JALUR INTERPRETASI BIRDWATCHING DI KEBUN RAYA BOGOR. (Interpretation Trail Bird Watching in Bogor Botanical Garden)

dokumen-dokumen yang mirip
STRUKTUR KOMUNITAS DAN STATUS PERLINDUNGAN BURUNG DI KEBUN RAYA PURWODADI, KABUPATEN PASURUAN

POTENSI UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BIRDWATCHING DI PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR

Lampiran 1. Tabel Jenis, Karakter, Makanan, Perkembangbiakan, Habitat, Kebiasaan, Penyebaran, serta Status Burung

KAJIAN HUBUNGAN ARSITEKTUR POHON DAN KEHADIRAN BURUNG DI KAMPUS IPB DRAMAGA BOGOR MUHAMMAD CHOIRUDDIN AZIS

BAB V DATA, ANALISIS DAN SINTESIS

3 METODE Jalur Interpretasi

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN NILAI INDEKS KOMUNITAS BURUNG DI TIGA LOKASI KEBUN RAYA BOGOR CATUR WIBAWA PRAJA

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA, BOGOR, JAWA BARAT ASEP SAEFULLAH

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, BANDUNG

KEBERADAAN JENIS BURUNG PADA LIMA STASIUN PENGAMATAN DI SEPANJANG DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CILIWUNG, DEPOK-JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KEMELIMPAHAN BURUNG DI SEKITAR KAMPUS IKIP PGRI MADIUN SEBAGAI POTENSI LOKAL DAN SUMBER BELAJAR

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus. Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3).

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI AREA KEBUN BUAH, TAMAN BUAH MEKARSARI ISMI NURFAIZAH

METODE INVENTARISASI BURUNG (METODE MACKINNON) DI TEGAKAN KARET DAN TEGAKAN PINUS ASRAMA C4 KAMPUS IPB DRAMAGA

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Oleh : Yuni Wibowo Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

PERANCANGAN ULANG KAWASAN PEMAKAMAN UMUM TANAH KUSIR, JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU RAMAH BURUNG

Jenis Jenis Burung di Wilayah Cagar Alam Imogiri Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh:

Pengamatan Burung di Resort Bama Seksi Konservasi Wilayah II Bekol dalam Upaya Reinventarisasi Potensi Jenis

PEMANFAATAN BERBAGAI TIPE HABITAT OLEH CUCAK KUTILANG (Pycnonotus aurigaster Vieillot) DI KEBUN RAYA BOGOR

Lampiran 1 Foto Dokumentasi Penelitian Keaneakaragaman Jenis Burung

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI KECAMATAN LAWEYAN, KECAMATAN SERENGAN, DAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTAMADYA SURAKARTA. Artikel Publikasi Ilmiah

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI RUANG TERBUKA HIJAU DI TIGA TEMPAT PEMAKAMAN UMUM DI BOGOR ALIFAH MELTRIANA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman

Kemampuan Kawasan Nir-Konservasi dalam Melindungi Kelestarian Burung Endemik Dataran Rendah Pulau Jawa Studi Kasus di Kabupaten Kebumen

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

KAJIAN KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE LANSKAP HUTAN TANAMAN PINUS (Studi Kasus : Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu)

ABSTRAK JENIS DAN KERAPATAN BURUNG DI KAWASAN AGROPOLITAN KECAMATAN MANDASTANA KABUPATEN BARITO KUALA. Oleh: Zainal Husain, Dharmono, Kaspul

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Spesies Burung di Repong Damar Pekon Pahmungan

DAFTAR ISI. BAB III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori B. Hipotesis... 18

Keanekaan jenis burung di Taman Kota Bandung, Jawa Barat

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BERBAGAI TIPE HABITAT BESERTA GANGGUANNYA DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA, BOGOR, JAWA BARAT

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi LS dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hutan mangrove desa Margasari memiliki luas 700 ha dengan ketebalan hutan

BAB IV METODE PENELITIAN

SPESIES BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR

IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DAN KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT DALAM UPAYA KONSERVASI DI PULAU RAMBUT KEPULAUAN SERIBU

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014

Keanekaragaman dan potensi daya tarik burung diurnal di siring sungai martapura, Banjarmasin. Azhar F N Bangiel. Abstrak

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

Nama Daerah Nama Inggris Nama Ilmiah. 2 Bentet * Long Tailed Shrike Lanius schach - Tidak Umum 3 Bondol Dada Sisik/petingan ***

Jenis-Jenis Burung di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Andalas Wahana Berjaya (AWB), Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat

Kajian Hubungan Arsitektur Pohon dan Kehadiran Burung di Kampus IPB Dramaga Bogor

I. PENDAHULUAN. Universitas Lampung (Unila) yang dikenal dengan sebutan Kampus Hijau (Green

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

III. METODE PENELITIAN

keyword : open green space, housing, vegetation, Bird. PENDAHULUAN

Gambar 6.1. Diagram hubungan antar ruang pada tapak

Sumber: & google earth 2007 Gambar 2. Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN

MORFOMETRI BURUNG DIURNAL DI KAWASAN HUTAN LINDUNG DESA SEKENDAL KECAMATAN AIR BESAR KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT

Keanekaragaman Jenis Burung pada Areal Tambak Intensif di Sumatera Selatan dan Lampung

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

1. PENDAHULUAN. Indonesia (Sujatnika, Jepson, Soeharto, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). terluas di Asia (Howe, Claridge, Hughes, dan Zuwendra, 1991).

