembahasan akan lebih difokuskan pada citra seorang wanita pada cerpen-cerpen pada majalah wanita Femina. Oleh karena itu, peneliti memberi judul penelitian Citra Wanita dalam Cerpen-cerpen di Majalah Femina tahun 1975: Sebuah Pendekatan Feminis. B. Pembatasan Masalah Adapun masalah yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada citra wanita cerpen-cerpen yang diterbitkan Femina di tahun 1975 dari bulan Januari sampai dengan Desember. Cerpen yang diteliti adalah cerpen asli yang ditulis oleh penulis Indonesia dan bukan hasil terjemahan ataupun saduran. Terdiri dari 10 cerpen Femina yang mengandung unsur kesetaraan jender dan citra wanita yang terkuat. Penelitian hanya dilakukan mengenai gambaran dan citra wanita pada cerpen serta peran wanita yang digambarkan pengarang dalam cerpen-cerpen yang ada pada Femina tahun 1975. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana penggambaran dan citra wanita dalam cerpen-cerpen Femina tahun 1975?

digilib.uns.ac.id 7 2. Bagaimana peran wanita yang digambarkan pengarang dalam cerpen-cerpen Femina tahun 1975? D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan dan menemukan penggambaran serta citra wanita dalam cerpen-cerpen Femina tahun 1975. 2. Mendeskripsikan dan menemukan peran wanita yang digambarkan pengarang dalam cerpen-cerpen Femina tahun 1975. E. Manfaat Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis dan praktis. Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian mengenai Citra wanita dalam cerpencerpen di majalah Femina tahun 1975 ini diharapkan memperkaya hasil penelitian bidang sastra dan memberikan sumbangan pengetahuan, khususnya bidang ilmu sastra. Penelitian ini juga dapat digunakan untuk menambah wawasan mengenai karya-karya sastra yang mengkaji wanita dan kesetaraannya. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca dalam memahami citra wanita pada tahun 1975, khususnya yang digambarkan Femina pada saat commit itu. Selain to user itu, dengan adanya penelitian ini

digilib.uns.ac.id 8 peneliti dan pembaca diharapkan mampu memetik ilmu dalam citra wanita tahun 1975 untuk dijadikan tolok ukur dan motivasi kaum wanita pada saat ini. Melalui penelitian ini pula diharapkan kaum pria lebih bisa menghargai dan memandang sejajar kaum wanita. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam sebuah penelitian berfungsi untuk memberikan gambaran mengenai langkah-langkah suatu penelitian. Adapun sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut. Bab pertama pendahuluan. Di dalam bab pertama ini akan diuraikan mengenai latar belakang mengenai alasan pemilihan objek penelitian yaitu cerpencerpen pada Femina tahun 1975. Kemudian pembatasan masalah yang mencakup batasan-batasan mengenai objek yang akan diteliti. Perumusan masalah yang berisi masalah-masalah yang dimunculkan. Selanjutnya tujuan penelitian untuk mengetahui maksud dan tujuan apa yang diteliti. Manfaat penelitian berisi tentang kegunaan penelitian baik secara teoretis maupun praktis. Serta yang terakhir adalah sistematika penulisan yang berisi tentang susunan penelitian secara runtut. Bab kedua kajian pustaka dan kerangka pikir. Di dalam bab kedua ini berisi kajian pustaka, yaitu tentang informasi penelitian-penelitian terdahulu yang telah dikaji oleh peneliti-peneliti lainnya dengan objek kajian yang sama. Kemudian kerangka pikir atau landasan teori-teori ilmiah yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural dari Robert Stanton, dengan menggunakan pendekatan feminis.

digilib.uns.ac.id 9 Bab ketiga metode penelitian. Di dalam bab ini berisi tentang penjelasan mengenai jenis penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data. Sumber data cerpen-cerpen pada Femina tahun 1975. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan studi pustaka. Data bersumber dari cerpen-cerpen di majalah Femina tahun 1975 yaitu cerpen Hadiah Ulang Tahun, Bila Sedang Bercinta, Biarkan Ia Berkembang, Benteng Kasih, Menanti Putusan Hakim, Katakan bahwa Aku Cemburu, Gempa di Hatiku, Nyonya Karina, Jalan itu Licin dan Berbahaya, dan Kekasih Ayah. Bab keempat pembahasan. Di dalam bab ini memuat mengenai analisis tentang penggambaran masing-masing cerpen, citra serta peran wanita yang tergambar pada Femina 1975. Analisis dilakukan dengan cara melihat struktur dan pencitraan wanita di setiap cerpen serta peran wanita yang dilukiskan pengarang dalam cerpen Femina tahun 1975. Struktur meliputi tema, alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, tokoh dan penokohan. Citra wanita dikelompokkan wanita sebagai pejuang sejati, wanita sebagai sosok yang cerdas, wanita sebagai sosok yang selektif, dan wanita yang bertanggung jawab. Peran wanita yang digambarkan pengarang Femina tahun 1975 meliputi wanita domestik dan wanita publik. Bab kelima penutup. Di dalam bab ini berisi simpulan dari keseluruhan hasil penelitian serta saran. Simpulan meliputi jawaban-jawaban dari rumusan masalah yang dimunculkan. Saran meliputi saran dari peneliti setelah melakukan penelitian mengenai citra wanita di majalah Femina tahun 1975. Bagian terakhir berisi daftar pustaka dan lampiran. Berisi referensi yang digunakan dalam penelitian, serta lampiran berupa cerpen-cerpen pada Femina tahun 1975 yang dijadikan objek penelitian.