BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah lansia terbanyak di dunia. Berdasarkan sensus penduduk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan (Constantindes, 1994; Darmojo 2004, dalam Azizah, 2011).

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

SENAM TAI CHI TERHADAP FLEKSIBILITAS PUNGGUNG LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN diperkirakan lansia menjapai 11,4% dari total jumlah penduduk atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gerakan gerakan shalat yang meliputi berdiri, ruku, sujud, dan duduk adalah

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

Lampiran 1. PLAN OF ACTION (Oktober 2016 Juni 2017) Nama : Dita Erline Kurnia NIM :

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan lunak untuk. memperbaiki kerusakan yang dideritanya disebut menua aging

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

PERBEDAAN LINGKUP GERAK SENDI FUNGSIONAL TRUNK PADA LANSIA DI POSYANDU ASOKA DAN POSYANDU JAGA RAGA VII

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

BAB I PENDAHULUAN. kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini. meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk lansia semakin mengalami peningkatan di dunia dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang. berdampak terhadap meningkatnya populasi Lanjut Usia (Lansia).

BAB 1 PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Masa tua merupakan masa yang paling bahagia. Yaitu masa dimana kita

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB.I PENDAHULUAN. biologis, fisiologis, psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Penuaan

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG REMATIK PADA LANSIA. TIM PENGABMAS Yenni, M.kep, Ns, Sp, Kep kom. Ns. Emira Apriyeni, S.

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. berkembang yang memiliki angka harapan hidup penduduk semakin

EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB I PENDAHULUAN. (Kushariyadi, 2011). Indonesia menempati urutan ke-4 besar negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menuju masyarakat Indonesia sehat, tindakan yang harus dilakukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan jumlah usia lanjut meningkat (Mulyani, 2009). banyak penduduk lanjut usia (Kompas, Edisi 17 April 2012).

PENURUNAN KELUHAN NYERI SENDI PADA LANSIA MELALUI SENAM LANSIA DECREASING JOINT PAIN TO ELDERLY THROUGH ELDERLY EXERCISE ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap. lahir dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup (Nugroho, 2008).

PENGARUH SENAM DIABETES TERHADAP KADAR GULA DARAH PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS DI RS GATOEL MOJOKERTO

Pengaruh Range of Motion (ROM) terhadap nyeri sendi pada lansia

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan olahraga senam aerobic. Namun masih banyak penderita DM. WHO (World Health Organization) kasus penyakit DM meningkat

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dari 70,1 tahun padaperiode menjadi

BAB I PENDAHULUAN. usia (lansia) di dunia. Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak

HUBUNGAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU TENTANG NYERI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA KUSUMA DESA PALUR MOJOLABAN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 2007). Sebagaimana dalam hirarki kebutuhan Maslow, kenyamanan merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Sukoharjo dengan luas wilayah Ha yang merupakan 9,40% dari luas. dataran rendah dan sebagian merupakan dataran tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tentunya akan mengalami yang namanya penuaan. Secara. kronologi, manusia dapat dikatakan lanjut usia apabila umurnya sudah

BAB I PENDAHULUAN. menyangga tubuh. Bisa dibayangkan apabila tidak jeli untuk menjaga kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Sewon, Bantul, Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH SENAM HIPERTENSI LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI WREDA DARMA BHAKTI KELURAHAN PAJANG SURAKARTA

KOMPRES HANGAT ATASI NYERI PADA PETANI PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH DI KELURAHAN CANDI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA LANSIA DENGAN OSTEOARTRITIS DI PSTW PUSPAKARMA MATARAM

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah lansia terbanyak di dunia. Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa (7,6 dari total jumlah penduduk). Pada tahun 2014 jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia mengalami peningkatan yaitu sebesar 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03 seluruh penduduk Indonesia. Jumlah lansia perempuan lebih besar daripada laki-laki, dan lansia yang tinggal di desa sebesar 10,87 juta jiwa sedangkan lansia yang tinggal di kota sebanyak 9,37 juta jiwa (Statistika Penduduk Lanjut Usia, 2014). Menurut Profil Kesehatan Jawa Tengah (2015) menunjukkan bahwa jumlah lansia terbanyak berada di Kabupaten Klaten yaitu sebesar 195.130 jiwa, Kabupaten Wonogiri 194.719 jiwa, Kabupaten Brebes 194.531 jiwa, Kabupaten Banjarnegara 178.853 jiwa, dan Kabupaten Cilacap 174.143 jiwa. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (2016), menyebutkan salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) pada lansia. Peningkataan usia harapan pada tahun 2004-2015 menunjukkan adanya peningkatan UHH di Indonesia dari 68,6 tahun menjadi 70,8 tahun. Meningkatnya usia harapan hidup pada lansia akan terjadi perubahan struktur usia penduduk dengan bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia. Masyarakat di Negara maju sudah siap menghadapi pertambahan populasi lanjut usia dengan berbagai tantangannya berbeda dengan negara-negara berkembang, termasuk indonesia mulai menghadapi fenomena yang sama. Fenomena ini jelas mendatangkan sejumlah konsekuensi, antara lain timbul masalah fisik, mental, sosial, serta kebutuhan pelayanan kesehatan dan keperawatan, terutama kelainan degeneratif (Nugroho, 2008). Masalah fisik yang timbul salah satunya disebabkan oleh gangguan persendian. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (2013) keluhan kesehatan lansia yang paling tinggi adalah keluhan yang merupakan