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

Keanekaragaman burung di lingkungan Unit Pembangkit Indonesia Power (UP IP) Tambak Lorok, Semarang

Hubungan keanekaragaman burung dan komposisi pohon di Kampus Kentingan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jawa Tengah

KEANEKARAGAMAN SPESIES BURUNG DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN KECAMATAN PESISIR TENGAH KRUI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies

PERENCANAAN INTERPRETASI WISATA BIRDWATCHING DI PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR, JAWA BARAT GYTHA NAFISAH SUKARA

TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan. OIC (Orangutan Information Centre) menambahkan bahwa kawasan restorasi

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

Lampiran 1 Tabel tipe arsitektur pohon (Halle et al. 1978)

METODE PENELITIAN. Penelitian keberadaan rangkong ini dilaksanakan di Gunung Betung Taman Hutan

INVENTARISASI JENIS BURUNG PADA KOMPOSISI TINGKAT SEMAI, PANCANG DAN POHON DI HUTAN MANGROVE PULAU SEMBILAN

DIVERSITAS JENIS DAN KEMELIMPAHAN AVIFAUNA DI SUB URBAN KOTA MADIUN BAGIAN BARAT

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

KERAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA PUSAT LITBANG HUTAN DAN KONSERVASI ALAM, BOGOR. Oleh : ELY SOLIHATI G

BAB 4 GAMBARAN UMUM AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR

KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN BURUNG DI PREVAB TAMAN NASIONAL KUTAI KALIMANTAN TIMUR

Tugas Akhir. Kajian Bioekologi Famili Ardeidae di Wonorejo, Surabaya. Anindyah Tri A /

III. METODE PENELITIAN

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA POLINDO CIPTA 1. M. Sugihono Hanggito, S.Hut. 2. Miftah Ayatussurur, S.Hut.

Keanekaragaman Jenis Burung Di Kawasan Hutan Kampus IPB Dramaga Dan PPKA Bodogol- Bogor ABSTRAK

PEMBUATAN FLIPBOOK BERDASARKAN KERAGAMAN JENIS BURUNG DIURNAL DI HUTAN LINDUNG GUNUNG SENUJUH DAN SEKITARNYA

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai salah satu habitat alami bagi satwa liar. Habitat alami di

I. PENDAHULUAN. Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh

KONDISI UMUM Keadaan Fisik Fungsi

Keanekaragaman Burung di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan Jawa Tengah

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

Laporan Kegiatan Seminar Bird: Science and Conservation dan Pengamatan burung di CA Pulau Sempu

METODE PENELTIAN. Penelitian tentang keberadaan populasi kokah (Presbytis siamensis) dilaksanakan

KERAGAMAN DAN HABITAT SATWA BURUNG DI TAMAN WISATA ALAM PLAWANGAN TURGO YOGYAKARTA. Ir. Ernywati Badaruddin, MP Staf Fakultas Pertanian Unpatti Ambon

BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG ASEUPAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus. dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan.

KEANEKARAGAMAN JENIS AVIFAUNA DI CAGAR ALAM KELING II/III KABUPATEN JEPARA JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

Transkripsi:

JALUR INTERPRETASI BIRDWATCHING DI KEBUN RAYA BOGOR (Interpretation Trail Bird Watching in Bogor Botanical Garden) RATNA SARI HASIBUAN 1), TUBAGUS UNU NITIBASKARA 2) DAN RANGGA MAHARDIKA 3) 1) Dosen Program Studi Kehutanan Universitas Nusa Bangsa Bogor Email: ratna@unb.ac.id Diterima 20 Februari 2018 / Disetujui 30 April 2018 ABSTRACT Bogor Botanical Garden (KRB) was a good habitat for birds. Based on KRB s data of bird, there was an opportunity for KRB to develop birdwatching tourism. Birdwatching completed by interpretation can increase visitor awareness of the importance of conserving natural resources. The aim of research was to develop birdwatching interpretation trail. The research method were the count point method of Indices Ponctuels d'abondance (IPA) and line transect method. The interpretation trail map was developed by overlaying the bird's encounter point with the KRB map using Arc Software GIS 10.0. The result of this research were 33 bird species that have potential for birdwatching activity. The designed interpretation trail were the track of water bird, rare bird, and endemic bird sighting. Keywords: birdwatching, Bogor Botanical Garden, interpertation trail ABSTRAK Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan habitat yang baik bagi burung. Berdasarkan data burung yang dimiliki oleh KRB, maka terdapat peluang bagi KRB untuk mengembangkan wisata birdwatching. Birdwatching yang disertai dengan interpretasi dapat dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran pengunjung akan pentingnya melestarikan sumber daya alam. Tujuan penelitian ini adalah membuat jalur interpretasi birdwatching. Metode yang digunakan adalah metode titik hitung Indices Ponctuels d Abondance (IPA) dan metode transek garis (line transek). Peta jalur interpretasi dibuat dengan overlay titik perjumpaan burung dengan peta KRB menggunakan Software Arc GIS 10.0. Hasil penelitian terdapat 33 jenis burung yang potensial untuk kegiatan birdwatching. Jalur interpretasi yang dirancang adalah jalur pengamatan burung air, jalur pengamatan burung langka, dan jalur pengamatan burung endemik. Kata kunci: birdwatching, jalur interpretasi, Kebun Raya Bogor PENDAHULUAN Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan Kebun Raya pertama di Indonesia dengan luas 87 hektar. Sebagai pusat konservasi tumbuhan, KRB menjadi habitat yang baik bagi burung. Berdasarkan potensi burung yang dimiliki oleh KRB, maka terdapat peluang bagi KRB untuk mengembangkan wisata birdwatching. Birdwatching atau birding adalah salah satu teknik konservasi sebagai media untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya konservasi burung. Aktivitas ini sudah menjadi salah satu hobi baru di kalangan masyarakat kita, sehingga baik untuk dikembangkan ke arah pengelolaan yang lebih lanjut (BTNB 2010). Wisata birdwatching mulai populer dan tumbuh dengan cepat. Mengamati burung merupakan sarana rekreasi yang menyenangkan. Pengamatan burung harus memiliki pengetahuan, skill dan minat. Bagi pemula diperlukan program interpretasi berisi pengenalan terhadap lingkungan, jenis-jenis burung dan jalur pengamatan (Maple et al. 2010). Birdwatching yang disertai dengan interpretasi dapat dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran pengunjung akan pentingnya melestarikan sumberdaya alam. Interpretasi dapat menjembatani objek dengan pengunjung. Namun jalur-jalur pengamatan burung belum terdapat di KRB, sehingga tujuan penelitian adalah membuat jalur interpretasi birdwatching. Penelitian ini diharapkan sebagai acuan bagi KRB untuk mengembangkan program interpretasi birdwatching. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di KRB pada bulan April sampai Mei 2016 (Gambar 1). Alat dan bahan yang digunakan adalah binokuler, Global Positioning System (GPS), kamera DSLR Nikon D7000, peta KRB dan buku identifikasi burung (MacKinnon et al. 2010). Pengamatan burung dilakukan dengan metode titik hitung Indices Ponctuels d Abondance (IPA) dan metode transek garis (line transek) (Bibby et al. 2000). Ilustrasi penggunaan metode titik hitung dapat dilihat pada Gambar 2, dengan total panjang jalur 3.000 m. 28

Media Konservasi Vol. 23 No. 1 April 2018: 28-36 Gambar 1. Lokasi Penelitian pada 12 lingkungan KRB (Sumber KRB) Gambar 2. Ilustrasi penggunaan metode titik hitung untuk pengamatan burung Metode ini dilakukan dengan menelusuri 3 lokasi potensial berdasarkan penelitian Sukara (2014) yaitu lokasi yang pertama meliputi lingkungan 1 (Taman Teisjmann), lingkungan 2 (depan Laboratorium Treub) dan lingkungan 3 (sisi Barat kolam Gunting). Lokasi yang kedua meliputi lingkungan 4 (Koompassia excelsa/ King tree), lingkungan 5 (Taman Meksiko/koleksi kaktus dan koleksi tanaman air), lingkungan 6 (koleksi Palem) dan lingkungan 7 (Jalan Kenari II). Lokasi yang ketiga meliputi lingkungan 9 (koleksi tanaman kayu) dan lingkungan 12 (koleksi tanaman obat). Untuk lokasi pada lingkungan 8 dan 10 tidak dilakukan penelitian karena berdasarkan penelitian Sukara (2014) lokasi tersebut kurang potensial. Pada penelitian ini data yang dikumpulkan meliput jenis, jumlah, aktivitas, serta waktu perjumpaan selama 10 menit. Pengamatan dilakukan pada pagi pukul 06.00-09.00 WIB dan sore pukul 15.00-18.00 WIB. Untuk membuat peta jalur interpretasi, jalur yang dilalui ditandai titik perjumpaan burung dengan GPS dan dilakukan overlay dengan peta KRB. Kemudian dilakukan pembuatan program interpretasi wisata birdwatching di KRB berdasarkan jalur yang telah dibuat. Hal yang pertama dilakukan untuk membuat program interpretasi adalah menentukan topik yang akan dibuat programnya (Lewis 2005). Topik yang dipilih sebagai dasar pengembangan tema program interpretasi adalah burung sebagai objek wisata birdwatching. Semakin tinggi frekuensi perjumpaan burung maka tingkat kemudahan perjumpaan juga semakin tinggi (Bismark 2011), sehingga dilakukan penghitungan frekuensi relatif. Frekuensi Relatif (%) = Lokasi ditemukannya satwa x 100% Jumlah lokasi plot penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Identifikasi Jenis-Jenis Burung Hasil penelitian ditemukan 33 jenis burung (Tabel 1). Sebaran jenis burung pada masing-masing lokasi yang ada di KRB berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh 29