efek dari penyakit kronis seperti asam urat, darah tinggi, rematik, darah rendah dan diabetes (32,99%), sedangkan menurut Nugroho (2010) hampir 80% orang berusia 50 tahun keatas mempunyai keluhan pada sendi, sendi yang terkena adalah persendian pada jari-jari, tulang punggung, lutut, dan panggul. Berdasarkan uraian diatas di dapatkan kesimpulan bahwa nyeri sendi sering dialami oleh lansia, jarang dijumpai pada usia 40 tahun dan lebih sering pada usia 60 tahun keatas. Nyeri sendi yaitu melemahnya tulang rawan pada engsel yang dapat terjadi di engsel maupun seluruh tubuh (Murwani, 2010). Penatalaksanaan nyeri sendi dapat dilakukan dengan farmakologis dan non farmakologis, namun penggunaan obat-obat anti nyeri dapat menimbulkan efek samping yang serius apabila dikonsumsi dalam jangka panjang. Hasil dari beberapa penelitian bahwa teknik nonfarmakologi dapat mengurangi nyeri sendi salah satunya dengan melakukan olahraga. Olahraga yang dapat dilakukan antara lain senam ergonomik dan senam rematik. Senam ergonomik atau senam inti raga adalah teknik senam untuk mengembalikan atau membetulkan posisi tubuh, sistem saraf, dan peredaran darah. Gerakan dalam senam ergonomik disesuaikan dengan kaidah-kaidah penciptaan tubuh dan diilhami dari gerakan sholat. Senam ergonomik terdiri atas 5 gerakan dasar yaitu gerakan lapang dada, tunduk syukur, duduk perkasa, duduk pembakaran, dan berbaring pasrah (Wratsongko, 2008). Menurut penelitian Fatsiwi et al (2014), tentang pengaruh peregangan senam ergonomis terhadap skor nyeri musculoskeletal disorders (MSDs) pada pekerja pembuat kaleng alumunium menunjukkan bahwa terdapat penurunan rata-rata skor nyeri MSDs pada kelompok intervensi setelah dilakukan latihan peregangan senam ergonomis, dan terdapat perbedaan perubahan skor nyeri MSDs antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Senam rematik dapat juga dilakukan oleh lansia untuk mengurangi nyeri pada sendi bermanfaat untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Menurut Maryam (2008) kebugaran jasmani lansia adalah kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan, yaitu kebugaran jantung, paru-paru, peredaran darah, kekuatan otot, dan kelenturan sendi. Siti (2008) yang dikutip dalam kompas mengatakan bahwa gerakan-gerakan senam rematik berguna untuk

meningkatkan kemampuan gerak, fungsi kekuatan dan daya tahan otot, kapasitas aerobic, keseimbangan, biomekanika, sendi dan tulang sendi. Penelitian Suhendriyo (2014), tentang pengaruh senam rematik terhadap pengurangan rasa nyeri pada penderita osteoartitis lutut bahwa pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan terdapat perbedaan nyeri sebelum dan sesudah senam rematik. Terbukti adanya pengaruh yang signifikan dalam pemberian senam rematik terhadap pengurangan rasa nyeri pada penderiata osteoartritis lutut. Hasil studi pendahuluan di Wilayah Kerja Puskesmas Tulung terdapat kunjungan dengan beberapa keluhan. Berikut grafik sepuluh besar penyakit bulan November 2016, Desember 2016, dan Januari 2017. Tabel 1.1 Sepuluh Besar Penyakit Bulan November 2016, Desember 2016, dan Desember 2017. No Jenis Penyakit Jumlah Pasien 1. ISPA 2340 2. Gangguan Jaringan Lunak 1140 3. Dispepsia 720 4. Alergi Kulit 594 5. Hipertensi 496 6. Migren 490 7. Infeksi kulit 437 8. Konjungtivitis 371 9. Dm 335 10. Diare 272 Penyakit gangguan jaringan lunak menempati peringkat kedua selama bulan November, Desember 2016 dan Januari 2017 sebanyak 1140 kunjungan. Pegawai puskesmas mengatakan bahwa penyakit gangguan jaringan lunak termasuk nyeri sendi, dan kekakuan pada sendi. Usia rata-rata yang mengeluhkan nyeri sendi 60 tahun keatas. Terdapat 33 posyandu lansia di wilayah kerja puskesmas Tulung, namun posyandu yang masih aktif ada 26. Berikut jumlah posyandu yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Tulung. Tabel 1.2 Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Tulung No Nama Posyandu Jumlah Lansia 1 Posyandu Sedyo Tentrem 24 2 Posyandu Putri Sejati 16 3 Posyandu Anggrek 23 4 Posyandu Kartini 50 5 Posyandu Kajen 34 6 Posyandu Kwarangan 36 7 Posyandu Gono 30