perbedaan jenis habitat. Taman Teisjmann terletak pada lingkungan 1 yang dikelilingi oleh koleksi tumbuhan palem-paleman. Burung prenjak jawa (Prinia familiaris) dan tekukur biasa (Streptopelia chinensis) memiliki frekuensi pertemuan tertinggi di lingkungan ini. Banyaknya semak-semak dan pohon palem di sekitar taman ini menjadikan lingkungan ini sebagai habitat yang baik bagi burung prenjak jawa dan Tekukur biasa. Tabel 1. Frekuensi dan sebaran jenis burung pada masing-masing lokasi pengamatan Frekuensi relatif (%) Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Total No Jenis Burung 1 2 3 4 5 6 7 9 12 1 Betet biasa 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,50 0,50 0,50 1,00 2,50 2 Bondol jawa 0,00 0,00 0,00 0,50 0,50 1,00 1,00 0,00 1,00 4,00 3 Burung gereja 1,00 0,50 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,50 4 Burung madu jawa 0,00 0,00 0,00 0,00 0,10 1,00 1,00 1,00 1,00 5,00 5 Caladi ulam 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 6 Cabai jawa 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,50 1,00 2,00 1,00 4,50 7 Cabai polos 0,00 1,00 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00 1,00 0,00 3,00 8 Cekakak sungai 0,00 0,00 0,00 2,00 0,00 1,00 1,00 1,00 0,00 5,00 9 Cinenen jawa 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 0,00 0,00 1,00 1,00 3,00 10 Cinenen pisang 0,00 2,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,00 11 Cipoh kacat 0,00 0,00 1,00 2,00 1,00 1,00 0,00 0,00 0,00 5,00 12 Cucak kuning 0,50 0,50 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 13 Cucak kutilang 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,50 1,00 1,00 0,00 7,50 14 Empuloh janggut 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 15 Gemak loreng 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,50 0,00 0,00 0,00 0,50 16 Kareo padi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,50 1,00 1,00 0,00 0,00 2,50 17 Kepudang kuduk hitam 0,00 0,00 1,00 1,00 0,00 0,00 1,00 1,00 0,50 4,50 18 Kipasan belang 1,00 1,00 0,50 0,50 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,00 19 Kowak-malam kelabu 0,00 0,50 1,00 0,50 1,00 0,50 0,50 0,50 0,00 4,50 20 Pijantung kecil 0,50 0,00 0,50 0,00 0,00 0,50 0,50 0,50 0,00 2,50 21 Perkutut jawa 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,50 0,00 0,50 1,00 22 Prenjak jawa 0,00 0,00 0,00 1,00 0,00 0,50 0,50 0,00 1,00 3,00 23 Punai penganten 0,50 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 0,50 0,50 0,00 2,50 24 Serindit jawa 0,00 0,00 1,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,00 25 Raja udang meninting 0,50 0,50 0,00 1,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,00 26 Sikep madu asia 0,00 0,00 0,00 0,50 1,00 0,50 0,00 0,00 0,00 2,00 27 Takur tulang tumpuk 0,00 2,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,00 28 Tekukur biasa 0,00 0,00 1,00 1,00 1,00 0,50 0,50 0,00 0,00 4,00 29 Uncal kauran 0,00 0,50 0,00 0,00 0,50 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 30 Walet palem asia 0,00 0,50 2,00 0,50 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,00 31 Walet linchi 0,00 0,50 1,00 1,00 1,00 1,00 0,50 0,00 1,00 6,00 32 Walik kembang 0,00 0,00 0,50 0,50 0,50 0,00 0,00 0,00 0,00 1,50 33 Wiwik kelabu 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 1,00 0,50 2,50 8,50 13,50 13,50 17,00 10,50 11,00 12,00 8,00 6,00 100,00 Keterangan: Lokasi 1:1. Taman Teisjmann, 2. depan Laboratorium Treub, 3. sisi Barat Kolam Gunting; lokasi 2:4. Koompassia excelsa/ King tree, 5. Taman Meksiko/koleksi kaktus dan koleksi tanaman air, 6. koleksi Palem, 7. Jalan Kenari II; lokasi 3: 9. koleksi tanaman kayu, 12. koleksi tanaman obat 30

Media Konservasi Vol. 23 No. 1 April 2018: 28-36 Kebun yang terletak di depan Laboratorium Treub merupakan lingkungan 2, disusun sehingga pepohonan besar dapat memberi naungan pada tanaman di bawahnya. Pada lingkungan ini sering ditemukan burung pijantung kecil (Arachnothera longirostra) yang terbang melintas yang dikenali dengan suaranya yang khas. Lingkungan 3 yang merupakan Kolam Gunting merupakan habitat burung air yang memakan ikan-ikan dari kolam yang di dominasi oleh burung kowak malam kelabu (Nycticorax nycticorax). Menuju ke Taman Meksiko, terdapat pohon Koompassia excelsa/ king tree yang merupakan lingkungan 4. Burung caladi ulam (Dendrocopos mace) dapat ditemukan pada lokasi ini, namun frekuensi pertemuannya sangat kecil. Burung ini termasuk burung yang dilindungi. Taman Meksiko yang merupakan taman koleksi kaktus yang terletak di lingkungan 5. Pada Taman Meksiko dapat dijumpai burung madu jawa (Aethopyga mystacalis) yang merupakan salah satu jenis burung endemik dan langka yang dilindungi oleh negara. Lingkungan 6 merupakan koleksi tanaman Palem. Lingkungan 7 merupakan Jalan Kenari II yang didominasi oleh pohon-pohon kenari yang menjulang tinggi. Pohon Kenari (Canarium indicum) menghasilkan buah yang dapat dijadikan pakan burung. Jembatan Surya Lembayung yang merupakan jembatan gantung penghubung antara lingkungan 9 dengan lingkungan 12 merupakan lokasi koleksi tanaman kayu. Pada lingkungan ini dapat dijumpai burung-burung endemik seperti punai penganten (Treron griseicauda) dan cinenen jawa (Orthotomus sepium). Burung punai penganten sering kali bertengger pada tajuk pohon yang tinggi, yang selalu bersama pasangannya. Untuk mengamati burung punai penganten dapat lebih mudah dilakukan pada jembatan ini. Pada lingkungan 12 terdapat lokasi koleksi tanaman obat. Pada lingkungan ini ditemui berbagai jenis burung beberapa di antaranya adalah burung cabai jawa (Dicaeum trochileum), Cabai polos (Dicaeum concolor), dan walik kembang (Ptilinopus melanospila). Ketiga jenis burung ini memiliki frekuensi pertemuan tertinggi di lingkungan ini dibandingkan lingkungan lainnya. Burung cabai jawa merupakan salah satu burung endemik yang dapat ditemukan di lingkungan ini. Burung yang memiliki sebaran merata dapat ditemukan pada 3 lokasi di KRB tercatat sepuluh jenis dari total 33 jenis burung. Burung yang tersebar merata adalah cucak kutilang (7,5%), walet linchi (6,0%), cekakak sungai (5%), cipoh kacat (5%), burung madu jawa (5%), kowak malam kelabu (4,5%), cabai jawa (4,5%), kepudang kuduk hitam (4,5%), tekukur biasa (4,0%) dan bondol jawa (4%). Burung kowak malam kelabu dan cekakak sungai merupakan burung pemakan ikan yang sering berada dekat perairan. Burung cabai jawa dan bondol jawa merupakan burung endemik (Tabel 2), sedangkan burung kepudang kuduk hitam merupakan burung langka (MacKinnon et al. 2010). Jenis-jenis burung tersebut memiliki daya adaptasi yang tinggi pada setiap lokasi yang ada di KRB. Hal ini karena KRB memiliki beranekaragam jenis tumbuhan. Jenis tumbuhan yang beranekaragam dapat menyediakan beranekaragam sumber pakan bagi burung berupa serangga, buah, biji ataupun madu, pemilihan tanaman dengan waktu berbuah atau pun berbunga yang berbeda akan lebih baik dalam penyediaan sumber pakan bagi burung. Vegetasi dimanfaatkan oleh burung sebagai habitat untuk bersarang, beristirahat, mencari makan, berkembang biak dan lainnya (Dewi 2007). 2. Membuat Peta Jalur Interpretasi Birdwatching Jalur interpretasi dibuat untuk mempermudah pengunjung dalam pengamatan burung. Perencanaan jalur interpretasi wisata birdwatching di KRB dapat dirancang berdasarkan beberapa kriteria menurut Berkmuller (1981). Kriteria pertama adalah jalur yang dirancang diharapkan mampu mengarahkan pengunjung pada objek yang spektakuler, yaitu jenis-jenis burung yang potensial seperti burung endemik, burung langka dan burung-burung air sebagai objek wisata birdwatching. Kriteria lain yang perlu diperhatikan adalah landscape yang menarik dan kenyamanan jalur. Berdasar kriteria tersebut dibuat perencanaan jalur interpretasi yang dioverlay dengan peta KRB. Jalur yang direncanakan meliputi jalur pengamatan burung langka, burung air dan burung endemik. a. Jalur pengamatan burung langka Panjang jalur pengamatan burung langka adalah 1,3 km (Gambar 3). Waktu yang dibutuhkan untuk menelusuri jalur ini dengan asumsi kecepatan berjalan 2 km/jam adalah sekitar 39 menit berjalan kaki. Lokasilokasi menarik yang dilalui pada jalur ini adalah Kolam Gunting, Taman Meksiko, koleksi tanaman air, koleksi tanaman buah-buahan, Jalan Kenari II dan Jalan Astrid. Jalur ini dinamakan jalur burung langka karena pada lokasi ini terdapat burung-burung langka (Tabel 2) seperti cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), kipasan belang (Rhipidura javanica) kepudang kuduk hitam (Oriolus chinensis). Burung-burung tersebut terkenal dengan kicauannya dan bulu yang berwarna warni sehingga menarik untuk diamati. 31