8 Posyandu Cokro K 45 9 Posyandu Padan 35 10 Posyandu Tuban 35 11 Posyandu Margoluwih 35 12 Posyandu Kartini 1 70 13 Posyandu Kartini 2 50 14 Posyandu Kartini 3 40 15 Posyandu Kartini 4 30 16 Posyandu Kartini 5 41 17 Posyandu Cempaka 2 31 18 Posyandu Cempaka 3 28 19 Posyandu Dewo 32 20 Posyandu Jetakan 13 21 Posyandu Mawar 3 35 22 Posyandu Mawar 4 15 23 Posyandu Mekarsari 20 24 Posyandu Dahlia 50 25 Posyandu Sedyo Rukun 15 26 Posyandu Pucangan 15 Dari tabel diatas terdapat 2 posyandu lansia dengan jumlah lansia terbanyak yaitu posyandu lansia Kartini 1 dan Kartini 2, dan didapatkan hasil lansia dengan keluhan nyeri sendi sebanyak 42 yang datang ke posyandu lansia Kartini 1 dan 32 yang datang ke posyandu Kartini 2. Hasil wawancara dengan 10 lansia di posyandu Kartini 1 mengatakan bahwa, 5 lansia nyeri sendi pada bagian lutut, 3 lansia nyeri sendi pada bagian tangan, dan 2 lansia nyeri sendi pada bagian punggung dengan tingkat nyeri sendi pada 5 lansia nyeri sendi ringan, 4 lansia nyeri sendi sedang, dan 1 lansia nyeri sendi berat terkontrol. Sedangkan hasil wawancara dengan 10 lansia di posyandu lansia Kartini 2 mengatakan bahwa 4 lansia nyeri sendi pada bagian pinggang, 4 lansia nyeri sendi pada bagian lutut, dan 2 lansia pada bagian jari-jari tangan dengan tingkat nyeri sendi 4 lansia nyeri sendi ringan, 3 lansia nyeri sendi sedang, dan 3 lansia nyeri sendi berat terkontrol. Kader posyandu lansia mengatakan selama ini belum pernah mengadakan senam ergonomik dan senam rematik. Berdasarkan studi pendahuluan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Perbedaan Pengaruh Penerapan Senam Ergonomik dan Senam Rematik Terhadap Tingkat Nyeri Sendi Pada Lansia di Posyandu Lansia.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada Perbedaan Tingkat Nyeri Sendi setelah dilakukan Senam Ergonomik dan Senam Rematik Pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Tulung?. C. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Tujuan Umum Mengetahui Perbedaan Tingkat Nyeri Sendi Setelah Dilakukan Senam Ergonomik dan Senam Rematik Pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Tulung. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi tingkat nyeri sendi sebelum dilakukan senam ergonomik pada lansia. b. Mengidentifikasi tingkat nyeri sendi setelah dilakukan senam ergonomik pada lansia. c. Mengidentifikasi tingkat nyeri sendi sebelum dilakukan senam rematik pada lansia. d. Mengidentifikasi tingkat nyeri sendi setelah dilakukan senam rematik pada lansia e. Menganalisis rerata tingkat nyeri sendi sebelum dan sesudah senam ergonomik pada lansia. f. Menganalisis rerata tingkat nyeri sebelum dan sesudah senam rematik pada lansia. g. Manganalisis perbedaan rerata tingkat nyeri sendi setelah dilakukan senam ergonomik dan senam rematik pada lansia.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa Menambah pengetahuan dan referensi mahasiswa tentang penerapan senam ergonomik dan senam rematik terhadap tingkat nyeri sendi. 2. Bagi Lansia Menambah wawasan tentang terapi nonfarmakologis yaitu senam ergonomik dan senam rematik yang dapat dilakukan oleh lansia untuk mengurangi keluhan nyeri sendi. 3. Bagi Kader Posyandu Lansia Senam ergonomik dan senam rematik dapat menjadi referensi untuk diajarkan kepada para lansia. Senam ini merupakan terapi yang mudah dilakukan yang efektif dan efisien tanpa menggunakan biaya. 4. Bagi Masyarakat Penelitian ini dapat menambah wawasan bagi masyarakat untuk menurunkan tingkat nyeri sendi melalui gerakan senam. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan menambah variabel atau menggunakan variabel yang berbeda. E. Keaslian Penelitian 1. Suhendriyo (2014) tentang : Pengaruh Senam Rematik Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri Pada Penderita Osteoatritis Lutut Di Karangasem Surakarta. Penelitian ini mengunakan desain quasy eksperimen analisa data yang digunakan univariat dan bivariat dengan menggunakan uji dependent t test. Sampel dalam penelitian ini adalah penderita osteoatritis 40 di Karangasem Surakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah analisis non parametrik kemaknaan dengan uji wilcoxon signed rank test. Hasil penelitian pada kelompo kontrol menunjukkan bahwa rerata nyeri pada pre test 4.44 dan pada post test 2.98 dengan nilai p < 0.005. Sedangkan pada kelompok perlakuan rerata nyeri pada pre test 5.1 dan pada pada post test 3.51 dengan nilai p < 0.05. Dari hasil penelitian terdapat pengaruh yang signifikan dalam pemberian senam rematik terhadap pengurangan rasa nyeri