Tabel 2. Status konservasi burung yang ditemukan di KRB No. Jenis Endemisitas Status konservasi UU No 5 Tahun 1990 IUCN 1 Betet biasa (Psittacula alexandri) - tidak dilindungi LC 2 Bondol jawa (Lonchura leucogastroides) endemik dilindungi LC 3 Burung gereja (Passer montanus) - tidak dilindungi LC 4 Burung madu jawa (Aethopyga mystacalis) endemik dilindungi LC 5 Caladi ulam (Dendrocopos mace) - dilindungi LC 6 Cabai jawa (Dicaeum trochileum) endemik tidak dilindungi LC 7 Cabai polos (Dicaeum concolor) - tidak dilindungi LC 8 Cekakak sungai (Todiramphus chloris) - dilindungi LC 9 Cinenen jawa (Orthotomus sepium) endemik tidak dilindungi LC 10 Cinenen pisang (Orthotomus sutorius) endemik tidak dilindungi LC 11 Cipoh kacat (Aegithina tiphia) - tidak dilindungi LC 12 Cucak kuning (Pycnonotus melanicterus) - tidak dilindungi LC 13 Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) - dilindungi LC 14 Empuloh janggut (Alophoixus bres) - tidak dilindungi LC 15 Gemak loreng (Turnix suscitator) - tidak dilindungi LC 16 Kareo padi (Amaurornis phoenicurus) - tidak dilindungi LC 17 Kepudang kuduk hitam (Oriolus chinensis) - dilindungi LC 18 Kipasan belang (Rhipidura javanica) - dilindungi LC 19 Kowak-malam kelabu (Nycticorax nycticorax) - tidak dilindungi LC 20 Pijantung kecil (Arachnothera longirostra) - tidak dilindungi LC 21 Perkutut jawa (Geopelia striata) - tidak dilindungi LC 22 Prenjak jawa (Prinia familiaris) - tidak dilindungi LC 23 Punai pengantin (Treron griseicauda) endemik tidak dilindungi LC 24 Serindit jawa (Loriculus pusillus) endemik dilindungi NT 25 Raja udang meninting (Alcedo meninting) - dilindungi LC 26 Sikep madu Asia (Pernis ptilorhynchus) endemik dilindungi LC 27 Takur tulang tumpuk (Megalaima javensis) endemik dilindungi NT 28 Tekukur biasa (Streptopelia chinensis) - tidak dilindungi LC 29 Uncal kouran (Macropygia ruficeps) - tidak dilindungi LC 30 Walet palem asia (Cypsiurus balasiensis) endemik tidak dilindungi LC 31 Walet linchi (Collocalia linchi) endemik tidak dilindungi LC 32 Walik kembang (Ptilinopus melanospila) - tidak dilindungi LC 33 Wiwik kelabu (Cacomantis merulinus) - tidak dilindungi LC Keterangan: Least Concern (LC, Beresiko rendah), Not Evaluated (NE, Belum dievaluasi) 32

Media Konservasi Vol. 23 No. 1 April 2018: 28-36 Gambar 3. Peta jalur interpretasi pengamatan burung langka b. Jalur kombinasi I ( pengamatan burung air) Panjang jalur kombinasi jalur burung air dan burung langka adalah 2,1 km. Waktu yang dibutuhkan untuk menelusuri jalur ini dengan asumsi kecepatan berjalan 2 km/jam adalah sekitar 63 menit. Lokasi-lokasi menarik yang dilalui pada jalur ini adalah Kolam Gunting, Istana Bogor, Makam Belanda, Taman Teisjmann, hutan depan Laboratorium Treub, Taman Meksiko, koleksi tanaman air, koleksi tanaman buah-buahan, Jalan Kenari II, dan Jalan Astrid. Jalur kombinasi I dinamakan jalur pengamatan burung air karena melewati Kolam Gunting yang merupakan habitat burung air seperti kowak malam kelabu (Nycticorax nycticorax). Menurut MacKinnon et al. (2010), kowak malam kelabu merupakan burung pemakan ikan yang bersifat nokturnal, aktif berburu mangsanya di malam hari. Selain ikan, kowak malam kelabu juga memakan kodok, serangga air dan ular kecil. Burung ini sering mengeluarkan suara serak dan keras. Bersarang di dalam koloni yang ribut di pohon, biasanya di atas air. Jalur ini dapat dilihat pada Gambar 4. c. Jalur kombinasi II (pengamatan burung endemik) Panjang jalur kombinasi II adalah 3,5 km. Waktu yang dibutuhkan untuk menelusuri jalur ini dengan asumsi kecepatan berjalan 2 km/jam adalah sekitar 105 menit. Lokasi-lokasi menarik yang dilalui pada jalur ini adalah Kolam Gunting, Istana Bogor, Makam Belanda, Taman Teisjmann, hutan depan Laboratorium Treub, Taman Meksiko, koleksi tanaman buah-buahan, Jalan Kenari II, jembatan merah, koleksi tanaman kayu, taman Lebak Sudjana Kassan, Jalan Astrid dan koleksi tanaman air. Jalur ini adalah jalur yang paling lengkap karena kombinasi dari jalur-jalur sebelumnya. Jalur ini dapat dilihat pada Gambar 5. Pada jalur ini dapat dilihat burung-burung endemik seperti punai pengantin (Treron griseicauda). Punai Pengantin memiliki kebiasaan yang selalu setia dengan pasangannya dan berkumpul di atas pohon buah-buahan, sehingga unik untuk dapat diamati. Selain itu terdapat juga burung madu jawa (Aethopyga mystacalis), cinenen jawa (Orthotomus sepium), serindit jawa (Loriculus pusillus) dan cabai jawa (Dicaeum trochileum) yang merupakan burung-burung endemik di Pulau Jawa (MacKinnon et al. 2010). 33

Gambar 4. Peta jalur interpretasi pengamatan burung air Gambar 5. Peta jalur interpretasi pengamatan burung endemik d. Menyusun rencana program interpretasi wisata birdwatching di KRB Pesan yang ingin disampaikan kepada pengunjung dapat diuraikan dalam bentuk program interpretasi. Materi yang disampaikan adalah pengenalan jenis, aktivitas, habitat dan penyebaran yang potensial sebagai objek, daya tarik dan keistimewaan burung, status konservasi dan endemisitas burung, manfaat burung bagi kehidupan dan lingkungan, serta upaya konservasi untuk menjaga kelestarian burung. Berdasarkan peta jalur pengamatan burung maka dibuat program interpretasi birdwatching di KRB adalah Mengamati keanekaragaman burung di Kebun Raya Bogor (Tabel 3). 34