pada penderita osteoartritis lutut dapat dilihat pada nilai p = 0.005 pada kelompok kontrol maupun pada kelompok perlakuan. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel terikat (penderita osteoatritis lutut), dan lokasi penelitian. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada desain penelitian quasy eksperiemen, variabel bebas (senam rematik) namun peneliti juga menambahkan variabel bebas (senam ergonomik). 2. Fatkhuriyah (2014) tentang : The Effect Of Rheumatic Exercise On Decreasing Joint Pain Among Elderly In Desa Sudimoro Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan desain quasy eksperimen dan menggunakan teknik non probability sampling, yaitu purposive sampling. Uji kemaknaan dengan uji wilcoxon signed rank test dan whitney test. Sampel penelitian ini adalah para kelompok lansia di Desa Sudimoro Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo yang berjumlah 18 orang yang terbagi atas kelompok perlakuan 9 orang dan kelompok kontrol berjumlah 9 orang. Hasil penelitian yaitu saat pre test rerata nyeri pada kelompok perlakuan 4, 67 menjadi 3,67 saat post test. Sedangkan pada kelompok kontrol rerata nyeri pre test 4,33 dan tetap 4,33 saat post test. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara kelompok perlakuan yang diberikan senam rematik dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan senam rematik dengan menggunakan uji mann whitney test. Hasil yang tidak signifikan dapat disebabkan penurunan nyeri sendi sebesar 1 tingkat tidak terbaca karena sebesar 1 tingkat tidak merubah kategori nyeri sendi setelah dibandingkan dengan hasil post test kelompok kontrol. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan terdapat pada lokasi penelitian, dan waktu penelitian sedangkan persamaan pada penelitian terdapat pada desain penelitian quasy eksperimen, variabel bebas (senam rematik) namun peneliti juga menambahkan variabel bebas (senam ergonomik). 3. Fatsiwi et al., 2014 tentang : Pengaruh Peregangan Senam Ergonomis Terhadap Skor Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pembuat Kaleng Alumunium. Penelitian ini menggunakan desain quasy eksperiment dengan rancangan pre and post test control group design. Pengambilan

sampel menggunakan metode purposive sampling, uji analisis non paramatrik (Wilcoxon dan Mann Whitney test). Hasil penelitian skor nyeri MSDs pada kelompok intervensi pre test 19 menurun mejadi 13 pada post test dan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan skor nyeri MSDs dengan skor 16 pada pre test meningkat menjadi skor 18 pada post test, ratarata skor nyeri MSDs sebelum dan setelah dilakukan senam ergonomis pada kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan terdapat pada variabel terikat musculoskeletal disorders dan lokasi penelitian, persamaan pada penelitian terdapat pada variabel bebas (senam ergonomik) namun peneliti juga menambahkan variabel bebas (senam rematik) dan desain penelitian quasy eksperimen.