Media Konservasi Vol. 23 No. 1 April 2018: 28-36 Tabel 3. Program Interpretasi birdwatching di KRB No Titik lokasi pengamatan 1 Pintu masuk (tiket) Kegiatan a. Penjelasan tentang peraturan dalam birdwatching dan apa yang dimaksud birdwatching b. Pengenalan alat yang dipergunakan dalam kegiatan birdwatching c. Pengenalan potensi burung di KRB 2 Kolam Gunting Pengamatan burung-burung air seperti burung Kowak malam kelabu, bondol Jawa, Tekukur biasa meliputi aktivitas, kebiasaan dan makanannya. 3 Taman Meksiko Pengamatan burung-burung madu dan jenis lainnya yang dapat dijumpai pada lokasi ini, seperti: burung Sikep madu asia, burung Prenjak Jawa, dan cucak kutilang. Istirahat Makan dan minum (snack) 4 Jalan Astrid Pengamatan burung-burung endemik meliputi habitat,aktivitas dan makanan. 30 Durasi (menit) 20 5 Jalan Kenari II Pengamatan burung langka meliputi aktivitas,kebiasaan dan makanannya. 20 6 Koleksi Istirahat dan review 20 tanaman air - Kaitan antara burung dengan habitatnya - Pembagian souvenir 30 30 Lokasi pertama yang dipilih untuk program birdwatching adalah pintu masuk. Pintu masuk selain tempat tiket juga terdapat peta KRB sehingga dapat menjelaskan jalur-jalur yang akan dilalui pada saat birdwatching, pengertian birdwatching, peralatan yang dipakai dan peraturan yang harus dipatuhi pengunjung. Sisi sebelah Timur Jalan Kenari I terdapat Kolam Gunting yang merupakan habitat burung-burung air. Kolam ini memiliki pulau kecil yang di tengahnya merupakan habitat dari kawanan burung Kowak malam kelabu. Pilihan lokasi pengamatan ketiga adalah Taman meksiko. Taman Meksiko merupakan taman koleksi kaktus yang sebagian besar koleksi tumbuhannya berasal dari Meksiko. Pada Taman Meksiko dapat ditemui burung-burung pemakan madu seperti burung Sikep madu asia yang termasuk burung endemik. Lokasi ke-4 adalah Jalan Astrid merupakan jalan yang paling menonjol dan ditandai dengan bunga Canna yang indah membelah jalan berlapis aspal sehingga terbagi menjadi dua jalur. Bunga Canna yang ditanam ditata sedemikian rupa sehingga menyerupai bendera Belgia yang merupakan bendera negara asal dari Ratu Astrid. Pada bagian kanan dan kiri jalan ini ditanami pohon damar (Agathis dammara). Lokasi ini dilakukan pengamatan burung endemik yang banyak ditemui burung Cabai jawa (Dicaeum trochileum) dengan frekuensi relatif 4,5% dan Cinenen jawa (Orthotomus sepium) dengan frekuensi relative 3%. Lokasi ke-5 yang menjadi pilihan dalam pengamatan burung adalah Jalan Kenari II. Pilihan lokasi ini untuk pengamatan burung karena pada Jalan Kenari II ditemui burung-burng langka. Jalan Kenari II terletak di sebelah timur sungai Ciliwung, di kedua sisi jalannya ditanami pohon-pohon kenari yang menjulang tinggi. Burung-burung yang dapat ditemukan sepanjang jalan kenari II adalah kepudang kuduk hitam, cekakak sungai dan burung betet biasa yang dapat dikenali dari suaranya yang nyaring dan parau. Kepudang kuduk hitam dan burung cekakak sungai merupakan salah satu jenis burung yang dilindungi. Lokasi terakhir yang dipilih adalah Koleksi tanaman air. Lokasi koleksi tanaman air yang merupakan salah satu habitat dari burung raja udang meninting, Kareo padi, dan burung bondol Jawa. Raja-udang meninting merupakan salah satu jenis burung yang dilindungi oleh negara sedangkan burung bondol jawa merupakan burung yang endemik. Lokasi ini dipilih karena tempat yang luas sehingga dapat berkumpul mereview hasil yang diperoleh selama pengamatan. SIMPULAN 1. Terdapat 33 jenis burung yang potensial untuk dikembangkan sebagai objek birdwatching, dengan burung yang frekuensinya tersebar merata adalah Cucak kutilang (7,5%), walet linchi (6,0%), cekakak sungai (5%), cipoh kacat (5%), burung madu jawa (5%), kowak malam kelabu (4,5%), cabai jawa (4,5%), kepudang kuduk hitam (4,5%), tekukur biasa (4,0%) dan bondol jawa (4%). 2. Peta jalur interpretasi dirancang berdasarkan pertemuan dengan jenis burung yang potensial sebagai objek interpretasi yaitu peta jalur interpretasi burung air, peta jalur interpretasi burung langka, dan peta alur interpretasi burung endemik. DAFTAR PUSTAKA [BTNB] Balai Taman Nasional Baluran. 2010. Pemetaan Jalur Interpretasi Wisata Pengamatan Burung di Resort Bama, SPTNW I Bekol. Situbondo (ID): Departemen Kehutanan, Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Berkmuller K. 1981. Guidelines and Techniques for Environmental Interpretation. Switzerland (CH): Van Tienhoven Foundation and IUCN. 35

Bibby C, Martin J, Stuart M. 2000. Teknik-Teknik Lapangan Survei Burung. Bogor (ID): Birdlife International Indonesia Programme. Bismark M. 2011. Prosedur Operasi Standar untuk Survei Keragaman Jenis pada Kawasan Konservasi. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan, Indonesia kerjasama dengan: International Tropical Timber Organization (ITTO). Dewi RS. 2007. Keanekaragaman jenis burung di beberapa tipe habitat Taman Nasional Gunung Ciremai. Media Konservasi. 12(3):116. Lewis WJ. 2005. Interpreting for Park Visitors. Eastern National (US). MacKinnon J, Phillips K, van Balen B. 2010. Burungburung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor (ID): Burung Indonesia. Maple LC, Eagles PFJ, Rolfe H. 2010. Birdwatchers specialisation characteristics and national park tourism planning. Journal of ecotourism. 9 (3): 219-238. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor - LIPI. 2013. Visi dan Misi PKT KRB [Diakses 2013 Januari 16]. Tersedia pada:. http://www.bogorbotanicgardens.org/. Sukara GN. 2014. Perencanaan interpretasi wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Jawa Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 36